BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN …eprints.umm.ac.id/53259/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA...

14
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori sinyal (signaling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence di dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling. Spence (1973) mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal, pihak pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Menurut Ratnasari et al. (2017) Signaling theory mengemukakan tentang bagimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2014:184) signaling theory merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan dalam memberi petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen pada prospek perusahaan untuk masa mendatang.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN …eprints.umm.ac.id/53259/3/BAB II.pdf8 BAB II KAJIAN PUSTAKA...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal (signaling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence di

dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling. Spence (1973)

mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal, pihak pengirim

(pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat

dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan

perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut.

Menurut Ratnasari et al. (2017) Signaling theory mengemukakan tentang

bagimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan

oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa

promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik

daripada perusahaan lain. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2014:184)

signaling theory merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan dalam memberi

petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen pada prospek perusahaan

untuk masa mendatang.

9

2. Dividend Irrelevance Theory

Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (1958)

dalam (Simanjuntak, 2016). Menurut dividend irrelevance theory, kebijakan

dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan.

Miller dan Modigliani berpendapat bahwa, nilai perusahaan hanya ditentukan oleh

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan

risiko bisnis, sedangkan bagaimana cara membagi arus pendapatan menjadi dividen

dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Inti dari pendapat MM adalah, bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap

kemakmuran pemegang saham diofset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan

investasi yang dilakukan perusahaan. Misalkan perusahaan telah membuat

keputusan investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menahan laba

untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual saham baru

sejumlah dividen yang dibayarkan (Simanjuntak, 2016).

3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu

perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.

Kepercayaan tersebut dapat diperoleh setelah melalui suatu proses kegiatan selama

beberapa tahun didirikan sampai dengan saat ini. Masyarakat menilai dengan

bersedia membeli saham perusahaan dengan harga tertentu sesuai dengan persepsi

dan keyakinannya. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang

sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai

10

perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Adapun hal ini

merupakan tugas dari manajer sebagai agen yang telah diberi kepercayaan oleh para

pemilik perusahaan untuk menjalankan perusahaannya. Nilai perusahaan sangat

penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya

kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Semakin tinggi

harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Kekayaan pemegang saham dan

perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan

dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.

4. Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan tanggung jawab kedua manajer keuangan

untuk menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan

operasinya. Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan dana, perusahaan dapat

mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba

di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu di tambah tingkat

bunga tetap. Keputusan pendanaan dan investasi (baik jangka panjang maupun

jangka pendek) tentu saja saling terkait. Jumlah investasi menentukan jumlah

pendanaan yang harus diperoleh, dan para investor yang berkontribusi mendanai

saat ini mengharapkan pengembalian investasi di masa depan. Oleh sebab itu,

investasi yang dilakukan perusahaan saat ini harus menghasilkan pengembalian di

masa depan untuk dibayarkan kepada para investor (Brealey et al., 2008).

11

5. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan keputusan yang terkait dengan pertanyaan

apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham

atau akan digunakan untuk menambah modal dalam rangka pembiayaan investasi

di masa depan. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR)

menjadi penentu berapa bagian jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk dividen

kas dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan (Suryaningsih et al., 2018).

Perusahaan yang memilih kebijakan dividen tinggi tanpa arus kas untuk

mendukungnya, pada akhirnya harus memotong investasi atau beralih ke pasar

modal untuk mendapatkan pendanaan utang atau ekuitas tambahan. Dengan

demikian, manajer tidak meningkatkan dividen kecuali mereka yakin bahwa

perusahaan menghasilkan cukup banyak kas untuk membayar mereka. Hal ini

adalah alasan utama yang kita katakan bahwa ada isi informasi dividen yaitu

perubahan dividen dapat diterjemahkan sebagai tanda perubahan prospek

perusahaan (Brealey et al., 2008).

6. Kualitas Laba

Menurut Bandi (2009) untuk menjadi informasi yang berguna, laba sebagai

bagian dari laporan keuangan harus berkualitas. Laba yang berkualitas adalah laba

yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan,

yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat mencerminkan kinerja

keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Djamaluddin et al., 2008). Dechows et

al. (2010) mendefinisikan kualitas laba sebagai berikut: “Higher quality earnings

12

provide more information about the features of a firms financial performance that

are relevant to a specific decision made by a specific decision-maker”. Dari

definisi di atas, terdapat tiga hal yang harus digarisbawahi menurut Dechows et al.

(2010) pertama, kualitas laba tergantung pada informasi yang relevan dalam

membuat keputusan. Dengan demikian, pendefinisian kualitas laba di atas hanya

dalam konteks model keputusan tertentu. Ke dua, kualitas dari angka laba yang

dilaporkan dilihat dari apakah informasi tersebut menggambarkan kinerja keuangan

suatu perusahaan. Ke tiga, kualitas laba secara bersama-sama ditentukan oleh

relevansi dari kinerja keuangan yang mendasari keputusan.

