BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

38
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Berdasarkan latar belakang tentang persepsi pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi maka dapat di jelaskan pengertian tentang persepsi adalah sebagai berikut: 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap suatu rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dalam diri individu (Walgito dalam Sunaryo, 2004). Persepsi menurut Rakhmat dalam Muwarti (2014) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan dari informasi tersebut. Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Berdasarkan latar belakang tentang persepsi

pasangan usia muda dalam penggunaan alat kontrasepsi maka

dapat di jelaskan pengertian tentang persepsi adalah sebagai

berikut:

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap suatu rangsang yang diterima

oleh organisme atau individu sehingga merupakan

sesuatu yang berarti dalam diri individu (Walgito dalam

Sunaryo, 2004).

Persepsi menurut Rakhmat dalam Muwarti

(2014) persepsi merupakan pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

dari informasi tersebut.

Dengan demikian, persepsi dapat diartikan

sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindra

yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu

mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal

12

yang diamati, baik yang ada di luar maupun dalam diri

individu.

2.1.2 Macam-Macam Persepsi

Terdapat dua jenis persepsi menurut Maramis

dalam Sunaryo (2004) yaitu:

1. External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena

adanya rangsang yang berasal dari luar diri individu.

2. Self perception, yaitu persepsi yang terjadi karena

adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.

Melalui persepsi, individu dapat menyadari dan

dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di

sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang

bersangkutan (self perception). Alat penghubung antara

individu dengan dunia luar adalah alat indra. Persepsi

merupakan suatu proses yang didahului pengindraan,

yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor,

diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan

dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya

individu menyadari tentang apa yang dilihat dan

didengarkan.

13

2.1.3 Aspek-Aspek Persepsi

Menurut Baron dan Bryne dalam Sunaryo (2004)

persepsi mengandung tiga komponen yang membentuk

sikap, yaitu :

1. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu

komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,

pandangan, dan keyakinan yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsikan suatu

objek.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu

komponen yang berhubungan dengan rasa senang

atau tidak senang terhadap suatu objek.

3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action

component), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecenderungan untuk bertindak terhadap

suatu objek.

2.1.4 Syarat Terjadinya Persepsi

Persepsi dapat terjadi karena adanya syarat-

syarat yang harus terpenuhi, menurut Walgito dalam

Sunaryo (2004) syarat terjadinya persepsi adalah sebagai

berikut:

a) Adanya objek sebagai stimulus atau bagian dari

respon.

14

b) Adanya perhatian sebagai langkah utama untuk

mengadakan persepsi.

c) Adanya alat indra sebagai pengarah yang menerima

stimulus.

d) Saraf sensoris sebagai alat yang meneruskan stimulus

ke otak, dari otak stimulus dibawa melalui saraf

motoris sabagai alat untuk mengadakan respon.

2.1.5 Proses Terjadinya Persepsi.

Persepsi dapat terjadi karena adanya suatu proses

di dalam diri setiap individu, proses tersebut terjadi melalui

tiga tahap, yaitu:

a) Proses fisik (kealaman): objek menjadi stimulus yang

kemudian dibawa oleh reseptor atau alat indra

b) Proses fisiologis: stimulus dibawa oleh saraf sensoris

menuju otak

c) Proses psikologis: proses dalam otak dibawa oleh saraf

motoris untuk mengadakan persepsi.

Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada

proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Proses terjadinya

suatu persepsi dapat dilihat pada gambar 1.

objek stimulus reseptor

Saraf sensorik otak

15

Gambar 1. Bagan Proses Persepsi Sumber: (Sunaryo, 2004)

Sehingga, melalui tahapan-tahapan proses

tersebut persepsi dapat terjadi.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi dapat terjadi karena adanya faktor-faktor

yang mendorong terjadinya proses tersebut. Menurut

Kozier dalam Sunaryo (2004) adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk melakukan persepsi,

diantaranya:

a. Variabel demografis seperti: usia, jenis kelamin, ras,

dan suku bangsa. Suku merupakan klasifikasi dari

setiap kelompok dasar yang dibedakan oleh adat,

karakteristik, bahasa, atau faktor pembeda lain yang

sejenis. Melanggar aturan budaya menghasilkan rasa

bersalah dan rasa malu.

b. Variabel sosio-psikologis, yaitu faktor sosial dan

emosional. Faktor sosial dapat berasal dari lingkungan

Persepsi

Saraf Motorik

16

keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Faktor

emosional dapat berasal dari diri individu.

c. Tekanan sosial, merupakan pengaruh dari orang lain

yang mampu mempengaruhi persepsi seseorang

mengenai suatu hal.

d. Cues of action, berupa isyarat internal atau eksternal

misalnya perasaan lemah, gejala yang tidak

menyenangkan atau anggapan seseorang terhadap

kondisi orang terdekat yang menderita suatu penyakit.

