BAB II ITP

download BAB II ITP

of 13

Transcript of BAB II ITP

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    1/13

    15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.

    Definisi

    Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP) disebut juga autoimmune

    thrombocytopenic purpura, morbus Wirlhof, atau purpura hemorrhagica,

    merupakan kelainan perdarahan (bleeding disorder), akibat destruksi prematur

    trombosit yang meningkat akibat autoantibodi yang mengikat antigen trombosit

    (Pudjiadi AH, dkk., 2010).

    ITP adalah suatu penyakit perdarahan yang didapat sebagai akibat dari

    penghancuran trombosit yang berlebihan, yang ditandai dengan trombositopenia

    (trombosit

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    2/13

    16

    akan mencapai puncak pada usia 2-5 tahun. Hampir selalu ada riwayat infeksi

    bakteri, virus ataupun imunisasi 1-6 minggu sebelum terjadinya penyakit ini.

    Perdarahan sering terjadi saat trombosit dibawah 20.000/mm3 (Ugrasena

    IDG,2012).

    Diagnosis ITP sebagian besar ditegakkan berdasarkan gambaran klinis adanya

    gejala dan atau tanda perdarahan, disertai penurunan jumlah trombosit.

    Pemeriksaan laboratorium lainnya hanya membantu menyingkirkan kemungkinan

    penyebab trombositopeni lainnya (Ugrasena IDG,2012).

    2.3.

    Etiologi

    Obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin, aspirin dapat

    memicu terjaidnya kekambuhan. Obat yang mengandung salisilat dapat

    meningkatkan risiko timbulnya perdarahan (Pudjiadi AH, dkk., 2010).

    2.4. Patogenesis

    Kerusakan trombosit pada ITP melibatkan autoantibodi terhadap glikoprotein

    yang terdapat pada membran trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit

    yang diselimuti antibodi (antibody-coated platelets) tersebut dilakukan oleh

    makrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikuloendotelial lainnya

    (Ugrasena IDG,2012).

    Megakariosit dalam sumsum tulang bisa normal atau meningkat pada ITPsedangkan kadar trombopoitin dalam plasma, yang merupakan progenitor

    proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang berarti,

    terutama pada ITP kronis (Ugrasena IDG,2012).

    Adanya perbedaan secara klinis maupun epidemiologis antara ITP akut dan

    kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme pastofisiologi

    terjadinya trombositopenia diantara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    3/13

    17

    bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibodi yang dibentuk

    saat terjadi respons imun terhadap infeksi bakteri/virus atau imunisasi, yang

    bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator-mediator lainnya yang

    meningkat selama terjadinya respons imun terhadap infeksi dapat berperan dalam

    terjadinya penekanan terhadap produksi tromboist. Sedangkan pada ITP kronis

    mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti penyakit

    autoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik terhadap

    trombosit (Ugrasena IDG,2012).

    Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein (GP) permukaan trombosit

    pada ITP, diantaranya GP IIb-IIa, dan GP V. Namun bagaimana antibodi

    antitrombosit meningkat pada ITP. Perbedaan secara pasti antara ITP akut dan

    kronis serta komponen yang terlibat didalamnya masih belm diketahui pasti.

    Hal tersebut diatas yang menjelaskan mengapa beberapa cara pengobatan terbaru

    yang digunakan dalam penatalaksanaan ITP memiliki efektifitas terbatas,

    disebabkan mereka gagal mencapai target spesifik jalur imunologis yang

    bertanggung jawab pada perubahan produksi dan desktruksi dari trombosit

    (Ugrasena IDG,2012).

    2.5. Manifestasi Klinis

    Pasien ITP biasanya merupakan anak sehat yang mengalami perdarahan secara

    mendadak. Perdarahan tersebut dapat berupa ptekie, purpura atau perdarahan pada

    mukosa hidung (Ugrasena IDG,2012).

    Perdarahan yang terjadi tergantung jumlah trombosit di dalam darah. Manifestasi

    perdarahan diawali dari perdarahan kulit berupa petekie hingga lebam. Pada

    umumnya, bentuk perdarahan berupa purpura pada kulit dan mukosa, dapat terjadi

    di hidung, gusi saluran cerna dan traktus urogenital. Perdarahan tidak disertai

    gejala konstitusi berupa penurunan berat badan, nyeri tulang atau berkeringat di

    malam hari (Pudjiadi AH, dkk., 2010; ASH, 2011).

