BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

152
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 34 BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah Langkah pertama dalam penyuntingan teks adalah inventarisasi naskah. Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan naskah-naskah yang akan menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi katalog, yaitu mencari informasi tentang naskah melalui katalog naskah. Katalog yang digunakan dalam mencari naskah adalah katalog-katalog yang di dalamnya tercatat naskah-naskah Melayu. Ada dua jenis katalog yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu katalog online dan katalog terbitan. Katalog online yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Katalog naskah Aceh yang diakses melalui laman http://www.manuscript- aceh.org 2. Katalog naskah Cambridge Digital Library yang diakses melalui laman http://www.cudl.lib.cam.ac.uk 3. Katalog naskah Islamic Heritage Project, Houghton Library, Harvard University yang diakses melalui laman http://pds.lib.harvard.edu 4. Katalog naskah Pustaka Digital Manuskrip Melayu, Koleksi University of Malaya yang diakses melalui laman http://www.mymanuskrip.fsktm.um.edu.my 5. Katalog naskah Leipzig University Library yang diakses melalui laman http://www.islamic-manuscripts.net

Transcript of BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

Page 1: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB IV

SUNTINGAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Langkah pertama dalam penyuntingan teks adalah inventarisasi naskah.

Inventarisasi naskah adalah mengumpulkan naskah-naskah yang akan menjadi objek

penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode studi katalog,

yaitu mencari informasi tentang naskah melalui katalog naskah. Katalog yang

digunakan dalam mencari naskah adalah katalog-katalog yang di dalamnya tercatat

naskah-naskah Melayu. Ada dua jenis katalog yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu katalog online dan katalog terbitan. Katalog online yang digunakan peneliti

adalah sebagai berikut.

1. Katalog naskah Aceh yang diakses melalui laman http://www.manuscript-

aceh.org

2. Katalog naskah Cambridge Digital Library yang diakses melalui laman

http://www.cudl.lib.cam.ac.uk

3. Katalog naskah Islamic Heritage Project, Houghton Library, Harvard University

yang diakses melalui laman http://pds.lib.harvard.edu

4. Katalog naskah Pustaka Digital Manuskrip Melayu, Koleksi University of Malaya

yang diakses melalui laman http://www.mymanuskrip.fsktm.um.edu.my

5. Katalog naskah Leipzig University Library yang diakses melalui laman

http://www.islamic-manuscripts.net

Page 2: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Katalog naskah terbitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Achadiatai Ikram, dkk. (Ed.). 2001. Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku

Zahari. Edisi I. Jakarta: Manassa-the Toyota Foundation-Yayasan Obor

Indonesia.

2. Amir Sutaarga, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat

Dep. P dan K. Jakarta: Departemen P & K.

3. Behrend, T. E. (Ed.). 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1.

Jakarta: Djambatan.

4. Behrend, T. E. (Ed.). 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-

Ecole Francaise D‘Extreme orient.

5. Behrend, T. E. Dan Tutik Pudjiastuti (Ed.). 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah

Nusantara Jilid 3-A Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia-Ecole Francaise D‘Extreme Orient.

6. Edi S. Ekadjati (Ed.). 1988. Naskah Sunda: Inventarisasi dan Pencatatan.

Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran dan the Toyota

Foundation.

7. Howard, Joseph H. 1966. Malay Manuscripts a Bibliographical Guide. Kuala

Lumpur: University of Malaya Library.

8. Juynboll, H. H. 1899. Catalogus van de Maleische en Sundaneesche

Handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek. Leiden: E. J. Brill.

9. Lindsay, Jennifer, et. al. 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Page 3: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

10. Ricklefs, M.C. & P. Voorhoeve. 1977. Indonesian Manuscripts in Great Britain:

A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in British Public

Collections. London: Oxford University Press.

11. Wieringa, E. P. 1998. Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts: in the

Library of Leiden University and Other Collections in the Netherlands (volume

one). Leiden: Legatum Warnerianum in Leiden University Library.

Dari katalog-katalog tersebut, naskah HRK hanya terdapat pada katalog

naskah Islamic Heritage Project, Houghton Library, Harvard University, dengan

kode naskah MS Indo 27. Naskah HRK yang hanya tersimpan di Harvard University

berisi cerita yang bercorak kepahlawanan, menceritakan kisah perjalanan hidup tokoh

Putera Jaya Pati anak raja Kulawandu. Dengan demikian naskah HRK pada penelitian

ini adalah naskah tunggal dan diteliti dengan menggunakan metode naskah tunggal.

B. Deskripsi Naskah HRK

Tahap kedua dalam penyuntingan adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seluk beluk naskah dari sisi fisik.

Deskripsi menurut KBBI, berarti pemaparan dengan kata-kata secara jelas dan

terperinci. (KBBI, 2008: 347) Dalam hal ini deskripsi naskah adalah memaparkan

seluk beluk naskah secara rinci.

Deskripsi naskah meliputi beberapa hal, yaitu judul naskah, tempat

penyimpanan naskah, nomor naskah, jumlah halaman, jumlah baris, huruf dan tulisan,

bahasa, cap kertas, cara penulisan, kertas, bentuk teks, umur naskah, tempat dan

tanggal penulisan, keadaan naskah, ringkasan isi, dan catatan lain mengenai naskah.

Deskripsi naskah HRK diuraikan sebagai berikut.

Page 4: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

1. Judul naskah

Dalam katalog naskah online Islamic Heritage Project, Houghton Library,

Harvard University ( http://pds.lib.harvard.edu), naskah ini berjudul Hikayat Raja

Kulawandu. Pemberian judul ini dilakukan oleh pemilik naskah sebelumya yang

bernama E. Thalman seperti diinformasikan dalam deskripsi yang terdapat dalam

katalog online tersebut. Teks dengan judul Hikayat Raja Kulawandu pernah menjadi

objek penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Haji Saleh dengan judul Finding

Love in Hikayat Raja Kulawandu, yang terdapat di dalam sebuah buku kumpulan

penelitian dari National University of Singapore berjudul Lost Time and Untold Tales

From the Malay World, yang diterbitkan NUS Press pada tahun 2009. Informasi yang

diperoleh melalui penelitian mengenai teks dengan judul yang sama dari penelitian

dalam buku tersebut, menunjukkan judul naskah dengan kode MS indo 27 sebagai

Hikayat Raja Kulawandu.

Dalam buku yang memuat kumpulan penelitian dari Muslim Institude Al-

Andalus berjudul Critical Muslim Love and Death yang diterbitkan oleh Muslim

Institute and Hurst Publishers tahun 2013 ditemukan penelitian yang dilakukan oleh

Shanon Shah dengan judul Can Malay Kiss? juga menggunakan naskah dengan kode

MS indo 27 dengan judul Hikayat Raja Kulawandu sebagai salah satu objek kajian

dalam penelitiannya. Namun dari kedua penelitian yang ditemukan tersebut tidak

dijumpai penjelasan mengenai suntingan teksnya.

Melalui penelusuran lebih lanjut mengenai hikayat Melayu dalam buletin

online dengan judul buletin Mimbar Kata, ditemukan artikel dengan judul Hikayat

Putera Jaya Pati. Dalam artikel tersebut diceritakan mengenai tokoh putera Jayapati

yang merupakan anak dari Maharaja Kalawandu, sebagai bahan ajar dalam

penceritaan mengenai pendidikan hikayat Melayu.

Page 5: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Karena judul naskah tidak tertulis pada halaman naskah di bagian manapun,

maka penulis merasa perlu untuk memberikan judul yang baik terhadap naskah ini.

Meskipun menurut informasi yang telah disebutkan sebelumnya mengenai judul

terdapat beberapa alternatif untuk memberi judul dalam naskah ini. Namun,

berdasarkan pertimbangan mengenai faktor keterbacaan dan hasil pembacaan yang

lebih teliti pada bagian awal penceritaan teks, ditemukan sebuah keterangan mengenai

nama tokoh berpengaruh yang lebih sesuai untuk dijadikan judul teks, yaitu Hikayat

Raja Kalawandu.

2. Tempat Penyimpanan naskah

Naskah HRK tersimpan di perpustakaan Universitas Havard, Amerika Serikat.

dengan kode naskah MS Indo 27, Kode naskah tersebut tertulis pada cap

perpustakaan pada halaman pelindung sebagaimana gambar berikut.

Gambar 1

Kode Pada Naskah HRK

Naskah HRK merupakan naskah sumbangan dari E.Thalman untuk Universitas

Havard pada bulan Oktober 1948, hal ini diketahui melalui cap perpustakaan

pada halaman belakang naskah dan informasi yang dihimpun berdasarkan

deskripsi naskah dalam laman (http://pds.lib.harvard.edu). sebagaimana gambar

berikut.

Page 6: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 2

Kode Kepemilikan Pada Naskah HRK

3. Jumlah Halaman

Naskah HRK terdiri dari 322 halaman. Sebanyak 229 halaman yang bertuliskan

teks HRK, sebanyak 8 halaman pelindung (tanpa nomor halaman) di halaman

muka atau setelah cover depan dan 15 halaman pelindung (tanpa nomor

halaman) di bagian belakang atau sebelum cover belakang.

4. Jumlah Baris

Jumlah baris tiap halaman adalah10 baris kecuali pada halam 231 yaitu 11 baris.

Pada halaman pertama jumlah 10 baris sudah termasuk bacaan pembuka. Pada

halaman akhir jumlah 10 baris sudah termasuk kolofon naskah.

5. Huruf dan Tulisan

a. Jenis huruf

Naskah HRK menggunakan tulisan Arab dan Arab-Melayu atau huruf Jawi.

b. Bentuk huruf

Bentuk huruf yang digunakan tegak lurus.

c. Keadaan tulisan

Tulisan dalam naskah HRK sangat jelas dan mudah dibaca. Tidak ada

halaman yang rusak yang menyebabkan tulisan naskah tidak terbaca.

Page 7: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

d. Jarak antarhuruf

Jarak huruf agak renggang sehingga mudah dibaca. Perhatikan contoh

berikut.

Gambar 3

Jarak Antara Huruf Dalam Naskah HRK

e. Goresan pena.

Goresan pena dalam naskah HRK terlihat tebal, sedangkan goresan pena

dalam penomoran halaman naskah HRK tidak terlalu tebal. Peneliti

mengasumsikan bahwa nomor halaman naskah ditambahkan oleh pemilik

naskah. Perhatikan contoh berikut.

Page 8: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Gambar 4

Penomoran Halaman Naskah HRK

f. Warna tinta

Warna tinta yang digunakan adalah tinta hitam, namun ada beberapa bagian

yang ditulis dengan menggunakan tinta merah. Adapaun kata-kata yang

tertulis dengan tinta merah adalah nama tokoh utama ‗putera jaya pati‘ dan

kosa kata yang menjadi tumpuan awal kalimat seperti ‗maka‘, ‗syahdan‘,

‗sebermula‘, ‗adapun‘, ‗hatta‘. Selain itu kalimat-kalimat yang

menggunakan bahasa Arab yang terdapat pada teks juga ditulis

menggunakan tinta merah.

6. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam teks HRK adalah bahasa Melayu dan Arab.

7. Kertas

Bahan yang digunakan untuk menulis teks adalah kertas.Warna kertas sudah

kecoklat-coklatan karena usia naskah yang cukup tua.

8. Cap Air

Tidak ada cap air yang terdapat pada naskah HRK

9. Cara Penulisan

a. Pemakaian tiap kuras.

Naskah HRK ditulis dengan cara bolak-balik. Kedua sisi kertas digunakan

untuk penulisan. Cara penulisan ini disebut dengan cara penulisan recto dan

verso.

Page 9: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Pengaturan ruang

Ruang teks berbentuk persegi panjang. Teks ditulis dari kanan ke kiri.

c. Penomoran halaman naskah

Penomoran pada halaman naskah menggunakan angka ( 1, 2, 3, dst).

Goresan pena serta bentuk angka pada penomoran halaman berbeda dengan

yang ada di dalam naskah. Peneliti mengasumsikan bahwa penambahan

nomor halaman dilakukan oleh pembaca atau pemilik naskah.

10. Bentuk Teks

Teks HRK berbentuk prosa. Struktur penulisan menyerupai kitab-kitab agama.

11. Tempat dan Tangal Penyalinan

Teks disalin pada tanggal 14 hari bulan 5 dulhijah 1253 masehi. Keterangan ini

terdapat pada halaman 299 baris ke 9—10. ―tamat surat ini sampai 14 hari bulan

5 dulhijah 1253 Sanah Wa Katabihi Muhammad Ali Bin Abdul Latif Munsi.‖

12. Umur Naskah

Naskah ini telah berumur 163 tahun 2 bulan. Usia terhuitung sejak penyalinan

teks HRK hingga sekarang.

13. Keadaan Naskah

Keadaan naskah cukup baik. Naskah lengkap dan tidak ada bagian yang hilang

maupun sobek. Secara keseluruhan HRK merupakan cerita kepahlawanan

melayu yang menceritakan anak Raja Kulawandu bernama Putera Jaya Pati dari

negeri Langgam Jaya. Suatu ketika dipisahkan dengan orangtuanya oleh jin

yang menyamar menjadi kuda emas, dan membawanya berguru kepada

Begawan Narada. Bersama murid yg lain ia belajar berperang dan ilmu

kesaktian yang menjadi bekal untuk perjalanan hidupnya. Keseluruhan isi teks

HRK dapat dilihat pada ikhtisar isi.

Page 10: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

C. Ikhtisar Isi Teks

Teks HRK ini secara umum berisi cerita kepahlawanan yang menceritakan

anak Raja Kulawandu bernama Putera Jaya Pati dari negeri Langgam Jaya. Pada awal

pengisahan diceritakan mengenai raja kulawandu yang merupakan baginda raja di

negeri Langgam Jaya. Negeri langgam Jaya adalah negeri yang adil, makmur dan

termasyhur diantara negeri yang lain. Raja Kulawandu dengan permaisuri

menginginkan kehadiran seorang putera sebagai penerus keturunan dan tahta kerajaan

Langgam Jaya. Karena tidak lekas diberi keturunan maka Raja Kulawandu meminta

tolong ahli nujum untuk melihat didalam nujumnya mengenai kelahiran anak Raja

Kulawandu. Ahli nujum mengabarkan bahwa baginda akan memperoleh anak laki-

laki yang hebat dan harus mendermakan hartanya kepada fakir miskin (HRK, hal 1-8).

Harapan Raja Kulawandu akan anak laki-laki terkabul, permaisuri telah hamil.

Raja Kulawandu sangat bahagia dan memperlakukan permaisuri yang sedang hamil

dengan sangat istimewa, karena sangat mengasihi permaisuri dan mengharapkan

kehadiran seorang anak dari permaisuri. Setelah genap usia kandungannya, permaisuri

melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat baik rupanya (HRK, hal. 8-11). Raja

Kulawandu meminta saran ahli nujum untuk menamai anaknya. Ahli nujum melihat

didalam nujumnya dan mengatakan anak Raja Kulawandu akan menjadi raja yang

hebat, namun pada umur tujuh tahun akan dipisahkan dari orang tuanya, diculik oleh

binatang berkaki empat dan dipertemukan lagi dengan Raja Kulawandu pada umur

tiga puluh tahun. Raja kulawandu dan permaisuri bersedih hati mendengar berita

tersebut, dan dinamai anaknya Putera Jaya Pati (HRK, hal. 11-19).

Putera Jaya Pati sejak kecil diasuh layaknya anak raja besar. Ketika Putera

Jaya Pati berumur tujuh tahun, Raja Kulawandu tidak mau sedikitpun berpisah dengan

anaknya serta mengumpulkan semua anak menteri dan hulubalang istana untuk

Page 11: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

menjadi pengasuh Putera Jaya Pati (HRK, hal 19-20). Suatu hari saat bermain Raja

Kulawandu tertidur dan tidak mengawasi Putera Jaya Pati. Putera Jaya Pati dihampiri

jin yang menjelma kuda emas. Putera Jaya Pati terhasut dan menaiki kuda tersebut.

Putera Jaya Pati dilarikan kuda emas masuk hutan menuju bukit Mahabiru (HRK, hal.

20-25). Menerima kenyataan bahwa anaknya dilarikan kuda emas membuat Raja

Kulawandu dan permaisuri bersedih. Raja Kulawandu memerintahkan semua menteri

dan hulubalang mencari Putera Jaya Pati. Setelah pencarian yang lama ke seluruh

penjuru negeri, Putera Jaya Pati tidak ditemukan. Raja Kulawandu dan semua isi

istana bersedih hati. Raja Kulawandu bertitah untuk menghukum setiap orang yang

tertawa dengan keras, sehingga negeri Langgam Jaya menjadi sepi dan sunyi. (HRK,

hal. 25-32)

Putera Jaya Pati dilarikan oleh kuda emas dibawa ke bukit Mahabiru. Maksud

kuda emas melarikan Putera Jaya Pati agar dia berguru kepada Begawan Narada,

karena Putera Jaya Pati akan menghadapi perang yang besar nantinya. Putera Jaya

Pati menerima penjelasan kuda emas dan memutuskan untuk berguru kepada

Begawan Narada. (HRK, hal. 32-40)

Begawan Narada menyambut dengan hormat kedatangan Putera Jaya Pati dan

menerimanya sebagai murid. Begawan Narada mengajarkan ilmu kesaktian dan tata

cara berperang kepada Putera Jaya Pati bersama dengan anak raja-raja dan pertapa

murid Begawan Narada. Karena sangat pandai dalam mempelajari ilmu kesaktian dan

tata cara berperang, Begawan Narada sangat mengasihi Putera Jaya Pati dibandingkan

muridnya yang lain. (HRK, hal. 40-45)

Pada suatu hari Begawan Narada ingin menguji murid-muridnya dengan

menjadikan dirinya raksasa yang sangat besar dan menakutkan ketika murid-

muridnya sedang bermain. Semua murid Begawan Narada lari dan bersembunyi

Page 12: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kecuali Putera Jaya Pati, karena ia hendak melawan raksasa tersebut. Perang kesaktian

pun terjadi dengan hebatnya antara Putera Jaya Pati dan raksasa jelmaan Begawan

Narada selama tujuh hari tujuh malam. Setelah dirasa cukup menguji Putera Jaya Pati,

Begawan Narada pun menjadikan dirinya seperti semula. Mengetahui bahwa yg

dilawan itu tidak lain adalah gurunya sendiri maka Putera Jaya Pati pun menyesal dan

meminta ampun kepada Begawan Narada. .Begawan Narada menjelaskan maksudnya

menjelma raksasa itu untuk menguji keberanian dan kesaktian murid-muridnya.

(HRK, hal. 45-53)

Melihat ilmu dan kesaktian Putera Jaya Pati yang sangat hebat dan karena

semua ilmu yg dimiliki Begawan Narada sudah diajarkan kepada Putera Jaya Pati,

Begawan Narada memerintahkan Putera Jaya Pati untuk berguru kepada orang lain.

Begawan Narada memberikan cambul hikmah berisi empat pahlawan jin dan semua

rakyatnya. Pahlawan jin tersebut bernama Sangga Mukasin, Sang Kuda Kampa, Sang

Setyara, dan Teratek Semandu. Putera Jaya Pati memutuskan untuk pulang ke

negerinya serta berpamitan kepada Begawan Narada dan semua murid-murid

seperguruannya. (HRK, hal. 53-62)

Dalam perjalanan pulang Putera Jaya Pati tersesat dan berhenti di sebuah tasik

ajaib. Ketika beristirahat di tepi tasik ajaib tersebut Putera Jaya Pati bertemu dengan

tengkorak bernama Bujang Jura. Bujang Jura mengingatkan Putera Jaya Pati untuk

berhati-hati, karena ada raksasa yang suka membunuh manusia saat istirahat dan tidur

di sekitar tasik. Mengetahui hal tersebut Putera Jaya Pati berpura-pura tidur hendak

melawan raksasa penunggu tasik ajaib. Raksasa muncul hendak menebas Putera Jaya

Pati. Putera Jaya Pati berhasil merebut pedang yang digunakan raksasa itu dan

membunuhnya. (HRK, hal. 62-70)

Page 13: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Putera Jaya Pati melanjutkan perjalanan pulangnya dan melihat sebuah negeri

yang bernama Gangga Wijaya. Putera Jaya Pati bertemu Malik Indera dan menanyai

hal tantang negeri Gangga Wijaya. Malik Indera menceritakan mengenai seluk beluk

kerajaan Gangga Wijaya. Putera Jaya Pati memutuskan untuk pergi ke negeri tersebut

dan tinggal bersama Malik Indera. Malik Indera mempertemukan Putera Jaya Pati

dengan Candra Nurlela putri raja Gangga Wijaya. Putera Jaya Pati jatuh cinta kepada

Candra nurlela begitu juga sebaliknya. (HRK, hal. 70-126)

Suatu hari Putera Jaya Pati berjalan-jalan di sekitar negeri Gangga Wijaya dan

bertemu sebuah bukit. Putera Jaya Pati menuju bukit tersebut dan bertemu dengan dua

ekor jin yang sedang berseteru memperebutkan panah kesaktian. Putera Jaya Pati

mengelabuhi kedua jin tersebut dengan kepandaiannya dan berhasil memiliki panah

sakti tersebut. (HRK, hal. 126-137)

Putera Jaya Pati kembali ke negeri Gangga Wijaya dan hendak menemui tuan

puteri Candra Nurlela. Ketika Putera Jaya Pati betemu dengan tuan puteri, Raja Indera

Peri datang ke istana Gangga Wijaya Hendak mengawinkan anaknya Raja Indera

Warna dengan tuan puteri Candra Nurlela. Raja Gangga Wijaya Menyuruh dayang

untuk memanggilkan tuan puteri agar menghadap. Dayang melaporkan tuan puteri

tidak mau menghadap dan dia sedang bersama Putera Jaya Pati. Baginda Gangga

Wijaya marah dan menyuruh hulubalangnya menangkap Putera Jaya Pati. Putera Jaya

Pati meminta bantuan keempat jin melawan hulubalang raja Gangga Wijaya.

Hulubalang raja Gangga Wijaya kalah sehingga Raja Gangga wijaya meminta

bantuan Raja Indera Peri. (HRK, hal. 137-178)

Mengetahui kabar yang demikian, Raja Indera Peri dan anaknya Raja Indera

Warna memerintahkan pasukannya untuk berperang. Bertemulah pasukan Raja Peri

yang dipimpin Indera Warna dan ketiga saudaranya dengan pasukan Putera Jaya Pati

Page 14: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

yang dipimpin empat pahlawan jin. Terjadilah perang yang dahsyat antara kedua

belah pihak. Banyak pasukan Raja Peri yang mati dan terluka, begitu juga pasukan

Putera Jaya Pati. Mengetahui keempat pahlawan jin hampir dikalahkan, Putera Jaya

Pati turun dari mahligai Tuan puteri untuk membantu. (HRK, hal. 178-198)

Bertemulah Putera Jaya Pati dengan Raja Indera Warna dalam peperangan.

Terjadilah perang kesaktian yang sangat hebat antara kedua anak raja tersebut,

sehingga semua pasukan berhenti berperang untuk melihatnya. Raja Indera Warna

berhasil dikalahkan oleh Putera Jaya Pati dan dibunuhnya. Mengetahui Raja Indera

Warna terbunuh, ketiga saudaranya marah dan hendak melawan Putera Jaya Pati.

Ketika tiga saudara Raja Indera Warna hendak menyerang Putera Jaya Pati maka

dicegat oleh empat pahlawan jin dan dilawannya. Ketiga bersaudara itupun mati

dibunuh pahlawan jin keempat itu. Melihat keempat anaknya semua mati dibunuh,

Raja Indera Peri mundur dan pulang ke negerinya membawa mayat keempat anaknya.

Sehingga menanglah Putera Jaya Pati berperang dengan Raja Indera Peri (HRK, hal.

198-217)

Setelah memenangkan pertempurannya Putera Jaya Pati kembalilah ke

mahligai tuan puteri hendak mengabarkan kepada tuan puteri bahwa Raja Indera Peri

sudah kalah. Keesokan harinya Putera Jaya Pati menyambut keempat pahlawan jin

dan segala rakyatnya untuk berpesta kemenangan. Dari jauh Putera Jaya Pati melihat

banyak pasukan yang datang saat pesta berlangsung. Ternyata itu adalah murid-murid

Begawan Narada yang datang hendak membantu perang Putera Jaya Pati. Maka

disambutnya semua saudara seperguruannya yang datang itu dan diceritakan semua

tentang perang dengan Raja Indera Peri oleh Putera Jaya Pati. (HRK, hal. 217-240)

Mengetahui calon menantunya Raja Indera Peri telah dikalahkan Putera Jaya

Pati, maka raja Gangga Wijaya menunggu tindakan Putera Jaya Pati selanjutnya.

Page 15: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Putera Jaya Pati membawa serta tuan puteri dan semua pasukannya ke negeri Gangga

Wijaya dan menghadap baginda Raja Gangga Wijaya hendak mengawini tuan puteri.

Raja Gangga Wijaya menyetujui untuk menikahkan Putera Jaya Pati dengan tuan

puteri Candra Nurlela. Setelah sudah selesai acara perkawinan, Putera Jaya Pati

meminta ijin kepada baginda Raja Gangga Wijaya untuk pulang serta membawa

pulang tuan puteri ke negerinya bertemu dengan ayah dan ibunya. (HRK, hal. 240-

277)

Pulanglah Putera Jaya Pati ke negerinya Langgam Jaya membawa pasukan

yang banyak serta dengan tuan puteri. Dalam perjalanan pulang itu tak henti-hentinya

Putera Jaya Pati mennjukkan kasih sayangnya terhadap tuan puteri. Setelah melalui

perjalanan yang panjang akhirnya sampailah Putera Jaya Pati ke negeri Langgam

Jaya. Sampai diketahui oleh salah seorang rakyatnya dan melapor kehadapan Raja

Kulawandu. Tanpa berpikir panjang segeralah baginda Raja Kulawandu beserta

permaisuri berlari menemui anaknya yang telah lama terpisah itu lalu bertemulah

keduanya dengan Putera Jaya Pati. Mengetahui anaknya pulang beserta tuan puteri

dan pasukannya itu maka disambut dengan meriahnya. Baginda Raja Kulawandu

mengangkat Putera Jaya Pati menjadi raja di negeri Langgam Jaya bergelar Maharaja

Bikrama Indera Dewa. Syahdan maka negeri Langgam Jaya pun kembali ramai. Serta

dengan dipimpin Putera oleh Jaya Pati yang baik, maka kembali makmur negeri itu.

Berkat kemurahan hati Putera Jaya Pati maka rakyatnya pun semuanya berbahagia,

sehingga kekallah kebahagiaan Putera Jaya Pati dengan tuan puteri Candra Nurlela

itu.Tamat. (HRK, hal. 277-299)

Page 16: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

D. Kritik Teks

Kata ―kritik‖ berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya ―seorang hakim‖,

krinein berarti ―menghakimi‖, kriterion berarti ―dasar penghakiman‖. Kritik teks

memberikan dasar evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada

tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang

sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (constitutio textus). (Siti Baroroh Baried, et, al.,

1994: 61).

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kritik teks sebagai

penilaian terhadap suatu teks dan memberikan alternatif perbaikannya untuk

mendapatkan teks yang baik dan benar.

Ada enam jenis kesalahan yang biasa terdapat pada naskah lama. dalam

naskah HRK kesalahan tersebut meliputi

1. Lakuna, yaitu pengurangan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.

2. Adisi, yaitu penambahan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.

3. Ditografi, yaitu perangkapan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.

4. Substitusi, yaitu penggantian huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.

5. Transposisi, yaitu perpindahan huruf, kata, suku kata, kata, atau bahkan kalimat.

6. Ketidakkonsistenan penulisan, yaitu berupa penulisan yang berbeda dari suatu

kata atau frasa yang sama.

Kritik teks tersebut disusun dalam sebuah tabel. Tabel-tabel tersebut adalah

sebagai berikut.

Page 17: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 2

Lakuna yang Terdapat pada Teks HRK

No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi

1. 6:7

denga segala dengan segala

2. 6:8

menengar mendengar

3. 25:7

menengar mendengar

4. 26:3

menengar mendengar

5. 57:3

menengar mendengar

6. 61:4

anakda anakanda

7. 90:9

nakku anakku

8. 97:9

dang dayang

9. 102:2

taguhkan tangguhkan

10. 103:2

apa kan apa akan

11. 106:6 basahan kain basahan

12. 113:4

dang dayang

13. 113:10

dang dayang

14. 122:5

taku takut

15. 127:4

kan akan

Page 18: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

16. 142:2

mari kemari

17. 147:5 jahat jahabat

18. 147:9

mencim mencium

19. 161:4

tia tiada

20. 163:7

ha hatta

21. 257:2

terla terlalu

22. 271:8

menengar mendengar

23. 272:1

sekian sekalian

24. 274:5

menengar mendengar

25. 283:9

menengar mendengar

Tabel 3

Adisi yang Terdapat pada Teks HRK

No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi

1. 12:1

sunjud sujud

2. 15:5

pulak pula

3. 55:6

diperlajarinya dipelajari

4. 83:4

mari mandi mandi

Page 19: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

5. 86:9

kotam kota

6. 105:1

dayang

dangsangga

warna

dayang sangga

warna

7. 118:2 harebab rebab

8. 180:7

matimbullah timbullah

9. 259:1

terlentang telentang

Tabel 4

Substitusi yang Terdapat pada Teks HRK

No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi

1. 5:2

apalah apakah

2. 6:5

perkasana perkasanya

3. 8:6

perinyatah perintah

4. 22:5

nyadurnya tidurnya

5. 30:10

kemanatah kemanakah

6. 37:10 tempah tempat

7. 43:5

sertha serta

8. 46:3

bersirahan bersiratan

9. 47:5

kepada kepala

Page 20: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

10. 70:4

zadah jadah

11. 74:2 andra candra

12. 109:8

berhadrat berhasrat

13. 110:6

canggi janggi

14. 158:6

sukuk suluk

15. 162:7

tita-tita tiba-tiba

16. 186:7

nekermanai tepermanai

17. 195:8

ngeranlah heranlah

18. 213:3

juaca cuaca

19. 224:4

hubatkan hambatkan

20. 226:10

sulpak suluk

21. 245:5

apatah apakah

22. 281:4

iyapun itupun

23. 290:1

ditentangnyanya ditentanginya

24. 295:5

bagibda baginda

Page 21: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel 5

Ditografi yang Terdapat pada Teks HRK

No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi

1. 3:8

karena raja

besar-besar

adapun akan

segala raja-raja

besar itu

karena adapun akan

segala raja-raja

besar itu

2. 95:4

tuan tuan tuan

3. 110:6

terbabangkanlah terbangkanlah

4. 198:7

dihadapan

dihadapannya

dihadapannya

5. 219:1

maka maka maka

6. 273:5

hendak

berhandak

hendak

7. 297:4

dadatang datang

4 4

Page 22: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 6

Transposisi yang Terdapat pada Teks HRK.

No. Halaman:Baris Tertulis Arab Melayu Tertulis Latin Edisi

1. 251:6

mencangupaba

kan

mengucapkan

2. 286:6

diayabkan diabaikan

Tabel 7

Ketidakkonsistenan yang Terdapat pada Teks HRK.

No. Tertulis Terbaca Halaman Jumlah

1.

mengadap

(4:9), (4:10), (11:1), (18:3),

(26:1), (27:10), (28:1), (29:2),

(88:10), (93:2), (93:3), (94:2),

(103:4), (106:4), (141:9),

(149:3), (150:7), (151:10),

(152:10), (153:6), (156:5),

(161:7), (174:10), (181:5),

(219:4), (223:3), (242:9),

(244:4), (249:7), (252:1),

(252:8), (252:9), (257:3),

(258:7), (277:1), (283:8),

(283:10), (297:2), (298:4).

39

menghadap

(238:4), (238:6), (238:10),

(239:9).

4

Page 23: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2.

pengadapan (32:1), (180:7), (283:1). 3

penghadapan

(10:9), (11:4), (228:5), (254:2),

(264:8).

5

3.

diadap

(2:8), (141:1), (257:4), (262:8),

(283:1).

5

dihadap

(38:3), (49:3), (198:7), (224:1),

(224:9), (228:5), (255:4),

(255:7), (255:8), (262:9),

(263:3), (264:9).

12

E. Suntingan Teks

1. Pedoman Transliterasi

Dalam transliterasi teks, digunakan tanda-tanda khusus sebagai berikut.

1. Angka di dalam kurung ((1), (2), (3),…) yang terletak di sebelah kanan baris

menunjukkan permulaan halaman naskah.

2. Kata, frasa, atau kalimat yang diberi angka (1, 2, 3) di kanan atas dapat dilihat

pada catatan kaki. Angka ini ditulis menempel pada kata, frasa, atau kalimat

yang dimaksud. Angka ini menunjukkan alternatif perbaikan yang dilakukan

penulis terhadap teks HRK.

3. garis miring dua (//), digunakan untuk menunjukkan akhir halaman dalam teks

HRK.

Pedoman ejaan yang digunakan dalam suntingan HRK ini adalah sebagai berikut.

1. Ejaan dalam suntingan ini disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baku

menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Page 24: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2. Kosa kata yang berasal dari bahasa Arab dan Melayu yang sudah diserap ke

dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan EYD.

3. Kosa kata arkhais dan kosa kata yang menunjukkan ciri khas bahasa Melayu

ditulis dengan huruf tebal (bold).

4. Kosa kata dan istilah-istilah dalam bahasa Arab yang belum diserap ke dalam

bahasa Indonesia dan kosa kata khusus dalam bidang agama ditulis miring dan

sesuai dengan pedoman transliterasi.

