BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan...

24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan jiwa a. Pengertian gangguan jiwa Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (pengangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya. (Stuart&Sundeen, 1998) Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umum, ras, agama, maupun status sosial ekonomi. Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan dan mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna guna, karena kutukan atau hukuman atas dosa dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanyak akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara tepat dan cepat. b. Penyebab gangguan jiwa Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gejala gangguan jiwa (Yosep, 2012).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Gangguan jiwa

a. Pengertian gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau

lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai

oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi

(pengangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress

dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya. (Stuart&Sundeen,

1998)

Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal

umum, ras, agama, maupun status sosial ekonomi. Gangguan jiwa

bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak

beredar kepercayaan dan mitos yang salah mengenai gangguan jiwa,

ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh

jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna – guna, karena

kutukan atau hukuman atas dosa – dosanya. Kepercayaan yang salah

ini hanyak akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap

gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara tepat dan cepat.

b. Penyebab gangguan jiwa

Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa

terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di

badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis

(psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi

beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling

mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gejala

gangguan jiwa (Yosep, 2012).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

7

c. Macam – macam gangguan jiwa

Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala –

gejala yang psikologis dari unsur yang psikis. Macam – macam

gangguan jiwa menurut Rusdi Maslim : gangguan jiwa organik dan

simptomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham,

gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan

somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan

fisiologis dan faktor fisik. Gangguan kepribadian dan perilaku masa

dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis,

gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja

(Maslim, 2001).

1) Skizofrenia

Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan

menimbulkan disorientasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus

berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga

pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini

secara bertahap akan menuju ke arah kronisitas, tetapi sekali – kali

bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna

dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya bisa berakhir

dengan personalitas yang rusak. Keadaan ini pertama kali

digambarkan oleh Krapelin pada tahun 1896 berdasarkan gejala

dan riwayat alamiahnya. Krapelin menamakannya dementia

prekoks. Pada tahun 1911 Bleuler menciptakan nama skizofrenia

untuk menandai terbelahnya atau putusnya fungsi psikis, yang

menentukan sifat penyakit ini. Ada perbedaan internasional dalam

kriteria diagnostik, terutama antara Eropa dan AS, serta banyak

psikiater sekarang mengatakan skizofrenia sebagai suatu kelompok

kelainan yang saling berkaitan (Ingram, 1993)

Skizofrenia memiliki beberapa simtom, yaitu simtom

kognitif, simtom suasana hati dan simtom somatik. Pasien dengan

simtom kognitif akan mengalami halusinasi, delusi, cara bicara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

8

yang tidak koheren atau kacau, dan tingkah laku tidak teratur. Pada

pasien dengan gejala residual biasanya tidak memunculkan gejala

tersebut akan tetapi cenderung menarik diri, tingkah laku aneh,

afek tumpul, kepercayaan – kepercayaan dan pemikiran yang aneh.

Pasien yang mengalami halusinasi mengungkapkan pengalaman

yang salah, melihat, mendengar dan mencium sesuatu yang

sebenarnya tidak ada. Pasien delusi memiliki keyakinan yang salah

dan tidar rasieonal serta begitu melekat pada pikirannya. Pada

pasien yang mengalami simtom suasana hati, pasien akan sulit

mengalami emosi sejati. Respon emosional yang dihasilkan akan

sangat ekstrem dan tidak terkendali (Semiun, 2006).

2) Depresi

Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau

emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung,

sedih, putus asa dan tidak bahagia serta komponen somatic :

anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan

denyut nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan

jiwa pada alam perasaan (afektif, mood).

Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat

dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi sosial dan fungsi

fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang

bersangkutan. Depresi merupakan suatu reaksi yang normal bila

berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor

pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan

faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila

keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak

dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti orang lain

(Yosep, 2012)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

9

3) Gangguan ansietas

Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang

memberi pemahaman penting tentang ansietas yang berlebihan

disertai respons perilaku, emosional dan fisiologis. Individu yang

mengalami gangguan ansietas dapat memperlihatkan perilaku yang

tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan

terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan

berulang – ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali

peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat

dijelaskan atau berlebihan.

