bruxism
-
Upload
octa-nana-erviana -
Category
Documents
-
view
147 -
download
13
Transcript of bruxism
II.1.3.5 Bruksisme (Bruxism)
A. Gambaran Umum Bruxism
Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah kerot (tooth grinding) adalah
mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan grinding (mengunyahkan)
gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah. Bruksisme adalah kebiasaan bawah sadar (sering tidak
disadari) walaupun ada juga yang melakukannya ketika tidak tidur. Bruksisme dapat
dilakukan dengan tekanan keras sehingga menimbulkan suara yang keras, tapi dapat juga
tanpa suara yang berarti. Jika bruksisme dilakukan dengan tekanan kerot yang keras, akan
terjadi keausan gigi yang parah dan berlangsung dalam waktu cepat.1
Bruksisme biasa terjadi pada anak. Kebiasaan ini biasanya muncul pada malam hari,
dan berlangsung dalam periode waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan gigi sulung
dan gigi permanen abrasi. Kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang tumbuh. Dan
jika bertahan hingga anak dewasa biasanya disertai dengan adanya stres emosional,
parasomnia, trauma cedera otak, ataupun cacat neurologis, dengan komplikasi erosi gigi,
sakit kepala, disfungsi sendi temporomandibular, dan nyeri pada otot-otot pengunyahan.
(45,38,46)
Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Reding, Rubright, and
Zimmerman melaporkan 15% anak dan remaja dalam studi mereka menunjukkan adanya
beberapa tingkatan bruxism. Biasanya terjadi pada malam hari dan jika dilanjutkan dalam
jangka waktu yang lama bisa berakibat abrasi gigi permanen. Ketika kebiasaan tersebut
berlangsung hingga masa dewasa maka mengakibatkan penyakit periodontal dan atau
gangguan temporomandibular joint. Sebagai tambahan, kasus disfungsi temporomandibular
joint lebih banyak terjadi di kalangan perempuan dewasa daripada laki-laki dewasa.(47,40,4)
Bruxism didefinisikan sebagai gerakan mengerat dan gerakan grinding dari gigi yang
bersifat non-fungsional. Istilah ini dalam literatur sering disebut dengan beberapa istilah yang
lain, yaitu neuralgia traumatic, occlusal habit neurosis, dan parafungsional. Pasien yang
mengalami bruxism (bruxer), biasanya tidak menyadari kebiasaan buruk yang dimilikinya
tersebut, walaupun bruxism kadang-kadang diikuti dengan suara yang mengganggu, namun
pasien yang bersangkutan seringkali baru mengetahui kebiasaan yang dimilikinya itu dari
orang tua atau teman tidurnya. Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari, misalnya pada saat
individu yang bersangkutan mengalami stress, namun bruxism yang paling parah adalah
bruxism yang terjadi pada malam hari.48
Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak menyadari
masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik, dengan terdengar suara
grinding. Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan mengepalkan dari gigi dan
umumnya tidak menghasilkan suara terdengar. Bruxism yang diamati pada 5-20% anak-anak.
Peningkatan frekuensi selama masa kanak-kanak, memuncak pada usia 7-10 tahun dan
menurun setelah itu.4
Gambar 9. Akibat bruxismSumber:http:// www.nidcr.nih.gov/OralHealth/
OralHealthInformation/ChildrensOralHealth/OralConditionsChildrenSpecialNeeds.htm. Accessed on 30th Jan 2011
Pada saat tidur di malam hari, biasanya penderita akan mengeluarkan suara gigi-gigi
yang beradu. Bila dilihat secara klinis, tampak adanya abrasi pada permukaan atas gigi-geligi
rahang atas dan rahang bawah. Bila lapisan email yang hilang cukup banyak dapat timbul
rasa ngilu pada gigi-gigi yang mengalami abrasi. Kadang terlihat adanya jejas atau tanda
yang tidak rata pada tepi lidah.47
Berdasarkan tipe gerakannya, ada bruxism yang memperlihatkan gerakan grinding
dan ada juga yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih banyak pada perempuan
daripada laki-laki yang menggrinding giginya, tetapi laki-laki dan perempuan yang
melakukan clenching jumlahnya sama. Clark menegaskan bahwa bruxism tipe clenching yang
berhubungan dengan kontraksi muskulus yang kuat dan berkelanjutan adalah lebih
berbahaya. Bruxism lebih sering dimiliki oleh kaum wanita dibandingkan pria.(48,4,47)
B. Etiologi Bruxism
Pada beberapa individu kebiasaan bruksisme bersifat herediter. Anak-anak yang
memiliki orangtua dengan kebiasaan bruksisme lebih cenderung melakukan kerot daripada
anak-anak yang orang tuanya tidak mengerot. 1
Hubungan antara kondisi emosional dan tegangan otot sepertinya lebih mudah untuk
dipahami. Peningkatan tegangan otot masseter berhubungan langsung dengan kondisi stres
harian. Ada satu penelitian yang membuktikan bahwa meningkatnya stres (yang ditunjukkan
dengan kandungan epinefrin di urin) berkorelasi dengan meningkatnya aktivitas otot masseter
pada malam hari. Penelitian-penelitian tersebut secara konsisten menunjukkan kuatnya
hubungan antara aktivitas otot masseter yang nonfungsional (dikunyahkan tapi tidak untuk
mengunyah makanan) dengan stres. Pada penelitian lain, ada yang menghubungkan antara
faktor predisposisi dalam rongga mulut, yang berupa hubungan oklusal yang malrelasi atau
adanya sangkutan oklusal atau interferens, yang dapat memicu terjadinya bruksisme jika
dikombinasikan dengan stres atau kondisi cemas.1
Pada anak-anak, kadang kebiasaan ini timbul pada masa gigi-geligi sedang tumbuh.
