BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS leverage dan ukuran ...eprints.umm.ac.id/58952/3/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS leverage dan ukuran ...eprints.umm.ac.id/58952/3/BAB II.pdf ·...
8
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Devi dan Erawati (2014) meneliti tentang pengaruh kepemilikan
manajerial, leverage dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2010-2012. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis linear
berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, leverage berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen.
Nidya dan Titik (2015) meneliti tentang pengaruh debt to equity ratio,
profitabilitas, growth, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2010-2013. Teknik analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen, growth berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen,
dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
9
Sari dan Sudjarni (2015a) meneliti tentang pengaruh likuiditas, leverage,
pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2010-2013. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis linear
berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas yang diproksikan
dengan current ratio berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen,
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, growth
berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
Rais dan Santoso (2017) meneliti tentang pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas dan ukuran perusahaan
terhadap kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2015. Teknik analisis yang digunakan yaitu
metode regresi berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel
Return On Investment (ROI) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan
variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Iswara (2017) meneliti tentang pengaruh rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio leverage, ukuran perusahaan, dan asset growth terhadap
kebijakan dividen perusahaan industri manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015.
Teknik analisis yang digunakan yaitu metode regresi berganda. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasio likuiditas dengan proksi cash ratio
10
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, rasio
profitabilitas dengan proksi return on equity berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen, rasio leverage dengan proksi debt to equity ratio
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen
dan asset growth berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan
dividen .
Sumanti dan Mangantar (2015) Meneliti tentang analisis kepemilikan
manajerial, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap kebijakan dividen dan
nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan yaitu
analisis jalur. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
11
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Landasan Teori
. Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan bahwa teori agensi
adalah kontrak antara satu atau lebih orang (prinsipal) yang melibatkan
orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka
yang melibatkan delegasi sebagai otoritas pengambilan keputusan kepada
agen. Berdasarkan agency theory, perusahaan yang memiliki kesempatan
investasi yang tinggi cenderung akan memberikan dividen yang rendah
karena pihak manajemen beranggapan bahwa dana tersebut lebih baik
diinvestasikan ke dalam laba ditahan demi kelangsungan hidup
perusahaan. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Prinsipal menginginkan
pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang
salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham
yang dimiliki. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan
kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian
dividen (Yudiana dan Yadnyana, 2016). Teori keagenan dilakukan
perusahaan dalam upaya pencegahan dan menyikapi adanya konflik masa
mendatang yang akan muncul baik itu dari pihak manajemen maupun
pemegang saham. Perusahaan membayar dividen yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keagenan agar kepentingan para pemegang saham
12
dapat terpenuhi dan mempertahankan reputasi perusahaan (Sari dan
Sudjarni, 2015b).
2. Kebijakan Deviden
Kebijakan dividen adalah sebuah keputusan yang harus diambil oleh
perusahaan untuk menentukan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan yang kemudian akan digunakan sebagai
pendanaan untuk investasi kedepan (Bansaleng et al., 2014). Menurut
Harmono (2009) kebijakan dividen adalah persentase laba yang dibayarkan
kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan
stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan
pembelian kembali saham. Dalam pelaksanaan kebijakan dividen suatu
perusahaan akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling
bertentangan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya
dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya (Iswara, 2017).
Kebijakan dividen perusahaan sendiri tergambar pada dividend payout
ratio, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai
artinya besar kecilnya dividen akan mempengaruhi keputusan investasi
para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan
perusahaan. Pertimbangan mengenai dividen ini diduga sangat berkaitan
dengan kinerja keuangan perusahaan (Diantini dan Badjra, 2016).
13
Dividen dalam jumlah yang rendah akan dibayarkan perusahaan
yang memiliki kesempatan investasi tinggi, karena dipandang investasi
dapat memberikan hasil yang besar untuk masa depan dan berdampak baik
bagi kelangsungan perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat
memberikan dividen dalam jumlah yang besar dengan menggunakan
labanya sebagai investasi. Dengan adanya kebijakan dividen berdampak
bagi banyak pihak dan kepentingan yang berbeda baik itu dari pihak
manajemen maupun pemegang saham, selaku pihak investor mengharapkan
pengembalian saham berupa dividen yang merupakan hasil dari
investasinya, sedangkan bagi pihak manajemen hal tersebut dapat
mengurangi biaya operasional karena berkurangnya kas perusahaan
menyebabkan jalannya perusahaan kurang maksimal (Suharli, 2008).
3. Pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk
megembangkan perusahaan dari waktu ke waktu atau mempertahankan
posisi perusahaannya (Sari dan Sudjarni, 2015a). Menurut Diantini dan
Badjra (2016) pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa
perusahaan tersebut memiliki dampak yang menguntungkan dan
mengharapkan tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan
menunjukkan pengembangan baik, dari sudut pandang investor.