Ansietas dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat,

sampai panik. Setiap tingkap menyebabkan perubahan fisiologis

dan emosional pada individu. Sisi negatif ansietas atau sisi yang

membahayakan ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang

masalah yang nyata atau potensial (Videbeck, 2008)

4) Gangguan kepribadian

Gangguan kepribadian didiagnosis saat sifat kepribadian

individu menjadi kaku dan maladaptif dan secara signifikan

mengganggu cara individu melakukan fungsi dalam masyarakat

atau menyebabkan distress emosional individu. Gangguan

kepribadian biasanya tidak didiagnosis sampai usia dewasa, saat

kepribadian individu terbentuk lebih komplet, tetapi pola perilaku

maladaptif tersebut seringkali dapat terjadi pada masa remaja atau

masa kanak – kanak awal.

Gangguan kepribadian dapat berlangsung lama karena

karakteristik kepribadian tidak mudah diubah. Ini berarti bahwa

klien yang mengalami gangguan kepribadian terus berperilaku

yang sama walaupun perilaku tersebut menyebabkan kesulitan atau

distres (Videbeck, 2008)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

10

5) Gangguan mental organik

Gangguan mental organik (psikosis organik) disebabkan

oleh bermacam – macam faktor fisik atau organik yang

mengakibatkan gangguan mental yang sangat berat sehingga

individu secara sosial menjadi lumpuh dan sama sekali tidak

mampu untuk menyesuaikan diri. Simtom – simtom utama

gangguan mental organik adalah fungsi – fungsi intelektual lemah

dan emosi tidak stabil, dan ini dapat dilihat dari tingkah laku umum

dari individu yang selalu mudah tersinggung atau suasana hati

yang selalu berubah – ubah tanpa penyebab yang jelas, tidak

memperhatikan penampilan pribadi, mengabaikan tanggung jawab

dan antisosial (Semiun, 2006).

6) Gangguan psikosomatik

Istilah psikosomatik mulai digunakan untuk menyatakan

hubungan antara pikiran (psike) dan tubuh (soma). Gangguan

somatoform dapat ditandai dengan adanya gejala fisik yang

menunjukkan kondisi medis tanpa dasar organik yang dapat

dibuktikan untuk menjelaskan gejala secara lengkap. Ada tiga

gambaran utama gangguan somatoform yaitu keluhan fisik yang

menunjukkan penyakit medis utama tetapi tidak memiliki dasar

organik yang dapat dibuktikan, faktor psikologis dan konflik yang

tampak penting, gejala atau masalah kesehatan yang dibesar –

besarkan yang tidak berada dalam control sadar pasien (Videbeck,

2008).

7) Retardasi mental

Gambaran penting retardasi mental adalah fungsi

intelektual dibawah rata – rata (IQ dibawah 70) yang disertai

dengan keterbatasan yang penting dalam area fungsi adaptif,

seperti keterampilan komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah,

keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan sumber

masyarakat, penunjukkan diri, keterampilan akademik, pekerjaan,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

11

waktu senggang, dan kesehatan serta keamanan. Beberapa orang

yang mengalami retardasi mental bersikap pasif dan tergantung,

sedangkan yang lain bersikap agresif dan impulsif (Videbeck,

2008).

8) Gangguan perilaku masa anak dan remaja

Gangguan tingkah laku adalah perilaku antisosial yang

persisten pada anak dan remaja yang secara signifikan

mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan fungsi di

bidang sosial, akademik, atau pekerjaan. Gejalanya dikelompokkan

ke dalam empat area : agresi terhadap orang dan binatang,

perusakan barang – barang, kecurangan dan pencurian, serta

pelanggaran peraturan yang serius. Individu yang mengalami

gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

orang lain, mereka mempunyai harga diri rendah, toleransi frustasi

yang buruk, dan marah yang meledak – ledak (Videbeck, 2008).

2. Konsep keperawatan

a. Diagnosa keperawatan jiwa

1) Halusinasi

a) Definisi

Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa

dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai

sesuatu yang khayal,halusinasi sebenarnya merupakan bagian

dari kehidupan mental penderita yang terpersepsi. Halusinasi

dapat terjadi karena dasar – dasar organik fungsional, psikotik

maupun histerik (Yosep, 2012).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

12

b) Jenis halusinasi

Tabel 1.1. Jenis Halusinasi (Yosep, 2012) Jenis Halusinasi Karakteristik

Pendengaran (auditory) Mendengar suara yang menyuruh melakukan

sesuatu, yang berbahaya, mendengar suara atau

bunyi, mendengar suara yang mengajak bercakap –

cakap, mendengar suara orang yang sudah

meninggal, mendengar suara yang mengancam diri

atau orang lain atau suara lain yang

membahayakan.

