BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: Belajar adalah: “suatu proses suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003). Belajar adalah: “suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004). Belajar adalah: “suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan” (Hamalik, 1990). Tingkah baru yang baru itu misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perobohan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani. Belajar adalah: “perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain (Pidarta, 2000). Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar

Pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Belajar adalah: “suatu proses suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto,

2003).

Belajar adalah: “suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang

berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga

menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan

kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004).

Belajar adalah: “suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan” (Hamalik, 1990). Tingkah baru yang baru itu misalnya

dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru,

perobohan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesanggupan

menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan

jasmani.

Belajar adalah: “perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil

pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa

melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya

kepada orang lain (Pidarta, 2000).

Belajar pada hakekatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dari aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan

lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar,

bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

9

yang progresif. Belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak

tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa.

Jadi, belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan seseorang

melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh perubahan perilaku yang

semula belum tahu menjadi tahu supaya mendapatkan suatu kepribadian yang

baru yang lebih baik.

2.1.2 Hasil Belajar

Syah (1997) menjelaskan bahwa “prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan

murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran atau pondok pesantren

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah

materi pelajaran tertentu”.

Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan

belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat dikatakan, bahwa

dia telah berhasil dalam belajar, demikian pula sebaliknya. Sedangkan dalam

usaha untuk mencapai suatu hasil belajar dari proses belajar mengajar, seorang

siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor

eksternal.

Menurut Darsono (2000) hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan

yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, dan

nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Dari pendapat

tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa

dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah mereka memperoleh

pengalaman belajar.

Menurut Hamalik (2004) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan

terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

10

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru

bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan

melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah

melakukan usaha-usaha belajar. Hasil yang dapat dicapai dari suatu kegiatan atau

usaha yang didapat tersebut diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar

yakni penguasaan, perubahan, emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat

diukur dengan tes tertentu.

Dari beberapa pengertian di atas hasil belajar merujuk pada pencapaian hasil

belajar yang diukur dengan tugas – tugas yang harus dijawab atau diselesaikan

oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar dengan tes dalam

bentuk nilai.

2.1.3 Gender

Menurut Santrok (2007), gender adalah dimensi psikologis dan sosiokultural

yang dimiliki karena seseorang adalah lelaki atau perempuan. Ada dua aspek

penting dari gender yaitu identitas gender dan peran gender. Identitas gender

adalah perasaan menjadi laki-laki atau perempuan, yang biasanya dicapai anak

berusia 3 tahun. Peran gender adalah sebuah set ekspektasi yang menggambarkan

bagaimana pria atau wanita seharusnya berfikir, bertindak atau merasa.

Dayakisni dan Yuniardi dalam Marisa (2010) mendefisikan gender sebagai

perilaku dan pola-pola aktifitas yang dianggap cocok atau pantas bagi pria dan

wanita oleh suatu masyarakat atau budaya. Dalam penelitian ini gender

didefinisikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan

perbedaan karakteristik biologis dan perbedaan peran sosialnya.

Gender merupakan peran dan perbedaan status sosial di mana peran laki-laki

dan peran perempuan ditentukan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan

nilai budaya yang berlaku.

Dari beberapa pendapat di atas, gender merupakan sifat yang melekat pada

laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

11

2.1.3.1 Teori Gender

Menurut Santrock dalam Marisa (2010), hal-hal yang mempengaruhi

perkembangan gender dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu pengaruh biologis,

pengaruh sosial, dan pengaruh kognitif.

1 . Perkembangan Biologis.

a. Pandangan psikologi evolusioner, menyatakan bahwa adaptasi yang terjadi

pada proses evolusi manusia menghasilkan perbedaan psikologis antara

laki-laki dan perempuan. Para psikologis evolusioner berpendapat bahwa

karena perbedaan peran dalam reproduksi laki-laki dan perempuan

menghadapi tantangan yang berbeda ketika manusia berevolusi pada

zaman purba.

b. Pandangan interaksionis, berpendapat bahwa perilaku anak sebagai laki-

laki dan perempuan disebabkan oleh interaksi oleh faktor biologis dan

lingkungan.

