Contoh Pledoi

67
N O T A P E M B E L A A N Beati, qui custodiunt iudicium, Qui facit iustitiam in omni tempore! (Diberkatilah orang-orang yang berpegang pada hukum, dan yang melakukan keadilan di segala waktu!) Atas Surat Tuntutan Dengan Nomor Registrasi Perkara 763/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst Atas Nama Terdakwa Helena Juliani Oleh Tim Penasihat Hukum Terdakwa Wicitra Wening Palupi, S.H., LL.M. Maidina Rahmawati, S.H., LL.M. Wendys Cynthia, S.H., LL.M. Disampaikan Pada Sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Pada Tanggal ………………..

description

Pledoi Prapid FHUI 2012.

Transcript of Contoh Pledoi

[Type text][Type text][Type text]

N O T A P E M B E L A A NBeati, qui custodiunt iudicium, Qui facit iustitiam in omni tempore!(Diberkatilah orang-orang yang berpegang pada hukum, dan yang melakukan keadilan di segala waktu!)

Atas Surat TuntutanDengan Nomor Registrasi Perkara763/Pid.B/2014/PN.Jkt.Pst

Atas Nama TerdakwaHelena Juliani

OlehTim Penasihat Hukum TerdakwaWicitra Wening Palupi, S.H., LL.M.Maidina Rahmawati, S.H., LL.M.Wendys Cynthia, S.H., LL.M.Disampaikan PadaSidang di Pengadilan Negeri Jakarta PusatPada Tanggal ..WWM LITIGATESJl. Sisingamangaraja No. 17, Kebayoran Baru, Jakarta PusatPh: (+62)21-4247758 (Hunting)www.wwmlitigates.com

BAGIAN IPENDAHULUAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Perkenankanlah kami mengajak para para hadirin untuk mengucapkan Puji Syukur atas Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini dapat mengikuti persidangan dalam keadaan sehat. Selanjutnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah memimpin persidangan dengan tegas, adil dan bijaksana, sehingga persidangan berlangsung dengan tertib dan lancar, penghargaan yang sama kami sampaikan kepada rekan Jaksa Penuntut Umum, pihak Kepolisian, rekan-rekan Pers, dan hadirin pengunjung sidang yang telah memelihara ketertiban dan ketenangan persidangan, sehingga persidangan berjalan aman, lancar dan terbuka disertai harapan agar persidangan selanjutnya akan tetap berjalan dengan lancar dan tertib.

Majelis Hakim Yang Terhormat,Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Yang bertandatangan dibawah ini, kami Wicitra Wening Palupi, S.H., L.LM., Maidina Rahmawati, S.H., LL.M., Wendys Cynthia, S.H., LL.M., Penasihat Hukum yang berkantor di Jl. Sisingamangaraja No. 17, Kebayoran Baru, Jakarta Pusat bertindak berdasarkan surat kuasa khusus 11 Maret 2015, untuk dan atas nama terdakwa:Nama Lengkap : Helena JulianiTempat Lahir : BogorUmur/ Tanggal Lahir : 18 tahun / 5 Juli 1995Jenis Kelamin : PerempuanKebangsaan : IndonesiaTempat Tinggal : Jl. KH. Agus Salim No. 4, Jakarta PusatAgama : IslamPekerjaan : PelajarPendidikan : SMADengan ini menyampaikan pembelaan atas surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum NO. REG.PERKARA: 132/PDM/V/2014/PN.JKT PST yang telah dibacakan dalam persidangan pada ......................................, yang mana saudara Jaksa Penuntut Umum yang telah disusun begitu rapi dan jelas sehingga memudahkan bagi kami dalam mengikuti pandangan Penuntut Umum dalam dugaan tindak pidana yang diduga telah dilakukan oleh Terdakwa sehingga akan bisa kami ambil suatu perimbangan dari sisi pandangan kami selaku Penasihat Hukum agar kita semua yang terlibat pada persidangan ini dapat menemukan suatu tujuan utama dari hukum itu sendiri yaitu KEADILAN.

Majelis Hakim Yang Terhormat,Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Untuk menanggapi tuntutan dari Rekan Jaksa Penuntut Umum pembelaan ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut :1. Surat Dakwaan2. Fakta Persidangan3. Tuntutan Penuntut Umum.4. Analisis Yuridis5. Kesimpulan6. Permohonan dan Penutup.Harapan kami pada yang mulia Majelis Hakim berkenan untuk memberikan putusan terhadap diri terdakwa suatu putusan yang adil, arif dan bijaksana yang semata-mata berdasarkan kepada keadilan yang hakiki atas dasar mencari ridho dari Allah SWT semata selain untuk kemudian demi mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum dan keadilan.BAGIAN IISURAT DAKWAAN

