Case Report
-
Upload
zarkasyi-arimuqti -
Category
Documents
-
view
69 -
download
3
Transcript of Case Report
Disusun oleh:
R ade masyhuroh 1102008198
Zarkasyi Arimuqti 1102008267
Tantrie Desty L 1102008250
Febrita Fajrin 1102007115
BAB 1 STATUS PASIEN
Nama : Tn. CY
Umur : 25 tahun
No RM : 01497127
Tanggal Operasi
: 11 Mei 2012
Diagnosis
: Union Wire Fraktur Femur 1/3 distal
Tindakan : Pelepasan wire
Bagian Orthopedi
Bagian Anestesi
Operator : dr. Hj. Husodo Sp.OT
Operator : dr. Hj. Hayati Usman Sp.An
Asisten : Br. Firman Asisten : Br. Ozi
ANAMNESA
Keluhan utama
Nyeri pada saat beraktifitas pada daerah os femur 1/3 distal. Riwayat hipertensi (-), asma (-), diabetes melitus (-).
Vital SignKesadaran : Compos MentisTekanan darah : 120/70 mmHgNadi : 80 x/menitRespirasi : 18 x/menitSuhu : 37,20C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata•Kunjungtiva (anemis -)•Sklera (ikterik -)
Mulut•Dapat terbuka selebar 3 jari pasien•Malampati Score : 1
Hidung•Obstruksi (-)•Pembesaran concha (-)
Leher•JVP tidak meningkat•Tidak terdapat kaku leher
Toraks Paru : Bentuk dan gerak simetris, dinding toraks tidak
teraba massa atau tumor, sonor pada kedua lapangan paru, wheezing -/-. Ronki -/-
Jantung : Murmur dan galloop (-)
Abdomen
Dinding abdomen datar simetris dan lembut, hepar dan lien tidak teraba, timpani pada 4 regio abdomen, bising usus +
EkstremitasUdem (-)Fungsi motorik baik, kecuali pada ekstremitas
sinistra sendi genu.Pada bekas operasi reparasi os femoralis sinistra
1/3 distal terasa nyeri yang mengganggu aktifitas.
5 5
5 5
PEMERIKSAAN LABORATORIUMDarah rutinHB : 11,2HT : 34 %Leukosit : 7800Trombosit : 167000
KONSUL DARI BAGIAN LAININFORM CONSENT
Izin tindakan anastesi dan operasi telah dimengerti dan ditandatangani oleh pasien dan keluarganya
KESIMPULANLaki –laki usia 25th dengan diagnosis wire pada femoralis 1/3 distal dengan status ASA II elektif
Persiapan alat
S (SCOPE)Stetoscope dan laryngoscope
T (TUBE) Pipa trakea 6,5;7;7,5
A (AIRWAY) Orofaringeal tube / Maio
T (TAPE) Plester
I (INTRODUCER) Stylet C / Madrin
C (CONNECTOR)Penyambung pipa dan alat
S (SUCTION) Penghisap
Tensimeter dan monitor EKG
Tabung gas N2O dan O2 terisi dan terbuka
Spuit 10ml
PROSEDUR ANESTESI
Pre-Medikasi
Ondansentron 4 mg
Persiapan ObatPetidin : 50 µgPropofol : 100 mgAtrakurium : 10 mgOdansentron : 4 mgIsofluran : 2 liter
Pasien dipasang monitor :Tensi : 120/90 mmHg; HR : 100 x/mnt; SpO2 : 98 %
dengan udara bebas
Induksi anestesi : Sempurna
Pengaturan nafas : Assist
Teknik : Semi closed
Ventilator
Tidal Volume : 400 mL I:E ratio : 1:2
Frekuensi nafas : 12x/m3nit
Setelah preoksigenisasi dgn O2 100%. Pasien diberikan obat anestesi dengan urutan sebagai berikut :
1. Petidin : 50 mcg2. Propofol : 100 mg3. Atrakurium : 10 mg
LMADilakukan secara oral menggunakan tube no.4 dengan balon
dan tidak ada kesulitan pada saat dilakukan LMA. Posisi : SupineRumatan : N2O ( 2 liter/menit) + O2 (4liter/menit)Saat dan pasca LMA :
Tensi : 120/70 mmHg
Heart Rate : 100x/menit
SpO2 : 98-99%
Rumatan : N2O ( 2 liter / menit ) + O2 ( 2 liter / menit ) + isofluran 2 vol %
Respirasi Pada awalnya pasien belum bernapas spontan , sehingga menggunakan ventilator dengan tidal volume 400 ml , RR 12 x / menit
Monitoring selama operasi (120 menit)
Tekanan Darah
Tertinggi 185 / 90 mmHgTerendah 107 / 50 mmHg
NadiTertinggi 105 x / menitTerendah 70 x / menit
Saturasi O2 98%
POST OPERASIDilakukan ektubasi dan suction kemudian diberikan analgetik
post op dengan cairan ringer laktat yang berisi obat TRAMADOL 100 mg dan KETOROLAX 30 mg diberikan secara intravena.
