BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik · Seni Rupa Kontemporer muncul pada tahun 1970-an ......

21
8 BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik Batik adalah sehelai wasrta, yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu, yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam atau lilin batik sebagai bahan perintang warna. Suatu wastra dapat disebut batik bila mengandung dua unsur pokok: teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik (Doellah, 2002 : 10). Batik merupakan seni kreasi membuat bahan sandang dengan motif-motif hias menggunakan media malam/wax di bahan kain. Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabadabad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya Bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam lingkungan, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain. (Djoemena, 1990: 15). Keberadaan motif dan pola pada batik memegang peranan yang sangat penting. Motif adalah kerangka gambar yang merupakan bagian pokok dari pola, yang apabila motif itu digabungkan akan menghasilkan pola batik sesuai dengan motifnya. Motif merupakan desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri (Suhersono, 2006: 810). Pola

Transcript of BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik · Seni Rupa Kontemporer muncul pada tahun 1970-an ......

8

BAB II

A. Kajian Pustaka

1. Batik

Batik adalah sehelai wasrta, yakni sehelai kain yang dibuat secara

tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, beragam

hias pola batik tertentu, yang pembuatannya menggunakan teknik celup

rintang dengan malam atau lilin batik sebagai bahan perintang warna.

Suatu wastra dapat disebut batik bila mengandung dua unsur pokok: teknik

celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola

yang beragam hias khas batik (Doellah, 2002 : 10). Batik merupakan seni

kreasi membuat bahan sandang dengan motif-motif hias menggunakan

media malam/wax di bahan kain. Seni batik adalah salah satu kesenian

khas Indonesia yang telah berabadabad lamanya hidup dan berkembang,

sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya Bangsa

Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar

belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat dan tata kehidupan,

alam lingkungan, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain. (Djoemena,

1990: 15). Keberadaan motif dan pola pada batik memegang peranan yang

sangat penting. Motif adalah kerangka gambar yang merupakan bagian

pokok dari pola, yang apabila motif itu digabungkan akan menghasilkan

pola batik sesuai dengan motifnya. Motif merupakan desain yang dibuat

dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen,

yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam

benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri (Suhersono, 2006: 810). Pola

9

batik merupakan kerangka gambar yang mewujudkan batik secara

keseluruhan. Penerapan pola dalam batik yaitu dengan mengulang dan

mengatur lagi. Pola adalah suatu bentuk pengulangan motif yang disusun

dan diatur kembali secara struktual. Pola merupakan bentuk pengulangan

motif, artinya sebuah motif yang diulang secara struktual dipandang

sebagai pola (Sunaryo, 2010: 14). Penggolongan motif batik dibagi

menjadi tiga golongan yaitu (Susanto, 1980: 215-231):

a. Golongan geometris.

Golongan geometris adalah golongan motif yang mudah dibagi-bagi

menjadi bagian-bagian yang disebut rapor (Susanto, 1980: 215).

Golongan geometris ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pertama

yang rapornya berbentuk seperti ilmu ukir biasa, dengan bentuk segi

empat, segi empat panjang dan lingkaran. Kedua tersusun dalam garis

miring, sehingga rapornya berbentuk belah ketupat. Motif batik yang

tergolong mepunyai rapor segi empat ialah :

1) Golongan motif banji.

Golongan motif banji yaitu motif yang berdasarkan ornament

swastika. Batik banyumas adalah daerah yang masih membuat

motif banji ini, dengan proses bedesan sehingga hanya terdapat

warna hitam dan coklat. Motif ini tergolong motif klasik

2) Golongan motif Ganggong.

Golongan motif ganggong sepintas seperti motif ceplok, bedanya

motif ganggong berupa garis yang tidak sama panjang, sedang

ujung garis yang paling panjang mirip bentuk salib.

10

3) Golongan motif Ceplok.