Bahwa ia TERDAKWA HELENA JULIANI, bersama-sama dengan SAKSI GUNAWAN pada tanggal 3 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada suatu hari di bulan Maret 2014, bertempat di Jalan Raya Bungur Besar, Kemayoran, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya dalam wilayah lain di Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di suatu wilayah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pasal 84 ayat (1) KUHAP, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut, secara sengaja dan dengan rencana turut serta merampas nyawa orang lain,yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014 terjadi pertengkaran antara TERDAKWA dengan SAKSI GUNAWAN, yang merupakan kekasih TERDAKWA melalui media elektronik, aplikasi LINE, dengan menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung Galaxy S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSDyang isinya sebagai berikut:HelenaJ (TERDAKWA): Jadi kamu selama ini masih berhubungan sama dia? Kamu ga serius sama aku? Aku ga suka kamu banding-bandingin aku sama Adelina Pukul 19.02 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Yaudahlah aku kan udah minta maaf, ga usah diungkit-ungkit lagi Pukul 19.02 WIBHelenaJ (TERDAKWA): Tapi ini gak cuman sekali kamu kayak gitu, aku udah capek sama kamu Pukul 19.05 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Jadi aku harus gimana? Aku mau kok buktiin cinta aku ke kamu Pukul 19.06 WIBHelenaJ (TERDAKWA): Bener ya, aku pegang kata-kata kamu Pukul 19.09 WIB Bahwa pada Sabtu, 1 Maret 2014 Pukul 13.00 WIB, TERDAKWA mengirimkan pesan melalui media elektronik, aplikasi LINE, kepada KORBAN ADELINA SUWITO, namun KORBAN tidak membalas pesan tersebut. Bahwa berdasarkan alat bukti hasil cetak informasi elektronik panggilan masuktelepon genggam korban pada Pukul 16.00 WIB, TERDAKWA menghubungi KORBAN dan melakukan pembicaraan selama 2 menit 50 detik menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD. Bahwa Pada 1 Maret 2014 Pukul 18.43 WIB, TERDAKWA melakukan pembicaran dengan SAKSI GUNAWAN melalui media elektronik, dengan aplikasi Whatsapp, melalui telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD, yang isinya sebagai berikut:HelenaJ5 (TERDAKWA): Ayy, tadi aku udah hubungin si ade Pukul18.43 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Ohyaa, terus gimana ay?- Pukul 18.47 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Tenaaang, bisa kok ay, tapi dia bilang cuman bisa bentar Pukul 18.47 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Jadinya ketemuan dimana? Pukul 18.47 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Di stasiun gondangdia aja ayyy, nanti sekalian kita nganterin dia les. Kamu jemput aku ya ay,di rumahjam 3 Pukul 18.49 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Ah, kamu berangkat sendiri aja. Aku musti anterin mamaku dulu Pukul 18.50 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Yaudah terserah kamu aja. Pukul 18.51 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Kamu gak marah kan ay? Pukul 18.51 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Gak. Pukul 19. 02 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Serius jangan marah dong ayyyy: Pukul 19.02 WIB Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 17.30 WIB sesuai perjanjian, KORBAN ADELINA SUWITO bertemu dengan TERDAKWA di Stasiun Gondangdia. Bahwa beberapa menit kemudian SAKSI GUNAWAN datang menghampiri TERDAKWA dan KORBAN. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 17.50 WIB, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN mengantar KORBAN ke tempat les Bahasa Jerman Guta Institute di Jalan Sam Ratulangi 9-15, Menteng dengan menggunakan mobil SAKSI GUNAWAN jenis Oddesey berwarna hitam Merk Honda dengan Nomor Polisi B 1478 KMC. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 18.30 WIB sampai di tempat les KORBAN,saat KORBAN hendak turun dari mobil SAKSI GUNAWAN, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN melakukan sandiwara pertengkaran diantara mereka, yang berakhir dengan turunnya TERDAKWA dari mobil SAKSI GUNAWAN. Bahwa kemudian pada pukul 18.40 WIB, TERDAKWA mengirimkan pesan singkat kepada SAKSI GUNAWAN yang berisi : Gimana?Meyakinkan gak marahnya?, yang kemudian dibalas oleh SAKSI GUNAWAN yang berisi : Sip, sesuai rencana kok Bahwa kemudian SAKSI GUNAWAN meminta KORBAN untuk mengejar TERDAKWA dan mengajaknya kembali masuk ke dalam mobil SAKSI GUNAWAN. Bahwa kemudian KORBAN turun dari mobil SAKSI GUNAWAN dan mengejar TERDAKWA. Bahwa kemudianKORBANkembali bersama TERDAKWA ke dalam mobil SAKSI GUNAWAN pada Pukul 18.50 WIB dan duduk bersama-sama di jok belakang. Bahwa kemudian mereka bersama-sama melakukan perjalanan menuju Cawang kemudian menuju Pramuka yang dalam perjalanan menuju Pramuka, TERDAKWA memaksa KORBAN untuk menanggalkan seluruh pakaiannya agar KORBAN tidak kabur, namun KORBAN menolak. Bahwa sekitar Pukul 17.15 WIB di sekitar Jalan Pemuda, Rawamangun, SAKSI GUNAWAN menepikan mobil kemudian berpindah tempat duduk ke bagian jok belakang,kemudian SAKSI GUNAWAN mulai menampar KORBAN sambil membentaknya karena penolakan KORBAN untuk menanggalkan pakaiannya. Bahwa setelah menerima tamparan dan tendangan, KORBAN bersedia membuka pakaiannya sendiri dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Kemayoran. Bahwa berdasarkan alat bukti rekaman video VR13346907 tertanggal 3 Maret 2015, dalam perjalanan menuju ke Kemayoran, TERDAKWA mencaci-maki KORBAN serta melakukan pukulan dan tamparan terhadap KORBAN. Bahwa sekitar Pukul 18.30 WIB, Mobil SAKSI GUNAWAN mogok di kawasan Kemayoran dan pada saat tersebut KORBAN membuka kaca mobil untukberteriak meminta pertolongan yang mendengar hal tersebut, SAKSI GUNAWAN segera kembali ke dalam mobil dan menendang serta membungkam mulut KORBAN. Bahwa TERDAKWA meminta SAKSI GUNAWAN utnuk mengeluarkan stun gun dari dalam tas TERDAKWA dan memberikannya kepada TERDAKWA. Bahwa kemudian TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN menyetrum KORBAN menggunankan stun gun tersebut di bagian pinggang berkali-kali secara bergantian hingga KORBAN tidak lagi mengeluarkan suara dan kemudian KORBAN pingsan. Bahwa berdasarkan alat bukti struk pembelian yang didapat dari dompet TERDAKWA, stun gun yang digunakan tersebut disiapkan dan dibeli oleh TERDAKWA pada Pukul 17.32 WIB tanggal 2 Maret 2014. Bahwa pada saat KORBAN pingsan, SAKSI GUNAWAN membungkam mulut KORBAN dengan tisu dan kertas Koran dengan tujuan agar pada saat sadar KORBAN tidak berteriak kembali. Bahwa setelah mulut KORBAN dibungkam dan perjalanan dilanjutkan, TERDAKA dan SAKSI GUNAWAN tidak lagi mendengar ada suara yang datang dari korban. Bahwa pada 3 Maret 2014 Pukul 21.25 WIB di sekitar Kemayoran, Jakarta Pusat TERDAKWA memeriksa bagian dada KORBAN karena KORBAN tidak kunjung sadarkan diri dan mengetahui KORBAN telah tidak bernyawa. Bahwa berdasarkan Hasil Visum Et Repertum Nomor: 3456-SK.III/2345/2-01 tanggal 6 Maret 2014, KORBAN dinyatakan meninggal dikarenakan mengalami asfiksia mekanik, yaitu penutupan saluran pernafasan bagian atas, yaitu jenis asfiksia yang disebabkan karena blockade jalan nafas oleh benda asing di tenggorokkan(gangging), akibat sumpalan tisu dan koran yang ditemukan di dalam tenggorokan KORBAN, selain itu juga terdapat sejumpah luka lebam di bagian pipi, dada, dan perut korban yang diakibatkan pemukulan, penamparan, dan penendangan serta terdapat luka bekas setrum di bagian pinggang. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 02.00 WIB, mobil SAKSI GUNAWAN kemudian mogok kembali di Kemayoran. Bahwa kemudian SAKSI GUNAWAN menghubungi temannya melalui telepon genggam SAKSI GUNAWAN Iphone 6 dengn nomer eri XRI8989IK, yang seorang montir untuk membantu memperbaiki mobilnya. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 02. 25 WIB, temannya tersebut datang bersama dengan kekasihnya dan membantunya memperbaiki mobil dan meninggalkan SAKSI GUNAWAN dan TERDAKWA setelah mobil tersebut selesai diperbaiki. Bahwa kemudian TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN melanjutkan perjalanan menuju Utan Panjang ITC Cempaka Mas Salemba Bintara. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 21.00 WIB sekitar 2 KM sebelum Pintu keluar Tol Bintara, Bekasi, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN membuang jenazah KORBAN di pinggir Tol Bintara. Bahwa pada tanggal 5 Maret 2014 Pukul 04.00 WIB, Petugas derek tol menemukan jenazah KORBAN.Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 340 KUHPjo. Pasal 55 ayat (1) KUHP mengenai pembunuhan dengan rencana terlebih dahulu.ATAUSUBSIDAIRBahwa ia TERDAKWA HELENA JULIANI, bersama-sama dengan SAKSI GUNAWAN pada tanggal 3 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada bulan Maret 2014, bertempat di Kemayoran, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya dalam wilayah lain di Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di suatu wilayah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pasal 84 ayat (1) KUHAP Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut, secara sengaja turut serta merampas nyawa orang lain,yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014 terjadi pertengkaran antara TERDAKWA dengan SAKSI GUNAWAN, yang merupakan kekasih TERDAKWA melalui media elektronik, aplikasi LINE, dengan menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung Galaxy S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSDyang isinya sebagai berikut:HelenaJ (TERDAKWA): Jadi kamu selama ini masih berhubungan sama dia? Kamu ga serius sama aku? Aku ga suka kamu banding-bandingin aku sama Adelina Pukul 19.02 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Yaudahlah aku kan udah minta maaf, ga usah diungkit-ungkit lagi Pukul 19.02 WIBHelenaJ (TERDAKWA): Tapi ini gak cuman sekali kamu kayak gitu, aku udah capek sama kamu Pukul 19.05 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Jadi aku harus gimana? Aku mau kok buktiin cinta aku ke kamu Pukul 19.06 WIBHelenaJ (TERDAKWA): Bener ya, aku pegang kata-kata kamu Pukul 19.09 WIB Bahwa pada Sabtu, 1 Maret 2014 Pukul 13.00 WIB, TERDAKWA mengirimkan pesan melalui media elektronik, aplikasi LINE, kepada KORBAN ADELINA SUWITO, namun KORBAN tidak membalas pesan tersebut. Bahwa berdasarkan alat bukti hasil cetak informasi elektronik panggilan masuktelepon genggam korban pada Pukul 16.00 WIB, TERDAKWA menghubungi KORBAN dan melakukan pembicaraan selama 2 menit 50 detik menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD. Bahwa Pada 1 Maret 2014 Pukul 18.43 WIB, TERDAKWA melakukan pembicaran dengan SAKSI GUNAWAN melalui media elektronik, dengan aplikasi Whatsapp, melalui telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD, yang isinya sebagai berikut:HelenaJ5 (TERDAKWA): Ayy, tadi aku udah hubungin si ade Pukul18.43 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Ohyaa, terus gimana ay?- Pukul 18.47 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Tenaaang, bisa kok ay, tapi dia bilang cuman bisa bentar Pukul 18.47 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Jadinya ketemuan dimana? Pukul 18.47 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Di stasiun gondangdia aja ayyy, nanti sekalian kita nganterin dia les. Kamu jemput aku ya ay,di rumahjam 3 Pukul 18.49 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Ah, kamu berangkat sendiri aja. Aku musti anterin mamaku dulu Pukul 18.50 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Yaudah terserah kamu aja. Pukul 18.51 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Kamu gak marah kan ay? Pukul 18.51 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Gak. Pukul 19. 02 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Serius jangan marah dong ayyyy: Pukul 19.02 WIB Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 17.30 WIB sesuai perjanjian, KORBAN ADELINA SUWITO bertemu dengan TERDAKWA di Stasiun Gondangdia. Bahwa beberapa menit kemudian SAKSI GUNAWAN datang menghampiri TERDAKWA dan KORBAN. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 17.50 WIB, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN mengantar KORBAN ke tempat les Bahasa Jerman Guta Institute di Jalan Sam Ratulangi 9-15, Menteng dengan menggunakan mobil SAKSI GUNAWAN jenis Oddesey berwarna hitam Merk Honda dengan Nomor Polisi B 1478 KMC. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 18.30 WIB sampai di tempat les KORBAN,saat KORBAN hendak turun dari mobil SAKSI GUNAWAN, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN melakukan sandiwara pertengkaran diantara mereka, yang berakhir dengan turunnya TERDAKWA dari mobil SAKSI GUNAWAN. Bahwa kemudian pada pukul 18.40 WIB, TERDAKWA mengirimkan pesan singkat kepada SAKSI GUNAWAN yang berisi : Gimana?Meyakinkan gak marahnya?, yang kemudian dibalas oleh SAKSI GUNAWAN yang berisi : Sip, sesuai rencana kok Bahwa kemudian SAKSI GUNAWAN meminta KORBAN untuk mengejar TERDAKWA dan mengajaknya kembali masuk ke dalam mobil SAKSI GUNAWAN. Bahwa kemudian KORBAN turun dari mobil SAKSI GUNAWAN dan mengejar TERDAKWA. Bahwa kemudianKORBANkembali bersama TERDAKWA ke dalam mobil SAKSI GUNAWAN pada Pukul 18.50 WIB dan duduk bersama-sama di jok belakang. Bahwa kemudian mereka bersama-sama melakukan perjalanan menuju Cawang kemudian menuju Pramuka yang dalam perjalanan menuju Pramuka, TERDAKWA memaksa KORBAN untuk menanggalkan seluruh pakaiannya agar KORBAN tidak kabur, namun KORBAN menolak. Bahwa sekitar Pukul 17.15 WIB di sekitar Jalan Pemuda, Rawamangun, SAKSI GUNAWAN menepikan mobil kemudian berpindah tempat duduk ke bagian jok belakang,kemudian SAKSI GUNAWAN mulai menampar KORBAN sambil membentaknya karena penolakan KORBAN untuk menanggalkan pakaiannya. Bahwa setelah menerima tamparan dan tendangan, KORBAN bersedia membuka pakaiannya sendiri dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Kemayoran. Bahwa berdasarkan alat bukti rekaman video VR13346907 tertanggal 3 Maret 2015, dalam perjalanan menuju ke Kemayoran, TERDAKWA mencaci-maki KORBAN serta melakukan pukulan dan tamparan terhadap KORBAN. Bahwa sekitar Pukul 18.30 WIB, Mobil SAKSI GUNAWAN mogok di kawasan Kemayoran dan pada saat tersebut KORBAN membuka kaca mobil untukberteriak meminta pertolongan yang mendengar hal tersebut, SAKSI GUNAWAN segera kembali ke dalam mobil dan menendang serta membungkam mulut KORBAN. Bahwa TERDAKWA meminta SAKSI GUNAWAN utnuk mengeluarkan stun gun dari dalam tas TERDAKWA dan memberikannya kepada TERDAKWA. Bahwa kemudian TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN menyetrum KORBAN menggunankan stun gun tersebut di bagian pinggang berkali-kali secara bergantian hingga KORBAN tidak lagi mengeluarkan suara dan kemudian KORBAN pingsan. Bahwa berdasarkan alat bukti struk pembelian yang didapat dari dompet TERDAKWA, stun gun yang digunakan tersebut disiapkan dan dibeli oleh TERDAKWA pada Pukul 17.32 WIB tanggal 2 Maret 2014. Bahwa pada saat KORBAN pingsan, SAKSI GUNAWAN membungkam mulut KORBAN dengan tisu dan kertas Koran dengan tujuan agar pada saat sadar KORBAN tidak berteriak kembali. Bahwa setelah mulut KORBAN dibungkam dan perjalanan dilanjutkan, TERDAKA dan SAKSI GUNAWAN tidak lagi mendengar ada suara yang datang dari korban. Bahwa pada 3 Maret 2014 Pukul 21.25 WIB di sekitar Kemayoran, Jakarta Pusat TERDAKWA memeriksa bagian dada KORBAN karena KORBAN tidak kunjung sadarkan diri dan mengetahui KORBAN telah tidak bernyawa. Bahwa berdasarkan Hasil Visum Et Repertum Nomor: 3456-SK.III/2345/2-01 tanggal 6 Maret 2014, KORBAN dinyatakan meninggal dikarenakan mengalami asfiksia mekanik, yaitu penutupan saluran pernafasan bagian atas, yaitu jenis asfiksia yang disebabkan karena blockade jalan nafas oleh benda asing di tenggorokkan(gangging), akibat sumpalan tisu dan koran yang ditemukan di dalam tenggorokan KORBAN, selain itu juga terdapat sejumpah luka lebam di bagian pipi, dada, dan perut korban yang diakibatkan pemukulan, penamparan, dan penendangan serta terdapat luka bekas setrum di bagian pinggang. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 02.00 WIB, mobil SAKSI GUNAWAN kemudian mogok kembali di Kemayoran. Bahwa kemudian SAKSI GUNAWAN menghubungi temannya melalui telepon genggam SAKSI GUNAWAN Iphone 6 dengn nomer eri XRI8989IK, yang seorang montir untuk membantu memperbaiki mobilnya. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 02. 25 WIB, temannya tersebut datang bersama dengan kekasihnya dan membantunya memperbaiki mobil dan meninggalkan SAKSI GUNAWAN dan TERDAKWA setelah mobil tersebut selesai diperbaiki. Bahwa kemudian TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN melanjutkan perjalanan menuju Utan Panjang ITC Cempaka Mas Salemba Bintara. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 21.00 WIB sekitar 2 KM sebelum Pintu keluar Tol Bintara, Bekasi, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN membuang jenazah KORBAN di pinggir Tol Bintara. Bahwa pada tanggal 5 Maret 2014 Pukul 04.00 WIB, Petugas derek tol menemukan jenazah KORBAN.Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 338 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP mengenai pembunuhan.ATAULEBIH SUBSIDERBahwa ia TERDAKWA HELENA JULIANI, bersama-sama dengan SAKSI GUNAWAN pada tanggal 3 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada bulan Maret 2014, bertempat di Kemayoran, Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya dalam wilayah lain di Jakarta Pusat, atau setidak-tidaknya di suatu wilayah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pasal 84 ayat (1) KUHAP Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut, secara sengaja turut serta menganiaya dengan akibat kematian, yang dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: Bahwa pada hari Kamis tanggal 27 Februari 2014 terjadi pertengkaran antara TERDAKWA dengan SAKSI GUNAWAN, yang merupakan kekasih TERDAKWA melalui media elektronik, aplikasi LINE, dengan menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung Galaxy S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSDyang isinya sebagai berikut:HelenaJ (TERDAKWA): Jadi kamu selama ini masih berhubungan sama dia? Kamu ga serius sama aku? Aku ga suka kamu banding-bandingin aku sama Adelina Pukul 19.02 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Yaudahlah aku kan udah minta maaf, ga usah diungkit-ungkit lagi Pukul 19.02 WIBHelenaJ (TERDAKWA): Tapi ini gak cuman sekali kamu kayak gitu, aku udah capek sama kamu Pukul 19.05 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Jadi aku harus gimana? Aku mau kok buktiin cinta aku ke kamu Pukul 19.06 WIBHelenaJ (TERDAKWA): Bener ya, aku pegang kata-kata kamu Pukul 19.09 WIB Bahwa pada Sabtu, 1 Maret 2014 Pukul 13.00 WIB, TERDAKWA mengirimkan pesan melalui media elektronik, aplikasi LINE, kepada KORBAN ADELINA SUWITO, namun KORBAN tidak membalas pesan tersebut. Bahwa berdasarkan alat bukti hasil cetak informasi elektronik panggilan masuktelepon genggam korban pada Pukul 16.00 WIB, TERDAKWA menghubungi KORBAN dan melakukan pembicaraan selama 2 menit 50 detik menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD. Bahwa Pada 1 Maret 2014 Pukul 18.43 WIB, TERDAKWA melakukan pembicaran dengan SAKSI GUNAWAN melalui media elektronik, dengan aplikasi Whatsapp, melalui telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD, yang isinya sebagai berikut:HelenaJ5 (TERDAKWA): Ayy, tadi aku udah hubungin si ade Pukul18.43 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Ohyaa, terus gimana ay?- Pukul 18.47 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Tenaaang, bisa kok ay, tapi dia bilang cuman bisa bentar Pukul 18.47 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Jadinya ketemuan dimana? Pukul 18.47 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Di stasiun gondangdia aja ayyy, nanti sekalian kita nganterin dia les. Kamu jemput aku ya ay,di rumahjam 3 Pukul 18.49 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Ah, kamu berangkat sendiri aja. Aku musti anterin mamaku dulu Pukul 18.50 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Yaudah terserah kamu aja. Pukul 18.51 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Kamu gak marah kan ay? Pukul 18.51 WIBHelenaJ5 (TERDAKWA): Gak. Pukul 19. 02 WIBGunawanS (SAKSI GUNAWAN): Serius jangan marah dong ayyyy: Pukul 19.02 WIB Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 17.30 WIB sesuai perjanjian, KORBAN ADELINA SUWITO bertemu dengan TERDAKWA di Stasiun Gondangdia. Bahwa beberapa menit kemudian SAKSI GUNAWAN datang menghampiri TERDAKWA dan KORBAN. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 17.50 WIB, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN mengantar KORBAN ke tempat les Bahasa Jerman Guta Institute di Jalan Sam Ratulangi 9-15, Menteng dengan menggunakan mobil SAKSI GUNAWAN jenis Oddesey berwarna hitam Merk Honda dengan Nomor Polisi B 1478 KMC. Bahwa pada tanggal 3 Maret 2014 Pukul 18.30 WIB sampai di tempat les KORBAN,saat KORBAN hendak turun dari mobil SAKSI GUNAWAN, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN melakukan sandiwara pertengkaran diantara mereka, yang berakhir dengan turunnya TERDAKWA dari mobil SAKSI GUNAWAN. Bahwa kemudian pada pukul 18.40 WIB, TERDAKWA mengirimkan pesan singkat kepada SAKSI GUNAWAN yang berisi : Gimana?Meyakinkan gak marahnya?, yang kemudian dibalas oleh SAKSI GUNAWAN yang berisi : Sip, sesuai rencana kok Bahwa kemudian SAKSI GUNAWAN meminta KORBAN untuk mengejar TERDAKWA dan mengajaknya kembali masuk ke dalam mobil SAKSI GUNAWAN. Bahwa kemudian KORBAN turun dari mobil SAKSI GUNAWAN dan mengejar TERDAKWA. Bahwa kemudianKORBANkembali bersama TERDAKWA ke dalam mobil SAKSI GUNAWAN pada Pukul 18.50 WIB dan duduk bersama-sama di jok belakang. Bahwa kemudian mereka bersama-sama melakukan perjalanan menuju Cawang kemudian menuju Pramuka yang dalam perjalanan menuju Pramuka, TERDAKWA memaksa KORBAN untuk menanggalkan seluruh pakaiannya agar KORBAN tidak kabur, namun KORBAN menolak. Bahwa sekitar Pukul 17.15 WIB di sekitar Jalan Pemuda, Rawamangun, SAKSI GUNAWAN menepikan mobil kemudian berpindah tempat duduk ke bagian jok belakang,kemudian SAKSI GUNAWAN mulai menampar KORBAN sambil membentaknya karena penolakan KORBAN untuk menanggalkan pakaiannya. Bahwa setelah menerima tamparan dan tendangan, KORBAN bersedia membuka pakaiannya sendiri dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Kemayoran. Bahwa berdasarkan alat bukti rekaman video VR 13346907 tertanggal 3 Maret 2015, dalam perjalanan menuju ke Kemayoran, TERDAKWA mencaci-maki KORBAN serta melakukan pukulan dan tamparan terhadap KORBAN. Bahwa sekitar Pukul 18.30 WIB, Mobil SAKSI GUNAWAN mogok di kawasan Kemayoran dan pada saat tersebut KORBAN membuka kaca mobil untukberteriak meminta pertolongan yang mendengar hal tersebut, SAKSI GUNAWAN segera kembali ke dalam mobil dan menendang serta membungkam mulut KORBAN. Bahwa TERDAKWA meminta SAKSI GUNAWAN utnuk mengeluarkan stun gun dari dalam tas TERDAKWA dan memberikannya kepada TERDAKWA. Bahwa kemudian TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN menyetrum KORBAN menggunankan stun gun tersebut di bagian pinggang berkali-kali secara bergantian hingga KORBAN tidak lagi mengeluarkan suara dan kemudian KORBAN pingsan. Bahwa berdasarkan alat bukti struk pembelian yang didapat dari dompet TERDAKWA, stun gun yang digunakan tersebut disiapkan dan dibeli oleh TERDAKWA pada Pukul 17.32 WIB tanggal 2 Maret 2014. Bahwa pada saat KORBAN pingsan, SAKSI GUNAWAN membungkam mulut KORBAN dengan tisu dan kertas Koran dengan tujuan agar pada saat sadar KORBAN tidak berteriak kembali. Bahwa setelah mulut KORBAN dibungkam dan perjalanan dilanjutkan, TERDAKA dan SAKSI GUNAWAN tidak lagi mendengar ada suara yang datang dari korban. Bahwa pada 3 Maret 2014 Pukul 21.25 WIB di sekitar Kemayoran, Jakarta Pusat TERDAKWA memeriksa bagian dada KORBAN karena KORBAN tidak kunjung sadarkan diri dan mengetahui KORBAN telah tidak bernyawa. Bahwa berdasarkan Hasil Visum Et Repertum Nomor: 3456-SK.III/2345/2-01 tanggal 6 Maret 2014, KORBAN dinyatakan meninggal dikarenakan mengalami asfiksia mekanik, yaitu penutupan saluran pernafasan bagian atas, yaitu jenis asfiksia yang disebabkan karena blockade jalan nafas oleh benda asing di tenggorokkan(gangging), akibat sumpalan tisu dan koran yang ditemukan di dalam tenggorokan KORBAN, selain itu juga terdapat sejumpah luka lebam di bagian pipi, dada, dan perut korban yang diakibatkan pemukulan, penamparan, dan penendangan serta terdapat luka bekas setrum di bagian pinggang. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 02.00 WIB, mobil SAKSI GUNAWAN kemudian mogok kembali di Kemayoran. Bahwa kemudian SAKSI GUNAWAN menghubungi temannya melalui telepon genggam SAKSI GUNAWAN Iphone 6 dengn nomer eri XRI8989IK, yang seorang montir untuk membantu memperbaiki mobilnya. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 02. 25 WIB, temannya tersebut datang bersama dengan kekasihnya dan membantunya memperbaiki mobil dan meninggalkan SAKSI GUNAWAN dan TERDAKWA setelah mobil tersebut selesai diperbaiki. Bahwa kemudian TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN melanjutkan perjalanan menuju Utan Panjang ITC Cempaka Mas Salemba Bintara. Bahwa pada tanggal 4 Maret 2014 Pukul 21.00 WIB sekitar 2 KM sebelum Pintu keluar Tol Bintara, Bekasi, TERDAKWA dan SAKSI GUNAWAN membuang jenazah KORBAN di pinggir Tol Bintara. Bahwa pada tanggal 5 Maret 2014 Pukul 04.00 WIB, Petugas derek tol menemukan jenazah KORBAN.Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 353 ayat (3) KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP mengenai penganiayaan yang menyebabkan kematian.

