BAB II

download BAB II

of 13

description

Biosos: dampak pertambahan penduduk

Transcript of BAB II

22

BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Penyakit Scabies2.1.1 Pengertian Penyakit ScabiesScabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit ampera (Chosidow, 2006). Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997; Rosendal 1997). Scabies disebabkan oleh tungau kecil berkaki delapan, dan didapatkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Tungau scabie (Sarcoptes scabiei) ini berbentuk oval, dengan ukuran 0,4 x 0,3 mm pada jantan dan 0,2 x 0,15 pada betina (Brown dkk, 2002).Tungau sscabies merupakan Arthropoda yang kecil seperti laba-laba. Pada tahap dewasa, tungau ini memiliki 8 kaki. Tungau scabies merupakan ektoparasit obligat yang harus hidup di luar bagian hostnya yaitu mamalia. Scabies scabiei ditemukan pada manusia, hanya dapat berkembang dan bereproduksi di kulit manusia. Tungau scabies pada manusia membentuk parit di bawah permukaan kulit (seperti di antara jari-jari, di bawah pantat, siku dan pergelangan tangan, serta di sekitar area genital) dan areola untuk menggali (MDCH, 2005).

Gambar 2.1 (A) S. scabei betina dewasa, terlihat bagian ventral (perut), dengan telur di dalam perutnya, (B) Tungau scabies dewasa (irisan membujur) pada lapisan terluar kulit (Stratum korneum) (Sumber: MDCH, 2005)Tungau scabies makan dengan menggunakan bagian mulut dan kaki untuk menggali ke dalam stratum korneum (lapisan terluar epidermis) pada kulit manusia. Tungau memakan jaringan yang digalinya dan juga memakan cairan getah bening yang disekresikan oleh bagian di bawah dasar lapisan kulit yang dibutuhkan untuk perkembangannya. Aktivitas makan dan respon imun dari host (inang) terhadap sekresi tungau menimbulkan iritasi. Sebagaimana aktivitas makan yang dilakukan oleh tungau pada lapisan kulit, mereka mampu menggali secara horizontal sejauh 0,5 mm per hari dan terus bertambah menjadi satu senti atau lebih tergantung pada lama hidupnya (MDCH, 2005).Siklus hidup tungau scabies yang bersifat ektoparasit pada manusia, pada tungau scabies betina dari telur hingga dewasa membutuhkan waktu 14 hari, sedangkan pada tungau jantan 10 hari. Betina dapat hidup 30 hari atau lebih setelah matang seksualnya. Jantan tidak hidup selama betina. Telur diletakkan oleh oleh betina di parit yang digalinya. Telur akan menetas setelah 3-4 hari dan menjadi larva. Larva hanya memiliki 6 kaki. Sisa larva masih tertinggal dalam parit induknya, larva baru akan merangkak keluar untuk menggali parit baru untuk dirinya sendiri. Larva akan mengalami molting (pelepasan eksoskeleton) dan masuk ke dalam tahap protonimfa setelah 2-3 hari dan menjadi tritonimfa setelah 2-3 sesudahnya. Setelah 2-3 hari, tritonimfa mengalami molting menjadi tahap dewasa dan mengambil tempat untuk pematangan seksual. Dalam proses pematangannya, betina menggali parit dan menunggu jantan untuk melakukan perkawinan. Setelah itu betina memperluas paritnya dan meletakkan telurnya di parit baru. Betina dapat meletakkan 2-3 telur per hari selama hidupnya (hingga 30 hari) (MDCH, 2005). Gambar 2.2 Siklus hidup Scabies scabei (Sumber: MDCH, 2005)

2.1.2 Patogenitas Penyakit ScabiesKeluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal terutama pada malam hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta sedang berkeringat. Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur. Adanya tanda tanda yaitu papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas -bekas lesi yang berwarna hitam (Sudirman, 2006).Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang kira-kira memerlukan waktu sebulan setelah infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskorisasi (lecet sampai epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang mengering pada permukaan kulit) dan infeksi sekunder (Djuanda, 2007). Selain itu, skabies juga bisa timbul akibat garukan oleh penderita itu sendiri. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Djuanda, 2007).Infestasi pertama skabies akan menimbulkan gejala klinis setelah satu bulan kemudian. Tetapi yang telah mengalami infestasi sebelumnya, gejala klinis dapat timbul dalam waktu 24 jam. Hal ini terjadi karena pada infestasi ulang telah ada sensitisasi dalam tubuh pasien terhadap tungau dan produknya yang antigen dan mendapat respons dari sistem imun tubuh (Sudirman, 2006).