Golongan motif Ceplok adalah motif batik yang di dalamnya

terdapat gambar-gambar segi empat, lingkaran dan segala

variasinya. Nama-nama pada motif ceplok di ambil berdasarkan

nama penciptanya, Isi ornamen yang di gambarkan dan

berdasarkan atas kedaerahan.

4) Golongan motif nitik atau anyaman.

Golongan motif nitik adalah motif yang tersusun atas garis-garis

putus, titik-titik dan variasinya, sehingga motif nitik disebut juga

motif anyaman. Motif ini dianggap motif asli dan tergolong motif

tua.

5) Golongan motif kawung

Golongan motif kawung yaitu motif yang tersusun dalam bentuk

bundar, lonjong atau elips. Susunan memanjang menurut garis

diagonal miring kekiri dan kekanan secara berselang seling. Motif

kawung digambarkan berupa lingkaran-lingkaran yang saling

berpotongan atau bentuk bulat lonjong yang saling mengarah

kesatu titik yang sama. Nama-nama dari motif kawung didasarkan

pada besar kecilnya kawung tersebut, misalnya :

a) Kawung bentuknya kecil-kecil disebut kawung pecis. Pecis

adalah nama mata uang dari logam yang paling kecil.

b) Kawung yang berukuran agak besar disebut kawung bribil.

Bribil adalah mata uang logam yang besarnya lebih besar dari

picis.

11

c) Kawung yang lebih besar dari kawung bribil disebut kawung

sen.

6) Golongan motif parang dan lereng

Golongan motif parang dan lereng adalah motif-motif yang

tersusun menurut garis miring atau diagonal. Pada bidang miring

antara dua deret parang yang bertolak belakang digambar deretan

segi empat yang disebut mlinjon. Jadi kalau tidak terdapat mlinjon

berarti bukan parang tetapi lereng atau liris.

b. Golongan non geometris.

Golongan non geometris yaitu motif batik yang tersusun atas ornamen

tumbuh-tumbuhan, meru, pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda

ular atau naga, dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris

meskipun dalam satu kain batik akan terjadi pengulangan motif

tersebut, yang termasuk golongan motif non geometris adalah :

1) Motif Semen.

Motif semen berasal dari bahasa jawa “semi” yang berarti

tumbuhnya bagian dari tanaman. Susunan ornamen semen ini

terdiri dari tumbuh-tumbuhan, burung, binatang, lar-laran yang

disusun dalam komposisi pembagian bidang yang harmonis.

2) Motif buketan atau terang bulan.

Motif buketan adalah motif yang mengambil tumbuh-tumbuhan

atau bunga-bunga sebagai ornamen hias, digambar secara realistis

tanpa distilisasi, disusun meluas memenuhi bidang kain yang

terdapat pada kain sarung, sedangkan motif terang bulan hampir

12

sama dengan motif buketan hanya penempatannya pada ujung kain

berbentuk segitiga yang disebut “tumpal”. Tumpal ini diberi isen-

isen motif batik, sedangkan yang diluar bidang tumpal diberi

ornamen kecil-kecil yang bertebaran.

2. Perkembangan Batik

Para ahli arkeolog telah menemukan fakta, bahwa orang-orang

Mesir dan Parsi telah memakai pakaian-pakaian batik dua ribu tahun yang

lampau. Penduduk di Jepang, Tiongkok dan India dan kebanyakan

negara-negara Timur. Di Indonesia tepatnya di pulau Jawa batik telah ada

sejak abad ke-10 sesudah Masehi, dan sejak itu pula batik telah menjadi

satu dengan sejarah dan kebudayaan orang-orang Jawa sehingga tidak

dapat dipisahkan daripadanya (Martin & Dwijoamiguno, 1980: 7).

Pengguanaan batik di daerah Solo terdapat aturan atau tata cara tentang

pemakaian batik. Peraturan ini antara lain menyangkut (Djoemena, 1986:

11):

1. Kedudukan sosial si pemakai.

2. Pada kesempatan atau peristiwa mana kain batik ini dipakai atau

dipergunakan tergantung dari makna atau arti dan harapan yang

terkandung pada ragam hias tersebut.

