Bunga yang sedikit tidak haram, benarkah

2

Click here to load reader

Transcript of Bunga yang sedikit tidak haram, benarkah

Page 1: Bunga yang sedikit tidak haram, benarkah

11/11/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Bunga yang Sedikit Tidak Haram, Benarkah?

http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/11/11/bunga-yang-sedikit-tidak-haram-benarkah/ 1/2

Bunga yang Sedikit Tidak Haram, Benarkah?

November 11th, 2014 by kafi

Tanya :

Ustadz, ada pendapat yang membolehkanriba sedikit, misal satu persen, dengan dasarkarena riba yang dilarang Alquran hanyalah“riba yang berlipat ganda” saja. Mohonpenjelasan. (Nurwidianto, Bantul)

Jawab :

Memang ada pendapat yang mengatakanbahwa riba yang diharamkan hanyalah ribayang banyak atau “berlipat ganda” (adh’afan

mudhaa’afah), sedangkan riba yang sedikit tidak haram. Yang berpendapat seperti iniantara lain Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha, dengan dalilfirman Allah SWT (yang artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamumemakan riba dengan berlipat ganda (adh’afan mudhaa’afah).” (QS Ali ‘Imran [3] : 130).(Abdul Majid Al Muhtasib, Ittijahat Al Tafsir fi Al ‘Ashr Al Rahin, hlm. 178; AbdurrahimFaris Abu ‘Ulbah, Syawa`ib Al Tafsir, hlm. 246; Abdul Aziz Al Khayyath, Al Syarikat fi AlSyari’ah Al Islamiyyah wa Al Qanun Al Wadh’i, Juz 2 hlm. 168-173).

Jamaluddin Al Afghani berdalil dengan ayat itu, untuk membolehkan riba yang sedikit,dengan berkata, ”Allah mengharamkan riba dengan dengan satu puncak hikmah, yaituhendaklah jangan dimakan riba yang berlipat ganda, yakni yang diharamkan dalam ayatitu, dan supaya Imam mempunyai jalan keluar—ketika ada tuntutan kemaslahatan—untukmembolehkan riba yang rasional (ma`quul) yang tidak memberatkan pihak yangberutang.” (Muhammad Basya Al Makhzumi, Khathirat Jamaluddin Al Afghani, hlm. 195,dalam Abdurrahim Faris Abu ‘Ulbah, Syawa`ib Al Tafsir, hlm. 246).

Pendapat Jamaluddin Al Afghani itu lalu diikuti oleh murid-muridnya, yaitu Rasyid Ridhadan Muhammad Abduh. Ketika menafsirkan ayat QS Ali ‘Imran : 130, Muhammad Abduhberkata,”…Ini adalah ayat dalam Alquran tentang pengharamannya (riba berlipat ganda),dan Alquran tidak mengharamkan selain itu… Ini adalah ayat yang pertama kali turuntentang pengharaman riba, yaitu ayat tentang pengharaman riba yang dikhususkandengan batasan ini (makhshuush bi hadza al qaid), dan ini masyhur di sisi mereka.”(Muhammad Abduh, Tafsir Al Manaar, Juz 3 hlm. 133).

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, jelas Jamaluddin Al Afghani dan murid-muridnyatelah membolehkan riba yang tidak berlipat ganda, berdasarkan QS Ali ‘Imran: 130,dengan beberapa wajhul istidlal (cara pengambilan hukum dari dalil) sbb : men-

Page 2: Bunga yang sedikit tidak haram, benarkah

11/11/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Bunga yang Sedikit Tidak Haram, Benarkah?

http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/11/11/bunga-yang-sedikit-tidak-haram-benarkah/ 2/2

takhsiis(mengkhususkan/mengecualikan) keumuman ayat yang mengharamkan riba, ataumen-taqyiid (memberi batasan/syarat) dari kemutlakan ayat yang mengharamkan riba,atau menarik mafhum mukhalafah (pengertian yang sebaliknya) dari ayat yang melarangriba yang berlipat ganda.

Semua wajhul istidlal tersebut batil dan hukum yang dihasilkannya, yaitu membolehkanriba yang sedikit, adalah ijtihad yang batil, dengan dua alasan sbb ;

Pertama, tidak dapat diterima menarik mafhum mukhalafah dari ayat QS Ali ‘Imran: 130,atau menjadikan ayat itu sebagai takhsis/taqyiiddari keumuman atau kemutlakan ayatyang mengharamkan riba (QS Al Baqarah: 275). Dalam kaitan ini Imam Ibnu Hayyan AlAndalusi berkata, ”Riba sudah diharamkan dalam segala jenisnya, maka dari ituhaal yangterdapat dalam ayat itu (yaitu larangan memakan riba yang berlipat ganda, adh’afanmudhaa’afah) tak dapat diambil mafhum mukahalafah-nya dan tidak dapat pulamenjadi qaid (batasan) dalam larangan riba…” (Ibnu Hayyan Al Andalusi, Tafsir Al BahrulMuhith, Juz 3 hlm. 54; Imam Syaukani, Fathul Qadir, Juz 1 hlm. 380).

Kedua, tidak dapat diterima menjadikan QS Ali ‘Imran ayat 130 sebagai takshihsh darikeumuman haramnya riba dalam QS Al Baqarah : 275. Sebab dalam ilmu ushul fiqih,dalil takshish itu seharusnya turun belakangan (muta`akhkhir) dari dalil umumnya, ataukalaupun turun lebih dulu (mutaqaddim), seharusnya takhshih itu bersambung (muttashil)dengan dalil umumnya dalam satu rangkaian ayat. (Saifuddin Al Amidi, Al Ihkam fi UshulAl Ahkam, Juz IV). Syarat tersebut tidak terwujud dalam pendapat Jamaluddin Al Afghani,karena faktanya ayat QS Ali Imran : 130 turun lebih dahulu, bukan turun belakangan.Baru setelah itu turunlah ayat QS Al Baqarah : 275. Lagipula dua ayat tersebut tidakterletak dalam satu rangkaian ayat yang muttashil.

Jadi, pendapat yang membolehkan riba yang sedikit adalah ijtihad yang batil yang haramdiamalkan kaum Muslimin, karena menyalahi nash qath’i (pasti) yang telahmengharamkan segala jenis riba, baik sedikit maupun banyak. Wallahu a’lam.[] M ShiddiqAl Jawi

Sumber: MediaUmat edisi 138

Baca juga :

1. Berlipat Ganda Atau Tidak Riba Tetaplah Haram2. Bunga Utang, Haram dan Bebani APBN3. Muhammadiyah Haramkan Bunga Bank4. Benarkah Demokrasi Tidak Menyebabkan Korupsi?5. Partai Salafi: Pinjaman IMF Tidak Haram