BULETIN IQRA’, EDISI VI, RAMADHAN 1434

download BULETIN IQRA’, EDISI VI, RAMADHAN 1434

of 12

Transcript of BULETIN IQRA’, EDISI VI, RAMADHAN 1434

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    1/12

    Maulidatul Hifdhiyah Malik

    Dalam sebuah Hadis yang diri-

    wayatkan oleh Imam Ahmad,Rasulullah bersabda, Umatku

    diberi lima keistimewaan di bulanRamadhan, yang tidak diberikan kepada nabi-nabisebelumku. (1) Allah memperhatikan nmereka padamalam pertama bulan ini. Barangsiapayang diperhatikan oleh Allah, ia tidakakan disiksa. (2) Sesungguhnyabau mulut mereka ketikaberpuasa lebih harumdibandingkan minyakwangi. (3) Malaikatmemohonkan ampun bagimereka sepanjang hari.

    (4) Allah memerinta-hkan surge untuk bersiapmenyambut hamba-Nyayang mendekatkan dirikepada-Nya. (5) Allahmengampuni dosa-dosa merekadi penghujung malamnya.Apakah itu laila al-qadr, wahaiRasulullah? Tanya salah seorang di antara mereka.Rasulullah menjawab, Tidakkah engkau memper-hatikan orang-orang yang bekerja? Apabila selesaimelakukan pekerjaannya, mereka diberi imbalan atasapa yang telah dikerjakan.

    Demikianlah salah satu penjelasanmengenai keistimewaan Ramadhan, bulan yangselalu dinantikan kehadirannya oleh umatMuslim. Di bulan ini, manusia dikeluarkan dari

    lembah kebodohan melalui seorang manusiapilihan yang diutus kepada mereka, Muham-mad SAW. Begitu pula halnya dengan al-

    Quran sebagai pedoman hidup bagi mereka.Perintah membaca sebagai wahyu pertamayang diturunkan pada salah satu malam bulanini, mengubah peradaban manusia di kemudianhari.

    Ramadhan berasal dari kataramadha yang artinya menghapus; melebur;

    membakar. Disebut demikian sebabseorang hamba yang banyak beribadah dibulan ini akan dihapus dosa-dosanya.

    Selain itu, dalam sejarah Islam,bulan Ramadhan juga dicatat

    sebagai bulan kemenangan.Hal ini dikarenakanbanyaknya peperangan yang

    berhasil dimenangkan oleh kaumMuslim di dalamnya, sepertiperang Badar, penaklukan kotaMakah (fathu Makkah), danbeberapa peperangan lainnya.

    Rasulullah SAW menegaskankemuliaan bulan Ramadhan dalam beberapaHadis. Salah satunya dalam sebuah Sunah yangdiriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Rasulullahbersabda, Ramadhan merupakan pemimpin bulan-bulan lainnya. Keagungan kedudukanRamadhan tersebut juga diperkuat dalamsebuah riwayat yang menyatakan bahwa Allahberfirman kepada

    Memupuk Kebaikan di Bulan Penuh Keagungan

    E D I S I V I

    S

    alah satu ibadah unikd a l a m b u l a nRamadhan ada l ahsahur. Ritual makan

    dini hari tersebut kemudianm e n j a d i s e m a k i nmenyenangkan kala ia bisadinikmati bersama keluarga danorang-orang terdekat lainnya.

    Terlepas dari kedua

    keunikan tersebut, makansahur juga mengandung banyakbarakah. Pertama, makan sahurmerupakan salah satu Sunah

    yang diajarkan RasulullahSAW. Oleh karena i tu ,mengikuti Sunahnya samadengan menaati perintahnya.Allah SWT berfirman dalamQS. al-Ahzab: 71 yang artinya,

    Dan barangsiapa yang menaatiAl la h dan Ra sul-Nya, makasesungguhnya ia telah mendapatk e m e n a n g a n y a n g a g u n g .

    Selanjutnya, makan sahurmerupakan ibadah yangmembedakan puasa umat Islamdengan Ahli Kitab. Dalamsebuah riwayat dari Amru bin

    N A D H R A H

    A L - Q U R A NS E B A G A I P E D O M A N

    DAFTAR ISI

    SAHUR

    D Z I K R A

    K A J I A N A L - I J A ZI K P M C A B A N G

    K A I R O

    Bersambung ke hlm 8

    R A M A D H A N 1 4 3 4

    Bersambung ke hlm 5

    NADHRAH 1

    TAHNIAH 2

    MARJA 11

    UDHAMA, 10

    6

    SALAM 12

    MABHATS

    Memupuk Kebaikan di BulanPenuh Keangungan

    Selamat Datang, Ramadhan

    M U R S Y I D A L - A W A MF I A H K A M A L - S H I Y A M

    A L A A L - M A D Z A H I B

    A L - A R B A A H

    Thantawi Jauhari: Ulama

    Sederhana, Perintis Tafsir

    Saintis

    Komparasi LandasanPenentuan Awal BulanAntara Rukyat dan Hisab

    I K T I K A F

    Jakfar Shodiq

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    2/12

    Ya Allah,

    berikanlahbarakah padakami di bulanRajab danSyaban, danantarkankami pada

    Ramadhan.

    Selamat Datang, Ramadhan

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    2 T A H N I A H

    Ramadhanm e r u p a -kan bulany a n g

    penuh dengan am-

    punan dan rahmatAllah SWT. Hal inisebagaimana sabdabaginda Nabi, Jikatelah datang bulanRamadhan, dibukalahpintu-pintu surga, di-tutuplah pintu-pintuneraka, setan-setandibelenggu dan dibukap i n t u - p i n t u r a h -mat. (HR.Muslim)Dari Hadis ini, ban-

    yak para Sahabat dan ulama terdahulu yangmenyambutya dengan penuh persiapan,bahkan diantara mereka ada yang memper-siapkannya satu tahun penuh. Bahkan dianta-ra mereka tidak ada yang mau menyia-nyiakankedatangan bulan yang penuh berkah ini,karena setiap amal perbuatan yang dikerjakandi bulan ini dilipatgandakan tujuh puluh kalilipat.

    Rasulullah pun mengajarkan padaumatnya satu doa yang amat mulia, Ya Allah,berikanlah barakah pada kami di bulan Rajab danSyaban, dan antarkan kami pada Ramadhan.Rasulullah meminta kita untuk memohonpada Allah agar diperkenankan menemuiRamadhan, bulan sejuta barakah dan hikmah.

    Kaum Muslimin di berbagai pen-juru dunia pun menyambutnya dengan gegapgempita, dengan berbagai ritual yang tentusaja tak sama. Di India misalnya, para priamenghiasi mata mereka dengan kohl (sejeniscelak mata) di malam pertama bulan ini.

    Adapun penduduk Albania, menggelar kese-nian lodra, yang mirip dengan pukul bedug diIndonesia. Sedangkan di Indonesia, berbagaimacam kegiatan keagamaan pun dilaksanakantanpa henti, selama sebulan penuh.

    Meski demikian, Ramadhan tidakhanya membicarakan semarak dan persiapandlahir belaka. Ada banyak hikmah dan pahalayang ditebarkan Allah kepada umat Muham-

    Susunan Redaksi Buletin IQRA Kajian AL-IJAZ IKPM Kairo

    Dewan Penasihat: Ketua IKPM Cabang Kairo; Pembimbing: Bagian Keilmuan IKPM Cabang Kairo; Penanggung Jawab Umum: Novan Hariansyah, Dede permana;Pemimpin Umum: Maulidatul Hifdhiyah Malik; Pemimpin Redaksi: Faiq Aziz; Editor: Saeful Luthfy; Layouter: Rusydiana Tsani; Kru: Hilmy Mubarak, Muhammad

    Hafif Handoyo, Jakfar Shodiq, Alfina Wildah, Jauharotun Naqiyah, Anisa Nur Rohmah, Ari Kurniawati, Risky Maratul Mu'allamah, Nur Fitria Qorrotu Aini, Putri Rezeki

    Rahayu, Uswahtun Hasanah, Kuntum Afifah.

    Alamat Redaksi: Swessry B - Gami', Hay 10, Nasr City, Egypt 32206

    Kuntum Afifah

    mad di bulan ini. Puasa diwajibkan, dan berbagaiibadah sunnah dianjurkan. Lantas, bagaimanak-ah kehadirannya harus dipersiapkan? Bukankahia merupakan tamu agung yang hanya setahunsekali mampir menghampiri?