BAGIAN IIIFAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim Yang Terhormat,Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Dalam pandangan kami selaku penasihat hukum para terdakwa, maka hasil-hasil pemeriksaan persidangan telah menunjukkan fakta-fakta sebagai berikut:Keterangan Saksi-Saksi:Saksi Taufiq GunawanSaksi Taufiq Gunawan, dibawah sumpah didepan persidangan pada pokoknya menerangkan: Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa Helena dan tidak ada hubungan darah dengan Terdakwa. Bahwa Saksi mengakui bahwa ia bersama dengan Terdakwa Helena dan Korban Adelina bertemu di Stasiun Gondangdia untuk mengantarkan Korban Adelina ke tempat les Korban Adelina di kawasan Menteng. Bahwa Saksi bersama-sama dengan Terdakwa Helena berpura-pura bertengkar di tempat parkir les Korban Adelina supaya Korban Adelina tetap di mobil bersama dengan Saksi dan Terdakwa Helena. Bahwa Saksi mengakui telah terjadi tindak kekerasan pemukulan terhadap Korban Adelina yang dilakukan oleh dirinya dan Terdakwa Helena. Bahwa Saksi mengatakan bahwa pemukulan tersebut dilakukan karena pada saat di mobil, Terdakwa Helena marah terhadap Korban Adelina karena hubungan antara Saksi dan Korban Adelina. Bahwa Saksi mengatakan agar Korban Adelina tetap berada di mobil, Terdakwa Helena memaksa Korban Adelina untuk melepas pakaiannya, tapi Korban Adelina tidak mau dan Terdakwa Helena memaksa agar Saksi dapat memaksa Korban Adelina untuk melepas pakaiannya. Bahwa Saksi mengatakan bahwa Saksi memaksa Korban Adelina namun Saksi mendapat penolakan dan atas paksaan dari Helena, Saksi menendang Korban. Bahwa Saksi mengatakan bahwa setelah Korban Adelina menanggalkan pakaiannya, Terdakwa Helena yang berada di samping Korban Adelina melakukan pemukulan dan penamparan terhadap Korban Adelina yang diketahui Saksi melalui spion tengah mobil. Bahwa Saksi mengatakan bahwa ketika mobil mogok, Korban Adelina mengeluarkan kepalanya melalui jendela mobil dan berteriak minta tolong kemudian Terdakwa Helena menutup mulut Korban Adelina dengan tangannya tetapi mendapat perlawanan dari Korban Adelina. Bahwa Saksi mengatakan karena Terdakwa Helena tidak dapat membuat Korban Adelina diam, Saksi membungkam mulut Korban Adelina dengan tisu dan kertas koran tetapi Korban Adelina tetap memberontak. Bahwa Saksi mengatakan karena Korban Adelina tetap memberontak, Terdakwa Helena menyuruh Saksi untuk mengambil stun gun yang ada didalam tas Terdakwa Helena untuk membuat Korban Adelina lemas dan dapat dibungkam dengan tisu dan kertas koran tersebut. Bahwa Saksi mengatakan pada malam hari ketika Korban Adelina dicek, ternyata Korban Adelina sudah tidak bernyawa, karena panik akhirnya Saksi bersama dengan Terdakwa Helena membuang mayat Korban Adelina di pinggiran Tol Bintara. Saksi Taufiq Gunawan adalah pelaku yang sama, yang juga merupakan Terdakwa dalam perkara ini, namun dalam persidangan yang lain. jika ia dihadirkan dalam persidangan ini, maka ia akan disumpah dan dipaksa untuk memberikan keterangan yang akan memberatkan dirinya sendiri, hal ini bertentangan dengan asas non self incrimination, sehingga kehadiran saksi ini adalah melawan hukum, sesuai dengan exclutionary rules, alat bukti yang didapatkan secara melawan hukum tidak dapat dihadirkan dalam persidangan.

