BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Matahari
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar
biasa besarnya ke permukaan bumi. Energi matahari dapat dipresentasikan dalam
parameter intensitas radiasi yaitu jumlah daya matahari yang datang pada suatu
permukaan persatuan luas area. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi
menyerap sekitar 1000 watt energi matahari permeter persegi. Kurang dari 30%
energi tersebut dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi
panas, 23% digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas
permukaan bumi, sebagian kecil 0,25% ditampung angin, gelombang dan arus dan
masih ada bagian yang sangat kecil 0,025% disimpan melalui proses fotosintesis
di dalam tumbuh-tumbuhan yang akhirnya digunakan dalam proses pembentukan
batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang memakan
jutaan tahun) yang saat ini digunakan secara ekstensif dan eksploratif.Bukan
hanya untuk bahan bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika,
bahan sintesis lainnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi
adalah energi matahari (Manan, 2009). Energi matahari dapat dimanfaatkan
dengan berbagai cara salah satunya sel surya yang menjanjikan masa depan yang
cerah sebagai sumber energi listrik.
8
2.2 Sel Surya
Sel surya adalah suatu divais yang dapat mengkonversi energi matahari
menjadi energi listrik melalui efek fotovoltaik. Divais ini dibuat dari bahan
semikonduktor yaitu suatu zat padat yang memiliki nilai resitivitas lebih besar
dari bahan konduktor dan lebih kecil dari bahan isilator. Celah pita energinya pun
tidak terlalu besar sehingga memungkinkan terjadinya eksitasi elektron dari pita
valensi ke pita konduksi.
2.2.1 Sel Surya Anorganik
Pada umumnya sel surya terbuat dari bahan semikonduktor anorganik.
Bahan semikonduktor dibentuk dari hasil ikatan kovalen antara unsur-unsur bahan
sehingga konvigurasi elektron valensinya menyerupai konvigurasi elektron pada
unsur-unsur gas mulia. Misalnya unsur-unsur pada golongan IIIA seperti Boron
(B), Aluminium (Al), Gallium (Ga), Indium (In) dan Thallium (Tl) dengan unsur-
unsur pada golongan V A seperti Nitrogen (N), Phosphorus (P), dan Arsenik
(As).
Muatan pembawa arus listrik pada bahan semikonduktor adalah elektron
dan hole. Suatu bahan yang pembawa mayoritasnya adalah hole disebut
semikonduktor tipe-p dan bahan yang muatan pembawa mayoritasnya adalah
elektron disebut semikonduktor tipe-n. Ketika kedua bahan ini disatukan maka
akan terbentuk semikonduktor sambungan p-n. Ketika bahan tipe-p disambungkan
dengan bahan tipe-n, maka elektron pada bahan tipe-n berdifusi melalui
permukaan sambungan menuju bahan tipe-p, begitu juga sebaliknya, hole pada
9
bahan tipe-p berdifusi menuju bahan tipe-n. Ketika berdifusi, hole mengalami
rekombinasi dengan elektron dan saling meniadakan muatan sehingga tepat pada
sambungan p-n terjadi daerah tanpa muatan bebas yang disebut daerah deplesi.
Pada daerah deplesi muatan positif terpisah dari muatan negatif, sehingga
timbulmedan listrik yang dikenal sebagai medan built-in yaitu medan dalam.
Akibat dari medan dalam ini akan muncul suatu potensial penghalang antara
bahan tipe-p dan bahan tipe-n. Besarnya potensial penghalang kemudian di ikuti
dengan melebarnya daerah deplesi.
Struktur sel surya dari bahan semikonduktor anorganikdapat terbentuk
sambungan p-n atau sambungan schottky. Sel surya persambungan schottky terdiri
dari sambungan metal dan semikonduktor. Struktur sel surya persambungan p-n
yang umum digunakan adalah struktur heterojunction. Pada struktur ini, energi
gap lapisan atas akan lebih besar di bandingkan dengan energi gap lapisan di
bawahnya, sehingga ketika foton dari cahaya matahari menembus lapisan-lapisan
ini foton yang energinya tidak mampu mengeksitasikan elektron pada lapisan
teratas akan diteruskan ke lapisan di bawahnya begitu setrusnya, yang dikenal
dengan sistem window.