Penglihatan (Visual)

Melihat orang yang sudah meninggal, melihat

makhluk tertentu, melihat banyangan, hantu atau

sesuatu yang menakutkan, cahaya, monster yang

merasuki tubuh perawat.

Penghidu (olfaktory)

Mencium sesuatu seperi bau mayat, darah, bayi,

feses, atau bau masakan, parfum yang

menyenangkan. Klien mengatakan mencium bau

sesuatu. Tipe halusinasi ini sering menyertai klien

demensia, kejang, atau penyakit serebrovaskuler.

Pengecapan (gustatory) Klien seperi merasakan makanan tertentu, rasa

tertentu atau mengunyak sesuatu.

Perabaan (tactile)

Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayangi

tubuh seperi tangan, binatang kecil, makhluk halus.

Merasakan sesuatu di permukaan kulit, merasakan

sangat panas atau dingin, merasa tersengat aliran

listrik.

Cenesthetic dan

Kinesthetic

Klien melaporkan bahwa fungsi tubuhnya tidak

dapat terdeteksi misalnya tidak ada denyutan di

otak, atau sensasi pembentukan urin dalam

tubuhnya, perasaan tubuhnya melayang di atas

bumi.

c) Intervensi keperawatan

Hallucination management, kode NIC 6510 :

(1) Lakukan bina hubungan saling percaya

(2) Ciptakan lingkungan yang terapeutik

(3) Catat setiap perilaku pasien yang menunjukkan adanya tanda

dan gejala halusinasi

(4) Lakukan komunikasi secara terbuka

(5) Diskusikan dengan pasien tentang halusinasi yang dialaminya

(6) Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan apa

yang dirasakan dan dialami

(7) Arahkan setiap pembicaraan pasien apabila pasien sudah

mulai tidak focus

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

13

(8) Kaji adanya tanda – tanda perilaku kekerasan pada pasien

yang diakibatkan oleh halusinasinya

(9) Bimbing pasien untuk mengontrol halusinasi

(10) Motivasi pasien untuk meyakinkan halusinasi yang dialami

dengan cara memvalidasi pada orang lain

(11) Hindari perdebatan dengan pasien apabila pasien sangat

yakin dengan halusinasi yang dialaminya

(12) Berikan antipsikotik sesuai dengan program

(13) Monitor efek samping obat yang kemungkinan terjadi pada

pasien

(14) Edukasi keluarga mengenai perawatan pasien halusinasi

(15) Monitor kemampuan perawatan diri pasien

(16) Bantu perawatan diri pasien bila diperlukan

(17) Motivasi pasien untuk mempertahankan asupan nutrisi yang

baik

(18) Motivasi pasien melakukan aktivitas terjadwal untuk distraksi

(Bulecheck,2008).

Tindakan keperawatan untuk pasien halusinasi :

(1) Tujuan tindakan :

(a) Pasien mengenali halusinasi yang dialami

(b) Pasien dapat mengontrol halusinasi

(c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

(2) Tindakan keperawatan :

(a) Membantu pasien mengenal halusinasi : untuk membantu

pasien mengenal halusinasi dapat dilakukan dengan cara

berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang

didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi

muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul

(b) Melatih pasien mengontrol halusinasi : untuk membantu

pasien agar mampu mengontrol halusinasi dapat dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

14

melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat

mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut

meliputi:

i. Menghardik halusinasi : adalah upaya mengendalikan

diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi

yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak

terhadap halusinasi yang muncul atau tidak

mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat

dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan

tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin

halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini

pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada di

dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi :

(i) Menjelaskan cara menghardik halusinasi

(ii) Memperagakan cara menghardik

(iii)Meminta pasien memperagakan ulang

(iv) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku

pasien

ii. Bercakap – cakap dengan orang lain : untuk mengontrol

halusinasi dapat juga dengan bercakap – cakap dengan

orang lain. Ketika pasien bercakap – cakap dengan

orang lain maka terjadi distraksi, focus perhatian pasien

akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang

dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah

satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi

adalah dengan bercakap – cakap dengan orang lain.

iii. Melakukan aktivitas terjadwal : untuk mengurangi

risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur.

Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan

mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

15

mencetuskan halusinasi.untuk itu pasien yang

mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi

halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur

dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam

seminggu. Tahapan intervensinya sebagai berikut :

(i) Menelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi

(ii) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh

pasien

(iii)Melatih pasien melakukan aktivitas

(iv) Menyusun jadwal aktivitas sehari – hari sesuai

dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan

pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi

sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

(v) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan,

memberikan penguatan terhadap perilaku pasien

yang positif.

iv. Menggunakan obat secara teratur : untuk mampu

mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk

menggunakan obat secara teratur sesuai dengan

program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah

seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya

pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan

terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula

akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih

menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh

menggunakan obat :

(i) Jelaskan guna obat

(ii) Jelaskan akibat bila putus obat

(iii)Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

16

(iv) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5

benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar

waktu, benar dosis) (Wijayanti, 2011).

2) Perilaku kekerasan

a) Definisi

Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran

perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari

keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai

bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat

diproyeksikan ke dalam lingkungan, ke dalam diri atau secara

destruktif.

Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang

ekstrim dari marah atau ketakutan. Perilaku agresif atau atau

perilaku kekerasan itu saendiri sering dipandang sebagai

rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku

kekerasan di sisi yang lain (Yosep, 2012).

b) Tanda dan gejala

(1) Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot, tangan

mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang,

postur tubuh kaku, pandangan tajam, mengatupkan

rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar -

mandir

(2) Verbal : bicara kasar, suara tinggi, membentak atau

berteriak, mengancam secara verbal atau fisik,

mengumpat dengan kata – kata kotor, suara keras, ketus

(3) Perilaku : melempar atau memukul benda atau orang lain,

menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang

lain, merusak lingkungan, amuk

(4) Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa

terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

17

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan

dan menuntut

(5) Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat,

meremehkan, sarkasme

(6) Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar,

mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan

orang lain, tidak peduli dan kasar

(7) Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan,

ejekan, sindiran.

(8) Perhatian : bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan

seksual (Yosep, 2012).

c) Intervensi keperawatan

Anger Control Assistance, kode NIC 4640 :

(1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien

(2) Lakukan pendekatan secara bertahap dengan pasien

(3) Identifikasi perilaku pasien ketika marah

(4) Pertahankan lingkungan yang terapeutik sehingga

meminimalkan pasien untuk marah

(5) Kendalikan pasien dari perilaku mencederai diri dan

orang lain (diperbolehkan menggunakan restrain apabila

diperlukan)

(6) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas terjadwal

(7) Berikan edukasi pada pasien mengenai pengendalian

marah dengan cara nafas dalam, kegiatan terjadwal

ataupun cara distraksi yang lainnya

(8) Beritahukan pada pasien bahwa perawat akan melakukan

tindakan penanganan kepada pasien ketika pasien marah

(9) Motivasi pasien untuk mengkomunikasikan pada orang

terdekat apabila memiliki masalah

(10) Berikan obat sesuai program medis

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

18

(11) Bimbing pasien mengenai penyebab marah dan hal

yang dilakukan ketika marah

(12) Bimbing pasien memahami akibat perilaku marah yang

tidak terkendali

(13) Bimbing pasien mengekspresikan marah secara baik,

tidak dengan tindakan yang menyakiti orang lain

(14) Berikan edukasi pada pasien hal – hal yang dilakukan

untuk mencegah marah

(15) Berikan contoh pengendalian marah dan marah yang

baik pada pasien

(16) Berikan pujian setiap kali pasien berhasil

mengendalikan marah (Bulecheck,2008).