    Ada beberapa poin yang mungkinbisa dilakukan agar Ramadhan dapat dijalanidengan khusyuk dan sempurna. Pertama, bulanRamadhan didahului oleh dua bulan hijriyah,Rajab dan Syaban. Kedua bulan tersebut hen-daknya dijadikan sebagai garis start menujuRamadhan, agar tidak terasa berat ketika ber-jumpa denganya. Kedua, membersihkan hati.Bulan Ramadhan adalah tamu istimewa yangtelah lama dinantikan kehadirannya. Denganbegitu, kita tentu tidak ingin menyambutnyadalam keadaan belepotan. Oleh karena inilah,

    proses penyucian diri (tazkiyat al-nafs) dan jugamuhasabah sangat diperlukan. Selain itu,meminta maaf kepada kedua orang tua, keluargaserta orang-orang terdekat lainnya mungkin jugamembantu proses penyucian diri ini. Dengandemikian, ibadah yang dijalani ketika Ramadhanakan terasa lebih khusyuk, sebab dijalani denganhati yang bersih. Ketiga, menentukan targetamalan Ramadhan. Adanya target yang jelasakan membantu kita lebih giat dalam beribadah.

    Terakhir, evaluasi target-target dan pencapaian.Untuk itulah kami hadir dengan edisi

    spesial Ramadhan, yang akan membahas per-nak-pernik Ramadhan dari segala sisi. Dimulaidari rubrik terdepan yang membahas keutamaanbulan Ramadhan. Disusul dengan rubrik Fikrahyang memperkenalkan asal-usul Ramadhan.Kemudian rubrik Qadhaya yang mengulas sepu-tar salat Tarawih. Mabhats dengan permasalahanrukyat dan hilal. Syekh Tanthawi sebagai profilpada rubrik Udhama, buku karya Syekh AminKurdi di rubrik Marja, serta Iktikaf sebagaipembahasan rubrik penutup, Salam.

    Kini, Ramadhan telah menempuhhampir separuh dari perjalanannya, dan kamiharus meminta maaf karena itu, sebab baru bisamenyuguhkan IQRA hari ini. Namun kamitetap berharap, semoga bacaan-bacaan yang adadi dalamnya mampu menambah wawasan, ter-lebih mengenai bulan Ramadhan, dan dicatatsebagai sedekah kami di bulan yang mulia ini.

    Akhir kata, selamat membaca!

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    3/12

    Puasa, Syariat Istimewa Sarat Hikmah

    Salah satu ibadah yang dilaksanakan di bulan Ram-

    adhan adalah puasa. Allah berfirman dalam surat

    al-Baqarah ayat 185, Salahsatu mufasir mengartikan kata syahida dengan

    menyaksikan atau hadir (hidup) dalam bulan Ramadhan.

    Artinya, jika kita termasuk orang-orang yang dikarunai

    hidup di bulan Ramadhan, maka kita diperintahkan untuk

    berpuasa.

    Ibadah yang menjadi rukun Islam keempat inipertama kali diperintahkan secara wajib di Madinah padatahun ke-2 H. Syekh Saaduddin Hilaly, dalam salah satudiktat Fikih Perbandingan (Fiqh al-Muqaranah) menjelaskanbahwa ibadah ini mengalami perkembangan dalam segi

    perintah dan pelaksanaannya. Ini artinya, ibadah puasatidak langsung bersifat fardhu ain bagi umat Islam, namunsecara bertahap.

    Menurut sebagian ulama, puasa pada awalnya

    dilaksanakan sebagaimana dikerjakan oleh umat -umat

    sebelumnya, yaitu tiga hari di setiap bulan. Mengenai hal

    ini, Ibnu Katsir menyebutkan pendapat Muadz, Ibnu

    Masud dan Sahabat-sahabat lainnya yang berkata bahwa

    ibadah tersebut sudah berlaku semenjak zaman Nabi Nuh

    As, hingga akhirnya terhapus oleh perintah puasa di bulan

    Ramadhan. Puasa tiga hari di setiap bulan ini dilaksanakan

    oleh Nabi dan para Sahabatnya semenjak kedatangan beliau

    ke Madinah, termasuk juga puasa Asyura.

    Selanjutnya turun ayat al-Quran, Hai orang-

    orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana

    diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu ber-

    takwa.(QS. al-Baqarah: 183). Perintah ini bermakna khiyar,

    artinya barangsiapa yang mampu berpuasa: , maka di-

    perintahkan untuk menjalankannya, namun apabila tidak

    mampu, maka diwajibkan untuk memberi makan kepada

    orang-orang miskin. Aisyah RA berkata, kami

    melaksanakan puasa Asyura sebelum adanya perintahpuasa Ramadhan, dan ketika turun ayat perintah puasa

    Ramadhan, Rasulullah memerintahkan untuk berpuasa di

    bulan Ramadhan dengan cara khiyar. Perintah ini dikuatkan

    oleh ayat selanjutnya, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.

    Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam

    perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)

    sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain, dan

    wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka

    tidak berpuasa) membayar fidyah(QS. al-Baqarah: 184).

    Setelah perintah ini berjalan, turun ayat selan-jutnya, Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan

    (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjela-

    san-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak

    dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir

    (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia

    berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjal-anan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)

    (QS. Al-Baqarah: 185). Ayat ini mengubah (baca:

    menghapus) perintah puasa Ramadhan yang awalnya

    bersifat opsional, menjadi wajib ain bagi siapa saja yang

    bermukim di tempat. Begitu juga dengan adanya rukhshah

    (keringanan untuk tidak berpuasa) bagi orang sakit, musaf-

    ir, orang-orang yang berusia lanjut, serta orang-orang yang

    berhalangan untuk berpuasa. Bagi mereka, diwajibkan

    untuk memberi makan kepada fakir miskin sebagai

    gantinya. Segala perintah Allah kepada hamba-Nya sama

    sekali tidak terdapat kesia-siaan, apalagi agar kita merasa-

    kan kesusahan, sama sekali tidak. Akan tetapi segala

    perintah tersebut pasti baik untuk kita, termasuk perintah

    untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Banyak para ulama

    yang berijtihad dalam masalah ini, di antaranya Syekh Abu

    Syahbah dalam bukunya Al-Shaum fi al-Quran wa al-

    Sunnah, Raghib al-Sarjani dalam Ajmalu Rama-

    dhan, Muhammad Amin Al-Kurdi dalam Mursyid al-

    Awam li Ahkam al-Shiyam, dan ulama lainnya. Selain

    itu, mereka pun sepakat bahwa puasa bukan hanya ibadah

    jawarihanggota badan saja, tetapi juga ibadah batin.

    Adapun hikmah puasa secara umum, pertama,

    puasa mampu menyucikan jiwa dari perangai buruk, kare-

    na di dalam puasa ada proses penekanan terhadap syahwat

    dan pengekangan hawa nafsu. Tubuh perut yang kenyang

    - cenderung condong untuk melakukan keburukan-

    keburukan. Berbeda ketika dalam keadaan lapar, cender-

    ung lebih bisa membuat fokus dalam segala hal, termasuk

    ibadah. Kedua, puasa mengundang rahmat Allah. Ketika

    puasa, kita seakan-akan merasa sama dengan orang lainyang serba kekurangan. Dan ketika dalam keadaan susah,

    maka kita akan terus mendekatkan diri kepada Allah

    dengan berdoa meminta pertolongan-Nya. Ketiga, puasa

    membuat kita sehat. Banyak dari kalangan dokter yang

    membuktikannya, bahkan di sebagian negara Eropa, mere-

    ka menggunakan puasa sebagai terapi untuk menyem-

    buhkan beberapa penyakit, salah satunya penyakit kencing

    manis. Terakhir, puasa mampu mencegah kita untuk

    menuruti godaan setan, seperti yang disabdakan

    Rasulullah, Setan berjalan di dalam tubuh manusia sepertimengalirnya darah, maka cegahlah langkah mereka dengan rasa

    lapar.(HR. Bukhari) Wallahu alam.