Sebuah sel surya dapat menghasilkan arus listrik jika diberikan sejumlah
energi cahaya. Proses munculnya arus listrik ini diawali dengan proses pemutusan
ikatan elektron pada atom-atom yang tersusun dalam kristal semikonduktor ketika
menerima energi dari luar. Pada sel surya terdapat dua jenis arus, yaitu arus foto
(photo current) dan arus gelap (dark current). Arus foto atau arus penyinaran
muncul karena elektron-elektron pada pita valensi bahan semikonduktor
10
tereksitasi ke pita konduksi akibat diberikan sejumlah energi foton. Sehingga akan
timbul perbedaan kerapatan muatan pembawa pada pita konduksi di daerah
persambungan. Karena perbedaan kerapatan dan muatan, maka akan muncul
pergerakan muatan dari daerah kerapatan tinggi ke daerah kerapatan rendah atau
terjadi proses difusi sehinggs arus foto di sebut juga dengan arus difusi.
Sedangkan arus gelap pada sel surya yang disebut juga dengan arus dioda,
karena munculnya arus ini akibat persambungan p-n pada sel surya tersebut. Arus
gelap berlawanan arah dengan arus foto, arus gelap merupakan arus minoritas.
Resultan arus foto dan arus gelap menghasilkan arus listrik secara keseluruhan
pada sel surya.
2.2.2 Sel Surya Organik
Sifat listrik material organik pertama kali ditemukan pada tahun 1977 oleh
Chiang dan kelompok penelitiannya (Gadisa, 2006). Material organik pertama
yang dapat menghantarkan arus listrik adalahpolyacetylene yang didopping iodine
dan bromin(Roth, 1985). Molekul-molekul dalam bahan organik berinteraksi
melalui interaksi Van der Waals yang lemah.Hal ini mengakibatkan pita valensi
dan pita konduksi terbentuk pada setiap molekuldengan lebar pita antar setiap
molekulnya lebih kecil dari 0,1 eV (Ishii dkk., 1999).Orbital anti-ikatan (anti-
bondingorbital) terletak pada tingkat energi yang lebih tinggidaripada orbital
ikatan (bonding orbital). Orbital anti-ikatan membentuk pita konduksi dan orbital
ikatan membentuk pita valensi. Bagian teratas dari keadaan yang ditempati oleh
elektron pada pita valensi disebut Highest Occupied Molecular Orbital (HOMO),
11
sedangkan bagian terbawah dari keadaan yang tidak ditempati elektronpada pita
disebut dengan Lowest Unoccupied Molecular Orbital (LUMO), atau dapat juga
dikatakan bahwa HOMO merupakan analog bagi pita valensi dalam kajian
semikonduktor berbasis bahan anorganik, sedangkan LUMO merupakan analog
bagi pita konduksi. Apabila level Fermi suatu bahan lebih dekat dengan LUMO,
dapat dikatakan bahan tipe-n, dan berperilaku sebagai penerima (akseptor)
elektron, sedangkan apabila level Fermi suatu bahan lebih dekat dengan HOMO,
bahan tersebut dapat dikatakan bahan tipe-p dan berperan sebagai pemberi (donor)
elektron.
Pada sel surya organik, digunakan dua lapisan aktif, yang satu berfungsi
sebagai lapisan donor (tipe-p) dan yang lainnya berfungsi sebagai lapisan akseptor
(tipe-n). Proses transfer muatan yang terjadi pada lapisan aktif terjadi karena
adanya perbedaan afinitas elektron. Agar terjadi suatu transfer muatan pada
lapisan donor-akseptor, LUMO lapisan donor seharusnya berada minimal 0,5 eV
di atas LUMO akseptor dan level HOMO lapisan akseptor seharusnya berada di
bawah level HOMO lapisan donor Hal ini berarti bahwa setiap bahan organik
dapat berperan sebagai lapisan donor maupun akseptor, tergantung dengan bahan
apa dia dikombinasikan (Pratiwi, 2009).
Menurut Timothy David Heidel (2010), Pembentukan dan penyinaran sel
surya organik merupakan mekanisme yang terdiri dari beberapa langkah,
diantaranya:
1. Penyerapan optis atau penyerapan energi foton. Energi ini digunakan elektron
dan hole yang saling berikatan dengan kuat. Pasangan elektron dan hole ini
12
kemudian membentuk eksiton (muatan netral) dengan energi ikat sebesar 0,1-
0,4 eV.