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    4/13

    18

    Trombositopenia dapat terjadi 1-3 minggu setelah infeksi virus atau bakteri

    (infeksi saluran napas atas, saluran cerna). Trombositopenia dapat pula terjadi

    setelah vaksinasi rubella, rubeola, varisela, atau setelah vaksinasi dengan virus

    hidup (Pudjiadi AH, dkk., 2010).

    Lama terjadinya perdarahan pada ITP dapat membantu membedakan antara ITP

    akut dan kronis. Tidak didapatkannya gejala sistemik dapat membantu

    menyingkirkan kemungkinan suatu bentuk sekunder dan diagnosis lainnya. Perlu

    juga dicari mengenai penggunaan obat atau bahan lain yang dapat menyebabkan

    trombositopeni. Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan (Ugrasena

    IDG,2012).

    Tidak dijumpai hepatosplenomegali, limfadenopati atau stigmata kondisi

    kongenital. Pembesaran limpa terjadi pada 10-20% kasus. (Pudjiadi AH, dkk.,

    2010; ASH, 2011).

    2.6.

    Pemeriksaan Penunjang

    2.6.1Darah tepi (Pudjiadi AH, dkk., 2010; ASH, 2011).

    Morfologi eritrosit, leukosit dan retikulosit biasanya normal.

    Hemoglobin, indeks eritrosit dan jumlah leukosit normal. Anemia bisa terjadi bila

    ada perdarahan spontan yang banyak.

    Trombositopenia. Besar trombosit umumnya normal, hanya kadang ditemua

    bentuk trombosit yang lebih besar (giant platelets).

    2.6.2Bleeding time

    Masa perdarahan memanjang (Pudjiadi AH, dkk., 2010).

    2.6.3Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang

    Perlu tidaknya pemeriksaan sumsum tulang secara rutin dilakukan pada anak

    dengan dugaan ITP, masih menimbulkan perbedaan pendapat diantara para ahli.

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    5/13

    19

    Umumnya pemeriksaan ini dilakukan pada kasus yang meragukan, namun tidak

    pada kasus-kasus dengan manifestasi klinis yang khas. Beberapa ahli berpendapat

    bahwa leukimia tidak pernah nampak dengan trombositopenia saja.

    Pemeriksaan sumsum tulang dianjurkan pada kasus-kasus yang tidak khas,

    misalnya:

    - Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang tidak umum, misalnya demam,

    penurunan berat badan, kelemahan, nyeri tulang, pembesaran hati dan atau

    limpa

    - Kelainan eritrosit dan leukosit pada pemeriksaan darah tepi

    -

    Kasus yang akan diobati dnegan steroid, baik sebagai pengobatan awal atau

    yang gagal diterapi dengan imounoglobulin intravena.

    Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang tidak perlu dilakukan bila gambaran klinis

    dan laboratoris klasik. Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang juga dirasakan tidak

    perlu pada anak-anak yang telah mendapatkan terapi kortikosteroid, gagal

    pengobatan dengan Intravenous immunoglobulin (IVIg), dan telah menjalani

    spleinektomi (Pudjiadi AH, dkk., 2010; ASH, 2011).

    Pemeriksaan sumsum tulang dilakukan apabila gagal terapi selama 3-6 bulan, atau

    pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hepar/lien/kelenjar getah

    bening dan pada laboratorium ditemukan bisitopenia (Pudjiadi AH, dkk., 2010).

    2.7. Penegakan Diagnosis

    Kunci penegakan diagnosa ITP didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik,

    hasil perhitungan darah lengkap dan hapusan darah tepi. Pada umumnya pasien

    ITP tampak sehat, namun tiba-tiba mengalami perdarahan ada kulit (ptekie atau

    purpura) atau pada mukosa hidung (epistaksis). Perlu juga dicari riwayat tentang

    penggunaan obat atau bahan lain yang dapat menyebabkan trombositopenia.

    Riwayat keluarga umumnya tidak didapatkan (Setyoboedi B & Ugrasena IDG,

    2004).