Dechows et al. (2010) mengklasifikasikan proksi dari kualitas laba ke dalam

tiga kategori utama yaitu: kategori pertama, sifat laba (properties of earnings)

meliputi: persistensi laba (earnings persistence), ukuran besarnya akrual

(magnitude of accruals), nilai sisa model akrual (residual models accrual), perataan

laba (earnings smoothness), dan ketepatan pengakuan rugi (timely loss

recognition). Kategori ke dua, respon investor terhadap laba (investor

responsiveness to earning), dan ke tiga external indicators of financial reporting

quality.

B. Reviu Penelitian terdahulu

Suryaningsih et al. (2018) meneliti tentang kepemilikan manajemen, ukuran

dewan komisaris dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan corporate

social responsibility sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel independen yang digunakan yaitu kepemilikan manajemen, ukuran

13

dewan komisaris dan kebijakan deviden, dan varibel dependennya yaitu nilai

perusahaan dengan menggunakan CSR sebagai variabel pemoderasi. Berdasarkan

uji t diperoleh hasil bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan, sedangkan ukuran dewan komisaris dan kebijakan deviden

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Ng dan Daromes (2016) meneliti tentang peran kemampuan manajerial

sebagai mekanisme peningkatan kualitas laba dan nilai perusahan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel independen yaitu, kepemilikan manajerial, adapun

kualitas laba sebagai variabel intervening yang memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan. Kemudian berdasarkan uji t mendapatkan analisis bahwa kemampuan

manajerial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan manajer dalam mengelola

sumberdaya yang ada dalam perusahaan lebih efisien, maka akan meningkatkan

hasil pencapaian laba berkelanjutan di masa yang akan datang. Kemampuan

manajerial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajer yang memiliki kemampuan yang

lebih baik akan mampu mengambil keputusan investasi dan keuangan yang

memiliki efek tetap terhadap mengelolaan perusahaan. Kualitas laba tidak memiliki

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

perusahaan dalam mengelola sumberdaya kasnya tidak efisien sehingga

mengakibatkan cenderung tidak dapat mempertahankan laba keberlanjutan di masa

yang akan datang. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa tidak ada peran

mediasi variabel kualitas laba yang menghubungkan antara variabel eksogen dalam

14

hal ini kemampuan manajerial dengan variabel endogen dalam hal ini nilai

perusahaan.

Cahyono dan Sulistyawati (2016) melakukan penelitian tentang keputusan

investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai determinan nilai

perusahaan. Berdasarkan uji analisis regresi berganda maka hasil dari penelitian

menunujukkan bahwa variabel independen yaitu keputusan investasi, keputusan

pendanaan dan kebijakan dividen, mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan

investasi dan keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,

sedangkan variabel kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Astuti dan Setiawati (2014) meneliti tentang analisis pengaruh profitabilitas,

kebijakan deviden, kebijakan hutang, dan kepemilikan manajerial terhadap

nilai perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa variabel independen yaitu,

profitabilitas yang diproksi dengan ROE, kebijakan deviden, kebijakan hutang, dan

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas

yang diproksi dengan ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kebijakan deviden, kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Putra dan Hidayati (2018) meneliti tentang keputusan investasi, keputusan

pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasilnya

menunjukkan bahwa variabel independen yaitu, keputusan investasi, keputusan

pendanaan, dan kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Keputusan investasi memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan

15

keputusan pendanaan dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Himawan dan Christiawan (2016) meneliti tentang pengaruh keputusan

pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh

menunujukkan bahwa variabel independen keputusaan pendanaan dan kebijakan

dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan memiliki pengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Syafitri dan Farida (2017) meneliti tentang pengaruh keputusan pendanaan

dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa variabel independen keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan yang diproksikan

dengan debt to equity dan kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend

payout ratio secara bersama berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Ratnasari et al. (2017) meneliti tentang pengaruh keputusan investasi,

keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan profitabilitas terhadap nilai

perusahaan. Hasil yang menunjukkan bahwa variabel independen keputusan

investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan profitabilitas

mempengaruhi nilai perusahaan. Variabel keputusan investasi yang diproksikan

dengan price earning ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan yang diproksikan dengan price book value. Variabel keputusan

pendanaan yang diproksikan dengan dept to equity ratio berpengaruh positif tidak

16

signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan price book value.

Variabel kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan

dengan price book value. Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan return on

equity berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan

dengan price book value.

Rahayu dan Sari (2018) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

nilai perusahaan. Hasil yang menunjukkan bahwa variabel independen leverage,

size, profitabilitas, dan kualitas laba memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Leverage yang di proksikan dengan DAR memiliki pengaruh tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan, Size memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan, adapun tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap nilai

perusahaan, dan kualitas laba memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hakim dan Ari (2018) meneliti tentang keputusan pendanaan, ukuran

perusahaan, laba perusahaan dan risk based capital sebagai variabel prediktor nilai

perusahaan. Hasil yang menunjukkan bahwa variabel independen yaitu keputusan

pendanaan, ukuran perusahaan, laba perusahaan dan risk based capital memiliki

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan keuangan, ukuran perusahaan dan

laba perusahaan serta risk based capital secara kolektif atau secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan.

