BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge...

21
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Interpersonal 1. Pengertian Konflik Interpersonal Menurut Miller (2012) konflik tidak terhindarkan dalam hubungan dekat seperti pacaran. Konflik terjadi saat motif, tujuan, kepercayaan, pendapat atau perilaku seseorang mengganggu atau bertentangan dengan orang lain. Konflik terjadi ketika keinginan atau tindakan seseorang sebenarnya menghambat atau menghalangi orang lain. Konflik tidak bisa dihindari karena dua alasan. Pertama, suasana hati dan preferensi dua orang kadang berbeda. Kedua, konflik tidak dapat dihindari karena ada ketegangan tertentu yang cepat atau lambat, selalu menyebabkan beberapa ketegangan yang lebih besar (Miller, 2012). Hunt and Metcalf (1996) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu intrapersonal conflict (konflik intrapersonal) dan interpersonal conflict (konflik interpersonal). Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai budaya masyarakat, atau keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat menggangu bagi kesehatan psikologis atau kesehatan mental (mental hygiene) individu yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok (intragroup conflict) maupun antar kelompok (intergroup conflict). 13

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konflik Interpersonal

1. Pengertian Konflik Interpersonal

Menurut Miller (2012) konflik tidak terhindarkan dalam hubungan dekat seperti

pacaran. Konflik terjadi saat motif, tujuan, kepercayaan, pendapat atau perilaku seseorang

mengganggu atau bertentangan dengan orang lain. Konflik terjadi ketika keinginan atau

tindakan seseorang sebenarnya menghambat atau menghalangi orang lain. Konflik tidak bisa

dihindari karena dua alasan. Pertama, suasana hati dan preferensi dua orang kadang berbeda.

Kedua, konflik tidak dapat dihindari karena ada ketegangan tertentu yang cepat atau lambat,

selalu menyebabkan beberapa ketegangan yang lebih besar (Miller, 2012).

Hunt and Metcalf (1996) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu

intrapersonal conflict (konflik intrapersonal) dan interpersonal conflict (konflik

interpersonal). Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu

sendiri, misalnya ketika keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai

budaya masyarakat, atau keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik

intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat

menggangu bagi kesehatan psikologis atau kesehatan mental (mental hygiene) individu

yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar

individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga,

kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa

konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok (intragroup

conflict) maupun antar kelompok (intergroup conflict).

13

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

14

Donohue dan Kolt (1992) mendefinisikan konflik interpersonal sebagai situasi

dimana individu yang saling bergantung, mengekspresikan perbedaan (baik termanifes atau

laten) dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan masing-masing dan mereka

mengalami gangguan dari satu sama lain untuk mencapai tujuannya. Wilmot dan Hocker

(2007) mendefinisikan konflik interpersonal sebagai pertentangan antara setidaknya dua

pihak yang saling bergantung, yang merasakan tujuan yang tidak sesuai, keterbatasan

sumber daya, dan gangguan dari orang lain dalam mencapai tujuan mereka.

Berdasarkan beberapa definisi diatas peneliti memilih definisi dari Wilmot dan

Hocker (2007) yang mendefinisikan konflik interpersonal sebagai pertentangan antara

setidaknya dua pihak yang saling bergantung, yang merasakan tujuan yang tidak sesuai,

keterbatasan sumber daya, dan gangguan dari orang lain dalam mencapai tujuan mereka.

2. Aspek-aspek Konflik Interpersonal

Wilmot dan Hocker (2007) menyebutkan lima aspek konflik yaitu : an expressed

struggle, interdependence, perceived incompatible goal, perceived scarce resources dan

interference.

a. An Expressed Struggle

Orang yang terlibat dalam konflik memiliki persepsi tentang pikiran dan perasaan

mereka sendiri dan persepsi tentang pikiran dan perasaan orang lain. Konflik hadir saat

mereka mengkomunikasikan persepsi tentang pikiran dan perasaan mereka sendiri dan

persepsi tentang pikiran dan perasaan orang lain. Komunikasi dapat terjadi secara verbal

dan non verbal. Seringkali, perilaku komunikatif mudah diidentifikasi dengan konflik,

seperti ketika salah satu pihak secara terbuka tidak setuju dengan yang lain. Namun,

konflik interpersonal dapat terjadi dalam tingkat yang tidak diucapkan atau

dikomunikasikan. Komunikasi adalah elemen utama dalam semua konflik interpersonal.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

15

Konflik dapat terjadi saat ada peristiwa yang memicu konflik. An expressed struggle

menjelaskan bahwa konflik terjadi saat seseorang mengkomunikasikan perbedaan

persepsi dengan orang lain serta konflik dapat terjadi karena ada peristiwa pemicu.