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    6/13

    20

    Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya didapatkan bukti-bukti adanya perdarahan

    tipe trombosit (platelet-type bleeding), yaitu ptekie, purpura, perdarahan

    konjungtiva, atau perdarahan mukokutaneus lainnya. Perlu dipikirkan

    kemungkinan suatu penyakit lain, jika ditemukan adanya pembesaran hati dan

    atau limpa, meskipun ujung limpa sedikit teraba pada lebih kurang 10% anak

    dengan ITP (Setyoboedi B & Ugrasena IDG, 2004).

    Selain trombositopenia, pemeriksaan darah tepi lainnya pada anak dengan ITP

    umumya normal sesuai umurnya. Pada lebih kurang 15% penderita didapatkan

    anemia ringan karena perdarahan yang dialaminya. Pemeriksaan hapusan darah

    tepi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan pseudotrombositopenia,

    sindrom trombosit raksasa yang diturunkan (inherited giant platelet syndrome),

    dan kelainan hematologi lainnya. Trombosit yang imatur (megatrombosit)

    ditemukan pada sebagian besar penderita. Pada pemeriksaan dengan flow

    cytometry terlihat trombosit pada ITP lebih aktif secara metabolik, yang

    menjelaskan mengapa dengan jumlah trombosit yang sama, perdarahan lebih

    jarang didapatkan pada ITP dibandingkan pada kegagalan sumsum tulang

    (Setyoboedi B & Ugrasena IDG, 2004).

    Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan ITP, masih

    menimbulkan perbedaan pendapat diantara para ahli. Umumnya pemeriksaan ini

    dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan, namun tidak pada kasus-kasus

    dengan manifestasi klinis yang khas. Pemeriksaan sumsum tulang dianjurkan pada

    kasus-kasus yang tidak khas (Setyoboedi B & Ugrasena IDG, 2004).

    Diagnosis ITP ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab

    trombositopenia yang lain. Bentuk sekunder kelainan ini didapatkan bersamaan

    dengan systemic lupus erythematosus (SLE), sindroma antifosfolipid, leukemia

    atau limfoma, defisiensi IgA, hipogamaglobunemia, infeksi HIV atau hepatitis C,

    dan pengobatan dengan heparin atau quinidine (Setyoboedi B & Ugrasena IDG,

    2004).

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    7/13

    21

    Tabel 2.1. Diagnosis Banding ITP secara lengkap (Ugrasena IDG,2012).

    Kelainan Gambaran Klinis Laboratorium

    Penurunan produksi trombositKongenital

    TrombocytopeniaAbsent Radius (TAR)

    Syndrome

    - Tidak ada tulang radius saatlahir

    - Ada kelainan skeletal lain- Ada penyakit jantung

    bawaan (1/3 kasus)

    -Hitung trombosit 15.000 s.d.30.000

    Anemia Fanconi - Perawakan pendek- Hiperpigmentasi kulit

    - Hipoplasia ibu jari danradius

    -

    Kelainan ginjal- Mikrosefali- mikroftalmi

    -pansitopenia karena anemiaaplastik

    Trombositopeniaamegakariositik

    - tidak ada kelainan skletalseperti pada sindrom TAR

    -trombositopenia padaperiode neonatal

    Didapat

    Leukemia - riwayat kelelahan, demam,berat badan turun, pucat,nyeri tulang

    - limfadenopati- spleinomegali- hepatomegali

    -leukositosis-anemia-sel blas pada hapusan darah

    tepi (leukoeritroblastosis)

    Anemia aplastik -

    riwayat lelah, perdarahan,infeksi berulang

    -pemeriksaan fisiknonspesifik

    - tidak ada spleinomegali

    -

    pansitopenia-neutropeni berat-hitung retikulosit rendah

    Neuroblastoma - massa diabdomen- ada sindrom paraneoplastik- gejala neurologik dari korda