2. Difusi eksiton,eksiton yang terikat ini harus berpindah ke lapisan antarmuka.
Selama perjalanannya menuju lapisan antarmuka ada kesempatan eksiton
tersebut akan berekombinasi. Jarak yang ditempuh suatu eksiton sebelum
berekombinasi disebut panjang difusi, biasanya berkisar dalam orde 10-15 nm.
3. Perjalanan eksiton, setelah mencapai lapisan antarmuka eksiton tersebut
berdisosiasi menjadi muatan-muatan bebas. Hasil pemisahan muatan elektron
akan ditemukan pada level LUMO dari lapisan akseptor, dan hole akan
ditemukan pada level HOMO pada lapisan donor.
4. Pemisahan eksiton, muatan-muatan ini akan berdifusi menuju elektroda
masing-masing.
Pergerakan muatan ini dikerenakan drift oleh medan dalam, walaupun efek
difusi memainkan peranan penting. Perjalanan muatan ini juga dipengaruhi oleh
adanya interaksi dengan atom-atom atau muatan lain, sehingga akan mengurangi
kelajuan transpor elektron. Berikut ini adalah skema mekanisme terbentuknya
arus penyinaran pada sel surya organik:
13
Gambar 2.1Skema terbentuknya arus penyinaran pada sel surya organik
(Heidel, 2010)
2.3 Menentukan Performa Sel Surya
Performa sel surya ditentukan oleh dua parameter, yaitu karakterisitik arus-
tegangan (kurva I-V) yang diukur di bawah pengaruh penyinaran dan efisiensi sel
surya.
2.3.1 Karakteristik Kurva Arus-Tegangan (I-V)
Karakteristik I-V pada sel surya menggambarkan bagaimana sel surya
tersebut bekerja di bawah penyinaran sinar matahari langsung. Kurva I-V
ditentukan oleh beberapa parameter, antara lain arus hubungan singkat Isc(short
sircuit) yaitu arus ketika potensial sama dengan nol, tegangan rangkaian terbuka
Voc(open circuit voltage), yaitu tegangan ketika beban luar yang diberikan sangat
14
besar, tegangan Vmaxyaitu tegangan yang memberikan nilai daya maksimum, arus
Imaxyaitu arus yang memberikan nilai daya maksimum.
Pmax = Vmax Imax = Voc Isc FF (2.1)
dan faktor isi ataufill factor(FF). Faktor isi adalah ratio antara perkalian arus
maksimum dan tegangan maksimum dengan perkalian Vocdan Isc.
FF = (2.2)
FF merupakan parameter yang memperlihatkan seberapa jauh kurva I-V
mendekati bentuk ideal. Nilai FF terbesar (ideal) adalah 1 yang terjadi ketika
Pmax sama dengan Vocdikali Isc (Timuda, 2009). Berikut di bawah ini adalah
bentuk karakteristik kurva arus-tegangan (I-V) pada sel surya.
Gambar 2.2 Kurva karakteristik arus-tegangan (I-V)
Imax Vmax
IscVoc
15
2.3.2 Efisiensi Sel Surya
Efisiensi konversi energi sel surya secara keseluruhan adalah perbandingan
daya yang dihasilkan sel surya dengan daya sinar matahari yang mengenai sel
surya tersebut. Efisiensi tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
parameter-parameter dari kurva I-V. Adapun persamaan efisensi konversi energi
selsurya adalah sebagai berikut:
� =����
��� 100% (2.3)
Dimana Pmax daya maksimum yang dihasilkan sel surya dan Pin adalah daya
sumber cahaya yang digunakan (Maddu dkk., 2007).
2.4 Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC)
DSSC merupakan sebuah kelas baru sel surya yang relatif rendah biaya. Sel
ini diciptakan oleh Michael Grätzel dan Brian O'Regan di École Polytechnique
Fédérale de Lausanne pada tahun 1991 dan juga dikenal sebagai sel Grätzel.
Beliau membuat sel surya dengan mekanisme yang sama dengan fotosintetis
yang dilakukan oleh tumbuhan hijau. Sel surya jenis ini menggunakan gabungan
material semikonduktor anorganik dan organik.