    3I K R A H

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    Hilmy Mubarok

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    4/12

    Mengurai Benang Merah Rakaat Salat Tarawih4 Q A D H A Y A

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    Salat Tarawih merupakan salat sunah yang hanyaditemukan di bulan Ramadhan. Salat tersebut dik-

    erjakan setelah shalat Isya dan sebelum salat Witir.Hukum mengerjakan salat ini adalah sunnah muakadbagi seluruh umat Islam, sebagaimana ditegaskan Rasulullahdalam sebuah Hadis, Barangsiapa yang melaksanakan ibadah(salat Tarawih) di bulan Ramadhan dengan mengharapkan ridha-Nya,maka baginya diampuni dosa-dosa yang telah lewat. (HR. Bukharidan Muslim)

    Tarawih dikerjakan Nabi pertama kali pada tang-gal 23 Ramadhan tahun kedua Hijriyah. Namun ketika itu,Nabi tidak mengerjakannya di masjid terus-menerus, sesekalibeliau melaksanakannya di rumah. Aisyah RA berkata,Sesungguhnya Rasulullah pada suatu malam menunaikan salat

    Tarawih di masjid, lalu banyak orang yang mengikutinya, dan begituseterusnya hingga hari ketiga dan keempat. Kemudian, di hari beri-kutnya mereka menunggu Rasulullah di masjid, namun beliau tidakhadir malam itu. Keesokan harinya, beliau bersabda, Sesungguhnyaaku melihat apa yang kalian perbuat semalam, tapi aku tidak datangkarena aku takut bila salat ini akan diwajibkan kepada kalian.Aisyah berkata, Peristiwa ini terjadi ketika bulan Rama-dhan.(HR. Bukhari dan Muslim)

    Hadis tersebut menerangkan bahwa Nabi Muham-mad SAW memang pernah melaksanakan salat Tarawih padamalam hari, dan tidak sedikit Sahabat yang begitu antusiasmengikutinya. Hal ini menjadikan Rasulullah khawatir apabila

    sewaktu-waktu Allah mewajibkan salat tersebut kepadaumatnya. Bila hal tersebut terjadi, tentu akan memberatkanumatnya, atau bisa jadi mereka akan menganggap salat terse-but sebagai salat fardhu. Oleh karena inilah, Rasulullah tidakhadir pada malam itu, dan hingga hari ini masih menjadisunnah bagi umatnya di malam Ramadhan.

    Adapun mengenai bacaan dalam salat Tarawih,Imam Ahmad berkata, Imam pada salat Tarawih hendaknyamembaca bacaan yang ringan, dan tidak memberatkan paramakmumnya, terlebih di malam-malam yang waktunya pen-dek, itu semua juga tergantung pada keadaan masyarakat itusendiri. Ibnu Qudamah, pengarang kitab al-Mughni

    berkata, Lebih utama jika melihat keadaan masyarakat,jikalau jamaah sepakat dan ridha dengan bacaan yang panjangdan mereka memang berkehendak demikian, itu lebih baik.Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzar, dia berkata Kamisalat (Tarawih) bersama Nabi Muhammad sampai-sampaikami takut kehilangan waktu sahur. Selain itu, juga dianjur-kan untuk mememulai Tarawih dengan membaca surat al-Alaq, sebab surat ini adalah surat yang pertama kali diturunk-an.

    Niat Tarawih diucapkan setiap dua rakaat dandianjurkan melafalkannya dalam hati, Saya berniat salatsunah Tarawih dua rakaat. Nabi Muhammad SAW bersabdaSesungguhnya setiap pekerjaan itu tergantung pada niatnya. Selainitu, juga diperbolehkan istirahat setiap selesai empat rakaatdengan diselingi sebuahjilsah(khutbah). Di setiap istirahat ini,tidak dianjurkan untuk berdoa, sebab salat Tarawih belum

    Muhammad Faiq Aziz

    benar-benar usai dan tidak adanya nas yang menjelaskanhal ini. Namun, apabila salat Tarawih selesai dilaksanakan,

    maka diperbolehkan untuk berdoa. Hal ini dipahami dariQS. al-Insyirah: 7, Maka apabila kamu telah selesai (dari suatuurusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain).

    Seperti yang telah dijelaskan di awal tulisan ini,salat Tarawih dilaksanakan usai salat Isya, dan tidak sahhukumnya bila dikerjakan sebelumnya. Barangsiapa yangmengerjakan Tarawih dan ingat bahwa ia belum salat Isya,maka ia harus mengulang Tarawih. Hal ini karena salat

    Tarawih adalah salat sunah yang hanya sah dilaksanakanusai salat fardhu (Isya). Tarawih juga lebih utama dik-erjakan di masjid ketimbang di rumah. Diriwayatkan dariAbu Dzar, Rasulullah SAW bersabda, Baranngsiapa yangsalat bersama imam sampai ia pulang, maka ia diberi pahala setaradengan pahala qiyam lail. (HR. Muslim)

    Jumlah Rakaat dan Penyatuan Jamaah TarawihPada mulanya, di zaman Nabi para Sahabat

    mengerjakan salat Tarawih secara berkelompok dan ter-pencar-pencar. Hal ini terus berlanjut hingga Abu Bakar al-Shiddiq RA menjadi khalifah. Pada masa ini, salat Tarawihdengan satu imam belum dilaksanakan, sehingga ketetapanmengenai rakaat salat Tarawih pun masih buram. SebagianSahabat mengerjakan delapan rakaat di masjid, dan me-

    nyempurnakan sisanya hingga dua puluh rakaat di rumahmasing-masing.Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah

    dijelaskan bahwa Rasulullah keluar di malam bulan Rama-dhan. Beliau melihat banyak orang mengerjakan salatTarawih di sudut masjid. Lantas beliau bertanya, Siapamereka? Kemudian dijawab, Mereka adalah orang-orangyang tidak mempunyai al-Quran, dan Sahabat Ubay binKaab mengimami mereka. Nabi berkata, Yang merekaperbuat adalah benar, dan sebaik-baiknya perbuatan adalahyang mereka lakukan. (HR. Abu Daud)

    Dalam riwayat lain dijelaskan, Abdurrahman

    bin Abdul Qari berkata, Saya keluar bersama Umar binKhattab RA ke masjid ketika Ramadhan. Di dalam masjidtersebut terdapat orang salat Tarawih dalam keadaan ber-beda-beda. Ada yang salat sendiri-sendiri da ada juga yangberjamaah. Lalu Umar bin Khattab berkata, Bila merekadikumpulkan dalam satu jamaah dengan seorang imamtentu lebih baik. Umar bin Khattab kemudian mengum-pulkan mereka dan menunjuk Ubay bin Kaab untuk men-jadi imam. Pada malam berikutnya, kami datang lagi, danorang-orang salat dalam satu jamaah. Umar bin Khattabkemudian berkata, Sebaik-baiknya bidah adalah ini (salatTarawih berjamaah). (HR. Bukhari)

    Ketika Umar bin Khattab RA mengumpulkanorang-orang dalam satu jamaah salat Tarawih, merekaberjamaah dengan dua puluh rakaat, sebagaimana diri-wayatkan oleh Yazid bin Ruman, dia berkata: Manusia

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    5/12

    5A D H A Y A

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    Ash, Rasulullah SAW bersabda: Perbedaan antara puasa kitadengan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) ada pada makansahur.Selain itu, Imam Nawawi menegaskan bahwa salahsatu barakah makan sahur adalah menjadikan fisik semakinsehat, sehingga orang yang menjalankan puasa merasabersemangat dan tidak bermalas-malasan menjalankanaktifitas.

    Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk

    selalu makan sahur apabila hendak berpuasa, sebab Allahserta malaikat-Nya bersalawat kepada mereka. Dari AbuSaid al-Khudri, Rasulullah bersabda, Makan sahur adalahmakan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walauhanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat-Nyabershalawat kepada orang-orang yang makan sahur. (HR.Ahmad)

    Dari sinilah dapat dipahami alasan mengapawaktu sahur merupakan waktu yang penuh berkah. DalamHadis lainnya, Rasulullah menjelaskan, Allah SWT turun kelangit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. KemudianAllah berfirman: siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan

    Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Akupenuhi permintaannya. Dan barangsiapa yang memohon ampunanpada-Ku, Aku akan mengampuninya. (HR. Bukhari danMuslim)

    A l -Quran juga memuj i mereka yangmemanfaatkan waktu sahur dengan beribadah danbermunajat kepada Allah. Salah satunya terdapat dalamsurat Ali Imran: 17, (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar,yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), danyang memohon ampun di waktu sahur, dan juga dalam suratlain yang artinya, Dan di akhir-akhir malam mereka memohonampun (kepada Allah). (QS. al-Dzariyat: 18)

    Terakhir, salah satu hikmah terpenting darisahur adalah agar siapapun yang melaksanakannya tidakmelewatkan waktu Shubuh dan bisa menjalankan salatShubuh berjamaah.

    Sedangkan waktu sahur sendiri adalahpertengahan malam sampai munculnya fajar. Tetapidianjurkan untuk mengakhirkan sahur, hal ini didasariHadis Rasulullah SAW, Umatku akan tetap baik, selamamasih mendahulukan berbuka dan mengakhirkan sahur. (HR.Baihaqi)

    Meski sahur hanyalah sebuah sunah, namun

    dengan banyaknya keutamaan di dalamnya, tentu

    menjadikan kita tidak ingin melewatkannya. Semoga

    istikamah. Wallahu alam.