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi

diatas secara garis besar dapat di bagi menjadi faktor

internal dan eksternal. Internal seperti faktor demografi,

psikologis dan emosional. Faktor eksternal seperti tekanan

sosial.

2.2 Pernikahan Usia Muda

2.2.1 Pengertian Pernikahan

Menurut Undang-Undang Pokok Perkawinan

No.1 Tahun 1974 pasal 1 dijelaskan bahwa perkawinan

merupakan ikatan antara seorang laki-laki dengan

perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

17

Ahmad dan Heriyanti dalam Priyanti (2013)

mendefinisikan pengertian perkawinan adalah sebagai

sebuah ikatan antara laki-laki dan perempuan atas dasar

persetujuan dari kedua belah pihak yang saling

berhubungan dengan masyarakat, dimana terdapat norma

atau aturan untuk mengikat dan menghalalkan hubungan

antara kedua belah pihak.

2.2.2 Pengertian Usia Muda

Usia muda merupakan masa peralihan dari anak-

anak menjadi dewasa. Batasan usia muda berbeda-beda

tergantung pada sosial budaya setempat. Menurut

departemen kesehatan, usia muda berkisar antara usia

10-19 tahun dan belum menikah. Diantara usia tersebut

sudah menunjukkan tanda-tanda seksualnya. Terdapat 3

kategori yang perlu diperhatikan, yaitu biologis, psikologis,

dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi usia

muda adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia

mencapai kematangan.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dari

pemikiran kekanakan menjadi dewasa.

18

3. Terjadi pergantian dari ketergantungan sosial ekonomi

yang penuh kepada orang tua menjadi lebih mandiri.

Disamping itu menurut Sarwono dalam Priyanti

(2013), terdapat beberapa pengertian usia muda, salah

satunya adalah pengertian dari usia muda untuk

masyarakat Indonesia yang mengemukakan bahwa

batasan usia muda adalah diantara usia 11-24 tahun dan

belum menikah melalui pertimbangan sebagai berikut:

1. Usia 11 tahun merupakan usia mulai terlihatnya tanda-

tanda seksual sekunder pada seseorang.

2. Banyak masyarakat Indonesia menganggap usia 11

tahun sudah dianggap dewasa menurut adat maupun

agama setempat, sehingga masyarakat tidak lagi

memperlakukan mereka sebagai anak-anak.

3. Pada usia tersebut mulai terdapat tanda-tanda

tercapainya identitas diri.

4. Pada usia 24 tahun merupakan batas usia maksimal

untuk memberi kesempatan kepada mereka yang

sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri

pada orang tua secara ekonomi serta belum

mempunyai hak penuh sebagai orang dewasa baik

secara adat maupun tradisi setempat.

19

2.2.3 Batasan Usia Perkawinan

Berdasar pada hukum menurut undang-undang,

usia minimal untuk melakukan pernikahan adalah usia 16

tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 UU

No. 1/1974 tentang perkawinan). Terlihat bahwa UU

tersebut menganggap seseorang di atas usia tersebut

tidak lagi anak-anak sehingga mereka sudah boleh

menikah, batasan usia ini dimaksud untuk mencegah

perkawinan terlalu dini. Selama seseorang belum

mencapai usia 21 tahun maka masih diperlukan izin dari

orang tua untuk menikahkan anaknya. Setelah berusia di

atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua (Pasal 6

ayat 2 UU No. 1/1974). Tampaklah di sini, bahwa

walaupun UU tidak menganggap mereka yang di atas usia

16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan

anak-anak lagi, tetapi belum dianggap dewasa penuh.

Sehingga masih perlu izin untuk mengawinkan mereka.