b. Interdependence

Pihak yang berkonflik terlibat dalam sebuah perjuangan dan merasa terganggu satu sama

lain karena mereka saling bergantung. Seseorang yang tidak tergantung pada yang lain,

yaitu yang tidak memiliki special interest dalam perilaku ataupun hal-hal yang orang

lain lakukan tidak memiliki konflik dengan orang tersebut. (Braiker & Kelley dalam

Wilmot & Hocker 2007). Pilihan masing-masing orang mempengaruhi orang lain karena

konflik adalah aktivitas yang sama (mutual activity). Pihak-pihak yang berkonflik tidak

pernah benar-benar bermusuhan dan harus memiliki kepentingan yang sama (mutual

interest), walaupun kepentingan tersebut hanya ada selama konflik berlangsung.

Interdependence menjelaskan bahwa konflik terjadi pada pihak-pihak yang saling

bergantung yang ditandai dengan adanya aktivitas yang sama (mutual activity) dan

kepentingan yang sama (mutual interest).

c. Perceived Incompatible Goal

Orang-orang biasanya terlibat dalam konflik karena adanya tujuan yang penting bagi

mereka. Tujuan tersebut dianggap tidak sesuai karena pihak-pihak yang berkonflik

menginginkan hal yang sama atau hal yang berbeda. Pertama, pihak yang berkonflik

mungkin menginginkan hal yang sama. Kedua, kadang-kadang orang yang berkonflik

memiliki tujuan yang berbeda. Mereka berjuang atas pilihan-pilihan yang tidak sesuai.

Kadang-kadang tujuan tidak bertentangan sebagaimana yang tampak. Terlepas dari

apakah orang yang berkonflik melihat tujuan yang sama atau berbeda, tujuan yang tidak

sesuai dirasakan sangat penting untuk semua konflik. Perceived incompatible goal

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

16

menjelaskan bahwa konflik terjadi karena adanya ketidaksesuaian tujuan diantara pihak-

pihak yang berkonflik.

d. Perceived Scarce Resources

Sumber daya dapat didefinisikan sebagai "hal-hal yang dirasakan positif baik secara

fisik, ekonomi dan sosial" (Miller dan Steinberg 1975 dalam Wilmot & Hocker, 2007).

Sumber daya mungkin obyektif nyata atau dianggap sebagai nyata oleh orang. Demikian

juga, kelangkaan, atau pembatasan, dapat terlihat atau aktual.

Uang, sumber daya alam seperti minyak atau tanah, dan pekerjaan mungkin memang

sumber daya yang langka atau terbatas. Komoditas berwujud seperti cinta, penghargaan,

perhatian, dan peduli juga dapat dianggap sebagai hal yang langka. Dalam perjuangan

interpersonal, dua sumber daya yang sering dianggap langka adalah kekuasaan (power)

dan harga diri (self-esteem). Terlepas dari persoalan tertentu yang terlibat, orang dalam

konflik biasanya merasa bahwa mereka memiliki terlalu sedikit kekuasaan dan harga diri

dan bahwa pihak lain memiliki terlalu banyak kekuasaan dan harga diri. Perceived

scarce resources menjelaskan bahwa konflik terjadi apabila seseorang merasakan

langkanya atau berkurangnya sumber daya seperti cinta, penghargaan, perhatian, rasa

peduli, kekuasaan serta harga diri.

e. Interference

Orang-orang yang saling tergantung, melihat tujuan yang tidak sesuai, dan sumber daya

yang sama-sama langka mungkin masih tidak memenuhi persyaratan untuk konflik.

Gangguan, atau persepsi gangguan, diperlukan untuk melengkapi kondisi konflik. Jika

kehadiran orang lain mengganggu tindakan yang diinginkan, konflik meningkat. Konflik

terkait dengan menghalangi, dan orang yang melakukan menghalangi tersebut dianggap

sebagai masalah. Dihalangi dan digganggu adalah pengalaman yang biasanya

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

17

menimbulkan rasa marah dan menyalahkan. Interference menjelaskan bahwa konflik

terjadi apabila seseorang merasa terganggu dengan tindakan orang lain dan merasa

kepentingannya dihalangi oleh orang lain.

