Berat Badan Lahir Rendah

26
BERAT BADAN LAHIR RENDAH A. Defenisi Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur.Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Prematuritas ini juga dibedakan dalam dua kelompok: 1. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.

description

BBLR

Transcript of Berat Badan Lahir Rendah

Page 1: Berat Badan Lahir Rendah

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. Defenisi

Bayi Prematur Berberat Badan Lahir Rendah Usia kehamilan normal

bagi manusia adalah 40 minggu. Menurut World Health Organization

(WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi

prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37

minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau

prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely

premature atau amat sangat prematur.Usia kehamilan ini dihitung dari hari

pertama setelah siklus menstruasi terakhir. Prematuritas ini juga dibedakan

dalam dua kelompok:

1. Prematuritas murni. Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai

dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu

dengan berat badan 1800-2000 gram.

2. Bayi dismatur/ small for gestational age. Merupakan bayi dengan berat

badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah

sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.

Page 2: Berat Badan Lahir Rendah

Gambar 1. Kategori usia kehamilan pada saat kelahiran dalam hitungan minggu

Bayi Berat Lahir Rendah atau Low Birth Weight (LBW) adalah berat

lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram. Very Low Birth Weight

(VLBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1500 gram dan Extremely Low

Birth Weght (ELBW) adalah berat bayi lahir kurang dari 1000 gram.

Kelahiran bayi prematur berberat badan lahir rendah atau prematur BBLR

adalah kelahiran bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dan lahir

sebelum 37 minggu usia kehamilan.

B. Faktor Risiko Kelahiran Bayi Prematur Berberat Badan Lahir

Rendah Berbagai faktor telah dikaitkan dengan kelahiran bayi prematur

BBLR. Kurang lebih 25% dari kelahiran bayi prematur berberat badan lahir

rendah terjadi tanpa adanya faktor risiko, yang menunjukkan pemahaman

terbatas mengenai penyebab dan patofisiologi dari masalah tersebut.

Walaupun upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak dari faktor risiko

melalui perawatan sebelum kelahiran, insidens dari kelahiran bayi prematur

BBLR belum berkurang secara signifikan selama dekade terakhir.

Page 3: Berat Badan Lahir Rendah

Sebagian besar kelahiran prematur terjadi tanpa diketahui penyebabnya,

namun faktor risiko utama dari ibu yang dikaitkan dengan prematur BBLR

adalah:

1. Faktor Demografik

Ras telah dipelajari secara luas sebagai faktor risiko selama beberapa

tahun. Wanita berkulit hitam mengalami rasio kelahiran prematur dua kali

lebih banyak dari wanita berkulit putih dan dihitung untuk hampir

sepertiga dari seluruh bayi prematur. Selain itu, usia ibu hamil yang

kurang dari 17 tahun atau lebih dari 34 tahun serta status soal ekonomi

yang rendah.

2. Faktor Tingkah Laku

Nutrisi kehamilan yang buruk meningkatkan risiko kelahiran bayi

prematur BBLR. Perokok dan penyalahgunaan obat-obatan berperan

penting dan kemungkinan menghasilkan vasokontriksi dari uteroplasenta

yang mendorong peningkatan rasio kelahiran tiba-tiba. Perawatan prenatal

yang inadekuat juga sering dihubungkan dengan kelahiran prematur.

3. Kondisi Medis Kehamilan

Sejarah kelahiran prematur pada kehamilan sebelumnya atau

komplikasi perinatal menempatkan wanita pada risiko yang lebih tinggi

untuk kelahiran prematur. Faktanya, kelahiran prematur pada anak

pertama merupakan ramalan terbaik bagi kelahiran prematur berikutnya.

Komplikasi kehamilan lain mencakup kelainan uterin dan servikal, trauma,

perdarahan vagina, polyhydramnios, ruptur prematur dari membran, dan

Page 4: Berat Badan Lahir Rendah

chorioamnionitis. Penyakit kehamilan akut ataupun kronis seperti infeksi

saluran kemih, hipertensi , preeclampsia, dan diabetes juga merupakan

faktor risiko.