Perubahan jaman dan kebutuhan manusia memberikan dampak

pada perubahan kebutuhan tekstil. Teknologi printing telah „membanting‟

batik tulis, sehingga batik tradisional mengurangi produksi 30 %.

Bahkan beberapa pengusaha terpaksa menganggurkan tenaga kerjanya

lebih dari separuh buruh yang semula 100 orang (Rizali, 2006: 82). Kain

13

batik dipandang tidak praktis untuk diperbanyak dengan waktu yang cepat

misalnya kebutuhan kain seragam. Pada saat batik mulai ditinggalkan para

peminatnya karena dianggap tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan adat

kebiasaan mereka yang baru, maka orang berusaha untuk mencari dimensi

baru seni batik dengan maksud agar eksistensinya di masyarakat masih

dapat dipertahankan. Kini kain batik tidak hanya sebagai kain yang

eksistensinya semakin menurun karena semakin dipandang tidak praktis

untuk kehidupan modern tetapi juga untuk kemeja, rok, jas, dan blaster,

dan bahkan juga untuk alas meja, bed cover, gorden, dan sebagainya

(Soedarso, 1998: 12-13). Batik yang berusaha menunjukan eksistensinya

tidak hanya berkembang karena faktor fungsi namun juga aspek estetis dan

ide. Selama lebih dari 150 tahun terakhir, produksi batik terlibat dengan

berbagai perkembangan gagasan, baik pada aspek estetis, teknologi,

maupun fungsionalnya. Eksistensinya menunjukan suatu tradisi dari

sebuah produk kebudayaan Indonesia yang tidak statis, melainkan

senantiasa berada dalam dinamika sesuai dengan perkembangan

lingkungan dan semangat zaman, sebagai suatu bentuk dari integrasi

tradisi dengan modernitas (Musman, 2011: 9).

Kebutuhan batik kreasi baru di masa kini merupakan kebutuhan

yang mengikuti perubahan kebudayaan. Budaya inovasi motif batik yang

berkembang pesat ini tidak terlepas dari kehendak pasar dan kebutuhan

konsumen masa kini. Seperti yang diungkapkan Endraswara bahwa,

kebudayaan adalah sebuah produk manusia yang dipengaruhi oleh ruang

dan waktu (Endraswara, 2006: 24 ). Perkembangan batik membuktikan

14

bahwa batik sangat dinamis, yaitu dapat disesuaikan dalam dimensi ruang,

waktu, dan bentuk. Dimensi ruang adalah dimensi yang berkaitan dengan

wilayah persebaran batik di indonesia yang pada akhirnya menghasilkan

sebuah gaya kedaerahan seperti batik Yogyakarta & Batik Surakarta.

Dimensi waktu adalah dimensi yang berkaitan dengan perkembangan dari

masa lalu sampai masa sekarang. (Haryono, 2008: 1).

Lingkungan yang selalu berubah seiring perubahan gaya dan tradisi

mempengaruhi perkembangan pola batik. Seniman dalam menciptakan

karya seni dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya (Masiswo,

2013: 31-34). Menurut perkembangannya, pola batik diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu pola batik klasik (batik keraton) dan pola batik

kontemporer. Pola batik kontemporer adalah pola batik yang sudah

mengalami pengembangan atau inovasi baru. Pola batik klasik adalah pola

batik tradisi berasal dari warisan leluhur. Disamping itu, pola batik klasik

memiliki nilai estetik yang tinggi dan terdapat pesan moral di dalamnya.

(Doellah, 2002 : 55).

Struktur dasar batik merupakan prinsip dasar penyusunan batik.

Struktur batik terdiri dari unsur pola atau motif batik yang disusun

berdasarkan pola yang sudah baku (Kartika, 2007: 87).

1. Motif Utama

Motif utama, merupakan unsur pokok pola, berupa gambar-gambar

bentuk tertentu, karena merupakan unsur pokok maka dapat disebut

ornamen utama (pokok)

2. Motif Pendukung

15

Motif pendukung merupakan pola berupa gambar-gambar yang dibuat

untuk mengisi bidang, bentuk lebih kecil dari pada ornamen utama.

