BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4158/3/BAB II_RIZKI AZMI...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4158/3/BAB II_RIZKI AZMI...
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Jeruk Purut (Citrus hystrix DC)
a. Deskripsi dan Klasifikasi Jeruk Purut (Sarwono, 2001)
Gambar 1. Jeruk purut
(Gambar diambil dari desa Sokaraja trngah)
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Sapimdales
Famili : Rutaceae
Genus : Citus
Spesies : Citrus hystrix DC
Pohon jeruk purut berukuran rendah atau perdu namun di alam
pohon jeruk purut bisa tumbuh sampai 12 meter. Batang yang tua
berwatna hijau tua berbentuk bulat, polos atau berbintik. Tata letak
tajuk tanaman tidak beraturan dan cabangnya rapat. Dahan dan
rantingnya bersudut tajam, berwarna hijau tua, berbintik dan berduri
diketiak daunnya. Duri-durinya pendek, kaku, hitam, ujungnya coklat
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
dan panjangnya 0,2 cm-1 cm. Letak daun jeruk purut berpencar atau
tersebar dan bertangkai agak panjang serta bersayap panjang. Buah
jeruk purut berbentuk bulat sampai bundar, ukurannya relatif kecil
dibanding jeruk lainnya. Kulit jeruk purut tidak rata atau tidak halus,
rasanya asam dan berbau sedap
b. Kandungan Tanaman
Minyak atsiri dari daun jeruk purut mengandung komponen kimia
dengan l-sitronelal sebagai komponen utama (81,49%), sintronelol
(8,22%), linalol (3,69%), geraniol (0,31%). Perbedaan komposisi
mencolok inilah yang membedakan minyak kulit jeruk purut
dengan minyak kulit jeruk lainnya. Senyawa Sitronelal merupakan
senyawa aldehid yang memiliki potensi antibakteri kuat. Menurut
(Salman et al, 2015)
c. Minyak Atsiri
Minyak atsiri termasuk produk metabolit sekunder yang mudah
menguap dan terdapat dalam berbagai bagian tanaman seperti umbi,
akar, batang, kulit, daun, bunga dan biji. Tanaman penghasil
minyak atsiri diperkirakan di dunia berjumlah 150-200 jenis. Sekitar 40
spesies ada di Indonesia dan 15 jenis diantaranya telah diekspor.
Minyak atsiri dihasilkan dari tanaman dan mempunyai sifat mudah
menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai
rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya,
umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu
daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar (Mangun, et al.,
2012).
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran
persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon, hidrogen dan
oksigen serta persenyawaan golongan hidrokarbon dan hidrikarbon
teroksigenasi. Disamping itu minyak atsiri juga mengandung resin dan
lilin dalam jumlah kecil merupakan komponen tidak dapat menguap.
Industri memanfaatkan minyak atsiri sebagai campuran farfum. Peran
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
minyak atsiri dalam campuran bukan hanya memberi keharuman,
tetapi juga sebagai pengikat bau. Minyak terbang itu juga mampu
membawa nutrisi ke seluruh dinding sel. Bila hendak memanfaatkan
minyak atsiri secara langsung pada kulit, campurkan dengan
minyak pengencer seperti minyak almon atau virgin coconut oil (VCO).
Minyak pengencer berfungsi mencegah iritasi, menahan penguapan
dan meningkatkan kelembaban kulit
Salah satu kandungan minyak atsiri daun jeruk purut yang paling
dominan adalah Sitronelal. Minyak atsiri dari kulit jeruk purut
mengandung komponen kimia dengan l-sitronelal sebagai komponen
utama (81,49%), sintronelol (8,22%), linalol (3,69%), geraniol (0,31%).
Perbedaan komposisi mencolok inilah yang membedakan minyak
kulit jeruk purut dengan minyak kulit jeruk lainnya (Yuliani, 2011).