5. Kosa kata yang berakhiran dengan ha ( ) ditulis apa adanya (tidak diubah),

sebagai ciri khas bahasa Melayu, misalnya nyatah, papah

2. Pedoman Transliterasi

1. Huruf ‗ain ( ) yang terletak di tengah dan disukunkan, diedisikan menjadi (k),

pada kosa kata yang telah diserap dalam bahasa Indonesia dan (‗) jika belum

diserap.

2. Kosa kata Arab yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia diedisikan

dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Tasydid ( ) dilambangkan dengan huruf rangkap pada kosa kata bahasa Arab

yang belum diserap dalam bahasa Indonesia, misalnya„azza wa jallā.

b. Tanda panjang alif () uaw ,( أ ), dan ya ( ) sebagai penanda vokal panjang

diedisikan dengan memberi garis di atasnya, yaitu ā, ū, ī.

c. Kata sandang (..ال) yang diikuti huruf kamariah dan terletak di awal kalimat

diedisikan dengan /al-/, dan /l-/ apabila terletak di tengah kalimat atau frasa

sedangkan kata sandang (..ال) yang diikuti huruf syamsiah diedisikan menjadi

huruf syamsiah yang mengikutinya.

d. Setiap kata, baik fiil maupun isim ditulis terpisah kecuali kata-kata tertentu

yang penulisannya sudah lazim dirangkaikan karena ada huruf atau harakat

Page 25: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

yang dihilangkan. Dalam transliterasi ini, penulisan kata tersebut

dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

3. Huruf diftong, yaitu ( ) dan ( ) ditulis dengan vokal /au/ dan /ai/, misalnya

handai taulan.

4. Ta marbuthah yang mati atau sukun diedisikan dengan /h/ atau /t/, misalnya

berbuat.

5. Hamzah ( ) sukun ditransliterasikan dengan /k/ atau /‘/, misalnya encik.

6. Kosa kata yang merupakan dialek Melayu Minangkabau akan tetap ditulis apa

adanya dan diedisikan dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Penggunaan vokal /a/ pada kata-kata yang saat ini menggunakan vokal /e/,

misalnya dangan, naraka.

b. Penggunaan huruf hamzah ( ) untuk menunjukkan hambat akhir /k/ setelah

vokal, misalnya purak-purak.

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penyuntingan teks HRK adalah

sistem yang digunakan oleh Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(sekarang menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) (Heijer,

1992:7). Akan tetapi, tidak semua fonem tercakup dalam sistem ini sehingga ada

penambahan beberapa fonem untuk melengkapi fonem-fonem bahasa Melayu.

Page 26: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 8

Pedoman Translitrasi

No. Huruf Arab

Melayu

Nama Latin No. Huruf Arab

Melayu

Nama Latin

‗ .18 ` أ .1

2. B 19. Gh

3. T 20. F

4. S 21. Q

5. J 22. K

6. H 23. L

7. Kh 24. M

8. D 25. N

9. Z 26. H

10. R 27. W

11. Z 28. Y

12. S 29. C

13. Sy 30. G

14. Sh 31 P

15. Dl 32. Ng

16. Th 33. Ny

17. Zh 34. q/k

Catatan: Dalam teks HRK ini huruf dengan gambar atau dapat di translitrasikan

dengan G

Page 27: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3. 3. Suntingan Teks

Alkisah ini hikayat orang dahulu kala, diceterakan oleh orang yang

empunya cetera ini. Ada suatu negeri pada pihak Magrib Langgam Jaya nama

negerinya itu, dan nama rajanya Kulawandu. Maka terlalulah besar kerajaan,

serta dengan adil murahnya dan sangat limpah karunianya akan segala fakir

miskin dan kepada segala menteri hulubalang dan rakyatnya sekalian. Maka

terlalulah masyhur namanya raja itu daripada segala negeri yang asing-asing.

Syahdan maka terlalulah banyak dagang menteri berniaga ke negeri itu, maka

jadilah masyhur dan makmur.

Baginda itu // pandai mengambil hati sekalian dagang menteri,

daripada segala negeri asing-asing dan lagi terlalu pandai baginda itu

memuliakan hati segala menteri hulubalang dan rakyatnya, serta dengan segala

dagang menteri pun terlalulah sukanya pergi datang ke negeri itu.

Adapun akan raja itu tiada beranak, maka baginda pun bertitah kepada

biduanda, menyuruh pergi memanggil mangkubumi, maka mangkubumi pun

datanglah dengan segeranya. Pada tatkala itu baginda pun sedang ramai

diadap1 orang di balairung, serta sampai maka sembah mangkubumi, ―Daulat

tuanku syah alam Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam, ampun tuanku beribu-ribu ampun. //

Apa mulanya maka dipanggil patik kemari ini?‖

Maka titah baginda, ‖Hai mangkubumi, adapun hamba memanggil

saudara hamba ini, maka hendaklah saudara hamba memanggil segala ahli

alnujum. Karena hamba hendak menyuruh ia melihat di dalam nujumnya itu,

adakah hamba ini dianugerahkan Allah Subhānahu wa ta‟ālā anak akan hamba

atau tidak kah. Karena hamba ini sangatlah berkehendak akan putera laki-laki

1 Tertulis

2

1

3

Page 28: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

seorang, karena raja besar-besar2 Adapun akan segala raja-raja besar itu jika

tiada ia beranak, tiadalah bercahaya negeri itu, karena anak itulah cahaya

negeri dan cahaya istana.‖ //

Maka sembah mangkubumi, ‖Sebenarnyalah seperti titah duli tuanku

itu, jika demikian banyaklah mana titah patik junjung keatas jamal patik.

Ampun tuanku, karena adat raja besar-besar apabila tiada berputera laki-laki

barang seorang pun, niscaya tiadalah kebajikan di akhirat kelaknya tuanku.‖

Maka mangkubumi pun menyembah kepada baginda, lalu ia menyuruh

pergi seorang orang besar memanggil segala ahli alnujum dan saterawan.

Maka segala ahli alnujum dan saterawan pun datanglah dengan segeranya

mengadap3 mangkubumi. Maka sekalian mereka itupun dibawa oleh

mangkubumi masuk kedalam mengadap4 baginda, serta datang // lalu sujud

sekaliannya pun pada baginda.

Maka titah baginda, ‖Hai segala ahli alnujum, kamu lihat apak5ah

didalam nujum kamu sekalian itu, adakah hamba ini beroleh anak atau

tiadakah?‖

Maka segala ahli alnujum dan saterawan itupun menyembah serta

membukakan nujumnya, dan serta membilang-bilang raumalnya itu seraya

tersenyum menggerak-gerakkan kepalanya. Telah sudah maka segala ahli

alnujum dan saterawan itupun sujud serta berdatang sembah demikian

sembahnya.

2 Tertulis

3 Tertulis

4 Tertulis

5 Tertulis

4

5

Page 29: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

―Daulat tuanku syah alam, patik sekalian memohonkan ampun beribu-

ribu ampun penuh limpah sudi terjunjung diatas jamal patik sekalian. Ampun

// tuanku, jika duli tuanku hendak berputera, maka hendaklah tuanku derma

karunia akan segala fakir miskin, supaya mudah-mudahan dianugerahkan

Allah Subhānahu wa ta‟ālā duli tuanku beroleh putera laki-laki yang

sempurnanya seperti pahlawan dan perkasanya6 dan masyur pada segala ilmu

akan kesaktiannya, terlebih daripada duli tuanku akan martabatnya paduka

anakanda itu daripada berkah dengan7 segala mukmin dan segala fakir

miskin.‖

Setelah baginda mend8engar sembah segala ahli alnujum dan

saterawan demikian itu, maka baginda pun menyuruh memanggil penghulu

gudang, seraya ia disuruh membuka gudang mengambil emas dan // perak.

Telah sudah maka disuruhnya beri oleh baginda derma sedekah akan

segala fakir dan miskin. Maka segala fakir dan miskin pun jadi kayalah

daripada sangat banyak dikaruniai oleh baginda itu, dan beberapa pula di

anugerahi oleh baginda akan segala ahli alnujum dan saterawan itu daripada

emas dan perak dan serta dipersalin oleh baginda terlalu banyak akan dia.

Maka segala mereka itupun tunduk sujud menjunjung anugerah

baginda itu dan serta beberapa pula puji-pujian akan baginda itu. Maka

baginda pun berangkatlah masuk ke istana, maka sekalian mereka itupun

pulanglah masing-masing // ke rumahnya. Maka baginda pun duduklah

bersuka-sukaan dengan dengan segala isi istana serta dengan permaisuri, dan

6 Tertulis

7 Tertulis

8 Tertulis

4

7

8

6

Page 30: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

beberapa pula baginda meminta doa kepada Allah Subhānahu wa ta‟ālā serta

baginda memohonkan anak yang sempurna serta budiman dan dermawan.

Hatta maka segala yang membaca surat inipun maklumlah perin9tah

baginda itu dengan permaisuri. Sehari-hari ia berkehendak akan itu tiadalah

berhenti siang dan malam, daripada ia meminta anak itu.

Bermula tiada berapa lamanya maka permaisuri pun hamillah, apabila

dilihat oleh baginda akan permaisuri hamil itu maka baginda pun // terlalulah

suka cita hatinya, makin bertambah-tambah pula ia kasih akan isterinya. Jika

hendak makan disuapnya dan jika hendak mandi dimandikannya oleh baginda

dan jika hendak tidur di elokkannya oleh baginda seperti menating minyak

yang panas. Demikian lakunya baginda kasih akan isterinya itu.

Setelah genaplah bulannya maka permaisuri pun menyakitlah hendak

berputera. Maka ketika itu langit pun membangun pelangi dan guruh pun

berbunyilah sayup-sayup antara ada dengan tiada. Maka hujan pun turunlah

rintik-rintik kepada enam belas hari bulan rajab kepada hari isnain // pada

ketika waktu matahari rembang maka permaisuri pun berputeralah seorang

laki-laki. Terlalu amat elok rupanya dan warna tubuhnya pun putih kuning

gilang-gemilang dan warna mukanya pun seperti bulan purnama empat belas

hari bulan kilau-kilauan cahaya mukanya.

Maka baginda pun terlalulah kasih dan mesranya, serta dengan suka

citanya seperti beroleh gunung emas rasanya. Lalu baginda pun menyuruh

memalu bunyi-bunyian kepada hari itu. Maka berhimpunlah segala menteri

9 Tertulis

10

9

Page 31: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

hulubalang dibalai penghadapan10

, maka terlalulah ramainya. Maka segala

menteri hulubalang dibalai itupun sekaliannya masuklah kedalam istana //

mengadap11

baginda dan serta membawa persembahan kerbau, lembu,

kambing, ayam, itik, angsa dipersembahkan orang kepada baginda akan jadi

makanan orang hendak berjaga-jaga itu.

Maka baginda pun keluarlah ke balai penghadapan12

menyuruh orang

berjaga-jaga empat puluh hari empat puluh malam, serta dengan bersuka-

sukaan makan minum dan memalu bunyi-bunyian. Maka baginda pun

menyuruh mangkubumi pergi memanggil ahli alnujum dan saterawan

sekalian itu. Maka mangkubumi pun menyembah lalu menyuruh orang pergi

memanggil ahli alnujum dan saterawan sekalian. Maka mereka itupun

pergilah memanggil segala ahli alnujum dan // saterawan sekalian pun

datanglah serta sampai lalu sun13

jud menyembah kepada baginda.

Maka titah baginda, ‖Hai segala ahli alnujum tuan hamba sekalian lihat

apalah olehmu di dalam nujum tuan hamba sekalian, apa yang baik kita

namakan anakku ini?‖

Maka sekaliannya pun menyembah lalu membukakan nujumnya serta

membilang-bilang raumalnya lalu menggerak-gerakkan kepalanya seraya

sembahnya. ‖Daulat tuanku syah alam, ampun tuanku beribu-ribu ampun.

Serta patik mengharapkan diampun beribu-ribu ampun diatas jamal patik.

10 Tertulis

11 Tertulis

12 Tertulis

13 Tertulis

12

11

Page 32: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Ampun tuanku, jika dengan kurnia duli yang maha mulia, maka beranilah

patik berdatang sembah.‖

Maka titah baginda, ‖Hai // ahli alnujum katakanlah oleh tuan hamba

supaya aku dengar baik dan jahat sekalipun, janganlah tuan hamba takut

melainkan aku serahkan kepada Allah Subhānahu wa ta‟ālā.”

Maka sembah segala ahli al nujum itu, ‖Ampun tuanku beribu-ribu

ampun, akan paduka anakanda baginda ini terlalulah sangat pahlawannya,

serta dengan perkasanya seorang pun tiada segala anak raja-raja didalam dunia

ini akan dapat melawan anakanda baginda itu. Tetapi akan paduka anakanda

baginda ini tiada berapa lamanya ia duduk bersama-sama dengan tuanku.

Syahdan bahwa akan datanglah fitnah yang besar kepada paduka anakanda

baginda itu.‖ //

Maka titah baginda, ‖Hai ahli alnujum daripada mazhab yang mana

datangnya fitnah itu?‖ Maka sembah ahli alnujum, ―Ya tuanku daripada

binatang empat kaki datangnya tuanku‖.

Setelah sudah maka baginda pun terlalulah duka cita, maka tiadalah

terkata kata lagi setelah itu. Maka sembah pula segala ahli alnujum itu. ‖Ya

tuanku maka janganlah sangat duli tuanku menaruh gundah dan masygul di

dalam hatinya tuanku ini. Adapun akan paduka anakanda baginda itu apabila

datang kepada tiga puluh tahun umurnya, maka bertemulah dengan paduka

anakanda baginda itu serta dengan selamat sempurnanya datang mendapatkan

tuanku. Beberapa pula banyak rakyatnya // yang datang itu serta dengan

paduka anakanda baginda itu. Ampun tuanku demikianlah pendapat patik-

patik sekalian ini.‖

13

15

14

Page 33: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Demi didengar oleh baginda akan sembah segala ahli al nujum dan

saterawan demikian itu. Maka baharulah suka sedikit hati baginda olehnya.

Mendengarkan anakanda baginda itu datang pulak14

konon. Maka baginda pun

memberi anugerah akan segala ahli alnujum dan saterawan itu.

Hatta maka haripun malamlah, maka baginda pun berangkatlah

masuklah ke dalam istana. Setelah sudah maka segala ahli alnujum dan

saterawan menyembah baginda, seraya bermohon kembali ke rumahnya.

Maka permaisuri pun bertanya kepada baginda, ‖Ya kakanda, sudahkah //

dinamai anak kita ini?‖

Maka titah baginda, ―Tiadalah kakanda namai lagi, karena kata segala

ahli alnujum itu akan anak kita ini tiada konon berapa lamanya bersama-sama

dengan kita.‖

Maka permaisuri pun serta mendengar khabar yang demikian itu

maka hatinya pun berdebat-debar seraya berkata, ‖Ya kakanda, bagaimana

gerangan tiada lama dikata ahli alnujum itu khabarkanlah. Boleh adinda tahu

serta sedap hati adinda ini halnya tiada lama anakanda itu bersama-sama

dengan kita?‖

Maka baginda pun berceteralah akan segala kata-kata ahli alnujum

itu pada permaisuri. Setelah sudah didengarnya oleh permaisuri kata yang

demikian itu, maka permaisuri // pun pingsanlah tiada khabar akan dirinya.

Maka segeralah ditolong oleh segala isi istana akan permaisuri itu. Maka

permaisuri pun ingatlah akan dirinya daripada pingsan itu, lalu di peluk dan

diciumnya akan anakanda baginda itu serta ditangisinya demikian bunyinya.

14Tertulis

16

17

Page 34: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

‖Wahai anakku dan buah hatiku dan cahaya mataku, dimana gerangan

bunda hendak cahari tuan kelak dan dimana gerangan bunda tanyai tuan dan di

laut mana gerangan bunda renangi dan di pantai mana gerangan bunda ikuti

tuan dan di teluk rantau mana gerangan bunda berjumpa dengan tuan. Kemana

gerangan bunda // sampai karena bunda ini perca perempuan, aduh biji mata

bunda.‖

Setelah sudah maka lalu dipeluk dan diciumnya kepala anakanda

baginda itu, maka segala orang yang mengadap15

semuanya itupun belas dan

kasihan hatinya melihat kelakuan permaisuri itu, serta mendengar

perkataannya itu. Maka semuanya pun merataplah seperti ombak mengelana

bunyinya suara orang di dalam istana baginda itu.

Adapun akan baginda kedua laki istri itupun tiadalah khabarkan

dirinya dua tiga kali pingsan, maka ditolong oleh mangkubumi seraya

berdatang sembah. ‖Ya tuanku syah alam, apa yang demikian?‖ Maka baginda

pun ingatlah akan // dirinya dan permaisuri pun ingatlah daripada pingsan itu.

Setelah sudah maka anakanda baginda pun dinamai oleh baginda

Putera Jaya Pati. Timang-timangan Putera Jaya Indera, maka dipeliharakan

oleh baginda akan anakanda baginda itu dengan sepertinya bagaimana adat

raja yang besar-besar. Demikianlah maka dipungut oleh baginda segala anak

orang besar-besar, akan jadi inang pengasuhnya akan anakanda baginda itu.

Maka menteri hulubalang yang ada beranak laki-laki dan perempuan,

kesemuanya di bawa persembahkan anak itu kepada baginda akan jadi

pengasuh Putera Jaya Pati. Semuanya itu // kanak-kanak belaka umurnya pun

baharu tujuh tahun.

15 Tertulis

17

18

20

19

Page 35: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Maka Putera Jaya Pati pun sampailah kepada umurnya tujuh tahun.

Maka baginda pun beringatlah kepada kata ahli alnujum itu, maka tiadalah

baginda itu mau bercerai dengan anakanda barang sangat seketika jua pun.

Maka adalah kepada suatu hari baginda pun berangkat terbit ke padang

tempat bermain serta membawa anakanda baginda itu bermain-main serta

dengan segala budak-budak ke padang itu. Maka baginda pun tiadalah mau

bercerai barang seketika jua pun dengan paduka anakanda. Maka segala

budak-budak bermain-main itupun terlalulah ramainya di tengah // padang itu.

Maka baginda pun membawa anakanda baginda itu naik ke balai kecil duduk

melihat budak-budak bermain itu berdua dengan puteranya.

Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah ingin hendak pergi bermain

bersama-sama dengan budak-budak yang banyak itu. maka Putera Jaya Pati

bermohonlah kepada ayahnya hendak pergi bermain dengan budak budak itu,

maka baginda pun tiadalah mau melepasakan anakanda baginda itu pergi

bermain dengan budak-budak itu. Maka baginda pun duduk bersandar di

bantal seraga itu.

Seketika maka angin pun bertiup sepoi-sepoi, maka baginda pun

terlalailah di bantal seraga itu. Maka dilihat // oleh budak-budak itu akan

baginda sudah lena itu maka budak-budak itupun berajaklah pergi bermain-

main bersama Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah amat

suka hatinya, serta melihat ayahnya tidur itu. Maka terlalulah ti16

durnya, lalu

ia pun turunlah perlahan-lahan pergi bermain-main bersama dengan segala

budak-budak itu.

16 Tertulis

22

21

Page 36: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Sebermula maka tersebutlah perkataan ada seorang jin terbang di

udara, maka dilihatnya budak-budak banyak bermain itu maka pikirnya di

dalam budak-budak itu maka budak itulah anak raja di dalam negeri ini. Maka

terlalulah baik rupanya, tumbuhan dengan besar // panjangnya serta dengan

sikapnya pun terlalu perkasanya maka jin itupun turunlah ke bumi serta

menjadikan dirinya kuda emas seekor.

Setelah sudah maka iapun datang perlahan-lahan kepada tempat budak-

budak bermain itu. Setelah dekat maka dilihatnya oleh budak-budak itu akan

seekor kuda emas datang itu maka budak-budak yang banyak itupun berlari-

lari ke hadapan Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun serta melihatkan

kuda emas itu, maka ia pun segeralah berlari-lari mendapatkan kuda emas itu.

Serta sampai lalu ditangkapnya kuda itu bulu kepalanya, setelah sudah maka

dilompatinya naik ke atas belakang // kuda itu. Setelah tetaplah Putera Jaya

Pati di atas belakang kuda.

Hatta maka kuda itupun berjalanlah perlahan lahan, lalu dilarikannya

ke dalam hutan menuju bukit Mahabiru perginya. Maka segala budak-budak

yang banyak itupun kesemuanya habislah tercengang-cengang melihat

kelakuan kuda itu melarikan Putera Jaya Pati. Maka sekaliannya budak-budak

itupun berlari-lari kembali serta dengan tangisnya. Setelah sampai maka

baginda pun terkejut daripada beradu itu. Maka dilihatnya oleh baginda akan

budak budak itu berlari–lari serta dengan tangisnya, maka baginda pun melihat

kepada anakanda baginda tempat // duduknya itu sudah tiada. Maka baginda

pun berdebar-debar rasa hatinya.

Maka titah baginda. ‖Hai budak-budak, mengapa maka engkau

sekalian ini berteriak-teriak?‖

24

23

25

Page 37: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Maka kata budak-budak itu ‖Ya tuanku, akan paduka anakanda itu

sudah dilarikan oleh seekor kuda emas pergi ke dalam hutan beserta dia

tuanku.‖ Setelah baginda mend17

engar sembah budak-budak itu maka baginda

pun menangis, rebah pingsan tiada khabarkan dirinya.

Lalu gemparlah segala orang di dalam negeri itu mengatakan Putera

Jaya Pati sudah dilarikan oleh kuda emas ke dalam hutan. Setelah itu maka

segala menteri hulubalang // sekalian pun datanglah mengadap18

baginda dan

setengah pergi persembahkan kepada permaisuri.

Demi permaisuri mend19

engar sembah orang demikian itu, maka ia pun

tiada sadarlah akan dirinya, rebah pingsan. Maka segera datang ditolong oleh

segala isi istana serta disapunya dengan air mawar, maka permaisuri pun

sadarlah akan dirinya daripada pingsan itu. Maka segala menteri hulubalang

pun masuklah menolong baginda pingsan itu, maka disapunya oleh

mangkubumi muka baginda dengan air mawar. Maka baginda pun sadarlah

daripada pingsan itu lalu berangkat // masuk ke istana. Maka serta sampai

dilihat oleh baginda orang banyak menolong permaisuri pingsan itu maka

baginda pun pingsan pula, serta melihat hal permaisuri itu maka mangkubumi

pun segeralah pergi menolong baginda pingsan itu serta disiram dengan air

mawar.

Setelah sudah maka baginda pun sadarlah akan dirinya dan permaisuri

pun ingatlah daripada pingsan itu. Lalu menangis pula terlalulah gemuruh

bunyinya. Maka terdengarlah kepada segala isi negeri. Maka semuanya pun

17 Tertulis

18 Terulis

19 Tertulis

26

27

Page 38: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

masuklah ke dalam kota lalu mengadap20

baginda dan segala bini // menteri

hulubalang sekalian pun masuk mengadap21

permaisuri. Serta sampai lalu

menangis bunyinya seperti tagar di langit, tiada apa kedengaran apalagi yang

lain hingga bunyi orang menangis juga tiga hari tiga malam tiada berhenti

menangis itu.

Hatta setelah sudah maka titah baginda menyuruh orang pergi

mencahari anakanda itu. Maka pergilah segala menteri hulubalang dan rakyat

sekalian mengikut kuda emas yang melarikan Putera Jaya Pati itu, lalu masuk

ke dalam hutan yang besar-besar yang tiada pernah sampai oleh segala

manusia dan kepada segenap gunung // lalu ke negeri orang sekalian habis

dicahari itupun tiada juga bertemu.

Maka masing-masing itupun pulanglah mengadap22

baginda serta

sampai lalu dipersembahkan segala hal ahwal ia pergi mencahari paduka

anakanda baginda itu tiada bertemu.

Maka baginda pun terlalulah sangat rindu dendam akan anakanda

baginda, maka permaisuri pun menangislah bergulung-gulung diatas peraduan

yang keemasan, serta menjatuhkan dirinya ke serambi istana itu serta dengan

ratapnya demikian bunyinya ratap dan tangisnya itu.

‖Wahai buah hatiku dan batu kepala bunda dan cahaya // mata bunda,

kemana gerangannya tuan pergi dengan seorang diri tuan, dimana gerangan

tuan berhenti dan di pulau mana gerangan tuan singgah dan di gunung mana

gerangan tuan bernaung dan di negeri mana gerangan tuan jalani dan di

20Tertulis

21 Tertulis

22 Tertulis

28

29

30

Page 39: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

padang mana gerangan tuan lalui dan di taman mana gerangan tuan singgah

bermain dan di balai mana gerangan tuan berhenti dan di sungai mana

gerangan tuan renangi dan di telaga rantau mana gerangan tuan masuki. Wahai

diagunglah anakku tuan, wahai anakku marilah tuan cahaya mata bunda

kemanala23

h bunda hendak ikuti // tuan. Wahai dagang piatulah tuan dengan

seorang diri tuan didalam kasih bunda tiba-tiba tuan meninggalkan bunda,

dimana lagi bunda pergi mencahari tuan, karena bunda perca perempuan.‖

Maka segala isi istana pun belas hatinya lalu menangis sekalian, seperti

bunyi ombak mengelana lakunya. Tiadalah apa yang kedengaran lagi pada

segenap ceruk lorong itu, hingga bunyi orang menangis juga.

Syahdan maka negeri Langgam Jaya pun menjadi sunyilah seperti

orang sakit senegeri maka demikianlah rupanya. Maka baginda pun tiadalah

pernah keluar kebalai // pengadapan24

lagi, jika barang siapa tertawa dan

hingar disuruhnya hukumkan kepada orang itu. Sementara menanti orang

pergi mencahari paduka anakanda baginda itu. Demikianlah perintahnya

sehari-hari, negeri Langgam Jaya pun tiadalah orang menaruh suka sehari pun,

maka jadi sunyilah negeri itu.

Sebermula maka tersebutlah perkataan Putera Jaya Pati dilarikan oleh

kuda itu, adapun akan kuda itu asalnya daripada jin gufran yang amat tangkas

kesana kemari. Maka sampailah kuda itu keatas bukit maha biru itu setelah

sampai maka Putera Jaya Pati // pun jatuhlah dari atas kuda itu, maka Putera

Jaya Pati pun duduklah menangis seorang dirinya, ia teringat akan ayah

bundanya.

23 Tertulis

24 Tertulis

31

33

32

Page 40: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Lalu maka kata kuda itu, ‖Hai anak manusia, janganlah tuan hamba

duduk menangis, karena aku dengar segala ahli alnujum dan saterawan akan

tuan hamba ini konon hendak masuk perang besar dengan segala jin dan peri,

dewa dan mambang, raksasa dan indera candra yang sakti, maka inilah aku

bawa engkau kemari ini baiklah engkau naik ke gunung ini pergi pada

Begawan Narada itu berguru kepadanya berbagai-bagai // ilmu dan

hikmahnya.‖

Setelah sudah kuda itu berkata demikian itu, maka kuda itupun gaiblah,

maka Putera Jaya Pati pun seraya berfikir didalam hatinya. ‖Jika demikian

baiklah aku ikut seperti kata kuda itu.‖

Setelah sudah ia berfikir maka ia pun naiklah keatas gunung itu, serta

diserahkan dirinya kepada Allah taala, ialah yang memelihara akan hambanya.

Maka beberapa pula ia melihat kakian Allah taala kepada tempat itu.

Maka ia lalu bertemu dengan orang yang bertapa diatas gunung itu terlalu

banyaknya. Maka serta dilihat oleh orang yang bertapa itu seorang kanak-

kanak // terlalu amat baik rupanya yang diatas itu, maka segera ditegur oleh

orang yang katanya. ‖Hai kanak-kanak, hendak kemana engkau terlari-lari

ini?‖

Maka sahut Putera Jaya Pati, ‖Tiada kemana sahaja, hamba hendak

bermain-main kepada tuan hamba disini.‖

Maka segala orang bertapa itupun heranlah melihat akan rupanya

Putera Jaya Pati itu, didalam hatinya. ‖Bukan budak ini anak orang keluaran

kelakuannya akan anak raja besar juga rupanya, maka sifatnya pun berlainan

daripada orang banyak dan pakaian pun lain juga‖.

34

35

Page 41: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Maka kata segala orang bertapa // itu, ‖Marilah tuan pergi kepada

Begawan Narada dan kepada teratak hamba ini berhenti.‖

Maka kata kata Putera Jaya Pati, ―Baiklah‖. Lalu dibawanya duduk

bersama-sama, maka segala orang bertapa pun kemarilah melihat rupanya

Putera Jaya Pati itu. Maka kata orang yang bertapa itu, ‖Darimana tuan datang

ini dan anak siapa tuan hamba ini dan apa namanya tuan hamba ini?‖

Maka kata Putera Jaya Pati itu, ‖Adapun hamba ini anak maharaja

Kulawandu dan nama hamba Putera Jaya Pati.‖ Maka segala hal ahwalnya

daripada permulaannya datang kesudahannya // semuanya habis diceterakan.

Segala orang yang bertapa itupun heranlah dalam hatinya, bahwa

sesungguhnyalah ia ini anak raja besar juga lakunya ini. Adapun akan rupanya

jika makanan dapat dimakan jika minuman dapat diminum, maka segala orang

bertapa itupun membawa makanan daripada ubi dan pisang, nangka,

cempedak manggistan dan langsat, rambutan sekalian akan makanan Putera

Jaya Pati sebarang kadarnya.

Telah sudah Putera Jaya Pati makan segala buah-buahan itu maka

dibawanya kepada tempat25

Begawan Narada. Maka Putera Jaya // Pati pun

berjalanlah mengikut segala orang yang bertapa itu, setelah sampai ia keatas

gunung itu.

Maka pada ketika itu Begawan Narada pun sedang ramai dihadap26

oleh segala anak muridnya. Maka Putera Jaya Pati pun datanglah dibawa oleh

segala orang yang bertapa itu kepada Begawan Narada serta sampai, maka

Begawan Narada itupun tahulah akan Putera Jaya Pati anak maharaja

25Tertulis

26 Tertulis

37

38

36

Page 42: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Kulawandu yang datang itu. Maka Begawan Narada pun menyuruh segala

anak raja-raja muridnya itu disuruh pergi mengelu-elukan Putera Jaya Pati itu,

serta sampai kepada // Putera Jaya Pati.

Maka anak raja-raja itupun memberi salam maka sekaliannya pun

disahut oleh Putera Jaya Pati “Wa „alaikum salām” Serta berjabat tangan

dengan segala anak raja-raja itu dipersilakan oleh tuanku mendapatkan

ayahanda beta Begawan Narada. Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya

berkata serta, ―Sukurlah hamba akannya bertemu dengan tuan hamba sekalian

ini, lagi pun sahaja hamba hendak mendapatkan ayahanda disini.‖ Maka ia

pun turut berjalanlah.

Setelah sampai ke balai // Begawan Narada itu, maka dilihat oleh

Begawan Narada. Maka ia pun turun memberi hormat akan Putera Jaya Pati,

maka Putera Jaya Pati pun menyembah kepada Begawan Narada, maka

Begawan Narada pun menyambut tangan Putera Jaya Pati lalu dibawa naik

duduklah dibalai bersama-sama. Maka Putera Jaya Pati pun berjabat tangan

dengan segala anak raja-raja itu.

Maka kata Begawan Narada, ‖Ya anakku Putera Jaya Pati pergilah

bermain ketaman ayahanda itu, melihat akan bunga-bungaan dan tanam-

tanaman ayahanda itu.‖

Maka Putera Jaya Pati pun // menyembah lalu ia pergi mandi dengan

segala anak raja-raja itu. Maka Begawan Narada pun menyuruh segala anak

raja-raja mambang kedua mengangkat hidangan akan santapan kehadapan

Putera Jaya Pati itu. Setelah sudah maka kata Begawan Narada, ‖santaplah

tuan barang-barang yang ada rupanya‖. Maka Putera Jaya Pati pun seraya

menyembah lalu makan bersama-sama dengan segala anak raja-raja itu.

39

40

41

Page 43: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Setelah sudah makan maka makan sirih dan memakai bau-bauan. Maka

Begawan Narada pun mengunjukkan puannya kepada Putera Jaya Pati seraya

katanya, ‖Makanlah sirih anakku tuan sekalian.‖ Maka Putera Jaya Pati pun

menyembah // serta dengan segala anak raja-raja itu seraya menyambut puan

itu serta dengan beberapa hormatnya, lalu dimakannya sirih itu serta dengan

segala anak raja yang banyak itu, serta memakai bau-bauan.

Setelah sudah maka kata Begawan Narada, ‖Apa maksud anakku

datang kemari ini?‖

Maka sembah Putera Jaya Pati, ‖Ampun tuanku, akan patik ini

dilarikan oleh seekor kuda emas tuanku, lalu jatuh kegunung ini. Maka

daripada patik pergi tiada berketahuan, maka jadilah patik datang

mendapatkan tuanku hendak patik berguru dan bertapa kepada tuanku disini.‖

Maka kata Begawan Narada itu. ‖Adapun akan anakku ini jadi //

hulubalang besar, lagipun anakku hendak berperang dengan segala raja-raja

sakti. maka baiklah anakku berguru dan bertapa supaya jangan tewas anakku

daripada segala raja-raja itu.‖

Syahdan maka Begawan Narada pun mengajarlah akan serta27

orang

bertapa itu kepada Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun bertapalah ia

bersama-sama dengan Begawan Narada itu. Maka segala pranata hikmah

orang berperang dan hikmah tikam menikam yang sakti itupun diperajarkan

oleh Putera Jaya Pati.