Motif ini juga dapat disebut ornamen pengisi (selingan)

3. Moti Isen-isen

Motif isen untuk memperindah pola secara keseluruhan , baik

ornamen pokok maupun ornamen pengisi diberi isian berupa hiasan

titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis. Biasanya isen dalam

seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu, dan dalam jumlah

banyak.

3. Batik Kontemporer

Seni Rupa Kontemporer muncul pada tahun 1970-an setelah seni

modern dianggap krisis karena telah mengalami kemapanan. Disini

muncul seni rupa baru Indonesia pada tahun 1975. Dasar dari gerakan seni

rupa baru Indonesia adalah berupaya agar seni lebih hidup, tidak

memusingkan kepala, alamiah, berfaedah, dan sebuah realitas kehidupan

dalam seantero spektrum masyarakat (Mikluoho-Maklai, 1998: 41).

Menurut Bambang Utoro (1979: 101) arti kata kontemporer adalah

“dewasa ini” atau pada “masa kini”. Kontemporer artinya kekinian,

modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi

waktu yang sama atau saat ini, jadi seni kontemporer adalah seni yang

tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman

sekarang. Kata “kontemporer” yang berasal dari kata “co” (bersama) dan

“tempo” (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah

karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.

16

Arti kata kontemporer adalah dewasa ini atau masa kini, maka

motif-motif batik kontemporer merupakan motif-motif batik yang dibuat

untuk masa kini. Batik kontemporer sebagian besar dibuat oleh para

seniman, juga para desainer batik. Motif yang dibuat dalam batik

kontemporer sangat bebas tergantung seniman atau desainernya.

Perkembangan Batik Kontemporer atau batik modern ini dimulai sejak

tahun 1967 dan mendapat sambutan pada tahun 1970. Pada tahun 1970

para seniman dan masyarakat mulai menerima dan mengakui adanya batik

modern. Beberapa jenis batik dalam batik modern ini antara lain (1) Gaya

abstrak minimalis (2) Gaya gabungan (3) Gaya lukisan (4) Gaya khusus

cerita lama, terkadang seperti campuran antara nyata dan abstrak dan

mungkin banyak gaya lain lagi tergantung dari pelukis/ seniman yang

mengembangkan (Susanto, 1980: 15).

Batik Kontemporer yaitu semua macam jenis batik yang motif dan

gaya tidak seperti batik tradisional, tidak terikat aturan tertentu seperti

pada isen-isen, dan bersifat bebas. Teknik yang digunakanpun tidak terikat

pada alat yang biasa dipakai dalam membatik. Motif dan isen tergantung si

pencipta, satu hal lagi yang menjadi ciri batik kreasi baru tidak memiliki

keterkaitan dengan tradisi tertentu (Susanto, 1980: 15). Bentuk dan corak

kain masa kini memiliki kemungkinan gagasan yang tidak terbatas,

bersifat dekoratif sekuler ketimbang simbolis spiritual, serta amat dinamis

siklus-siklus pergantiannya (Musman, 2011: 11). Motif batik kontemporer

menganut gaya bebas dan tidak bermakna sebagaimana batik tradisional.

Motif batik klasik dimasukan pada batik kontemporer sebagai pengisi atau

17

pendukung motif batik kontemporer membuktikan bahwa batik

kontemporer masih membawa gaya tradisi walaupun tidak lagi memiliki

makna. Batik tulis kontemporer yang mempertahankan cara pembuatan

batik dengan tulis tangan atau canting ini masih membawa unsur

tradisional dengan teknik yang tradisional. Fenomena ini sependapat

dengan ungkapkan Michael Dove, tradisional tidak harus berarti

terbelakang. Budaya tradisional selalu mengalami perubahan yang dinamis

oleh karena itu budaya tradisional tidak merubah ketradisionalan itu

sendiri (Dove, 1985: XV). Menurut Asmoro Damais dalam “Indonesia

Indah”, batik masa depan perlu mengikuti perkembangan kecenderungan

masa dengan mendayagunakan corak-corak batik lama untuk kebutuhan

baru, dalam tata warna dan proporsi yang sesuai dengan selera masa kini (

Anas, Biranul dkk, 1997: 227)