Ditinjau dari segi kesehatan reproduksi wanita, usia 16

tahun belum berada dalam usia reproduksi yang sehat

untuk menghadapi kehamilan. Meskipun batas usia

pernikahan telah ditetapkan UU, namun pelanggaran

masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan

20

menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal

tersebut (Sarwono dalam Priyanti, 2013).

2.2.4 Perkawinan Usia Muda

Perkawinan usia muda adalah perkawinan di

bawah usia yang seharusnya belum siap untuk

melaksanakan pernikahan dimana para pihaknya masih

sangat muda dan belum memenuhi persyaratan-

persyaratan yang telah ditentukan dalam melakukan

perkawinan (Bahar, 2013).

Sedangkan menurut BKKBN dalam Bahar

(2013), perkawinan usia muda adalah perkawinan yang

dilakukan di bawah usia. Dimana batas usia dewasa bagi

laki-laki 25 tahun dan bagi perempuan 20 tahun.

Sedangkan dari segi kesehatan, perkawinan usia muda

yang ideal untuk perempuan adalah di atas 20 tahun,

sebab perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun

berisiko terkena kanker leher rahim, karena pada usia

remaja sel-sel leher rahim belum matang, maka jika

terpapar Human Papiloma Virus (HPV) pertumbuhan sel

akan menyimpang menjadi kanker.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda

Faktor yang yang mempengaruhi perkawinan

usia muda yaitu faktor ekonomi keluarga, kehendak orang

21

tua, kemauan anak, pendidikan, adat dan budaya (Bowner

dan Spanier dalam Astuty, 2013).

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Fitra dalam

Astuty (2013) bahwa faktor yang mempengaruhi

perkawinan usia muda adalah faktor pengetahuan,

pendidikan, dorongan orang tua, pergaulan bebas, dan

budaya.

1. Faktor Pengetahuan

Faktor paling utama yang mempengaruhi

remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum nikah

adalah untuk membaca buku porno dan menonton film

porno. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat hubungan

seks sebelum menikah, maka jalan yang diambil adalah

menikah di usia muda. Namun, ada beberapa remaja

yang berpandangan bahwa menikah muda agar

terhindar dari perbuatan dosa, seperti seks sebelum

nikah. Hal tersebut tanpa didasari oleh pengetahuan

mereka tentang akibat menikah pada usia muda.

2. Faktor Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak

melanjutkan sekolah lagi untuk seorang wanita dapat

dijadkan alasan untuk segera menikah. Permasalahan

yang terjadi karena mereka tidak mengetahui seluk

22

beluk pernikahan, sehingga cenderung untuk cepat

berkeluarga dan melahirkan anak. Selain itu tingkat

pendidikan keluarga juga dapat mempengaruhi

terjadinya perkawinan usia muda. Perkawinan usia

muda juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat dengan

tingkat pendidikan yang rendah akan cenderung untuk

mengawinkan anaknya dalam usia yang masih muda.

3. Faktor Pergaulan Bebas

Suasana Keluarga yang penuh konflik akan

berpengaruh negatip terhadap kepribadian dan

kebahagiaan remaja yang pada akhirnya, mereka

melampiaskan perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan

dan perilaku yang menyimpang.

Kehidupan anak yang kurang mendapat

perhatian, kasih sayang dan pemantauan dari orang

tua. Sehingga mengakibatkan mereka melakukan

pergaulan secara bebas yang berdampak rusaknya

karakter pemuda sebagai makhluk Tuhan.

Usia dibawah 20 tahun yang pertumbuhan

seksualnya meningkat dan masa ini mereka mulai

berkembang menuju kedewasaan. Yang mana

memiliki daya seksual yang tinggi dan tak tertahan atau

23

terkendali sehingga memberanikan diri melakukan

hubungan seksual hanya demi penunjukkan rasa cinta

atau penasaran (Hairi, 2015).

4. Faktor budaya

Perkawinan usia muda terjadi karena orang

tua yang khawatir jika anaknya dikatakan perawan tua

sehingga segera dikawinkan tanpa melihat usia

mereka. Faktor adat dan budaya, di beberapa belahan

daerah di Indonesia, masih terdapat pemahaman

tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil

telah dijodohkan orang tuanya dan segera dinikahkan

sesaat setelah anak tersebut mengalami masa

menstruasi. Padahal pada umumnya, anak perempuan

mulai mendapat haid pada usia 12 tahun. Maka dapat

dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12

tahun, jauh di bawah batas usia minimal sebuah

pernikahan yang diamanatkan UU (Hairi, 2015).