Markman, Stanley dan Blumberg (2010) mengungkapkan 4 aspek konflik

interpersonal, yaitu :

a. Escalation

Escalation terjadi saat pasangan saling merespon negatif satu sama lain sehingga kondisi

menjadi semakin buruk dan lebih buruk. Seringkali, komentar negatif meningkatkan

kemarahan dan frustrasi. Hal ini tidak hanya meningkatkan intensitas emosi yang dapat

menciptakan masalah, komentar negatif ini cenderung berubah dari kemarahan

sederhana menjadi komentar yang menyakitkan tentang satu sama lain.

b. Invalidation

Invalidation adalah pola dimana salah satu pasangan secara langsung atau tidak langsung

meremehkan pola pikir, perasaan, dan karakter pasangannya.

c. Withdrawal and Avoidance

Withdrawal dan Avoidance adalah manifestasi yang berbeda dari pola

di mana salah satu pasangan menunjukkan keengganan untuk masuk atau tinggal dalam

diskusi penting. Penarikan dapat terlihat nyata pada perilaku bangun dari tempat duduk

dan meninggalkan ruangan atau secara halus dengan cara diam (tidak berargumen)

ketika bertengkar. Withdrawer sering cenderung diam ketika bertengkar, atau mungkin

setuju dengan cepat ke beberapa saran hanya untuk mengakhiri pembicaraan, tanpa

maksud sebenarnya untuk melakukan saran tersebut.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

18

Avoidance mencerminkan keengganan yang sama untuk masuk ke diskusi tertentu,

dengan lebih menekankan pada upaya untuk mencegah percakapan terjadi. Orang yang

rentan melakukan avoidance lebih suka bahwa topik tidak datang, dan jika telah terlanjur

pada topik, orang tersebut akan menunjukan tanda withdrawal.

d. Negative Interpretation

Negative Interpretation terjadi ketika salah satu pasangan secara konsisten percaya

bahwa motif lain dari pasangan lebih negatif daripada yang sesungguhnya terjadi. Hal

ini bisa menjadi sangat merusak, menjadi pola negatif dalam suatu hubungan, dan itu

akan membuat konflik atau perselisihan sulit untuk ditangani secarakonstruktif.

Berdasarkan aspek-aspek konflik interpersonal yang telah dijabarkan, dalam

penelitian ini digunakan aspek dari Wilmot dan Hocker (2007) untuk mengkonstruksikan

alat ukur. Hal ini karena aspek tersebut lebih sesuai dengan konteks penelitian ini yaitu

tentang konflik interpersonal dalam berpacaran, sedangkan aspek konflik interpersonal

menurut Markman, Stanley dan Blumberg (2010) lebih menekankan pada konflik dalam

hubungan pernikahan.

3. Komponen-Komponen Konflik

Menurut Miller (2012) rangkaian terjadinya konflik terdiri 5 tahap, yaitu :

a. Investigating Events

Peterson (dalam Miller, 2012) mengklasifikasikan peristiwa yang menyebabkan konflik

menjadi empat kategori yaitu criticism, illegitimate demands, rebuffs dan cumulative

annoyences.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

19

1) Criticism

Melibatkan tindakan verbal dan non verbal yang dinilai untuk mengkomunikasikan

ketidakpuasan terhadap perilaku, sikap atau sifat (Cupach, dalam Miller, 2012).

2) Illegitimate demands

Melibatkan permintaan yang tampaknya tidak adil karena melebihi ekspektasi

normal satu sama lain dari pasangan.

3) Rebuffs

Melibatkan situasi dimana satu orang menarik diri dari pasangannya untuk

mendapatkan reaksi yang diinginkan, namun pasangannya gagal untuk merespon

sesuai dengan keinginannya (Peterson, dalam Miller).

4) Cumulative annoyences

Peristiwa yang relatif sepele yang menjadi menjengkelkan karena pengulangan.

Peristiwa tersebut sering membentuk social allergies, yaitu melalui paparan berulang

terhadap gangguan berulang kecil, orang dapat mengembangkan reaksi hipersensitif

terhadap rasa jijik dan putus asa yang tampak berlebihan untuk setiap provokasi

tertentu.

b. Attribution

Efek aktor-pengamat dan bias mementingkan diri sendiri berkontribusi pada konflik

atribusi dengan pasangan untuk merebutkan penjelasan siapa yang benar.

c. Engagement and Escalation

Setelah penghasutan terjadi, pasangan harus memutuskan apakah terlibat dalam konflik

atau untuk menghindari masalah dan membiarkannya. Jika eskalasi terjadi dan konflik

memanas, hal-hal buruk yang pasangan katakan pada satu sama lain mungkin

disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

20

d. The Demand or Withdraw Pattern

Tuntutan yang membuat Frustrasi atau siklus menarik diri terjadi ketika seseorang

mendekati yang lain karena masalah, dan pasangan merespon dengan menghindari isu

atau pasangannya. Wanita cenderung menjadi demanders dan laki-laki cenderung

menjadi withdrawers.