2. Pengaruh Sosial

a. Teori gender psikoanalisis, pandangan ini tumbuh dari pandangan Freud

yang menyatakan bahwa anak usia prasekolah mengembangkan

ketertarikan seksual terhadap orang tua yang berjenis kelamin berbeda

darinya. Pada usia 5 - 6 tahun, anak menghentikan ketertarikan ini karena

timbul kecemasan dalam dirinya. Kemudian anak akan

mengidentifikasikan dirinya dan secara tidak sadar mengadopsi

karakteristik orang tua tersebut.

b. Teori gender kognitif sosial, teori ini menekankan bahwa perkembangan

gender anak-anak terjadi melalui proses reward dan punishment yang

dialami anak untuk perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gender

tertentu. Orang tua seringkali menggunakan reward dan punishment untuk

mengajari anak perempuan untuk menjadi feminim ketika mengajarkan

anak laki-laki untuk menjadi maskulin.

3. Pengaruh Kognitif

a. Teori perkembangan kognitif gender menyatakan bahwa pembagian

gender anak terjadi setelah anak berfikir bahwa dirinya laki-laki atau

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

12

perempuan. setelah merekan konsisten menyadari bahwa dirinya laki-laki

atau perempuan, anak memilih aktivitas, objek, dan sikap yang konsisten

dengan label ini.

b. Teori skema gender, menyatakan bahwa pembagian gender menyatakan

bahwa pembagian gender muncul ketika anak secara bertahap

mengembangkan skema gender tentang apa yang secara gender sesuai atau

tidak sesuai dalam kebudayaan mereka. Skema adalah sebuah struktur

kognitif, sebuah jaringan dari asosiasi yang menuntun persepsi individu.

Skema gender mengatur dunia dalam bentuk lak-laki dan perempuan. anak

secara internal termotivasi untuk mempersepsikan dunia untuk bertindak

sesuai dengan skema mereka yang sedang berkembang.

Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan gender, perkembangan

perilaku gender merupakan interaksi atau perbedaan peran dalam diri anak dan

lingkungannya, pengaruh dari orang tua, dan adanya pembagian peran sebagai

laki-laki dan sebagai perempuan.

2.1.4 Pembelajaran Matematika

2.1.4.1 Matematika

Dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini

dilandasi oleh perkembangan Matematika di bidang teori bilangan, aljabar,

analisis, teori peluang, dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan

teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

13

Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika dalam dokumen ini

disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010), Matematika adalah bahasa

simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu

tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke

dalil.

Menurut Gatot (2007), pembelajaran Matematika adalah proses pemberian

pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang

terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan

Matematika yang dipelajari.

Dari pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang penelitian pada angka dan

bilangan yang dikelompokkan pada tiga bidang aljabar, analisis, dan geometri

yang merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau

model tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya

secara deduktif.

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Matematika

Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

14

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.4.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan

pendidikan SD/MI meliputi aspek – aspek sebagai berikut:

1. Bilangan,

2. Geometri dan pengukuran,

3. Pengolahan data.

2.1.5 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Baharuddin (2010) Cooperatif learning, yaitu strategi

yang digunakan untuk proses belajar, di mana siswa akan lebih mudah

menemukan secara komperhensif konsep-konsep yang sulit jika mereka

mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di

mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu

satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif,

para siswa diharapkan dapat membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Tujuan yang paling

penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa

pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan

(Slavin, 2005).

Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan

untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

15

untuk meningkatkan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang

merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan

interpersonal dan keefektifan.

2.1.5.1 Pembelajaran kooperatif tipe TGT

Menurut Slavin (2010), Pembelajaran kooperatif model TGT (Team Game

Turnament) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang

mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung permainan dan reinforcemen.

TGT (Team Game Turnament) menggunakan turnamen akademik, dan

menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individual, di mana siswa

berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memperoleh

skor tertinggi.

Model pembelajaran TGT ini merupakan model pembelajaran yang

menitikberatkan belajar dengan kelompok dan mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru secara bersama-sama. Siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran,

karena akan dituntut tanggungjawab setiap individu dan tanggung jawab

kelompok akan mengikuti game pada akhir pokok bahasan pembelajaran. Dengan

demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal akademik,

setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

Dengan model pembelajaran tipe TGT diharapkan siswa lebih aktif dalam

mengikuti pembelajaran, lebih bisa bekerjasama dengan teman-teman lain, lebih

bertanggungjawab dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan.

Sehinga dengan model pembelajaran TGT akan mempengaruhi tingkat

konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman

sejumlah materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi

pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.