Gambar 2.3 Permukaan kulit yang terkena penyakit scabies, bintil yang timbul merupakan akhir dari parit yang dibangun oleh scabies (Sumber: Golant & Levitt, 2012)

2.1.3 Cara PenularanFaktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk. Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan higiene perorangan yang jelek di negara berkembang merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita penyakit Scabies ini (Carruthers, 1978; Kabulrachman, 1992). Prevalensi penyakit Scabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Darwanto dkk, 2000). Menurut MDCH (2005) penularan tungau scabies dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung (melalui lingkungan), yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut.a. Penularan secara langsungPenularan secara langsung tungau scabies pada manusia melalui kontak langsung antara kulit suatu individu dengan individu lainnya. Tungau scabies merupakan perayap yang baik, dan dapat merayap 2,5 cm per menit pada permukaan kulit. Meskipun tungau ini tidak dapat melompat, mereka dapat berpindah ke individu yang baru ketika terjadi kontak langsung antara kulit dengan kulit. Sejauh ini, belum ditemukan waktu minimum waktu yang dibutuhkan tungau untuk berpindah dari suatu individu ke individu lain.b. Penularan secara tidak langsungPenularan melalui benda mati mungkin saja terjadi, namun tungan scabies tidak dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama apabila tidak berada pada hostnya. Hal ini menunjukkan bahwa tungau dapat menduduki host baru melalui pakaian bersama, selimut, karpet, dan mebel. Tungau scabies rentan terhadap dehidrasi dan hidupnya tergantung pada kelembaban dan suhu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tungau bisa bertahan 2-5 hari di dalam ruangan dengan suhu dan kelembaban normal. Telur dapat menetas menjadi larva jika berada di luar hostnya dalam waktu 7 hari. Secara umum, kombinasi suhu rendah (sekitar 100C) dan kelembaban tinggi (90%) adalah suhu dan kelembaban optimal tungau bisa hidup.

2.1.4 Pencegahan dan PengobatanPenyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kebersihan diri, mencuci bersih baju, handuk, sprei penderita skabies bahkan lebih baik apabila dicuci menggunakan air panas kemudian menjemurnya sampai kering, menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. Dan yang lebih utama adalah dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit skabies dengan cara mengobati penderita sampai tuntas (Rohmawati, 2010).

2.2 Perilaku Hidup Bersih2.2.1 Definisi PerilakuPerilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulan atau suatu tindakan yang dapat di amati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan yang baik didasari maupun tidak (Bratawidjaja, 2007). Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan (Bratawidjaja, 2007).

2.2.2 Bentuk PerilakuMenurut Bratawidjaja (2007), secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tertentu. Respon ini berbentuk 2 macam, yaknia. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lainb. Bentuk aktif yaitu apabila itu jelas dapat diobservasi secara langsung

2.2.3 Faktor-faktor perilaku manusiaMenurut Bratawidjaja (2007) perilaku yang mempengaruhi kesehatan, meliputi:a. Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatanMencakup perilaku-perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan dan penyakit yang dijalankan dengan sengaja atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi diri yang bersangkutan, atau orang-orang lain, atau suatu kelompok sosialb. Perilaku sadar yang merugikan kesehatanPerilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui tetapi tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau professional, atau secara umum pada masyarakat-masyarakat yang sudah maju. Kebiasaan merokok (termasuk kalangan Ibu hamil), pegabaian pola makanan sehat sesuai dengan kondisi biomedis, ketidakteraturan dalam pemeriksaan kondisi kehamilan, alkoholisme, pencemaran lingkungan dan lain sebagainya.c. Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatanGolongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena penanggulangannya merupakan salah satu tujuan utama berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat, misalnya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan kalangan pasangan usia subur, pada ibu hamil, dan anak-anakbalita pada berbagai masyarakat pedesaan dan lapisan sosial bawah di kota-kota.d. Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatanGolongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar pengetahuan manfaat biomedis umum yang terkait, seseorang atau sekelompok orang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan tertentu yang secara lagsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajad kesehatan mereka.