    Sahur Sambungan dari hlm. 1

    senantiasa melaksanakan salat Tarawih pada masa UmarRA di bulan Ramadhan sebanyak dua puluh tiga rakaat.(HR. Malik). Dua puluh tiga rakaat tersebut adalahmelaksanakan salat Tarawih dua puluh rakaat dan tiga lagisalat Witir. Riwayat ini diperkuat oleh sebuah riwayatlainnya yang diriwayatkan Saib bin Yazid, Para Sahabatmelaksanakan salat Tarawih pada masa Umar RA di bulan

    Ramadhan sebanyak dua puluh rakaat. (HR. Baihaqi)Dua dalil di atas sangat jelas menyatakan

    jumlah bilangan salat Tarawih sebanyak dua puluh rakaat.Dalil tersebut juga dikuatkan dengan perilaku para Sahabatyang mengerjakannya. Dengan demikian, dapat dipahamibahwa ijmak Sahabat tersebut disetujui, karena tiada satuorangpun yang mengingkari atau menentang. Pendapat inijuga dikuatkan lagi oleh sebuah riwayat yang diriwayatkanoleh Abu Bakar Abdul Aziz dalam kitabnya al-Syafi,Ibnu Abbas RA berkata, Sesungguhnya Nabimengerjakan salat pada bulan Ramadhan sebanyak duapuluh rakaat.

    Para ulama memiliki tiga pandangan berbedadalam menentukan jumlah rakaat pada salat Tarawih, dimana sebagian besar mereka berpendapat bahwa salat

    Tarawih terdiri dari dua puluh rakaat dan hukumnyasunah. Hal itu dapat kita lihat sebagaimana yang telahdilakukan oleh kaum Muhajirin dan Anshar. Sebagianulama yang lain berpendapat bahwa salat Tarawih terdiridari tiga puluh enam rakaat, sebagaimana ditemui padazaman Umar bin Abdul Aziz. Sedangkan sebagian lainnyaberpendapat bahwa salat Tarawih terdiri dari tiga belasrakaat, sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RASesungguhnya Nabi tidak pernah salat Tarawih pada

    bulan Ramadan lebih dari tiga belas rakaat.

    Dalam hal ini Ibnu Taimiyah berpendapat,Yang benar adalah semuanya baik, sebagaimana Imam

    Ahmad juga berkata demikian, dan sesungguhnya tidakditetapkan dalam salat Tarawih bilangan rakaat yang pasti,sesungguhnya Nabi belum mematenkan jumlah rakaatnya,maka dari itu memperbanyak rakaat atau pengurangannya,tergantung atau melihat panjang dan pendeknya malam.

    Syaukani berpendapat, Hadis-hadis tersebut menunjukanbahwa salat Tarawih telah disyariatkan, boleh dikerjakansecara berjamaah dan boleh juga sendiri-sendiri. Namunjika kita katakan bahwa salat Tarawih memiliki jumlahrakaat tersendiri, dan bacaan tersendiri ( harus menghabis-kan satu juz tiap malamnya), maka yang demikian tidakterdapat dalam Sunah.

    Dari sini dapat diambil sebuah kesimpulan

    bahwa ibadah salat Tarawih, merupakan ibadah yang tidak

    kita temukan kecuali di bulan Ramadhan. Salat Tarawih

    juga tidak diwajibkan oleh syariat, melainkan sunah.

    Jumlah rakaat salat Tarawih pun tidak terbatas, karenahadis yang diriwatkan di atas bersifat umum. Meskipun

    banyak para ulama yang lebih mengambil jumlah dua

    puluh rakaat. Hal ini didasari atas apa yang dipahami dan

    dikerjakan oleh Umar bin Khattab dari hadis Rasulullah

    SAW. Kendati demikian, tidak ada yang menafikan bila

    seseorang mengerjakan salat Tarawih sedikit ataupun lebih

    dari dua puluh rakaat. Karena hal itu adalah sebuah keu-

    atamaan, semakin banyak mengerjakan, semakin banyak

    pula pahala yang didapatkan. Wallahu Alam bi al-Shawab

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    6/12

    Apabila kalianmelihat bulan, makaberpuasalah. Danapabila kalianmelihatnya kembali,maka berbukalah.Namun apabilakalian belum dapatmelihatnya, makaberpuasalah genap tigapuluh hari.

    6 M A B H A T S

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    Me n e t a p k a nawal mau-pun akh i r

    bulan Rama-dhan selalu menjadi suatupolemik di Indonesiahampir setiap tahunnya.Hal ini berdampak kepadatidak sedikit dari gologanmasyarakat yang resahd e n g a n k e p u t u s a npemerintah, dan sikapsebagian golongan yangberbeda dalam menen-tukan awal bulan Rama-dhan maupun Syawal.Proses klarifikasi data yangada, mutlak diperlukanuntuk mengetahui hasilkonkr i t da r i s ebuahpenelitian. Oleh karena itu,

    dalam hal penentuan awal bulan qamari-ah kita dapat menemukan golongan yangmenetapkannya berdasarkan rukyat, danjuga golongan yang menggunakan hisabsebagai landasannya.

    Pendapat pendukungrukyat

    Sebagian ulama, seperti al-Maraghi, Ibnu Katsir dan juga IbnuTaimiyah cenderung memilih rukyat. Hal

    tersebut sesuai dengan firman Allah,

    . Kata syahida dalam

    ayat ini cenderung diartikan sebagaimenyaksikan ataupun melihat secarakasat mata. Dalam Lisan al-Arab,hakikat rukyat jika dikaitkan dengansuatu hal yang bersifat materi adalahmelihatnya langsung dengan inderapengelihatan. Dikarenakan hilal adalahbenda yang dapat dilihat oleh indra,maka cara penetapan awal bulan tersebutharus ditempuh dengan melihatnya,bukan melalui hisab. Hal ini dipertegasdengan Hadis yang melarang memulaiberpuasa dan mengakhirinya denganberidul fitri sebelum melihat hilal:Janganlah kalian berpuasa, hingga kalian

    melihat hilal, dan jangan pula mengakhirinyasebelum kalian melihat hilal kembali. Apabilatidak jelas, maka perkirakanlah. (HR.Muslim) Begitu juga dengan Hadis lain

    yang menerangkan permasalahan ini. Apabi-la kita belum dapat melihatnya, maka kitadianjurkan untuk menggenapkan puasa

    menjadi tiga puluh hari, sebagaimana riwayatAbu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda:Apabila kalian melihat bulan, maka berpua-salah. Dan apabila kalian melihatnya kembali,maka berbukalah. Namun apabila kalian belumdapat melihatnya, maka berpuasalah genap tigapuluh hari. (HR. Bukhari, Muslim, Nasai)

    Lebih dari itu, Ibnu Bazizahmengatakan bahwa menerima hisab adalahsuatu mazhab yang batil. Kesimpulan inidiambil berdasarkan suasana yang terdapatpada zaman tersebut, di saat perkembanganilmu hisab dan teknologi belum mendukunguntuk memberikan kepastian dan dugaankuat kepada penetapan awal bulan.

    Ilmu hisab atau ilmu perb-intangan menurut beberapa ahli adalah ilmuyang spekulatif, belum memiliki kepastiandan hasilnya berbeda-beda. Perbedaanmetodologi hisab menimbulkan pertikaianpada khayalak ramai, Ditambah dengansuasana peramalan, ahli nujum, danpertenungan pada saat itu yang masih sering

    mewarnai ilmu hisab, sehingga rukyat men-jadi sarana yang sangat efektif untuk ditetap-kan sebagai landasan dalam penentuan awalbulan.

    Pendapat tentang hisabSebagian ulama lainnya, seperti

    Imam Ibnu Asyur dalam tafsirnya, al-Tahrir wa al-Tanwir menyatakan bahwa

    penafsiran kata dalam surat al -Baqarah : 185 tersebut tidak mutlak diartikandengan melihat, tetapi lebih luas daripada

    itu. Kata tersebut dapat diartikan denganmengetahui. Bagi yang telah mengetahui(melalui perhitungan maupun observasi)bahwa hilal dapat terlihat pada tanggal 29Syaban, maka telah sah baginya untukmelaksanakan puasa Ramadhan pada keeso-kan harinya.

    Yusuf Qaradhawi, MuhammadRasyid Ridha, dan beberapa ulama kontem-porer lainnya, seperti Mustafa Ahmad al-Zarqa menyatakan bahwa hisab dapat dijadi-kan landasan dalam penentuan awal bulan.