Tindakan keperawatan untuk pasien perilaku kekerasan

(1) Tujuan

(a) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

kekerasan

(b) Pasien dapat mengidentifikasi tanda – tanda perilaku

kekerasan

(c) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan

yang pernah dilakukannya

(d) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku

kekerasan yang dilakukannya

(e) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol

perilaku kekerasannya

(f) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan

dengan terapi psikofarmaka

(2) Tindakan

(a) Bina hubungan saling percaya : dalam membina

hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar

pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

19

tindakan yang harus dilakukan dalam rangka

membina hubungan saling percaya adalah :

i. Mengucapkan salam terapeutik

ii. Berjabat tangan

iii. Menjelaskan tujuan terapeutik

iv. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap

kali bertemu pasien

(b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku

kekerasan saat ini dan yang lalu

(c) Diskusikan bersama pasien jika terjadi penyebab

perilaku kekerasan

i. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasa

secara fisik

ii. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasa

secara psikologis

iii. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasa

secara sosial

iv. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasa

secara spiritual

v. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasa

secara intelektual

(d) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan pada saat marah secara : verbal,

terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap

lingkungan

(e) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

(f) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku

kekerasan secara : Fisik (pukul kaksur, bantal, tarik

nafas dalam), Obat, Sosial/verbal (menyatakan secara

asertif rasa marahnya), Spiritual (shalat/berdoa sesuai

keyakinan pasien)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

20

(g) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara

fisik : latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal,

susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur –

bantal

(h) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara

sosial/verbal : latih mengungkapkan rasa marah secara

verbal (menolak dengan baik, meminta dengan baik,

mengungkapkan perasaan dengan baik, susun jadwal

latihan mengungkapkan marah secara verbal)

(i) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual :

latih mengontrol marah secara spiritual (sholat,

berdoa, buat jadwal latihan sholat, berdoa)

(j) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh

minum obat : latih pasien minum obat secara teratur

dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar

nama obat, benar cara minum obat,benar waktu

minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan

guna obat dan akibat berhenti minum obat, susun

jadwal minum obat secara teratur

(k) Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok

stimulasi persepsi mengontrol perilaku kekerasan

(Wijayanti, 2011).

3) Waham

a) Definisi

Waham adalah suatu kepercayaan yang terpaku dan

tidak dapat dikoreksi atas dasar fakta dan kenyataan, tetapi

harus dipertahankan, bersifat patologis dan tidak terkait dengan

kebudayaan setempat. Adanya waham menunjukkan suatu

gangguan jiwa yang berat, isi waham dapat menerangkan isi

pemahaman terhadap faktor – faktor dinamis penyebab

gangguan jiwa. Terbentuknya kepercayaan yang bersifat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

21

waham adalah sebagai perlindungan diri terhadap rasa takut

dan untuk pemuasan kebutuhan (Yosep, 2012).

b) Jenis waham

(1) waham kebesaran : kepercayaan palsu dimana seseorang

memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik

mengenai kualitas tindakan atau kejadian di sekeliling

dalam bentuk tidak realistic. Waham ini terbentuk akibat

perasaan tidak wajar, tidak aman dan rasa rendah diri yang

secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif

dari waham itu sendiri.

(2) waham depresif : kepercayaan yang tidak berdasar.

Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan – perbuatan

yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain.

(3) waham somatik : kecenderungan yang menyimpang dan

bersifat dungu mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya,

misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau

mengeluarkan bau busuk.

(4) waham nihilistik : suatu knyataan bahwa dirinya atau

orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur.

(5) waham kejar : penderita yakin bahwa ada orang yang

sedang mengganggunya, menipunya, memata – matai atau

menjelek – jelekkan dirinya.

(6) waham hubungan : keyakinan bahwa ada hubungan

langsung antara interpretasi yang salah dari pembicaraan,

gerakan atau digunjingkan.