Berikut adalah empat penyebab terjadinya bruxism, antara lain(47,49,50,48) :
1. Faktor psikologis
Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya respon terhadap
kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia (gangguan tidur yang
muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur, misalnya gangguan mimpi buruk dan
gangguan berjalan sambil tidur). Menurut beberapa penelitian yang dianggap berkaitan
dengan manifestasi dari bruxism, antara lain gangguan kepribadian, meningkatnya stress,
adanya depresi, dan kepekaaan terhadap stress.
Anak-anak yang memiliki kebiasaan bruxism ternyata memiliki tingkat kecemasan
yang lebih daripada anak-anak yang tidak memiliki kebiasaan bruxism. Tanda-tanda bruxism
seperti tingkat kecemasan yang tinggi, temporomandibular disorders, dan kerusakan gigi
sebaiknya dirawat pada masa kanak-kanak sebelum menjadi masalah ketika anak telah
tumbuh dewasa.
2. Faktor morfologi
Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam penyebab dari
bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya dapat berupa trauma oklusal
ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi secara historis dianggap sebagai penyebab
paling umum dari bruxism. Disharmoni lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang
berdampak pada peningkatan tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah satu
etiologi yang hingga saat ini masih dapat diterima banyak kalangan.
3. Faktor patofisiologis
Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu ketidakmatangan
sistem neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak, alkohol, trauma, penyakit, dan obat-
obatan. Hal ini berpotensi sistemik menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi
makanan, kekurangan gizi, dan disfungsi endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan
endokrin bersama dengan parasit pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan
terhadap trigeminal sampai potensi alergi kemungkinan berguna untuk penelitian di masa
depan baik temporomandibular disorders dan hiperaktivitas otot mastikasi.
Faktor neurokimia tertentu, yaitu obat-obatan. Efek samping dari obat yang akan
menimbulkan bruxism adalah Amfetamin yang digunakan dalam mengatasi gangguan
attention-deficit/hyperactivity (ADHD) seperti methylphenidate dan pemakaian jangka
panjang Serotonin. Selain itu, bruxism ditemukan lebih sering pada pecandu narkoba berat
serta perokok.
4. Temporomandibular Disorders (TMD)
Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari gangguan
psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan
kebiasaan parafunctional. Gabungan dari dua atau lebih faktor etiologi yang diperlukan untuk
menyebabkan terjadinya bruxism, tetapi besarnya faktor-faktor tidak penting dalam kaitannya
dengan besarnya bruxism.