    Hal ini berlandaskan pada pemahaman ayatdan Hadis yang berkaitan dengan masalahini. Allah SWT berfirman dalam QS. Yasin39-40, Dan telah Kami tetapkan bagi bulan fase-

    Dede Permana

    Komparasi Landasan Penentuan Awal BulanAntara Rukyat dan Hisab

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    7/12

    fase tertentu, sehingga (setelah bulan tersebut sampai pada faseterakhir), kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tid-aklah mungkin bagi matahari mendapati bulan, dan malam puntidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar padagaris edarnya. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telahmemberikan posisi khusus pada semua benda di angkasa,di mana satu benda dengan yang lainnya sudah tertata rapitanpa adanya perubahan dalam tatanan tersebut, sehinggamembantu kita untuk dapat menentukan jumlah tahundan sistem hisab. Dalam ayat lain kemudian juga dijelas-kan bahwa matahari dan bulan beredar menurut perhi-tungan tertentu (QS. al-Rahman: 5). Kedua ayat tersebutsecara tidak langsung merupakan isyarat bahwa penentuanawal bulan dapat dilakukan dengan hisab.

    Secara astronomis dapat disimpulkan bahwakelahiran bulan baru terjadi ketika masa konjungsi(ijtimak), yaitu bulan berada pada titik terdekat kepadagaris lurus antara pusat bumi dan matahari. Ayat -ayat

    tersebut memberikan isyarat bahwa penempatan hilal dititik konjungsi dapat dihitung dengan rumus astronomis,sehingga kita dapat menetapkan permulaan bulan Rama-dhan maupun permulaan bulan Syawal, melalui perhi-tungan yang komprehensif menggunakan hisab jauh-jauhhari sebelum tanggal 29 di bulan Syaban maupun Rama-dhan. Secara umum, kriteria yang dijadikan dasar untukmenetapkan awal bulan qamariah oleh metode ini adalahijtimak terjadi sebelum terbenamnya matahari; awal bulanqamariah dimulai sejak matahari terbenam setelah ijtimak;hilal sudah berada di atas ufuk pada saat matahari terbe-nam.

    Dalam metode ini, Hadis-hadis tentangperintah untuk rukyat dipahami sebagai Hadis yang me-merintahkan untuk mengetahui awal bulan melalui rukyat.Menurut golongan yang menguatkan sistem hisab, Hadisperintah rukyat adalah Hadis yang sesuai dengan kondisidi saat itu, yaitu tatkala buta huruf masih banyak dialamioleh mayoritas manusia, sebagaimana sabda Nabi, Kitaadalah umat yang ummi, tidak bisa menulis dan juga berhitung.Satu bulan itu seperti ini, dan seperti ini (isyarat tiga puluh dandua puluh Sembilan menggunakan jari) (HR. Bukhari danMuslim).

    Hadis di atas dijadikan landasan untuk penera-

    pan hisab, setelah memahami bahwa keadaan umat islampada saat itu masih ummi. Ini berarti bahwa setelah umatterbebas dari keadaan ummi,maka hisab dapat dilakukan.Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathu al-Bari menjelas-kan bahwa maksud dengan hisab dalam Hadis tersebutadalah hisab perbintangan dan astrologi.

    Menurut Yusuf al-Qaradhawy, penggunaanhisab yang pasti pada zaman sekarang, haruslah diterimaberdasarkan qiyas aulawi (argumentum afortiori). Artinya,sunah yang mensyariatkan bagi kita untuk menggunakanrukyat sebagai sarana yang lebih mudah, tidak mungkinmenolak sarana yang lebih tinggi dan lebih sempurna. Hal

    ini membuat kita lebih mampu dalam merealisasikantujuan dan membawa umat keluar dari pertikaian sengitdalam menentukan permulaan dan akhir dari ibadah pua-sa.

    7A B H A T S

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    Pengambilan sikap dalam perbedaansudut pandang

    Dalam diskursus rukyat dan hisab yang telahramai dibicarakan oleh ulama klasik maupun kontemporer,kita perlu menggarisbawahi bahwa perbedaan seperti iniadalah perbedaan yang berada dalam ranah ijtihadiah,sebuah keluasan Islam dalam menolerir berbagai sekte

    dalam menjalankan perintah agama sebagaimana yangdipahami oleh tiap individu dengan landasan dan metod-ologi yang dimilikinya. Setiap konsep juga memiliki lan-dasan dan argumen yang dapat dipertahankan sesuai dayatanggap dan sudut pandangnya terhadap teks dan kontekspersoalan. Hal ini juga dipengaruhi dengan paradigma danberbagai pengaruh yang melatarbelakangi tiap-tiap konsep.

    Oleh karena itu, komunikasi intens dan ilmiahdibutuhkan untuk dapat memahami dan berempati antarasuatu golongan dengan golongan lainnya. Pemahaman danempati ini dapat terwujud hanya dengan sejauh manamasing-masing dapat berkomunikasi, bukan dengan

    mengambil jarak yang akan berdampak kepada intellectualarrogance. Dikarenakan masing-masing konsep memiliki ciri-ciri, perbedaan, kelebihan, dan kekurangan, maka salingberkomunikasi dan saling mengembangkan hubunganasosiatif literal inderawi dan nalar rasional ilmiah antarindividu maupun golongan merupakan suatu alternatifterbaik untuk menjembatani polemik yang kerap terjadimenjelang masuknya bulan Ramadhan dan Syawal. Walla-hu alam bi al-Shawab

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    8/12

    Sambungan Memupuk Kebaikan...

    Nabi Musa AS: Aku berikan kepada umatMuhammad dua cahaya agar mereka tidakdibinasakan oleh dua kegelapan. Nabi Musakemudian bertanya, Apakah dua cahayatersebut, Tuhanku? Allah berfirman: CahayaRamadhan dan cahaya al-Quran. Nabi Musakembali bertanya,Dan apakah dua kegelapan

    itu, Tuhanku? Allah berfirman: Kegelapanalam kubur dan kegelapan di Hari Akhir.Keistimewaan lainnya dijelaskan olehRasulullah dalam Hadis yang artinya,Bulan Ramadhan adalah bulan dengan rahmatdi awalnya, ampunan pada pertengahannya, danpembebasan dari api neraka sebagaiakhirnya. (HR. Ibnu Abi Dunia)

    Keistimewaan tersebut se-makin menguat tatkala al-Quran diturunk-an di dalamnya. Hal ini diabadikan dalamQS. al-Baqarah: 185, Bulan Ramadhan,

    bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quransebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan mengenai petunjuk tersebut, danpembeda (hak dan batil). Karena itu, ba-rangsiapa di antara kalian hadir (di negeritempat tinggalnya), maka hendaklah ia berpuasapada bulan itu

    Pada ayat lain kemudian jugadinyatakan bahwa malam ketika al-Quranditurunkan adalah malam yang penuhbarakah. Demi Kitab yang menjelaskan.Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu

    malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itudijelaskan segala urusan yang penuhhikmah.(QS. al-Dukhan: 2-4)

    Keterangan tentang malamyang diberkahi ini ternyata ditemukan padaQS. al-Qadr yang dengan gamblangmenyatakan bahwa al-Quran diwahyukankepada Rasulullah ketika malam lailat al-

    Qadr yang begitu agung,sebab pahala ibadah padamalam ini setara denganibadah selama seribu bulan.

    Makna PuasaAyat tentang

    kewajiban berpuasa dibulan Ramadhan diawalioleh ayat 183 surat al-Baqarah yang artinya,Wahai orang-orang yangberiman, diwajibkan ataskalian berpuasa, sebagaimana

    diwajibkan atas orang-orangsebelum kalian, agar kalianbertakwa. Ayat tersebutdengan tegas menyiratkan

    8 N A D H R A H

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    tujuan pokok puasa, takwa. Syekh MuhammadAbdul Majid Zaidan dalam majalah Minbar al-Islam menegaskan bahwa takwa bermaknaketaatan dan hijrah seorang hamba dari keburukanmenuju kebaikan untuk selamanya. Oleh karenaitu, Abu Said al-Kharraz berujar, Langkah awalmenuju Allah adalah taubat, kemudian diikuti

    dengan tumbuhnya rasa takut (khauf), dan diakhiridengan sikap berharap (raja). Adapun puasamerupakan satu-satunya ritual ibadah yang menjadirahasia antara Maha Pencipta dengan makhluk-Nya. Hal ini berbanding terbalik dengan ritual-ritual selain puasa, seperti shalat, zakat dan hajiyang dapat diketahui oleh sesama.

    Lebih lanjut, Muhammad Abu Zahrahdalam Zahrah al-Tafasir mengatakan bahwasalah satu alasan di balik perintah puasa dalambulan Ramadhan adalah peristiwa diturunkannya al-Quran (nuzul al-Quran) dan pengangkatan

    Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Puasamerupakan salah satu cara untuk mengenangkedua momentum agung tersebut. Hal ini,menurut Abu Zahrah adalah bentuk syukurseorang hamba atas beberapa nikmat besar dalamhidupnya, yaitu nikmat hidayah, nikmat keluar darilembah kebodohan menuju pelita iman, sertanikmat akan hadirnya seorang utusan agung.