e. Negotiation and Accomodation

Negosiasi akhirnya terjadi ketika pasangan berjalan menuju solusi dengan cara yang

masuk akal. Penyampaian pendapat, loyalitas, meninggalkan, dan mengabaikan adalah

bentuk ketidakpuasan dalam hubungan intim. Akomodasi terjadi ketika pasangan

bereaksi dengan kesabaran tenang pada provokasi lain.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima konponen

konflik interpersonal, yaitu investigating events, attribution, engagement and escalation, the

demand or withdraw pattern dan negotiation and accommodation.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal

Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik

interpersonal yaitu :

a. Komunikasi

Komunikasi dapat menjadi sumber konflik. Komunikasi mewakili kekuatan yang

bertentangan, kesulitan dan kesalahpahaman. Komunikasi yang terlalu banyak atau

terlalu sedikit dapat menjadi dasar terjadinya konflik.

b. Struktur

Struktur berkaitan dengan peran dan tugas-tugas individu yang berhubungan dengan

orang lain. Tugas masing-masing pihak yang dapat dijelaskan dengan baik akan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

21

mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat konstruktif. Sedangkan tugas yang

tidak dapat dijelaskan dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan konflik yang

bersifat destruktif.

c. Variabel Pribadi

Variabel pribadi meliputi kepribadian, emosi dan nilai-nilai. Kepribadian yang keras

kepala, emosi dan pencemas lebih sering terlibah cekcok dan bereaksi buruk ketika

konflik terjadi

Menurut Robbin dan Judge (2013) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi konflik

interpersonal yaitu komunikasi, struktur dan variabel pribadi

5. Tipe Konflik Interpersonal

Menurut Taylor, dkk (2009) tipe konflik interpersonal dibedakan menjadi tiga,

yaitu :

a. Perilaku Spesifik

Beberapa konflik terjadi karena perilaku spesifik dari pasangan. Pada level ini pasangan

mengalami masalah pengkoordinasian aktivitas tertentu.

b. Norma dan Peran

Beberapa konflik berfokus pada isu yang lebih umum seperti hak dan tanggung jawab

pasangan dalam suatu hubungan. Pada level ini pasangan mengalami masalah dalam

menegosiasikan aturan dan peran dalam hubungan mereka.

c. Disposisi Personal

Beberapa konflik berfokus pada niat dan sikap pasangannya. Pada level disposisional,

pasangan mungkin berselisih soal personalitas dan niat mereka.

Taylor, dkk (2009) membagi konflik interpersonal menjadi 3 tipe yaitu perilaku

spesifik, norma dan peran seta disposisi personal.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

22

B. Trust

1. Pengertian Trust

Trust adalah komponen fundamental dari hampir semua interaksi sosial. Dalam

konteks hubungan dekat, trust mengacu pada tingkat kepercayaan kita bahwa orng lain akan

bertindak sesuai dengan cara yang akan memenuhi harapan kita. Keyakinan ini tidak hanya

mencerminkan penilaian intelektual dari kemungkinan bahwa pasangan akan bertindak

seperti yang diharapkan, tetapi juga pengalaman emosional dari rasa aman dan jaminan

dalam perilaku dan motif dari pasangan. (Rempel dalam Ponzetti, 2013). Trust merupakan

pengharapan bahwa pasangan akan memperlakukan dengan baik dan secara terhormat

(Simpson, dalam Miller, 2012). Secara konsisten, trust dianggap sebagai salah satu

komponen yang paling penting dari hubungan cinta (Regan, Kocan, dan Whitlock dalam

Ponzetti, 2003). Trust merupakan aspek dalam hubungan dan secara terus menerus berubah

serta bervariasi yang dibangun melalui rangkaian trusting dan trustworthy. Trusting adalah

kemauan mengambil resiko terhadap akibat yang baik ataupun buruk, sedangkan

trustworthy adalah perilaku yang melibatkan penerimaan terhadap kepercayaan orang lain

(Johnson & Johnson 2012).

Seseorang dengan trust yang tinggi memiliki keyakinan positif tentang pasangan

mereka berdasarkan pengalaman masa lau dan keyakinan pada masa depan. Mereka

mengharapkan pasangannya untuk bertindak dengan cara yang termotivasi oleh keinginan

untuk meningkatkan hubungan. Bahkan ketika dihadapkan dengan peristiwa yang

berpotensi menantang keyakinan mereka, seperti konflik atau perselisihan, orang dengan

trust tinggi tidak munggkin mempertanyakan motif pasangan mereka. Sebaliknya, sebanyak

mungkin, peristiwa negatif dipandang kurang signifikan bila dibandingkan dengan

akumulasi besar pengalaman positif. Hal ini bukan berarti orang-orang yang memiliki trust

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

23

tinggi adalah orang yang naif dan menolak kejadian negatif dalam hubungan mereka.