2.2.6 Dampak Perkawinan Usia Muda

Melva dalam Priyanti (2013) mengatakan bahwa

wanita yang menikah di bawah usia 16 tahun biasanya 10-

12 kali lebih besar kemungkinan terjadi kanker leher rahim

dibandingkan dengan mereka yang menikah di atas usia

20 tahun. Di bawah usia 18 tahun, alat-alat reproduksi

24

seorang perempuan masih sangat lemah. Jika dia hamil,

maka akibatnya akan mudah keguguran karena rahimnya

belum begitu kuat, sehingga sulit untuk terjadi perlekatan

janin di dinding rahim. Selain itu, kemungkinan mengalami

kelainan kehamilan dan kelainan waktu persalinan.

Selain hal tersebut dampak perkawinan usia

muda menurut Rosaliadevi dalam Priyanti (2013)

diantaranya:

1. Dampak Biologis

Anak secara biologis memiliki alat reproduksi

yang masih dalam proses menuju kematangan,

sehingga belum siap untuk menghadapi hubungan seks

dengan lawan jenisnya, kehamilan sampai kelahiran.

Jika dipaksakan maka akan terjadi trauma atau

perobekan yang luas serta infeksi yang akan

membahayakan organ reproduksinya hingga

membahayakan jiwa anak.

2. Dampak Psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan

mengerti mengenai hubungan seks, sehingga beresiko

menimbulkan trauma secara psikis yang

berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit

disembuhkan. Anak akan sedih dan menyesali

25

hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia

sendiri tidak mengerti akan keputusan hidupnya. Selain

hal tersebut, ikatan perkawinan akan menghilangkan

hak anak untuk memperoleh pendidikan serta hak

untuk anak untuk bermain.

3. Dampak Sosial

Fenomena sosial berkaitan dengan faktor

sosial budaya dalam masyarakat yang menempatkan

perempuan pada posisi yang rendah dan hanya

dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini

sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun dan

hanya akan melestarikan budaya buruk yang akan

melahirkan kekerasan terhadap perempuan.

3.3 Alat Kontrasepsi

3.3.1 Pengertian Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yang

berarti mencegah atau menghalangi dan ‘konsepsi’ yang

berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur

dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai

suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Tujuan

dari kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan

26

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang telah

matang dengan sel sperma (BKKBN, 2012).

3.3.2 Cara Kerja Alat Kontrasepsi

Menurut Sudarmo dalam Affandi (2012)

menyatakan bahwa prinsip kerja kontrasepsi adalah

mencegah pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel

mani (sperma) dengan cara:

a. Menekan keluarnya sel telur dari indung telur (ovulasi)

b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran

kelamin wanita hingga menuju ovum

c. Menghalangi nidasi yang merupakan peristiwa

masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium

3.3.3 Macam-macam alat kontrasepsi

3.3.3.1 Kondom

Kondom merupakan alat kontrasepsi

yang terbuat dari karet dengan cara disarungkan

pada kelamin laki-laki ketika akan bersenggama.

Gambar 2: Kondom pria Sumber: (Wordpress, 2012)

27

1. Jenis-jenis Kondom

Jenis-jenis kondom menurut Hartanto

dalam Affandi (2012) dapat dibedakan

berdasarkan bahan dasar pembuatan kondom,

diantaranya:

a) Kondom yang terbuat dari kulit biasanya

terbuat dari membran usus biri-biri, tidak

meregang atau mengkerut, dapat

meneruskan panas tubuh sehingga dianggap

tidak mengurangi sensitifitas dalam

senggama. Harga jenis kondom ini lebih

mahal dari semua jenis kondom.

b) Kondom yang terbuat dari lateks paling

banyak dipakai, lebih murah dan elastis.

c) Kondom yang terbuat dari plastik lebih tipis,

dapat menghantarkan panas tubuh, dan lebih

mahal dari kondom lateks.

Jenis-jenis kondom berdasarkan

tipenya dapat dibedakan menjadi:

a. Kondom biasa

b. Kondom berkontur (bergerigi)

c. Kondom beraroma

d. Kondom tidak beraroma

28

e. Kondom pria dan wanita:

2. Cara Kerja

Kondom bekerja dengan cara

menghalangi pertemuan sperma dan sel telur

dengan cara mengemas sperma di ujung

selubung karet yang dipasang pada penis

sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke

dalam saluran reproduksi wanita.