    Di sini lain, puasa bertujuanmemerdekakan jiwa seorang hamba, lahir maupunbatin. Oleh sebab inilah, Allah menjadikan puasasebagai ganti dari pembebasan budak dalam

    beberapa hukum. Misalnya terdapat dalam QS. al-Nisa: 92, ... Barang siapa yang tidak memperolehnya(budak), maka hendaklah ia berpuasa selama dua bulanberturut-turut, untuk bertaubat kepada Allah ... Halyang sama ditemukan pada surat al-Mujadalah ayat4, yang menjelaskan tentang kewajiban berpuasaselama dua bulan berturut-turut bagi mereka yangmenzihar istrinya serta tidak menemukan budaksebagai sanksinya. Terakhir, kewajiban berpuasadijelaskan dalam surat al-Baqarah: 196, ...Tetapijika ia tidak menemukan (binatang korban), maka wajibbaginya berpuasa selama tiga hari dalam masa haji dantujuh hari (lagi) apabila kalian telah kembali... Allahmemerintahkan bagi para pelanggar hukumtersebut untuk membebaskan seorang hambasahaya dari perbudakan. Namun apabila merekatidak mampu memenuhi perintah tersebut, Allahmeminta mereka untuk memerdekakan diri merekadari nafsu dan syahwat melalui puasa. Hal ini tidaklain karena puasa merupakan sebuah ibadah yangmembuat pelakunya akan berusaha untukmemerangi kedua hal tersebut karena Allah sema-ta.

    Sementara itu, Imam Ghazali membagipuasa kedalam tiga tingkatan, yaitu umum (shaumal-umum), khusus (shaum al-khusus), dan istimewa(shaum khusus al-khusus). Puasa umum adalah

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    9/12

    menahan lapar dan mencegah diri mengikuti hawa nafsu. Adapunpuasa khusus bermaksud mencegah telinga, mata, lisan, kaki dan tan-gan serta anggota tubuh lainnya terhadap perbuatan maksiat. Se-dangkan puasa dalam kategori terakhir, adalah menjaga hati dari materiduniawi dan menyibukkannya dengan dzikir.

    Tentu saja tidak mudah untuk melalui ketiga tahapan terse-but, apalagi untuk bisa sampai di titik terakhir. Tapi, justru hal inilah

    pelajaran terpenting dari puasa yang disebut oleh Syekh Syarawi dalamtafsirnya sebagai sarana untuk belajar (al-shiyam, madrasah li al-tarbiyah),belajar melatih diri untuk mencegah nafsu mendekati hal-hal yang akanmembatalkan puasa, lahir maupun batin.

    Hikmah PuasaSelain berbagai keistimewaan di atas, puasa juga mem-

    berikan banyak pelajaran berharga yang mungkin jarang disadari olehbanyak orang. Contoh yang paling sederhana adalah larangan untukmakan dan minum. Kedua hal tersebut merupakan perbuatan yangbersifat mubah, namun bila dilakukan akan mengakibatkan batalnyapuasa. Ini artinya, kedua hal tersebut harus dihindari agar puasa tidak

    batal. Bila saja kedua hal sederhana tersebut harus dijauhi, makabagaimana halnya dengan perbuatan-perbuatan maksiat?

    Berikutnya, puasa juga mengajarkan pelakunya untuk

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    menghargai dan berbuat baik kepada sesama. Denganberpuasa, seseorang tentu akan merasa lapar. Hal inisecara tidak langsung memberitahukan kepadanya pender-itaan yang dirasakan oleh kaum papa ketika mereka ke-laparan, kehausan atau kesulitan mendapatkan makanan.Dengan demikian, hal tersebut akan menjadikannya lebih

    peduli kepada sesama.Pelajaran penting lainnya yang dapat dipetik

    dari ibadah puasa adalalah anjuran untuk tetap produktifdan bersabar dalam kesulitan. Seseorang yang berpuasasudah pasti merasakan lapar dan dahaga. Akan tetapi, haltersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak memenuhikewajiban, meski pada kenyataannya, banyak sekaliditemukan fakta kemalasan beraktifitas dengan puasasebagai dalih utama.

    Tentu saja hal tersebut tidak bisa dibenarkan,sebab al-Quran memerintahkan umatnya untuk bekerja, Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-

    orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akandikembalikan kepada Zat yang mengetahui akan yang gaib dannyata, lalu diberitakan kepada-Nya apa yang telah kalian ker-jakan. (QS. al-Taubah: 105), juga pada ayat lain yangberbunyi: Dialah yang menjadikan bumi mudah bagi kalian,maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagiandari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya kalian kembali. (QS. al-Mulk: 15). Inilah mengapa puasa tidak bisa dijadikantameng atas ketidakberesan suatu pekerjaan. Seandainyaseorang kepala keluarga enggan bekerja ketika berpuasa,maka dari mana nafkah untuk keluarganya didapatkan?

    Fakta miris lainnya adalah banyaknya umat

    Islam yang memperpanjang waktu istirahat, melalui se-buah pemahaman bahwa istirahatnya seorang yang ber-puasa merupakan ibadah. Wajdi Ghanaim dalam bukunyaKaifa Nastaqbilu Ramadhan? mengkritik keras

    pemahaman tersebut. Menurutnya, seorang yang berpuasadianjurkan untuk menyibukkan diri dengan ibadah danhal-hal bermanfaat lainnya, bukan sebaliknya. Ia jugamenyatakan bahwa mungkin saja istirahat tersebut baruakan bernilai ibadah jika dikerjakan oleh orang-orang yangbanyak berbuat maksiat dan aniaya.

    Tidak hanya itu, Ramadhan juga menganjur-kan kepada pelakunya untuk banyak berinfak dan ber-sedekah. Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang memberikanmakanan untuk berbuka kepada seseorang yang berpuasa, makaia akan mendapatkan pahala orang yang diberinya, tanpa mengu-rangi pahala milik orang itu. (HR. Tirmidzi). Bahkan, dipenghujung Ramadhan umat Islam diwajibkan untukmenunaikan zakat, menyisihkan sebagian harta untukmereka yang lebih berhak mendapatkannya. Ibnu Abbasmengatakan, Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untukmenyucikan jiwa seorang yang melaksanakan puasa dibulan Ramadhan, juga sebagai sarana untuk memberikan

    makanan kepada fakir miskin.Dari semua pelajaran tersebut, dapat dipahami

    bahwa puasa melahirkan banyak kebaikan-kebaikan keciltak terduga, namun begitu bermanfaat. Kebaikan-kebaikan tersebut saling berhubungan dan tidak bisadilepaskan satu sama lain. Ini berarti, salah satu dari pela-jaran tersebut tidak akan bernilai jika pelajaran lainnyadiabaikan.

    Dari hal-hal kecil inilah, umat Islam didirikan.Puasa tak ubahnya seorang tabib yang mengobati pasien-pasiennya, secara lahir maupun batin. Dengan demikian,usai menjalani pengobatan tersebut, sang pasien diharap-

    kan bisa menjaga kesehatannya dan memanfaatkannyauntuk kebaikan diri sendiri, agama serta orang-orang disekitarnya. Wallahu alam.

    9A D H R A H

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    10/12

    1 0 U D H A M AUlama Sederhana, Perintis Tafsir Saintis

    Ketika aku memikirkan keadaan umat Islamdan system pendidikannya, aku menulis surat kepada ilmu-

    wan dan ulama-ulama tentang tanda-tanda kebesaran Allahdi alam ini, yang sering dilupakan. Sangat sedikit di antara

    mereka yang memerhatikan kejadian alam dan keajaibanyang melingkupinya.Demikianlah kalimat pengantar yang ditulis oleh SyekhThantawi Jauhari dalam tafsirnya, al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim.

    Thantawi Jauhari al-Mishri dilahirkan padatahun 1862 M. Ia menghabiskan masa kecilnya di kampungkakeknya, Iwadhillah Hijazi. Thantawi dibesarkan di ling-kungan keluarga yang sederhana dan agamis. Ayahnya,Syekh Jauhari, adalah seorang petani di kampungnya. Dariayahnya inilah, rasa cinta akan ilmu dan al-Quran tumbuhpada diri Thantawi. Sejak lecil, Thantawi dididik untuk

    mencintai ilmu pengetahuan dan agamanya. Oleh sebabinilah, Thantawi telah menyelesaikan hafalan al-Quran diusia yang sangat belia, tiga belas tahun. Thantawi kemudianmelanjutkan pendidikan menengah di kampungnya. Selainitu, Thantawi juga menimba ilmu kepada pamannya, SyekhMuhammad Syalabi.