4. Faktor Janin

Kehamilan kembar, infeksi kronis janin (seperti infeksi TORCH yaitu

toxoplasmosis, rubella, and cytomegalovirus),dan anomali kromosom dan

kongenital merupakan faktor risiko.

5. Polusi Udara

Paparan polusi udara seperti zat-zat ozon, karbon monoksida,dan nitrat

dioksida, telah dilaporkan dalam beberapa penelitian meningkatkan risiko

kelahiran prematur dalam dosis tertentu.

6. Infeksi

Infeksi bakteri vaginosis dan intraurin merupakan faktor risiko umum dari

kelahiran prematur. Bakteri vaginosis dapat meningkatkan faktor risiko

kelahiran sangat prematur sebanyak dua kali lipat, dan infeksi intraurin

berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi. Infeksi yang terlokalisasi

pada organ lain selain saluran reproduksi juga penting, salah satunya

infeksi periodontal yang memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk

kelahiran prematur.

7. Penyakit Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

8. Usia Ibu dan paritas

Faktor paritas ibu Faktor paritas sering dihubungkan dengan kejadian

BBLR. BBLR terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami

Page 5: Berat Badan Lahir Rendah

penipisan akibat dari sering melahirkan. Hasil analisis bivariabel

menyatakan bahwa paritas menyumbang terjadinya berat badan lahir yang

rendah. Megadhana (1997) menyatakan bahwa kematian perinatal yang

rendah terjadi pada paritas dua sampai dengan tiga. Kematian perinatal

meningkat pada paritas empat. Angka kematian perinatal tertinggi terjadi

pada paritas enam ke atas. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil

penelitian di Jamaika bahwa resiko kematian wanita yang mengalami

persalinan ke lima dan selanjutnya. Prevalensi kematiannya sekitar dua

kali lipat jika dibandingkan dengan persalinan kedua. Wanita yang telah

partus ke sepuluh atau lebih resiko menjadi tiga kali lipat. Wiknjosastro

(1999), menyatakan dalam teori ilmu kebidanan bahwa makin tinggi

paritas ibu makin kurang baik endometrium (dinding uterus).

Hal ini diterangkan bahwa setiap kehamilan yang disusul dengan

persalinan akan menyebabkan kelainan pada uterus. Kehamilan yang

berulang-ulang mempengaruhi sirkulasi nutrisi kejanin dimana jumlah

nutrisi akan berkurang dibanding dengn kehamilan sebelumnya. Keadaan

ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin sehingga dilahirkan BBLR.

9. Status gizi ibu

Staus gizi ibu hamil pada penelitian ini didasarkan pada usuran

antropometri Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil analisis bivariabel dan

multivariabel menggambarkan bahwa kejadian BBLR pada ibu dengan

lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Saraswati (1998) menyatakan

bahwa ibu hamil dengan LILA kurang dari 23,5 cm mempunyai resiko

Page 6: Berat Badan Lahir Rendah

2,32 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan

dengan ibu yang ukuran LILA lebih dari 23 cm. Hal serupa dikemukakan

oleh sayogyo (1997) bahwa wanita hamil dengan malnutrisi kronik

mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan berat rendah jenis kecil

untuk masa kehamilan. Malnutrisi juga berdampak retardasi mental setelah

dilahirkan. Status gizi ibu hamil selain berpengaruh terhadap ibu juga

berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin yang sedang dikandung. Ibu

hamil dengan kekurangan zat gizi akan menyebabkan ibu kekurangan

energi selama kehamilan maupun setelah persalinan.

Selama awal masa kehamilan didalam tubuh ibu telah terjadi penyesuaian.