Senyawa Sitronelal merupakan senyawa aldehid yang memiliki potensi
anti bakteri kuatsetara dengam golongan femnol (Bassole et al., 2013)
2. Destilasi minyak atsiri (Nareswari, 2011)
Pada industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode destilasi yang
umum di gunakan. Metode destilasi yang umumnya di pakai dalam
industri minyak atsiri, yaitu :
a. Destilasi dengan air
Pada metode ini, bahan yang akan disuling atau didestilasi dengan
tujuan mengambil minyak atsiri akan kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan yang didestilasi, akan mengapung diatas air atau
terendam secara sempurna, tergantung dari bobot jenis dan jumlah
bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode pemanasan yang
biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap, pipa uap
melingkar tertutup atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka
atau berlubang. Metode ini memiliki ciri khas yaitu adanya kontak
langsung antara bahan dan air yang mendidih. Beberapa jenis bahan
harus di suling dengan metode ini, terutama untuk bahan-bahan yang
harus tercelup dan harus bergerak bebas dalam air mendidih. Jika
disuling dengan metode uap langsung bahan ini akan merekat dan
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat
berpenetrasi kedalam bahan.
b. Destilasi dengan air dan uap
Pada metode penyulingan ini, bahan olahan diletakkan diatas rak-
rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai
permukaan air berada tidak jauh dari bawah saringan. Air dapat
dipanaskan dengan cara, uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah.
Ciri khas metode ini adalah :
1) Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.
2) Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak
dengan air panas.
c. Destilasi dengan uap
Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau penyulingan uap
langsung, dan prinsipnya sama dengan yang telah dibahas diatas,
bedanya pada metode ini air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang
digunakan adalah uap jenuh pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap
dialirkan melalui pipa uap melingkar yang berpori yang terletak
dibawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak
dibawah bahan dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak
diatas saringan.
3. Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak dibagian terluar dari
tubuh manusia. Kulit sangat sensitif untuk menerima berbagai rangsangan
dari luar tubuh dan kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan
tubuh yang memiliki fungsi utama sebagai pelindung tubuh dari
berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsinya seperti
pembentukan pada lapisan tanduk, pengaturan suhu tubuh, dan
pembentukan pigmen untuk melindungi kulit dari bahaya sinar matahari,
baik sinar UV-A dan UV-B. Kulit adalah organ terluas (1,5-1,75 m²) dan
terberat (kira-kira 15% dari berat badan).
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
Rata-rata tebal kulit adalah 1-2 mm, dengan daerah tertebal adalah
telapak tangan dan kaki yaitu kira-kira 6 mm dan yang paling tipis adalah
alat vital pria yaitu 0,5 mm (Pitaloka, 2009).
Gambar 2. stuktur kulit (Djuanda, 2011)
Ada beberapa jenis-jenis kulit, (Wahyuningtyas et al., 2015)
a. Kulit Normal
Kulit normal adalah kulit yang secara umum dalam kondisi yang
baik. Khususnya untuk wajah, kulit normal membutuhkan perawatan
seperti pembersihan, dan penggunaan pelindung wajah secara rutin agar
menjaga kesehatan dan kecantikan kulit wajah yang optimal dan
terhindar dari kerusakan kulit.
b. Kulit Kering
Kulit kering adalah keadaan kulit yang mempunyai kelenjar
sebasea yang kurang aktif dalam memproduksi minyak tubuh sehingga
kehilangan kelembabannya dalam stratum korneum. Pada kondisi ini
kulit membutuhkan pelembaban yang dapat meningkatkan minyak
tubuh yang hilang dan merangsang kelenjar sebasea untuk
menghasilkan minyak, sehingga keadaan kulit bisa menjadi normal.
c. Kulit Berminyak
Pada kondisi kulit berminyak kulit pada wajah mempunyai
kelenjar sebasea yang begitu aktif dan memproduksi minyak tubuh
yang berlebih sehingga meningkatkan kelembaban pada stratum
korneum. Perawatan untuk kulit berminyak yang tepat adalah dengan
menjaga pola hidup yang sehat dan seimbang, serta penggunaan
kosmetik yang tidak mengandung lemak berlebih.