Namun mereka cenderung untuk menempatkan beberapa batasan pada implikasi kejadian

negatif dalam hubungan mereka. Dengan demikian, Hubungan dengan trust yang tinggi

adalah hubungan dimana pasangan saling terbuka satu sam lain.

Seseorang yang memiliki trust sedang tidak yakin dengan maksud pasangan mereka,

apakah pasangannya ingin melanjutkan hubungan atau tidak, mereka tidak yakin apakah

pasangan mereka mempercayai mereka atau tidak dan apakah pasangan mereka dapat

dipercaya atau tidak. Meski mereka memiliki keragu-raguan tersebut, mereka masih

memiliki harapan untuk hubungan mereka. Orang-orang dengan tingkat trust sedang,

memiliki keinginan untuk keyakinan positif, namun sepertinya mereka lebih menekankan

pada peristiwa negatif dalam hubungan mereka (Rempel dalam Ponzetti, 2003).

Dibandingkan dengan orang yang memiliki trust rendah atau trust tinggi, seseorang dengan

trust sedang lebih mungkin melakukan manipulasi dan menggunakan paksaan selama

terjadinya konflik. (Rempel, Hiller & Cocivera dalam Ponzetti, 2003). Dengan demikian,

orang-orang dengan trust sedang tidak yakin untuk mengabaikan tanda-tanda yang

berpotensi menyebabkan kekecewaan. Seseorang dengan trust sedang yang merasakan

bahwa harapannya pernah dirusak melindungi diri mereka dengan strategi menghindari

risiko sehingga mereka menjadi berhati-hati dalam menyimpulkan motif positif dari perilaku

pasangan mereka. (Holmes & Rempel dalam Ponzetti, 2003). Dengan demikian orang-orang

dengan trust sedang berada dalam paradoks terlalu menekankan peritiwa negarif dan

meremehkan pentingnya peristiwa penting yang dapat meningkatkan harapan mereka.

Seseorang yang memiliki trust rendah tidak memiliki keyakinan apapun tentang

harapan bahwa pasangan mereka focus pada mereka atau hubungan mereka. Dengan

demikian, mereka yang mungkin untuk menghadapi kejadian positif dengan skeptisisme,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

24

menurunkan kemungkinan bahwa peritiwa tersebut mungkin berdampak positif untuk masa

depan hubungan mereka. Di sisi lain peristiwa negatif, digunakan untuk memastikan

keyakinan bahwa kepercayaan pasangan tidak benar. Peristiwa negatif tersebut digunakan

untuk mendukung kesimpulan mereka bahwa pasangan tidak lagi peduli. Ironi yang

menyedihkan adalah bahwa, sekali trust telah dirusak, mungkin dua kali lipat sulit untuk

mengembalikan.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa trust adalah kepercayaan

pada pasangan untuk bersedia mengambil resiko terhadap akibat yang baik ataupun buruk,

harapan seseorang bahwa pasangannya akan memperlakukannya dengan baik, dan

menerima kepercayaan pasangan.

2. Aspek-aspek Trust

Menurut Johnson & Johnson (2012) aspek trust meliputi trusting dan trustworthy.

Trusting mencakup opennes dan sharing, dan trustworthy mencakup acceptance, support

serta cooperative intention.

a. Trusting

Trusting terdiri dari dua komponen, yaitu :

1) Keterbukaan (opennes): membagi informasi, ide-ide, pemikiran, perasaan, dan

reaksi terhadap isu-isu yang terjadi.

2) Berbagi (sharing): menawarkan bantuan material dan sumber daya kepada orang lain

dengan tujuan untuk membantu mereka menuju penyelesaian tugas.

b. Trustworthy

Trustworthy terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1) Penerimaan (acceptance): melakukan komunikasi dengan orang lain dan

menghargai pendapat mereka tentang suatu hal yang sedang dibicarakan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

25

2) Dukungan (support): hubungan dengan orang lain yang diketahui kemampuannya

dan percaya bahwa mereka memiliki kapabilitas yang dibutuhkan

3) Niat untuk berkerjasama (cooperative intention): harapan bahwa orang lain dapat

diajak bekerjasama untuk mencapai pemenuhan tujuan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek trust terdiri

dari trusting yang meliputi openness dan sharing serta trustworthy yang terdiri dari

acceptance, support dan cooperative intention

3. Komponen-komponen Trust

Rempel, Holmes dan Zanna dalam Jogan, Johnson dan Briggs, 1997) menyebutkan 3

komponen trust, yaitu :

a. Predictability

Predictability merupakan keyakinan individu bahwa perilaku pasangan dapat diprediksi

dan konsisten dalam sejumlah interaksi yang dicapai seiring berjalannya waktu melalui

pengalaman-pengalaman yang telah dilewati dalam hubungan.