Batik kontemporer menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat

modern dimana bentuk dan gaya corak kain masa kini memiliki

kemungkinan gagasan yang tidak terbatas. Batik kontemporer muncul

karena berbagai dinamika mode dan tren. Batik kontemporer menjadi

pilihan masyarakat karena sifatnya yang lebih ekspresif, tidak terikat

dengan tradisi tertentu, dan sesuai dengan semangat zaman (kekinian).

Fakta ini ditandai dengan banyaknya permintaan pasar terhadap batik

kontemporer sehingga mendatangkan nilai ekonomi dan mendorong

kreativitas seniman, desainer maupun pengrajin batik untuk menciptakan

beragam kreasi batik kontemporer (Kompas, 2/10/2009).

18

Menurut Biranul Anas, dkk, batik kontemporer mampu menjawab

tuntutan zaman yang menuntut sesuatu yang mengandung kebaruan,

mempunyai karakter khusus (unik) dan sesuai dengan semangat zaman

mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai oleh

kesementaraan/ trend (Anas, Biranul dkk, 1997: 240-246).

Menurut Destin Huru Setiati (2007: 61) batik kontemporer berpola

bebas dan biasanya mengambil bentuk primitif, bentuk patung, bentuk

alam, dan sebagainya. Pengertian dan beberapa uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa batik Kontemporer merupakan batik bersifat modern

yang dibuat dari ide masa kini dengan kebebeasaan motif dan tidak terikat

pada alat yang dipakai maupun oleh aturan-aturan dan tradisi.

Batik kontemporer memiliki beberapa karakteristik yang

membedakan dengan batik klasik. Perbedaan ini dapat digunakan sebagai

acuan untuk menggolongkan batik yang diproduksi di desa Kliwonan

sebagai batik klasik atau kontemporer. Terkait hal ini telah ada penelitian

yang menggolongkan batik Kliwonan sebagai siasat menjawab permintaan

pasar. Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang mengungkapkan

Penggarapan beberapa jenis pola di komunitas batik Kliwonan merupakan

siasat menjawab permintaan pasar, Batik Kliwonan menggarap (Affanti,

2009: 146):

19

a. Batik Pola Klasik

Batik klasik merupakan batik rakyat yang dilegitimasi kemudian

menjadi bagian tradisi budaya kraton Jawa yang mencapai

kesempurnaan pada beberapa motif yang sekarang (Dharsono, 2007:

75). Motif batik pola klasik dibuat berdasarkan tradisi dan tetap

bertahan sejak dahulu hingga saat ini. Batik jenis ini telah menjadi

pesanan rutin dari beberapa toko batik atau pedagang batik di

Surakarta. Jenis-jenis polanya sebagian besar ditentukan oleh pihak

pemesan seperti pola sidomulya, sidodrajad, sidomukti, semen rama,

dan lain-lainnya. Keadaan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

batik pola klasik masih dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Batik Gabungan Pola Klasik

Batik gabungan pola klasik adalah batik yang pola hiasnya digarap

melalui gabungan antara dua pola atau motif klasik, misalnya pola

cakar dengan motif gurda, pola truntum dengan lar, dan seterusnya,

Pelaksanannya, motif-motif batik klasik ini oleh seniman perajin

digubah dengan cara menghilangkan motif-motif tertentu,

menambahkan motif-motif tertentu, menggabungkan dengan isen-

isen lainnya, menghaluskan isen-isennya dan seterusnya, namun ciri

dasarnya masih nampak.

c. Batik Pola Agraris

Pola agraris pada Batik Kliwonan juga sangat menonjol. Mulai

berkembang setelah para pembatik mendirikan usaha batik di daerah

ini, yaitu sekitar tahun 1990-an, pola-pola ini seringkali tampil

20

dengan variasinya. Alam lingkungan pedesaan atau pertanian

memberikan inspirasi dalam penciptaan pola agraris Batik Kliwonan.