Sel surya jenis DSSC terdiri dari tiga bagian utama, yaitu elektroda kerja,
elektroda pembanding dan larutan elektrolit. Elektroda kerja terdiri dari kaca
konduktif transfaran, seperti Indium Tin Oxida (ITO), lapisan semikonduktor
nano kristalin TiO2 dan lapisan aktif dye. Elektroda pembanding terdiri dari kaca
konduktif transparan dan lapisan karbon. Elektrolit yang digunakan adalah
16
elektrolit iodin dan triiodida dengan pasangan redoks (I-/I3-). Adapun struktur
DSSC ditunjukan oleh Gambar 2.3.
Gambar 2.3Struktur Dye-Sensitized Solar Cell (Sastrawan, 2006)
2.4.1 Perendaman Elektroda Kerja
Proses perendaman elektroda kerja ke dalam larutan dye merupakan proses
pembentukan lapisan aktif dye di atas elektroda kerja. Selama proses perendaman,
molekul-molekul dyeakan terserap ke dalam pori TiO2. Jika jumlah molekul dye
yang terserap semakin banyak, maka proses peneyerapan energi foton akan
semakin efektif karena yang berperan dalam penyerapan energi foton adalah
molekul-molekul dye. Hal ini akan mempengaruhi efisiensi konversi energi pada
DSSC. Penyerapan molekul dye dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas
lapisan TiO2, konsentrasi larutan dye, dan lamanya waktu perendaman elektroda
kerja dalam larutan dye.Seiring bertambahnya konsentrasi dyepada waktu
perendaman tertentu, maka jumlah molekul dye yang terserap mengisi pori
TiO2pun akan semakin banyak sehinggasaturasi pada nilai tertentu. Saturasi
dalam hal ini adalah kejenuhan elektroda kerja untuk menyerap molekul-molekul
dye dikarenakan pori TiO2 sudah terisi penuh oleh molekul dye, walaupun
17
konsentrasi dyebertambah molekul-molekul dye tidak dapat mengisi pori TiO2.
Sehingga pada keadaan ini injeksielektron ke pita konduksi TiO2tidak mengalami
perubahan yang berdampak pada efisiensi konversi energi DSSCyang akan
bernilai konstan.
2.4.2 Mekanisme Arus Penyinaran
Prinsip kerja DSSC merupakan siklus transfer elektron. Mekanisme
timbulnya arus penyinaran pada DSSC antara lain:
a. Ketika foton dari sinar matahari menimpa DSSC, energi foton tersebut akan
diserap oleh larutan dyemenyebabkan elektron valensi dyetereksitasi (D*) dari
level HOMO ke level LUMO pada molekul dyedengan persamaan reaksi:
D + foton →D* (2.4)
b. Elektron yang tereksitasi dari molekul dye tersebut akan diinjeksikan ke pita
konduksi (CB) nanopartikel TiO2. Molekul dye yang ditinggalkannnya kini
dalam keadaan teroksidasi (D+). Lapisan TiO2 bertindak sebagai
semikonduktor tipe-n. Elektron foto yang diinjeksikan ke molekul TiO2 akan
bergerak secara difusi ke sepanjang bagian atas dari elektroada kerja berupa
lapisan konduktif transparan ITO (Indium Tin Oxide).
c. Selanjutnya elektron ini ditransfer melewati rangkaian luar menuju elektroda
pembanding.
d. Triiodida yang terbentuk akan menangkap elektron yang berasal dari rangkaian
luar dengan bantuan molekul karbon sebagai katalis. Reaksi yang terjadi
adalah:
18
I3-+2e-
cb → 3I- (2.5)
Elektrolit iodin menyediakan elektron pengganti untuk molekul dye yang telah
menginjeksikan elektronnya pada molekul TiO2 sehingga molekul dye tetap
seperti semulakembali pada keadaan dasarground state (D) dengan persamaan
reaksi:
2D+ +3I- → I3- + 2D (2.6)
Gambar 2.4 Diagram skema aliran energi Dye-Sensitized Solar Cell
2.5Semikonduktor Titanium Dioksida (TiO2)
Material TiO2 adalah material semikonduktor yang memiliki energi gap
sebesar 3,2 eV dan menyerap sinar pada daerah ultraviolet. Material ini memiliki
kemampuan yang bagus dalam fotokimia dan fotoelektrokimia, selain itu material
TiO2 juga mudah untuk didapatkan, murah pemakaian luas tidak beracun(Gratzel,
19
2003).Umumnya TiO2 memiliki tiga fasa yaitu rutile, anatase dan brookite. Fasa
rutile dari TiO2 adalah fasa yang umum dan merupakan fasa yang disintesis dari
mineral ilmenite melalui proses Becher. Pada proses Becher, oksida besi yang
terkandung dalam ilmenite dipisahkan dengan temperatur tinggi dan dengan
bantuan gas sulfat atau klor sehingga menghasilkan TiO2 rutile dengan kemurnian
91-93%. Titania pada fasa anatase umumnya stabil pada ukuran partikel kurang
dari 11 nm, fasa brookite pada ukuran partikel 11–35 nm, dan fasa rutile diatas 35
nm (Zhang et al., 2000).