Hatta maka Putera Jaya Pati pun tahulah akan hikmah orang

menurunkan // hujan api dan batu dan hujan senjata dan beberapa pula hikmah

27 Tertulis

42

43

44

Page 44: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

yang lain. Semuanya habislah diperajarkan daripada Begawan Narada itu,

karena sangat kasihnya terlebih daripada segala anak raja-raja itu.

Maka ada kepada suatu hari, maka diambil oleh Putera Jaya Pati suatu

lalang, lalu dicitanya, maka jadilah seekor kuda hijau lengkap dengan gang

pelananya serta alat pakaian kerajaan. Maka Putera Jaya Pati pun naiklah

keatas kuda itu lalu dipacunya bawa pergi bermain-main serta dengan segala

anak raja-raja itu. Akan sikapnya Putera Jaya Pati terlalu amat pantas //

kelakuannya memacu kuda itu, setelah sudah maka dikembalikan menjadi

lalang pula.

Setelah hari malam maka pulanglah masing-masing ketempatnya,

demikianlah kepada tiap-tiap hari akan Putera Jaya Pati pergi bermain-main

dengan segala anak raja-raja mencoba ilmunya berbagai-bagai kejadiannya

dan akan kesaktiannya.

Maka ada kepada suatu hari ia pergi bermain-main, maka Begawan

Narada pun tahulah sudah akan Putera Jaya Pati itu serta dengan segala

muridnya pergi mencoba ilmunya itu. Maka Begawan Narada pun menjadikan

dirinya raksasa terlalu amat besar panjangnya serta dengan hebatnya dan //

dahsyatnya akan rupanya pun tiada berketahuan dan matanya pun merah

seperti api bernyala-nyala dan taringnya bersirata28

n dan tubuhnya seperti

sebuah bukit.

Maka ia pun bertampak suaranya seperti halintar membelah

demikianlah bunyinya. Maka diusirnya segala anak raja-raja itupun habis lari

cerai-berai, seorang pun tiada bertahan karena terlalu dahsyatnya raksasa itu,

maka ia bertampak berhamburan air liurnya kehadapannya sendiri.

28 Tertulis

46

45

Page 45: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum melihat kelakuam segala anak

raja-raja itu habis membawa dirinya tiada // berketahuan perginya itu. Maka

Putera Jaya Pati pun seraya bertampak serta melompat kehadapan raksasa itu

sambil ia membantun sepuhan kayu akan dipegangnya, lalu dipukulnya kepala

raksasa itu maka kayu itupun habis patah-patah tiada mengenai kepala29

raksasa itu.

Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah amarahnya, maka lalu dicitanya

nama gurunya Begawan Narada yang diatas gunung itu, maka keluarlah

berbagai senjata daripada pedang dan panah kesaktian. Maka lalu dipanahkan

keudara, gemuruh bunyinya. Maka keluarlah api bernyala-nyala seperti

gunung, datang mengusir // raksasa itu.

Maka segera dipukul oleh raksasa itu dengan kayu, maka api itupun

habislah padam, maka raksasa itupun marah lalu mengeluarkan panahnya.

Maka dipanahnya keudara, maka keluarlah hujan batu akan menempati Putera

Jaya Pati. Maka segera dibalas oleh Putera Jaya Pati dengan panah awan,

maka hujan itupun tiada mengenai Putera Jaya Pati karena dilindungi oleh

awan itu.

Maka dipanahkan oleh raksasa itu dengan panah angin, maka awan

itupun habis mengelak. Segera dipanahkan oleh Putera Jaya Pati dengan panah

air // maka air itupun berombak-ombak datangnya itu hendak mengenai

raksasa itu, maka ia pun terlalulah marahnya.

29 Tertulis

48

47

49

Page 46: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Maka segera dipanah oleh Putera Jaya Pati dengan panah bukit batu.

Maka terdendang dihadap30

an raksasa itu maka air itupun tiada boleh lalu

setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan senjatanya tiada berguna itu maka ia

pun terlalulah marahnya.

Maka segera dipanah oleh Putera Jaya Pati dengan panah bukit besi

kurasani, maka bukit batu itupun habis terpelanting ditempa oleh bukit

kurasani itu. Maka raksasa itupun terlalulah marahnya, serta melihat //

senjatanya tewas itu maka segeralah ia pun memanah keudara. Maka anak

panah itupun menjadi naga terlalu besar panjangnya, maka terlalulah gemuruh

bunyinya datang itu hendak menelan Putera Jaya Pati. Maka segera dibalas

oleh Putera Jaya Pati dengan panah pamega, maka naga itupun habis putus-

putus dipegat oleh mega itu.

Adapun akan perang raksasa dengan Putera Jaya Pati itu tujuh hari

tujuh malam tiadalah berhenti, maka terlalulah ramainya perang itu seorang

pun tiada beralahan. Maka dilihat oleh segala anak raja-raja itu akan Putera //

Jaya pati dapat melawan raksasa itu, maka sekaliannya pun datanglah

perlahan-lahan berdiri dibaliknya Putera Jaya Pati.

Maka raksasa itupun menjadikan dirinya garuda, disitulah dilihat oleh

Putera Jaya Pati akan raksasa itu menjadi garuda terbang keudara. Hatta maka

ia pun segeralah menjadikan dirinya walimana lalu mengikut garuda itu

keudara, serta bertemu keduanya lalu berperanglah sambar-menyambar,

pagutt-memagut terlalu ramainya gegak gempita bunyi diatas udara itu.

Maka segala anak raja-raja itupun tercenganglah tiada terkata-kata

akan perangnya // itu dari masyrik datang ke magrib keduanya berperang itu.

30 Tertulis

52

50

51

Page 47: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Seketika garuda undur dan seketika walimana undur. Tampak kelakuan

keduanya itu, maka dengan demikian maka Begawan Narada pun

mengembalikan rupanya seperti sediakala.

Setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan gurunya Begawan Narada

yang dilawannya itu sudah pulang seperti rupanya sediakala itu, lalu ia datang

dengan segeranya menyembah kaki gurunya itu seraya berkata, ‖Ampun

tuanku beribu-ribu ampun akan dosanya patik, sekali-kali tiada patik ketahui

duli tuanku // ini yang patik lawan, ampun tuanku sangatlah harap patik akan

diampuni.‖

Maka Begawan Narada pun segera menyambut tangan Putera Jaya Pati

seraya katanya, ‖Janganlah tuan takut akan ayahanda, karena ayahanda hendak

melihat kelakuan tuan-tuan sekalian ini, beranikah atau tiadakah, jika tiada

bukanlah anak raja-raja yang gagah perkasanya itu.‖

Hatta setelah sudah maka dibawanya pulang naik ke balai duduk

bersama-sama dengan dia itu. Maka segala anak raja itupun sekaliannya

kemalu-kemaluanlah lakunya, lalu datang menyembah Begawan Narada dan

serta berjabat tangan dengan Putera // Jaya Pati, serta memberi hormat.

Maka Begawan Narada pun berkata, ‖Hai anakku Putera Jaya Pati,

baiklah anakku pergi mencahari guru yang lain pula, karena ilmu pada

ayahanda ini habislah sudah ayahanda ajarkan pada anakku‖.

Maka Putera Jaya Pati pun menyembah seraya katanya, ‖Adapun akan

diampun kurnia tuanku akan ini telah limpahlah patik junjung ke atas jamal

patik.‖

Setelah sudah maka hidangan pun diangkat oranglah ke hadapan

Begawan Narada dan Putera Jaya Pati dan segala anak raja-raja itu

53

54

Page 48: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

sekaliannya pun // makanlah masing-masing kepada hidangannya. Setelah

sudah maka lalu makan sirih pada corong emas dan perak masing-masing

kepada corongannya dan serta memakai bau-bauan.

Hatta maka berapa lamanya akan Putera Jaya Pati duduk di bukit

mahabiru itu, maka segala ilmu hikmah dan bijaksana Begawan Narada itu

habis diperl31

ajarnya oleh Putera Jaya Pati dan diajari oleh Begawan Narada

itu.

Hatta datanglah kepada suatu hari maka Putera Jaya Pati pun

teringatlah akan ayahanda dan bundanya, lalu bertitik airmatanya seperti

embun luruh daripada // daunnya. Demikianlah pada ketika itu Putera Jaya

Pati pun berpikirlah di dalam hatinya, ―Jika demikian baiklah aku bermohon

kepada guruku ini.‖

Maka pada ketika yang baik Putera Jaya Pati pun bermohonlah kepada

gurunya itu. Syahdan katanya, ‖Ampun tuanku beribu-ribu ampun akan patik

hamba yang hina ini, lamalah sudah patik meninggalkan ayahanda bunda

baginda patik. Maka bagaimana gerangan hal baginda itu maka tiadalah patik

ketahui. Ampun tuanku, jika dilimpah ampun serta rahim akan patik maka

hendak bermohonlah // pada ke bawah duli tuanku, hendak kembali pulang ke

negeri patik itu.‖

Maka Begawan Narada pun belas kasihan hatinya mend32

engar

perkataan Putera Jaya Pati seraya berkata, ‖Baiklah anakku kembali, karena

ayahanda bunda baginda tuan itu sangatlah rindu dan dendam akan tuan.‖

31 Tertulis

32 Tertulis

55

57

56

Page 49: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Maka Putera Jaya Pati pun tunduk berlinang-linang airmatanya, lalu ia

duduk sujud pada kaki gurunya itu menyembah dan berjabat tangan serta

minta ampun.

Maka segala anak raja-raja itupun datanglah menyembah dan berjabat

tangan dengan Putera Jaya Pati dan // berpeluk, bercium serta bertangis-

tangisan. Setelah sudah kata Putera Jaya Pati, ‖Tinggallah dan saudaraku

sekalian mana yang salah bebal hamba janganlah saudaraku ambil di hati

saudaraku kesemuanya‖.

Maka segala anak raja-raja itupun belas kasihan hatinya lalu menangis

seraya katanya, ‖Hai saudaraku Putera Jaya Pati, jikalau ada suatu hal

saudaraku dijalan atau dalam negeri orang sekalipun, maka citalah hamba apa

sekalian insya Allah taala segeralah juga hamba apa sekalian datang

mendapatkan tuan hamba.‖

Maka kata // Putera Jaya Pati, ‖Baiklah besarlah kasih saudara hamba

sekalian akan hamba yang dagang seorang diri.‖

Maka kata Begawan Narada, ‖Hai anakku Putera Jaya Pati, tuan

ambillah cambul hikmah ayahanda ini akan tuan, jika ada sesuatu hal anakku,

citalah nama ayahanda niscaya keluarlah empat orang pahlawan jin serta

dengan rakyatnya pun sekalian seperti jin dan dewa, mambang dan peri, indra,

candra beribu-ribu kati banyaknya, maka sekalian itu lengkap dengan alat

peperangan.

Maka dicitalah oleh Begawan Narada akan pahlawan jin empat orang //

itu, maka ia pun datanglah dengan segeranya keempat itu. Adapun namanya

pahlawan jin itu seorang bernama Sangga Mukasin dan seorang bernama Sang

59

60

58

Page 50: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Kuda Kampa dan seorang bernama Sang Satyara dan seorang bernama Teratek

Semandu.

Maka keempat itupun datanglah lalu menyembah baginda, maka titah

baginda, ‖Hai hulubalangku yang keempat, engkau ini telah kuberikan kepada

anakku Putera Jaya Pati, jangan engkau apa melalui barang apa katanya itu

dan barang sesuatu pekerjaannya engkau kerjakan dengan sesungguh hati,

karena sudah aku berikan kepadanya.‖ //

Maka kata keempat pahlawan itu, ‖Baiklah mana titah duli tuanku,

patik sekalian junjung kerjakan dan tiadalah patik melalui titah duli tuanku itu,

jikalau patik melalui jadi durhakalah patik sekalian akan paduka anakan33

da

itu itu seperti patik durhaka pada ke bawah duli tuanku.‖

Setelah sudah maka pahlawan jin keempat itupun menyembah

Begawan Narada dan kepada Putera Jaya Pati lalu ia bermohon masuk

kedalam cambul hikmah itu. Maka cambul itupun diunjukkan kepada Putera

Jaya Pati, maka segera disambut oleh Putera Jaya Pati dengan sukacitanya

daripada gurunya Begawan Narada // itu.

Syahdan maka Begawan Narada pun seraya memeluk mencium akan

Putera Jaya Pati itu, maka Putera Jaya Pati pun berjabat tangan dengan segala

anak raja-raja itu sekaliannya dan serta bertangis-tangisan. Setelah sudah maka

Putera Jaya Pati pun bermohonlah kepada gurunya itu dan serta dengan segala

anak raja-raja itu. Setelah sudah maka lalu ia pun berjalanlah turun dari atas

gunung maha biru itu, berjalan mana sepergi kakinya masuk hutan, terbit

padang tiada berketahuan jalannya itu.

33Tertulis

62

61

Page 51: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Antara berapa lamanya ia berjalan itu, hatta maka Putera Jaya Pati pun

// bertemulah dengan suatu padang yang teramat luas, maka beberapa lamanya

ia berjalan itu tiada juga berjumpa dengan hutan dan beberapa pula ia melalui

bukit dan gunung. Hatta maka sampailah kepada suatu persimpangan jalan,

lalu jatuh ketepi tasik Sumandra.

Bermula akan tasik itu airnya terlalu amat jernihnya, serta angin pun

bertiup sepoi-sepoi. Maka Putera Jaya Pati pun singgah kepada tempat itu,

seketika berhenti ditepi tasik itu. Maka air tasik itupun berombak-ombak,

maka ikan didalam tasik itupun timbullah seraya tertawa-tawa dan mengili-ili

lalu berkata, ‖Datang tuan // Putera Jaya Pati, anak maharaja Kulawandu

kami.‖

Maka Putera Jaya Pati pun terlalu heran, serta melihat tasik itu ikannya

pun pandai berkata-kata. Maka Putera Jaya Pati pun memuji-muji akan

kebesaran Tuhan yang maha mulia itu, maka lalu diambilnya kerangnya itu,

lalu dimakannya. Akan kulitnya itu dibuangkan kedalam tasik itu. Hatta

seketika lagi lalu timbul pula kulit kerang itu seraya tertawa, maka Putera Jaya

Pati pun heranlah akan dirinya.

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah daripada tempat

itu. Seketika ia berjalan maka ia pun // berasalah letih, lalu ia berhenti dibawah

pohon kayu yang besar. Seketika duduk maka angin pun bertiuplah sepoi-

sepoi, maka Putera Jaya Pati pun akan mengantuk hendak tidur, maka ia pun

melihat kekiri dan kekanan maka terpandang kepada pohon delima dan

buahnya pun terlalu banyak bermasak-masakan.

Maka diambil oleh Putera Jaya Pati akan buah delima itu lalu

dimakannya, maka kulitnya itu dibuangkan kedalam tasik itu, maka kulit

63

65

64

Page 52: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

delima itupun timbul serta berbunga dan berbuah seketika itu juga masak

buahnya. Maka Putera Jaya Pati pun // heranlah akan dirinya serta melihat

kebesaran Tuhan Rabbi „l-alamin.

Maka seketika ia duduk itu, maka ia pun mendengar suara orang

menegur dia itu, seraya katanya, ‖Hai manusia, ingat-ingat tuan hamba duduk

itu.‖

Maka Putera Jaya Pati pun terkejut serta mendengar suara itu, maka ia

pun berpaling kekiri dan kekanan mencahari akan suara itu. Maka ia bertemu

dengan tengkorak orang terguling ditanah. Maka kata Putera Jaya Pati, ‖Hai

tengkorak, engkaukah yang menegur aku tadi?‖

Maka sahut tengkorak itu, ‖Ampun tuanku, patiklah yang menegur //

tuanku itu.‖

Maka disahut oleh Putera Jaya Pati, ‖Siapa engkau ini dan apa

sebabnya maka engkau selaku ini?‖

Maka sahut tengkorak itu, ‖Ya tuanku, adapun patik ini hamba pada

kebawah duli tuanku dan kepada paduka ayahanda tuanku dan nama patik

Bujang Jura. Maka patik berhenti seketika disini maka angin pun bertiup

sepoi-sepoi, maka patik pun mengantuk hendak tidur. Seketika lagi maka

keluarlah raksasa seorang dari dalam tasik ini, serta dengan sebilah pedang

pada tangannya maka serta sampai lalu diparangnya patik dengan pedang itu.

Ampun tuanku, sebab itulah maka patik mengingatkan // tuanku jua, akan

patik kemari ini dengan suruhan paduka ayahanda tuanku juga. Ampun

tuanku, sekarang ini jikalau tuanku bertemu dengan barang sesuatu pun

hendaklah tuanku beringat baik-baik, karena tuanku seorang diri, tetapi insya

Allah taala tiada mengapa.‖

66

67

68

Page 53: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Maka kata Putera Jaya Pati, ‖Baiklah hai tengkorak, tunggulah engkau,

aku hendak berjalan.‖ Maka kata tengkorak itu, ―Silakanlah tuanku berjalan

itu baik-baik‖.

Syahdan maka Putera Jaya Pati pun berjalan itu, adapun tempat

ditengah jalan itu ada sepohon kayu terlalu besar serta dengan rindangnya.

Maka // Putera Jaya Pati pun berhentilah dibawah pohon kayu itu, seketika

maka ia pun teringatlah akan pesan tengkorak itu, maka ia pun pura-pura tidur.

Maka angin pun bertiup sepoi-sepoi, maka ia pun beringatlah.

Maka datanglah raksasa itu dengan sebilah pedangnya, serta sampailah

diparangnya kepada Putera Jaya Pati dengan pedangnya itu. Maka Putera Jaya

Pati pun segeralah melompatlah ditangkapnya pergelangan tangannya raksasa

itu, maka lalu dirampasnya ambil pedang itu daripada tangan raksasa itu.

Maka dapatlah kepada tangan Putera Jaya Pati pedang raksasa itu, maka lalu

diparangnya // pedang itu juga kepada raksasa itu kena leher penggal dua,

maka raksasa itupun matilah. Maka Putera Jaya Pati pun suka citalah hatinya,

sebab ia beroleh pedang daripada raksasa haram j34

adah itu.

Syahdan maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah pula ia dari situ dan

beberapa lagi ia melihat kemuliaan Allah Subhānahu wa ta‟ālā. Hatta berapa

lamanya ia berjalan itu, maka Putera Jaya Pati pun bertemulah dengan suatu

padang. Maka ditengah padang itu kelihatanlah suatu cahaya dari jauh. Maka

terlalu amat gilang-gemilang rupanya cahaya itu.

Maka Putera Jaya Pati pun menuju // cahaya itu. Berjalan seketika lagi,

maka dilihatnya pula seorang orang tuha berjalan ditengah padang itu. Hatta

34 Tertulis

71

69

70

Page 54: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

maka Putera Jaya Pati pun segeralah mendapatkan orang tuha itu. Syahdan

telah sampai dekat, maka bertemulah keduanya. Setelah itu maka ujar Putera

Jaya Pati, ‖Hai orang tuha malam hamba hendak kemana itu, berhentilah

dahulu hamba hendak bertanya khabar sedikit‖.

Hatta maka orang tuha itupun memandang kepada Putera Jaya Pati,

maka lalu dikata orang tuha itu, ‖Ya anakku, hendak kemana tuan ini?‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ‖Ya mamakku, adapun // hamba ini

hendak bertanya, apa yang bercahaya-bercahaya ditengah padang itu?‖

Maka kata orang itu, ‖Ya anakku orang muda, itulah mahligai tuan

puteri Candra Nurlela.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Apa nama mamakku ini dan nama

rajanya dan apa nama negerinya ini?‖

Maka diceterakannya oleh Malik Indera akan namanya dan nama

negeri itu serta nama rajanya itu raja Gangga Wijaya. Setelah sudah maka

orang tuha itupun bertanya pula, ‖Hai anakku orang muda, apa nama tuan

hamba ini dan darimana tuan datang kemari ini dengan seorang diri tuan

hamba ini?‖

Syahdan maka // diceterakan oleh Putera Jaya Pati akan segala hal

ahwal ia sesat berjalan, lalu jatuh kepada padang itu akan nama padang itu

Sandera.

Maka kata Malik Indera, ―Ya anakku orang muda, marilah tuan hamba

duduk berhenti dirumah hamba.‖ Maka kata Putera Jaya Pati, ―Baiklah.‖

Maka Malik Indera pun membawalah Putera Jaya Pati kerumahnya,

maka Malik Indera pun berfikir sambil ia berjalan itu, ―Bahwa sekali inilah

baharu aku beroleh anak angkat yang baik parasnya, dan serta diceterakan

72

73

Page 55: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pranata raja dalam negeri itu dan anak raja itu dua orang seorang perempuan

dan seorang laki-laki // namanya Indera Sumandralila dan yang perempuan itu

bernama puteri Candra35

Nurlela.

Adapun akan tuan puteri itu sudah bertunang dengan anak Raja Peri

namanya Raja Indera Warna, maka anak raja itu terlalu kesaktian. Maka

seorang pun tiadalah lebih dari segala anak raja-raja indera, candra, dewa dan

mambang peri sekalian itu tiada dapat melawan dia dan menantang matanya

pun tiada dapat, dan tiada boleh melalui kata-katanya itu.

Syahdan akan rupanya tuan puteri itupun terlalu amat baik parasnya,

dan mukanya pun bercahaya-cahaya seperti bulan // penuh purnama empat

belas hari bulan. Akan keningnya pun seperti nilam matanya seperti

mangnikam dan jarinya seperti pualam. Adapun akan sifatnya tuan puteri itu

tiadalah dapat dibagaikan dan dibandingkan pada jaman ini. Maka segala anak

raja-raja dari masyrik datang ke magrib sekaliannya pun gilalah akan tuan

puteri itu.

Beratus-ratus anak raja-raja menjadi gila karena tuan puteri itu sudah

ditunangkan dengan anak Raja Peri. Maka anak Raja Peri itupun daripada

kerasnya hendak dilawan oleh baginda itu tiada berlawan. Maka itulah

ditunangkan // oleh paduka ayahanda baginda tuan puteri itu. Maka tuan puteri

itupun tiada ia suka dan bundanya tuan puteri itupun tiada mau memberi tuan

puteri itu akan anak raja Peri itu. ―Demikian halnya hai anakku, katakanlah

bangsanya tuan akan mamak ini.‖

Maka Putera Jaya Pati pun berfikir dalam hatinya lalu dikatakannyalah

bangsanya itu. Maka Malik Indera pun berfikir seraya berkata, ―Bahwa

35 Tertulis

74

76

75

Page 56: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

sesungguhnyalah tuanku ini anak raja besar dan bijaksana lagi dengan

perkasanya maka dapat tuanku sampai kemari ini serta katanya maukah tuan

akan tuan // puteri itu. Jika tuanku mau, patiklah pertemukan tuanku dengan

tuan puteri itu. karena patiklah menunggui taman tuan puteri itu dan patik

mengantarkan bunga-bungaan kepada tuan puteri itu.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata Malik Indera

itu, maka kata Putera Jaya Pati, ―Janganlah mamak hamba berkata demikian

itu, karena hamba ini orang dagang lagi garib. Bagaimana hendak

menyerahkan diri kepadanya itu lagipun gilakah tuan puteri itu membuangkan

yang kaya hendak mengambilkan orang miskin ini? Kedua, perkaranya tiada

dapat hamba melawan raja-raja // itu karena hamba ini tiada kesaktian.

Maka Malik Indera pun tersenyum mendengar kata Putera Jaya Pati

itu. Maka seketika berjalan itu, maka ia pun sampailah kerumahnya. Maka

Malik Indera pun membawa Putera Jaya Pati naik kerumahnya. Maka isteri

Malik Indera pun heranlah serta melihat rupanya Putera Jaya Pati itu. Maka

serupa dengan rupa tuan puteri, bagai orang bersaudara lakunya itu seraya

bertanya pada suaminya itu, ―Ya kakanda, darimana datangnya orang muda

yang baik parasnya ini? Seumur hidupku ini, tiada pernah aku melihat // yang

demikian ini, dan tiadalah ada bandingan daripada segala anak raja-raja

didalam negeri ini.‖

Hatta maka jawab Malik Indera itu, ―Adapun orang muda ini anak

angkat kita, pergilah diri bermasakkan nasi, kita perjamu ia makan.‖

Maka isteri Malik Indera pun segeralah bangkit pergi bermasak nasi

dan gulai berbagai enak rasa cita. Maka Malik Indera pun seraya membawa

Putera Jaya Pati pergi mandi ketaman tempat permandian tuan puteri itu.

78

79

77

Page 57: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Hatta maka dilihatnya oleh Putera Jaya Pati serta dihimatnya akan

taman itu tujuh lapis, // pagarnya dan sasaknya berbagai-bagai kaca diseling

dengan gading, tempat tuan puteri mandi itu dan beberapa pula tempat

berupam dan berlimau tujuh tingkat bertatahkan ratna mutu mangnikam.

Berumbai-rumbaikan mutiara dan segala buah-buahan dan bunga-bungaan

dalam itupun bermasukkan dan segala bunga-bungaan pun berkembanganlah.

Maka Putera Jaya Pati pun mandilah pada tempat permandian tuan

puteri mandi itu. Setelah sudah maka Malik Indera pun membawa Putera Jaya

Pati pulang kerumahnya. Serta sampai lalu naik duduk seketika maka

hidangan pun diangkat // oleh isteri Malik Indera kehadapan Putera Jaya Pati.

Maka Putera Jaya Pati makanlah. Setelah sudah makan, maka makan

sirih serta memakai bau-bauan. Maka isteri Malik Indera pun bertanya pula,

―Ya kakanda, darimana juga datangnya orang muda ini dan anak siapa dan

daripada bangsanya?‖

Maka Malik Indera pun menceterakan kepada isterinya itu daripada

permulaannya datang kepada kesudahannya, dan lagipun anak raja besar juga.

Maka kata isteri Malik Indera, ―Ya tuanku duduklah tuanku di negeri ini, jika

tuanku berkehendak akan tuan // puteri itupun patiklah pertemukan tuanku.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum akan mendengar perkataan isteri

Malik Indera itu seraya berkata, ―Ya bundaku janganlah, bunda berkata

demikian itu. Manakah ia mau akan hamba ini orang dagang yang garib serta

dengan seorang diri. Lagipun tuan puteri itu sudah ia bertunang dengan anak

raja Peri itu, miskin dibuangnya oleh tuan puteri itu.‖

Maka dalam duduk berkata itu ada bunyi suara orang tertawa dan

mengelilingi terlalu ramainya. Seketika lagi maka dilihat oleh Putera Jaya Pati

81

82

80

Page 58: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

orang banyak datang beriringan // dengan tuan puteri. Maka kata Putera Jaya

Pati, ―Hai bundaku, orang mana itu?‖

Maka kata isteri Malik Indera, ‖Ya tuanku, itulah puteri yang datang

itu ia hendak mari36

mandi. Jika anakku hendak melihat rupa tuan puteri itu,

berlindunglah tuanku pada tempat yang sunyi tuanku duduk.‖

Maka Putera Jaya Pati pun segeralah ia pergi berlindung dibalik

dinding itu. Maka tuan puteri pun datanglah serta dengan segala dayang-

dayang dan inang pengasuhnya lalu masuk kedalam taman itu bermain-main,

dan serta memungut bunga-bungaan dan buah-buahan dengan segala //

dayang-dayang itu.

Maka dilihat oleh Putera Jaya Pati akan rupanya tuan puteri itu, bahwa

sesungguhnyalah seperti kata Malik Indera tiada bersalahan, dan barang

kelakuannya pun sedap manis dipandang oleh Putera Jaya Pati itu. Maka

Putera Jaya Pati pun khayallah. Maka segera ia mengucap kebesaran Allah

Subhānahu wa ta‟ālā.

Maka Malik Indera pun heranlah melihat Putera Jaya Pati itu terlalulah

birahinya akan tuan puteri itu, daripada ia orang bijaksana, maka boleh

disamarkan dengan makan sirih pinang.

Syahdan maka, seketika lagi tuan puteri menyuruh seorang dayang-

dayang // pergi memanggil isteri Malik Indera itu. Setelah sampai lalu naik

suatu anak tangga, maka dilihatnya ada seorang orang muda terlalu baik

parasnya. Patut sekali dengan rupa tuan puteri itu, sedap manis jangan dikata

lagi akan rupanya orang muda itu.

36 Tertulis

84

83

85

Page 59: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Sebermula akan rupa Malik Indera pun bercahaya-cahaya, sebab

terkena sinar muka Putera Jaya Pati itu. Maka dayang-dayang itupun heranlah

serta tercengang-cengang tiada terkata-kata. Maka segera ditegurlah oleh

Malik Indera katanya, ―Hendak kemana hai dayang?‖

Maka kata dayang-dayang itu, ―Hamba disuruh oleh tuan puteri

memanggil // tuan hamba.‖

Maka dayang-dayang itupun rebah pingsan. Maka Malik Indera pun

segera menyapu air kemuka dayang-dayang itu. Setelah sudah maka dayang-

dayang itupun sadarlah, lalu bangkit serta dengan letih lesunya. Maka

diawasnya orang bawa kembali kepada tuan puteri serta sampai.

Maka tuan puteri pun bertanya, ―Apa sebabnya maka dayang-dayang

demikian ini lakunya?‖

Maka diceterakan oleh Malik Indera segala hal ahwalnya itu kepada

tuan puteri. Maka tuan puteri pun tersenyum seraya menyuruh memanggil

pula kepada dayang-dayang yang lain. Lalu pergi pula dayang-dayang

memanggil diluar pagar Malik // Indera.

Maka Putera Jaya Pati pun bersembunyi pada suatu tempat. Setelah

sudah maka isteri Malik Indera pun memanggil dayang-dayang itu masuk

kedalam pagarnya. Maka dayang-dayang itupun naiklah kerumah Malik

Indera itu. Maka dilihatnya Putera Jaya Pati duduk bersembunyi itu. Maka

pikirnya sungguhlah seperti kata-kata itu.

Maka Putera Jaya Pati pun duduknya itu memandang kepada balik

muka dayang-dayang itupun seraya berkata kepada isteri Malik Indera, ―Tuan

86

87

Page 60: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

dipanggil oleh tuan puteri ke taman kotam37

angsoka seketika hendak

bermain-main.‖ Adapun ia berkata-kata itu hatinya berdebar-debar. //

Maka kata isteri Malik Indera, ―Hai dayang-dayang, makanlah sirih

dahulu!‖

Maka dayang-dayang itupun makanlah sirih itu, setelah sudah makan

maka dayang-dayang itupun turunlah ia berjalan ketaman angsoka dengan

isteri Malik Indera mendapatkan tuan puteri ketaman itu, serta membawa sirih

sekapur diiringkan oleh dayang-dayang itu.

Maka kata dayang-dayang itu, ―Ya nenekku, siapa yang duduk

dirumah nenekku itu?‖

Maka kata isteri Malik Indera, ‖Itulah anak angkat beta, baharu datang

daripada berlayar.‖ Maka dalam berkata-kata itu ia pun sampailah ketaman itu,

lalu masuk mengadap38

tuan puteri.