Motif-motif agraris yang diterapkan biasanya berwujud alam, fauna

(burung, ayam, kambing, kupu-kupu, dan lain-lainnya), dan flora

(pohon, bambu, padi, bunga kanthil, bunga melati, bunga mawar,

dan lain-lainnya).

d. Batik Gabungan Pola Klasik dengan Motif Agraris

Sejak masih menjadi buruh batik pada juragan batik saudagaran,

masyarakat yang berada di lingkungan Batik Kliwonan telah

membuat batik gabungan pola klasik dengan pola agraris. Pola-pola

jenis ini mulai berkembang seiring dengan berkembangnya batik

saudagaran yaitu sekitar awal tahun 1870-an. Gabungan pola atau

motif klasik dengan motif agraris dalam garapan Batik Kliwonan

biasanya diwujudkan dalam pola ceplokan, lerengan atau buketan.

Motif atau pola klasik yang dimanfaatkan diadopsi dari flora dan

fauna di lingkungannya.

e. Batik Pola Naratif

Beberapa perusahaan batik akhir-akhir ini (sejak tahun 2007)

berusaha untuk menciptakan ciri khasnya masing-masing dan

kemudian muncul batik-batik cerita atau „batik naratif‟ yang

menggambarkan kegiatan atau fenomena di lingkungan para

perajinnya, dan karya-karya semacam ini hampir tidak terdapat

dalam sentra pembatikan yang lain di Surakarta. Batik pola naratif

mulai berkembang sekitar tahun 2005-an di Batik Kliwonan.

21

Penelitian berikut dilakukan oleh Puryanti dengan judul “Batik

Kliwonan Di Kabupaten Sragen (Studi Nilai-nilai Filsafati Jawa Dalam

Batik Kliwonan). Tujuan penelitian ini fokus terhadap pendiskripsian

nilai-nilai filsafati Jawa yang terkandung dalam batik Kliwonan di

Kabupaten Sragen. Penelitian ini juga sedikit menyinggung mengenai

batik kreasi baru. Ragam hias yang ada pada batik kreasi baru pada

umumnya terdiri dari bentuk-bentuk yang berasal dari:

a. Tumbuhan atau flora

b. Binatang atau fauna

c. Gabungan motif binatang dan tumbuhan

d. Gabungan motif tradisional dan kreasi baru ( Puryanti, 2010: 87)

3. Konsep Perancangan tekstil

a. Aspek Perancangan

Perancangan atau pengembangan produk dibutuhkan oleh

produsen dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pangsa

pasar dengan cara mengidentifikasi kebutuhan konsumen (Ginting,

2013: 16). Proses Perancangan adalah menjabarkan hasil dasar

pemikiran sebagai aplikasi dari kerangka konseptual ke kerangka kerja

perancangan secara visual ( Rizali, 2012: 57). Seperti yang

diungkapkan Agus Sachari, Satu ide tidaklah begitu saja mencuat lalu

dijabarkan dalam bentuk produk, melainkan ide tersebut merupakan

transformasi pemecahan masalah yang berorientasi kepada pasar

(Sachari, 1986: 147). Proses perancangan ini tidak lain untuk

memenuhi permintaan pasar. Kegiatan perancangan dimulai dengan

22

didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia kemudian disusul

dengan penciptaan konsep produk dan perancangan, pengembangan

serta penyempurnaan produk dan diakhiri dengan pemasaran produk

(Ginting, 2013: 15).

Menurut Nanang Rizali, dalam konsep perancangan ada

beberapa aspek yang harus dipertimbangkan antara lain, bahan,

fungsional (kegunaan), teknik pelaksanaan, daya tarik (keindahan,

tren, selera konsumen dan pemasaran) (Rizali, 2012: 58).

b. Pengembangan Produk

Seiring berkembangnya kekayaan wujud rupa, pasar batik

klasik mengalami kejenuhan. Pasar batik mengalami kelesuan.