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
d. Kulit Kombinasi
Dua jenis kulit pada satu wajah seperti pada daerah T, dahi,
hidung dan dagu berminyak. Sedangkan bagian wajah lainnya normal
atau bahkan cenderung kearah kering. Maka perawatan yang dilakukan
adalah sesuai dengan keadaan kulit tiap bagian.
e. Kulit Berjerawat
Kondisi kulit yang mengandung P acnes. Proses terjadinya
komedo atau P acnes adalah karena adanya aktivitas kelenjar
minyak yang berlebihan dan akhirnya menggumpal pada kandung
rambut (hair folicle), sehingga menyumbat pada lubang pori-pori. Pada
proses pembentukan P acnes disebabkan oleh adanya komedo, dengan
adanya komedo tersebut terjadi peradangan pada kulit karena adanya
bakteri yang bisa dikenal dengan P. acnes.
4. Jerawat
Acne vulgaris merupakan sebuah gangguan yang umum terjadi pada
kulit wajah, pada umumnya hal ini diawali dengan terbentuknya mikro
komedo, dan terjadi inflamasi kronis dari bagian polisebasea. Lokasi dari
acne vulgaris umumnya berada pada daerah wajah terutama pada remaja
yang berimbas signifikan pada usia remaja. Meskipun bersifat self-
limiting, tetapi acne vulgaris dapat bertahan di kulit selama bertahun-tahun
dan dapat mengakibatkan luka pada kulit dan pembentukan jaringan parut
(Dipiro et al., 2008).
Perkembangan acne vulgaris berkaitan dengan peningkatan produksi
sebum, keratinasi yang abnormal dalam kanal polisebasea
(hiperkornifikasi), kolonisasi bakterial dan inflamasi. Diet (kecuali
individu tertentu) dan kurangnya kebersihan, serta keadaan premenstruasi,
menjadi suatu penyebab yang paling mendasari memperparahnya acne
vulgaris. Kosmetik dengan dasar minyak, minyak rambut dan pelembab
juga bisa menjadi penyebab atau pemicu acne vulgaris. Selain itu kondisi
panas dan lembab yang merangsang pengeluaran keringat juga dapat
memperparah Acne vulgaris (Dipiro et al., 2008).
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
Ganbar 3. struktur kulit (Yahya, 2005)
Ada beberapa jenis komedo, diantaranya adalah :
a. Blackheads adalah bentuk komedo yang berupa tonjolan putih
diatasnya ada titik hitam. Blackheads hanya berupa penimbunan lemak
yang terokdasi dan tidak meradang atau infeksi.
b. Whiteheads adalah bentuk komedo yang tertutup dimana tonjolan putih
tidak terjadi oksidasi sehingga tidak terdapat titik hitam karena tidak
teroksidasi.
c. Millia atau millicum adalah karena adanya akumulasi minyak yang
tersumbat dibawah kulit shingga kelaianan menyerupai whiteheads
namun tertutup rapat dan keras dengan warna putih atau kuning.
d. Acne juvenilis adalah bentuk acne yang tidak meninggalkan bekas
pada kulit karena bentuknya kecil-kecil dan tidak terjadi penanahan.
e. Acne vulgaris adalah bentuk kerawat besar dengan disertai pernanahan
yang menimpa hingga lapisan dermis sehingga pada pasca kesembuhan
akan meninggalkan bekas yang berupa jaringan parut (Anisah, 2015)
5. Propionbiacterium acnes
Propionibacterium acnes merupakan bakteri flora normal yang
berada di kulit terutama di wajah yang berperan pada patogenesis jerawat
yang menjadi faktor terjadinya inflamasi . Bacteri ini berbentuk batang dan
dapat hidup di udara serta menghasilkan spora. P. acnes termasuk bacteri
gram positif anaerob. Bukti menunjukkan bahwa, dalam kondisi tertentu,
P. acnes dapat bertindak sebagai oportunistik patogen. Keterlibatan P.
acnes dipembentukan dan keparahan acne vulgaris diterima secara luas,
meskipun data yang benar-benar valid yang tepat tetap langka. Selain itu,
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
P. acnes telah terdeteksi diberbagai infeksi oportunistik seperti
endokarditis dan osteomyelitis dan infeksi pasca bedah parah
(Brzuszkiewicz et al., 2011 ).