b. Dependability

Dependability merupakan keyakinan individu bahwa pasangan merupakan seseorang

yang dapat diandalkan dan sebagai tempat untuk bergantung. Hal ini didasarkan pada

pasangan yang lebih memilih untuk menanggapi kebuituhan individu dalam situasi yang

sulit dan bergantung pada respon pasangan di masa lalu.

c. Faith

Faith merupakan keyakinan individu bahwa pasangan akan selalu menjaga komitmen

dan kesetiaan meskipun situasi di masa mendatang tidak dapat diperkirakan. Keyakinan

ini tidak didasarkan pada pengalaman masa lalu dalam hubungan, namun lebih

cenderung pada kepercayaan dalam diri individu terhadap komitmen pasangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

26

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa komponen-

komponen trust terdiri dari predictability, dependability dan faith.

4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Trust

Individu mengembangkan harapan mengenai tingkat bagaimana seseorang dapat

trust kepada orang lain, bergantung pada empat faktor dibawah ini (Lewicki, 2006) :

a. Predisposisi Kepribadian (Personality Predisposition)

Penelitian menunjukan bahwa individu berada di dalam kecenderungan mereka untuk

percaya kepada orang lain (Rotter, Wrightsman & Gillespie dalam Lewicki, 2006).

Semakin tinggi tingkat individu dalam kecenderungan untuk trust, semakin besar

harapan untuk dipercaya oleh orang lain.

b. Orientasi Psikologis (Psychological Orientation)

Deutsh (dalam Lewicki, 2006) menyatakan bahwa individu membangun dan

mempertahankan hubungan berdasarkan hubungan sosial berdasarkan orientasi

psikologisnya. Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk dan sebaliknya.

Sehingga, untuk menjaga orientasinya tetap konsisten, maka individu akan mencari

hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka. Jika individu tidak menjaga hubungannya

dengan orang lain dengan emosi yang baik, maka emosi tersebut dapat mendorong

individu untuk melakukan tindakan yang akan mencelakakan hubungan yang telah

dijalani.

c. Reputasi dan Stereotip (Reputation and Strereotype)

Meskipun individu tidak memiliki pengalaman langsung dengan orang lain, harapan

individu dapat terbentuk melalui apa yang dipelajari dari teman ataupun dari apa yang

telah didengar (Ferris, Blass, Douglas, Kolodinsky, & Treadway dalam Lewicki, 2006).

Reputasi orang lain biasanya membentuk harapan yang kuat yang membawa individu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

27

untuk melihat elemen untuk trust dan distrust serta membawa pada pendekatan pada

hubungan untuk saling percaya.

d. Pengalaman Aktual (Actual Experience)

Pada kebanyakan orang, individu mengambil bagian dari pengalaman untuk berbicara,

bekerja, berkoordinasi dan berkomunikasi. Beberapa dari bagian tersebut sangat kuat di

dalam trust, dan sebagian mungkin kuat pada distrust. Sepanjang berjalannya waktu,

baik elemen trust maupun distrust memulai untuk mendominasi pengalaman, untuk

menstabilkan dan secara mudah mendefinisikan sebuah hubungan (Becerra & Gupta

dalam Lewicki, 2006). Ketika pola yang terbangun sudah stabil, individu cenderung

untuk menggeneralisasikan sebuah hubungan dan menggambarkannya dengan tinggi

atau rendahnya trust atau distrust.

Berdasarkan pemaparan diatas maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi trust terdiri dari predisposisi kepribadian, orientasi psikologis, reputasi dan

stereotif serta pengalaman aktual.

C. Berpacaran

1. Pengertian Berpacaran

Menurut Santrock (2007), berpacaran adalah suatu hubungan dekat yang melibatkan

penerimaan, kepercayaan dan pengertian dengan melibatkan jalinan yang rumit dari emosi-

emosi yang berbeda seperti kemarahan, gairah, seksual, kesenangan dan kecemburuan.

Pacaran adalah sebuah hubungan percintaan yang mengarah pada tahap awal hubungan

romantis yang berfungsi sebagai dasar atau landasan dalam membangun hubungan yang

berpotensi sebagai sebuah komitmen dan juga merupakan proses penyesuaian antara dua

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

28

pribadi yang berbeda yang membutuhkan usaha keras untuk bisa sampai kearah pernikahan

(Papalia, dkk, 2008).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berpacaran

merupakan hubungan percintaan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan, dengan

adanya saling keterbukaan dan pengertian satu sama lain yang mengarah pada komitmen

terhadap hubungan yang lebih serius.