3. Efektifitas

Kondom akan efektif apabila dipakai

secara benar pada setiap kali berhubungan

seksual. Pemakaian kondom tidak efektif

beresiko terjadinya kegagalan kontrasepsi.

Adapun angka kegagalan kondom yaitu 2-12

kehamilan per 100 perempuan per tahun.

4. Keuntungan

Kondom memiliki kelebihan yaitu

dapat melindungi dari penyakit menular seksual

seperti HIV/AIDS dan penyakit yang ditularkan

melalui hubungan seksual lainnya. Kondom

dapat dibeli secara bebas dan mudah

digunakan.

29

5. Keterbatasan

Kondom memiliki keefektivitas yang

tidak terlalu tinggi, mengurangi kenikmatan

dalam hubungan seks karena tidak ada

sentuhan langsung antara kulit dengan kulit,

serta harus selalu tersedia setiap kali

berhubungan.

6. Kontra indikasi

Kondom tidak sesuai untuk pria yang

mengalami alergi terhadap bahan dasar

kondom, menginginkan kontrasepsi jangka

panjang, serta tidak mau terganggu dengan

persiapan untuk melakukan hubungan seksual.

7. Efek Samping

Kondom dapat tertinggal dalam

vagina selama beberapa waktu, sehingga

menyebabkan wanita mengalami keputihan

yang banyak dan berbau, serta resiko terjadinya

infeksi ringan.

8. Cara Penggunaan

Pasangkan kondom saat penis

sedang ereksi, tempelkan ujung kondom pada

glans penis dan tempatkan bagian penampung

30

sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan

karet dengan menggeser gulungan tersebut

kearah pangkal penis. Pemasangan dilakukan

sebelum penetrasi penis ke vagina. Kondom

dilepas sebelum penis melembek. Hanya untuk

sekali pakai.

3.3.3.2 Kontrasepsi Suntik KB

Suntik KB merupakan kontrasepsi

berbentuk cairan, yang berisi hormon progesteron

saja atau kombinasi dari progesteron dan estrogen

dan disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara

periodik (Irianto, 2014).

Gambar 3: Kontrasepsi Suntik KB Sumber: (Wordpress, 2012)

1. Jenis kontrasepsi suntikan:

a) Kontrasepsi suntik golongan progestin

misalnya depo-provera 150 mg yang berisi 1

cc dan depo-progestin 150 mg yang berisi 3

cc dapat diberikan setiap tiga bulan sekali.

31

b) Kontrasepsi suntik golongan progestin

dengan campuran estrogen propionat

misalnya cyclofem dapat diberikan setiap

satu bulan sekali.

2. Cara kerja

Pemberian progesteron dapat

mempengaruhi pengeluaran hormon dari

glandula pituitaria yang mengatur ovulasi dan

menyebabkan lendir serviks menjadi lebih kental

sehingga lebih sulit ditembus oleh spermatozoa.

3. Efektifitas

Efektifitasnya dari suntik KB cukup

tinggi dengan angka kegagalan kurang dari 0,1

per 100 wanita dalam 1 tahun penggunaan.

4. Keuntungan

Pemberian suntik KB cukup

sederhana yaitu diberikan setiap 8 sampai 12

minggu. Suntik KB memiliki tingkat efektifitas

yang cukup tinggi, tidak mempengaruhi

hubungan suami istri. Tidak mengganggu

pengeluaran laktasi (kecuali suntikan cyclofem

karena mengandung estrogen).

32

5. Keterbatasan

Terjadinya perubahan pola haid,

amenore, spoting. Adanya gangguan mual, sakit

kepala, nyeri payudara ringan. Terlambat

kembalinya kesuburan setelah berhenti

menggunakan suntik KB serta permasalahan

berat badan.

6. Kontra indikasi

Suntik KB tidak boleh diberikan pada

Ibu penderita kanker payudara, kanker kelamin,

perdarahan pervaginam, hamil, penyakit hati

akut, tumor jinak, jantung, epilepsy,

tuberculosis, hipertensi, serta depresi.

7. Efek Samping

Adanya gangguan haid, menoragia,

keluhan mual, sakit kepala, mastalgia dan berat

badan yang bertambah.