Saksi Sasha FierceSaksi Sasha Fierce, dibawah sumpah didepan persidangan pada pokoknya menerangkan: Bahwa Saksi tidak mengenali Terdakwa Helena dan mengetahui Terdakwa Helena baru pada saat pemberian keterangan saksi di dalam persidangan atas nama Terdakwa. Bahwa Saksi kennal dengan Korban Adelina dan tidak memiliki hubungan darah dengan Korban. Bahwa Saksi mengatakan melihat Terdakwa Helena turun dari mobil kemudian disusul oleh Korban Adelina. Bahwa Saksi melihat Korban berusaha untuk menenangkan Terdakwa Helena dan Korban Adelina berusaha menenangkan Korban Adelina. Bahwa Saksi mendengar Terdakwa Helena membentak Korban Adelina jika Terdakwa Helena tidak akan masuk ke dalam mobil jika Korban Adelina tidak ikut masuk ke dalam mobil. Bahwa Saksi mengatakan Korban Adelina masuk ke dalam mobil tanpa adanya paksaan. Bahwa Saksi membenarkan barang bukti pakaian dan aksesoris yang digunakan Korban pada hari saat kejadian. Bahwa Saksi mengatakan Saksi berusaha menghubungi Korban dan tersambung. Bahwa saksi mengatakan korban tidak mengatakan apa-apa ketika ditelepon, saksi hanya mendengar suara dari perempuan yang tidak dikenalnya yang menyuruh Korban Adelina untuk mematikan telepon. Bahwa saksi mengatakan tidak melihat Terdakwa Helena memukul Korban Adelina. Bahwa Saksi mengatakan Korban Adelina pernah bercerita pada Saksi bahwa Korban Adelina diganggu oleh seorang perempuan yang bernama Helena yang sering menanyakan hubungan Korban dengan Saksi Gunawan yang sudah berakhir.Berdasarkan fakta dalam persidangan, diketahui bahwa Saksi Sasha Fierce tidak melihat, mengalami maupun mendengar kejadian dalam pokok perkara. Dalam keterangan Saksi Sasha Fierce, tidak ada satupun pernyataannya yang masuk ke dalam kualifikasi kejadian yang terjadi dalam pokok perkara, sehingga Saksi Sasha Fierce adalah tidak relevan.

Keterangan Ahli Alifa Dewi S.Sos., M.Crim.Pada intinya, Alifa Dewi S.Sos., M.Crim dibawah sumpah didepan persidangan menyatakan dalam keterangannya : Bahwa setiap manusia sejatinya memiliki karakter dasar Animali dimana jika seseorang diserang, adalah hal yang manusiawi jika seseorang melakukan perlawanan atau menyerang balik. Bahwa tindakan menyerang balik yang merupakan bentuk dari pembelaan diri atau self defense terjadi karena ada pancingan dari pihak lawan. Bahwa adanya kejahatan di dalam masyarakat menimbulkan gejala Fear of Crime. Fear of Crime merupakan kondisi ketakutan dari anggota masyarakat yang potensial menjadi korban kejahatan atau merasa dirinya rentan dalam hal dikenai ancaman kejahatan atau kejahatan. Bahwa berdasarkan pernyataan Ahli tersebut, membawa alat perlindungan diri seperti stun gun, knuckle maupun pepper spray dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyimpannya didalam tas, adalah hal yang wajar. Bahwa berdasarkan keterangan Ahli, adalah memungkinkan jika seorang wanita merasa ketakutan karena intimidasi pasangannya. Dalam suatu hubungan, dominasi pihak laki-laki yang berlebih dapat menimbulkan rasa takut pada pasangannya. Bahwa atas dasar perasaan terintimidasi, seseorang dapat melakukan sesuatu meskipun suatu hal tersebut tidak dikehendaki pihak yang terintimidasi. Atas keterangan ahli inilah, kami menarik kesimpulan bahwa membawa stun gun dan melakukan perlawanan serta melakukan suatu hal atas dasar intimidasi adalah hal yang wajar sehingga unsur rencana tidak terbukti.