2. Tipe Berpacaran

a. Berpacaran Jarak Dekat

Menurut Hampton (2004) Pada hubungan berpacaran jarak dekat, pasangan tidak

dipisahkan oleh jarak fisik sehingga masih memungkinkan untuk adanya kedekatan

fisik. Pacaran jarak dekat disini juga merupakan hubungan yang dijalani oleh pasangan

yang berada pada kota atau daerah yang sama dengan pasangannya dan ditandai dengan

adanya kedekatan fisik, seperti kehadiran pasangan didekatnya, waktu yang banyak

untuk bertemu dan banyak kesempatan untuk pergi jalan-jalan bersama setiap waktu.

b. Berpacaran Jarak Jauh

Menurut Aylor (2014) ada perdebatan tentang bagaimana mengukur pacaran

jarak jauh. Umumnya digunakan tiga pendekatan untuk mendefinisikan pacaran jarak

jauh yaitu miles separated, geographic boundary dan self define.

1) Miles Separated

Pendekatan yang pertama menggunakan ukuran mil untuk membedakan antara

hubungan pacaran jarak jauh dengan hubungan pacaran jarak dekat. Para peneliti

telah menetapkan jarak mil tertentu untuk hubungan yang akan didefinisikan sebagai

pacaran jarak jauh. Carpenter & Knox (dalam Aylor, 2014) mendefinisikan pacaran

jarak jauh dimana pasangan terpisah lebih dari 100 mil, tetapi Schwebel dkk (dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

29

Aylor, 2014) menggunakan 50 mil untuk menyatakan suatu hubungan dapat

dikatakan sebagai hubungan pacaran jarak jauh.

2) Geographic Boundary

Peneliti lain mempunyai batas-batas geografis tertentu untuk mendefinisikan

pacaran jarak jauh. Bukan jarak berapa mil yang memisahkan pasangan. Peneliti

memfokuskan pada kota atau negara tempat tinggal untuk menentukan apakah suatu

hubungan termasuk hubungan pacaran jarak jauh atau tidak. Helgeson (dalam Aylor,

2014) mendefinisikan pacaran jarak jauh sebagai kondisi dimana salah satu pasangan

tinggal di luar kota. Menurut Stephen (dalam Aylor, 2014) hubungan dapat

didefinisikan sebagai hubungan pacaran jarak jauh apabila pasangan tinggal di

bagian lain yang berbeda dari negara yang sama. Canari dkk (dalam Aylor, 2014)

mendefinisikan pacaran jarak jauh sebagai hubungan dimana pasangan tinggal di

kota-kota terpisah.

3) Self Define

Pendekatan ketiga adalah sebuah pemikiran untuk memungkinkan responden untuk

menentukan apakah hubungannya adalah hubungan jarak jauh, terlepas dari jumlah

mil atau batas-batas geografis yang memisahkan mereka.

Dalam penelitian ini menggunakan definisi pacaran jarak jauh menurut Stephen (dalam

Aylor, 2014) yang mendefinisikan pacaran jarak jauh sebagai suatu kondisi apabila pasangan

tinggal di bagian lain yang berbeda dari negara yang sama. Dimana dalam penelitian ini batas

geografis yang digunakan adalah pulau yang berbeda.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

30

D. Dewasa Awal

Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun. Masa dewasa awal

merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan

sosial baru. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal dipusatkan pada harapan-harapan

masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar

hidup bersama dengan suami atau istri, membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak,

mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan

bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1980)

Berdasarkan teori perkembangan Erikson, Intimacy vs Isolation menjadi persoalan

utama pada masa dewasa awal. Bila individu tidak dapat menjalin komitmen pribadi dengan

orang lain, menurut Erikson, individu berisiko menjadi terlalu terisolasi dan terpaku pada diri

sendiri. Erikson memandang perkembangan hubungan yang intim sebagai tugas penting masa

dewasa awal. Kebutuhan untuk membentuk hubungan yang kuat, stabil, dekat, dan penuh

perhatian merupakan motivator penting dari tingkah laku manusia (Papalia dkk, 2009).

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa masa dewasa awal dimulai

dari umur 18 tahun sampai 40 tahun, salah satu tugas perkembangan pada masa ini adalah

memilih seorang teman hidup dan persoalan utama pada masa ini adalah intimacy vs isolation.