2.2.4 Pengertian Perilaku SehatPerilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan Kesehatan Masyarakat (Azwar, 1995). Perilaku sehat (health behaviour) dapat dilihat sebagai atribut personal seperti kepercayaan-kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakan-tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankan, memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan (Azwar, 1995).

2.2.5 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Azwar,1995).Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan menigkatkan kesehatan (Budiarto, 2008).Menurut Atikah & Eni (2012), beberapa indikator yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat diantaranya adalah sebagai berikut:a. Ibu hamil memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.b. Ibu hamil agar memeriksakan diri dan meminta pertolongan persalinan kepada bidan/tenaga kesehatan.c. Ibu memberikan ASI saja kepada bayinya selama 4 bulan pertama kelahiran.d. Semua bayi harus diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun.e. Semua bayi dan balita harus ditimbang berat badannya sejak lahir sampai usia 5 tahun diposyandu dan sarana kesehatan.f. Setiap orang agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, pembangun, zat pengatur sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).g. Semua orang menggunakan garam beryodium untuk keperluan makan sehari-hari.h. Ibu hamil agar minum tablet tambah darah atau tablet zat besi selama masa kehamilani. Semua orang agar membuang air besar atau tinja di jamban atau WC.j. Semua orang agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan waktu akan makank. Semua orang agar menggunakan air bersih dan untuk minum agar dimasak terlebih dahulu.l. Setiap rumah, halaman dan pekarangan agar selalu bersih, bebas dari sampah dan bebas dari sarang nyamukm. Setiap orang agar menggosok gigi paling sedikitnya 2 kali sehari, yaitu sesudah makan dan sebelum tidurn. Semua orang agar tidak merokok, terutama bila berdekatan dengan ibu hamil, bayi dan di tempat umum.o. Semua orang agar menyadari bahaya HIV/AIDS dan berperilaku positif untuk terhindar dari HIV/ AIDS namun tidak mengucilkan penderita.p. Semua orang agar berolahraga secara teratur q. Semua orang agar menjadi peserta Dana Sehat (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

2.2.6 Tujuan PHBS Rumah TanggaMenurut Azwar (1995), tujuan PHBS rumah tangga adalah sebagai berikut:a. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas sektror, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah tangga.b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