Saksi JehaSaksi Jeha, di bawah sumpah di depan persidangan pada pokoknya menerangkan:-Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa Helena dan tidak ada hubungan darah dengan Terdakwa Helena.-Bahwa hubungan Saksi dengan Terdakwa Helena adalah teman baik, keduanya telah berteman sejak duduk di bangku SMP.-Bahwa selama Saksi berteman dengan Terdakwa Helena, Terdakwa Helena menunjukkan perilaku baik, supel, dan ramah terhadap semua orang, serta tidak pernah melakukan kekerasan dalam bentuk fisik di hadapan Saksi maupun terhadap Saksi.-Bahwa Saksi mengenal Saksi Gunawan sebagai kekasih Terdakwa Helena yang kasar dan suka membentak.-Bahwa Saksi beberapa kali mengetahui dan melihat Saksi Gunawan melakukan kekerasan terhadap Terdakwa Helena, di antaranya Saksi pernah mencoba untuk menghentikan Gunawan yang ingin menampar Terdakwa Helena. -Bahwa menghadapi kekerasan yang dilakukan oleh Gunawan, Terdakwa Helena biasanya diam dan menangis sambil memohon maaf kepada Saksi Gunawan.-Bahwa Saksi dan Terdakwa Helena biasa membawa stun gun sehari-hari untuk keperluan membela diri dari kejahatan yang dapat terjadi di jalanan.Bahwa berdasarkan keterangan Saksi, Terdakwa tidak pernah melakukan kekerasan terhadap Saksi maupun terhadap orang lain. Melainkan, Terdakwa Helena kerap kali mendapat perilaku kekerasan dari Saksi Gunawan. Mengingat Saksi merupakan orang yang cukup dekat dengan Terdakwa Helena dan meluangkan cukup banyak waktu bersama Terdakwa Helena, maka keterangan Saksi Jeha kami masukkan ke dalam perhitungan kami. Melihat dari keterangan yang diberikan Saksi Jeha, kami berkesimpulan bahwa tindak pidana yang dituduhkan kepada Terdakwa Helena adalah hasil dari ketakutan Terdakwa Helena terhadap Saksi Gunawan. Pasal 48 KUHP menyatakan bahwa:Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana. Terhadap orang yang melakukan tindak pidana karena di bawah paksaan kepadanya tidak dapat dijatuhkan pidana. Berdasarkan Teori Feminisme, adalah mungkin jika seorang wanita melakukan tindakan diluar kehendaknya karena tekanan dari pasangannya. Perasaan terintimidasi dan ketakutan akan dominasi pria dalam suatu hubungan, dapat dikualifikasikan sebagai bentuk dari paksaan.Dengan demikian menurut pendapat kami, unsur kesengajaan Terdakwa ataupun unsur dengan rencana terlebih dahulu tidak terpenuhi.

Saksi Zayn Castor MalikSaksi Zayn Castor Malik, di bawah sumpah di depan persidangan pada pokoknya menerangkan:-Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa Helena tidak ada hubungan darah dengan Terdakwa-Bahwa Saksi sebelumnya pernah di periksa di tahap penyidikan.-Bahwa Saksi bertemu dengan Terdakwa Helena pada hari kejadian.-Bahwa Saksi pada sekitar pukul 01.00 02.00 WIB dini hari ditelepon oleh Saksi Gunawan, yang meminta tolong Saksi untuk membetulkan mobilnya yang mogok di daerah Kemayotan. Saksi Gunawan juga meminta agar Saksi datang secepat mungkin karena Saksi Gunawan terburu-buru, namun tidak menyebutkan alasannya.-Bahwa Saksi kemudian berkendara untuk menemui Saksi Gunawan di daerah Kemayoran.-Bahwa ketika Saksi sampai di tempat, benar bahwa mobil Saksi Gunawan mogok sehingga Saksi pun membetulkannya dan hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.-Bahwa ketika Saksi berbicara dengan Saksi Gunawan, Saksi Gunawan mengatakan bahwa ia membawa mayat, namun Saksi menganggap hal tersebut hanya bercandaan karena Saksi Gunawan pernah bercanda mengenai hal yang serupa di waktu yang lain. Saksi hanya melihat sekilas di kursi belakang mobil ada dua orang, yaitu Terdakwa dan satu sosok perempuan lain yang tidak dikenal Saksi yang posisinya seperti sedang tertidur.-Bahwa perilaku atau gerak-gerik Saksi Gunawan pada saat tersebut dirasa Saksi agak aneh, di antaranya Saksi Gunawan melarang Saksi untuk masuk ke dalam mobil dan tidak menjawab ketika ditanya oleh Saksi hendak ke mana dan mengapa terburu-buru.-Bahwa selama pertemuan Saksi dengan Terdakwa Helena dan Saksi Gunawan, tidak melihat Terdakwa Helena melakukan kekerasan terhadap Korban Adelina.-Bahwa di persidangan, Saksi ditunjukkan baju, tas, dan aksesoris yang dikenakan Korban Adelina pada hari kejadian dan Saksi membenarkan bahwa baju, tas, dan aksesoris tersebut adalah yang dipakai Korban Adelina pada hari kejadian.-Bahwa di persidangan, Saksi ditunjukkan foto wajah Korban Adelina dan Saksi membenarkan bahwa itu merupakan wajah perempuan yang dilihatnya sedang duduk bersama Terdakwa Helena di dalam mobil Saksi Gunawan pada hari kejadian saat Saksi membetulkan mobil Saksi Gunawan.Bahwa keterangan Saksi di atas hanya menerangkan bahwa benar Korban berada bersama Terdakwa pada waktu sekiranya pukul 02.00 WIB di lokasi, namun hal ini tidak dapat membuktikan bahwa Korban pada saat tersebut sudah tewas. Saksi juga tidak melihat Terdakwa melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun terhadap Korban, sehingga keterangan Saksi Montir tidak dapat membuktikan tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa maupun unsur-unsur dari tindak pidana tersebut.

Terdakwa Helena JulianiTerdakwa Helena Juliani, didepan persidangan pada pokoknya menerangkan: Bahwa pada hari Senin, 3 Maret 2014 Terdakwa Helena dan Korban Adelina berencana untuk membicarakan permasalahan yang terjadi diantara mereka. Bahwa sebelumnya antara Terdakwa Helena, Korban Adelina dan Saksi Gunawan sempat terjadi perselisihan paham. Bahwa pada saat Terdakwa Helena dan Korban Adelina berbincang, Korban Adelina mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaan Terdakwa Helena. Bahwa setelah Saksi Gunawan mendengar kalimat yang diucapkan Korban Adelina, Saudara Gunawan marah dan memukul serta menendang Korban Adelina sampai Korban Adelina tak sadarkan diri. Bahwa Saksi Gunawan yang menyuruh Korban Adelina untuk menanggalkan pakaiannya. Bahwa Terdakwa Helena tidak dapat mencegah Saksi Gunawan melakukan perbuatan tersebut karena waktu itu emosi Saksi Gunawan sedang sangat tinggi. Bahwa selama ini apabila emosi Saksi Gunawan sedang naik dia tidak akan mendengarkan perkataan orang disekitarnya termasuk Terdakwa Helena. Bahwa pada saat kejadian Terdakwa Helena tidak berani untuk memakaikan kembali pakaian kepada Korban Adelina karena Terdakwa Helena takut dengan Saksi Gunawan yang sedang marah. Bahwa sehari sebelum kejadian Terdakwa Helena membeli stun gun. Bahwa sebelum kejadian, Terdakwa Helena sehari-hari telah memiliki stun gun. Bahwa Terdakwa Helena melakukan tamparan dan pukulan kepada Korban Adelina tidak atas kehendak Terdakwa Helena sendiri, melainkan diminta oleh Saksi Gunawan. Bahwa Terdakwa Helena memukul Korban Adelina karena sebelumnya Korban Adelina juga menggigit Terdakwa Helena terlebih dahulu sehingga Terdakwa Helena reflek memukul Korban Adelina. Bahwa Saksi Gunawan memaksa dan mengancam Terdakwa Helena dengan stun gun agar Terdakwa Helena membuka dan menahan mulut Korban Adelina dengan tangan agar Saksi Gunawan dapat memasukkan tisu dalam mulut Korban Adelina. Bahwa Terdakwa Helena tidak pernah merencanakan pembunuhan terhadap Korban Adelina Bahwa Terdakwa Helena tidak pernah menyepakati untuk bekerjasama membunuh atau menganiaya Korban AdelinaBahwa berdasarkan keterangan Terdakwa Helena, Terdakwa Helena tidak pernah merencanakan maupun menyepakati untuk bekerja sama untuk membunuh Adelina Suwito. Terdakwa Helena juga tidak menghendaki sendiri dalam memukul Adelina Suwito, melainkan dibawah penguasaan Saksi Gunawan.Dengan demikian menurut pendapat kami, unsur kesengajaan Terdakwa, unsur dengan rencana terlebih dahulu serta unsur Menghilangkan Nyawa Orang lain tidak terpenuhi.BAGIAN IVTUNTUTAN PENUNTUT UMUM

