BAB Id5ey6

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalah menirukan orang tuanya. (Rahmi, 2008). Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Pada toilet training selain melatih batita mengontrol buang air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita melakukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil. Dan perlu diketahui bahwa buang air besar merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini batita diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan. (Hidayat, 2005). Toilet training (mengajarkan balita ke toilet) adalah cara balita untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat 1

description

td5e7687

Transcript of BAB Id5ey6

2

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalah menirukan orang tuanya. (Rahmi, 2008).Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Pada toilet training selain melatih batita mengontrol buang air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita melakukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil. Dan perlu diketahui bahwa buang air besar merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan dengan latihan ini batita diharapkan dapat melakukan usaha penundaan pemuasan. (Hidayat, 2005).Toilet training (mengajarkan balita ke toilet) adalah cara balita untuk mengontrol kebiasaan membuang hajatnya di tempat yang semestinya, sehingga tidak sembarang membuang hajatnya. (Rahmi, 2008)Pada waktu malam, latihan buang air kecil (miksi) menjadi tidak sempurna atau lengkap sampai usia 4-5 tahun. Di siang hari ngompol dapat juga terjadi terutama pada saat aktivitas bermain menyita penuh perhatian balita, sehingga bila mereka tidak diingatkan maka mereka akan terlambat pergi ke kamar mandi. Pada balita laki-laki, mampu untuk berdiri dan meniru ayahnya setelah diajarkan mengenai toilet training merupakan motivasi yang kuat selama masa prasekolah. Beberapa teknik dianjurkan untuk batita yang koperatif, seperti menggunakan pispot portable yang memberikan perasaan aman pada balita atau pispot protable yang berada pada satu tempat dengan kloset yang digunakan sehari-hari. Apabila pispot tidak tersedia, batita dapat duduk atau jongkok diatas toilet dengan bantuan. perkuat toilet training dengan memotivasi balita untuk duduk pada pispot dalam jangka waktu yang relatif lama. Balita dianjurkan untuk meniru orang lain (kakaknya) dan menghindari contoh yang keliru. (Nursalam, 2005)Menurut American Accademy of Pediatric, tak ada batasan usia yang tepat, karena semuanya tergantung dari kesiapan fisik dan psikis si batita. Beberapa batita berusia 1 hingga 2 tahun sudah dapat menunjukkan tanda-tanda siap untuk toilet training namun banyak juga batita yang hingga berumur 30 bulan atau lebih tidak siap dengan konsep toilet training. (Rahmi, 2008).Beberapa ahli berpendapat bahwa ada usia tertentu dimana seorang batita harus diajarkan toilet training. Usia yang tepat untuk diajarkan hal ini adalah saat anak berusia 12 tahun. Karena jika balita pada usia tersebut belum siap diajarkan maka orang tua tidak perlu untuk memaksakan batita mereka karena dapat berdampak negatif bagi hubungan batita dan orang tua di kemudian hari. Mengajari batita untuk menggunakan tolilet membutuhkan waktu, pengertian dan kesabaran yang paling penting di ingat adalah orang tua tidak bisa mengharapkan dengan cepat si batita langsung bisa menggunakan toilet. Toilet training sebaiknya di ajarkan dengan santai dan tanpa kemarahan. Karena orang tua khususnya peran ibu merupakan sebagai fasilitator dalam mengajarkan si batita untu membuang hajatnya di kamar mandi (toilet training). (Rahmi, 2008)Setiap batita mempunyai perkembangan yang berbeda-beda dan unik. Beberapa batita sudah siap dengan toilet training dari kecil. Mungkin batita baru 18 bulan, batita sudah dapat belajar menggunakan toilet, tetapi ada beberapa batita yang belum siap dan memerlukan waktu yang lebih lama, misalnya setelah ia berumur 3 tahun. Bila batita sudah dapat mengganti diaper atau dapat membuka celana sendiri pada saat mereka buang air kecil, belum tentu batita siap untuk belajar dengan metode toilet training. Seorang batita memerlukan perkembangan fisik dan emosional yang baik untuk dapat belajar hal ini. (Rahmi, 2008)Sebagai orang tuanya, buatlah pelajaran pengenalan toilet sehalus dan sealami mungkin bahwa batita memerlukan proses tersebut, jangan sampai melatihnya dengan memaksa atau dengan nada mengancam, jika dia mengalami traumatik toilet maka pembelajaran tersebut akan berlarut-larut. Salah satu cara mengajarkan pada batita yang cukup efektif adalah dengan menirukan apa yang dilakukan orang tuanya., kemudian diletakkan didekat kloset dan biarkan ia mencontoh orang tua untuk menggunakan kloset dengan memakai pispot. Letakan pispot di samping kloset, biarkan si kecil menirukan orang tuanya saat BAB dan BAK. Tanda-tanda fisik dan mental sebenarnya bukan merupakan faktor utama dari seni keterampilan sadar toilet ini. Motivasi adalah kunci utamnya, jika di batita menunjukkan hasratnya untuk pergi dan mengenal kamar mandi, sebagai bagian dari hasrat peniruan perilaku orang-orang dewasa sekitarnya, maka dari itu waktunya bagi orang tua untuk merespon dan mengajarkan pada batita cara metode toilet training. (Rahmi, 2008)Data yang diperoleh dari jumlah pengunjung posyandu Delima di Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri dengan jumlah ibu yang mempunyai batita yang berumur 18 bulan 3 tahun sebanyak 68 batita. (Buku Daftar Pengunjung Posyandu Delima , Mei 2013).Dengan alasan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk menyusun proposal karya tulis ilmiah yang berjudul Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.

B. Rumusan MasalahBelum diketahuinya Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan 3 tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.

C. Pertanyaan Penelitian 1. Seperti apakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.D. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Diketahuinya Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.2. Tujuan KhususDiketahuinya Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Cara Penerapan Toilet Training Pada Batita Usia 18 bulan 3 Tahun Di Posyandu Delima Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

E. Manfaat Penelitian1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan analisa peneliti di masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang penerapan toilet training pada batita usia 18 bulan 3 tahun.2. Bagi IbuHasil penelitian dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahyuan bagi ibu dalam menerapkan toilet training pada batita usia 18 bulan 3 tahun.3. Bagi Tenaga KesehatanHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan sehingg dapat meningkatkan promosi kesehatan dalam menerapkan toilet training pada batita usia 18 bulan 3 tahun.4. Bagi Instansi PendidikanHasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat ukur kemampuan mahasiswa, sehingg dapat menjadi bahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam proses belajar mengajar bagi siswa kesehatan jurusan keperawatan.

F. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dalam wilayah kerja Puskesmas Sukorame Kecamatan Mojoroto Kota Kediri, waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2013.Karena keterbatasan peneliti maka variabel yang diteliti hanya pengetahuan ibu tentang penerapan toilet training, karena peneliti menganggap pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling utama dan paling mendukung. 1