8. Cara penggunaan

Suntik KB yang pertama kali

sebaiknya diberikan pada hari kelima haid untuk

memastikan bahwa ibu tidak sedang hamil,

dengan cara disuntik intramuscular (daerah

pantat). Pemberian suntikan berikutnya

33

tergantung pada macam obat yang digunakan,

yaitu bisa setiap satu bulan atau tiga bulan

sekali.

3.3.3.3 Pil Kontrasepsi

Pil kontrasepsi merupakan kontrasepsi

hormonal yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya kehamilan dengan cara diminum (Irianto,

2014).

Gambar 4: Pil KB Sumber: (Wordpress, 2013)

1. Jenis-jenis pil kontrasepsi

a. Pil Kombinasi yang mengandung estrogen

dan progesteron dan diminum setiap hari

b. Minipil yang hanya mengandung progesteron

saja dan diminum setiap hari

c. Pil Sekunseal yang berisi estrogen dan

diberikan selama 2 minggu, kemudian

dilanjutkan pemberian pil kombinasi selama 1

minggu, dan pada minggu keempat akan

terjadi perdarahan haid

34

d. Pil Normofasik yaitu pada 7 hari pertama

diberikan estrogen, kemudian disusul pil

kombinasi selama 15 hari

e. Pil Trifasik merupakan pil kontrasepsi yang

lebih alamiah dan diminum dalam 3 fase

siklus haid dan bisa diminum pada hari

kelima menstruasi

f. After Morning Pills yaitu pil yang berisi

estrogen tinggi dan diminum di pagi hari

setelah melakukan koitus pada malam

harinya

2. Cara Kerja

Menekan ovulasi, mencegah

implantasi, serta mengakibatkan lendir serviks

menjadi kental sehingga sulit dilalui oleh

sperma.

3. Efektifitas

Efektifitas pil KB menyerupai efektifitas

tubektomi apabila dikonsumsi secara rutin, yaitu

dengan angka kegagalan 1 kehamilan per 1000

wanita dalam tahun pertama penggunaan.

35

4. Keuntungan

Efektifitas pil KB cukup tinggi apabila

dikonsumsi sesuai aturannya, kesuburan dapat

kembali dengan cepat setelah berhenti

pemakaian, tidak mengganggu hubungan suami

istri, melancarkan siklus menstruasi

5. Keterbatasan

Mahal dan membosankan karena

harus dikonsumsi setiap hari.

6. Kontra Indikasi

Tidak dianjurkan untuk perempuan

hamil, menyusui eksklusif, perdarahan,

hepatitis, jantung, stroke, kencing manis, kanker

payudara dan wanita yang tidak mau

menggunakan pil secara teratur tiap hari.

7. Efek Samping

a. Ringan

Berupa mual muntah, pertambahan

berat badan, perdarahan tidak teratur,

mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat,

alopesia dan keluhan ringan lainnya.

36

b. Berat

Dapat terjadi trombo-embolisme,

mungkin karena terjadi peningkatan aktifitas

faktor-faktor pembekuan atau karena

pengaruh vaskuler secara langsung.

Memungkinkan timbulnya karsinoma servik

uteri.

8. Cara Penggunaan

Pil di minum berdasarkan jenis pil dan

petunjuk mengonsumsinya.

3.3.3.4 Implan

Implan merupakan metode kontrasepsi

yang mengandung progestin dengan masa kerja

panjang serta dosis yang rendah untuk wanita

(Irianto, 2014).

Gambar 5: Kontrasepsi Implan Sumber: (Wordpress, 2010)

1. Jenis-jenis implan

37

a. Implan yang terdiri dari 6 kapsul silastik,

setiap kapsul mengandung lenovogestrel 36

mg (Norplant)

b. Implan yang terdiri dari 2 kapsul silastik,

setiap kapsul mengandung lenovogestrel 75

mg (Jadena)

c. Implan yang terdiri dari 1 kapsul silastik,

setiap kapsul mengandung 3-ketodesogestrel

68 mg

2. Cara kerja

Implan bekerja dengan cara menekan

ovulasi dan mencegah lepasnya sel telur dari

indung telur. Mengentalkan lendir mulut rahim

sehingga sperma tidak mudah masuk kedalam

rahim. Menipiskan endometrium sehingga tidak

siap untuk midasi.