Majelis Hakim Yang Terhormat, Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Bahwa dalam surat tuntutan pidana Penuntut Umum NO. REG.PERKARA: 132/PDM/V/2014/PN.JKT PST yang telah dibacakan oleh Penuntut Umum pada persidangan tanggal xx zzzzz xxxx, telah menuntut terdakwa sebagai berikut :

1. Menyatakan TERDAKWA HELENA JULIANI telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana secara sengaja dan dengan rencana turut serta merampas nyawa orang lain, sesuai dengan dakwaan Kesatu dari Jaksa Penuntut Umum. 2. Menyatakan terdakwa HELENA JULIANI telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana secara sengaja merampas nyawa orang lain, sesuai dengan dakwaan Kedua dari Jaksa Penuntut Umum.3. Menyatakan TERDAKWA HELENA JULIANI telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum melakukan tindak pidana secara sengaja turut serta menganiaya dengan akibat kematian, sesuai dengan dakwaan Ketiga dari Jaksa Penuntut Umum.4. Menjatuhkan pidana penjara seumur hidup kepada TERDAKWA.5. Memerintahkan TERDAKWA untuk tetap ditahan.6. Menyatakan alat bukti surat dan barang bukti yang berupa: Alat Bukti Surat Berita Acara Pemotretan barang-barang bukti yang berupa: 1 (satu) buah Stun Gun 1 (satu) lembar tisu 1 (satu) lembar kertas koran 1 (satu) buah selimut 1 (satu) buah Baju Kemeja Kotak-Kotak Putih Hitam Merek Connection dengan kancing emas 1 (satu) buah celana jeans Jeans biru donker dengan merek head hand heart 1 (satu) pasang pakaian dalam berenda berwarna pink dan ungu 1 (satu) buah jam tangan berwarna emas 1 (satu) buah gelang emas dengan hiasan mutiara 1 (satu) pasang sepatu berwarna hitam 1 (satu) buah kalung rosario 1 (satu) buah tas berwarna hitam dengan tali berwarna cokelat 1 (satu) buah buku tulis 1 (satu) buah buku bahasa Jerman 1 (satu) buah 1 (satu) buah Telepon genggam bermerek Samsung Ace 2 dengan nomor seri R21D146Q0LJ 1 (satu) buah dompet yang berisi Kartu Tanda Penduduk Nomor 01679765443368363 atas nama Adelina Suwito uang sebesar Rp. 200.000,00 , Kartu ATM CMBNAGA dengan Nomor 21042011150311123104 dan Kartu ATM SENDIRI 21042011150311123104 atas nama Adelina Suwito. 1 (satu) buah tas make up berwarna biru motif bunga-bunga kecil berisi bedak, lipstick dan mascara.1. Hasil Cetak Informasi Elektronik aplikasi Line tertanggal 27 Februari 2014 terjadi dengan menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung Galaxy S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSDyang isinya sebagai berikut, yang berisi:TERDAKWA:Jadi kamu selama ini masih berhubungan sama dia?Kamu ga serius sama aku? Aku ga suka kamu banding-bandingin aku sama Adelina Pukul 19.02 WIBSAKSI GUNAWAN: Yaudahlah aku kan udah minta maaf, ga usah diungkit-ungkit lagi Pukul 19.02 WIBTERDAKWA: Tapi ini gak cuman sekali kamu kayak gitu, aku udah capek sama kamu Pukul 19.05 WIBSAKSI GUNAWAN: Jadi aku harus gimana? Aku mau kok buktiin cinta aku ke kamu Pukul 19.06 WIBTERDAKWA: Bener ya, aku pegang kata-kata kamu Pukul 19.09 WIB 1. Hasil cetak informasi elektronik panggilan masuktelepon genggam KORBAN pada Pukul 16.00 WIB, TERDAKWA menghubungi KORBAN dan melakukan pembicaraan selama 2 menit 50 detik menggunakan telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD.1. Hasil cetak informasi aplikasi Whatsapp, melalui telepon genggam TERDAKWA jenis Samsung S4 berwarna putih dengan nomor seri RF1DC37XYSD, yang isinya sebagai berikut:TERDAKWA: Ayy, tadi aku udah hubungin si ade Pukul18.43 WIBSAKSI GUNAWAN: Ohyaa, terus gimana ay?- Pukul 18.47 WIBTERDAKWA: Tenaaang, bisa kok ay, tapi dia bilang cuman bisa bentar Pukul 18.47 WIB SAKSI GUNAWAN: Jadinya ketemuan dimana? Pukul 18.47 WIB TERDAKWA: Di stasiun gondangdia aja ayyy, nanti sekalian kita nganterin dia les. Kamu jemput aku ya ay,di rumahjam 3 Pukul 18.49 WIB SAKSI GUNAWAN: Ah, kamu berangkat sendiri aja. Aku musti anterin mamaku dulu Pukul 18.50 WIB TERDAKWA: Yaudah terserah kamu aja. Pukul 18.51 WIB SAKSI GUNAWAN: Kamu gak marah kan ay? Pukul 18.51 WIB TERDAKWA: Gak. Pukul 19. 02 WIB SAKSI GUNAWAN: Serius jangan marah dong ayyyy: Pukul 19.02 WIB Hasil cetak elektronik pesan singkat (SMS) tertanggal 3 Maret 2014 Pukul 18.40 WIB, SAKSI GUNAWAN dan TERDAKWA melakukan sandiwara pertengkaran agar KORBAN tidak mengikuti les pada hari itu dan ikut pergi dengan SAKSI GUNAWAN dan TERDAKWA yang isinya adalah sebagai berikut:TERDAKWA:Gimana?Meyakinkan gak marahnya? Pukul 18.40SAKSI GUNAWAN : Sip, sesuai rencana kok Pukul 18.40 Hasil print struk Pembelian Stun Gun dan Baterai pada Tanggal 2 Maret 2014 di Toko Wendysarmy. Hasil Visum Et Repertum Nomor: 3456-SK.III/2345/2-01 tertanggal 6 Maret 2014, KORBAN yang dibuat oleh Valeryan Natasha yang menyatakan korban meninggal dikarenakan mengalami asfiksia mekanik, yaitu penutupan saluran pernafasan bagian atas, yaitu jenis asfiksia yang disebabkan karena blockade jalan nafas oleh benda asing di tenggorokkan (gagging), akibat sumpalan tisu dan koran yang ditemukan di dalam tenggorokan KORBAN, selain itu juga terdapat sejumpah luka lebam di bagian pipi, dada, dan perut KORBAN yang diakibatkan pemukulan, penamparan, dan penendangan serta terdapat luka bekas setrum di bagian pinggangAlat bukti elektronik:1. Rekaman video kamera pengawas (CCTV) yang diambil dari sebuah kamera CCTV bermerk AVTech tipe KPC132 V1.1 Effective Pixels: 512(H) x 582(V) dari tol bintara;1. Rekaman video kamera telepon genggam yang diambil dari sebuah kamera 1 (satu) buah Telepon genggam bermerek Samsung Ace 2 dengan nomor seri R21D146Q0LJ di mobil SAUDARA SAKSI yaitu jenis Rush berwarna hitam Merk Toyota dengan Nomor Polisi B 1990 YH. Barang bukti: 1 (satu) buah Stun Gun 1 (satu) lembar tisu 1 (satu) lembar kertas koran 1 (satu) buah selimut 1 (satu) buah Baju Kemeja Kotak-Kotak Putih Hitam Merek Connection dengan kancing emas 1 (satu) buah celana jeans Jeans biru donker dengan merek head hand heart 1 (satu) pasang pakaian dalam berenda berwarna pink dan ungu 1 (satu) buah jam tangan berwarna emas 1 (satu) buah gelang emas dengan hiasan mutiara 1 (satu) pasang sepatu berwarna hitam 1 (satu) buah kalung rosario 1 (satu) buah tas berwarna hitam dengan tali berwarna cokelat 1 (satu) buah buku tulis 1 (satu) buah buku bahasa Jerman 1 (satu) buah 1 (satu) buah Telepon genggam bermerek Samsung Ace 2 dengan nomor seri R21D146Q0LJ 1 (satu) buah dompet yang berisi Kartu Tanda Penduduk Nomor 01679765443368363 atas nama Adelina Suwito, uang sebesar Rp. 200.000,00 , Kartu ATM CMBNAGA dengan Nomor 21042011150311123104 dan Kartu ATM SENDIRI 21042011150311123104 atas nama Adelina Suwito. 1 (satu) buah tas make up berwarna biru motif bunga-bunga kecil berisi bedak, lipstick dan mascara.

7. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara kepada Negara.