Strategi Pemasaran untuk mengatasi pemasaran batik yang sedang

terjadi kelesuan pada usaha pembatikan salah satunya yaitu

memproduksi produk pengganti yang disenangi konsumen. Pengrajin

Batik Kliwonan menyiasati dengan membaurkan batik kreasi baru

untuk memperoleh keuntungan yang lebih baik.

Kejenuhan konsumen terjadi ketika produk yang ditawarkan

sudah menjadi kebiasaan umum digunakan manfaatnya. Pemanfaatan

produk yang berulang terjadi menjadikan konsumen merasa jenuh dan

mempunyai keinginan untuk mencari produk sejenis lainnya dengan

meninggalkan produk yang selama ini mereka gunakan. Konsumen

mencari produk sejenis yang memberikan “nuansa baru” baik dari segi

warna, bentuk, kualitas, dan daya tahan. Rasa jenuh terhadap produk

23

yang ditawarkan dapat dihindari dengan strategi inovasi (Sunyoto,

2014: 82).

Strategi inovasi dapat dilakukan dengan mengembangkan

produk. Pengembangan produk disebut juga merchandising adalah

kegiatan- kegiatan pembuat barang dan perantara yang bermaksud

melakukan penyesuaian barang-barang yang dibuat atau ditawarkan

untuk dijual atas permintaan pembeli. Tujuan pengembangan produk

baru antara lain:

a. Untuk memenuhi tuntutan kualitas.

b. Agar perusahaan dapat beradaptasi dengan kebutuhan konsumen

yang semakin meningkat.

c. Untuk memperbaiki tingkat pertumbuhan produktivitas

d. Untuk bertahan dikompetisi global (Ginting, 2013: 16)

Termasuk di dalam pengembangan produk adalah penentuan

kualitas, ukuran, bentuk, daya tarik lahiriah, labeling, cap tanda

(branding), pembungkus (packaging), dan sebagainya untuk

menyesuaikan selera yang sedang tumbuh (Sunyoto, 2014: 82).

Kualitas produk dapat ditentukan oleh (Sunyoto, 2014: 83):

a. Material

Material atau bahan adalah zat/benda/barang yang dibutuhkan

untuk membuat sesuatu.

b. Teknik / cara pembuatan

Teknik adalah suatu metode, keahlian, atau seni praktis yang

diterapkan pada suatu tugas tertentu (Machali, 2009: 107).

24

c. Tingkat keahlian orang/ perusahaan yang mengerjakan

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara

langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi.

Dalam faktor produksi tenaga kerja ini terkandung unsur fisik,

pikiran, serta kemampuan yang dimiliki (Alam, 2004: 54).

d. Engineering design dan specifications

Engineering design dapat didefinisikan sebagai “Rangkaian

kegiatan yang mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsip-prinsip

scientifik yang bertujuan untuk mendefinisikan peralatan, proses,

atau sistem secara detail sehingga dapat

direalisasikan”(https://karyatulisilmiah.com/wpcontent/uploads/201

6/04/Bab-01-Pengantar-Engineering-Design.pdf.)

e. Daya tarik

Daya tarik lahiriah ini diciptakan antara lain pada motifnya yang

berkembang dan inovatif. Strategi inovasi produk diperlukan untuk

menghindari konsumen dari rasa jenuh terhadap produk yang

ditawarkan (Sunyoto, 2014: 86). Budaya inovasi motif batik tidak

terlepas dari kehendak pasar dan kebutuhan konsumen masa kini.

Seperti yang diungkapkan Endraswara bahwa, Kebudayaan itu

diciptakan (diproduksi) berdasarkan pertimbangan konsumen. Jika

konsumen penuh maka muncul kebudayaan baru. Jika konsumen

semakin tertarik maka muncul pula budaya inovasi (Endraswara,

2006: 24 ).