3. Efektifitas

Efektifitasnya 0,2-1 kehamilan per 100

perempuan (Affandi, 2012).

4. Keuntungan

Implan memberikan perlindungan

jangka panjang yaitu 3-5 tahun, aman

digunakan setelah melahirkan dan menyusui,

38

biaya ringan, tidak mengganggu hubungan

suami istri.

5. Keterbatasan

Membutuhkan tindak pembedahan

minor untuk insersi dan pencabutan, tidak

mencegah infeksi menular seksual, klien tidak

dapat menghentikan sendiri penggunaan alat

kontrasepsi, akan tetapi harus pergi ke klinik

untuk pencabutan.

6. Kontra indikasi

Wanita hamil, Perdarahan

pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya,

penderita penyakit hati, kanker payudara,

hipertensi, dan jantung.

7. Efek samping

Gangguan menstruasi, perubahan

berat badan, pusing, infeksi pada luka insisi,

gangguan pertumbuhan rambut.

8. Cara Penggunaan

Kapsul implan dipasang tepat

dibawah kulit, di atas lipat siku, di daerah medial

lengan atas dan pemasangan dilakukan pada

lengan yang jarang digunakan.

39

3.3.3.5 Intra Uterine Devices (IUD)

Intra uterine devices (IUD) atau spiral

atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

merupakan suatu alat atau benda yang

dimasukkan kedalam rongga rahim (Irianto, 2014).

Gambar 6: Kontrasepsi IUD Sumber: (Wordpress, 2011)

1. Macam-macam IUD

Berdasarkan bentuknya IUD dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu:

a. IUD dengan bentuk terbuka (open device),

misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Marguies,

Spring Cooil, Multiload, Nova-T, dan lainnya.

b. IUD dengan bentuk tertutup (closed device),

misalnya Ota ring, Antigon, Grafenberg, Hall-

stone ring, dll.

2. Cara Kerja

40

Mencegah terjadinya fertilisasi,

tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi

inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga

tidak mampu untuk fertilisasi.

3. Efektifitas

Efektifitas IUD sangat tinggi untuk

mencegah kehamilan dalam jangka waktu 3-10

tahun. Angka kegagalan IUD yaitu 0,6-0,8

kehamilan per 100 wanita.

4. Keuntungan

IUD dapat meningkatkan kenyamanan

hubungan suami istri karena rasa aman

terhadap risiko kehamilan, dapat dipasang

segera setelah melahirkan atau keguguran,

kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut/ di

buka. IUD dapat mencegah kehamilan atau

menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang

serta tidak mengganggu laktasi.

5. Keterbatasan

Tidak mencegah infeksi menular

seksual, tidak baik digunakan pada perempuan

yang sering berganti pasangan, diperlukan

prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis.

41

6. Kontra indikasi

IUD tidak dapat digunakan pada

wanita yang mempunyai infeksi pelvis, menderita

penyakit hubungan seksual selama 3 bulan

terakhir, serta adanya kanker leher rahim.

7. Efek samping

IUD Dapat menyebabkan infeksi

panggul apabila pemasangan tidak tepat, dapat

terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah

pemasangan, terdapat perubahan siklus haid,

sakit kepala, serta resiko ekspulsi.

8. Cara penggunaan

Prinsip pemasangan IUD adalah

menempatkan IUD setinggi mungkin dalam

rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan

yang paling baik ialah pada waktu mulut

peranakan masih terbuka dan rahim dalam

keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah

bersalin dan pada akhir haid.

3.3.3.6 Tubektomi MOW (Medis Operatif Wanita)

42

Tubektomi merupakan prosedur bedah

dengan mengikat atau memotong saluran telur

agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma

(Irianto, 2014).

Gambar 7: Tubektomi Sumber: (BKKBN, 2015)

1. Jenis-jenis tubektomi

a. Minilaparotomi

b. Laparoskopi

2. Cara Kerja

Dengan mengklusi tuba falopii

(mengikat dan memotong atau memasang

cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu

dengan ovum.

3. Efektifitas

Sangat efektif dalam mencegah

kehamilan hingga 99%, segera efektif post-

operatif.

4. Keuntungan

43

Tidak mengganggu asi, angka

kegagalan hampir tidak ada, tidak mengganggu

hubungan suami istri.