Maka titah tuan puteri, // ―Mengapa maka nenek lambat datang, maka

aku duduk menanti lama disini.‖

Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―Tuanku, patik hamba ini ada

susah sedikit.‖

Maka kata dayang-dayang itu, ―Ya tuanku, maka adalah seorang orang

muda dirumah nenek ini, maka terlalu amat baik rupanya patik lihat.‖

Maka kata tuan puteri, ―Hai nenekku orang muda mana dirumah nenek

itu?‖

37 Tertulis

38 Tertulis

88

89

Page 61: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Maka sembah isteri Malik Indera itu, ‖Ya tuanku itulah anak angkat

nenek, baharu datang daripada berlayar tuanku.‖

Maka kata segala dayang-dayang yang pergi itu, ―Patik sekalian pun

heranlah melihat akan rupanya anak angkat // nenek itu seperti bulan purnama

empat belas hari bulan, bercahaya-cahaya mukanya seperti dapat diminum,

maka seorang pun tiada setaranya didalam negeri kita ini.‖

Maka kata tuan puteri, ‖Hai nenek, adakah sungguh seperti kata

dayang-dayang ini?‖

Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―Sungguh tuanku, tetapi sayang

sedikit ia orang dagang yang garib.‖

Maka titah tuan puteri, ―Darimana datangnya itu, dan anak siapa dan

apa namanya dan apa mulanya ia datang kemari ini?‖

Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―a39

nakku akan namanya Putera

Jaya Pati dan bangsanya daripada manusia // dan ialah anakmas Raja

Kulawandu dan nama negerinya Langgam Jaya. Sebab pun ia datang kemari

ini dilarikan oleh kuda emas, maka itulah halnya tuanku yaitu lalu jatuh

kemari ini, maka patik ambil akan anak angkat.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum mendengar sembah isteri Malik

Indera itu. Maka pikir dalam hatinya, ―Sebagaimana gerangan aku hendak

melihat rupanya Putera Jaya Pati itu.‖ Maka tuan puteri pun seraya berkata,

―Beta pun heranlah tahu akan nenekku ada menaruh anak angkat yang baik

parasnya itu.‖

39 Tertulis

90

91

Page 62: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Hatta maka kata tuan puteri, ―Betapa perinya // kita hendak melihat

rupa anak angkat nenekku itu, malu pula beta akan ia kalau-kalau tiada ada

tegurnya, siapa tahunya anak angkat nenek itu.‖

Maka sembah isteri Malik Indera itu, ―Ampun tuanku, batu kepala

patik janganlah bertitah demikian itu, maka beranikah patik membawa tuanku

batu kepala patik hamba tuha ini tuanku. Jika didengar oleh paduka ayahanda

dan bunda serta paduka kakanda tuanku, maka matilah patik dibunuhnya.‖

Syahdan maka kata tuan puteri, ―Bahwa sesungguhnyalah seperti kata

nenekku itu, tetapi kita hendak melihat dia itu bagaimana bicaranya?‖

Maka sembah // isteri Malik Indera itu, ―Maka adapun jika anak

manusia itu datang mengadap40

tuanku maukah tuanku menegur dia. Biarlah

patik membawa dia mengadap41

tuanku disini.‖

Maka kata tuan puteri, ―Baiklah nenek bawa ia kemari.‖ Sambil suka

tertawa seraya berkata, ―Malu-malu terdengar kepada paduka ayahanda bunda

maka itulah beta takutkan kalau tiada patuh salahnya.‖

maka pada penglihat isteri Malik Indera itu sangatlah tuan puteri

berkehendak akan hendak melihat Putera Jaya Pati itu. Maka sembah isteri

Malik Indera itu, ―Ya tuanku, Adapun akan Putera Jaya Pati sangatlah ia //

hendak pulang ke negerinya, sebab itulah ia hendak datang mengadap42

tuanku, karena bangatku nan ia hendak pulang itu katanya. Ampun tuanku

maka titah tuan puteri beta ini pun demikian juga hendak menyambut ia

40 Tertulis

41 Tertulis

42 Tertulis

92

93

94

Page 63: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

kemahligai beta ini pun tiada berani, kalau-kalau tiada ia mau pergi kelak

maka beroleh malulah beta akan dia.‖

Didalam tuan puteri duduk berkata-kata itu sambil tersenyum dan serta

berdebar-debar hatinya kalau-kalau Putera Jaya Pati itu pulang kenegerinya

maka kata tuan puteri, ‖Hai nenek, tinggalah dahulu beta hendak pulang.‖

Maka isteri Malik Indera pun menyembah seraya berkata, // ―Baiklah

tuanku, silakanlah tuanku pulang kemahligai, lagi pun hari sudah tinggi.‖

Setelah sudah maka tuan puteri pun berjalanlah pulang dengan

birahinya. Maka isteri Malik Indera pun pulanglah kerumahnya. Adapun

tuantuan43

puteri berjalan itu setelah sampailah ia kerumahnya, lalu

kemahligai itu. Setelah sudah maka tuan puteri pun sangatlah ia gila birahinya

itu tiada berketahuan lagi didalam hatinya itu, seperti hendak balik kerumah

Malik Indera pada rasanya. Maka lalu dibawanya tidur dan bermain-main

menghiburkan hatinya itupun tiada juga mau sembah makan, sangat // pula

birahinya itu.

Hatta maka dipanggilnya dayang-dayang itu kedalam peraduan, maka

katanya, ‖Hai kakak dayangku, sebagaimana gerangannya akan rupanya anak

manusia itu, baikkah daripada jin dan peri dan dewa dan mambang itu,

tiadakah ceterakanlah kepada aku dengan sebenarnya.‖

Maka sembah segala dayang-dayang itu, ―Ampun tuanku beribu-ribu

ampun, adapun akan anak manusia itu baiklah ia daripada jin peri dan dewa

mambang dan indera candra sekalipun tiada akan samanya dengan rupa anak

manusia itu kepada penglihatan patik. Lagipun serta dengan bijaksananya

terlebih manis barang lakunya itu dan suaranya pun // terlalu merdu

43 Tertulis

94

96

97

95

Page 64: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

kedengaran tatkala ia berkata-kata itu dengan artawan dan dermawan serta

dengan sederhana barang lakunya pantas manis tiadalah bandingannya

didalam alam dunia ini pada penglihatan patik ini tuanku.‖

Maka tuan puteri pun makan sangat pula gila mabuk dan gairah birahi

didalam hatinya itu hendak melihat rupa Putera Jaya Pati itu. Maka dipanggil

pula dayang Sangga Warna. Maka ia pun segeralah datang lalu duduk

menyembah.

Maka titah tuan puteri, ―Hai daya44

ng Sangga Warna, pergilah diri lihat

rupanya Putera Jaya Pati itu, sungguhlah seperti kata segala dayang-dayang //

ini atau tiadakah, karena ia hendak pulang bangat konon ke negerinya. Maka

segeralah diri pergi beritahu akan nenek aku itu, serta katakan kita suruh tahan

ia dahulu anak angkatnya itu barang dua tiga hari sahaja. Dengan barang tipu

dia nenek itulah aku tahu akan adanya pada nenek juga.‖ Maka dayang Sangga

Warna pun seraya menyembah lalu turun segera berjalan pergi kerumah Malik

Indera.

Adapun pada tatkala itu maka Malik Indera pun serta dengan isterinya

duduk berkata-kata tiga dengan Putera Jaya Pati. Maka pada ketika itu dayang

Sangga Warna pun sampailah // ia kerumah itu, serta terlihat kepada Putera

Jaya Pati. Maka ia pun berpikir dalam hatinya akan orang muda ini hendak

pulang bangunnya. Maka inilah ia duduk berkira-kira.

Maka Malik Indera segera menegur dayang Sangga Warna katanya,

―Hai dayang, naiklah kerumah beta ini.

Maka ia pun naiklah keatas rumah, maka duduk dekat isteri Malik

Indera itu. Maka dayang Sangga Warna mengamat-amati akan memandang

44 Tertulis

98

99

Page 65: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Putera Jaya Pati itu. Maka pikir dalam hatinya, ―Sungguhlah seperti kata

dayang Warna Pualam itu tiadalah lagi bersalahan.‖

Maka kata isteri Malik Indera itu, ―Hai dayang, apa // bicaranya maka

engkau datang kemari ini?‖

Maka kata dayang Sangga Warna itu, ―Adapun beta datang ini, disuruh

oleh tuan puteri mendapatkan nenek. Serta menyuruhkan nenek menahani

anak angkat nenek hendak pulang itu barang dua tiga hari sahaja.‖ Maka

segala titah tuan puteri itu semua pun disampaikan oleh dayang Sangga Warna

kepada isteri Malik Indera.

Maka kata isteri Malik Indera itu, ―Esok harilah ia hendak pulang.‖

Setelah didengar oleh dayang Sangga Warna akan kata isteri Malik Indera itu,

maka dayang Sangga Warna pun bermohonlah hendak pulang.

Maka Putera Jaya Pati pun // segeralah menegur dayang Sangga

Warna, ―Kemana kakak dayang ini datang dan apa kerjaannya gerangan

kakak?‖

Maka segera disahut oleh dayang Sangga Warna, ―Tiada kemana

sahaja, patik kemari mendapatkan nenek ini disuruh oleh tuan puteri.‖ Maka

Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata dayang Sangga Warna itu.

Setelah sudah maka dayang Sangga Warna pun menyembah,

bermohon pulang kepada Putera Jaya Pati. Lalu ia turun berjalan pulang.

Maka isteri Malik Indera pun memanggil Putera Jaya Pati. Maka ia pun datang

dekat.

Maka kata isteri Malik Indera, ―Ya tuanku, adapun akan dayang itu

disuruh oleh // tuan puteri memanggil tuan patik, katakan esok hari tuanku

101

100

102

Page 66: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

hendak pulang, makan itulah disuruh tang45

guhkan serta tahani. Karena tuan

puteri itu hendak melihat rupanya tuan, konon maka tuan puteri hendak

menyuruh orang bermain tanduk wayang dihalaman mahligai tuan puteri,

sampai hamba membawa tuanku pergi melihat orang bermain-main itu.

Karena banyak orang melihat tiada mengapanya, jika dilihat orang pun tiada

akan jadi apa.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata isteri Malik

Indera itu serta katanya, ―Pergilah bunda kepada tuan puteri itu, // katakanlah

sembah kepada tuan puteri itu jika tuan puteri hendak mengasihi beta, apa

a46

kan banyak bicaranya, malu beta jika sesungguhnya tuan puteri itu suka

diatas beta. Pada malam inilah beta mengadap47

tuan puteri itu.‖

Serta demikian katanya, ―Kain basahan sambil berdiri, kain pualam

dalam istana. Suruhan daripada tuan puteri, kalam malam beta kesana.‖

―Talak nilam dalam istana, putik belimbing cantu-bercantu, kalam

malam beta kesana, jantik dendang bukakan pintu.‖

Maka isteri Malik Indera pun tersenyum mendengarkan pantun Putera

Jaya Pati. Setelah sudah // Putera Jaya Pati berpesan itu, hatta isteri Malik

Indera pun turunlah pergi ke taman mengambil bunga-bungaan dalam taman

itu, akan persembahan kepada tuan puteri. Supaya jangan dimurkai oleh tuan

puteri akan ia. Maka serta sampai lalu masuk keperaduan, maka

dipersembahkan bunga-bungaan dan buah-buahan itu kepada tuan puteri.

Maka titah tuan puteri, ―Apa haluan dibawa oleh nenekku ini?‖

45 Tertulis

46 Tertulis

47 Tertulis

103

104

Page 67: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Maka sembah isteri Malik Indera, ―Ampun tuanku, suatu pun tiada

hanyalah bunga dan buah delima juga akan persembahkan patik.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum // seraya berkata, ‖Kita pun menyuruh

dayang dang48

Sangga Warna pergi kepada nenek kemarin itu, beta hendak

suruh orang bermain pelbagai permainan dihalaman balai ini. Nenek bawa

anak angkat nenek itu supaya beta boleh melihat rupanya.‖

Setelah sudah maka isteri Malik Indera pun berdatang sembah

demikian sembahnya, ―Ampun tuanku beribu-ribu ampun, patik hamba

dibawah duli tuan puteri, laki hamba yang khas. Ampun tuanku jika sungguh

tuan puteri hendak mengasihi akan anak angkat patik dagang itu, lagi garib

serta dengan hina seorang // dirinya. Terpelanting datang dibawa oleh angin

kepada patik. Maka janganlah tuan puteri bersusah-susah insya Allah taala

minta dipertemukan Allah taala jua pada malam dan siang hendak mengadap49

tuan puteri serta disuruhnya patik persembahkan pantun pada kebawah duli

tuan puteri demikian bunyinya.‖

―Salam yang teramat mulia. kain50

basahan sambil berdiri, kain pualam

dalam istana. Suruhan daripada tuan puteri, kalam malam beta kesana.‖

Talak nilam dalam istana, putik belimbing cantu-bercantu. kalam

malam beta kesana, jantik dendang bukakan pintu.‖

Setelah tuan puteri mendengar pantun itu, // maka ia pun tersenyum

sambil berkata, ―Arif sangat rupanya anak angkat nenek ini.‖ Maka segala

dayang-dayang itupun suka tertawa mendengar pantun itu.

48 Tertulis

49 Tertulis

50 Tertulis

105

106

107

Page 68: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Hatta maka tuan puteri pun seraya membalas pantun itu, demikian

bunyinya, ―Titik bangkuan diseberang sana, terpenggal kebatang malapari.

Jika tuan orang bijaksana, silakanlah abang coba kemari.‖ Maka isteri Malik

Indera pun seraya tersenyum serta bermohon pulang kerumahnya, lalu turun

berjalan.

Setelah sampai kerumahnya itu maka isteri Malik Indera pun

tersenyum seraya duduk berkata, ―Hai anakku Putera // Jayapati, demikianlah

pantun tuan puteri itu, ―Titik bangkuan diseberang sana, terpenggal kebatang

malapari. Jika tuan bijaksana, silakanlah abang coba kemari.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengarkan pantun tuan

puteri itu. Seketika duduk maka hari pun malamlah, maka segala dayang-

dayang tuan puteri pun berdatang sembah,‖Ya tuanku, adapun pada rasa hati

patik ini akan Putera Jaya Pati itu datang juga ia kemari pada malam ini. Baik

juga tuanku berhas51

rat akan makanan.‖

Maka titah tuan puteri, ‖Pada rasa hatiku pun demikian juga, tiada

dapat tiada akan datang juga // Putera Jaya Pati itu kemari pada malam ini.

Karena ia pun orang bijaksana.‖

Maka tuan puteri pun menyuruh bermasak nikmat berbagai-bagai

rupanya dan rasa citanya. Maka tuan puteri pun memakai pakaian yang

keemasan, serta memakai bau-bauan yang teramat harum baunya. Maka tuan

puteri pun duduk diatas peraduan serta membaca hikayat para bujangga Arifin

namanya. Akan suaranya tuan puteri itu seperti kumbang menyari bunga,

demikianlah merdu suaranya itu

51Tertulis

109

108

Page 69: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Bermula maka tersebutlah perkataan Putera Jaya Pati itu, setelah hari

pun malam maka Putera Jaya Pati // pun memakailah pakaian yang indah-

indah, serta memakai bau-bauan. Setelah sudah ia memakai itu lalu turun ke

taman. Maka diambilnya lalang, dipujanya akan lalang itu, maka jadilah

seekor kuda hijau lengkap dengan gang pelananya. Setelah sudah maka Putera

Jaya Pati pun naiklah keatas kuda itu serta katanya, ―Hai J52

anggi Ampar,

terba53

bangkanlah aku kemahligai tuan puteri itu!‖

Maka kuda itupun terbanglah kemahligai tuan puteri. Hatta setelah

sampai, maka Putera Jaya Pati pun melompat naik kemahligai itu seraya

katanya, ―Hai Janggi Ampar, pergilah engkau dahulu, dini hari sekarang

engkau // kemari!‖ Maka kuda itupun gaiblah.

setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun menolak pintu, lalu ia masuk

kedalam istana tuan puteri seraya duduk berdiri dibalik tirai dewangga yang

keemasan. Maka lalu terdengarlah kepada Putera Jaya Pati akan suaranya tuan

puteri membaca hikayat itu terlalu merdunya didengar oleh Putera Jaya Pati.

Hatta maka, Putera Jaya Pati pun tersenyum.

Arkian maka, mahligai tuan puteri itupun cerahlah seperti bulan masuk

kedalam mahligai itu, dan bau-bauan pun terlalulah amat harum baunya. Maka

tirai itupun berkata serta // dengan sukanya, ―Silakanlah tuanku mendapatkan

paduka adinda tuan puteri ada ia duduk menanti tuanku.‖

Maka terdengarlah kepada tuan puteri suara orang berkata-kata dan

menegur itu. Maka segala dayang-dayang pun berlari-lari datang serta

sembahnya, ―Silakanlah tuanku duduk.‖

52 Tertulis

53 Tertulis

110

112

111

Page 70: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mendengar sembah dayang-

dayang itu. Maka Putera Jaya Pati pun berpantun demikian bunyinya,

―Cempedak berbuah dalam pakan, boleh tangar di pematang. Jika tiada pun

dipersilakan, mendengar madah tuan beta datang.‖

Maka segala dayang-dayang itupun ramailah tertawa-tawa seraya

berpantun, ―Buluh dibelah // ditepi kota, malapari condong kelubuk. Oleh

itulah patik persembahkan, daripada berdiri baiklah duduk.‖

Maka Putera Jaya Pati pun berjalan diluar tirai dewangga itu sambil

berpantun, ―Susun kelapa dikarang daya54

ng kembayat, bekas beradu didalam

bilik. Siapa gerangan membaca hikayat, suaranya terlintas kerumah malik.‖

Setelah didengar oleh tuan puteri akan pantun Putera Jaya Pati itu

maka hati tuan puteri pun berdebar-debarlah seraya berpikir dalam hatinya,

―Datanglah sudah Putera Jaya Pati ini.‖

Maka tuan puteri pun seraya mengikutkan pantun, ―Bunga dikarang

oleh daya55

ng merdu, Lela akan // senang didalam cambul. Siapa gerangan

bertanya itu, madahnya datang serta cumbu.‖ maka segala dayang-dayang

itupun tertawa sambil menutup mulutnya. Serta berkata, ‖Bijaksana sekali

orang ini.‖

Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati akan pantun tuan puteri itu,

maka ia pun tersenyum seraya dibalasnya pantun itu, ―Pati dirapah malapari,

belanak dijala akan sahaya. Inilah bernama Putera Jaya Pati, anak maharaja

Kulawandu.‖

54 Tertulis

55 Tertulis

113

114

Page 71: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Maka Putera Jaya Pati pun seraya menyingkap tirai dewangga itu, lalu

masuk kedalam tirai itu. Maka dilihat oleh Putera Jaya Pati rupanya tuan

puteri itu gilang-gemilang // seperti bulan penuh purnama terang cuaca

demikianlah rupanya. Maka Putera Jaya Pati pun heranlah seketika tiada

khabarkan dirinya. Setelah ia sadar, maka tuan puteri pun berpantun, ―Ungka

dalam malapari, makan kalam habis selubuk. Sekian lama tuan berdiri, seperti

orang makan yang mabuk.‖

Maka Putera Jaya Pati pun seraya berpantun, ―Korek parit tambak

dihalaman, balai dibangun oleh laksamana. bagaimana hati tak siuman,

pinggang bagai setangkai bunga.‖

Maka tuan puteri pun menaruh hikayat, lalu berpantun, ―Dian dua

pelita pun dua, tualang dirumah laksamana. Kenal tidak // mengenal pun tidak,

tiba-tiba datang bertanya.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Rebab diratib

oleh biduan, akan pengulit raja beradu. Sebab pun beta menjadi rawan, isteri

malik membawa cumbu.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum seraya diamat-amati akan rupanya

Putera Jaya Pati itu gilang gemilang warna tubuhnya, seperti cahaya

mangnikam cemerlang cahayanya bersinar. Akan cahaya pelita pun udamlah

karena sinar muka Putera Jaya Pati.

Syahdan maka hati tuan puteri itupun tiadalah tertahan lagi, lalu rebah

pingsan tiada khabarkan dirinya // itu. Hatta maka Putera Jaya Pati pun

segera mengambil air mawar lalu membasuh muka tuan puteri itu, maka tuan

puteri pun sadarlah akan dirinya. Telah itu maka tuan puteri itupun memuji-

muji akan kebesaran tuhan Rābbā `l-„ālamīn sedang yang dijadikan lagi

116

115

117

Page 72: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

sekian. Jika yang menjadikan lagi maka serta diisyaratkannya kepada dayang-

dayang itu menyuruh mengangkat hidangan kehadapan Putera Jaya Pati.

Maka hidangan pun diangkat oranglah kehadapan keduanya itu maka

tuan puteri pun seraya berpantun, ―Anak bondan menjala sepat, mencampak

jala didalam kolam. Jika tuan hendak bersahabat, // mengapa pula datang

malam?‖

Maka Putera Jaya Pati pun seraya tersenyum lalu berpantun,

―ha56

rebab kecapi bertali nilam, bilah temu dalam gantang. sebab pun beta

datangnya malam, beroleh cumbu waktu petang.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum seraya menyuruh mengangkat akan

kursi kehadapannya Putera Jaya Pati. Maka dayang Sangga Warna pun

menyembah, lalu meletakkan kursi kehadapan Putera Jaya Pati sambil ia

berpantun, ―Titik belah akan bangkuan, dibelah temu dibatu besi. Datanglah

duduk arif bangsawan, sudahlah patik meletakkan kursi.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum lalu duduk // seraya berpantun,

―Batang selasih tiada berduri, bilah temu dibatang keduduk. Datanglah kursi

daripada tuan puteri, sudah bercumbu lalu duduk.‖ Maka Putera Jaya Pati pun

duduklah diatas kursi dalam istana itu bersama dengan tuan puteri, duduk

berpantun dan bersuluk.

Hatta maka tuan puteri pun menyuruh mengangkat hidangan pula

daripada segala jenisnya aneka bagai rasanya. Maka hidangan pun diangkat

oranglah, lalu diletakkan kehadapan keduanya itu. Setelah sudah keduanya

santap, maka minuman pula diangkat kehadapan Putera Jaya Pati seraya

56 Tertulis

118

119

Page 73: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

berpantun, // ―Nobat berbunyi dinihari, akan pengawalku Maharaja Peri.

Serbat diminum bukannya khayali sehingga pengobat hati birahi.‖

Maka tuan puteri pun seraya mengambil piala yang bertatahkan ratna

mutu mangnikam. Maka dituangnya serbat itu, lalu diunjukkannya kepada

Putera Jaya Pati. Maka segera disambut oleh Putera Jaya Pati akan piala itu,

lalu diminumnya. Serta sudah maka Putera Jaya Pati pun menuangkan pula

minuman, lalu diunjukkan kepada tuan puteri. Maka tuan puteri pun

minumlah. Setelah sudah, maka kata tuan puteri, ―Gilakah tuan ini, maka mari

mahligai beta // ini?‖

Maka jawab Putera Jaya Pati, ―Jika gila pun karena tuan juga.‖ Seraya

berpantun, ―Bidadari mambang daun tawaran, bermain diatas kota. Memberi

bimbang tambahan rawan, tuanlah jadi cermin mata.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum seraya berpantun, ―Sungguh pun

banyak kuda di padang, ada seekor bangun bertulis. Sungguh pun banyak

muda ku pandang, hanyalah tuan kiat menjelis.‖

Maka tuan puteri pun menundukkan kepalanya malu rasanya tuan

puteri itu, maka Putera Jaya Pati pun seraya tersenyum lalu katanya, ―Beta pun

hendak bermohonlah kepada tuan puteri karena // malu beta dan hari pun

hampir akan siang.‖ Maka kata tuan puteri, ―Hendak pulang kemana ini, ke

rumah Malik Inderakah atau hendak pulang ke negeri kah?‖

Maka kata Putera Jaya Pati sambil tersenyum, ―Beta ini hendak pulang

ke negeri beta, duduk pun tiada pekerjanya lagi. Maka beta pun takut57

karena

seorang diri. Lagi pun terselat di negeri orang.‖

57 Tertulis

121

120

122

Page 74: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Maka pikir didalam hatinya tuan puteri, ―Jika sudah pulang Putera Jaya

Pati ini, tiadalah dapat aku mencahari suami yang demikian ini.‖

Maka hati tuan puteri pun berdebar-debar seperti hendak menangis.

Mukanya pun merah seperti bunga raya, dan segala dayang-dayang // pun

kepilu-piluan mendengar kata itu. Maka tuan puteri pun menyuruh

mengunjukkan puannya sambil berpantun demikian bunyinya, ‖Dari pauh

mambang ia dari, patah cokmar penggalkan lagi. Dari jauh datang kemari,

sedang kamar ditinggalkan pergi.‖

Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Kijang jantan

dihambat kelana, mati berlaga di gandasuli. Dendam tuan tiada akan lama,

segera juga beta kembali.‖

Maka tuan puteri sukalah sedikit hatinya lalu tertawa seraya berpantun,

―Tumpah padi dipohon kapas, raja berangkat datang berlabuh. Remuk mati

akan melepas, mati abang tiada akan sungguh.‖

Maka Putera Jaya Pati // pun berfikir didalam hatinya, ―Bijak sekali

tuan puteri ini, sayangnya ia sudah bertunang. Didalam pada itupun insya

Allah taala aku ambil juga, maka puas hatiku.‖

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berpantun pula, ―Air bah

didalam kota, keladi siamang bulunya kasar. Jika berubah bagai dikata,

bukanlah inang anak raja besar.‖ Maka segala dayang-dayang itupun lalu

tertawa. Maka malampun akan fajar menyingsing, hari akan siang. Maka

Putera Jaya Pati pun bermohonlah kepada tuan puteri, lalu keluar dengan asik

hatinya.

123

124

Page 75: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Syahdan maka dicitanya Janggi Ampar, maka kuda itupun datanglah, //

maka Putera Jaya Pati pun naiklah keatas kuda itu seraya katanya, ―Hai Janggi

Ampar terbangkanlah aku kerumah Malik Indera itu!‖

Maka kuda itupun terbanglah menuju rumah Malik Indera, setelah

sampai maka Putera Jaya Pati pun turunlah dari atas kuda seraya berkata, ―Hai

Janggi Ampar, pergilah engkau petang sekarang mari!‖ Maka kuda itupun

gaiblah dengan seketika itu juga. Setelah sudah, maka Putera Jaya Pati pun

naiklah kerumah Malik Indera. Maka Malik Indera pun heranlah dua laki isteri

melihat kesaktian Putera Jaya Pati itu, berpikir didalam hatinya. ―Dapat juga

Putera // Jayapati ini mangambil tuan puteri itu, karena ia terlalu saktinya.‖

Maka Malik Indera pun keduanya tersenyum seraya berkata,

―Silakanlah tuanku duduk.‖

Maka Putera Jaya Pati pun duduklah, maka hidangan pun diangkat

oleh isteri Malik Indera itu. Telah sudah maka Putera Jaya Pati pun tersenyum,

lalu santap dengan Malik Indera. Serta sudah santap sirih dan memakai bau-

bauan maka Putera Jaya Pati pun berkata kepada Malik Indera kedua laki

isterinya, ―Hai mamakku hamba kedua, beta mohon hendak pergi bermain-

main melihat termasa negeri ini petang sekarang // beta pulang.‖

Maka kata Malik Indera kedua laki isterinya, ―Baik-baik tuan pergi itu

dengan seorang dirinya tuanku, kalau-kalau ditempuh langgar orang jadi tiada

baik. Karena tuanku anak raja besar, dimana a58

kan dikenal orang.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Tiada mengapanya hai ibuku, beta pergi

pun tiada beta mendapatkan orang. Sekedar beta pergi hendak melihat

kelakuan orang jangan diperkononkan orang.‖ Setelah sudah berkata-kata,

58 Tertulis

127

126

125

Page 76: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

maka Putera Jaya Pati pun turunlah berjalan menuju keluar kota negeri itu,

sambil ia melihat kelakuan negeri.

Setelah sampailah keluar kota, lalu ia menuju ada suatu bukit // padang

terlalu luasnya, serta dengan elok ratanya padang itu dan adapula sebuah bukit

yang lain terlalu besarnya dengan tingginya ditengah padang itu. Maka bukit

itu tiada pernah barang siapa pun boleh naik keatasnya. Maka Putera Jaya Pati

pun berhentilah di kaki bukit itu serta melihat kakian Allah Subhānahu wa

ta‟ālā berbagai-bagai pranatahnya dan rupanya itu. Seketika duduk maka

panas pun sangatlah kerasnya.

Sebermula maka tersebutlah perkataan adalah dua ekor jin duduk

berbantah dibalik bukit itu. Maka ia dakwai adalah suatu panah kesaktian,

maka ia berdakwai kata seorang // akan panah itu aku yang empunya dan kata

seorang pula aku yang empunya panah ini. Demikianlah dakwainya kedua jin

itu, maka seorang pun tiada pernah sampai pada tempat itu dan segala

binatang pun tiada barang sesuatu bangsanya. Maka ia kedua itulah sahaja

duduk berbantah.

Seorang memegang anak panah dan seorang memegang ibu panah itu,

demikianlah kelakuan jin kedua itu. Antara berapa lamanya ia duduk

berdakwai itu tiada juga selesainya. Bagaikan hendak berbunuh-bunuhan.

Keduanya itu sama keras dan sama berani seorang pun tiada mau beralahan.

Kedua itu sama berkehendak akan // panah itu.

Hatta maka, Putera Jaya Pati pun berjalanlah pergi kepada tempat itu.

Seketika berjalan maka Putera Jaya Pati pun sampailah kepada tempat itu,

dilihatnya jin dua ekor duduk berdakwai. Setelah dilihatnya maka kata Putera

Jaya Pati, ―Hai jin, apa sebabnya maka engkau kedua ini duduk berbantah

128

130

129

Page 77: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

kepada tempat ini sebagai akan hendak berbunuh-bunuhan lakunya dan pusaka

apa yang engkau berdakwai itu?‖ Maka jin kedua itupun terkejutlah hatinya,

serta disahutnya suara Putera Jaya Pati itu. Maka ia pun berasa takut didalam

hatinya serta terpandang kepada Putera Jaya Pati itu.

Hatta maka // kata jin itu serta dengan lemah lembutnya, ―Hai manusia

yang baik paras dan sempurna budi bicara serta budiman lagi arif bijaksana

dan pandai berkata-kata terus bicara. adapun kami berdakwai ini, maka adalah

suatu panahan kami berjumpa diatas bukit ini. Maka kami dua orang

berjumpa, seorang berjumpa anak panah itu dan seorang berjumpa ibunya

panah itu. Maka inilah kami berdakwaikan. Maka harta ini pusaka datuk

nenekku, maka tiada ada seorang pun hendak memutuskan dakwai ini. Maka

hamba pintalah tuan hamba tolong selesaikan pekerjaan // ini, dengan karena

Allah taala.‖

Setelah sudah maka kata Putera Jaya Pati, ―Baiklah, tetapi jika tuan

hamba kedua ini mau mendengarkan bicara hamba, maka boleh hamba

selesaikan dengan mudahnya juga.‖

Maka jin kedua itupun berkata, ―Hai manusia, mau juga hamba

dengarkan bicara tuan hamba itu. Jika tiada hamba apa kedua ini

mendengarkan, tiadakah juga selesainya pekerjaan ini sampai akan mati pun

tiada juga putusnya dakwai ini.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Jika demikian, apa perkenaannya

panahan ini dan apa kejadiannya?‖

Maka kata jin kedua itu, ―Adapun perkenaannya panahan ini terlalu //

kesaktiannya, sebarang apapun yang kita berkehendak itu citalah, maka

keluarlah berbagai-bagai rupanya dan serta sudah kita panahkan, seketika kita

132

133

131

Page 78: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

panggil pula kembali ia mendapatkan kita dengan segeranya. Demikianlah

pranatahnya panahan ini.‖

Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati seperti kata jin itu maka Putera

Jaya Pati pun suka citalah didalam hatinya seraya berkata, ―Jika demikian itu,

berilah akan hamba panah itu supaya hamba panahkan. Maka tuan hamba

kedua ikutilah akan anak panah itu, jika barang siapa yang dapat, ialah yang

empunya dia ini yang sebenarnya. Maka demikianlah hukumnya // yang

hamba ketahui. Maka jadilah tuan-tuan siapa empunya harta ini maka ialah

yang dapat.‖

Maka kata jin kedua itu, ―Sebenarnyalah seperti bicara tuan hamba ini,

maka hamba kedua pun sukalah seperti hukum tuan hamba itu.‖

Hatta maka jin kedua itupun kabullah, setelah sudah maka Putera Jaya

Pati pinta panah itu. Maka ia pun memberilah panah itu kepada Putera Jaya

Pati, setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun memegang panah itu seraya

katanya, ―Hai tuan hamba kedua, hamba telah bersungguh-sungguh hati

barang siapa yang dapat beruntunglah orang itu.‖

Setelah sudah berkata-kata maka Putera Jaya Pati pun melepaskan //

anak panah itu berdengung-dengung bunyi perginya itu. Hatta maka jin kedua

itupun berlari-larilah menghambat anak panah itu, rebah bangkit berdahulu-

dahuluan keduanya, sambil ia berkelahi keduanya itu hendak berdahulu-

dahuluan. Jatuh terpelanting tertiarab itupun bangkit lari juga bersungguh-

sungguh hatinya mengikuti akan anak panah itu.

Maka tiada juga beralahan seorang pun, maka yang dirasa pula ia

kedua itu lari berdahulu-dahuluan. Maka yang kemudian itu dipegangnya

tangan yang dahulu itu ditariknya maka bertempur dan bergocoh telentang

134

135

Page 79: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

tiarab keduanya. Bangun lari pula jin yang tiada berakal keduanya itu,

tiadalah ia // berhenti barang sesaat jua pun, karena keduanya sama

berkehendak akan panah itu.

Hatta maka Putera Jaya Pati pun mencita balik anak panah itu, maka

anak panah itupun datanglah mendapatkan ibunya. Maka jin tiada berbudi

kedua itupun tiadalah tersebut lagi kelakuannya. kemana-mana perginya itu

tiada diketahuinya. Syahdan maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah pulang

menuju jalan kerumah Malik Indera, serta dengan suka citanya, karena beroleh

panahan itu.

Hatta maka tiada berapa saat akan berjalan itu maka ia pun sampailah

kerumah Malik Indera itu, maka serta // sampai lalu ia naik keatas rumah itu,

maka segeralah ditegur oleh Malik Indera kedua laki isteri itu seraya berkata,

―Silakanlah tuanku duduk.‖

Maka Putera Jaya Pati pun duduklah berkata-kata dengan Malik Indera

itu. Seketika duduk itu maka hari pun hampir akan petang, maka Putera Jaya

Pati pun bangun pergi mandi. Setelah sudah lalu naik kerumah, maka

hidangan pun diangkat oleh isteri Malik Indera itu kehadapan Putera Jaya Pati.

Maka ia pun makanlah, setelah sudah lalu makan sirih dan memakai bau-

bauan serta memakai selengkap pakaian kerajaan.

Seketika itu maka // hari pun malamlah. Maka ia pun mencitalah

kudanya Janggi Ampar. Maka kuda itupun datanglah serta dengan lengkapnya.

Maka Putera Jaya Pati pun naiklah keatas kuda itu, setelah sudah maka Putera

Jaya Pati, ―Hai Janggi Ampar, terbangkanlah aku kemahligai tuan puteri itu!‖

Maka serta sampai Putera Jaya Pati pun melompat naik keatas mahligai

tuan puteri itu seraya berkata, ‖Hai Janggi Ampar, pergilah engkau. Barang

136

137

138

Page 80: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

kala aku panggil maka datanglah engkau dengan segeranya.‖ Maka kuda

itupun gaiblah.

Maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah masuk kedalam istana tuan

puteri, maka tuan puteri pun sudah ada khadir menanti. Maka // Putera Jaya

Pati pun sampailah. Maka dipersilakan oleh tuan puteri. Maka ia pun duduk

bersalam-salam dengan tuan puteri itu, serta bermain-main dan berpantun

bersuluk terlalu ramainya dalam istana tuan puteri itu.

Dengan demikian itu tiga hari tiga malam akan Putera Jaya Pati duduk

melakukan kesukaannya makan dan minum serta dengan pantun suluknya.

Maka Putera Jaya Pati pun mabuklah seperti orang makan cendawan, dihasut

akan kasihnya kepada tuan puteri itu.

Syahdan maka tuan puteri pun tiadalah dapat bercerai seketika jua pun,

maka inangda tuan puteri pun seraya berpantun, ―Pinang muda // jangan

disalai, jika disalai hilanglah rasa. Orang muda janganlah lalai, jika dilalai

nyawa binasa.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Perisai bertali

rambut-rambut, didandan akan cemara. Adakah besi tahu kan takut, adakah

muda gentar akan mara.‖ Maka tuan puteri pun tersenyum seraya berpantun

dalam itu. Maka hari pun sianglah, maka Putera Jaya Pati pun tiadalah ia

pulang kerumah Malik Indera lagi.

Syahdan maka pada hari itu pesuruh daripada Raja Peri pun datanglah

akan bapanya Raja Indera Warna, setelah sampai lalu masuk mengadap59

Raja

Gangga Wijaya. Maka tatkala itu akan beginda pun // sedang ramai diadap60

59 Tertulis

60 Tertulis

140

141

139

Page 81: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

oleh orang penuh sesak. Maka serta sampai lalu disembahnya, ―Ampun

tuanku, patik ini disuruh oleh paduka kakanda Raja Indera Peri, akan

memberitahukan duli tuanku ini. Adapun paduka kakanda itu telah datanglah

ia, sudah keempat beranaknya daripada belakang patik, serta dengan segala

rakyatnya pun terlalu banyak. Akan datang itu hendak mengerjakan paduka

anakanda itu ranjuna dengan tuan puteri.‖

Maka Raja Gangga Wijaya pun menyuruh paduka anakanda baginda

itu pergi mengelu-elukan baginda itu, serta menyuruhkan segala menteri

hulubalang menghiasi negeri. Setelah sudah maka permaisuri // pun menyuruh

dayang-dayang pergi memberitahu tuan puteri, serta katanya, ―Lamalah sudah

anakku tiada pernah ke61

mari, aku pun dendam dan rindu akan ia itu. Maka

suruhlah ia kemari, karena Raja Peri pun sudah datang.‖

Maka dayang-dayang itupun pergilah ke mahligai itu, serta sampai

dayang-dayang itu. Lalu bertemulah dengan inangda, serta dengan segala

dayang-dayang itu. Tengah ia duduk berkata-kata, maka dayang itupun

bertanya akan mak inang itu, ―Dimana tuan puteri tiada keluar, beradukah lagi

tuan puteri ini?

Maka inangda tuan puteri pun terkejutlah serta melihat dayang-dayang

bertanya akan tuan puteri itu seraya berkata, ―Marilah // hai dayang-dayang.‖

Maka dayang-dayang itupun duduklah seraya menyembah kepada

inangda tuan puteri itu, serta katanya, ―Beta ini disuruh oleh permaisuri

menyambut tuan puteri pergi kesana, karena Raja Peri pun sudah datang

hendak mengahwinkan tuan puteri pada bulan ini juga.‖

61 Tertulis

142

143

Page 82: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Maka inangda tuan puteri pun terkejutlah hatinya, lalu ia masuk

kedalam peraduan tuan puteri. Maka pada ketika itu tuan puteri baharulah

bangun daripada beradu itu, serta dengan Putera Jaya Pati. Maka inangda pun

menaharub di kaki tuan puteri, serta dengan tangisnya lalu berdatang sembah,

―Ampun tuanku beribu-ribu ampun, bolehkah // kata patik hamba tuha ini

janganlah tuanku kedua ini lagi bermain. Adapun sekarang ini hilanglah

seraya mahligai patik dan hilanglah mahkota patik dan hilanglah cahaya mata

patik dan hilanglah junjungan batu kepala patik dan hilanglah nyawa badan

patik.‖

Setelah sudah maka tuan puteri pun terkejutlah melihat lakunya mak

inang itu serta katanya, ―Hai mak inang, apa mulanya maka demikian ini,

berilah tahu kepada beta?‖

Maka sembah inangda ―Ya tuanku maka adalah paduka bunda tuanku

menyuruh dayang kemari, menyambut tuanku keistana paduka bunda esok

hari, karena Raja // Peri sudah datang serta dengan Raja Laila Indra daripada

belakangnya, serta membawa rakyat terlalu banyak kawanan datangnya

tuanku. Adapun jika diketahuinya oleh paduka ayahanda bunda tuanku, apalah

halnya kita akan pekerjaan kita ini?‖

Maka tuan puteri pun tiadalah terkata-kata lagi seperti akan hendak

pingsan dan air mata pun berlinang-linang, lalu tunduk berpikir dalam hatinya,

―Jika aku tiada pergi, dimurkai oleh paduka ayahanda bunda baginda, jika aku

pergi maka hatiku sudah kasih akan Putera Jaya Pati ini.‖

Hatta maka Putera Jaya Pati pun tahulah akan hatinya pikir // tuan

puteri itu, lalu dipegangnya tangan tuan puteri itu, dibawanya duduk bersalam-

salam. Maka Putera Jaya Pati pun berkata, ―Pergilah tuan karena disambut

144

145

146

Page 83: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

oleh paduka ayahanda dan bunda tuan, janganlah lambat kalau dimurkai oleh

paduka ayahanda bunda tuan. Lagi pun karena tunang tuan pun sudah datang,

jika tuan pergi pun adalah pesan kakanda sedikit kepada tuan. Jika sudah tuan

bersuami pun tuan kenanglah akan jahabat kakanda dagang yang garib ini

dan serta miskin lagi piatu ini. Maka sangatlah harapnya kakanda ini hendak

menjadi hamba kepada tuan, maka sekarang ini sudah dengan kehendak //

Allah Subhānahu wa ta‟ālā akan perceraian kita ini.‖ Serta dengan beberapa

lemah lembut memberikan belas hati tuan puteri itu dengan manisnya. Seperti

air madu lakunya, seraya berpantun, ―Jika tuan meraki kain, ambil benang

dari hat janda. Jika tuan berlaki lain, kenang-kenang akan jahaba62

t

kakanda.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum seraya berpantun, ―Anyar tinggal

didalam kembal ,birah keladi dagang kuah kambing. Hendak tinggal tiada

tertinggal, sudah menjadi darah dan daging.‖

Maka Putera Jaya Pati pun seraya mameluk menciu63

m tuan puteri itu

seraya berpantun, ―Terbang burung cendra // wasih, menghampar sayap penuh

dunia. Tuanlah seorang penyuruh kasih, dipertemukan Allah dalam dunia.‖

Maka tuan puteri pun sukalah sedikit didalam hatinya seraya

berpantun, ―Tetak buluh sampaian kain, rama-rama terbang ke judah. Jika

sepuluh datang yang lain, mana kan sama telah yang sudah.‖

Maka Putera Jaya pati pun tersenyum seraya berpantun, ―Bukan kalung

jalan kekallah, ketika dengan bukit cempalu. Dipinta tolong kepada Allah,

jangan kita beroleh malu.‖

62

Tertulis

63 Tertulis

148

147

Page 84: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Setelah sudah maka tuan puteri mendengar pantun Putera Jaya Pati

demikian itu, maka air mata tuan puteri pun tiadalah berasa lagi berhamburan

// seperti mangnikam terhamburan daripada gerangannya itu demikianlah

rupanya.

Lalu ia berkata-kata, ―Hai mak inang, tiadalah beta pergi mengadap64

paduka ayahanda bunda, karena sudah antangku demikian ini. Dimana kan

dapat disalahkan jika beta pergi pun tiadalah diampuni oleh paduka ayahanda

bunda dan tiadalah hidup beta lagi. Jika demikian baiklah beta mati dengan

anak manusia ini.‖

Setelah sudah maka inangda pun heranlah tiada terkata-kata lagi. Kata

Putera Jaya Pati, ―Jangan tuan melalui titah paduka ayahanda bunda itu,

menjadi durhakalah. Lagi pun tuan hendak // dikerjakan oleh ayahanda bunda

tuan.‖

Maka kata tuan puteri, ―Tiadalah kakanda beta pergi, jika beta pergi

pun tiadalah diampunnya oleh paduka ayahanda bunda itu akan dosanya beta

ini.‖ Hatta setelah didengar oleh inangda kata tuan puteri itu, maka ia pun

keluarlah serta dengan tangisnya. Maka segala dayang-dayang yang disuruh

oleh permaisuri itupun, serta hendak bangkit masuk mengadap65

tuan puteri

kedalam istana itu.

Maka tuan puteri pun segeralah keluar dengan Putera Jaya Pati, Maka

dayang-dayang itupun heranlah melihat seorang laki-laki terlalu amat elok

rupanya dan cahayanya // seperti matahari sedang terbit, demikianlah rupanya.

Maka dayang-dayang itupun tercenganglah tiada terkata-kata. Maka titah tuan

64 Tertulis

65 Tertulis

149

151

150

Page 85: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

puteri, ―Hai dayang-dayang, pergilah engkau, katakan sembah beta kebawah

duli paduka ayahanda dan bunda.‖

―Adapun beta hendak pergi tiada boleh ada kesusahan sedikit.‖ Maka

dayang-dayang itupun tahulah akan hatinya, kata tuan puteri itu. Maka kata

Putera Jaya Pati, ―Hai dayang, katakan kepada ayahanda bunda tuan puteri.

Maka tuan puteri empunnya sembah kebawah duli paduka ayahanda bunda.

Akan dini hari sekarang tuan puteri masuk mengadap66

.‖ Maka berkata-kata

itu sambil tersenyum akan senyum // itu terlalu manis rupanya seperti laut

madu dan giginya hitam berkilat-kilat seperti sayap kumbang.

Maka dayang-dayang itu termangu-mangu, maka kata inangda, ―Hai

dayang-dayang, apa bicaranya karena tuan puteri sudah berkasih-kasihan

dengan orang muda ini?‖

Maka kata dayang-dayang itu, ―Jika sebagai ini matilah tuan puteri ini

dan kita sekalian ini, baiklah kita pergi sembahkan kebawah duli yang

dipertuan dengan sebenarnya akan pranata ini.‖

Syahdan maka dengan demikian itu inangda pun tiadalah terbicara lagi,

maka dayang-dayang itupun bermohonlah pada inangda lalu pulang

mengadap67

baginda kedua laki isteri itu. Hatta maka // serta sampai lalu sujud

menyembah baginda serta dengan tangisnya dan tiada terkata-kata. Maka titah

baginda, ―Hai dayang-dayang, apa mulanya anakku itu?‖

Maka sembah dayang-dayang, ―Ampun tuanku beribu-ribu ampun

keatas jamal patik hamba ini, adapun akan sembah paduka anakanda baginda

itu kepada duli tuanku. Akan paduka anakanda baginda itu tiadalah mari

66 Tertulis

67 Tertulis

152

153

Page 86: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

mengadap68

duli tuanku gunanya. Karena ada kesukaran anakanda baginda itu.

Ampun tuanku itulah sembah paduka anakanda baginda itu. Maka patik lihat

ada seorang laki-laki terlalu baik rupanya serta parasnya pun baik, maka

duduk bersama-sama dengan paduka // anakanda baginda ia.‖

Hatta maka titah baginda dengan amarahnya, ―Anak celaka itu

diberinya malu pulik kita.‖ Maka baginda pun sangatlah murkanya, dan

mukanya pun merah seperti yuang raya kembang pagi lakunya. Lalu bertitah

dengan murkanya kepada permaisuri, ―Lihatlah anak celaka pilak ini

menghitamkan mukaku.‖

Setelah sudah maka baginda pun keluarlah kebalai serta dengan

amarahnya, dan mukanya pun merah padma. Serta sampai lalu, ―Hai segala

menteriku, segeralah engkau pergi tangkap laki-laki yang duduk di mahligai

anak celaka bedebah itu. Bawa kepadaku serta dengan ikatnya.‖

Maka segala menteri // hulubalang pun sujud menyembah kepada

baginda serta dengan takutnya, karena baginda itu sangatlah murkanya akan

tuan puteri. Maka segala menteri hulubalang pun berjalanlah pergi dengan

segeranya ke mahligai tuan puteri itu. Sampai dengan tampak soraknya terlalu

gemuruh bunyinya, maka sekaliannya pun berseru-seru dengan nyaring

suaranya, ―Hai laki-laki yang tiada berbudi, segeralah engkau turun ke

halaman balai ini. Jika lambat, niscaya aku naik keatas mahligai ini. Aku jerat

leher kamu, aku bawa persembahkan kebawah duli syah alam.‖

Maka lalu dikepungnya keliling mahligai itu, serta dengan alat senjata

terlalu gemuruh bunyi. // Tampak soraknya segala menteri hulubalang

dihalaman mahligai tuan puteri itu. Hatta maka segala dayang-dayang isi

68 Tertulis

155

154

156

Page 87: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

mahligai itupun habis lari bersembunyi, serta dengan teriak tangis dan

berhamburan dengan tahani kencangnya sepanjang jalan itu. Hanyalah

inangda tuan puteri juga masuk mengadap69

tuan puteri kedalam peraduan

dengan tangisnya maka, serta sampai lalu disembahnya, serta katanya, ―Wahai

tuanku, orang mengepung sudah datang tuanku, terlalu banyaknya penuh

masuk dihalaman balai ini.‖

Hatta maka tuan puteri pun tiada terkata-kata, lalu tunduk menangis.

Setelah sudah maka kata Putera Jaya Pati, // ―Ya adinda janganlah tuan sangat

menangis dan sesalkan sudahlah antang kita demikian, dimana kan dapat

disalahkan.‖

Maka lalu ia berpantun demikian bunyinya, ―Kuda berpasa didalam

kampung, anak angsa didalam gadai. Muda perkasa jangan dikepung, jika

binasa badanmu handai.‖

Maka tuan puteri pun serta dengan inangda itu sedaplah hatinya sedikit

mendengar pantun Putera Jaya Pati itu. Maka tuan puteri pun membalas

pantun itu demikian bunyinya, ―Pohon cabai diatas kata, tumpah padi

dibawahnya. Jika sungguh bagai dikata, patah lagi akan salahnya.‖ Maka

Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya pantun // Jika tak tumbuh pria melata,

anak ikan didalam peti. Jika tak sungguh bagai dikata, bukanlah beta Putera

Jaya Pati.‖

Maka tuan puteri tunduk kepalanya seraya berpantun, ―Jika tumbuh

pria dikota, pun didalam cambul cerana. Jika sungguh bagai dikata, tuanlah

jadi kumala istana.‖

69 Tertulis

157

158

Page 88: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berpantun dan sul70

uk

lalu berkata, ―Ya adinda, biarlah beta lenyap seorang diri beta.‖

Serta disambut tuan puteri dibawanya duduk serta makan sirih dan

memujuk tuan puteri dengan kata-kata yang manis-manis. Maka tuan puteri

pun makin pula rawan hatinya. Bermula // akan orang mengepung itupun

terlalu gegak gempita bunyinya, serta dengan tampak soraknya. Maka Putera

Jaya Pati pun seraya berpantun, ―Gajah lekur kuda beraksa, puan dimana aku

hempaskan. Salam labur salam binasa, tuan dimana abang lepaskan.‖

Maka tuan puteri pun tersenyum mendengarkan pantun Putera Jaya

Pati itu, maka tuan puteri pun tiadalah membalas pantun Putera Jaya Pati itu.

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun memimpinkan tangan tuan puteri,

lalu dibawanya pergi duduk dimuka pintu mahligai itu.

Syahdan maka dicitanya nama gurunya Begawan Narada, maka

keluarlah // jin empat orang akan pahlawan daripada sekalian jin yang amat

banyak itu. Maka jin itupun datanglah menyembah Putera Jaya Pati, maka

sembahnya, ―Ya tuanku, apa pekerjaan tuanku memanggil patik ini dan musuh

yang mana hendak disuruh patik melawan, maka sangatlah ingin rasanya patik

hendak berperang.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Hai saudaraku, lawanlah akan hulubalang

raja Gangga Wijaya yang dibawah mahligai ini!‖

Maka pahlawan jin keempat itupun seraya menyembah sarta dengan

tertawanya lalu turun dari mahligai itu ke tanah, seraya bersikap akan dirinya

laku seperti harimau // hendak menerkam kawan kumbang tiada

membilangkan lawannya. Serta ia menyerbukan dirinya kedalam rakyat yang

70 Tertulis

159

160

161

Page 89: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

banyak itu, serta sampai lalu diamuknya seketika lagi. Maka hulubalang dan

rakyat Raja Gangga Wijaya pun habislah lari tiada71

menderita diamuknya

oleh jin keempat itu, dengan seketika itu juga patah perangnya, undur masuk

kedalam kotanya.

Maka pahlawan jin keempat itupun datanglah mengadap72

Putera Jaya

Pati, maka Putera Jaya Pati pun memberikan puannya seraya katanya, ―Hai

saudaraku makanlah sirih!‖ Maka jin empat itupun menyembah, lalu makan

sirih itu.

Syahdan maka segala hulubalang // raja itu serta sampai lalu duduk

menyembah, serta dipersembahkan kepada baginda, ―Ampun tuanku beribu-

ribu ampun, penuh limpah sedia terjunjung keatas jamal patik. Ampun tuanku,

maka terlalulah besarnya pekerjaan paduka anakanda itu. Akan laki-laki

itupun bukanya sebarang-barang perkasanya, sedang patik sekalian

mengepung dimahligai tuan puteri itu. Maka patik lihat seorang pun tiada

tiba73

-tiba keluarlah empat orang pahlawan jin, maka terlalulah perkasanya.

Jikalau dihimpun kesemuanya pun rakyat tuanku ini tiada juga terlawan, maka

sangatlah saktinya hendak melawan dia itu.‖

Maka serta baginda mendengar sembah segala // menteri hulubalang

demikian itu maka baginda pun terlalu amarahnya, merah padma warna

mukanya itu. Lalu menitahkan empat orang hulubalang membawa rakyat pada

seorang selaksa rakyatnya. Maka titah baginda, ―Pergilah engkau tangkap laki-

laki itu, bawa kemari serta dengan ikatnya!‖

71 Tertulis

72 Tertulis

73 Tertulis

162

163

Page 90: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Maka segala hulubalang rakyat sekalian pun menyembah baginda lalu

berjalan pergi lawan maka dikepungnya keliling mahligai itu. Hatta74

maka

dilihat oleh Putera Jaya Pati akan rakyat banyak datang mengepung itu, maka

dicitanya kumala hikmah itu. Maka dengan seketika itu juga keluarlah jin

beribu-ribu ratus akan pelbagai-bagai bangsanya daripada jin // dan dewa dan

mambang dan peri dan indra candra maka penuhlah medan itu.

Maka bertemulah kedua pihak rakyat itu, lalu berperanglah terlalu

ramainya gegak gempita bunyinya, serta dengan tampak soraknya antara

kedua pihak itu. Maka seketika berperang itu, maka patahlah segala rakyat raja

itu lari masuk kedalam kotanya. Maka serta sampai dipersembahkan pada

baginda, ―Ampun tuanku, akan segala hulubalang rakyat sekalian sudahlah

patah perangnya.‖

Maka titah baginda, ―Darimana pula datangnya rakyat orang muda itu,

maka terlalu banyaknya dan anak siapa orang muda itu?‖

Maka sembah orang itu, ―Duli tuanku syah alam, maka tiadalah // patik

ketahui darimana-mana datangnya itu, hanya patik lihat ia seorang jua. Maka

sekonyong-konyong datang rakyatnya terlalu banyak seperti anak lebah, maka

berbagai-bagai jenisnya dan bangsanya daripada jin peri dewa mambang indra

candra dialah belaka tuanku patik lihat.‖

Maka baginda pun heranlah akan dirinya lalu menyuruh segala raja-

raja yang besar-besar serta dengan menteri hulubalang dan pahlawan yang

gagah dan dengan beraninya membawa rakyat delapan laksa. Kepada seorang

maka titah baginda, ―Pergilah tangkap orang muda itu, bawa kepada aku

dengan hidupnya!‖

74 Tertulis

165

164

Page 91: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Maka segala raja-raja menteri hulubalang rakyat pun pergilah

memulihkan // perangnya yang patah itu. Setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati

makin banyak pula rakyat raja itu datang mengepung dia itu. Maka dicitanya

pula rakyat terlalu banyak tiadalah terhisabkan lagi banyaknya datang itu.

Berpuluh-puluh ribu keluar daripada kumala hikmah dan berlaksa-laksa kati

keluar daripada jin dan peri dewa-dewa dan mambang berbagai bangsanya

maka serta datang, lalu menyerbukan dirinya masuk kedalam rakyat raja itu

maka terlalulah gemuruh bunyinya dengan tampak soraknya.

Maka pahlawan jin keempat itupun seraya bermohon ia hendak

berperang dengan rakyat raja itu // maka kata Putera Jaya Pati, ―Hai saudaraku

keempat, lawanlah oleh saudaraku akan segala hulubalang raja itu. Jangan kita

beroleh malu akan orang.‖

Maka kata pahlawan jin keempat itu, ―Janganlah tuanku gundah hati,

tiada kita beroleh malu akan orang ini, karena tiada beraninya.‖ Setelah sudah

maka jin keempatnya pun menyembah lalu turun dari atas mahligai itu lalu

masuk berperang dengan segala rakyat yang tiada tepermanai. Serta dengan

gembiranya, maka barang yang telentang itu habis dibunuhnya.

Maka segala rakyat raja itupun habis undur karena banyak matinya dan

luka pun banyak juga, maka tiadalah menderita // lagi diamuk oleh jin

keempat itu, maka datang pula bantunya berpuluh-puluh laksa tiadalah terkira-

kira lagi banyaknya. Maka penuhlah medan peperangan itu akan rakyat Putera

Jaya Pati pun sekonyong-konyong penuhlah medan itu maka tiada tepermanai

banyaknya.

Maka segala hulubalang dan rakyat Putera Jaya Pati pun serta dengan

rakyat raja itupun berperanglah terlalu ramainya, maka seketika berperang itu

168

166

167

Page 92: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

maka rakyat raja itupun setengahnya masuk bersembunyi dibawah mahligai

membawa takutnya. Maka terlalulah ramainya dibawah mahligai tuan puteri

itu karena rakyat Putera Jaya Pati terlalu banyak bangsanya // hendak melawan

rakyat raja itu.

Maka sekaliannya orang didalam negeri itupun sangatlah herannya

serta berkata-kata sama sendirinya, ―Haruslah orang muda itu dapat ia

mengambil tuan puteri itu, karena terlalu kesaktiannya. Maka dapat ia

mengadakan rakyat berkati-kati, bijaksana sekali-sekali orang muda itu.‖

Adapun akan tuan puteri serta dengan inangda dan dayang-dayang sekalian itu

amat sukacita melihatkan Putera Jaya Pati itu sangat kesaktiannya serta

dengan perkasanya.

Adapun akan Putera Jaya Pati itu orang duduk berperang, akan dia itu

duduk berpeluk dan bercium dan bermadah cumbu dengan // tuan puteri itu.

Tiadalah dihiraukan akan pekerjaan perang itu, mana setahu pahlawan jin

keempat itulah. Adapun akan perang pahlawan jin keempat itu terlalulah

gempita bunyinya maka lebuduli pun berterbanganlah keudara. Terang cuaca

menjadi kelam kabutlah tiada apa kelihatan lagi, maka jadi campur baurlah

rakyat antara kedua pihak itu. Maka tiadalah berkenalan hingga bunyi tampak

soraknya segala menteri hulubalang kedua pihak tentara itu, maka tiadalah

kedengaran yang lain lagi melainkan gemerincing bunyi segala senjata.

Seketika berperang itu maka banyaklah matinya, maka darah pun //

banyaklah tumpah kebumi, mengalir seperti air sebak rupanya. Maka

terlalulah menarub lakunya, tumpah menumpah tikam menikam, usir

mengusir terlalu ramainya daripada banyak darah tumpah ke bumi itu, maka

169

170

171

Page 93: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

lebuduli itupun hilanglah, maka kelihatanlah orang itu, maka patahlah rakyat

Putera Jaya Pati itu habis lari kebawah mahligai itu.

Hatta maka dilihat oleh pahlawan jin keempat itu akan hal yang

demikian itu, maka pahlawan jin itupun marahlah maka ia pun menyerbukan

dirinya masuk kedalam rakyat yang tiada tepermanai itu, serta ia // mengamuk.

Barang yang bertemu dengan dia itu habis dibunuhnya, maka tiadalah

menderita lagi akan rakyat raja itu pada amuk pahlawan jin itu, kelakuannya

seperti binatang luka bangunnya. Jika berbanjar seratus sekali pun dengan

sekali tetak juga habis mati.

Adapun ia mengamuk itu tiada memandang kekanan dan kekiri, seperti

orang gila lakunya itu. Maka terlalulah banyaknya mati dan luka, maka

bangkai segala manusia pun bertimbun-timbun seperti gunung dan senjatanya

pun seperti ranjau didalam laut darah itu. Seketika diamuk oleh orang empat

itu, maka segala hulubalang raja itupun patahlah perangnya habis lari cerai

berai // tiada berketahuan perginya, setengah masuk kedalam kotanya.

Serta sampai lalu dipersembahkan kepada baginda demikian

sembahnya, ―Ya tuanku, adapun akan orang muda itu terlalu saktinya. Serta

dengan beraninya, maka tiadalah dapat patik sekalian melawan dia itu.‖

Maka demi baginda mendengar sembah segala hulubalang itu, maka

baginda pun tiadalah terkata-kata lagi. Seketika berpikir maka titah baginda,

―Jika demikian perintahnya baiklah kita memberitahu akan Raja Indera Peri

itu, biarlah ia berperang. Lagi pun ia juga empunya kerjaan berperang itu,

barang siapa menang itulah menantu kita. Jika kita bermati-mati sekali pun

tiada akan gunanya, // karena sudah orang muda itu dengan anak kita.‖

173

174

172

Page 94: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Maka sembah segala hulubalang itu, ―Ampun tuanku, sebenarnyalah

seperti titah tuanku itu. Lagi pun akan paduka anakanda Indera Sumandralila

tiada. Setelah sudah putus bicara itu maka baginda pun menyuruh orang pergi

membawa khabar kepada Raja Indera Peri itu, maka segala menteri

hulubalang itupun seraya menyembah lalu berjalan pergi kepada raja Indera

Peri itu.

Adapun pada hari itu tiadalah jadi berperang antara dua tiga hari

berdiamlah. Adapun pahlawan jin keempat itu setelah lihatnya pada hari itu

tiada berperang, maka ia pun masuklah mengadap75

// Putera Jaya Pati. Maka

kata Putera Jaya Pati, ―Ya saudaraku, apa bicaranya kita ini akan pekerjaan

hendak berperang dengan Raja Indera Peri itu?‖

Maka sembah pahlawan jin empat itu, ―Hai tuanku, akan pekerjaan

perang itu terlalulah sukar, karena kita tiada berkuat, maka tiadalah tempat

hendak berhenti akan penat. Ampun tuanku, patik persembahkan karena

rakyat kita sangatlah kesukarannya. Adapun akan pekerjaan perang itu diatas

patiklah akan mengerjakan pekerjaan itu, janganlah tuanku menaruh masygul

didalam hati tuanku jangankan sebanyak itu jika sepuluh kian lagi pun patik

lawan juga, tiadalah // undur dan tiada patik memalingkan muka patik, serta

tiadalah patik memberi malu akan tuanku. Demikianlah sembah patik hamba.‖

Maka Putera Jaya Pati pun terlalulah sukanya serta mendengar sembah

pahlawan jin keempat itu.

Syahdan maka Putera Jaya Pati pun segeralah ia menumbangkan

kumala hikmah itu di tengah padang Indera itu, maka dengan seketika itu juga

jadilah sebuah negeri lengkap dengan kota paritnya. Setelah sudah mahligai

75 Tertulis

175

176

Page 95: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

tuan puteri itupun dibawanya masuk ke dalam kota itu oleh segala rakyat jin

dan peri itu. Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun menjamulah segala

rakyat itu makan // minum, serta dengan bersuka-sukaan pelbagai permainan

gegak gempita bunyinya tiadalah apa yang kedengarannya lagi. Demikianlah

sehari-sehari menantikan sementara berperang itu.

Bermula segala orang yang dititahkan oleh baginda itupun sampailah

kepada Raja Indera Peri itu seraya katanya, ―Apa pekerjaan engkau datang

ini?‖

Maka sembah segala hulubalang itu, ―Ampun tuanku beribu-ribu

ampun, akan paduka adinda itu sudahlah dipukul oleh seorang laki-laki. Maka

terlalulah kesaktiannya orang muda itu, maka akan hulubalang duli tuanku pun

banyaklah matinya.‖

Setelah didengarnya oleh raja Sumandra Lila itu, maka ia pun terjun

dari atas balai itu. Tiadalah // sempat ia bermohon lagi kepada Raja Indera Peri

itu, serta berlari-lari hendak segera akan sampai ke negerinya. Maka Raja

Indera Warna pun segeralah terjun memegang tangan Raja Sumandra Lila itu

seraya katanya, ―Sabarlah dahulu kakanda, maka kita suruhkan hulubalang

kita dapatlah akan melawan laki-laki itu.‖

Demi didengarnya oleh segala hulubalang Peri demikianlah kata

rajanya itu, maka segala hulubalang itupun berlompatanlah, serta dengan

tampak soraknya seraya katanya, ―Ya tuanku, suruhkanlah patik sekalian ini

padalah sekedar laki-laki itu.‖

Demi didengarnya oleh raja Indera Peri akan cakap segala hulubalang

itu, serta dengan tampak soraknya // hendak pergi membunuh itu. Maka Raja

Indera Peri pun menitahkan hulubalangnya bawa kembali ke negerinya segala

177

178

179

Page 96: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

pekakasnya hendak kahwin itu. Setelah sudah maka baginda pun berangkatlah

dengan segala bunyi-bunyian terlalu ngitmat bunyinya, seperti langit akan

runtuh lakunya berjalan itu, serta dengan amarahnya menuju negeri Raja

Gangga Wijaya itu. Siang dan malam tiada berhenti karena hendak segera

sampai. Antara beberapa hari maka sampailah.

Hatta maka dilihat oleh Raja Indera Peri dan Raja Indera Warna akan

kota sebuah negeri baru terlentang di tengah padang itu. Maka titah Raja

Indera Warna, ―Inilah rupanya laki-laki // itu bangunnya.‖ Maka sembah

orang-orang itu, ―Inilah dianya tuanku.‖

Maka titah Raja Indera Peri, ―Dimana baik kita berhenti?‖ Maka

sembah Raja Indera Warna, ―Disinilah baik tuanku, akan tempatnya pun baik

dan lagi sama bertentang dengan kota itu.‖

Hatta maka Raja Indera Peri pun memujalah hikmahnya, maka dengan

seketika itu juga maka jadilah sebuah negeri lengkap dengan kota paritnya dan

serta dengan istananya dan balai pengadapan76

pun ma77

timbulah. Setelah

sudah maka baginda pun menitahkan segala hulubalang dan rakyat sekalian

keluar ke medan peperangan kepada hari itu juga, karena baginda itu sangatlah

murkanya. Setelah sudah baginda // bertitah itu maka segala menteri

hulubalang rakyat sekalian pun keluarlah ke medan peperangan. Serta dengan

tampak soraknya terlalu ngitmatnya bunyinya, serta berseru-seru meminta

lawan hendak berperang itu.

76 Tertulis

77 Tertulis

180

181

Page 97: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Hatta maka di dengar oleh rakyat Putera Jaya Pati akan orang meminta

lawan itu, maka ia pun segeralah masuk mengadap78

Putera Jaya Pati

persembahan khabar itu, ―Ampun tuanku akan segala hulubalang rakyat Peri

itu sudah datang ke medan peperangan, serta ia meminta lawan.‖

Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati dan pahlawan jin keempat itu

akan sembah demikian itu, maka pahlawan jin empat itu pun geramlah

hatinya serta naik // kiranya dan matanya pun merah seperti api bernyala-

nyala. Maka sembahnya, ―Ampun tuanku, patik hendak masuk ke medan

melawan rakyat Raja Peri itu tuanku, janganlah junjungan patik keluar lagi.

Jika sudah patik keempat bersaudara ini mati melenakan mana pandai

tuankulah.‖

Setelah didengar oleh Putera Jaya Pati akan sembah pahlawan jin

keempat itu maka ia pun suka hatinya seraya bertitah, ―Hai saudaraku baik-

baik saudaraku berperang dengan hulubalang Peri itu, karena ia pun banyak

hikmahnya.‖

Maka sembah pahlawan jin keempat itu, ―Ampun tuanku, tiada

mengapa.‖ Setelah sudah maka pahlawan jin keempat itupun // bertalut

menyembah Putera Jaya Pati. Maka ia pun masuklah ke medan peperangan

serta dengan segala rakyat bala tentaranya sekalian. Setelah sampai maka ia

pun mengerahkan rakyatnya menempuh ke dalam rakyat Peri itu, dengan

tampak soraknya, setelah bertemulah kedua pihak itu maka berperanglah

terlalu ramainya gegak gempita bunyinya maka samalah gagah beraninya.