Menurut Robert E Slavin (2010) komponen-komponen dalam TGT adalah

penyajian materi, tim, game, dan turnamen dan penghargaan kelompok, yaitu:

1. Presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan

materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan

pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang

dipimpin guru. Di samping itu, guru juga menyampaikan tugas,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

16

tujuan, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan

memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus

benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang

disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih

baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game/ turnamen

karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Belajar kelompok (tim), guru membagi siswa dalam kelompok

kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 - 6

orang anggotanya heterogen. Dengan adanya heterogenitas antar

kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling

membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan yang

berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal

ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri

siswa belajar secara kompetitif sengat menyenangkan. Pada saat

pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk

mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game/turnamen. Setelah guru

menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok

berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok

terjadi diskusi untuk memecahkan bersama, saling memberikan

jawaban dan mengkoreksi jika ada anggota kelompok yang

salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian

rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan

baik.

3. Persiapan permainan atau pertandingan, guru mempersiapkan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi.

Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan,

yaitu: kartu permainan yang dilengkapi dengan nomor, skor,

pertanyaan, dan jawaban mengenai materi. Game dimainkan

oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa

mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak.

4. Turnamen, merupakan struktur game yang dimainkan. Biasanya

diselenggarakan pada akhir pekan atau unit, setelah guru

melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih dengan

lembar kerja. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja

turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada

meja 1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya.

Kompetisi yang sama ini memungkinkan siswa dari semua

tingkat pada hasil belajar yang lalu memberikan konstribusi

pada skor timnya secara maksimal jika mereka melakukan yang

terbaik.

5. Rekognisi tim/penghargaan kelompok, tim dimungkinkan

mendapat sertifikat dan pengharaan lain apabila skor rata-rata

mereka melebihi kriteria tertentu.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

17

TEAM A

TEAM B TEAM C

Penempatan pada Meja Turnamen

Keterangan:

MT 1, MT 2, MT 3, MT 4 : Meja Turnamen

A-1, B-1, C-1 : Siswa berkemampuan akademik tinggi

A-2, B-2, C-2 : Siswa berkemampuan akademik sedang

A-3, B-3, C-3 : Siswa berkemampuan akademik sedang

A-4, B-4, C-4 : Siswa berkemampuan akademik rendah

Sebelum melakukan turnamen terlebih dahulu guru memberikan materi

pembelajaran di kelas, siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 6

anggota secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik siswa yang

ditempatkan pada meja – meja turnamen. Dalam meja turnamen tersebut sudah

disiapkan alat-alat permainan yang dilengkapi dengan pertanyaan, jawaban, kartu

permainan bernomor dan lembar skor. Turnamen dilakukan memungkinkan siswa

dari semua tingkat kemampuan menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Bagi

kelompok yang menyumbangkan poin terbanyak akan diberikan penghargaan.

Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses pelaksanaan

pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

A-1 A-2 A-3 A-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4

Tinggi Sedang Sedang Rendah

MT

1

MT

2

MT

3

MT

4

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

18

a. Menyampaikan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran;

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai;

d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Peaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat melalui

proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dan

menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar

dari aneka sumber;

2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik secara

aktif dalam tiap kegiatan pembelajaran; dan

4) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,

dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara

lisan maupun tertulis;

3) Memberikan kesempatan untuk berfikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual

maupun kelompok;

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

19

7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja

individual maupun kelompok;

8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

festifal, serta produk yang dihasilkan;

9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta

didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan

peserta didik,

2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai

kompetensi dasar:

a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam

menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami

kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan

benar;

b) Membantu menyelesaikan masalah;

c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi;

d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang

dan belum berpartisipatif aktif.

3. Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Bersama - sama dengan peserta didk dan atau sendiri membuat

rangkuman atau simpulan pelajaran;

b. Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran;

d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remidi, program pengayaan, layanan konseling dan atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar peserta didik;

e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas terbagi dalam kegiatan

pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang

ditujukan untuk memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa untuk

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

20

mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dibagi atas kegiatan eksplorasi, elaborasi,

dan konfirmasi. Pada kegiatan inti ini merupakan proses pembelajaran yang

melibatkan siswa mengalami langsung proses belajar. Kegiatan penutup

merupakan kegiatan akhir dalam aktivitas pembelajaran dengan adanya penarikan

kesimpulan tentang materi yang dipelajari, evaluasi, umpan balik dan tindak

lanjut.