BAGIAN VANALISIS YURIDIS

Majelis Hakim Yang Terhormat, Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Melalui Nota Pembelaan ini diharapkan Majelis Hukum Yang Mulia dapat memeriksa dan memutus perkara ini dengan bijaksana, penuh kearifan, serta senantiasa berkiblat pada rasa keadilan, hati nurani kemanusiaan dan tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, sekiranya Yang Mulia Majelis Hakim berkenan untuk memberikan putusan terhadap diri terdakwa sebuah putusan yang adil, arif dan bijaksana yang semata-mata berdasarkan kepada keadilan yang hakiki.Sekiranya tidak berlebihan apabila pada persidangan yang mulia dan terhormat ini, kita semua yang terlibat di dalamnya selaku aparatur penegak hukum selalu menjunjung tinggi keadilan fiat justitia ruat coelum (tegakan keadilan meskipun langit akan runtuh):Bahwa Terdakwa HELENA JULIANI diajukan ke persidangan ini karena didakwa Rekan Jaksa Penuntut Umum melakukan Tindak Pidana sebagaimana diatur dan diancam pada ketentuan yang terdapat pada :DAKWAAN PRIMER:Dalam dakwaan ini TERDAKWA melanggar pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang unsur-unsur tindak pidananya adalah sebagai berikut:a. Barangsiapab. Dengan Sengaja dan c. Dengan Rencana Lebih Dahulud. Merampas Nyawa Orang Lain

ad.a Unsur Barang SiapaAdalah setiap orang sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban yang mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya, dan tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada dirinya.Mengenai dasar-dasar yang meniadakan hukuman, Drs. P. A. F. Lamintang, S. H. dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Hukuman Pidana Indonesia; penerbit P. T. Citra Aditya Bakti, Bandung; cetakan ketiga tahun 1997; pada halaman 388 menyatakan:

Dasar-dasar yang meniadakan hukuman atau strafuitsluitingsgronden itu antara lain dapat kita jumpai dalam buku ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu:a. Di dalam Bab III: Pasal 44 KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang ontoerekeningsvatbaar atau orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya;b. Di dalam Bab III: Pasal 48 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang berada di dalam suatu overmacht;c. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (1) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang melakukan suatu noodweer;d. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (2) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan yang pada hakikatnya merupakan suatu noodweerexces;e. Di dalam Bab III: Pasal 50 KUHP tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu perbuatan untuk melaksanakan sesuatu perbuatan perundang-undangan;f. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (1) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambtelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang berwenang untuk memberikan perintah semacam itu;g. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (2) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang tidak berwenang untuk memberikan perintah semacam itu, asalkan perintah tersebut oleh orang yang mendapat perintah dengan itikad baik telah dianggap sebagai suatu perintah yang telah diberikan oleh kekuasaan yang memang berwenang untuk memberikan perintah seperti itu dan pelaksanaan dari perintah tersebut memang terletak di dalam lingkungan pekerjaannya;h. Di dalam Bab V: Pasal 59 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya pengurus atau komisaris-komisaris karena pelanggaran yaitu apabila pelanggaran tersebut telah terjadi di luar pengetahuan mereka.

Jan Remmelink dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia; P. T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Tahun 2003; pada halaman 213 mengutip pendapat dari Prof. Van Hamel yang mengatakan bahwa:Kemampuan untuk bertanggung jawab secara hukum adalah suatu kondisi kematangan dan kenormalan psikis yang mencakup tiga kemampuan lainnya, yakni:1. Memahami arah-tujuan faktual dari tindakan sendiri;2. Kesadaran bahwa tindakan tersebut secara sosial dilarang;3. Adanya kehendak bebas berkenaan dengan tindakan tersebut.

Memmorie van Toelichting menyatakan bahwa tidak ada pertanggungjawaban pidana kecuali bila tindak pidana tersebut dapat diperhitungkan pada pelaku dan tidak ada perhitungan demikian bila tidak ditemukan adanya kebebasan pelaku untuk bertindak, kebebasan memilih untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang dilarang atau justru diwajibkan oleh undang-undang, sehingga pelaku tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dilarang dan tidak mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya tersebut.Bahwa dalam perkara ini subjek hukum yang dihadapkan sebagai TERDAKWA di dalam persidangan adalah Helena dengan identitas lengkap sebagaimana yang telah disebutkan dan telah dibenarkan oleh Helena di awal persidangan, serta telah menyatakan bahwa dirinya dalam keadaan sehat baik secara jasmani maupun rohani.Bahwa Helena dalam melakukan tindak pidana yang Jaksa Penuntut Umum dakwakan tidak memiliki kualifikasi sebagai subjek hukum yang tidak mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya serta tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada Helena.Bahwa dengan TERDAKWA telah mengakui identitasnya dan tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa terdapat alasan pemaaf atau pembenar dalam diri Helena, maka dengan ini Helena mampu untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanya.Dengan demikian, maka unsur Barang siapa terpenuhi.ad.b Unsur Dengan Sengaja dan Direncanakan Terlebih DahuluBahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan definisi tentang apa yang maksud "dengan sengaja" namun DaIam MvT "sengaja" berarti "Willens en weten" (menghendaki dan mengetahui), yang berarti bahwa sipembuat menghendaki apa yang dilakukannya dan harus mengetahui apa yang dikehendakinya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus menghendaki atau menginsyafi tindakan tersebut atau akibatnya.Kemudian para pakar hukum pidana membagi tingkat sengaja, yaitu:1. Sengaja sebagai niat (Opzet als oormeerk), yakni bila orang sengaja melakukan suatu tindak pidana dengan maksud untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya;2. Sengaja dengan kesadaran Pasti terjadi (Opzet bij zekerheids bewijzijn), yaitu bila orang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sedang ia menyadari bahwa suatu hal lain yang tidak dimaksudkan sebagai tujuan pasti akan terjadi; 3. Sengaja dengan insyaf akan kemungkinan (Dolus eventuQlis), yaitubila orang melakukan suatu perbuatan, sedang ia mengetahui bahwa mungkin perbuatan yang dilakukannya itu akan menimbulkan akibat lain yang tidak dimaksudkan. Bahwa kesengajaan yang dimaksudkan dalam pasal 340 KUHP adalah bentuk kesengajaan yang dilakukan dengan direncanakan lebih dahulu. Oleh karena itu kesengajaan dalam pasal ini masuk dalam kualifikasi Sengaja sebagai niat (Opzet Qls oormeerk. Hal ini mengandung pengertian bahwa kematian korban ADELINA SUWITO memang dikehendaki sebagai niat untuk mencapai tujuan dimaksud. Sedangkan, dalam persidangan, tidak ada satupun fakta yang menerangkan tentang adanya kesengajaan ini.Berdasarkan pendapat Ahli Alifa Dewi S.Sos., M.Crim., pada dasarnya setiap manusia memiliki karaktertik dasar Animali. Ketika seseorang diserang, adalah hal yang wajar jika pihak yang diserang melakukan perlawanan balik, atau yang lebih dikenal dengan terminologi self defense. Dalam ilmu kriminologi, dikenal kategori korban berupa provocative victim, yaitu korban yang terprovokasi karena tindakan yang dilakukan oleh pihak lawan. Jadi adalah hal yang wajar jika seseorang melakukan perlawanan karena terprovokasi atau karena diserang terlebih dahulu.Membawa peralatan untuk perlindungan diri berupa stun gun berdasarkan teori fear of crime yang dikemukakan Ahli Alifa Dewi S.Sos., M.Crim. adalah hal yang wajar. Tindakan pencegahan berupa membawa peralatan untuk perlindungan diri berupa stun gun, pepper spray dan peralatan lainnya terutama untuk perempuan adalah hal yang normal. Terlebih lagi jika memperhatikan fenomena di tengah masyarakat dimana tingkat kriminalitas begitu tinggi.TERDAKWA Helena Juliani tidak memiliki kehendak dan keinsyafan untuk menyetrum dan memukul untuk membunuh ADELINA SUWITO.Dengan demikian, maka unsur Dengan Sengaja dan Direncanakan Terlebih Dahulu tidak terpenuhi. Dengan tidak terpenuhinya unsur Dengan Sengaja dan Direncanakan Terlebih Dahulu, maka Penasehat Hukum Terdakwa tidak perlu membuktian unsur dakwaan primer selanjutnya karena dakwaan tidak dapat dibuktikan.DAKWAAN SUBSIDERDalam dakwaan ini TERDAKWA melanggar pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang unsur-unsur tindak pidananya adalah sebagai berikut:a. Barangsiapab. Dengan Sengaja dan c. Merampas Nyawa Orang Lain ad.a Unsur Barang SiapaAdalah setiap orang sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban yang mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya, dan tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada dirinya.Mengenai dasar-dasar yang meniadakan hukuman, Drs. P. A. F. Lamintang, S. H. dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Hukuman Pidana Indonesia; penerbit P. T. Citra Aditya Bakti, Bandung; cetakan ketiga tahun 1997; pada halaman 388 menyatakan:

Dasar-dasar yang meniadakan hukuman atau strafuitsluitingsgronden itu antara lain dapat kita jumpai dalam buku ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu:i. Di dalam Bab III: Pasal 44 KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang ontoerekeningsvatbaar atau orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya;j. Di dalam Bab III: Pasal 48 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang berada di dalam suatu overmacht;k. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (1) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang melakukan suatu noodweer;l. Di dalam Bab III: Pasal 49 ayat (2) KUHP yang mengatur tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan yang pada hakikatnya merupakan suatu noodweerexces;m. Di dalam Bab III: Pasal 50 KUHP tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu perbuatan untuk melaksanakan sesuatu perbuatan perundang-undangan;n. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (1) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambtelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang berwenang untuk memberikan perintah semacam itu;o. Di dalam Bab III: Pasal 51 ayat (2) KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya orang yang telah melakukan sesuatu tindakan untuk melaksanakan suatu ambelijk bevel atau suatu perintah jabatan yang telah diberikan oleh kekuasaan yang tidak berwenang untuk memberikan perintah semacam itu, asalkan perintah tersebut oleh orang yang mendapat perintah dengan itikad baik telah dianggap sebagai suatu perintah yang telah diberikan oleh kekuasaan yang memang berwenang untuk memberikan perintah seperti itu dan pelaksanaan dari perintah tersebut memang terletak di dalam lingkungan pekerjaannya;p. Di dalam Bab V: Pasal 59 KUHP yang menentukan tentang tidak dapat dihukumnya pengurus atau komisaris-komisaris karena pelanggaran yaitu apabila pelanggaran tersebut telah terjadi di luar pengetahuan mereka.

Jan Remmelink dalam bukunya yang berjudul Hukum Pidana Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia; P. T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; Tahun 2003; pada halaman 213 mengutip pendapat dari Prof. Van Hamel yang mengatakan bahwa:Kemampuan untuk bertanggung jawab secara hukum adalah suatu kondisi kematangan dan kenormalan psikis yang mencakup tiga kemampuan lainnya, yakni:4. Memahami arah-tujuan faktual dari tindakan sendiri;5. Kesadaran bahwa tindakan tersebut secara sosial dilarang;6. Adanya kehendak bebas berkenaan dengan tindakan tersebut.