    Kendati hidup dalam keadaan yang sangat seder-hana, semangat untuk mencari ilmu dalam diri Thantawi takpernah surut. Pada tahun 1877 M, Thantawi mulai belajar di

    Al-Azhar. Di sini, Thantawi bertemu dan berguru kepadaulama-ulama terkemuka di masa itu, salah satunya adalahSyekh Muhammad Abduh, yang kelak banyak mewarnai

    pemikirannya, terlebih dalam tafsirnya. Selain berguru kepa-da ulama-ulama besar, pada masa ini, Thantawi juga banyakmenulis artikel pada berbagai media massa.

    Usai belajar di Al-Azhar, Thantawi tak lantaspulang ke kampung halamannya. Ia memperdalam keilmuansecara spesifik dalam beberapa bidang, seperti Fikih Syafii,Tauhid, Nahwu, Arudh dan Balaghah. Tak dinyana, ditengah perjalanan tersebut, Allah mengujinya. Thantawididera sebuah penyakit yang membuatnya beristirahat se-jenak di desa kelahiran, kembali dalam pangkuan sang ayah.Selama tiga tahun, sang ayah tanpa henti merawat, danmendoakan agar putranya diberi kesembuhan. Sang ayah

    juga berharap, semoga putranya diberi kesempatan untukkembali belajar.

    Harapan Syekh Jauhari tersebut terpenuhi. Ta-hun 1889, Thantawi sembuh dari sakit yang dideritanya.Pada tahun yang sama, ia juga belajar ke Dar al- Ulum. Dikampus ini, Thantawi mulai bersentuhan dengan ilmu-ilmusains, seperti Biologi, Kimia, Meteorologi, dan juga Ma-tematika. Lebih dari itu, pada masa ini, Thantawi jugamenggemari Fisika. Melalui kecintaannya pada ilmu ini,

    Thantawi ingin menepis anggapan bahwa Islam tidakmemerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi modern. Di saat yang sama, Thantawi juga belajarFikih Hanafi kepada Imam Nawawi. Empat tahun kemudi-an, tepatnya pada tahun 1893, Thantawi berhasil menamat-kan studinya.

    U s a imenempuh pendidi-kan di dua universitastersebut, Thantawi

    memulai karirnyasebaga i s eo r ang pengajar. Awalnya, iamengajar di beberapamadrasah, dan jugamemberikan kuliah diDar al-ulum. Hinggapada 1912, ia diangkatmenjadi dosen tetap diuniversitas tersebut.Selain mengajar, iajuga aktif menulis di

    harian al-Liwa, untuk mengobarkan semangat kepadapergerakan-pergerakan umat Islam ketika itu.

    Tahun 1922, Syekh Thantawi mulai berhentidari kegiatan mengajarnya, dan mulai menulis tafsirnya,al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim. Tafsir inibegitu unik, sebab Syekh Thantawi menggunakanmetode penafsiran yang sama sekali berbeda dengantafsir-tafsir sebelumnya. Melalui keluasan dan kedalamanpengetahuannya dalam berbagai bidang, Syekh Thantawiberhasil menerapkan metode penafsiran saintis (tafsirilmiy) dalam tafsir yang pada mulanya merupakan artikelbersambung di beberapa media ini. Artikel dengan judul

    al-Taj al-Murassha bi Jawahir al-Quran wa al-Ulum(mahkota dengan untaian mutiara al-Quran danpengetahuan) ini, berhasil dirampungkan dalam kurun

    waktu tiga belas tahun.Syekh Thantawi menghabiskan waktunya dengan

    mengajar dan berkarya. Bahasa yang digunakan dalamkarya-karyanya pun begitu mudah untuk dicerna. Karya-karyanya antara lain, al-Zahra fi al-alam wa al-Umam; al-Faraid al-Jauhariyah fi al-Thuruq al-Nabawiyah; al-Madkhal fiFalsafah; al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim, dan bebera-pa karya lainnya. Dalam beberapa karyanya, Syekh

    Thantawi selalu mengajak umat Islam untuk bersatu, dan

    menghindari perpecahan.Sosok Thantawi banyak menginspirasi ban-

    yak orang. Tidak heran banyak para murid yang

    berdatangan dan menimba ilmu kepada beliau. Lebih

    dari itu, banyak dari mereka yang menjadi seorang Poli-

    tikus, Sastrawan dan Arsitektur, seperti Ibrahim Ramzy

    dan Muhammad Luthfy Jum'ah.

    Beberapa tahun setelah merampungkan

    tafsirnya, kesehatan Syekh Thantawi terus menurun.

    Bulan Dzulhijjah 1357 H, atau bertepatan dengan Janu-

    ari 1940, Syekh Tanthawi kembali ke sisi-Nya. Wallahualamu.

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

    Thantawi Jauhari:

    Risky Maratul Muallamah

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    11/12

    D

    i antara bulan-bulan Hijriyah lainnya, Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang disebut secara langsung oleh al-Quran. BulanRamadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjukbagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk tersebut

    dan pembeda (antara yang hak dan bathil).(QS. al-Baqarah:185)Pembahasan mengenai bulan Ramadhan tidak pernah surut, bahkan

    semakin mencuat dan banyak bermunculan. Hal ini tidak lain karena para ula-ma masih terus menggali rahasia di balik pengkhususan bulan suci Ramadhanoleh Allah SWT. Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yangwajib dikerjakan oleh umat Islam selama sebulan penuh. Kewajiban puasaselama sebulan penuh, masih meninggalkan rasa penasaran dan keingintahuanpada diri ulama. Terlebih, ia merupakan amalan yang dikerjakan untuk Allah,dan Allah sendiri yang memberi pahala, sebagaimana dijelaskan dalam Hadisqudsi, Setiap perbuatan anak Adam untuknya, kecuali puasa, sesungguhnya (puasa)untuk-Ku dan Aku yang memberinya pahala.(HR.Bukhari). Beranjak dari sini, paraulama tersebut mencoba mengkaji hakikat puasa dari berbagai aspek: jasmani,

    rohani, kedokteran dan sosial masyarakat.Adalah Mursyid al-Awam fi Ahkam al-Shiyam ala al-Madzahib al-Arbaah, sebuah maha karya salah seorang ulama terkemuka abad ke-14 Hi-

    jriah, Maulana Syekh Muhammad Amin Kurdial-Irbily al-Syafiiy al-Naqsyabandy yang mem-bahas secara eksplisit tentang hakikat Rama-dhan dan keutamaan beribadah di dalamnya.

    Syekh Amin Kurdi mengklasifikasi-kan buku ini dalam beberapa bab. Di penda-huluan buku ini, beliau menjelaskan tentang

    keutamaan belajar dan mencari ilmu, terkhususdi bulan Ramadhan. Selanjutnya ia menjelas-kan bab-bab yang terdapat dalam buku ini,seperti keutamaan bulan Ramadhan; keu-tamaan puasa Ramadhan; hikmah dan ting-katan puasa; hukum puasa; keharusan mem-perbanyak puasa sunah; salat Tarawih; khusyukdalam salat; tadarus al-Quran di bulan Rama-dhan; takwa; menjaga lima hal serta melawangodaan setan dan hawa nafsu; etika; mengasihisesama Muslim; memperbaiki hawa nafsu danhati; dzikir; doa; sedekah di bulan Ramadhan;

    malam Lailatul Qadr; zakat fitri; mengeluarkanzakat; dua hari raya; ziarah kubur dan terakhir,di penghujung buku ini, beliau menuliskantentang keutamaan bermunajat kepada AllahSWT.