Berangkat dari rencana pembelajaran di atas maka kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan TGT (Team Game Turnament) merupakan kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada permainan akademik. Berdasarkan tahapan

pembelajaran TGT, maka langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran TGT

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan awal

- Memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran yang akan

dilakukan

- Melakukan apersepsi dari pembelajaran sebelumnya

- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan

2. Kegiatan inti

a. Eksplorasi

- Guru melakukan presentasi kelas dengan menyampaikan materi

pelajaran sifat, jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok

(Materi);

- Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang teriri dari 4-5

siswa yang anggotanya heterogen berdasarkan kemampuan

akademiknya (Tim);

- Guru meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok untuk

memperdalam materi dalam mempersiapkan permainan.

- Guru mempersiapkan permainan dengan menempatkan siswa

dalam meja-meja turnamen, mempersiapkan peralatan yang

digunakan untuk permainan (Game).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

21

b. Elaborasi

- Guru memfasilitasi siswa melakukan turnamen (game akademik)

dengan menempatkan siswa ke meja turnamen. Empat siswa

terbaik hasil belajarnya berdasarkan pretest ditempatkan di meja 1,

empat siswa berikutnya di meja 2, dan seterusnya (turnamen).

c. Konfirmasi

- Guru memberikan penguatan dengan memberikan penghargaan

terhadap kelompok yang mendapatkan skor tertinggi (Penghargaan

kelompok);

- Guru melakukan pembahasan terhadap soal yang belum terjawab.

3. Kegiatan akhir

- Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan yang dilakukan;

- Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan;

- Evaluasi;

- Guru menginformasikan pelajaran yang akan dilakukan pada

pertemuan selanjutnya

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Septiana (2011) dengan

judul “ Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game

Turnament) terhadap hasil belajar Matematika bagi siswa kelas V Sekolah Dasar”

menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game

Turnament) lebih efektif dan nilai hasil belajar lebih tinggi dibanding

pembelajaran dengan model konvensional.

Keberhasilan tersebut dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar (posttest) kedua

kelas diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 82,06 sedangkan kelas

kontrol nilai rata-rata kelasnya sebesar 74,12. Adanya selisih antara rata-rata

kedua kelas tersebut dimana didapat 82,06 > 74,12, maka pembelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament)

meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan

dengan metode konvensional.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

22

Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe

TGT (Teams Games Tournament) terbukti mempengaruhi dan meningkatkan hasil

belajar peserta didik, karena pembelajaran ini memusatkan pembelajaran

kelompok dengan menggunakan turnamen akademik dalam pembelajarannya.

Penelitian yang dilakukan Krisna (2010) dengan judul “Pengaruh metode

pembelajaran dan jenis kelamin terhadap motivasi belajar penjasorkes materi

atletik nomor lompat jauh di SD, menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh anatra

pembelajaran dengan jenis kelamin. Hal ini terbukti dengan nilai fhitung sebesar

3,034 < ftabel sebesar 3,94.

Berdasarkan penelitian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) pada

mata pelajaran Matematika berdasarkan gender untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

adalah dari metode pembelajaran yang digunakan yang berpengaruh terhadap

hasil belajar anak karena metode pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Turnament) ditekankan

pada kegiatan pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh

siswa, juga mengandung permainan akademik dan reinforcement. Pembelajaran

kooperatif tipe TGT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa akan

terdorong untuk belajar aktif saling bekerjasama dalam kelompok dan tertarik

pada turnamen akademik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TGT

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajarrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/795/3/T1_292008028_BAB II.pdf · 2.1 Kajian Teori . 2.1.1 Belajar . Pengertian belajar

23

Dalam penelitian ini hasil belajar siswa akan didasarkan pada gender, di mana

hasil belajar siswa tingkat keberhasilannya terhadap siswa laki-laki atau siswa

perempuan.

2.4 Hipotesis

Apakah ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team

Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender siswa

kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri Semester 2

Tahun Pelajaran 2011/2012.

H0 : diduga tidak ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Team Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan

gender siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten

Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

H1 : diduga ada pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team

Game Turnament) terhadap hasil belajar Matematika berdasarkan gender

siswa kelas IV SD Negeri Krapyak Gugus Mendhut Kabupaten Wonogiri

Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.