E. Dinamika Antar Variabel

Masa dewasa awal adalah tahap perkembangan setelah remaja. Menurut Erikson

(Papalia dkk, 2009) pada tahap perkembangan ini salah satu tugas perkembangan yang penting

bagi individu adalah membangun hubungan yang intim. Ekspresi keintiman pada masa dewasa

awal ini dapat terlihat salah satunya dalam hubungan cinta. Pada masa inilah individu

membentuk hubungan romantik yang sering disebut dengan pacaran (Kiessner dalam Khoman,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

31

2009). Hubungan pacaran dibedakan menjadi dua yaitu pacaran jarak dekat dan pacaran jarak

jauh (Hampton dalam Khoman, 2009).

Individu yang menjalani pacaran jarak jauh sangat mungkin akan mengalami konflik

(Nisa & Sedjo, 2010). Konflik dapat menyebabkan hubungan interpersonal rusak atau berakhir

apabila tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya konflik juga dapat meningkatkan kualitas

hubungan bila penanganannya tepat. (Supratiknya dalam Permatasari, 2014). Salah satu konflik

yang terjadi dalam hubungan pacaran jarak jauh adalah konflik interpersonal. Menurut Nisa dan

Sedjo (2010) adanya konflik interpersonal yang terjadi dapat disebabkan karena adanya

ketidaksepahaman, misalnya pasangan selalu memberikan perhatian yang lebih, dapat menjadi

konflik bila salah satu dari mereka tidak senang terlalu diperhatikan atau misalnya, kecurigaan

salah satu dari mereka terhadap pasangan dapat menyebabkan konflik, dan jika kecurigaan

tersebut berkepanjangan dapat membuat hubungan semakin renggang. Konflik juga dapat

terjadi karena kepercayaan yang diberikan oleh pasangan menurun. Nisa dan Sedjo (2010)

menambahkan, bahwa konflik interpersonal yang terjadi diantaranya, komunikasi yang tidak

lancar dan perbedaan yang selalu dipersoalkan sehingga muncul perdebatan (Nisa & Sedjo,

2010). Permatasari (2014) menambahkan konflik dalam pacaran jarak jauh dapat berupa

pertengkaran dan perdebatan (Permatasari, 2014).

Hubungan pacaran, baik pacaran jarak dekat atau jarak jauh membutuhkan trust. Trust

merupakan hal yang penting dalam berpacaran (Morrow, 2010). Trust mengacu pada tingkat

kepercayaan kita bahwa orang lain akan bertindak sesuai dengan cara yang akan memenuhi

harapan kita (Rempel dalam Ponzetti, 2003). Dalam hubungan pacaran, terutama pacaran jarak

jauh trust merupakan hal yang sangat penting. Hasil penelitian Kauffman (2000) yang berjudul

Relational Maintenance in Long-Distance Dating Relationship: Staying Close menemukan

bahwa trust merupakan syarat keberhasilan suatu hubungan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

32

Menurut Coser (dalam Han & Harm, 2010) dalam hubungan dekat dengan tingkat trust

yang tinggi individu cenderung menghindari konflik dan memastikan bahwa konflik tidak

muncul. Hasil studi pendahuluan peneliti menemukan bahwa konflik dalam hubungan pacaran

jarak jauh dapat muncul karena trust yang rendah. Pada hubungan pacaran jarak jauh dimana

terdapat tingkat trust yang tinggi pada pasangan maka konflik yang terjadi dalam hubungan

tersebut akan rendah, begitu juga sebaliknya apabila trust rendah maka konflik akan tinggi.

Berdasarkan uraian diatas maka diperkirakan terdapat hubungan antara trust dengan

konflik interpersonal pada dewasa awal yang menjalani pacaran jarak jauh.

Dinamika hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik … yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi konflik interpersonal yaitu : a. Komunikasi

33

Gambar.1. Hubungan Antar Variabel

Keterangan :

: Subjek Penelitian

: Variabel yang tidak diteliti

: Variabel Penelitian

: Dimensi Variabel

: Komponen

: Garis Pengaruh yang akan diteliti

F. Hipotesis Penelitian :

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat hubungan antara trust dengan konflik interpersonal pada

individu dewasa awal yang menjalani pacaran jarak jauh.

2. Hipotesis nihil (Ho) : Tidak terdapat hubungan antara trust dengan konflik interpersonal

pada individu dewasa awal yang menjalani pacaran jarak jauh.

Dimensi-dimensi

Trust

- Trusting

- Trustworthy

Pacaran Jarak

Jauh Konflik

Konflik

Interpersonal

Konflik

Intrapersonal

Dimensi-dimensi Konflik

Interpersonal

- An expressed struggle

- Interdependence

- Perceived incompatible

goal

- Perceived scarce resource

- Interdependence

Trust