(7) waham pengaruh : keyakinan yang palsu bahwa dia adalah

merupakan subyek pengaruh dari orang lain atau tenaga

gaib yang tidak terlibat (Yosep, 2012).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

22

c) Intervensi keperawatan

Reality Orientation, kode NIC 4820 :

(1) Identifikasi pasien

(2) Llakukan pendekatan secara perlahan kepada pasien dan

dilakukan di depan pasien, bukan dari samping

(3) Lakukan bina hubungan saling percaya

(4) Bicara kepada pasien secara halus, dengan intonasi yang

rendah

(5) Beritahukan pasien tentang nama – nama orang disekitar,

tempat dan waktu yang benar

(6) Berikan penjelasan pada pasien mengenai realitas –

realitas yang ada di sekeliling pasien, hindari berdebat

dengan pasien apabila pasien tidak menerima penjelasan

yang diberikan

(7) Alihkan pembicaraan pasien ke hal yang nyata apabila

pasien mulai membicarakan hal yang tidak masuk akal

(8) Bimbing pasien untuk melaksanakan aktivitas terjadwal

(9) Bimbing pasien mengenakan pakaian yang benar

(10) Bimbing pasien mengenai setiap objek secara jelas, bisa

menggunakan gambar ataupun figure seorang laki – laki

dan perempuan

(11) Usahakan pasien bersama perawat yang sudah dinilai

akrab dengan pasien

(12) Libatkan keluarga dalam perawatan pasien

(13) Bantu pasien mengenal stimulus penglihatan,

pendengaran, penciuman, taktil ataupun pengecapan

dengan benda – benda yang berhubungan dengan indera

tersebut

(14) Berikan label pada benda – benda di sekitar pasien

apabila memang diperlukan untuk membantu pasien

mengenal realitas

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

23

(15) Sediakan media – media agar pasien mengenal kejadian

yang terjadi di sekitar pasien dengan menggunakan

televise ataupun koran

(16) Pertemukan pasien dalam aktivitas kelompok

(Bulecheck, 2008).

Tindakan keperawatan pada pasien waham

(1) Tujuan

(a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara

bertahap

(b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar

(c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan

lingkungan

(d) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

(2) Tindakan

(a) Bina hubungan saling percaya : sebelum memulai

mengkaji pasien dengan waham, harus dilakukan bina

hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien

merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan

yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan

saling percaya adalah :

i. Mengungkapkan salam terapeutik

ii. Berjabat tangan

iii. Menjelaskan tujuan interaksi

iv. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali

bertemu pasien

(b) Bantu orientasi realita :

i. Tidak mendukung atau membantah waham pasien

ii. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman

iii. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari

– hari

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

24

iv. Jika pasien terus – menerus membicarakan

wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan

atau menyangkal sampai pasien berhenti

membicarakannya

v. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien

sesuai dengan realitas

(c) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak

terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut

dan marah

(d) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan

fisik dan emosional pasien

(e) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki

(f) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki

(g) Berdiskusi tentang obat yang diminum

(h) Melatih minum obat yang benar (Wijayanti, 2011).

b. Penatalaksanaan medis pasien dengan gangguan jiwa

1) Terapi somatik

a) Antipsikotik

(1) Antagonis reseptor dopamine

Antagonis reseptor dopamine adalah obat antipsikotik yang

klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat

memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya sejumlah

kecil pasien cukup tertolong untuk mendapatkan kembali

jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua, antagonis

reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang

mengganggu dan serius.

(2) Risperidone

Risperidone adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas

antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 dan

pada reseptor dopamine tipe 2. Data penelitian menyatakan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

25

bahwa obat ini mungkin lebih efektif dalam mengobati

gejala positif maupun gejala negatif dari skizofrenia.

(3) Clozapine

Clozapine adalah suatu obat antipsikotik yang efektif.

Mekanisme kerjanya belum dimengerti secara baik,

walaupun diketahui bahwa clozapine adalah suatu antagonis

lemah terhadap reseptor D2 tetapi tampaknya merupakan

antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai

aktivitas antagonistik pada reseptor serotonergik.

b) Obat lain

(1) Litihium

Lithium mungkin efektif dalam menurunkan gejala psikotik

lebih lanjut pada sampai 50 persen pasien dengan

skizofrenia.

(2) Antikonvulsan

Carbamazepine dan valproate dapat digunakan sendiri –

sendiri atau dalam kombinasi dengan lithium atau suatu

antipsikotik.