Keputusan pendanaan ditemukan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

dalam meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan mempunyai

17

pengaruh yang positif dan signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Nilai

perusahaan dapat ditingkatkan melalui peningkatan laba perusahaan, karena

ditemukan dalam penelitian bahwa laba perusahaan mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Temuan lain bahwa, risk based

capital ternyata mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dalam

meningkatkan nilai perusahaan.

Perbedaan penelitian dengan sebelumnya adalah tidak semua variabel

independen terdahulu digunakan semuanya. Peneliti hanya akan meneliti variabel

independen yang masih inconsistent, yaitu kebijakan pendanaan, kebijakan dividen,

dan kualitas laba sebagai moderasi atau memberikan interaksi terhadap hubungan

dengan nilai perusahaan.

C. Rerangka Pikir

Agar dapat lebih memahami variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh keputusan pendanaan dan kebijakan

dividen terhadap nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel

pemoderasi, maka dapat dibentuk suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

18

Variabel Independen Variabel Moderasi Variabel Dependen

Gambar 2.1 Rerangka Pikir

D. Perumusan Hipotesis

1. Keputusan Pendanaan dan Nilai Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2001) peningkatan hutang diartikan oleh

pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa

yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon

secara positif oleh pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri dan Farida (2017)

menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh secara positif terhadap nilai

perusahaan, dimana nilai perusahaan akan lebih tinggi jika sumber dana yang

dimiliki perusahaan berasal dari modal sendiri atau ekuitas. Sehingga keputusan

pendanaan ini mengarah kepada persoalan pembelanjaan kegiatan perusahaan yang

optimal, efisiensi dalam memperoleh dana, keputusan dalam menggunakan modal

asing atau modal sendiri, dan mempertahankan komposisi sumber dana yang

H1

H2

H3

H4

Keputusan

Pendanaan

(X1)

Kebijakan

Dividen (X2)

Kualitas Laba

(Z)

Nilai

Perusahaan

(Y)

19

optimal. Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Keputusan Pendanaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.

2. Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan

Berdasarkan teori sinyal seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal

kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang

sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal

dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan

tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Sehingga kebijakan dividen ini

merupakan informasi bagi para pemilik atau calon investor terkait keadaan

perusahaan. Menurut Suryaningsih et al. (2018) menyatakan bahwa kebijakan

dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Kebijakan dividen

terhadap nilai perusahaan pada dasarnya diperoleh dari laba bersih perusahaan yang

bisa dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk

laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

3. Peran Moderasi Kualitas Laba terhadap Hubungan Keputusan Pendanaan

dan Nilai Perusahaan

Peningkatan utang dapat diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya

risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar atau

20

meningkatkan penilaian investor terhadap perusahaan (Brigham dan Houston,

2001). Selain itu, pendanaan yang didanai melalui utang akan menghasilkan efek

tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki utang akan membayar bunga

pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak sehingga dapat memberi

manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak tersebut akan menambah laba

perusahaan yang dapat dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan

datang atau untuk dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sari (2018) menyatakan bahwa

keputusan pendanaan dan kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Konflik

keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistik manajemen dapat

mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan

mengakibatkan pembuatan keputusan yang salah dari para pemakainya, seperti

para investor dan kreditur, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Akibat dari

pembuatan keputusan yang salah berpengaruh terhadap keputusan pendanaan, oleh

sebab itu informasi terkait kualitas laba dapat memengaruhi keputusan pendanaan

perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H3 : Kualitas Laba Memoderasi Hubungan Keputusan Pendanaan Terhadap

Nilai Perusahaan.

21

4. Peran Moderasi Kualitas Laba Terhadap Hubungan Kebijakan Dividen

dan Nilai Perusahaan

Penggunaan dividen sebagai isyarat berupa pengumuman yang menyatakan

bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk menaikkan dividen per lembar

saham mungkin diartikan oleh penanam modal sebagai sinyal yang baik, karena

dividen per saham yang lebih tinggi menujukkan bahwa perusahaan yakin arus kas

masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan teori sinyal dimana kebijakan dividen memberikan sinyal

positif terhadap pihak pengguna laporan keuangan.

Dengan adanya pembagian dividen maka perusahaan memiliki beberapa

teknik manajemen laba (earnings management) yang dapat memengaruhi laba

untuk dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan

kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas

tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users)

untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan

atau memprediksi harga dan return saham (Bernhart dan Rosenstein, 1998).

Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sari (2018) yang menyatakan bahwa

kualitas laba dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4 : Kualitas Laba Memoderasi Hubungan Kebijakan Dividen Terhadap

Nilai Perusahaan.