Maka seketika berperang itu maka lebuduli pun berbangkitlah ke

udara, siang cuaca menjadi kelam kabut. Tiadalah kelihatan orang berperang,

78 Tertulis

182

183

Page 98: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

maka jadi campur baurlah antara keduanya itu dan tiadalah apa kedengaran

lagi hingga bunyi sorak dan tampak segala hulubalang dan rakyat sekalian

seperti tagar // di langit membelah. Demikianlah bunyinya tampak sorak

segala hulubalang yang berani dan harap segala yang penakut juga kedengaran

dan gemerincing bunyi senjata segala hulubalang dan darah pun mengalirlah

seperti air sebak.

Siang dan malam tiadalah berhenti perangnya itu tujuh hari tujuh

malam, maka medan peperangan itupun penuhlah dengan bangkai gajah dan

kuda dan manusia. Maka segala badan manusia pun seperti buah luruh dari

pada pohonnya dan kepalanya segala manusia itu terpelanting seperti anak keti

dan bertimbun-timbun mayat itu seperti bukit dan gunung. Demikianlah

banyaknya rakyat antara kedua pihak itu mati di medan // peperangan itu.

Seketika maka terang cuacalah medan itu, maka kelihatanlah orang

berperang itu karena banyak darah tumpah ke bumi. Maka masing-masing pun

menyembelih kepada rakyatnya, lalu berperanglah. Maka ditempuh oleh

pahlawan jin, Indera Peri itu bersungguh-sungguh hatinya, maka patahlah

rakyatnya jin itu. Setelah dilihatnya oleh pahlawan jin keempat akan segala

rakyatnya habis patah perangnya. maka ia pun terlalu amarahnya, seraya

menyerbu akan dirinya seperti singa yang galak lakunya menerkam masuk

rakyat yang banyak itu. Serta memarang dengan kedua bilah tangannya, maka

seketika diamuknya. Maka segala rakyat Raja Peri // pun habis lari pecah

belah tiada berketahuan perginya adanya undur masuk kedalam kotanya.

Setelah dilihat oleh Raja Indera akan segala rakyatnya habis patah

perangnya lari tiada berketahuan perginya itu maka ia pun terlalulah

amarahnya, seraya melompat naik ke atas kudanya yang bernama Tizya

185

184

186

Page 99: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Birama itu, lalu dipacunya masuk ke tengah medan peperangan, serta

menyerbukan dirinya kedalam rakyat yang tiada tepe79

rmanai itu serta,

menetak dengan kedua belah tangannya. Maka seketika diamuknya oleh raja

Indera Warna itu, maka segala rakyat jin pun banyaklah matinya dan luka

mana yang tinggal itu habis cerai berai tiada berketahuan // larinya seperti

kapas dibusur terbangnya demikianlah adanya itu.

Hanyalah pahlawan jin keempat itu juga terdiri ditengah medan

peperangan itu, maka ia pun tiadalah terkata-kata lagi melihat kelakuan anak

raja itu mengusir rakyatnya, seperti harimau menghambat kawan kumbang

demikianlah rupanya.

Setelah dilihat oleh Raja Indera Warna akan pahlawan jin keempat itu

maka Raja Indera Warna pun makin sangat pula amarahnya lalu dipanahnya

akan Sangga Mukasin itu. Maka kenalah dadanya tiada lut maka anak panah

itupun terpelanting ke bumi. Maka pahlawan jin keempat itupun sangatlah

amarahnya, // seperti singa yang galak lakunya. Lalu diserbunya masuk

kepada anak raja itu, hendak ditangkapnya tiada dapat. Maka Raja Indera

Warna pun terlalu amarahnya, dilihat senjatanya tiada berguna itu maka segera

ia memanahkan ke udara, maka turunlah hujan dan angin pun terlalu kerasnya

datang menempuh pahlawan jin keempat itu. Maka ia pun heranlah

tercengang-cengang tiada terkata-kata.

Maka lalu dikerabangkan rambutnya keempat itu, maka hari pun

malamlah. Maka genderang kembali pun dipalu oranglah, maka raja Indera

Warna pun kembalilah ke istananya, maka pahlawan jin keempat itupun

masuklah ke dalam kotanya. Maka serta sampai // lalu dipersembahkan

79 Tertulis

188

189

187

Page 100: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

oranglah kepada Putera Jaya Pati mengatakan patah perang pahlawan jin

keempat. Maka ia sudah masuk berhenti ke dalam kota ini, demi didengar oleh

Putera Jaya Pati akan sembah orang itu maka Putera Jaya Pati pun terlalu

amarahnya. Maka mukanya pun merah seperti bunga raya kembang pagi,

seraya berkata, ―Esok hari aku keluar sendiri.‖

Setelah sudah maka ia pun masuklah mendapatkan tuan puteri, serta

sampai maka kata Putera Jaya Pati, ―Ya adinda, tuan kakanda mohonlah

kepada tuan hendak pergi berperang esok hari dengan tunang tuan itu, jika

kakanda mati dibunuhnya // oleh tunang tuan itu, maka tuan kafankan dengan

kain dipinggang tuan dan mandikan kakanda dengan air mata tuan itu.‖

Demi tuan puteri mendengar kata Putera Jaya Pati, maka hati tuan

puteri pun tiadalah tertahan lagi. Maka air matanya pun keluarlah tiada berasa,

maka dipegang oleh tuan puteri hulu keris Putera Jaya Pati itu seraya katanya,

―Jika kakanda hendak keluar berperang, marilah keris kakanda ini, biarlah beta

membunuh akan diri beta dahulu. Jika kakanda sayang akan beta, daripada

bercerai dengan kakanda.‖

Maka segera dipegang oleh Putera Jaya Pati akan tangan tuan puteri itu

seraya // katanya, ―Gilakah tuan ini maka hendak membunuh diri sahaja,

kakanda hendak bergurau dengan tuan. Kepada perasaan jika berperang pun

tiada mengapa.‖

Maka kata tuan puteri, ―Jika kakanda tiada percaya akan seperti kata

beta ini, kakanda bunuhlah beta dahulu. Kemudian kakanda keluar pergi

berperang.‖

Maka Putera Jaya Pati pun belas kasihan hatinya mendengar kata tuan

puteri itu, maka dibujuknya dengan kata-kata yang manis, akan memberi

190

191

Page 101: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

rawan hatinya tuan puteri itu, maka hati tuan puteri pun lembutlah sedikit.

Maka akan Putera Jaya Pati pun semalam-malam itu tiadalah boleh beradu //

lena-lena dengan memujuk dan cumbu seperti orang penyudah kasih. Setelah

itu maka hari pun sianglah pada hari itu daripada pagi-pagi. Maka Raja Indera

Warna pun menyuruh memalu genderang peperangan. Maka Putera Jaya Pati

pun menyuruh memalu genderang peperangan menurut lawannya itu. Bermula

maka antara kedua pihak rakyat pun keluarlah dari dalam kotanya.

Syahdan maka Putera Jaya Pati pun keluarlah ke balai, dilihatnya

sudah berhimpun segala hulubalang rakyatnya. Setelah sudah maka Putera

Jaya Pati pun berjalanlah diiiringkan oleh pahlawan jin keempat itu, serta

dengan segala rakyatnya seperti harimau // hendak menerkam kawan

kumbang. Demikianlah rupanya itu bersaf-saf di tengah medan peperangan itu

serta meminta lawannya. Setelah dilihat oleh Raja Indera Peri banyak rakyat

lawannya keluar itu, dan meminta lawan. Maka Raja Indera Peri pun keluarlah

dengan segala rakyatnya yang tiada tepermanai itu.

Adapun pada hari itu Raja Gangga Wijaya dan anakanda baginda pun

ada di medan serta dengan segala bala tentaranya itu melihat antara kedua

pihak hendak berperang itu. Syahdan maka raja Indera Warna pun mengikut

perangnya terlalu hebat rupanya yang menjadi cucuk // itu seorang saudaranya

yang bernama Indera Gangga Peri dan yang di jadikan tubuhnya itu Raja

Indera Warna sendiri dan yang menjadikan sayap kanan dan sayap kiri itu

saudara akan Raja Indera Peri bernama Peri Indera dan yang menjadi

tubuhnya itu Raja Indera Peri, dengan segala hulubalang rakyatnya maka

dinamakan ikut perang itu Naga Berebut setelah sudah maka ia keluar ke

medan peperangan itu.

193

192

194

Page 102: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Hatta maka Putera Jaya Pati pun serta mengikutkan perangnya akan

raja jin yang keempat itu, bernama Sangga Mukasin menjadi cucuk dan sang

Kuda Kampa menjadi sayap kanan dan Sang Satyara menjadi sayap // kiri dan

Sang Teratek Sumandu menjadi tubuh dan Putera Jaya Pati menjadi tubuh.

Dinamai ikut perang itu Naga Bergigit.

Setelah sudah maka dipalu oranglah genderang peperangan terlalu

ramainya antara kedua pihak itu, maka Indera Gangga Peri pun berseru-seru

meminta lawan. Maka Sangga Mukasin pun berperanglah dengan Gangga

Peri, maka perang kedua cucuk itu dari pada waktu zuhur sampai waktu asar

tiadalah berhenti, maka Sangga Mukasin pun he80

ranlah hatinya lalu

diamuknya dengan sungguh-sungguh hatinya. Maka seketika diamuknya itu

maka rakyat Indera Peri pun undur tiada tertahan lagi. Setelah dilihat oleh //

raja indera warna akan saudaranya itu seorang dirinya ditengah medan itu,

maka raja Indera Warna pun menitahkan saudaranya yang menjadi sayap

kanan dan sayap kiri itu membantukan saudaranya.

Maka segala rakyat jin pun tiadalah tertahan diamuk oleh rakyat Peri

itu. Maka larilah rakyat itu membuangkan dirinya tiada berketahuan perginya,

setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan rakyat habis lari, maka ia pun

menitahkan pahlawan jin empat itu semua memulihkan perang itu. Maka

pahlawan jin itu masuklah ke medan, setelah dilihat oleh raja Indera Warna

banyak pula // rakyat keluar daripada sebelah lawannya. Maka ia pun

menyuruh segala raja-raja itu keluar serta dengan segala rakyatnya yang tiada

tepermanai itu, lalu masuk berperanglah seperti guruh di langit bunyinya.

80 Tertulis

197

195

196

Page 103: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Demikianlah dicetera akan oleh orang yang empunya cetera ini akan

perang Putera Jaya Pati dengan Raja Indera Warna itu empat puluh hari empat

puluh malam tiadalah berhenti, dan tiadalah apa yang kedengaran lagi

hanyalah suara segala hulubalang yang berani dan arif segala yang penakut

dan serta bercampur baur dengan suara gajah kuda, dan bunyi segala senjata

hulubalang juga gemerincing seperti guruh di langit akan runtuh dan kilat

senjata segala senjata gemerlapan seperti akan // kiamat lakunya.

Maka bantu daripada Raja Indera Warna banyaklah datangnya serta

sampai lalu masuk berperanglah. maka beberapa pun datang itupun tiada juga

tertahan. Maka segala rakyat Putera Jaya Pati pun banyaklah mati dan luka

karena terlalulah sangat banyak lawannya itu. Lalu patah berundur, setelah

dilihat oleh pahlawan jin keempat itu maka ia pun terlalu amarahnya, lalu ia

menempuh dengan sesungguh hatinya barang yang terlentang dihadapan81

dihadap82

annya habis dibunuhnya seketika diamuknya.

Maka patahlah perang rakyat Peri itu habis lari cerai berai tiada

berketahuan perginya membawa dirinya. Setelah dilihat oleh Raja Indera

Warna // akan rakyat habis lari itu maka Raja Indera Warna pun terlalu

amarahnya, seperti harimau menerkam lakunya. Maka ia pun masuklah

sendirinya mengamuk kedalam rakyat jin itu. Barang yang telentang habis

dibunuhnya, seketika lagi maka rakyat jin itupun undurlah daripada sangat

kharab ditempuh oleh raja Indera Warna itu.

Setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan segala rakyat raja Indera

warna, maka ia pun menyerbukan dirinya kedalam rakyat Raja Indera Warna

81 Tertulis

82 Tertulis

198

199

Page 104: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

itu, lalu diparangnya dengan pedang yang boleh daripada raksasa itu. Hatta

maka beberapa ketika berperang itu terang cuaca pun menjadi kelam kabut

tiada // apa kelihatan, maka darah pun banyak tumpah kebumi seperti air

sebak, maka lebuduli pun hilanglah, maka kelihatanlah orang berperang itu.

Maka segala gajah, kuda pun berenanglah dalam laut darah itu.

Maka Putera Jaya Pati pun bertemulah dengan Raja Indera Warna

maka Janggi Ampar pun digambar oleh Putera Jaya Pati, maka dilihat oleh

raja Indera Warna akan seorang-orang muda tersilah seperti matahari baharu

terbit demikianlah rupanya. Maka Raja Indera Warna pun berpikir didalam

hatinya. ―Orang muda inilah yang bernama Putera Jaya Pati, bangunnya patut

sekali dengan rupanya terlalu manis seperti harimau // menerkam kawan

kumbang lakunya.

Maka kata oleh Putera Jaya Pati, ―Akulah yang bernama Putera Jaya

Pati.‖ Lalu digambarkan kudanya serta dekat, maka diparang oleh Raja Indera

Warna akan Putera Jaya Pati kena pada pinggangnya. Tiada lut maka

memancar-mancar api keluar daripada tubuhnya itu, maka Putera Jaya Pati

pun membalas. Lalu diparangnya akan Raja Indera Warna kena tiada lut juga

keluar api memancar-mancar daripada tubuhnya itu.

Akan perang anak raja kedua itu daripada pertolehan sampai tengah

hari tiada juga beralahan, maka senjata keduanya pun habis binasa. Maka raja

Indera Warna pun terlalu amarahnya, maka segera // dipanahnya keudara

maka turunlah hujan api, datang hendak menimpa Putera Jaya Pati. Maka

segala rakyat Putera Jaya Pati pun undurlah mendapatkan tuannya. Maka

Putera Jaya Pati pun segeralah memanahkan anak panahnya ke udara. Maka

turunlah air dengan angin terlalu kerasnya, maka api itupun padamlah, maka

200

202

201

Page 105: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

angin itupun datanglah hendak menimpa Raja Indera Warna, maka segera

dipanah oleh raja itu ke udara maka turunlah taufan yang amat keras, maka air

dan angin itupun surutlah.

Maka Putera Jaya Pati pun seraya memanah ke bumi, maka keluar air

dari dalam bumi itu serta berombak-ombak seperti akan tenggelam // dunia ini.

Maka Raja Indera Warna pun segeralah memanahkan ke udara, maka turunlah

batu. Maka batu itupun datanglah hendak menimpa Putera Jaya Pati maka ia

pun seraya memanah keudara maka turunlah bukit besi khurasani, maka

tertahanlah batu itu. Maka Raja Indera Warna pun segera ia memanah dengan

panah naga, maka hujan batu pun itu habis ditelan oleh naga. Maka dibalas

oleh Putera Jaya Pati dengan panah mega maka naga itupun habis putus-putus

dipegat oleh mega itu.

Maka Raja Indera Warna pun memanah bukit, maka terdendanglah

bukit batu itu datang kehadapan Putera Jaya Pati, maka Putera Jaya // Pati pun

memanah bukit khurasani kehadapan bukit itu, maka bukit batu itupun habis

pecah hancur. Maka raja Indra Warna pun terlalu amarahnya, maka ia pun

seraya bertumpuk, maka keluarlah suatu murka terlalu besarnya kepalanya

seribu, dan tangannya dua ribu dan kakinya pun dua ribu.

Maka segala tangannya itu memegang senjata berbagai-bagai dan

tangkainya seperti akan sampai keudara, maka datang mengusir segala rakyat

Putera Jaya Pati. Maka Putera Jaya Pati pun menjadikan dirinya raksasa terlalu

besarnya, akan kepalanya dua ribu dan tangannya empat ribu dan kakinya pun

empat ribu. Maka sekalian tangannya // memegang senjata daripada

mangnikam dan baiduri. Maka ia pun bertampak akan suaranya seperti tagar

dilangit akan runtuh dan bumi akan belah seraya mengusir murka itu.

203

205

204

Page 106: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Maka keduanya anak raja itupun berperanglah terlalu ramainya. Maka

kedua pihak rakyat itupun tiadalah jadi berperang karena melihat anak raja

kedua itu maka terlalu ramainya, maka jadi heranlah karena sama kesaktian

dan sama gagah beraninya dan sama tiada beralahan. Maka anak raja kedua

itupun mengembalikan rupanya yang sedia itu maka lalu bertetakkan

pedangnya, maka tubuh anak raja kedua itupun keluarlah api memancar-

mancar keudara, maka terlalulah hebatnya // dilihat orang.

Maka anak raja kedua itupun terbanglah ke udara berperang pula diatas

udara itu, maka terlalu gemuruh bunyinya itupun tiada juga beralahan. Maka

Raja Indera Warna pun menjadikan dirinya walimana maka Putera Jaya Pati

pun menjadikan dirinya garuda. Maka walimana dengan garuda itupun

berperanglah sambar menyambar pagut- memagut diudara itu terlalulah

ramainya, serta dengan gegak gempita bunyinya tiada juga beralahan. Maka

keduanya itupun mengembalikan rupanya lalu turun ke bumi, lalu berperang

dibumi.

Maka beberapa lamanya berperang itu maka Raja Indera Warna pun

menjadikan dirinya naga // kepala tujuh maka besarnya seperti sebuah pulau,

setelah dilihat oleh Putera Jaya Pati akan raja itu menjadi naga, maka ia pun

segera menjadi ular naga terlalu besarnya seperti gunung sebuah akan culanya

berceranggah dan kepalanya sepuluh akan sisiknya daripada intan dan culanya

daripada mangnikam maka terlalulah indah-indah rupanya.

Setelah sudah maka turunlah kedalam laut keduanya bertangga-tangga,

maka terlalulah ramainya dan berjuangkan kepalanya. Maka air laut itupun

berombak-ombak seperti akan sampai keudara lakunya. dan segala ikan dan

gajah mina dan segala mereka satwa didalam laut itupun bertemu naga, dan

206

207

Page 107: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

terkejut akan // anak raja kedua itu. Maka segala raja-raja dan menteri

hulubalang rakyat sekalian pun tiadalah jadi berperang. Heran melihat anak

raja kedua itu sama mengadu kesaktian.

Berapa antaranya ia berperang itu tiada juga beralahan, maka keduanya

itupun mengembalikan rupanya. Setelah sudah maka Raja Indera Warna pun

terlalu amarahnya, karena tiada bertewasan itu. Lalu ia bertampak serta

mengambil anak panahnya yang bernama Dewa Laksana, lalu dipujanya.

Maka itulah senjata yang kehabisan, serta katanya, ―Hai Dewa Laksana,

pergilah engkau makan orang muda itu. Jika tiada engkau membunuh, niscaya

menjadi // airlah engkau, aku pun matilah.‖ Maka katanya, ―Hai orang muda,

ingat-ingat engkau akan panahku inilah kehabisan senjataku.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Datangkanlah senjatamu itu, aku hendak

memakan dia.‖

Hatta maka Raja Indera Warna pun segeralah memanahkan anak

panahnya itu keudara, berdengung-dengung bunyinya. Akan hujan panah itu

bernyala-nyala seperti api. Seketika maka datanglah anak panah itu hendak

mengenai Putera Jaya Pati betul dengan dadanya serta dekat, maka diludah

oleh Putera Jaya Pati, maka anak panah itupun hancur menjadi air.

Maka raja Indera Warna pun heranlah melihat senjatanya yang sakti itu

tiada mau // membunuh. Maka ia pun berpikir didalam hatinya, ―Jika

demikian, matilah aku sekali ini.‖ Setelah sudah ia berpikir itu, maka ia pun

berdiamlah dirinya menantikan senjata Putera Jaya Pati itu. Syahdan maka

Putera Jaya Pati pun mengeluarkan anak panahnya yang bernama Dewa

Laksana Dewa itu, yang diperoleh daripada gurunya Begawan Narada, serta

dikenakan pada busurnya itu seraya katanya, ―Hai Dewa Laksana Dewa,

210

209

208

Page 108: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

pergilah engkau membunuh raja Indera Warna itu, jika tiada engkau

membunuh aku buangkan engkau kedalam laut.‖

Maka ia berkata pula, ―Hai Raja Indera Warna, terimalah engkau akan

senjataku ini.‖ Demi // didengarnya kata Putera Jaya Pati itu dan serta

dilihatnya anak panah yang dipegang oleh Putera Jaya Pati seperti api

bernyala-nyala, dan ujungnya seperti matahari baharu terbit, demikianlah

bercahaya rupanya.

Maka ia pun hendak memalingkan kudanya, maka segera dilepaskan

oleh Putera Jaya Pati akan anak panahnya itu berdengung-dengung bunyinya

seperti angin perginya, maka anak panah itupun kenalah dada raja Indera

Warna, terus kebelakangnya. Maka raja Indera Warna pun jatuhlah dari atas

kudanya, lalu mati.

Maka anak panah itupun kembalilah kepada busurnya setelah dilihat

oleh Raja Gangga Peri akan // Raja Indera Warna sudah mati itu, maka ia pun

memacu kudanya mendapatkan Putera Jaya Pati. Maka rakyat sekalian pun

bersoraklah seperti petir dilangit bunyinya, maka Raja Gangga Peri pun

menyerbukan dirinya kedalam rakyat jin itu, maka segera dipintasi oleh

Sangga Mukasin dari hadapan, serta katanya, ―Siapa engkau ini, maka berani

hendak melawan tuanku itu. Maka lawanlah aku ini dahulu.‖

Setelah dilihat oleh Raja Gangga Peri akan pahlawan jin mencegat ia

itu, maka segera ditetaknya dengan pedangnya. Maka ditangkis oleh pahlawan

jin dengan perisainya, maka pahlawan jin // kedua itupun berperanglah.

Setelah dilihat oleh rakyat kedua pihak tentara akan penghulunya berperang

itu, maka ia pun menyerbukan dirinya. Maka jadi perang besarlah, terang

211

212

213

Page 109: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

c83

uaca menjadi kelam kabut, tiadalah apa kedengaran hanya tampak sorak

segala hulubalang berani dan harabab, segala yang penakut dan serta sorak

dengan suara gajah, kuda yang kedengaran gemerincing bunyi senjatanya

segala hulubalang itu.

Seketika berperang itu maka darah pun banyaklah tumpah kebumi,

maka kelihatanlah orang berperang itu tikam menikam tetak- menetak,

tumpah-menumpah, usir-mengusir, dan yang bertikam bercekik pinggang

sama mati, dan ada yang mengamuk, diamuk orang pulik // dan ada yang

menikam ditikam orang pula. Maka terlalu ramainya perang itu, seperti orang

bermain lakunya.

Maka Raja Surana pun bertemulah dengan Sangga Mukasin dan Sang

Kuda Kampar bertemu dengan Raja Indera, dan Sang Teratek Sumandu pun

bertemu dengan Prabu Peri. Maka sekalian itupun bertikam keras berhujung-

hujungan dan bertetakkan pedang. Seorang dari kanan seorang dari kiri,

beralih kekanan datang tetak dari kiri maka ia pun serba salah. Maka Raja Peri

Indera pun hendak lari, maka ditangkap oleh Sangga Mukasin rambutnya, lalu

dihempaskan ke bumi // luluh lantak tulangnya. Setelah dilihat anak raja itu

mati, maka keduanya pun menyerbukan dirinya kedalam tentara Peri itu. Maka

Raja Surana pun sudah mati dibunuh Sang Kuda Kampa, ditikam kena ulu

hatinya. Maka sorak kaum jin pun gemuruh tiada berputusan bunyinya, setelah

dilihat oleh Raja Gangga Peri saudaranya habis mati itu, maka ia pun terlalu

amarahnya, maka ditetaknya dengan sungguh hatinya. Maka ditangkiskan oleh

Sangga Mukasin dengan perisainya, maka tergancar tangkisnya itu kepada

bahunya, keluar api memancar tiada lut. Maka ia pun terlalu marah, lalu ia

83 Tertulis

214

215

Page 110: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

melompat // menangkap rambut Raja Indera Gangga Peri itu, lalu dijantasnya

lehernya penggal dua, maka dilemparnya kepada kaum Peri itu.

Setelah dilihat sudah mati itu, maka ia pun menyerbukan dirinya

kedalam rakyat Peri itu, maka makin pula ramainya sorak segala rakyat jin itu

tiada berputusan, seperti langit akan runtuh lakunya itu. Maka segala rakyat

Peri itupun larilah tiada berketahuan, setengah membawa rakyatnya dan

setengah membawa mayat anak raja keempat itu kepada Raja Indera Peri,

demi baginda melihat mayat anakanda baginda keempat itu. Maka tiadalah

terkata-kata lagi // maka baginda pun pingsanlah, maka disiram muka baginda

oleh menterinya dengan air mawar, maka baginda pun sadarlah daripada

pingsannya itu. Lalu duduk mendekap mayat anaknya itu menangis.

Adapun perang pahlawan jin empat itupun menanglah, karena rakyat

Peri itu sudah tiada berkepala, maka larilah ia pulang ke negerinya, setengah

tiada berketahuan membawa dirinya. Maka Raja Indera Peri pun pulanglah ke

negerinya, membawa mayat anaknya keempat itu.

Maka tiadalah tersebut perkataannya bermula, maka raja Gangga

Wijaya pun dua hari sudah tiada keluar lagi, ia duduk berbicara dua // beranak

Raja Indera Sumandralila hendak keluar berperang maka tiada diberi oleh

bapanya, karena salah hematnya melihat akan kesaktian Putera Jaya Pati itu,

seraya berkata dua beranak itu, ―Anak siapa gerangannya orang muda itu,

maka terlalu kesaktiannya, terlebih daripada Raja Indera Peri, karena pada

masa ini tiada pernah kita lihat dan mendengar segala raja didalam dunia ini,

terlebih kesaktiannya daripada Raja Indera Peri itu.‖

Maka sembah Raja Indera Sumandralila itu, ―Ampun tuanku, patik

kurang perkasa tuanku. Anak siapa-siapa pun patik tiada ketahui, akan

216

217

218

Page 111: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

kelakuan itu bukannya anak orang barang-barang // akan rupanya pun seperti

anak raja yang besar-besar juga, maka terlalu kesaktiannya itu.‖

Maka seketika lagi berhimpunlah segala menteri hulubalang dan rakyat

Raja Gangga Wijaya sekalian masuk mengadap84

baginda kedua berputera itu.

Maka titah baginda, ‖Hai segala menteriku, apa bicara kita, baiklah bantu Raja

Indera Peri itu atau jangankah?‖

Maka sembah segala menteri hulubalang, ―Daulat tuanku syah alam,

ampun tuanku beribu-ribu ampun. Jika benar kebawah duli tuanku, maka

beranilah patik sekalian berdatang sembah.‖

Maka titah baginda, ―Hai menteriku, katakanlah bicara tuan hamba itu,

aku dengar.‖ Setelah sudah maka // maka dipersembahkan, ―Ampun tuanku,

kepada bicara patik hamba yang bebal ini baiklah tuanku berdiam dahulu,

sementara kita lihat mainnya orang itu barang sehari dua hari lagi, apa akan

jadinya. Karena tiadalah pernah kita sekalian melihat pada zaman ini orang

demikian itu. Maka baharu sekarang inilah kita lihat perkasanya serta dengan

rupanya pun terlalu baiknya tiadalah ada bandingan segala anak raja-raja

didalam negeri dan teluk rantau kita dan lagi pun hendak kita bantu Raja

Indera Peri itu, karena ia tiada mau mufakat dengan kita, serta mengajak

berbicara dengan tuanku barang sesuatu, tiga bulan sudah ia // berperang itu ia

memberi khabar yang baik dan jahat pun tiada diberi, melainkan serta datang

maka berperanglah dengan Putera Jaya Pati itu.‖

Syahdan maka titah baginda, ―Siapa yang bernama Putera Jaya Pati itu

dan anak siapa dan dari mana ia datang itu dan apa bangsanya?‖

84 Tertulis

219

220

221

Page 112: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Maka sembah menteri itu, ―Ampun tuanku, itulah Putera Jaya Pati

anak maharaja Kulawandu konon khabarnya akan darimana-mana anaknya

itu tiada patik periksa, maka tiada dapat tiada datang juga sesuatu bicara yang

baik daripadanya, karena ia pun anak raja besar juga.‖

Dalam tengah duduk berkata-kata itu maka // maka85

orang pun

datanglah membawa khabar mengatakan patah perangnya Raja Indera Peri

dan Raja Indera Warna pun sudah mati dan segala saudaranya dan segala anak

raja-raja yang bersama itupun sekalian habis mati dibunuh oleh Putera Jaya

Pati dan Raja Indera Peri pun sudahlah pulang ke negerinya membawa mayat

anaknya empat itu.

Maka baginda pun heranlah mendengar khabar itu seraya berkata,

―Sekarang ini apa bicara kita?‖ Maka sekaliannya pun menyembah, maka

sembah segala menteri hulubalang itu, ―Baiklah tuanku nanti dahulu kita

dengar khabar akan bicaranya anak raja itu, karena ia pun anak raja besar

juga // serta dengan saktinya dan serta dengan arif bijaksana masyakah

kurang bicaranya kepada ia itu. Maka pikir didalam hatinya patik ini datang

juga Putera Jaya Pati itu mengadap86

duli tuanku, jika tiada ia datang pun

penyuruh daripadanya itu datang juga, dalam pada itupun jika tiada ia datang

maka patik sekalianlah pergi kepadanya.‖ Maka titah baginda, ―Baiklah jika

demikian kata-kata tuan hamba itu.‖

Sebermula maka terbitlah perkataannya Putera Jaya Pati, setelah sudah

patah perang Raja Indera Peri itu, maka ia pun kembalilah serta dengan

pahlawan jin keempat dan segala tentaranya masuk kedalan kota. Maka serta

85 Tertulis

86 Tertulis

223

222

Page 113: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

sampai lalu // naik kebalai duduk berkata-kata serta dihadap87

oleh pahlawan

jin keempat serta dengan segala menteri hulubalang rakyat bala tentaranya

sekalian. Maka kata Putera Jaya Pati, ―Hai saudaraku Sang Kuda Kampa,

hendaklah saudara hamba ham88

batkan segala orang kita yang luas itu, serta

beri tempat kepada ia sekalian itu, jangan jadi pecah belah.‖ Sudah berkata-

kata itu maka Putera Jaya Pati pun turunlah berjalan naik kemahligai tuan

puteri itu.

Adapun pada ketika itu tuan puteri duduk menangis serta dihadap89

segala dayang-dayang baik perwira sekalian. Hatta maka Putera Jaya Pati pun

datang seraya // berkata, ―Mengapa tuan adinda ini menangis, sayangkah tuan

akan Raja Indera Warna itu mati sebab tuan duduk menangis ini. Jika kakanda

tahu, tiadalah kakanda bunuh dia.‖

Maka tuan puteri pun terkejut lalu tunduk dengan malunya berdiam

dirinya seraya menyapu air matanya, maka dimaniskan mukanya itu seraya

memandang kepada Putera Jaya Pati seraya katanya, ―Gilakah beta tangiskan

anak raja itu, yang beta tangiskan ini karena kakanda lambat datang. Maka

sebab itulah maka beta menangis ini, karena tiada selesai perangan kakanda

dengan anak raja itu siapa // tahu pekerjaan perang itu baik dan jahat itu sama

keduanya. Karena beta ini perempuan tiada kemana sampainya.‖ Maka Putera

Jaya Pati pun tersenyum mendengar kata yang lemah lembut itu.

Setelah sudah maka tuan puteri pun bangkit seraya pergi duduk dekat

Putera Jaya Pati, maka Putera Jaya Pati pun seraya memeluk dan mencium

87 Tertulis

88 Tertulis

89 Tertulis

224

225

226

Page 114: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

tuan puteri itu seraya bergurau dan bersendanya. Seketika maka hidangan pun

diangkat oranglah kehadapan Putera Jaya Pati dan tuan puteri kedua pun

santap sehidangan dengan Putera Jaya Pati sambil bergurau dan bersenda serta

berpantun sulu90

k // Setelah sudah santap maka kemudian santap sirih dan

memakai bau-bauan. Seketika maka hari pun malamlah, maka Putera Jaya Pati

mendukung tuan puteri, bawa masuk dalam peraduannya serta memujuk

isterinya dengan kata yang manis-manis melembutkan hatinya. Maka tuan

puteri pun terlalailah keduanya.

Seketika maka hari pun sianglah, maka Putera Jaya Pati pun serta

dengan tuan puteri keduanya bangunlah daripada beradu, lalu pergi mandi

kedua laki isteri. Telah sudah mandi dan memakai bau-bauan, maka kata

Putera Jaya Pati, ―Tinggalah tuan, kakanda hendak keluar kebalai

mendapatkan segala menteri // hulubalang dan pahlawan.‖

Maka kata tuan puteri, ―Segeralah kakanda kembali mendapatkan beta

ini.‖ maka Putera Jaya Pati pun berkata sambil tersenyum, ―Baiklah tuan,

segera juga kanda mendapatkan tuan.‖

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun keluarlah kebalai

penghadapan91

, duduk dihadapi92

oleh pahlawan jin keempat itu serta dengan

segala menteri hulubalang rakyatnya. Maka seketika duduk maka hidangan

pun diangkat oranglah kehadapan pahlawan jin keempat itu dan serta dengan

segala menteri hulubalang. Setelah sudah maka makanlah masing-masing

kepada hidangannya dan raja samanya raja menteri samanya menteri //

90 Tertulis

91 Tertulis

92 Tertulis

229

228

227

Page 115: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

hulubalang samanya hulubalang, rakyat samanya rakyat, masing-masing

kepada pangkatnya diantaranya.