(3) Benzodiazepine

Data mendukung pemakaian bersama alprazolam dan

antipsikotik bagi pasien yang tidak berespon terhadap

pemberian antipsikotik saja.

c) Terapi somatik lainnya

Walaupun jauh kurang efektif daripada antipsikotik, terapi

elektrokonvulsif (ECT) dapat diindikasikan pada pasien

katatonik dan bagi pasien yang karena suatu alas an tidak dapat

menggunakan antipsikotik. Pasien yang telah sakit selama

kurang dari satu tahun adalah pasien yang paling mungkin

berespon.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

26

2) Terapi psikososial

a) Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

keterampilan pasien sosial untuk meningkatkan kemampuan

sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan

komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif bisa didorong dengan

pujian atau hadiah yang dapat diberikan setelah keterampilan

dicapai. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

masyarakat, dan postur tubuh yang aneh dapat diturunkan.

b) Terapi berorientasi keluarga

Terapi berorientasi keluarga berguna dalam pengobatan

skizofrenia. Pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan remisi parsial, dimana pasien kembali ke keluarga

setelah mendapatkan kembali manfaat dari terapi keluarga yang

singkat tetapi intensif (setiap hari). Pusat dari terapi harus pada

situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan

menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan.

Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga,

pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.

c) Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah dan hubungan dalam kehidupan nyata.

Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi

secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.

d) Psikoterapi individual

Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi seorang pasien

skizofrenia dalah perkembangan suatu hubungan terapeutik

yang dialami pasien secara aman. Pengalaman tersebuut

dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

27

antara ahli terapi dan pasien, dan keihkhlasan ahli terapi seperti

yang diinterpretasikan oleh pasien (Kaplan dan Sadock, 1997).

c. Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal

yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku

yang mendukung pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup

mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan fungsinya

dengan baik, sanggup menjalankan tugas sehari – sehari sebagaimana

mestinya.

Para perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi

dan spesifik. Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan

kolaborasi. Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen,

peran perawat adalah sebagai attitude therapy, yakni :

1) Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang

terjadi pada klien

2) Mendemonstrasikan penerimaan

3) Respek

4) Memahami klien

5) Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam

interaksi (Yosep,2009)

Selain peran tersebut, ada pula beberapa peran perawat sebagai

berikut:

1) Pelaksana asuhan keperawatan

Perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa

kepada individu, keluarga, komunitas. Dalam menjalankan

perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia,

perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta

gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada

individu, keluarga dan komunitas.

Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara

komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

28

pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan keperawatan

dan evaluasi terhadap tindakan tersebut.

2) Pelaksana pendidikan keperawatan

Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada

individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan

perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota

masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap anggota

masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.

3) Pengelola keperawatan

Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan

bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan. Maka

dalam melaksanakan peran ini, perawat melaksanakan hal :

a) Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam

mengelola asuhan keperawatan jiwa

b) Menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan

dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa

c) Berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus pada pasien

gangguan jiwa sesuai dengan diagnose keperawatannya.

Misalnya saja pasien halusinasi, dengan mengelola pasien

halusinasi hingga pasien mampu mengontrol halusinasinya.

Pengelolaan pada pasien perilaku kekerasan, dengan

membimbing pasien sehingga mampu mengontrol marah dan

mampu mengurangi tindakan kekerasan. Pengelolaan pada

pasien waham sehingga pasien mampu berorientasi pada realita.

Pengelolaan kasus ini tidak hanya berfokus kepada pasien,

namun juga pendekatan kepada keluarga, sehingga apabila

pasien pulang ke rumah, tetap dapat menjalankan fungsinya di

masyarakat dan keluarga memahami perawatan pasien.

d) Mengorganisasi pelaksanaan terapi modalitas

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Gangguan …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/168/jtptunimus-gdl-ajisukarno... · gangguan tingkah laku mempunyai sedikit rasa empati terhadap

29

4) Pelaksana penelitian

Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang

keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta

pengembangan ilmu teknologi untuk meningkatkan mutu

pelayanan dan asuhan keperawatan (Ekowati,2015).

B. Kerangka teori

Skema 1.1 Kerangka Teori (Semiun,2006), (Yosep,2012)

Skizofrenia Masalah keperawatan :

- Halusinasi

- Perilaku Kekerasan

- Waham

Peran dan fungsi perawat

kesehatan jiwa :

- Pelaksana asuhan keperawatan

- Pelaksana pendidikan

keperawatan

- Pengelola keperawatan

- Halusinasi

- Perilaku Kekerasan

- Waham

- Pelaksana penelitian