5. Keterbatasan

Harus dipertimbangkan sifat

permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan

kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi),

dilakukan oleh dokter yang terlatih.

6. Kontra indikasi

Hamil, diabetes, hipertensi, penyakit

jantung dan paru-paru, stroke.

7. Efek Samping

a. Risiko trauma internal sedikit lebih tinggi

b. Kemungkinan infeksi serius sedikit tinggi

8. Cara Penggunaan

a. Minilaparotomi

Minilaparotomi dilakukan melalui

suatu insisi suprapubik kecil dengan panjang

3-5 cm, kemudian tuba di cari tindakan pada

tuba ialah lidasi dan eksisi serta reseksi

sebagian dapat dilakukan segera setelah

melahirkan.

b. Laparoskopi

44

Laparoskopi merupakan suatu

pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam

rongga peritoneum dengan alat laparoskop

yang dimasukkan melalui dinding anterior

abdomen tindakan pada tuba ialah oklusi

dengan cincin falope atau kauterisasi.

3.3.3.7 Vasektomi MOP (Medis Operatif Pria)

Vasektomi merupakan sterilisasi pada

laki-laki dengan memotong saluran mani (vas

deverens) (Irianto, 2014).

Gambar 8: Vasektomi Sumber: (Wordpress, 2013)

1. Jenis Vasektomi

a. Vasektomi tanpa pisau bedah

b. Vasektomi dengan implan vasclip

c. Vasektomi laser

2. Cara Kerja

45

Sterilisasi yang dilakukan pada laki-

laki dengan cara memotong saluran mani (vas

deverens) kemudian kedua ujungnya di ikat,

sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar

penis (uretra), tetap dapat terjadi ejakulasi

namun hanya semacam lendir yang tidak

mengandung sperma saja yang keluar.

3. Efektivitas

Efektifitas dibantu dengan menggunakan

kondom terjadi kehamilan pada 1 per 100

perempuan sedangkan bila tanpa dibantu

menggunakan kondom yaitu 2-3 per 100

perempuan pada tahun pertama penggunaan.

4. Keuntungan

Proses Vasektomi menggunakan tehnik

operasi kecil yang sederhana, jarang dijumpai

komplikasi, hasil yang diperoleh hampir 100%

efektif, biaya murah dan terjangkau oleh

masyarakat, bila pasangan suami istri

menginginkan keturunan lagi, kedua ujung vas

deferens dapat disambung kembali (operasi

rekanalisasi).

5. Keterbatasan

46

Tidak efektif segera, WHO

menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3

bulan setelah prosedur.

6. Kontra indikasi

Hernia inguinalis, filariasis,

undersensus testikularis, anemia berat,

gangguan pembekuan darah.

7. Efek samping

Hampir tidak ada resiko trauma

internal, infeksi serius, serta kematian yang

berhubungan dengan anestesi

8. Cara Penggunaan

a. Vasektomi tanpa pisau bedah

Prosedur ini tidak menggunakan

pisau bedah tanpa ada sayatan yang dibuat

melainkan hanya dua tusukan kecil

dilakukan di masing-masing sisi untuk

mengambil vas deferens dan kemudian

mengklem, menutup atau mengikat dan

menempatkan kembali ketempatnya.

b. Vasektomi dengan implant vasclip

47

Prosedur ini, vas deferens ditutup dengan

alat yang disebut vasclip. Vas deferens tidak

dipotong sehingga mengurangi potensi rasa

sakit.

c. Vasektomi laser

Dalam metode ini laser digunakan untuk

menutup vas deferens sehingga rasa sakit

dan ketidaknyamanan minimal.

KERANGKA KONSEP

48

Berdasarkan latar belakang yang terjadi, maka di ambilah

penelitian mengenai “Persepsi Pasangan Usia Muda Dalam

Penggunaan Alat Kontrasepsi”, berikut adalah kerangka teori:

Gambar 9: Bagan Kerangka Konsep

Persepsi merupakan suatu proses diterimanya rangsang

melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga

pasangan usia muda yang menikah diusia kurang dari 20 tahun

mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang

penggunaan alat kontrasepsi, yang meliputi: kondom, suntik, pil

kontrasepsi, implan, AKDR, MOW, MOP.

Persepsi

Pasangan Usia

Muda

Alat

Kontrasepsi