TiO2 yang digunakan untuk aplikasi DSSC ini adalah TiO2 dengan fase
anatase karena mempunyai kemapuan fotoaktif yang tinggi. Dengan struktur
nanopori ini yaitu ukuran pori dalam skala nano akan menaikkan kinerja sistem
karena struktur nanopori ini mempunyai karakteristik luas permukaan yang tinggi
sehingga akan menaikkan jumlah dye yang menempel pada molekul TiO2 yang
implikasinya akan menaikan jumlah cahaya yang diserap. Selain itu porositas dan
produksi fotoelektron pun akan meningkat.
2.6 Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit yang digunakan dalam DSSC ini terdiri dari pelarut
organik dan senyawa pasangan redoks. Pasangan redoks yang digunakan adalah
iodin dan triiodida (I-/I3-). Elektrolit cair ini tersusun dari kation iodida ditambah
iodin yang dilarutkan dengan pelarut organik. Pelarut organik adalah senyawa
yang mengandung nitril, seperti methoxypro-pionitrile, acetonitrile, atau γ–
Butyrolactone. Penggunaan pelarut organik memiliki beberapa keuntungan yaitu
20
viskositas rendah, difusi ion cepat, efisiensi tinggi, mudah dibuat dan terserap
banyak ke lapisan TiO2. Fungsi larutan elektrolit pada DSSC antara lain:
1. Sebegai regenerasi muatan pada molekul dye.
2. Transportasi muatan dalam pasangan redoks sebagai penyeimbang konsentrasi
redoks.
3. Pengisi ruangan antara TiO2 dengan permukaan elektroda lawan.
Pasangan redoks pada elektrolit (I-/I3-) memiliki potensial sebesar 0,53 V
terhadap NHE (Normal Hydrogen Energy). Nilai ini lebih besar dari potensial
maksimum pada tingkat HOMO dye, sehingga elektrolit dapat mereduksi molekul
dye yang teroksidasi.
2.7 Dye-Sensitizer
Sensitizer adalah materialyang memberikan pengaruh sensitisasi
semikonduktor terhadap cahaya (Rahman, 2009). Dye-sensitizer pada DSSC
adalah zat warna yang dapat bertindak sebagai penyerap energi
fotonatauphotosensitizer. Molekul dye menyerap foton dari cahaya matahari yang
datang, dengan energi foton tersebut akan mengeksitasikan elektronnya dari level
HOMO ke level LUMO dan menginjeksikan elektron tersebut ke pita konduksi
semikonduktor TiO2.
2.8 Buah Delima
Buah delima (pomegranate fruits) adalah tanaman buah-buahan yang dapat
tumbuh hingga 5-8 m. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Iran, namun telah
21
lama dikembangbiakkan di daerah Mediterania. Bangsa Moor memberi nama
salah satu kota kuno di Spanyol, Granada berdasarkan nama buah ini. Tanaman
ini juga banyak ditanam di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara.
Gambar 2.5 Buah delima
2.8.1 Klasifikasi Ilmiah Buah Delima
Krajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Upakelas : Rosidae
Ordo : Mytales
Genus : Punica
Spesies : P. Granatum
Nama binomial : Punica Granatum
Umumnya orang mengenal delima karena bentuk buahnya yang menarik,
sehingga sering disajikan di meja untuk dimakan segar, tanpa memperhatikan
khasiatnya. Buah delima sudah matang banyak mengandung vitamin dan mineral
yang bermanfaat bagi tubuh
hanya itu juga buah delima
pigmen antosianin
.