Ssetelah sudah makan maka minuman pula diangkat orang, maka piala

yang bertatahkan ratna mutu mangnikam pun diperedarkan oranglah. Setelah

sudah maka minumlah terlalu ramainya bersulang-sulangan, maka segala

bunyinya seperti adat segala raja-raja yang besar-besar. Adapun Putera Jaya

Pati menjamu segala menteri hulubalang rakyatnya serta dengan pahlawan jin

keempat itu empat puluh hari empat puluh malam, serta dengan bersuka-

sukaan maka tiadalah tersebut lagi perkataan itu.

Sebermula maka // tersebutlah perkataan ada seorang jin terbang

diudara kepada tatkala Putera Jaya Pati berperang itu. Hatta maka dilihatnya

oleh jin itu, maka dengan takdir Allah taala maka jin itupun bertemulah

dengan anak raja-raja yang empat puluh berguru kepada Begawan Narada

yang bersama-sama Putera Jaya Pati. Maka diceterakan oleh jin itu kepada

anak raja-raja itu. Setelah didengarnya oleh segala anak raja-raja itu akan kata

jin demikian itu, maka anak raja-raja yang empat puluh itupun pergilah kepada

Begawan Narada bermohon hendak pergi melihat Putera Jaya Pati berperang

itu. Maka dilepaskan oleh Begawan // Narada.

Setelah sudah masing-masing pulanglah ke negerinya pergi bermohon

kepada ayah bundanya, serta menghimpunkan segala menteri hulubalang dan

rakyat. Setelah sudah maka segala anak raja-raja itupun masing-masing

berjalanlah menuju negeri Gangga Wijaya siang dan malam tiada berhenti

berjalan itu. Maka tiada berapa lamanya maka sampailah ke negeri raja itu,

maka kata segala anak raja-raja itu, ―Yang mana kota Putera Jaya Pati, karena

230

231

Page 116: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

dua kotanya.‖ Maka kata segala anak raja-raja itu, ―Inikah gerangannya yang

sebelah kanan yang bercahaya itu?‖

Maka kata anak raja Dewa, ―Yang mana-mana pun marilah kita pergi

masa kan tiada alamatnya?‖ Maka ia pun // berjalanlah menuju jalan besar

masuk kedalam kota itu.

Adapun ketika itu Putera Jaya Pati pun tengah duduk menjamu

pahlawan jin keempat, serta dengan segala menteri hulubalang dan rakyat

sekalian itu. Maka dilihat oleh Putera Jaya Pati daripada sebelah gunung

mahabiru itu akan payung bersusun-susun datang. Maka dibawah payung itu

segala anak raja-raja mambang kedua dengan segala anak raja-raja jin, peri,

dewa, mambang, indera candra semuanya datang dengan segala rakyatnya

lengkap dengan alat peperangan lakunya maka terlalulah ramainya.

Telah dekat maka dikenal oleh Putera Jaya Pati akan yang datang itu

anak raja-raja // Yang empat puluh seguru dengan dia itu. setelah sudah maka

Putera Jaya Pati pun serta dengan segala menteri hulubalang dan pahlawan jin

keempat itupun pergilah mengelu-elukan segala anak raja-raja itu. Setelah

dilihat oleh segala anak raja-raja itu akan Putera Jaya Pati datang itu, maka

segala anak raja-raja itupun turunlah dari atas kudanya, dan masing-masing

berjatah tangan dengan Putera Jaya pati, setelah sudah maka kata Putera Jaya

Pati, ―Marilah adinda kakanda sekalian, kita naik kebalai. Tiada baik kita

berkata-kata disini.‖

Maka sahut segala anak raja-raja itu, ―Silakanlah kakanda dahulu.‖

Maka Putera Jaya Pati pun membawa segala anak raja-raja itu // Naik

kebalairung maka kursi pun diatur oranglah, maka segala anak raja-raja itupun

duduklah diatas kursi itu, setelah sudah maka sirih pada corong pun diatur

232

233

234

Page 117: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

oranglah kehadapan segala anak raja-raja itu, dan corong perak tembaga suasa

pun diatur orang pula kehadapan segala menteri hulubalang rakyat sekalian.

Setelah sudah maka makanlah masing-masing pada pangkatnya.

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berceteralah akan segala

perihal ahwalnya ia berjalan itu lalu bertemu dengan tuan puteri itu dan Peri ia

berperang dengan anak Raja Indra Peri, maka anak raja itupun matilah

dibunuhnya. Maka bapanya anak // raja itupun lari membawa anaknya yang

mati itu pulang ke negerinya itu.

Maka segala anak raja-raja itupun heranlah serta mendengar khabar

yang demikian itu, seraya katanya, ―Mengapa maka kakanda tiada memberi

khabar akan adinda sekalian ini, hendak melihat termasa kakanda berperang

itu.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Ya kakanda sekalian, sebab pun tiada

dinda memberi khabar akan kakanda sekalian karena kerja sedikit.‖ Seketika

berkata-kata maka hidangan pun diangkat oranglah kehadapan segala anak

raja-raja itu.

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berkata, ―Hai saudara hamba

sekalian, santaplah tuan jangan diabaikan, beta mana sekedar kakanda //

karena tiada dengan sepertinya.‖ Maka segala anak raja-raja itupun seraya

tersenyum mendengar kata Putera Jaya Pati itu. Maka santaplah masing-

masing pada hidanganya, raja sama raja, menteri sama menteri, hulubalang

sama hulubalang, rakyat atas kepada kaum, mambang sama mambang, dewa

sama dewa, candra sama candra, jin sama jin, peri sama peri, maka kenalah

masing-masing pada hidanganya, maka terlalulah ramainya.

236

235

Page 118: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

Setelah sudah maka minuman pun diangkat orang, maka piala yang

bertatahkan ratna mutu mangnikan itupun diperedarkan oranglah. Setelah

sudah maka minumulah sulang-menyulang, maka terlalu ramainya. Telah

berapa // cawan diminum itu maka ia pun mabuklah masing-masing, mukanya

seperti bunga selasih. Maka segala bunyi-bunyian pun dipalu oranglah

daripada rebab, kecapi, dandi, muri, serdam, kopak, ceracap, suling, bangsi

maka terlalulah ramainya. Maka biduan yang baik suara pun bernyanyilah, dan

segala yang asyik berahinya itupun bangkitlah menari berpasak-pasakan.

Adapun akan Putera Jaya Pati menjamu segala anak raja-raja itu

sekira-kira tujuh hari tujuh malam. Setelah sudah lepas daripada makan

minum itu, maka kata Putera Jaya Pati pada segala anak raja-raja itu,

―Darimana tuan-tuan sekalian beroleh khabar akan // kakanda berperang?‖

Maka kata segala anak raja-raja itu, ―Ya kakanda, maka adalah seorang

jin membawa khabar akan kakanda berperang itu.‖ Syahdan maka setelah

sudah maka kata anak raja-raja itu kepada Putera Jaya Pati, ―Ya kakanda,

maka sekarang ini sudahkah kakanda pergi menghadap93

paduka ayahanda itu

raja Gangga Wijaya itu?‖

Maka kata Putera Jaya pati, ―Tiada lagi tuan kakanda pergi

menghadap94

, karena baharulah selesai daripada berperang. Lagi pun takut

kakanda kalau dimurka oleh paduka ayahanda baginda itu akan kakanda.

Karena tiada baik lagi hatinya baginda itu.‖

93 Tertulis

94 Tertulis

237

238

Page 119: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

Maka kata sekalian anak raja-raja itu, ―Jika demikian, baiklah kakanda

pergi menghadap95

// baginda itu, karena baginda itupun raja besar juga. Lagi

pun sebaiknya kita sekalian mendapatkan baginda itu, karena dia kakanda pun

sudah menang ini, supaya jangan kecil hati ayahanda dan serta paduka

kakanda dan adinda itu tuan puteri. Kalau-kalau ada bicaranya baginda itu

yang baik.‖

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum seraya berkata kepada anak raja

Peri dan Mambang dan Dewa, ―Mana bicara saudara hambalah, jika sudah

baik maulah kakanda turutkan.‖ Maka sembah segala anak raja-raja itu jika

demikian, ―Esok hari daripada pagi-pagi biarlah patik menghadap96

baginda

itu.‖ Telah sudah putus bicara, maka Putera Jaya Pati // pun masuklah

mendapatkan tuan puteri.

Adapun tuan puteri pada ketika itu ia duduk tengah berkata-kata

dengan inangda serta dengan dayang-dayang sekalian. Akan segala anak raja-

raja itu datang mendapatkan Putera Jaya Pati pelbagai bangsanya itu, maka

Putera Jaya Pati pun datanglah dari belakang tuan puteri itu, serta sampai lalu

duduk bertolakan dari batuan puteri seraya berkata, ―Apa gerangannya cakap

orang ini?‖

Maka kata tuan puteri, ―Tiada apa cakap beta ini, katanya sungguh

kakanda anak raja-raja konon datang banyak mendapatkan kakanda ini.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Sungguh tuan akan anak raja-raja itu

datang mendapatkan // kakanda, karena sekalian itu seguru dengan kakanda,

95 Tertulis

96 Tertulis

239

240

241

Page 120: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

sebab itulah maka ia datang.‖ Maka kata Putera Jaya Pati, ―Sudahkah tuan

santap?‖

Maka kata tuan puteri, ―Tiada lagi beta makan, karena beta menanti

kakanda datang.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Sungguhlah rupanya tuan kasih akan

kakanda, maka santap pun tuan menanti.‖ Seketika maka hidangan pun

diangkat oranglah kehadapan Putera Jaya Pati dan tuan puteri, maka kata

Putera Jaya pati, ―Marilah tuan kita makan.‖ Maka tuan puteri pun membasuh

tangannya, lalu makanlah kedua laki istri itu. Setelah sudah makan lalu makan

sirih dan memakai bau-bauan. Setelah sudah // maka Putera Jaya Pati pun

memimpin tangan tuan puteri masuk kedalam peraduan, maka beradulah laki

isteri.

Telah hari siang dari pagi-pagi maka anak raja mambang kedua pun

berkata, ―Ya kakanda adinda sekalian duduklah disini, biarlah beta pergi dua

bersaudara.‖

Maka kata segala anak raja-raja itu, ―Baiklah silakanlah dahulu.‖ Maka

anak raja kedua itupun pergilah berjalan, lalu masuk kota raja itu, maka serta

sampai dipersembahkan oranglah kepada baginda bahwa akan penyuruh

daripada Putera Jaya Pati anak raja mambang kedua datang hendak

mengadap97

tuanku, adapun baginda itu salamanya ia berperang dengan Putera

Jaya Pati itu, maka ia pun terlalulah // masygul didalam hatinya, lagi pun

menantunya Raja Indera Peri sudah mati dibunuh oleh Putera Jaya Pati, maka

raja itu besar kerajaannya daripada segala raja-raja yang lain. Sebab itulah

maka baginda pun sangat duka cita, dan Putera Jaya Pati itu tiada berketahuan

97 Tertulis

242

243

Page 121: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

bangsanya, sungguh pun terlebih kesaktiannya daripada Raja Indera Warna

itu, serta dengan rupanya itu. Karena banyak negeri yang bernama Kulawandu

tiada dapat khabar yang tentu, maka baginda pun berangkatlah kebalairung

seraya bertitah, ―Suruh anak raja-raja itu masuk kemari!‖

Setelah sudah maka pergilah bintara persilakan anak raja itu maka serta

sampai dipersembahkan ampun, // ―Tuanku dipersilakan oleh paduka

ayahanda masuk kedalam tuanku ini.‖ Maka kata anak raja mambang kedua

itu, ―Bersusah-susah pula mendapatkan beta ini, akan beta pun sahaja hendak

mengadap98

baginda disini juga.‖

Setelah sudah maka ia pun berjalanlah masuk, setelah sampai kebalai

maka titah baginda, ―Silakanlah tuan kedua naik kebalai.‖

Maka anak raja mambang kedua itupun seraya menyembah lalu naik

duduk serta dipersembahkan, ―Daulat tuanku beribu-ribu ampun, serta patik

memohonkan ampun.‖ Sambil bangkit berdiri menjunjung duli baginda serta

dengan takdimnya. Maka baginda pun heranlah melihat akan tertib anak raja

kedua itu, maka baginda pun bertitah, ―Silakanlah // anakku duduk diatas kursi

ini.‖ Maka anak raja kedua itupun duduklah seraya menyembah baginda,

setelah sudah maka sirih puan corong emas itupun diatur oranglah kehadapan

anak raja kedua itu.

Maka baginda pun bertitah, ―Makanlah sirih anakku kedua ini dan

apak99

ah bicaranya anakku kedua datang kepada ayahanda. Tuan katakanlah

bangsanya Putera Jaya Pati itu dengan sebenarnya dan nama ayah bundanya

98 Tertulis

99 Tertulis

244

245

Page 122: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

kepada ayahanda, supaya sedaplah hati ayahanda. Karena tiada berketahuan

khabarnya maka itulah tiada sedap hati ayahanda.‖

Maka anak raja itupun seraya menyembahkan kata-kata demikian

bunyinya wa yathula „l-Lāhi „amarka „l-sulthānā „azhim wa „l-Hān // al

makram Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam masyhur fi `l-gharib wa `l-„ājim amin tuanku

beribu-ribu ampun penuh limpah seraya terjunjung keatas jamal patik. Ampun

tuanku patik maklumkan dengan sebenarnya hal ahwal anakanda Putera Jaya

Pati kebawah lebu telapakan ampun tuanku diperbanyak-banyak akan ampun

akan paduka anakanda itu, karena ia orang muda, maka tiada sampai

bicaranya. Adapun hamba Allah ini bersusun-susun dengan bebalnya. Ampun

tuanku akan paduka anakanda itu Putera Jaya Pati anak raja besar juga tuanku,

tiadalah boleh dikeji orang akan namanya tuanku ini.‖

Maka diceterakanlah segala hal ahwal Putera Jaya Pati itu // daripada

ibu bapanya dan nama negerinya, setelah sudah maka baginda pun baharulah

tahu akan menantunya itu akan anak raja besar samalah dengan Raja Indera

Warna, maka baginda pun sukalah hatinya dan mukanya pun berseri-serilah,

karena boleh seperti sekehendaknya berolehan anak raja besar serta dengan

arif bijaksana lagi dengan saktinya, maka titah baginda, ―Wahai sayangnya

aku tiada ketahui selamanya ini, jika aku ketahui sudahlah ayahanda

menyuruh sambut kemari ini. Kecil hatilah anakanda itu akan ayahanda ini.‖

Maka sembah anak raja kedua itu, ―Ampun tuanku, akan patik ini

Putera Jaya Pati, terlebih ampun tuanku juga.‖ Seketika berkata-kata // itu

maka hidangan pun diangkat oranglah kehadapan anak raja kedua itu, setelah

sudah maka titah baginda, ―Santaplah tuan anaku kedua barang rupanya.‖

247

248

246

Page 123: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Maka anak raja kedua itupun seraya menyembah lalu makanlah. Setelah sudah

makan lalu makan sirihlah dan memakai bau-bauan.

Telah selesailah daripada makan minum itu maka sembah anak raja

kedua itu, ―Ampun tuanku sebagaimana akan sembah patik ini adakah lulus

akan dia ampun tuanku atau tiadakah?‖

Maka titah baginda, ―Apatah salahnya anak hamba sekalian hendak

berkasih-kasihan dengan hamba ini orang tuha juga sudi anak hamba itu

Putera Jaya Pati akan hamba ini. Esok harilah hamba pinta anak hamba //

kedua itu persilakan anakanda Putera Jaya Pati itu kemari.‖ Maka sembah

anak raja kedua, ―Insya Allah taala janganlah tuanku bertitah demikian itu,

karena yang salah itu Putera Jaya Pati juga. melainkan diperbanyak-banyak

ampun duli syah alam diatas jamal patik itu jika sudi duli tuanku akan patik itu

insya Allah taala maka esok harilah akan paduka anakanda itu patik bawa

mengadap100

duli yang maha mulia‖

Maka baginda pun memberi persalin akan anak raja kedua itu dengan

pakaian yang keemasan sama dengan dia itu, setelah sudah maka sembah anak

// raja kedua itu, ―Ya tuanku, adapun patik kemari ini disuruh oleh paduka

anakanda itu persembahkan kehendaknya tiada patik kemari ini hendak

menerima ayapan dan pakaian.‖

Maka baginda pun tersenyum seraya berpikir didalam hatinya, ―Bijak

sekali Putera Jaya Pati itu, sedangkan penyuruhnya lagi sekian bijaksana juga

yang menyuruh itu.‖ Beberapa pula telah sudah maka titah baginda, ―Hai

anakku katakan kasih hamba akan Putera Jaya Pati itu‖ Maka kata anak raja

100 Tertulis

249

250

Page 124: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

kedua itu, ―Baiklah tuanku, patik sembahkan.‖ Maka anak raja kedua itu pun

menjunjung duli baginda lalu turun berjalan.

Adapun pada ketika itu Putera Jaya Pati sudah keluar duduk dibalai

bersama-sama // dengan anak raja-raja yang tinggal itu dan pahlawan jin

keempat itu serta dengan segala menteri hulubalang rakyat. Setelah sampai

anak raja kedua itu kebalai lalu naik duduk, maka Putera Jaya Pati pun

tersenyum seraya berkata, ‖Hai saudara hamba, adakah berlaku sembah kita

dan kehendak kita luluskah atau tiadakah?‖

Maka anak raja kedua itupun menyembah seraya menguca101

pkan

selamat baginda itu serta dengan kata-katanya kepada Putera Jaya Pati serta

titah baginda menyuruh pergi esok hari. Maka segala anak raja-raja yang

banyak itupun ramailah tertawa-tawa mendengar kata anak raja kedua itu,

maka kata Putera Jaya Pati, ―Jika demikian titah baginda // baiklah kita pergi

mengadap102

baginda itu esok hari.‖ Maka kata Putera Jaya Pati serta dengan

anak raja-raja yang banyak itu, ―Benarlah seperti titah kakanda itu, karena

baginda itu orang tuha sepatutlah kakanda merendahkan diri kakanda biarlah

beta sekalian mengiringkan kakanda esok hari.‖

Setelah itu maka hari pun malamlah, pada ketika itu maka Putera Jaya

Pati pun masuklah kedalam mendapatkan tuan puteri serta datang duduk

bertindih riba dengan tuan puteri serta katanya, ―Tuan esok hari kakanda pergi

mengadap103

paduka ayahanda, karena kakanda sudah menyuruh pergi

101 Tertulis

102 Tertulis

103 Tertulis

251

252

Page 125: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

mengadap104

ayahanda itu.‖ Maka segala kata-kata anak raja kedua itupun

habis dikatakan kepada tuan // puteri maka tuan puteri pun sukalah hatinya

mendengar ayahanda baginda itu tiada murka serta suaminya itu. Setelah jauh

malam maka Putera Jaya Pati pun mendukung isterinya masuk ke peraduan,

maka beradulah dua laki isteri itu.

Setelah keesokan harinya, maka Putera Jaya Pati pun memakailah

pakaian yang mulia-mulia dan serta yang keemasan bertatahkan ratna mutu

mangnikam yang tiada pernah dilihat orang itupun dikenakan oleh tuan puteri

pada tubuh suaminya, serta dibubuhnya bau-bauan akan suaminya seraya

katanya, ―Aduhai kakanda, tiadalah jemu mata memandang kakanda ini.‖

Maka kata Putera Jaya Pati, ―Janganlah tuan berkata begitu, rupa tuan yang

teramat // elok itu tiadalah boleh dihati patik yang seperti gambar yang

ditulis.‖ Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun keluarlah kebalai

penghadapan105

.

Hatta pada ketika itu, segala anak raja-raja itupun sudahlah memakai

masing-masing pada kegemarannya, duduk menanti Putera Jaya Pati serta

berhadir Gangga pun berjalan itu, seketika maka Putera Jaya Pati pun serta

dipandang oleh segala anak raja-raja itu akan rupanya gilang gemilang seperti

akan lenyap dipandang mata. Karena kena pakaian yang bertatahkan ratna

mutu mangnikam, maka kata Putera Jaya Pati, ―Marilah tuan adinda sekalian

kita berjalan keluar, karena hari sudah tinggi.‖

Maka kata segala // anak raja-raja itu, ―Silakanlah tuan kakanda

berjalan dahulu.‖ Maka Putera Jaya Pati pun turunlah dari balai itu lalu naik

104 Tertulis

105 Tertulis

254

253

255

Page 126: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

keatas gajah yang bernama Birama Dewa, gadingnya itu seperti penyuluh, lalu

beraturlah hendak berjalan itu. Pertama-tama yang dihadapan106

itu Sangga

Mukasin, dan dikanan Sang Kuda Kampa, dan dikiri Sang Satyara, dan

dibelakang Sang Teratek Sumandu. Akan dibelakangnya lima laksa jin

berjalan dihadapannya107

memegang pedang terhunus, dan lima laksa

hulubalang Indera berjalan dihadapan108

, dan kanannya yang pandai memanah,

dan lima laksa hulubalang dikirinya yang pandai bermain tombak, dan

rakyatnya yang tiada tepermanai // itu dibelakang sekalian itu.

Adapun akan segala anak raja-raja yang empat puluh itu berkeliling

akan Putera Jaya Pati, seperti harimau akan menerkam kawan kumbang

lakunya sekalian itu. Di atas kuda semberani mengiringkan Putera Jaya Pati.

Maka berapa yang iram gunung yang keemasan itupun berkembanganlah

diatas segala anak raja-raja itu dan tinggal panji-panji pun berkibaranlah

seperti angkatan orang hendak berperang lakunya, itu serta dengan hebat dan

dahsyat pada segala yang melihat itu.

Maka berjalanlah menuju negeri Gangga Wijaya itu, setelah sampai

lalu masuk kedalam kota serta dengan segala anak raja-raja itu maka

dipersembahkan // oranglah kepada baginda mengatakan Putera Jaya Pati

sudah sampai kedalam kota serta dengan segala anak raja-raja huluhalang

rakyat terlalu109

banyak. Maka sekaliannya itu hendak mengadap110

duli yang

106 Tertulis

107 Tertulis

108 Tertulis

109 Tertulis

110 Tertulis

256

257

Page 127: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

dipertuan, maka baginda pun keluarlah bersama-sama dibalai agung, serta

diadap111

oleh segala raja-raja yang memakai mahkota empat puluh, serta

dengan menteri hulubalang rakyat sekalian, maka titah baginda kepada

seorang menteri, ―Pergilah mengelu-elu akan Putera Jaya Pati itu‖ Maka

segala menteri dan anak raja-raja itupun menyembah baginda lalu pergi

mengelu-elu akan Putera Jaya Pati, serta sampai maka dilihatnya oleh Putera

Jaya Pati akan banyak raja-raja yang datang hendak mengelu-elukan // ia itu,

maka ia pun turunlah dari atas gajah Birama Dewa itu berjalan ditanah.

Setelah dilihat oleh segala anak raja-raja itu akan Putera Jaya Pati

berjalan itu, maka ia pun sekaliannya turunlah dari atas kudanya. Maka kata

segala anak raja-raja itu, ―Patik ini disuruh oleh paduka ayahanda menyambut

tuanku, maka kata Putera Jaya Pati, ―Bersusah-susah pula baginda hendak

disambut, maka beta pun sahaja hendak mengadap112

juga.‖

Lalu berjalan ditengah pasar itu, maka segala orang pasar itupun

sekaliannya berlari-lari daripada hendak berdahulu-dahuluan jadi rebah

rempah tiada berketahuan, timpa menimpa sama sendirinya, setengah pecah

mukanya dan hidungnya // dan ada yang patah tangan kakinya dan dayang

rebah ter113

lentang, tertiarab bangkit pula lari juga kehadapan, setelah sudah

sampai dekat maka terpandanglah kepada Putera Jaya Pati. Maka ia pun

berseru-seru meminta nanti, lalu menombak-nombak dadanya sendiri dan

berkata, ―Jika boleh jadi lakiku sebarang maksudnya itu tiadalah aku

salahkan,‖ setengah pula berkata, ―Jika boleh jadi lakiku malam dan siang aku

111 Tertulis

112 Tertulis

113 Tertulis

258

259

Page 128: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

berulit dengan dia,‖ dan setengah pula berkata, ―Jika boleh jadi menantuku

tiadalah kuberi keluar dari dalam peraduannya, biarlah panah dengan pedang

anaknya itu.‖

Maka masing-masing pun duduklah dengan birahinya habislah

terhambur mangnikamnya // tiada khabarkan dirinya, dan setengah berkata,

―Jika boleh jadi tuanku, maka sukalah hatiku mengikut dia,‖ masing-masing

dengan asik birahinya akan Putera Jaya Pati itu tiadalah khabarkan dirinya

itu, barang yang terdiri itu maka terdirilah ia setengah berkata, ―Hendak ku

ambil jadi lakiku,‖ maka kata setengah pula, ―Aku berkehendak akan dia!‖

Maka lalu berbantahlah keduanya, maka sekalinya orang pun ramailah suka

tertawa-tawa akan melihat kelakuan perempuan itu.

Maka segala rakyat Putera Jaya Pati pun heranlah melihat pranatah

orang dalam negeri Gangga Wijaya itu, karena melihat rupa Putera Jaya Pati

itu kesemuanya habis tiada khabarkan dirinya // datang pecah mukanya pun

tiada sadarkan dirinya, maka segala anak lakinya pun amarahkan isterinya,

seraya katanya, ―Mengapa maka kelakuanmu demikian ini?‖ Maka kata

isterinya itu, ―Karena gemar aku melihat rupa Putera Jaya Pati.‖ dan beberapa

pula budak-budak yang mati lemas karena ibunya pergi melihat itu.

Syahdan maka baginda pun berpikir didalam hatinya serta berkata,

―Akan Putera Jaya Pati datang ini seperti orang hendak berkahwin lakunya,

jika demikian baiklah aku kerjakan sekali.‖ Maka baginda pun masuklah

kedalam mendapatkan permaisuri serta sampai lalu duduk dekat seraya

berkata, ―Ya adinda, suruhlah sambut anak kita itu // kemari. Adinda hiaskan

kita kahwinkan sekali.‖

260

261

262

Page 129: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

Maka permaisuri, ―Tiadakah dikata orang akan kita, karena tiada

dengan sepertinya?‖

Maka titah baginda, ―Bagaimana kakanda tiada perbuat demikian,

karena datang itu seperti orang hendak ber kahwin lakunya itu.‖ setelah sudah

maka permaisuri pun menyuruh dayang-dayang pergi menyambut tuan puteri,

serta datang lalu dihiaskan oleh permaisuri memakai pakaian yang keemasan.

Setelah sudah maka didudukkan oranglah didalam pelaminannya itu, setelah

sudah maka diadap114

oleh inangda dan dayang-dayang perwira sekalian

penuh sesak dihadapan115

pelaminannya itu serta dengan segala bani raja-raja

dan menteri hulubalang sekalian // masing-masing duduk beratur kepada

masin-masing tempatnya.

Setelah sudah maka diatur oranglah pawai kiri kanan tuan puteri itu,

dan dihadapan116

tuan puteri itu empat puluh orang pawai memegang puan

emas, dan di kanan tuan puteri itu empat puluh pawai memegang kain

sampaian tuan puteri itu, dan di kiri tuan puteri itu empat puluh pawai

memegang kain basahan dikiri tuan puteri itu dan dibelakang tuan puteri itu

empat puluh pawai memegangkan dia emas. Setelah sudah siap dan lengkap

diatur orang, maka tuan puteri pun didudukkan oranglah didalam

pelaminannya itu, seperti bulan dipagar bintang demikianlah // rupanya tuan

puteri itu, dan bercahaya-cahaya warna mukanya seperti bulan penuh purnama

empat belas hari bulan. Demikianlah rupanya tuan puteri itu lenyap akan

dipandang orang, dan tiadalah ada bandingannya tuan puteri itu kepada zaman

114 Tertulis

115 Tertulis

116 Tertulis

263

264

Page 130: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

itu, seorang pun tiada boleh hendak disamakan seperti tuan puteri itu didalam

dunia ini. Setelah sudah sekaliannya itu diatur oranglah maka, duduklah

masing-masing kepada tempatnya dengan sopan santunnya itu.

Hatta maka baginda pun keluarlah ke balai penghadapan117

, duduk

serta dihadap118

oleh segala menteri hulubalang dan rakyatnya penuh sesak

diatas balai dan dibawah balai itu tiadalah // bersela lagi, telah itu maka

baginda pun bertitah kepada seorang menteri menyuruh mengambil gajah

Kumala Birama serta disuruh kenakan segala perhiasannya dan serta diatur

kelengkapan berarak itu.

Seketika lagi maka Putera Jaya Pati pun sampailah kepintu kota dalam

itu, maka baginda pun menyuruh empat puluh raja-raja serta dengan menteri

hulubalang pergi mengelu-elukan Putera Jaya Pati itu. Setelah sampai kepada

hadapan balai, maka kata segala raja-raja itu, ―Silakanlah tuanku naik sekali

keatas gajah itu, titah baginda suruh arakan tuanku ini, maka Putera Jaya Pati

pun dengan // segeranya naik keatas gajah itu, maka diarak oranglah berjalan

keliling negeri itu serta dengan segala bunyi-bunyian terlalu ngitmat bunyinya

serta dengan tampak soraknya berkeliling negeri itu maka terlalu ramainya,

maka segala anak raja-raja yang keempat puluh itupun masing-masing

menunjukkan kesaktianya bagai-bagai kepada masing-masing dengan

kepandaiannya itu, maka terlalulah ramainya, tiadalah apa kedengaran yang

lain lagi melainkan tampak sorak serta dengan bunyi-bunyian itulah yang

kedengaran, serta dengan permainan berbagai-bagai jenisnya, tiadalah pernah

117 Tertulis

118 Tertulis

266

265

Page 131: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

orang bermain demikian itu, maka terlalulah gegak gempita bunyinya, jika

halintar membelah sekali pun tiadalah // kedengaran lagi.

Hatta maka beraraklah terlalu ramainya keliling negeri itu, setelah

sampai tiga kali berkeliling negeri, maka sampailah keistana baginda itu, dan

serta sampai maka gajah itupun dibawa oranglah kehadapan balairung itu,

maka segala anak raja-raja itupun dibawa oranglah lalu naik kebalai itu.

Setelah sudah selesai maka anak raja-raja itupun naiklah, maka Putera Jaya

Pati pun dipimpin oleh anak raja-raja Indera dua orang itu, dan seorang dari

kiri dan seorang dari kanan akan memegang Putera Jaya Pati itu dibawanya

naik keatas balai, serta sampai maka segeralah disambut oleh baginda tangan //

Putera Jaya Pati itu, dibawanya masuk dalam istana lalu didudukkan di kanan

tuan puteri.

Akan rupanya seperti bulan purnama empat belas hari bulan dipagar

bintang demikianlah dipandang oleh orang sekalian, tiadalah jemu mata

memandang antara keduanya itu sama baik parasnya seperti bulah dibelah dua.

Demikianlah setelah sudah maka nasi hadap-hadap pun disuap oleh segala bini

raja-raja yang tuha-tuha, setelah sudah maka tirai kelambu yang keemasan

itupun dilabuhlah oranglah, maka duduklah Putera Jaya Pati dengan tuan

puteri dalam tirai kelambu tujuh lapis, bersuka-sukaan kedua laki isterinya itu.

Syahdan maka baginda pun // keluarlah kebalai berjamu akan segala

anak raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian makan minum bersuka-

sukaan, maka segala anak raja-raja itupun menyuruh perbuatkan perarakkan

tujuh pangkat akan hendak mengarakkan Putera Jaya Pati itu sekali lagi.

Setelah sudah lengkap perarakan itu, maka Putera Jaya Pati pun dinaikkan

oranglah keatas perarakan itu, setelah sudah maka diarakan oranglah

267

268

269

Page 132: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

berkeliling negeri itu, setelah sampai tujuh kali berkeliling negeri itu, maka

diarak oranglah kembali kemahligai tuan puteri itu.