Klasifikasi Propionibacterium acnes yaitu :
Gambar 4. Kulit dengan P. Acnes (Yahya, 2005)
Klasifikasi Propionibacterium acnes (Damayanti, 2014)
Kerajaan : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Famili : Propionibactericeae
Genus : Propionibacterium
Spesies : Propionibacterium acnes
Peradangan mungkin menjadi konsekuensi dari peningkatan
produksi sebum, pengelupasan keratinosit, dan pertumbuhan bakteri P.
acnes dapat memicu lesi peradangan jerawat dengan memproduksi
mediator inflamasi biologis aktif sehingga memicu pelepasan sitokin
proinflamasi (Dipiro et al, 2008).
Acne vulgaris adalah penyakit yang terjadi pada unit polisebasea
(yang mengandung folikel rambut dan kelenjar sebasea). Kelenjar sebasea,
dominan pada wajah, dada, dan punggung atas. Kelenjar ini menyediakan
sebum pada kanal folikel dan akhirnya ke permukaan kulit melalui
pembukaan folikel (pori-pori). Isi kanal folikuler yaitu keratinosit, P.
acnes dan asam lemak bebas.
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
Pada saat terjadi penyumbatan pada unit pilosebasea maka terjadilah
komedo yang merupakan awal dari lesia acne. Warna coklat atau hitam
bukan hasil akumulasi kotoran, tetapi melanin (pigmen). Acne terjadi
ketika hormon androgen meningkat (terutama pada masa pubertas) yang
menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebaseus sehingga produksi
menjadi tinggi. Kelebihan sebum menyebabkan folikel tersumbat yang
akhirnya menjadi acne. Selain disebabkan karena meningkatnya produksi
sebum, acne juga disebabkan karena hiperkreatinisasi dan inflamasi.
Peradangan atau trauma folikel dapat menyebabkan inflamasi dan
membentuk ”whitehead” atau ”komedo tertutup”. Jika dinding folikel
pecah, isi folikel menuju ke dermis dan menimbulkan gangguan klinis
seperti bintil, dan mungkin dapat menjadi lebih besar, lesi inflamasi
sekunder untuk aktivitas lokal P. acnes (Dipiro et al., 2008).
6. Pengujian Aktivitas Antibakteri (Wahyuni, 2014)
Pengujian terhadap aktivitas antimikroba dilakukan untuk
mengetahui obat-obat atau zat aktif yang paling poten untuk kuman
penyebab penyakit terutama penyakit kronis. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Metode Difusi
Cakram kertas saring, cawan yang berliang renik atau silinder
tidak beralat, yang mengandung zat uji dalam jumlah tertentu
ditempatkan dalam media yang telah ditanami mikroba uji. Setelah di
inkubasi, hasil yang diperoleh adalah :
1) Radical zone, yaitu daerah di sekitar zat uji dimana sama sekali tidak
diketemukan adanya pertumbuhan bakteri.
2) Irradical zone, yaitu suatu daerah di sekitar zat uji yang
pertumbuhan bakteri dihambat oleh zat uji tersebut
b. Dilusi Cair atau Dilusi Padat
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang
menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian
media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan
antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Kerugian
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
metode ini yaitu uji kerentanan dilusi agar membutuhkan waktu yang
lama, dan kegunannya terbatas pada suatu keadaan tertentu. Sedangkan
keuntungan metode ini yaitu bahwa uji tersebut memungkinkan adanya
hasil kuantitatif, dimana menunjukkan jumlah obat tertentu yang
diperlukan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme yang
diuji Metode ini mengukur MIC atau KHM (Minimum Inhibitory
Concentration atau Kadar Hambat Minimum) dan MBC atau KBM
(Minimum Bactericidal Concentration atau Kadar Bunuh Minimum).