2.8.2Antosianin Buah Delima
Nama antosianin berasal dari bahasa Yunani antho
biru. Antosianin adalah
jenis tumbuhan dan merupakan pewarna yan
luas dalam tumbuhan
tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya.
berwarna merah dan basa berwarna biru. Struktur dasar antosianin ini te
2-fenil-benzopirilium atau plavilium klorida dengan jumlah subtitusi gugus
hidroksi dan metoksi. Sebagian besar antosianin memiliki struktur 3,5,7
trihidroksiflavilium klorida dan bagian gula biasanya terikat pada gugus hidroksil
pada 3 (pada Gambar 2.4)
Berikut ini adalah struktur umum antosianin:
Sementara subtitusi p
antosianin diperlihatkan pada Tabel 2.1
yang bermanfaat bagi tubuh seperti, kalsium, zat besi, vitamin A maupun C. Tidak
buah delima sangat banyak mengandung zat warna, terutama
tosianin Buah Delima
Nama antosianin berasal dari bahasa Yunani antho-, bunga dan kyanos
adalah pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai
merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada
tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya. Dalam keadaan asam
berwarna merah dan basa berwarna biru. Struktur dasar antosianin ini te
benzopirilium atau plavilium klorida dengan jumlah subtitusi gugus
hidroksi dan metoksi. Sebagian besar antosianin memiliki struktur 3,5,7
hidroksiflavilium klorida dan bagian gula biasanya terikat pada gugus hidroksil
mbar 2.4)
Berikut ini adalah struktur umum antosianin:
Gambar 2.6 Struktur umum antosianin
Sementara subtitusi pada cincin aromatik pada jenis
antosianin diperlihatkan pada Tabel 2.1
22
ium, zat besi, vitamin A maupun C. Tidak
sangat banyak mengandung zat warna, terutama
, bunga dan kyanos-,
yang secara alami terdapat pada berbagai
g paling penting dan paling tersebar
Senyawa ini tergolong pigmen dan pembentuk warna pada
Dalam keadaan asam
berwarna merah dan basa berwarna biru. Struktur dasar antosianin ini terdiri atas
benzopirilium atau plavilium klorida dengan jumlah subtitusi gugus
hidroksi dan metoksi. Sebagian besar antosianin memiliki struktur 3,5,7-
hidroksiflavilium klorida dan bagian gula biasanya terikat pada gugus hidroksil
ada cincin aromatik pada jenis-jenis senyawa
23
Tabel 2.1 Subtitusi pada cincin aromatik jenis-jenis senyawa antosianin
Senyawa
Subtitusi pada cincin
aromatik Warna
3’ 5’
Pelargonidin
Sianidin
Delpinidin
Peonidin
Petunidin
Malvidin
-H
-OH
-OH
-OCH3
-OCH3
-OCH3
-H
-H
-OH
-H
-OH
-OCH3
Orange red
Purplish red
Bluis purle
Rosy red
Purple
Wine red
Pada buah delima mengandung banyak antosianin, Sirimanne etal. (2006)
melakukan ekstrak figmen alami buah delima (antosianin) sebagai dye-sensitizer
pada DSSC pada lapisan TiO2. Di dalam antosianin buah delima yang diekstrak
mengandung sianin (sianidin 3-glukosida) atau plavilium pada pH alami (~3.4),
dengan kemampuan menyerap cahaya tampak pada panjang gelombang510 nm
menggunakan UV–vis spektrometer (Shimadzu UV-3000). Pada pH
(~3.4)keasaman antosianin akan bersifatstabil. Antosianin bersifat lebih stabil
pada pH asam dan pH berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi antosianin
(Ariviani, 2010).
24
Gambar 2.7Struktursianin (flavilium)
(Sirimanneetal., 2006)
2.9Ekstraksi
Ekstaksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Cairan
pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk
senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif.Dengan demikian senyawa
tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainya, serta
ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.
Ekstraksi antosianin dari tumbuhan adalah dengan menggunakan pelarut yang
mengandung asam asetat atau asam hidrokloridadan larutannya harus disimpan
ditempat gelap serta sbaiknya didinginkan. Pelarut yang sering digunakan untuk
mengekstrasi antosianin adalah etanol, metanaol, isopropanol, aseton atau dengan
air (akuades), asam asetat, asam format, atau asam askorbat (Farima, 2009).