PERHITUNGAN RENCANA PEMBERIAN CAIRANBB 55 kgPuasa 6 jamLama operasi 2 jam
Kebutuhan cairan maintenance untuk pasien dengan berat badan 65 kg
4 cc x 10 = 40
2 cc x 10 = 20
1 cc x 35 = 35__________________ +
= 95 mL per jam
Pasien telah puasa 6 jam, maka deficit cairan
= 6 x 95 = 570 ml
Stress operasi besar
= 6 cc x 55kg = 330
Maka, 330 x 2jam (lama operasi) = 660 cc
Total cairan yang dibutuhkan (Puasa + Stress operasi besar (IWL) + Perdarahan)
570 cc + 660 cc + 500 cc = 1730 cc
Cairan yang diberikan : 3 kolf kristaloid (RL) = 1500
Cairan sisa (Cairan yang diberikan – Total cairan)
1730 – 1500 = 230 cc
Cairan post operasi [24 jam - (puasa + lama operasi)] x maintanance
= 24 – (6+2) x 95
= 16 x 95 = 1520 cc
Kebutuhan cairan post operasi : cairan sisa + cairan post operasi / sisa waktu (puasa + lama operasi)
= 230 cc + 1520 x 1 = 1750 = 55 gtt/menit
8 4 32
Instruksi post operasi dalam 24 jam:O2 3 liter/menit dalam 6 jam post operasiTransfuse darah bila Hb post operasi sama dengan atau kurang dari 8 g%Infuse kristaloid (RL) : dextrose = 2:1, 99 gtt/menit
KEADAAN PASCA BEDAHPasien masuk recovery room dengan keadaan :
Pasien diobservasi selama 90 menit kemudian pindah ruangan. Selama observasi tidak ditemukan komplikasi mual muntah. Dengan analgetik ketorolac dan tramadol pasien tampak tenang tak tampak kesakitan.
Tidak didapat adanya Diuresis selama 2 jam.
Keadaan Umum : Delirium
Tekanan Darah : 107/69 mmHg
Nadi : 130kali/menit
Respirasi : 16 kali/menit +O2 3 liter/menit
INSTRUKSI PASCA OPERASIO2 via binasal canul 3 liter/menitObservasi kesadaran , tekanan darah, nadi, respirasi,
suhuPuasa sampai kondisi umum pulihPosisi kelapa head up 30 derajatAnalgetik post op tramadol 100 mg dalam 500 cc RL
dengan banyaknya tetesan 10-15 tetes/menitCairal RL : D5 = 2:1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUANTulang femur dapat mengalami fraktur oleh trauma
langsung, puntiran (twisting), atau pukulan pada bagian depan lutut yang berada dalam posisi fleksi pada kecelakaan jalan raya.
Femur merupakan tulang terbesar dalam tubuh dan batang femur pada orang dewasa sangat kuat.
Dengan demikian, trauma langsung yang keras, seperti yang dapat dialami pada kecelakaan automobil, diperlukan untuk menimbulkan fraktur batang femur. Perdarahan interna yang masif dapat menimbulkan renjatan berat.
KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur)Hanya di bawah kepala femurMelalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter
femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
PATOFISIOLOGI
A. Penyebab fraktur adalah traumaFraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma
minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
Osteoporosis ImperfektaOsteoporosisPenyakit metabolic
GAMBARAN KLINIS
Nyeri hebat di tempat frakturTak mampu menggerakkan ekstremitas bawahRotasi luar dari kaki lebih pendekDiikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi
berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
BAB IIITATALAKSANA ANESTESI DAN REANIMASI PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR FEMUR
Penatalaksanaan anestesi pada pasien dengan kasus fraktur femur bisa dilakukan dengan tehnik General Anestesi Atau Regional Anestesi, tapi untuk lebih baiknya dilakukan regional anestesi.
Penatalaksanaan anestesi dan reanimasinya yaitu:AnamnesisPemeriksaan fisik dan penunjang.Tindakan anestesiMonitoringEvaluasi
Pilihan anestesi dan reanimasi.
Pada pasien dewasa / orangtua tanpa gangguan fungsi organ vital diberikan anelgesia sub arakhnoid atau epidural kontinyu.
Pada pasien dewasa / orangtua dengan gangguan fungsi organ vital diberikan anelgesia umum inhalasi (imbang), PET dengan nafas kendali.
Pada pasien dewasa dan diperkirakan operasi kurang dari 1 jam anestesi umum inhalasi sungkup muka atau anestesi umum intravena bias dipertimbangkan.