Setelah sampai maka dimandikan oleh permaisuri dengan air mawar,

setelah sudah mandi maka permaisuri pun // kembalilah keistananya, maka

tinggal Putera Jaya Pati dengan tuan puteri, maka duduklah bersuka-sukaan

kedua laki isterinya itu. Telah berapa lamanya, maka selesailah daripada

pekerjaannya itu. Maka segala anak raja-raja itupun bermohonlah kepada

baginda dan kepada Putera Jaya Pati hendak pulang ke negerinya, maka titah

baginda, ―Hai anakku sekalian, janganlah anakku lupakan ayahanda ini,

karena ayahanda sudah tuha.‖

Maka sembah segala anak raja-raja itupun, ―Ampun tuanku, mana titah

patik sekalian junjung keatas jamal patik. Ampun tuanku, jika ada barang

suatu sakit sukarnya baginda tuanku memberi khabar akan patik sekalian ini,

ampun tuanku.‖ // Setelah sudah maka baginda pun mengurniakan persalin

segala anak raja-raja dengan selengkapnya pakaian yang keemasan serta

dengan segala menteri hulubalang rakyat sekalian atas kepada kadarnya

masing-masing. Setelah sudah, maka segala anak raja-raja itupun seraya

menyembah baginda, serta katanya, ―Daulat tuanku syah alam, adapun ampun

kurnia duli tuanku ini penuh limpah diatas segala anggota patik sekalian ini

dan serta patik itu Putera Jaya Pati, ampun tuanku.‖ Demi baginda

mend119

engar kata segala anak raja-raja itu, maka baginda pun tersenyum dan

serta melihat lakunya, maka pikir baginda dalam hatinya, ―Bijaksana sekali

rupanya Putera // Jaya Pati itu lakunya, sedangkan segala sahabatnya lagi

119 Tertulis

270

272

271

Page 133: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

sekal120

ian manis barang lakunya, serta dengan budi bahasanya pun baik, lagi

pun pandai ia berkata-kata.‖

Setelah sudah maka Putera Jaya Pati pun berkata, ―Hai saudaraku

sekalian, maka hamba pun hendak bermohonlah kepada baginda hendak

berhendak121

kembali ke negeri hamba, hamba pun lamalah sudah meninggal

akan paduka ayahanda baginda hamba ini.‖

Maka sembah segala anak raja-raja itu jika demikian, ―Sebaiknyalah

beta sekalian mengiringkan kakanda bersama-sama ke negeri kakanda itu.‖

Maka titah baginda, ―Jika demikian, sebenarnyalah bicara anakku

sekalian ini antarkan paduka kakanda // ini dahulu ke negerinya, maka

kemudian anakku sekalian pulang kenegerinya masing-masing.‖

Maka sembah segala anak raja-raja itu, ―Ampun tuanku, akan kira-kira

patik sekalian ini pun demikianlah yang baiknya.‖

Maka Putera Jaya Pati pun menyembah serta berjabat tangan dengan

segala anak raja-raja yang empat puluh itu berjalan pulang kemahligai tuan

puteri itu, setelah sampai maka Putera Jaya Pati pun masuklah mendapatkan

tuan puteri. Setelah itu maka kata Putera Jaya Pati, ―Ya adinda, maukah tuan

pergi, kakanda hendak bawa tuan pulang ke negeri kakanda itu, mendapatkan

paduka // ayahanda bunda disana.‖ Maka tuan puteri pun seraya berkata, ―Ya

kakanda, tuan jangankan kakanda hendak bawa ke negeri, jika kakanda

hendak bawa menyelam kedalam laut api sekali pun beta turuti juga, maka

tiadalah mau beta meninggalkan kakanda ini.‖

120 Tertulis

121 Tertulis

273

274

Page 134: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Maka Putera Jaya Pati pun tersenyum mend122

engar kata tuan puteri

itu, setelah keesokan harinya, maka Putera Jaya Pati serta dengan tuan puteri

pergilah hendak bermohon kepada baginda kedua laki isteri itu, maka serta

sampai lalu segera ditegur oleh baginda anakanda baginda kedua laki isteri itu,

―Marilah tuan duduk dekat ayahanda ini.‖ Maka Putera Jaya Pati pun

duduklah seraya menyembah baginda kedua // laki isteri. Maka tuan puteri pun

menyembah paduka ayahanda bunda baginda itu seketika duduk maka sirih

pada corong emas pun diletakkan oranglah kehadapan Putera Jaya Pati.

Setelah sudah maka titah baginda, ―Santaplah sirih tuan.‖ Maka Putera

Jaya Pati pun seraya menyembah lalu santap sirih, setelah sudah maka Putera

Jaya Pati pun dan tuan puteri pun bermohonlah kepada ayahanda bunda kedua

itu, serta bertangisan-tangisan. Maka titah baginda, ―Hai anakku Putera Jaya

Pati, petaruhan ayahandalah akan adinda ini barang yang salah bebalnya

adinda ini, melainkan ampun mengapa kan adinda ini karena ia orang muda

tiada tahu cara bahasa seorang, // melainkan tuanlah ajarkan adinda ini baik

dan jahatnya.‖

Setelah sudah maka sembah Putera Jaya Pati, ―Ampun tuanku beribu-

ribu ampun penuh limpah sudi terjunjung keatas jamal patik. Ampun tuanku

janganlah duli tuanku bertitah demikian itu, janganlah tuanku banyak didalam

hati tuanku akan paduka anakanda duli tuanku itu setimbang nyawa badan

patiklah tuanku, adapun jika patik berbuat salah akan paduka anakanda itu,

harapkan kepada Allah taala akan patik hamba ini tuanku menjadi durhakalah

kebawah duli yang maha mulia dan anakanda ini. Jika disini pun anak raja,

jika di negeri patik pun anak raja juga. Jika ada hayat patik Insya // Allah

122 Tertulis

275

276

277

Page 135: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

taala setahun sekali pun patik mengadap123

juga kebawah duli tuanku, serta

membawa paduka anakanda ini. Maka titah baginda pada bicara ayahanda pun

demikian juga.‖ Maka Putera Jaya Pati pun sujud pada kaki baginda kedua

laki isteri itu, serta menyembah.

Setelah sudah lalu ia turun berjalan keluar, maka baginda pun

menyuruh anakanda baginda itu sampai keluar kota. Maka berhentilah baginda

duduk melihatkan tuan puteri hingga tiada kelihatan pada mata baginda itu,

maka baginda pun kembalilah dengan segala menteri hulubalang rakyatnya

sekalian itu serta dengan duka citanya. Maka jadi sunyilah negeri itu seperti

orang mati senegeri // lakunya, maka pilu belas hatinya segala yang tinggal

itu.

Sebermula akan Putera Jaya Pati berjalan itu telah sampailah

kekotanya, maka ia pun masuklah kedalam kotanya mengembalikan kumala

hikmahnya. Dengan seketika itu juga maka gaiblah negeri itu serta dengan

segala isinya, hanyalah yang tinggal bersama-sama itu pahlawan jin keempat

itu serta dengan sekalian rakyatnya juga. Setelah beberapa hari berjalan itu

melalui hutan padang yang luas-luas dilalui, dan beberapa pula melalui

gunung dan bukit yang besar-besar.

Syahdan akan Putera Jaya Pati berjalan itu barang dimana tempat yang

baik, maka ia berhenti dan berburu serta memungut bunga-bungaan // akan

tuan puteri. Antara berapa lamanya ia berjalan itu maka bertemulah dengan

hulu air terlalulah besarnya, maka Putera Jaya Pati pun singgah mengambil

ikan kepada tempat itu. Maka terlalulah banyak ikannya bertimbun-timbun

dibawa kehadapan tuan puteri, maka tuan puteri pun terlalulah suka melihat

123 Tertulis

278

279

Page 136: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

ikan terlalu banyak itu, maka tuan puteri serta dengan segala dayang-dayang

itupun ramailah mengambil ikan itu serta dipermasakkan masing-masing

dengan kesukaannya. Setelah sudah masak maka makanlah masing-masing,

setelah sudah makan maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah daripada tempat

itu.

Berapa hari lamanya dan beberapa pula ia melihat kakian Allah

Subhānahu wa ta‟ālā // berbagai-bagai didalam hutan itu. Hatta tiada berapa

lamanya berjalan itu, siang dan malam tiada berhenti. Maka sampailah kepada

suatu negeri takluk kepada negeri Langgam Jaya itu yang bernama negeri

Branta Pura Nilam Dewata, maka raja itupun segeralah keluar mengeluarkan

Putera Jaya Pati, maka Putera Jaya Pati pun masuklah berhenti di negeri itu

antara dua tiga hari, maka Putera Jaya Pati pun bertanya kepada raja itu, ―Ya

ayahanda, berapa jauhnya negeri Langgam Jaya itu daripada sini?‖

Maka kata raja itu, ―Adalah tiga hari perjalanan lagi tuanku dari sini.‖

Setelah keesokan harinya dari pagi-pagi hari bawalah berjalan, maka hari pun

hampir akan siang pagi-pagi. // Maka Putera Jaya Pati pun berjalanlah menuju

negeri Langgam Jaya itu. Hatta tiada berapa lamanya berjalan itu, maka Putera

Jaya Pati pun sampailah ke dusun, hampir negeri Langgam Jaya itu, maka

segala orang dusun itu124

pun gemparlah hendak lari masuk kedalam negeri,

menyatakan musuh banyak datang ke negeri kita ini.

Maka dalam orang yang banyak itu ada seorang orang tuha baik budi

bicaranya maka katanya, ―Jika demikian baik juga kita pergi dahulu kepada

orang yang datang itu bertanyakan khabar darimana ia datang banyak-banyak

itu.‖ Kemudian maka pergilah dua tiga orang tuha-tuha bertanyakan khabar

124 Tertulis

280

281

Page 137: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

itu, setelah sampai kepada orang yang banyak itu maka ditanyai oleh orang

tuha-tuha // itu, ―Hai tuan-tuan sekalian ini darimana datang dan hendak

kemana, dan apa pekerjaan tuan-tuan datang kemari ini?‖ Maka sahut rakyat

itu, ―Hai orang tuha, Adapun kami datang ini dari negeri Gangga Wijaya, dan

penghulu kami nama Putera Jaya Pati anak maharaja Kulawandu, dan akan

nama negeri kami Langgam Jaya.‖ Demi didengar oleh orang tuha itu akan

kata orang itu, maka orang tuha itupun terlalulah sukacita hatinya serta

katanya, ―Jika demikian anak raja kamilah yang dilarikan oleh kuda emas itu,

baiklah kita pergi mengadap125

baginda.‖ Setelah sudah berkata, maka ia pun

kembalilah dengan segeranya hendak mengadap126

baginda. Maka seketika ia

berjalan, maka ia pun sampailah kebalai // pengadapan127

, maka baginda pun

sedang ramai diadap128

oleh orang, serta sampai maka orang tuha itupun

datang lalu sujud pada kaki baginda itu, serta berdatang sembah, ―Daulat

tuanku syah alam, beribu-ribu ampun diatas jamal patik hamba tua ini. Ampun

tuanku, adapun akan paduka anakanda itu Putera Jaya Pati sudah ia datang

tuanku serta dengan isterinya sekali, dan rakyatnya pun terlalulah banyak

mengiringkan paduka anakanda itu, seperti ombak mengelana rupanya

daripada laki-laki dan perempuan, tiada terhisabkan banyaknya itu.‖

Maka terlalulah sukacita hati baginda laki isteri serta mened129

ngar

khabar anaknya itu datang, maka segeralah baginda berangkat lalu turun dari

125 Tertulis

126 Tertulis

127 Tertulis

128 Tertulis

129 Tertulis

282

283

Page 138: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

// istana pergi mendapatkan anakanda baginda itu, maka tiadalah sempat

mengambil kain bajunya lagi. Maka orang tuha itupun segeralah mengikut

baginda berjalan itu serta membawa pemaisuri, maka permaisuri berjalan itu

akan rambutnya pun terkerabanglah sambil berlari-lari tiada sempat

bersanggul lagi.

Setelah sampai keluar kota maka dipersembahkan oranglah kepada

Putera Jaya Pati, serta dengan tuan puteri mengatakan paduka ayahanda bunda

baginda datang itu serta dengan tangisnya. Maka Putera Jaya Pati pun

segeralah turun daripada kenaikannya mendapatkan paduka ayahanda dan

bunda bagindanya, setelah sampai maka terpandanglah Putera Jaya Pati

kepada ayahanda bundanya itu. Maka segeralah ia // berlari datang sujud pada

kaki ayahanda baginda kedua laki isterinya, maka baginda kedua pun

memeluk mencium paduka anakanda baginda itu, serta bertangis-tangingan

tiga beranak itu.

Maka seketika lagi pedati tuan puteri pun datanglah dibawa orang

kehadapan baginda kedua laki isteri, maka tuan puteri pun segeralah turun

daripada padatinya itu lalu ia sujud pada kaki baginda kedua laki isteri. Maka

permaisuri pun memeluk mencium tuan puteri, setelah sudah bertangis-

tangisan, maka baginda pun membawalah anakanda baginda kedua laki isteri

itu pulang. Maka berjalanlah baginda keempat beranak itu, sambil berjalan itu

bertangis-tangisan, maka payung air magunnya pun dikembangkan oranglah //

beratas-atas.

Maka segala anak raja-raja itupun berjalanlah masuk kedalam kota

negeri Langgam Jaya, serta mengiringkan baginda anak beranak itu. Setelah

sampailah ke istana, maka duduklah segala anak raja-raja itu di balairung,

284

285

286

Page 139: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

setelah berapa ketika duduk itu, maka hidangan pun diangkat oranglah ke

hadapan segala anak raja-raja itu. Setelah sudah, maka titah baginda,

―Santaplah tuan anakku sekalian, jangan diabai130

kan ayahanda karena tiada

sampai dengan sepertinya.‖ Maka segala anak-anak raja-raja itupun

menyembah, seraya nembasuh tangan, lalu makanlah.

Setelah sudah makan maka hidangan, minuman pula diangkat orang

kehadapan segala anak raja-raja itu akan piala yang bertatahkan ratna mutu

mangnikam itupun diperedarkan // oleh bintara kehadapan segala anak raja-

raja itu, maka segala anak raja-raja itupun minumlah bersulang-sulangan,

maka segala bunyi-bunyian pun dipalu oranglah seperti adat raja-raja yang

besar-besar berjamu. Demikianlah maka terlalulah ramainya.

Adapun baginda berjamu segala anak raja-raja dan menteri hulubalang

serta dengan rakyatnya sekalian hina dina itu, empat puluh hari empat puluh

malam tiadalah berhenti. Maka segala rakyat pun tiadalah pulang makan

kerumahnya, melainkan makan ia pun karena baginda juga. Maka segala anak

raja-raja itupun heranlah melihat kakian baginda itu serta berkata-kata sama

sendirinya, ―Tiadalah pernah kita melihat raja-raja yang makin kakiannya dan

serta dengan murahnya.‖

Setelah genaplah empat // puluh hari empat puluh malam akan baginda

menjamu itu, maka baginda pun berkata kepada anakanda baginda, ―Hai

anakku dan buah hatiku dan cahaya mataku. Adapun ayahanda ini berkaul jika

anaku datang ayahanda bunda hendak kerjakan menjadi raja tuan ini,

demikianlah hajat ayahanda. Maka sekarang ini, sampailah sudah seperti kaul

ayahanda bunda ini.‖

130 Tertulis

287

288

Page 140: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

Maka sembah Putera Jaya Pati, ―Daulat tuanku bertambah-tambah,

maka janganlah duli tuanku bertitah demikian ini, karena ada lagi hayat duli

tuanku ini tiadalah harus patik ini menjadi raja.‖

Maka titah baginda, ―Janganlah anakku berkata demikian itu, karena

ayahanda pun sudah tua.‖ Maka Putera Jaya Pati pun berdiam dirinya, maka //

sembah segala menteri yang tuha-tuha dan mangkubumi, ―Ampun tuanku,

ikutkanlah seperti titah paduka ayahanda baginda itu, karena kaul paduka

ayahanda sudah terlanjur. Jika tiada tuanku ikut seperti kehendak baginda itu,

maka tiadalah lepas kaulnya itu, niscaya tertanggunglah keatas paduka

ayahanda tuanku ini.‖

Maka sembah Putera Jaya Pati, ―Jika demikian ini, mana titah patik

junjung keatas jamal patik ini.‖

Syahdan maka pada hari itu juga dilengkapkan oleh mangkubumi

segala tahta kerajaan, maka pada ketika itu juga Putera Jaya Pati pun dihiasi

oranglah dengan pakaian kerajaan yang kekuningan dan bermahkota yang

bercahaya-cahaya gilang gemilang berseri-seri // tiada dapat ditentangi131

nya

lagi dan tuan puteri pun dihiasi oleh permaisuri memakai pakaian yang

keemasan bertatahkan ratna mutu mangnikam akan pakaian baiduri

dipakaikan. Setelah sudah maka rupa tuan puteri pun makin bertambah-

tambah baiknya.

Setelah sudah memakai itu maka dinaikkan oranglah keatas perarakan

yang keemasan itu, setelah sudah maka diarakkan oranglah Putera Jaya Pati

serta dengan tuan puteri itu berkeliling negeri Langgam Jaya itu serta dengan

segala bunyi-bunyian seperti akan runtuh langit lakunya, terlalu ngitmat serta

131 Tertulis

289

290

Page 141: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

dengan gegak gempita dengan bunyi bedil seperti bedatah, maka segala anak

raja-raja itupun sekaliannya mengadulah kesaktiannya masing-masing kepada

kepandaiannya // panah menanah keudara, maka terlalulah ramainya.

Maka dipanahkan oleh anak raja Mambang akan panahnya keudara,

maka turunlah hujan air mawar. Maka dibalas oleh anak raja Indera dengan

panah Narwastu, maka dipanahkan oleh anak raja Candra dengan panah angin

sepoi-sepoi, maka segala kain baju orang pun garanglah. Maka segeralah

dipanahkan oleh anak raja Dewa dengan hujan bunga rampai emas dan perak,

maka segala orang pun samailah berebut-rebut bunga rampai itu. Maka

terlalulah ramainya, ada yang pecah muka hidungnya dan yang setengah

berkaul sama sendirinya bertempur bergocoh rebah rempah itupun, serta

bangkit pula. Maka segeralah dipanah // oleh anak Raja Peri dengan panah

Garuda, maka dibalaskan oleh anak Raja Jin dengan panah Walimana, maka

garuda dengan walimana itupun berperanglah keduanya sambar menyambar,

pagut-memagut, pukul memukul maka terlalulah ramainya. Maka sorak segala

rakyat pun gemuruh bunyinya jika halintar membelah sekalipun tiadalah

kedengaran, seperti orang berperang sungguh lakunya itu.

Setelah genap tujuh kali diarak berkeliling negeri itu, maka sampailah

kebalairung, maka segeralah disambut oleh baginda tangan anakanda baginda

itu, lalu dinaikkannya keatas singgasana bertatahkan ratna mutu mangnikam

berumbai-rumbaikan mutiara itu. Maka permaisuri pun memegang tangan tuan

puteri itu // lalu dinaikkannya keatas peterana yang keemas.

Maka baginda kedua laki isteri pun menyembahlah anakanda baginda

kedua itu, maka disambut oleh Putera Jaya Pati akan sembah baginda itu,

setelah sudah maka dikeluarkan oleh baginda akan gelaran anakanda baginda

291

292

293

Page 142: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

itu Maharaja Bikrama Indera Dewa timang-timangan paduka, seraya sultan

Putera Jaya Pati sifat Aladin Syah Alam Berdaulat Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam.

Setelah sudah baginda mengikrarkan anakanda baginda itu, maka lalu baginda

pun undurlah dari tempat itu. Maka segala menteri hulubalang rakyat sekalian

pun hina dina isi negeri itupun sujud menyembah tiga kali berdiri dan tiga kali

sujud serta // mengatakan, ―Daulat tuanku paduka seraya sultan Putera Jaya

Pati Sifat Aladin Syah Alam Berdaulat Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam.‖ Setelah sudah

menjunjung duli itu, lalu duduk sekaliannya maka segala tuan-tuan yang alim

dan kadi dan pakah pun sekaliannya membaca doa barang dikekalkan Allah

Subhānahu wa ta‟ālā kiranya kerajaan baginda itu sampai kepada anak

cucunya selama-lamanya itu.

Maka sekalian khalayak yang banyak itupun mengatakan, ―amīn ya

Rābbā `l-„ālamīn‖ Serta menyapukan tangannya kepada mukanya, maka

sekaliannya pun sujud pula tiga kali. Setelah sudah maka baginda pun

menyuruhkan orang membukakan gudang, mengambil emas dan perak //

disedekahkannya kepada segala fakir dan miskin, serta dengan segala rakyat

hina dina, dan serta memberikan persalinan akan segala menteri hulubalang

dan rakyat sekalian masing-masing kepada kadarnya, dan memberi persalinan

akan segala anak raja-raja itu daripada segala pakaian yang baik.

Setelah sudah bagin132

da memberi persalinan dan serta derma kurnia

itu, maka paduka seraya Bikrama Indra Dewa pun memberi anugerah akan

segala anak raja-raja itu, dan akan segala menteri huluhalang rakyatnya, maka

segala fakir dan miskin hina dina sekalian pun menjadi kayalah daripada

132 Tertulis

294

295

Page 143: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

sebab banyak kurnia baginda dua beranak itu, yang kaya // bertambah-tambah

pula jadi kayanya.

Setelah sudah selesai daripada kerja itu maka segala anak raja itupun

bermohonlah hendak pulang ke negerinya masing-masing, maka titah baginda

Maharaja Bikrama Indera Dewa itu, ―Hai segala saudaraku, baiklah adinda

sekalian pulang ke negeri tuan-tuan, karena lama sudah tuan-tuan sekaliannya

meninggalkan, lagi pun kalau-kalau tuan-tuan dedam akan paduka ayahanda

bunda disini itu. Adapun yang kasih segala saudara hamba sekalian melainkan

Allah dan Rasulullah akan membalas.‖

Maka sembah segala anak raja-raja itu, ―Janganlah tuanku titah

demikian itu akan patik sekalian ini, jikalau ada hayat patik serta // dengan

daulat tuanku insya Allah taala, akan datang juga patik sekalian mengadap133

duli tuanku ini.‖

Maka titah Maharaja Bikarama Indera Dewa, ―Jikalau demikian

kiranya, saudara-bersaudaralah hendaklah kekal dari dunia d134

datang

keakhirat, saudara juga maka hamba pun demikian juga.‖

Setelah sudah berkata-kata itu maka segala anak raja-raja itupun

berpeluk dan bercium serta bertangis-tangisan dengan baginda itu serta dengan

segala anak raja-raja yang dalam negeri Langgam Jaya ini, serta dengan

menteri huluabalang pun bertangis-tangisan juga, menteri samanya menteri,

hulubalang samanya hulubalang, rakyat samanya rakyat.

Setelah sudah maka titah baginda Maharaja Bikrama // Indera Dewa,

―Hai segala saudaraku, janganlah lama tuan-tuan bercerai dengan hamba, ini

133 Tertulis

134 Tertulis

296

297

298

Page 144: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

karena hamba ini dengan tiada bersaudara, melainkan tuan-tuanlah jadi

saudara kepada hamba. Maka segeralah tuan-tuan datang bermain-main ke

negeri hamba ini, serta mengadap135

paduka ayahanda baginda.‖

Maka sembah segala anak raja-raja itu, ―Baiklah tuanku, mana titah

tuanku patik sekalian junjung.‖ Setelah sudah maka sekaliannya pun

berbangkit menjunjung duli baginda kedua itu, setelah sudah maka lalu turun

berjalanlah masing-masing menuju negerinya itu. Maka tiadalah tersebut

perkataannya lagi masing-masing pulang itu dengan sukacitanya karena

berolehan harta terlalu banyak itu.

Syahdan maka negeri Langgam // Jaya pun terlalulah ramainya, maka

Maharaja Bikrama Indera Dewa pun terlalulah dalam kerajaan negeri

Langgam Jaya itu serta dengan murahnya dan adatnya dan serta mengasihi

segala rakyat sekalian serta dengan budi bahasanya dan mengasihi segala

dagang menteri yang datang berniaga ke negeri itu, dan baginda pun terlalu

pandai daripada mengambil hati segala rakyat bala tentaranya itu, maka jadi

kasih sekalian mereka itu akan baginda itu. Maka kekallah baginda itu

bersuka-sukaan dua laki isteri itu adanya tamat surat ini sampai 14 hari bulan

5 Dzulhijah 1253 Sanah Wa Katabihi Muhammad Ali Bin Abdul Latif Munsi.

F. Daftar Kosa Kata Sukar

Arti dari kosa kata sukar yang terdapat dalam suntingan teks disajikan dalam

tabel berikut.

135 Tertulis

299

Page 145: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

Tabel 8

Kosa Kata Bahasa Arab

Kosa Kata Arti

1) Zhila`l-Lāh fi `l-„ālam : bayangan allah di dunia

2) Subhānahu wa ta‟ālā : maha suci dan maha mulia

3) Isnain : hari senin

4) Wa „alaikum salām : dan semoga diberi keselamatan

5) Rabba „l-alamin : tuhan semesta alam

6) Sanah : tahun

7) Wa katabihi : dan kitab-kitab-Nya

Tabel 9

Kosa Kata Arkhais

Kosa Kata Arti

1) Cetera : cerita, tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu

hal peristiwa, kejadian, dsb.

2) Saterawan : sastrawan, ahli sastra; pujangga; pengarang prosa dan puisi;

orang pandai-pandai; cerdik cendekia.

3) Khabar : kabar, laporan tentang peristiwa yang biasanya belum lama

terjadi.

4) Gufran : keampunan, pengampunan.

5) Manggistan : buah manggis

Page 146: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

6) Gang : tangkai, pegangan

7) Halintar : halilintar, kilat, mata petir.

8) Terdendang : tampak terbentang lebar, terpapar, tampak nyata

9) Gegak gempita : gegap gempita, riuh rendah, meriah sekali, ribut sekali,

10) Tuha : sudah lama hidup, lanjut usia tidak muda lagi

11) Mangnikam : manikam, intan, batu permata

12) dihimatnya : dihormatinya dengan amat hormat dan sopan

13) Berlimau : mandi dengan air yang telah dicampurkan buah limau dan

bunga-bungaan

14) Artawan : orang yang mempunyai banyak hartanya, orang kaya

15) Cantu-bercantu : bertaut kembali, bertemu melekat atau berhubungan

16) Jantik : cantik, elok, molek tentang wajah, muka perempuan

17) Pengulit : lagu atau nyanyian untuk menidurkan

18) Bandan : burung yang kepalanya berjambul seperti ayam hutan

19) Khayali : bersifat gambaran dalam angan-angan, fantasi, tidak nyata

20) Pranatah : pranata, sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta

adat istiadat dan norma yg mengatur tingkah laku itu, dan

seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks

kebutuhan manusia dalam masyarakat

21) Tertiarab : tertiarap, jatuh tengkurap, jatuh dengan muka menelungkup di

tanah

22) Khadir : hadir, ada, datang

23) Ranjuna : renjana, rasa hati yg kuat rindu, cinta kasih, berahi, dan

sebagainya

Page 147: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

24) Menaharub : ?

25) Kahwin : kawin, membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami

atau beristri, menikah

26) Jahabat : perkenalan, perbuatan berkaitan dengan perkenalan

27) Hat : khat, tulisan tangan khususnya tulisan indah, garis, guratan

pada tangan, rajah

28) Anyar : manyar, burung kecil, termasuk burung pemakan biji-bijian,

suku ploceidae dari bangsa burung berkicau, hidupnya di

tempat terbuka dekat sumber air, dan terkenal akan

kemahirannya membuat sarang yg indah

29) Antangku : tentangku, perihal, terhadap aku

30) Yuang Raya : bunga raya, bunga raya, juga dikenali sebagai bunga sepatu

dan kembang sepatu hibiscus rosasinensis ialah sejenis

tumbuhan berbunga sepanjang tahun dalam genus hibiscus

yang sering ditanam sebagai pokok hiasan.

31) Tahaya : ?

32) Berpasa : berpuasa, melakukan kegiatan puasa

33) Memujuk : membujuk, berusaha meyakinkan seseorang bahwa yang

dikatakannya benar untuk memikat hati, melunakkan hati ,

dan sebagainya, merayu.

34) Gajah Lekur : binatang gajah yang memiliki jalur-jalur putih, belang putih

memanjang

35) Lebuduli : serbuk halus dari tanah

36) Ngitmat : nikmat, enak, merasa puas, mengalami sesuatu yang

menyenangkan

Page 148: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

37) Bertalut : Tidak berkeputusan

38) Kharab : Harap, berkeinginan sesuatu

39) Tersilah : Terlihat, kelihatan, dapat dilihat

40) Khurasani : Besi yang baik mutunya berasal dari Khorassan

41) Harabab : Rebab, alat musik gesek menyerupai biola bertali dua atau

tiga, biasanya digesek dengan cara ditegakkan di lantai dan

penggeseknya berada di belakang rebab

42) Tergancar : melakukan kegiatan yang sangat cepat

43) Dijantasnya : memukul dengan pukulan yang melambung dari samping

dengan posisi lengan membentuk siku-siku

44) Berpasak-pasak : Berpasang-pasangan, kegiatan yang dilakukan dua orang

45) Takdim : Takzim, amat hormat dan sopan

46) Bedatah : Pedada, sejenis tumbuhan yang tumbuh di hutan-hutan bakau

berakar napas yg keluar dari dalam lumpur, bentuk daunnya

bulat telur, ujungnya tumpul dan membundar

Page 149: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

F. Daftar Kosa Kata Sukar

Arti dari kosa kata sukar yang terdapat dalam suntingan teks disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 8

Kosa Kata Bahasa Arab

Kosa Kata Arti

8) Zhāla`l-Lāh fi `l-„ālam : Bayangan Allah di dunia

9) Subhānahu wa ta‟ālā : Maha suci dan maha mulia

10) Isnain : Hari senin

11) Wa „alaikum salām : Dan semoga diberi keselamatan

12) Rabba „l-alamin : Tuhan semesta alam

13) Sanah : Tahun

14) Wa katabihi : Dan Kitab-Kitab-Nya

Tabel 9

Kosa Kata Arkhais

Kosa Kata Arti

47) Cetera : Cerita, tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu

hal (peristiwa, kejadian, dsb).

48) Saterawan : Sastrawan, ahli sastra; pujangga; pengarang prosa dan puisi;

Page 150: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

(orang) pandai-pandai; cerdik cendekia.

49) Khabar : Kabar, laporan tentang peristiwa yang biasanya belum lama

terjadi.

50) Gufran : Keampunan, pengampunan.

51) Manggistan : Buah manggis

52) Gang : Tangkai, pegangan

53) Halintar : Halilintar, kilat, mata petir.

54) Terdendang : (tampak) terbentang lebar, terpapar, tampak nyata

55) Gegak gempita : Gegap gempita, riuh rendah, meriah sekali, ribut sekali,

56) Tuha : Sudah lama hidup, lanjut usia (tidak muda lagi)

57) Mangnikam : Manikam, intan, batu permata

58) dihimatnya : Dihormatinya dengan amat hormat dan sopan

59) Berlimau : Mandi dengan air yang telah dicampurkan buah limau dan

bunga-bungaan

60) Artawan : Orang yang mempunyai banyak hartanya, orang kaya

61) Cantu-bercantu : bertaut kembali, bertemu melekat atau berhubungan

62) Jantik : Cantik, elok, molek (tentang wajah, muka perempuan

63) Pengulit : Lagu atau nyanyian untuk menidurkan

64) Bandan : Burung yang kepalanya berjambul seperti ayam hutan

65) Khayali : bersifat gambaran dalam angan-angan, fantasi, tidak nyata

66) Pranatah : Pranata, sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta

adat istiadat dan norma yg mengatur tingkah laku itu, dan

seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks

kebutuhan manusia dalam masyarakat

Page 151: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

67) Tertiarab : tertiarap, jatuh tengkurap, jatuh dengan muka menelungkup di

tanah

68) Khadir : hadir, ada, datang

69) Ranjuna : Renjana, rasa hati yg kuat (rindu, cinta kasih, berahi, dan

sebagainya)

70) Menaharub : ?

71) Kahwin : Kawin, membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami

atau beristri, menikah

72) Jahabat : Perkenalan, perbuatan berkaitan dengan perkenalan

73) Hat : Khat, tulisan tangan (khususnya tulisan indah), garis, guratan

pada tangan, rajah

74) Anyar : Manyar, burung kecil, termasuk burung pemakan biji-bijian,

suku Ploceidae dari bangsa burung berkicau, hidupnya di

tempat terbuka dekat sumber air, dan terkenal akan

kemahirannya membuat sarang yg indah

75) Antangku : Tentangku, perihal, terhadap aku

76) Yuang Raya : Bunga Raya, Bunga raya, juga dikenali sebagai bunga sepatu

dan kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) ialah sejenis

tumbuhan berbunga sepanjang tahun dalam genus Hibiscus

yang sering ditanam sebagai pokok hiasan.

77) Tahaya : ?

78) Berpasa : Berpuasa, melakukan kegiatan puasa

79) Memujuk : Membujuk, berusaha meyakinkan seseorang bahwa yang

dikatakannya benar (untuk memikat hati, melunakkan hati ,

dan sebagainya), merayu.

Page 152: BAB IV SUNTINGAN TEKS A. Inventarisasi Naskah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

80) Gajah Lekur : Binatang gajah yang memiliki jalur-jalur putih, belang putih

memanjang

81) Lebuduli : serbuk halus dari tanah

82) Ngitmat : Nikmat, enak, merasa puas, mengalami sesuatu yang

menyenangkan

83) Bertalut : Tidak berkeputusan

84) Kharab : Harap, berkeinginan sesuatu

85) Tersilah : Terlihat, kelihatan, dapat dilihat

86) Khurasani : Besi yang baik mutunya (berasal dari Khorassan)

87) Harabab : Rebab, alat musik gesek menyerupai biola bertali dua atau

tiga, biasanya digesek dengan cara ditegakkan di lantai dan

penggeseknya berada di belakang rebab

88) Tergancar : melakukan kegiatan yang sangat cepat

89) Dijantasnya : memukul dengan pukulan yang melambung dari samping

dengan posisi lengan membentuk siku-siku

90) Berpasak-pasak : Berpasang-pasangan, kegiatan yang dilakukan dua orang

91) Takdim : Takzim, amat hormat dan sopan

92) Bedatah : Pedada, sejenis tumbuhan yang tumbuh di hutan-hutan bakau

berakar napas yg keluar dari dalam lumpur, bentuk daunnya

bulat telur, ujungnya tumpul dan membundar