C. Akibat Bruxism
Bruxism dapat menyebabkan aus permukaan gigi-gigi pada rahang atas dan rahang
bawah, baik itu gigi susu maupun gigi permanen. Lapisan email yang melindungi permukaan
atas gigi hilang, sehingga dapat timbul rasa ngilu pada gigi-gigi tersebut. Bila kebiasaan ini
berlanjut terus dan berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan periodontal, terjadi pada pasien dengan bentuk tonjol yang curam, luka pada
periodonsium, pulpitis, kadang-kadang disertai peningkatan derajat mobilitas gigi yang
terlibat, maloklusi, patahnya gigi akibat tekanan yang berlebihan, dan kelainan pada sendi
temporomandibular joint.47,48
Bruksisme dapat mengakibatkan hal-hal seperti: (1) sakit pada otot pengunyahan,
sakit kepala, dan sakit pada telinga; (2) gangguan bentuk gigi, karena bruksisme
menyebabkan mahkota gigi menjadi pendek dan hilang nilai estetikanya. Email menipis
akibat aktivitas grinding sehingga dentin menjadi terbuka; (3) Kadang terlihat adanya jejas
atau tanda yang tidak rata pada tepi lidah; (4) gigi menjadi lebih sensitif dan terasa ngilu
terhadap dingin, tekanan, dan stimulus lainnya; (5) fraktur gigi dan tambalan. Tekanan besar
yang dihasilkan oleh aktivitas bruksisme dapat menyebabkan patahnya gigi dan pecahnya
tambalannya; (6) terjadi kegoyangan gigi; (7) ketidaknyamanan dan nyeri pada sendi TMJ
yang biasanya dirasakan ketika mengunyah atau berbicara. (1,51,46)
D. Penanganan Bruxism
Ada 3 macam pendekatan untuk menanggulangi pasien dengan bruksisme.
Pendekatan perilaku biasanya diawali oleh dokter giginya melalui penjelasan dan
menyadarkan pasien akan kebiasaan yang dilakukannya. Dapat pula dianjurkan pada pasien
untuk mendapatkan terapi perilaku yang spesifik, seperti hipnosis, biofeedback, dan
semacamnya. Pendekatan secara emosional dapat diawali dengan cara bimbingan psikologi.
Hal ini bertujuan agar pasien dapat mengelola stresnya. Pendekatan interseptif meliputi
menawarkan peralatan night guard atau bite guard (splin stabilisasi maksila) untuk
melindungi permukaan gigi dan untuk mengurangi atau untuk menyebarkan tekanan yang
terbentuk di sistem muskuloskeletal akibat bruksisme. Ada beberapa kenyataan bahwa
peralatan tersebut secara signifikan menurunkan kebiasaan bruksisme pada beberapa
individu. Terapi dengan menggunakan splin gigitan (night guard) secara signifikan
mengurangi tingkat bruksisme ketika splin tersebut dipakai, tapi jika splin dilepas, bruksisme
kembali terjadi. Pada penerapannya, night guard dipakai lebih banyak untuk bruksisme yang
dilakukan malam hari dibanding dengan kebiasaan parafungsi siang hari. Dari hasil suatu
penelitian disebutkan bahwa tekanan kunyah pada saat tidur 6 kali lebih besar daripada
tekanan kunyah pada saat terjaga. Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa
respons pasien-pasien bruksisme terhadap terapi oklusal dengan alat splin sangat bervariasi.
1,51
Biasanya kasus-kasus bruxism terlambat didiagnosa karena penderita tidak menyadari
bahwa mereka memiliki kebiasaan tersebut. Untuk perawatan kasus ini dokter gigi akan
membuatkan alat tertentu yang didesain dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi
pasien, alat ini disebut night-guard dan digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan
membentuk batas antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sehingga tidak akan saling
beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan
membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan buruknya. Bila penyebab utama dari
bruxism adalah stres, maka melakukan konsultasi dengan psikolog merupakan salah satu hal
yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.46
Penyesuaian oklusal berperan penting dalam perawatan bruksisme jika terdapat
kontak prematur, khususnya jika oklusal prematur tersebut berkaitan dengan restorasi gigi
yang kurang baik. Terapi oklusal, bahkan setelah digabungkan dengan bimbingan psikologis
dan terapi perilaku, mungkin tidak efektif pada sebagian pasien. Pada pasien yang tidak
berespons terhadap perawatan di atas, pemakaian night guard hanya bermanfaat untuk
menanggulangi efek destruksi bruksisme. 1
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan bruxism pada
anak-anak adalah47,30 :
a) Penggunaan Night-guard
Perawatan untuk kasus ini dokter gigi akan membuatkan alat tertentu yang didesain
dan dibuat khusus sesuai dengan susunan gigi-geligi pasien, alat ini disebut night-guard dan
digunakan saat tidur pada malam hari. Alat ini akan membentuk batas antara gigi-gigi rahang
atas dan rahang bawah sehingga tidak akan
saling beradu. Pemakaian alat ini akan mencegah
kerusakan yang lebih jauh pada gigi-geligi dan membantu pasien dalam menghentikan
kebiasaan buruknya.
Gambar 10. Night-guardSumber : http://www.majdalani-dental-lab.com/4-3.html. Accessed on 30th Jan 2011
b) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang
mungkin membuat anak stress dan membantu mereka menghadapinya. Konsultasi dengan
psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan
buruk ini.