2.3 Sanitasi PesantrenPesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu, pondok juga berasal dari bahasa Arab funduk yang berarti hotel atau asrama. Ada beberapa istilah yang ditemukan dan sering digunakan untuk menunjuk jenis pendidikan Islam tradisional khas Indonesia atau yang lebih terkenal dengan sebutan pesantren. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura, umumnya dipergunakan istilah pesantren atau pondok, di Aceh dikenal dengan istilah dayah atau rangkung atau meusanah, sedangkan di Minangkabau disebut surau (Nawawi, 2006).Menurut Artikel Ahmar, 2013, sebuah observasi oleh ahli kesehatan lingkungan didapatkan gambaran antara lain banyak diketemukan sanitasi ponpes (pondok pesantren) yang kurang memadai, kebersihan perorangan santri yang buruk, pengetahuan dan perilaku santri yang kurang mendukung pola hidup sehat, serta pihak pengelola ponpes yang kurang tertarik dengan masalah sanitasi lingkungan ponpes.A. Kepadatan HunianKepadatan hunian ponpes dianggap kriteria hunian tinggi jika ruangan kurang dari 8 meter persegi dihuni untuk 2 orang, sedangkan kepadatan hunian rendah jika lebih dari 8 meter persegi untuk 2 orang. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai minimal 3 meter persegi per tempat tidur (1,5 m x 2 m). Namun struktur tempat tidur santri tidak berada di dalam dalam bed tersendiri namun berada di lantai dengan menggunakan alas berbentuk tikar atau yang sejenis. Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah pemondokan termasuk ponpes.B. Fasilitas SanitasiPondok pesantren berkewajiban menyediakan air bersih, toilet dan kamar mandi. Fasilitas sanitasi memiliki kriteria persyaratan sebagai berikut ; Kualitas : tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan bakteriologis); Kuantitas : tersedia air bersih minimal 60 liter per tempat tidur per hari; Kontinuitas : air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan. Rasio atau perbandingan jumlah santri dengan jumlah jamban dan kamar mandi adalah untuk 15 orang santri harus tersedia satu jamban dan satu kamar mandi, selanjutnya setiap penambahan 25 tempat tidur harus ditambah 1 jamban dan 1 kamar mandi. Kamar mandi dan toilet, harus selalu dalam keadaan bersih, lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan pembuangan air limbah yang dilengkapi dengan penahan bau. Lubang penghawaan harus berhubungan dengan udara luar.C. Pengelolaan SampahTempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter dan setiap jarak 20 meter pada ruang terbuka. Tempat sampah dikosongkan setiap 1x 24 jam atau apabila 2/3 bagian telah terisi penuh. Volume tempat sampah disesuaikan dengan perkiraan volume sampah yang dihasilkan oleh setiap kegiatan. Tempat pembuangan sampah sementara di lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam. Atau jika tidak ada kendaraan pengangkut sampah. Bisa dilakukan pembakaran sampah dan penimbunan sampah.D. Dapur PondokPengelolaan makanan dan minuman menyangkut komponen dapur, ruang makan dan gudang. Luas dapur minimal 40% dari ruang makan. sedangkan untuk syarat penghawaan harus dilengkapi dengan pengeluaran udara panas maupun bau (exhauser) yang dipasang setinggi 2 meter dari lantai. Bahan makanan dan minuman yang diolah harus dalam keadaan baik, tidak rusak atau berubah warna dan rasa. Bahan olahan harus dikemas. Peralatan memasak dan peralatan makanan atau minuman dipersyaratkan permukaan harus mudah dibersihkan, tidak terbuat dari bahan yang mengandung timah hitam, tembaga, seng, cadmium, arsenikum. Sementara ruang tempat penyimpanan alat-alat terlindungi dan tidak lembab.E. Pengelolaan LimbahPonpes wajib memiliki sistem pengelolaan air limbah sendiri yang memenuhi persyaratan tehnis apabila belum ada atau tidak terjangkau oleh sistem pengelolaan air limbah kota. Saluran pembuangan air limbah harus tertutup supaya tidak menjadi potensi berkembang biak pembawa penyakit dan bernilai positif dalam pandangan mata orang beriman.F. Ventilasi dan Kelembaban Udara Ruang TidurLuas lubang penghawaan dipersyaratkan 5-15% dari laus lantai dan berada pada ketinggian minimal 2,1 meter dari lantai. Bila lubang penghawaan tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis. Kelembaban sangat berkait dengan ventilasi. Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan perilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat seperti barang, baju, handuk, sarung berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan.G. Konstruksi BangunanKonstruksi bangunan mempersyaratkan adanya kondisi pada lantai, dinding, atap, lubang penghawaan, kelembaban, ventilasi, langit-langit serta jaringan instalasi. Lantai harus terbuat drai bahan yang kedap air, kuat, permukaan rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. Dinding harus rata, terang, dan mudah dibersihkan. Atap tidak mudah bocor, kuat dan tidak menjadi tempat perindukan binatang penganggu. Langit-langit kuat, berwarna terang, serta mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 2,5 meter dari lantai. Pintu harus kuat serta dapat mencegah masuknya binatang penganggu.