    spinalis

    -trombositopenia karenametastasis ke sumsum tulang

    Difisiensi nutrisi - riwayat nutrisi buruk atau

    diet khusus-pucat, lemah, lelah-

    defisit neurologik karenadefisiensi B12

    -anemia megaloblastik

    -hiperpigmentasi neutrofil-retikulosit rendah-

    kadar vit B12 dan asam folatrendah

    Obat-obatan - riwayat penggunaan obatatau perubahan dosis obat

    Peningkatan destruksi trombosit

    Imun

    Neonatal allomimune -ptekir menyeluruh beberapajam setelah lahir

    -hitung trombosit ibu normal

    Obat-obatan - riwayat penggunaan obat

    atau perubahan dosis obat

    Infeksi HIV - gejala dan tanda infeksi

    sistemik HIV

    -kelainan sebagian atau

    seluruh deret sel

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    8/13

    22

    -konfirmasi diagnostikserologi HIV

    Purpura pascatransfusi

    - riwayat transfusi trombositbeberapa jam sebelum

    trombositopenia

    -trombositopenia akut

    Penyakit kolagenvaskular/autoimun

    - gejala sistemik, termasuknyeri atau pembengkakansendi

    -ada anemia karena penyakitkronik

    -leukosit kadang abnormal

    Non-imun

    Sindrom uremik

    hemolitik

    - riwayat diare berdarah (E.

    Coli O157:H7, Shigella Sp)- gagal ginjal

    -anemia mikrositik

    mikroangiopati

    DIC (DisseminatedIntravascularCoagulation)

    - tanda/gejala sepsis (demma,takikardi, hipotensi)

    -PPT dan APTT meningkat-Anemia mikrositik

    mikroangiopati

    -Kadar fibrinogen menurun

    -

    D-dimerPenyakit jantungsianotik

    - Sianosis- Gagal jantung

    -Polisitemia kompensasi

    Gangguan kualitas

    trombosit

    Sindrom Wiskott-Aldrich

    - Menurun secara X-Link- Eksema- Infeksi berulang karena

    defisiensi imun

    -Trombosit 20.000 s.d.100.000/mcL

    -Trombosit sangat kecil

    Sindrom Bernard-Souller

    - Menurun secara dominanautosom

    - Sering ada ekimosis,

    perdarahan gusi dangastrointestinal

    -Ukuran trombosit besar,kadang lebih besardibanding limfosit

    Sindrom May-Hegglin - Menurun secara dominanautosom

    - Kebanyakan pasienasimptomatik

    -Ukuran trombosit raksasa(Giant platelet)

    -AdaInclusion bodiespadaleukosit (Dochle bodies)

    Sindrom Gray Platelet - Perdarahan ringan -Trombosit kelihatan ovaldan pucat

    Sekuestrasi

    Sindrom Kasabach-Merrit

    - Peningkatan ukuranhemangioendothelioma

    periode neonatalHiperspleinisme - Riwayat penyakit

    hepar/hipertensi portal- Spleinomegali

    -Ada anemia dan hitungleukosit abnrmal (tergantungpenyakit)

    -Dihubungkan denganleukemia dan penyakitinfiltrat lainnya.

    Pada anak berusia kurang dari tiga bulan, kemungkinan suatu trombositopenia

    kongenital perlu disingkirkan. Pada sindrom Bernard-Soulier perdarahan lebih

    hebat dari jumlah trombosit yang diduga (contohnya, perdarahan nyata pada

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    9/13

    23

    jumlah trombosit 30.000/mm3). Pada sindrom Wiskott-Aldrich didapatkan

    trombosit yang lebih kecil dari normal, sedangkan pada ITP biasanya lebih besar

    dari bentuk trombosit normal. Kelainan kongenital lain yang dapat menyebabkan

    perdarahan pada bayi dan didiagnosa sebagai ITP adalah sindrom von

    Willebrands tipe Iib, yang disebabkan faktor von willebrand abnormal aggregasi

    trombosit dan trombositopenia (Ugrasena IDG,2012).

    Anak yang lebih tua dan mereka yang mengalami perjalanan menjadi kronis, perlu

    dipikirkan adanya kelainan autoimun yang lebih luas, serta perlu dicari adanya

    tanda-tanda dan atau gejala-gejala dari ELS atau sindrom antifosfolipid (Ugrasena

    IDG,2012).

    Pada anak yang menderita varisela yang disertai trombositopenia perlu dilakukan

    pemeriksaan yang lebih teliti, sebab meskipun jarang namun dapat mengancam

    jiwa berhubungan dengan kekurangan protein S yang didapat dan trombosis

    mikrovaskuler (Ugrasena IDG,2012).