    Salah satu bab yang sangat menarikuntuk dikaji adalah keistimewaan bulan Rama-dhan. Syekh Amin Kurdi menjelaskan bahwabulan Ramadhan adalah satu-satunya bulanyang disebut oleh Allah SWT dalam al-Quran.Hal ini menunjukkan bahwa bulan ini memilikibanyak keutamaan di antara bulan lainnya.Salah satunya adalah mengenai keadaan umat-umat terdahulu sebelum diutusnya MuhammadSAW yang diberi Allah umur panjang, sehing-ga mereka juga memiliki amalan yang cukup

    banyak. Namun tidak demikian halnyadengan umat Muhammad SAW yangumumnya tidak berumur panjang. Olehkarena itulah, Allah menganugerahkan Ram-adhan kepada umat ini, agar usia merekayang tidak cukup lama tersebut bisamenghasilkan amalan dan juga pahala yang

    setara atau bahkan melebihi umat-umatsebelumnya

    Dinamakan Ramadhan, karena iamembakar dosa-dosa manusia dengan ban-yaknya ibadah. Keutamaan lainnya adalahturunya al-Quran dan kitab-kitab sucilainnya di bulan Ramadhan. Rasulullah SAWjuga menjelaskan tentang keutamaan bulanini dalam sabdanya, Jika telah datang bulanRamadhan, dibukalah pintu-pintu surga, di-tutuplah pintu-pintu neraka, setan-setan dibelenggudan dibuka pintu-pintu rahmat. (HR.Muslim)

    Dalam sabda lain Rasulullah SAW menjelas-kan, Seandainya seorang hamba mengetahuikebaikan-kebaikan di bulan ini, niscaya umatkuakan mengharapkan Ramadhan selama satu tahun penuh.(HR. Thabrani)

    Bab menarik lainnya adalah tentang hikmah puasa. Diantara hikmah tersebut antara lain: puasa mengajarkan manusia untuksabar, mengontrol diri dan hawa nafsu. Puasa juga menjadikan orangselalu sehat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Puasalah, maka kamuakan sehat. Lebih dari semua itu, puasa menjadikan keadaan sosialmasyarakat semakin baik, karena si Kaya merasakan kelaparan se-bagimana si Miskin. Dengan demikian terwujudlah masyarakat yangsaling berbagi dan tolong menolong, dan banyak lagi hikmah lainnya.

    Karya Maulana Syekh Amin Kurdi yang berjumlah 112halaman ini, masih menyimpan banyak rahasia dan hakikat Ramadhan,begitu juga dengan bab-bab lain yang belum sempat terbahas.

    Mengenal Ramadhan

    Saeful Luthfy

    Data Buku:

    Judul:Mursyid al-Awam fi Ahkam al-Shiyam ala al-

    Madzahibal-ArbaahPenulis: MaulanaSyekh Muhammad

    Amin Kurdi al-Irbily al-Syafiiy al-NaqsyabandyPenerbit :Majmuah Zad al-Iqtishadiyah

    Tahun: 2003

    1 1A R J A

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I , R A M A D H A N 1 4 3 4

  • 7/27/2019 BULETIN IQRA , EDISI VI , RAMADHAN 1434

    12/12

    I

    ktikaf secara etimologi adalah menetap di suatu

    tempat, sedangkan secara terminologis adalah

    menetap di suatu masjid dengan niat ibadah dan

    mendekatkan diri kepada Allah SWT. Para ulama

    telah sepakat bahwa iktikaf adalah pekerjaan yang disyari-

    atkan. Hal ini didasari dengan Hadis yang diriwayatkan

    oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah SAW beriktikaf pada

    sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Pada tahun di

    mana beliau wafat, beliau beriktikaf selama dua puluh hari.

    Hal ini (iktikaf) juga diikuti oleh para Sahabat dan para

    generasi setelah mereka.

    Menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya, Fikih

    Sunah, iktikaf dibagi menjadi dua, pertama sunah dan

    kedua wajib. Iktikaf sunah adalah mengerjakan iktikaf

    tersebut sebagai sunah untuk mendekatkan diri kepadaAllah SWT, mengharapkan pahala atas apa yang dikerjakan,

    serta mengikuti sunah Rasulullah SAW, terlebih pada

    sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Sedangkan

    Iktikaf wajib adalah mengerjakan iktikaf tersebut sebagai

    kewajiban, seperti bernazar untuk iktikaf setelah disem-

    buhkan dari penyakit, dan lain sebagainya. Iktikaf seperti

    ini wajib hukumnya, sebagaimana hadis Rasulullah SAW,

    Barangsiapa bernazar untuk taat kepada Allah SWT, maka

    kerjakanlah.Umar bin Khatab juga pernah bernazar dan

    berkata kepada baginda Nabi, Ya Rasulullah, saya bernazzar

    untuk iktikaf di masjid Haram, Rasulullah pun menjawab,

    tepatilah nazarmu.(HR.Bukhari).

    Mengenai masa iktikaf, para ulama berpendapat

    tidak ada batas (banyak) yang wajib dalam beriktikaf, wa-

    laupun sebagian ulama sepakat memilih sepuluh terakhir

    bulan Ramadhan dan boleh juga satu tahun penuh. Se-

    dangkan zaman (sedikit) dalam beriktikaf, para ulama

    berbeda pendapat. Menurut Syafii, Abu Hanifah dan

    sebagian ulama tidak ada batas dalam beriktikaf. Sedangkan

    dalam riwayat Malik, terdapat berberapa perbedaan,

    dikatakan tiga, sehari dan semalam. Sedangkan dalamriwayat lain dikatakan, berniat menetap di masjid walau

    hanya sebentar, itu merupakan Iktikaf.

    Para ulama juga berbeda pendapat tentang

    tempat beriktikaf. Menurut Ibnu Rusyd dalam Bidayah al

    -Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, para ulama

    seperti Hudzaifah dan Said bin Musayyab, berpendapat

    tidak ada iktikaf kecuali di tiga masjid; masjid Haram,

    Baitul Muqaddas dan masjid Nabawi. Sedangkan Imam

    Syafii, Abu Hanifah, Tsawri dan Malik berpendapat bahwa

    iktikaf boleh dikerjakan di masjid mana saja. Dari sini bisaditarik sebuah kesimpulan, bahwa beriktikaf boleh di mas-

    jid mana saja, tetapi lebih utamanya adalah di tiga masjid

    yang disebutkan di atas. Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi,

    Salat di masjidku ini lebih utama seribu kali dibandingkan salat di

    masjid lain, kecuali Masjid Haram. Janganlah kau menyegerakan

    berpergian kecuali di tiga masjid, masjid Haram, masjid Aqsha dan

    masjid Nabawi.(HR. Bukhari dan Muslim)

    Di antara pekerjaan yang dianjurkan dalam berik-

    tikaf adalah mengerjakan ibadah-ibadah sunah, menyibukkan

    diri dengan salat; tilawah al-Quran; tasbih; tahmid; tahlil;

    takbir; istigfar; salawat kepada Rasulullah SAW; doa dan

    segala seuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

    SWT. Hal lain yang juga dianjurkan adalah belajar ilmu-ilmu

    agama, seperti Tafsir, Hadis, Sirah, Fikih dan lain sebagainya.

    Selain pekerjaan yang dianjurkan, terdapat hal-hal yang yang

    dibenci, seperti berbicara dan berbuat sesuatu yang tidak

    bermanfaat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Salah satu

    dari kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan sesuatu yangtidak bermanfaat.(HR. Tirmidzi).

    Selain pekerjaan yang diperbolehkan dan dibenci,

    ada hal-hal yang dapat membatalkan iktikaf, di antaranya;

    pertama, keluar dari masjid secara sengaja tanpa kebutuhan

    walaupun hanya sebentar, karena berdiam diri di masjid

    merupakan rukun iktikaf. Kedua, murtad, karena seorang yang

    murtad, segala perbuatan ibadahnya tidak diterima, Jika

    kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan terhapuslah amal-

    mu. (QS. al-Zumar: 65). Ketiga, gila, mabuk, haid dan nifas,

    karena kedua hal yang pertama penyebab hilangnya syarat

    tamyiz, dan dua unsur terakhir mengakibatkan hilangnya

    syarat kesucian. Keempat, bersetubuh, sebagaimana firman

    Allah SWT, Janganlah kamu campuri mereka (istri), sedangkan

    kamu beriktikaf dalam masjid.( QS. al-Baqarah: 187).

    Bagi seorang yang beriktikaf, ia harus menetap di

    sebuah masjid, bahkan makan, minum dan tidur pun di

    masjid. Ia hanya diperbolehkan keluar atau berpergian dari

    tempat iktikaf apabila melakukan sesuatu yang mengharus-

    kannya keluar, sepeti mengambil bekal untuk makan, mem-

    bersihkan badan dan hal lain yang tidak membatalkan iktikaf.

    Dari penjelasan di atas, kita dapat mengambilpelajaran, bahwa iktikaf merupakan pekerjaan dan ibadah

    yang sering dilakukan Rasulullah SAW, para Sahabat dan

    ulama-ulama terdahulu, terkhusus di bulan Ramadhan, ter-

    lebih lagi di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Bahkan

    diriwayatkan, ketika datang bulan Ramadhan, Imam Syafii

    memberhentikan majelis ilmu. Ketika ditanya oleh salah

    seorang murinya, beliau menjawab, bahwa di bulan ini beliau

    ingin beriktikaf dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

    Hal ini karena selama bulan-bulan lainnya, Imam Syafii

    menggunakan waktunya bersama manusia, sehingga di bulanRamadhan beliau hanya ingin bersama Allah SWT. Wallahu

    alam.

    IKTIKAF1 2 S A L A MSaeful Luthfy