7. Konsentrasi Hambat Minimum (Nuraina, 2015)
Aktifitas antibakteri ditentukan oleh spektrum kerja, cara kerja dan
juga di tentukan oleh konsentrasi hambat minimum (KHM). KHM adalah
konsentrasi minimum dari suatu zat yang memiliki efek daya hambat
pertumbuhan mikroorganismeyang di tandai dengan tidak adanya keruhan
pada media tumbuh bakterisetelah di inkubasi pada suhu 37 selama 18-
24 jam. Penetapan KHM dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Cara cair
Metode penentuan KHM dengan cara cair digunakan media cair
yang telah di tambahkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri atau jamur dengan pengenceran tertentu kemudian
diinokulasikan biakan bakteri atau jamur dalam jumlah yang sama.
Respon zat uji ini ditandai dengan kejernihan atau kekerugan pada
tabung setelah diinkubasi.
b. Cara padat
Metode penentuan KHM dengan cara padat menggunakan media
padat yang telah dicampur dengan larutan zat uji dengan berbagai
konsentrasi. Dengan cara ini suatu cawan petri dapat digores lebih dari
satu jenis mikroba untuk diperoleh nilai KHM.
8. Sabun Cair
a. Definisi Sabun Cair
Sabun merupakan produk campuran garam natrium dengan asam
stearat, palmitat dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat
dan lauret (Tranggono, 2007). Jenis sabun wajah yang umum beredar di
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
masyarakat berwujud padat dan cair. Kebanyakan konsumen saat ini
lebih tertarik pada sabun wajah berbentuk cair dibandingkan dengan
wajah padat. Sabun cair wajah efektif untuk mengangkat kotoran yang
menempel pada permukaan kulit baik yang larut air maupun larut
lemak. Sabun cair merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair
yang terbuat dari bahan sabun dengan penambahan bahan-bahan yang
diinginkan (SNI, 1996).
b. Uraian Bahan
1) Minyak atsiri daun jeruk purut
Minyak atsiri daun jeruk purut mengandung senyawa-senyawa
seperti citronellal 86,31%; citronellol 6,37%; citronellyl acetate
3,46%; linalool 1,94%, sabiene bicyclo 1,16%; dan trans-
caryophyllene bicyclo 0,77%. Perbedaan komposisi mencolok
inilah yang membedakan minyak kulit jeruk purut dengan
minyak kulit jeruk lainnya (Anonimous, 2009). Senyawa Sitronelal
merupakan senyawa aldehid yang memiliki potensi anti bakteri kuat
persen minyak atsiri kulit jeruk purut. Kandungan minyak atsiri daun
jeruk purut sebesar 2-2,5% (Salman et al., 2015)
2) Asam stearat
Asam stearat berbentuk kasar, putih atau kuning pucat, agak
mengkilat, kristal atau serbuk putih kekuningan. Kelarutan sangat
mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter;
mudah larut dalam etanol (95%), heksana, dan propilen glikol;
praktis tidak larut dalam air. Pada formulasi sabun cair muka, asam
stearat berfungsi untuk membentuk badan sabun pada proses
pencampuran dengan minyak kelapa (Setyoningrum , 2010). Asam
stearat berfungsi sebagai emulgator (Rowe, 2009).
Gambar 5. Stuktur asam stearat (Rowe, 2009)
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
3) Minyak kelapa
Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan
pemerasan endosperm kering Cocos nucifera L. Minyak kelapa
berwujud jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, dan
tidak tengik. Kelarutan larut dalam 2 bagian etanol (96%) pada suhu
60 ºC, sangat mudah larut dalam kloroform dan dalam eter. Minyak
kelapa memiliki suhu lebur antara 23º sampai 26 ºC (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Berfungsi sebagai basis sabun
cair. Minyak kelapa mengandung ± 53% asam laurat yang akan
tersaponifikasi dengan adanya penambahan basa seperti KOH dan
NaOH (Setyoningrum, 2010).