2.4 Profil PesantrenPondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang didirikan oleh KH. Hasan Munadi pada tahun 1768. PPMH juga dikenal dengan nama Pondok Gading karena tempatnya berada di kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bahkan nama yang terakhir lebih masyhur dikalangan masyarakat. KH. Hasan Munadi wafat pada usia 125 tahun. Beliau mengasuh pondok pesantren ini selama hampir 90 tahun. Beliau meninggalkan empat orang putra yaitu: KH. Isma'il, KH. Muhyini, KH. Ma'sum dan Nyai Mujannah. Pada masa itu, Pondok Gading belum mengalami perkembangan yang signifikan (Alkhoirot, 2011).Setelah KH. Hasan Munadi wafat, Pondok Gading diasuh oleh putera pertama beliau yang bernama KH. Ismail. Dalam menjalankan tugasnya yaitu membina dan mengembangkan pondok pesantren, generasi kedua ini dibantu oleh keponakannya sendiri yaitu KH Abdul Majid. Karena tidak mempunyai keturunan, maka KH. Ismail mengambil salah seorang puteri KH. Abdul Majid yang bernama Nyai Siti Khodijah sebagai anak angkat. Puteri angkat ini kemudian beliau nikahkan dengan salah seorang alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda, Jampes Kediri Yaitu KH. Moh. Yahya yang berasal dari daerah Jetis Malang (Alkhoirot, 2011).Kepada KH Moh. Yahya inilah KH. Isma'il menyerahkan pembinaan dan pengembangan Pondok Gading. KH. Ismail kemudian wafat pada usia 75 tahun setelah mengasuh Pondok Gading selama 50 tahun. Sebagai pengasuh generasi ketiga, KH. Moh. Yahya memberi nama pondok pesantren gading dengan nama "Pondok Pesantren Miftahul Huda". Beliau mengizinkan para santrinya untuk menuntut ilmu di lembaga formal di luar pesantren. Sebuah kebijakan yang cukup berani dan tergolong langka saat itu. Ternyata dengan kebijakan ini, Pondok Gading berkembang semakin pesat (Alkhoirot, 2011).

2.5 Hubungan Praktik Kebersihan dengan Angka Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Putra Miftahul Huda Gading MalangSkabies adalah penyakit menular akibat infestasi dan sensitasi tungauSarcoptes scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh. Biasa disebut jugathe itch, gudik, budukan, gatal agogo. Penyebaran tungau skabies adalah dengan kontak langsung oleh penderita skabies atau dengan kontak tak langsung seperti melalui penggunaan handuk bersama, alas tempat tidur, dan segala hal yang dimiliki pasien skabies. Oleh karena itu skabies sering menyebar dalam anggota keluarga, satu asrama, kelompok anak sekolah, pasangan seksual bahkan satu kampung atau desa. Penularan penyakit ini erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan kepadatan penduduk. Keadaan ini juga dapat ditemukan di pesantren, oleh karena itu skabies sering menyebar dalam anggota keluarga, satu asrama, kelompok anak sekolah, pasangan seksual bahkan satu kampung atau desa. Penularan penyakit ini erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dankepadatan penduduk. Keadaan ini juga dapat ditemukan di pesantren, oleh karena itu insiden skabies di pesantren cukup tinggi.Praktik kebersihan diri yang meliputi mandi, cuci tangan, kebiasaan tukar menukar handuk, tukar menukar pakaian, kebersihan pakaian, kebersihan handuk, dan kebersihan tempat tidur berhubungan dengan terjadinya scabies. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afriniza (2011) praktik kebersihan diri dalam bentuk mandi berhubungan dengan angka kejadian scabies. Hal ini dikarenakan praktik mandi sebagai salah satu komponen dari praktik kebersihan diri yang dapat memutus rantai penularan scabies. Praktik kebersihan diri dalam bentuk cuci tangan berhubungan dengan angka kejadian scabies, hal ini karena praktik cuci tangan sebagai salah satu komponen dari praktik kebersihan diri yang merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian scabies. Praktik kebersihan diri dalam bentuk tukar menukar handuk dan pakaian berhubungan dengan angka kejadian scabies, karena dapat memicu penularan penyakit scabies secara tidak langsung. Praktik kebersihan diri dalam bentuk kebersihan handuk, pakaian, dan tempat tidur berhubungan dengan angka kejadian scabies, hal ini dikarenakan memicu terjadinya penularan sekunder secara penularan secara langsung dan tidak langsung.

9