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertumbuhan aset yang dimiliki
perusahaan dari tahun ke tahun (Brigham dan Houston, 2011).
14
Pertumbuhan aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas
operasional perusahaan. Pertumbuhan aset menunjukkan pertumbuhan aset
dimana aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan, semakin pesat tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan
semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan tersebut sehingga semakin besar bagian dari pendapatan yang
ditahan dalam perusahaan yang berarti semakin kecil dividen yang
dibayarkan (Hardi dan Andestiana, 2019).
4. Leverage
Harahap (2013) Leverage adalah rasio yang menggambarkan
hubungan antara utang terhadap modal, rasio ini dapat melihat seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila dana internal tidak
mencukupi, maka perusahaan dituntut untuk melakukan pendanaan
ekternal yang biasanya lebih mengutamakan pendanaan utang daripada
saham. Sehingga leverage perusahaan digunakan untuk pembayaran
dividen agar dapat menjaga performa dan sinyal perusahaan bagi investor.
Penggunaan utang yang terlalu besar dalam kegiatan operasional
memberikan dampak yang kurang baik terhadap perusahaan karena
perusahaan harus membayar kewajiban-kewajibannya yang nantinya akan
mengurangi keuntungan yang diperoleh. Menurunnya keuntungan yang
didapat perusahaan akan menurunkan pembagian dividen kepada para
15
pemegang saham (Sari dan Sudjarni, 2015a). Salah satu rasio yang
termasuk dalam rasio leverage adalah debt to equity ratio. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang perusahaan atau untuk
menilai banyaknya hutang yang dipergunakan oleh perusahaan. Debt to
Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Iswara, 2017) .
5. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan adalah besar atau kecilnya ukuran suatu
perusahaan yang terlihat dari seberapa besar nilai ekuitas, nilai penjualan
dan nilai total aktiva. Ukuran perusahan merupakan salah satu indikator
untuk melihat perkembangan sebuah perusahaan sejak didirikan. Semakin
besar sebuah perusahaan maka kegiatan operasionalnya juga akan
semakin besar begitupun risiko pada perusahaan tersebut juga akan
semakin besar pula (Ahmad et al., 2015). Menurut Devi dan Erawati
(2014) perusahaan besar akan memberikan pembayaran dividen yang
tinggi, karena perusahaan besar tentu lebih stabil dalam menghasilkan
laba, serta lebih mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya
daripada perusahaan kecil. Perusahaan kecil akan memberikan
pembayaran dividen yang lebih rendah karena laba yang dihasilkan
dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan. Ukuran
16
perusahaan juga menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan
karena semakin besar ukuran perusahaan maka omset dan laba yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi, jika laba tinggi maka dividen yang
dibagikan juga semakin tinggi (Lopolusi, 2013).
6. Kepemilikan Manajerial
Menurut Rais dan Santoso (2017) Kepemilikan manajerial
merupakan kepemilikan dimana adanya keterlibatan antara para
pemegang saham yaitu para komisaris dan direksi yang berperan aktif
dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan kesetaraan dengan
para pemegang saham lainnya. Adanya keterlibatan dalam kepemilikan
saham, mendorong manajer agar bertindak dengan hati-hati karena
mereka akan menanggung konsekuensi atas apapun keputusan yang akan
diambil nanti. Melalui kebijakan ini manager diharapkan menghasilkan
kinerja yang baik serta mengarahkan dividen pada tingkat yang rendah.
Kepemilikan manajerial yang tinggi mempengaruhi pengalokasian laba
bersih yang diperoleh perusahaan, manajer akan melakukan tindakan
yang terbaik bagi perusahaan dengan menahan laba bersih untuk
menunjang pertumbuhan perusahaan (Nidya dan Titik, 2015).
Kepemilikan manajerial bertujuan untuk mengawasi serta
memonitor perilaku manajer, yang merupakan salah satu aspek corporate
governance yang dapat meminimalisir biaya pengawasan atau yang
disebut dengan agency cost. Untuk meminimalisir agency cost ini dapat
17
dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dengan
memberikan kesempatan kepada manajer untuk terlibat langsung dalam
kepemilikan saham agar dapat menyetarakan kepentingan manajer dengan
para pemegang saham. Adanya keterlibatan dalam kepemilikan saham,
mendorong manajer agar bertindak dengan hati-hati karena mereka akan
menanggung konsekuensi atas apapun keputusan yang akan diambil nanti
(Rais dan Santoso, 2017) .
C. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen
Pertumbuhan sebuah perusahaan akan berhubungan langsung
dengan kebutuhan pendanaan. Jika perusahaan lebih memfokuskan pada
pertumbuhan perusahaan, maka kebutuhan dana pun akan semakin tinggi
yang memaksa manajemen menahan keuntungan dan berdampak pada
rendahnya dividen (Pribadi dan Sampurno, 2012). Perusahaan yang
sedang dalam dalam masa pertumbuhan akan membutuhkan dana yang
besar sehingga keuntungan yang didapatkan perusahaan akan
dialokasikan untuk pertumbuhan perusahaan sehingga mengurangi
pembagian dividen (Sari dan Sudjarni, 2015a). Pertumbuhan perusahaan
akan mempengaruhi kebijakan dividen dimana dengan tingkat
pertumbuhan yang baik perusahaan tentunya akan megalokasikan dana
yang didapat perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan mengurangi
pembagian dividen kepada para pemegang saham. Sehingga,
18
pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan
dividen. Dengan demikian maka dapat disimpulkan hipotesis ketiga
adalah
H1: Diduga pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen
2. Pengaruh Leverage terhadap kebijakan dividen
Leverage merupakan ukuran seberapa besar aset perusahaan yang
didanai oleh hutang. Makin tinggi hutang akan berakibat semakin besar
pendapatan yang digunakan untuk mem bayar beban hutang dan bunga.
Keadaan tersebut akan berimbas pada penurunnya pembagian dividen
tunai (Dewi, 2016). Fahmi (2014) menyatakan bahwa rasio leverage
adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Salah
satu ukuran dari rasio leverage adalah debt to equity ratio. Menurut
Murhadi (2013) mengatakan bahwa debt to equity ratio menunjukkan
perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan. Kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Semakin besar debt to equity ratio menunjukkan semakin besar
tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin
besar beban biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin
meningkat rasio leverage maka hal tersebut berdampak pada menurunnya
profit yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk
19
membayar bunga pinjaman. Jika beban hutang semakin tinggi, maka
kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah
(Masdupi, 2012). Dengan demikian maka dapat disimpulkan hipotesis
kedua adalah
H2: Diduga Leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen
3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen
Kas yang besar membuat perusahaan memiliki modal yang besar
untuk menjalankan operasional perusahaan. Dengan modal yang besar
perusahaan dapat leluasa melakukan aktivitas pada proyek proyek yang
dapat memberikan tingkat kembalian yang tinggi sehingga perusahaan
dapat mengambil kebijakan untuk membagikan keuntungan dalam bentuk
dividen untuk mempertahankan investornya (Tania, 2013). Perusahaan
dengan ukuran besar lebih memiliki kesempatan untuk menguasai pasar
karena perusahaan yang besar memiliki aset yang lebih dibanding
perusahaan dengan perusahaan kecil. Semakin maksimal aktiva
perusahaan maka laba yang didapat juga akan semakin maksimal pula,
karena aktiva perusahaan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan
operasional perusahaan yang tujuannya untuk memperoleh laba
(Ambarwati, 2015). Soliha (2002) ukuran perusahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan besar dapat dengan
mudah mengakses ke pasar modal, sehingga memiliki fleksibilitas dan
kemampuan untuk mendapatkan dana. Karena kemudahan aksebilitas ke
20
pasar modal cukup berarti fleksibilitas dan kemampuannya untuk
memunculkan dana lebih besar. Dengan kemudahan tersebut ditangkap
oleh investor sebagai sinyal positif dan prospek yang baik sehingga
ukuran perusahaan bisa memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai
perusahaan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan hipotesis ketiga
adalah
H3: Diduga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
4. Pengaruh Kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham perusahaan
oleh pihak manager atau dengan kata lain manager juga sekaligus sebagai
pemegang saham (Imanta dan Satwiko, 2011). Menurut Yudiana dan
Yadnyana (2016) dengan keterlibatan kepemilikan saham, manajer akan
bertindak secara hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi
atas keputusan yang diambilnya. Selain itu, dengan adanya keterlibatan
kepemilikan saham, manajer akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya dalam mengelola perusahaan. Pada tingkat kepemilikan
manajerial yang tinggi, manajer cenderung mengalokasikan laba untuk
ditahan dibandingkan membayar dividen dengan alasan sumber dana
internal lebih efisien dibandingkan sumber dana eksternal dalam
pertumbuhan perusahaan, sehingga kepemilikan manajerial berpengaruh
21
terhadap kebijakan deviden. Dengan demikian maka dapat disimpulkan
hipotesis keempat adalah
H4: Diduga kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
D. Kerangka Pemikiran
Di dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable. variabel dependen yaitu
kebijakan dividen, dan variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan,
leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial. Berdasarkan hipotesis
yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibuat gambar pengaruh antara
variabel dependen dan variable independen seperti berikut.:
Gambar Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Perusahaan
X1
Ukuran Perusahaan
X3
Kebijakan Dividen
Y
Kepemilikan Manajerial
X4
Leverage
X2