4) Kalium hidroksida (KOH)
Kalium hidroksida berwarna putih atau hampir putih,
higroskopis berbentuk bulat kecil, serpihan atau memanjang.
Kelarutan larut dalam 1 bagian air, 3 bagian etanol 96%, sangat
mudah larut dalam etanol mutlak P mendidih. Berfungsi sebagai
agen pembasa (Rowe, 2009)
5) Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA)
EDTA berwujud hablur padat, putih, dan berbau khas.
Kelarutan praktis larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut
dalam etanol (95%), dalam kloroform dan dalam eter. EDTA
berfungsi sebagai antioksidan, mengcegah bau tengik.
Gambar 6. Struktur EDTA (Suyanta et al., 2005)
6) Gliserin
Gliserin berwujud cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
manis, higroskopik. Kelarutan praktis tidak larut dalam benzen,
kloroform, minyak lemak; sedikit larut dalam aseton; larut dalam 11
bagian etil asetat dan 500 bagian eter; mudah larut dalam etanol
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
(95%), metanol, air. Gliserin berfungsi sebagai kosolven, emolien,
solven, humektan, agen antimikroba (Rowe, 2009).
Gambar 7. Struktur gliserin (Rowe, 2009).
c. Kontrol sifat fisik sabun cair
1) Organoleptik
Uji organoleptis meliputi warna, bau, dan konsistensi dapat
digunakan sebagai indikator kualitatif ketidakstabilan fisik sediaan
yang berhubungan dengan kenyamanan sediaan oleh pengguna.
2) Bobot jenis
Uji bobot jenis suatu sediaan merupakan perbandingan antara
bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya
25oC). Menurut FI III bobot jenis adalah perbandingan bobot zat
terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu
yang sama (Anonim, 1979). Bobot jenis pada percobaan akan
digunakan metode piknometer. Persyaratan untuk bobot jenis yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia yaitu minimal 1,01–
1,10 g/cm3 (Noor et al., 2009).
3) Viskositas
Pengujian viskositas dan sifat alir dilakukan untuk mengetahui
besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi
viskositas maka akan semakin besar tahanannya. Viskositas
dipengaruhi oleh suhu, yang untuk cairan akan menurun bila suhu
dinaikkan (Sinko, 2006). Kriteria viskositas yang baik yaitu 14.550-
17.300 cps (Noor et al.,2009).
4) Keasaman (pH)
Uji pH digunakan untuk mengetahui pH sabun cair apakah
sesuai dengan pH kulit yang akan mempengaruhi kenyamanan dan
keamanan penggunannya. Selain itu pH dapat mempengaruhi difusi
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
obat dari sediaan (Astuti et al., 2012). Kriteria untuk pH kulit wajah
yaitu 4,5-5,5 (Noor et al., 2009).
5) Tinggi dan kestabilan busa
Uji tinggi dan kestabilan busa yaitu suatu kemampuan sediaan
membentuk busa setelah pengocokan 1% larutan sabun cair wajah
dalam air suling dan air sadah. Pengujian ini berpengaruh juga pada
kelembaban kulit.
B. Kerangka Konsep
Gambar 8. Kerangka konsep penelitian
Meningkatnya jumlah daun jeruk purut
Memformulasikan minyak atsiri daun jeruk purut menjadi produk sabun cair
wajah anti jerawat
Uji aktivitas antibakteri terhadap
bakteri P.acne Uji fisik sediaan sabun cair wajah
Kandungan minyak atsiri daun jeruk
purut berpotensi salah satunya sebagai
antibakteri dalam mengobati penyakit
jerawat
Prevalensi jerawat (acne vulgaris)
terjadi sekitar 80% dari populasi
antara usia 12 – 25 tahun
Zona hambat
Analisis deskriptif secara statistik dengan metode
ANOVA
Pemeriksaan organoleptis
(bentuk, rasa warna),
homogenitas, stabilitas,
bobot jenis, viskositas, pH,
tinggi dan kestabilan busa
Formulasi Sabun Cair..., Rizki Azmi Nurmajid, Fakultas Farmasi UMP, 2017