Penyesuaian untuk mempersiapkan pertumbnuhan janin, masa persalinan

dan menyusui. Aspek biologisnya dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa

janin ataupun bayi yang akan disusui mendapat konsumsi zat gizi dari

ibunya, jika konsumsi zat gizi selama kehamilan tidak mencukupi maka

akan menggunakan cadangan zat gizi pada ibu. Wanita dengan kebiasaan

makan yang baik dan mempunyai berat badan normal sebelum kehamilan

tidak akan menyebabkan masalah selama kehamilan. Sebaliknya pada ibu

yang mengalami kurang gizi akan melahirkan bayi BBLR. Guna menjamin

pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal maka peranan gizi

sangat menentukan. Ekekurangan gizi selama hamil dapat menyebabkan

abortus, partus prematur atau perkembangan bayi tidak sempurna.

Adapun Faktor Janin adalah:

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

Page 7: Berat Badan Lahir Rendah

C. Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi

di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik

menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan

angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat

lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam

peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa

depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah

dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah

multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara

nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka

ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program

perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% .

D. Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah

antara lain:

1. Hipotermia

2. Hipoglikemia

3. Gangguan cairan dan elektrolit

4. Hiperbilirubinemia

5. Sindroma gawat nafas

Page 8: Berat Badan Lahir Rendah

6. Paten duktus arteriosus

7. Infeksi

8. Perdarahan intraventrikuler

9. Apnea of Prematurity

10. Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR) antara lain:

1. Gangguan perkembangan

2. Gangguan pertumbuhan

3. Gangguan penglihatan (Retinopati)

4. Gangguan pendengaran

5. Penyakit paru kronis

6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

E. Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi

dalam jangka waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk

menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

terjadinya BBLR:

a. Umur ibu

Page 9: Berat Badan Lahir Rendah

b. Riwayat hari pertama haid terakir

c. Riwayat persalinan sebelumnya

d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

e. Kenaikan berat badan selama hamil

f. Aktivitas

g. Penyakit yang diderita selama hamil

h. Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara

lain :

a. Berat badan < >

b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pemeriksaan skor ballard

b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas

diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.

d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan

umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

Page 10: Berat Badan Lahir Rendah

e. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan <>

F. Penatalaksanaan/ terapi

1. Medikamentosa

a. Pemberian vitamin K1

b. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

c. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,

umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

2. Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena

refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan

pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah

dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah

dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel

pada puting. ASI merupakan pilihan utama:

a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang

cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai

kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20

g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat

badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Page 11: Berat Badan Lahir Rendah

- Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;

setiap 2 jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

- Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan

minum seperti pada bayi sehat.

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

· Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

· Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap

untuk menyusu.

· Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan

nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah

mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan

Page 12: Berat Badan Lahir Rendah

tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi

sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu

tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram

- Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak

dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke

dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.

Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat

menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun

ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

IV secara perlahan.

Page 13: Berat Badan Lahir Rendah

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi

bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram

- Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

- Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Page 14: Berat Badan Lahir Rendah

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap

kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir <>tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan.

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,

coba untuk menyusui langsung.

3. Suportif

Page 15: Berat Badan Lahir Rendah

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh

normal:

a. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu

tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,

pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat

fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

b. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

c. Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah:

a. Jaga dan pantau patensi jalan nafas

b. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

c. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;

hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

d. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

e. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan,

biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

G. Pemantauan (Monitoring)

1. Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Page 16: Berat Badan Lahir Rendah

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama

(sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15%

untuk bayi dengan berat lahir <1500>

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua

kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

1) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai

jumlah 180 ml/kg/hari

2) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan

bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

3) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah

pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari

4) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala

setiap minggu.

2. Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui

perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk

terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:

a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap

bulan.

b. Hitung umur koreksi

c. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.

d. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)

e. Awasi adanya kelainan bawaan

Page 17: Berat Badan Lahir Rendah

H. Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif

adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu

hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah

melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada

institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri

selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin

yang dikandung dengan baik.

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka

dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan

status gizi ibu selama hamil