    Trombositopenia dapat disebabkan oleh obat-obatan. Obat-obatan yang

    menyebabkan trombositopenia dapat dibagi menjadi (Ugrasena IDG,2012) :

    1. Obat yang berhubungan dengan penurunan fungsi trombosit:

    - Kemoterapi

    - Diuretik thiazide

    - Alkohol

    - Estrogen

    -

    Kloramfenikol- Radiasi terionisasi I

    2. Obat yang berhubungan dengan destruksi trombosit:

    - Sulfonamid

    -

    Quinidine

    - Kinina

    - Karbamazepine

    -

    Asam valproat

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    10/13

    24

    - Heparin

    - Digoksin

    3.

    Obat yang berhubungan dengan perbahan fungsi trombosit:

    -

    Aspirin

    - Dipiridamol

    2.8. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan ITP pada anak terutama ITP akut masih menjadi topik

    kontroversi. ITP bersifat akut dan 90% sembuh spontan, hanya 5-10% menjadi

    kronis. Sebagian dokter meyakini perjalanan alami yang ringan penyakit tersebut

    dan menganjurkan pengobatan hanya untuk mereka yang mengalami perdarahan

    secara klinis berupa mulai petekie dan atau purpura yang banyak sampai

    perdarahan hebat yang mengancam jiwa. Sedangkan sebagian yang lain

    menganjurkan tindakan dan pengobatan dini pada semua anak dengan trombosit

    kurang dari 20.000 30.000/mm3 tanpa menghiraukan tingkat perdarahan

    (Ugrasena IDG,2012).

    Sebagian besar pasien ITP tidak perlu dirawat di rumah sakit. Suasana rumah sakit

    (bangsal anak) yang sibuk dan ribut tidak lebih baik daripada lingkungan rumah

    sendiri. Pasien dapat kontrol di poliklinik 1-2 kali seminggu, dengan pemeriksaan

    darah lengkap dan jumlah trombosit. Bila jumlah trombosit sudah mulai

    meningkat, biasanya dalam 1-2 minggu maka pemeriksaan darah lengkap dan

    jumlah trombosit boleh dilakukan tiap 2-3 minggu sekali sampai kembali pada

    nilai normalnya (Ugrasena IDG,2012).

    Strategi terapi ITP tidak bertujuan untuk mencapai jumlah trombosit normal

    melainkan mencapai jumlah trombosit yang memberikan hemostasis adekuat

    terhadap pasien (Pudjiadi AH, dkk., 2010; ASH, 2011).

    Penatalaksanaan ITP pada anak meliputi tindakan suportif dan terapi

    farmakologis. Tindakan suportif merupakan hal yang penting dalam

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    11/13

    25

    penatalaksanaan ITP pada anak, diantaranya membatasi aktifitas fisik, mencegah

    perdarahan akibat trauma, menghindari obat yang dapat menekan produksi

    trombosit atau merubah fungsinya, dan yang paling penting adalah memberi

    pengertian pada pasien dan atau orang tua tentang penyakitnya (Ugrasena

    IDG,2012).

    Keputusan untuk melakukan terapi harus didiskusikan pada pasien degan

    mempertimbangkan derajat perdarahan, kemungkinan prosedur pembedahan, efek

    samping pengobatan, dan hubungannya dengan quality of life (QoL) pasien (ASH,

    2011).

    Medikamentosa

    Terapi ITP terdiri dari observasi, pemberian kortikosteroid, anti-D

    immunoglobulin (anti-D) atau IVIg. Pemilihan terapi berdasarkan jumlah

    trombosit dan manifestasi klinis seperti tercantum pada Tabel 1 (Pudjiadi AH,

    dkk., 2010; ASH, 2011).

    Terapi lini pertama ITP menggunakan IVIg dosis tunggal atau pemberian jangka

    pendek kortikosteroid. Pemberian IVIg lebih dianjurkan dalam mempercepat

    peningkatan jumlah trombosit dibandingkan kortikosteroid (ASH, 2011).

    Anti-D merupakan terapi ITP lini pertama pada anak dengan Rh+ non-

    splenectomized.

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    12/13

    26

    1)Pengobatan dengan kortikosteroid diberikan bila:

    a.

    Perdarahan mukosa dengan jumlah trombosit

  • 8/10/2019 BAB II ITP

    13/13

    27

    d. Jumlah trombosit 50.000/uL,

    pikirkan penyebab lain ( misal faktor koagulasi) sebelum memutuskan

    pemberian trombosit.

    e.

    Kecurigaan/pasti perdarahan intrakranial

    f. Menjalani operasi, dengan jumlah trombosit