Memmorie van Toelichting menyatakan bahwa tidak ada pertanggungjawaban pidana kecuali bila tindak pidana tersebut dapat diperhitungkan pada pelaku dan tidak ada perhitungan demikian bila tidak ditemukan adanya kebebasan pelaku untuk bertindak, kebebasan memilih untuk melakukan atau tidak melakukan apa yang dilarang atau justru diwajibkan oleh undang-undang, sehingga pelaku tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dilarang dan tidak mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya tersebut.Bahwa dalam perkara ini subjek hukum yang dihadapkan sebagai TERDAKWA di dalam persidangan adalah Helena dengan identitas lengkap sebagaimana yang telah disebutkan dan telah dibenarkan oleh Helena di awal persidangan, serta telah menyatakan bahwa dirinya dalam keadaan sehat baik secara jasmani maupun rohani.Bahwa Helena dalam melakukan tindak pidana yang Jaksa Penuntut Umum dakwakan tidak memiliki kualifikasi sebagai subjek hukum yang tidak mampu dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan-perbuatannya serta tidak ada dasar pembenar maupun pemaaf, atau dasar yang dapat meniadakan hukuman, yang melekat pada Helena.Bahwa dengan TERDAKWA telah mengakui identitasnya dan tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa terdapat alasan pemaaf atau pembenar dalam diri Helena, maka dengan ini Helena mampu untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanya.Dengan demikian, maka unsur Barang siapa terpenuhiad.b Unsur Dengan SengajaBahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan definisi tentang apa yang maksud "dengan sengaja" namun DaIam MvT "sengaja" berarti "Willens en weten" (menghendaki dan mengetahui), yang berarti bahwa sipembuat menghendaki apa yang dilakukannya dan harus mengetahui apa yang dikehendakinya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja harus menghendaki atau menginsyafi tindakan tersebut atau akibatnya.Kemudian para pakar hukum pidana membagi tingkat sengaja, yaitu:1. Sengaja sebagai niat (Opzet als oormeerk), yakni bila orang sengaja melakukan suatu tindak pidana dengan maksud untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya;2. Sengaja dengan kesadaran Pasti terjadi (Opzet bij zekerheids bewijzijn), yaitu bila orang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sedang ia menyadari bahwa suatu hal lain yang tidak dimaksudkan sebagai tujuan pasti akan terjadi; 3. Sengaja dengan insyaf akan kemungkinan (Dolus eventuQlis), yaitubila orang melakukan suatu perbuatan, sedang ia mengetahui bahwa mungkin perbuatan yang dilakukannya itu akan menimbulkan akibat lain yang tidak dimaksudkan. Oleh karena itu kesengajaan dalam pasal 338 ini masuk dalam kualifikasi Sengaja sebagai niat (Opzet Qls oormeerk. Hal ini mengandung pengertian bahwa kematian Korban Adelina Suwito memang dikehendaki sebagai niat untuk mencapai tujuan dimaksud. Sedangkan, dalam persidangan, tidak ada satupun fakta yang menerangkan tentang adanya kesengajaan ini.Terdakwa Helena Juliani tidak memiliki kehendak dan keinsyafan untuk menyetrum dan memukul untuk membunuh Terdakwa Adelina Suwito.Dengan demikian, maka unsur Dengan Sengaja tidak terpenuhi. Dengan tidak terpenuhinya unsur Dengan Sengaja, maka Penasehat Hukum Terdakwa tidak perlu membuktian unsur dakwaan subsider selanjutnya karena dakwaan tidak dapat dibuktikan.DAKWAAN LEBIH SUBSIDERDalam dakwaan ini TERDAKWA melanggar Pasal 353 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dengan unsur-unsur:1) Penganiayaan;2) Dengan rencana terlebih dahulu; 3) Mengakibatkan kematian.Untuk lebih sistematis dalam menguraikan apakah benar terdakwa memang terbukti melakukan perbuatan pidana dan telah memenuhi unsur-unsur sebagai mana tersebut di atas, maka kami secara runtut akan menjabarkan keterkaitan unsur-unsur tersebut dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan:ad. a.Unsur PenganiayaanPenganiyaan dalam hal ini dapat diartikan sebagai kekerasan, yaitu dengan tindakan seperti memukul, menampar, mencubit, menggigit, dan sebagainya yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap fisik seseorang. Bahwa berdasarkan keterangan saksi sebagai berikut:-Saksi Gunawan menerangkan bahwa benar Terdakwa memukul, menampar, dan menyetrum Korban di dalam mobil saat hanya ada mereka bertiga di dalam mobil;-Saksi Sasha Pierce menerangkan bahwa benar Korban bertemu dengan Terdakwa, yang dilihatnya ketika saksi sedang berada di taman dekat tempat les. Saksi melihat bahwa Korban turun menyusul Terdakwa yang keluar dari mobil warna . (mobil saksi Gunawan) namun kemudian masuk kembali ke dalam mobil bersama Terdakwa tanpa adanya paksaan yang dapat dilihat oleh Saksi. Saksi menelepon Korban setelah les kemudian hanya mendengar suara aneh sebelum telepon ditutup;-Saksi montir menerangkan bahwa benar Saksi melihat Korban di dalam mobil bersama Terdakwa ketika Saksi bertemu dengan saksi Gunawan untuk membetulkan mobil Gunawan setelah ditelepon oleh saksi Gunawan.-Saksi Jeha menerangkan bahwa Saksi sudah berteman baik dengan Terdakwa sejak SMP dan tidak pernah melihat Terdakwa melakukan kekerasan terhadap orang lain maupun diri Saksi. Adapun malah saksi Gunawan yang kerap melakukan penganiayaan terhadap Terdakwa.Dari semua saksi yang diajukan di persidangan, hanya Gunawan seorang yang memberikan keterangan bahwa ia menyaksikan Terdakwa melakukan penganiayaan terhadap Korban. Sedangkan satu saksi bukanlah saksi (unus testis nullus testis). Dengan demikian, unsur penganiayaan tidak dapat dibuktikan hanya dengan keterangan satu orang saksi oleh Jaksa Penuntut Umum.

BAGIAN VIKESIMPULAN

Majelis Hakim Yang Terhormat, Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Hadirin Yang Kami Muliakan

Bahwa berdasarkan analisis hukum yang telah kami lakukan terhadap surat dakwaan maupun surat tuntutan, terbukti bahwa Penuntut Umum tidak cermat dan kurang teliti mencantumkan dakwaan serta surat tuntutan pasal dalam KUHP. Yang mana tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 338 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 353 ayat (3) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dimana penguraian unsur-unsur dari pasal tersebut tidak sesuai.Bahwa Jaksa Penuntut Umum mendakwakan dan menuntut Terdakwa Helena Juliani telah terbukti bersalah dan sah secara meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana atau pembunuhan dengan sengaja atau penganiayaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain sebagaimana yang diatur dalam Pasal 340 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 338 jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 353 ayat (3) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam Dakwaan Primer-Subsider Penuntut Umum. Bahwa dalam penguraian unsur dengan sengaja, dengan rencana dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain yang diuraikan Jaksa Penuntut Umum tidaklah sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Ahli. Oleh karena itu dakwaan dan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum tidak sah dan batal demi hukum.Bahwa kami penasihat hukum meyakini bahwa tidak ada kebencian yang melekat pada diri kami atau dendam, tetapi semata-mata didasarkan kepada tanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan profesi masing-masing dengan sebaik-baiknya yang berpedoman pada etika dan norma hukum yang akhirnya kesemuanya berpulang kepada pertanggungjawaban masing-masing kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bagian VIIPENUTUP & PERMOHONAN

Majelis Hakim yang Mulia,Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,Sidang yang Kami Muliakan,

Sampailah Nota Pembelaan ini pada bagian akhir, yakni bagian akhir dalam upaya pencarian keadilan dan kemanusiaan bagi saudara Helena Juliani. Dalam bagian akhir ini kami selaku Tim Penasihat Hukum Helena Juliani mengajak kepada Saudara Penuntut Umum dan Majelis Hakim dalam perkara ini untuk duduk bersama dengan kepala dingin dan pikiran yangj ernih sehingga tidak mengesampingkan nilai-nilai yang hendak dicapai untuk menegakan danmemperjuangkan nilai-nilai keadilan maupun kemanusiaan yang dapat diterima oleh semuapihak yang turut andil dalam menentukan jalan kehidupan Saudara Helena yang akan dijalaninya. Dalam kesempatan ini kami menegaskan kembali kepada Majelis Hakim yang Mulia bahwa tidak ada fakta persidangan yang menunjukan suatu Kepastian Hukum untuk saudara Helena, terlebih lagi tindakan-tindakan yang dilakukannya bukanlah sebuah perbuatan yangdikehendakinya.Pada akhirnya setelah kami menyampaikan argumen hukum, pandangan dan penilaian kami terhadap kedudukan saudara Helena, serta dukungan lain yang jelas-jelas membebaskan saudara Helena. Maka, dengan alasan Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah upaya yang telah dan akan terus kami perjuangkan bagi saudara Helena dan untuk selanjutnya kami menyerahkan sepenuhnya kepada Majelis Hakim untuk memutus jalan kehidupan yang akan dijalani oleh saudara Helena dengan mempertimbangkan seluruh aspek hukum yang telah kami sampaikan dalam persidangan. Untuk itu kami mohon Majelis Hakim yang Mulia untuk memutus dengan amar sebagai berikut :1. Menyatakan Terdakwa Saudara Helena Juliani tidak terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan Tindak Pidana sebagaimana yang dituntut saudaraPenuntut Umum;2. Mebebaskan atau setidak-tidaknya melepaskan terdakwa dari semua Dakwaan;3. Membebaskan terdakwa dari tahanan;4. Memulihkan Terdakwa dalam Harkat dan Martabatnya;5. Membebankan Biaya Perkara kepada Negara. Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, kami memohon agar Majelis Hakim memberikan Putusan yang seadil-adilnya berdasarkan kepastian hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat.

Jakarta, 17 Mei 2014Hormat Kami,

Tim Penasehat Hukum Helena Juliani