25

Ukuran : hasil mengukur; panjang, lebar, luas, besar sesuatu;

bilangan yang menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda

(http://kbbi.web.id/ukur).

Bentuk: rupa; wujud yang ditampilkan

(http://kbbi.web.id/ukur).

Labeling/pelabelan merupakan pemberian label terhadap

suatu jenis objek tertentu. Labelling adalah sebuah definisi yang

ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang

tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia

(Jones, 2003: 147). labeling adalah proses melabel seseorang.

Label menurut A Handbook for The Study of Mental Health, adalah

sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi

identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe

bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri sesorang,

kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan

bukan pada perilakunya satu per satu (Ahmadi, dadi & aliyah

nur‟aini H, 2005: 299).

Cap tanda (branding) : landa (2006:4) menyataka bahwa kini

istilah brand telah berkembang, dari sekedar merk atau nama

dagang dari suatu produk, jasa atau perusahaan, yang berkaitan

dengan hal-hal yang kasat mata dari merk; seperti nama dagang,

logo, ciri visual lainnya; kini juga berarti citra, kredibilitas,

karakter, kesan, persepsi dan anggapan di benak konsumen (Landa,

26

Robin. (2006). Designing Brand Experiences. Thomson Delmar

Learning.).

Pembungkus (packaging): Angipora (2006:151) menyatakan

bahwa packaging adalah seluruh kegiatan merancang dan

memproduksi pembungkus suatu produk karena packaging atau

kemasan memiliki fungsi yang sangat penting. Kemasan secara

sederhana dapat diartikan suatu benda yang digunakan untuk

membungkus atau untuk melindungi suatu barang agar rapi atau

bersih. Setiadi (2005:46) Kemasan memiliki fungsi yang sangat

penting untuk suatu benda yang digunakan untuk membungkus

atau untuk melindungi suatu barang agar rapi atau bersih.

Disimpulkan bahwa Packaging adalah suatu kegiatan yang di

lakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan kemasan yang baik

maupun menarik untuk pelanggan.

27

B. Teori dan Kerangka Berfikir

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Studi Batik Tulis

Kontemporer Di Desa Kliwonan Kabupaten Sragen , maka dapat

digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar bagan 1

Kerangka Penelitian

Latar Belakang Batik tulis kontemporer di kliwonan

Konsep Perancangan Batik Tulis Kontemporer

Faktor Ekonomi

Bahan

Fungsi

Teknik

Daya Tarik

Upaya Pengembangan Batik Tulis kontemporer

Permintaan Pasar

28

Keterangan:

Penelitian ini mendeskripsikan latar belakang berkembangnya batik tulis

kontemporer di wilayah Kliwonan. Batik tulis Kontemporer merupakan batik

kreasi baru yang dibuat dari ide masa kini dengan kebebasaan motif dan tidak

terikat pada alat yang dipakai maupun oleh aturan-aturan dan tradisi.

Penelitian ini mendiskripsikan proses perancangan batik tulis

kontemporer yang meliputi pertimbangan sumber ide, teknis pelaksanaan, serta

bahan dan fungsi. Sumber ide, teknis pelaksanaan, serta bahan dan fungsi yang

dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar modern. (Rizali, 2012: 58).

Proses Perancangan adalah menjabarkan hasil dasar pemikiran sebagai

aplikasi dari kerangka konseptual ke kerangka kerja perancangan secara visual (

Rizali, 2012: 57). Proses perancangan ini tidak lain untuk memenuhi permintaan

pasar. Permintaan pasar menyesuaikan kebutuhan selera pasar yang sedang

tumbuh, maka diperlukan pengembangan perwujudan produk batik tulis

kontemporer. Pengembangan tersebut meliputi, penentuan kualitas, ukuran,

bentuk, daya tarik lahiriah, labeling, cap tanda (branding), pembungkus

(Packaging), dan sebagainya. Kualitas produk secara lebih spesifik dapat

ditentukan melalui material teknik, tingkat keahlian perusahaan, engineering

design, dan daya tarik (Sunyoto, 2014: 83).