Pada bayi/ anak anak, anestesi umum sesuai dengan tata laksana anestesi pada pediatrik.
Anestesi umum (general anesthesia) disebut pula dengan nama narkose umum (NU).
Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel.
Dengan anestesi umum, akan diperoleh triad (trias) anestesia, yaitu : Hipnosis (tidur) Analgesia (bebas dari nyeri) Relaksasi otot
Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus otot sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan.
Hipnosis didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran, isofluran, sevofluran). Analgesia didapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentu. Sedangkan relaksasi otot didapatkan dari obat pelemas otot (muscle relaxant).
LMA (Laringeal Mask Airway) adalah alat jalan nafas terdiri dari pipa besar berlubang dengan ujung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembang-kempiskan seperti balon pada pipa trakea. Tangkai LMA dapat berupa pipa keras dari povinil atau lembek dengan spiral untuk menjaga supaya tetap paten.Dikenal 2 macam sungkup laring (LMA) yaitu:1.Sungkup laring dengan satu pipa nafas2.Sungkup laring dengan dua pipa yaitu satu pipa nafas standar dan lainya pipa tambahan yang ujung distalnya berhubungan dengan esofagus.
Pemasangan sungkup laring ini sebaiknya menunggu sampai anastesia cukup dalam atau menggunakan pelumpuh otot untuk menghindari trauma rongga mulut, faring-laring setelah alat terpasang. Untuk menghindari pipa nafasnya tergigit, maka dapat dipasang gulungan kain kasa ( bite block) atau pipa nafas mulut-faring (OPA).
Kelebihan LMA:
1.Dapat dipasang tanpa laringoskpi
2.Menguntungkan pada pasien dengan cedera leher atau pada pasien sulit dilakukan visualisasi lubang trakea.
Kekurangan LMA:Tidak dapat melindungi kemungkinan aspirasi
(regurgitasi isi lambung) sebaik ETT
Kontraindikasi Penggunaan LMA:
Kontraindikasi primer penggunaan elektif LMA adalah resiko aspirasi isi lambung (misalnya: perut penuh, hiatus hernia dengan refluks gastroesofagus yang signifikan, obstruksi intestinal, pengosongan lambuing tertunda dan riwayat buruk).
Pemantauan selama anestesi.Sesuai dengan standar pemantauan dasar intra operatif.
Pada kasus frakturfemur dengan pilihan regional anestesi terutama tekanan
darah dan nadi yang menunjukan tingkat keberhasilan terapi cairan pra operasi.
Terapi cairan.Terapi cairan dan elektrolit pada pasien fraktur femur
adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan penanganan pasien kritis.
Tindakan ini seringkali merupakan langkah “life saving” pada pasien yang menderita
kehilangan cairan yang banyak seperti dehidrasi karena muntah dan syok
Pasca anestesi.Pada pase ini merupakan preode kritis setelah operasi
dan anestesia di akhiri, maka kita perlu memantau kemungkinan komplikasi yang terjadi.
1.Pasien di rawat di ruang pulih sesuai dengan tata laksana pasca anestesia.
2.Perhatian kusus ditujukan pada upaya penanggulangan nyeri pasca operasi.
3.Pasien dikirim kembali keruangan setelang memenuhi kriteria pemulihan.
4.Pada kasus multipel trauma, pasien langsung dikirim keruang terapi intensif untuk perawatan lebih lanjut.
BAB IVKESIMPULAN
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang tulang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian).Akibat trauma pada tulang,tergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya.Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka.
Pada penatalaksanaan anestesi dengan fraktur femur evaluasi preoperatif yang perlu diperhatikan adalah hipovolemia, baik aktual melalui Pendarahan , Dehidrasi maupun potensial puasa.
DAFTAR PUSTAKAi. Apley, Dalam Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley,
Edisi 7, Editor : EdiNNugroho 1999.ii. Bisri, T, Dasar-Dasar Neuro Anestesi, Saga Olahcitra, bandung
2008.iii. Boulton, T.B, “ Anestesiologi” Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1994.iv. Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 3, EGC, Jakarta.v. Dobson, M.B, “penuntun praktis Anesteiologi”, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 1989.vi. Latif Said, Dkk, Anestesiologi, Fakultas Kedokteran Indonesia,
Bagian Anestesiologi Dan Terapi intensif, Jakarta, 2002.vii. Mangku, Gde, Dkk, Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi,
indeks Jakarta, 2010.viii. Morgan GE, Mikhil MS, J.Murry M, Clinical Anestesiologi 4th
Edition, Mc Graw Hill. New York,2006.ix. Sjamsulhidayat, R. Dan Wim de jong. Buku Ajar ilmu bedah,
edisi revisi, EGC. Jakarta 1998.x. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.