SEJARAH KEDOKTERAN INDONESIA

sampai 1966

Dr H Tatang KartawanTA 2013

•Aspek Medis Sejarah Kedokteran di Indonesia

tidak banyak dipublikasikan

• Dalam legenda yang terdapat pada cerita rakyat disebutkan tentang beberapa kerajaan kecil yang mengupayakan pengobatan bagi anggota kerajaan dan keluarganya.

• Kadang-kadang disyaembarakan kepada masyarakat umum siapa yang dapat menyembuhkan si sakit.

• Ramuan jamu dan jampi-jampi atau jimat digunakan untuk menyembuhkan penyakit pada semua tingkatan masyarakat.

• Sesuai dengan cerita-cerita rakyat tadi, tatanan pemerintahan waktu itu sudah terorganisasi dengan baik. Raja atau Sultan adalah kepala negara, yang terbagi dalam beberapa kabupaten yang masing-masing dikepalai seorang Bupati, kemudian kebawahnya Lurah adalah bawahan Bupati.

• Pendidikan baru dikenal sejak kolonialisasi masuk ke Indonesia.

• Lembaga pendidikan formal pada waktu itu hanya sampai tingkatan Sekolah Rakyat saja.

• Rupanya pendidikan informal lebih berperan.

• Setelah agama Islam masuk, masyarakat belajar membaca Al Quran dan mendapatkan pendidikan informal.

• Bahasa Sunda, Jawa, Bali, Batak dan Bugis memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang tidak semua orang dapat membacanya.

• Menurut John S. Wellington (Univ. Of California) Kedokteran barat masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18.

• M enjelang PD I (1914) banyak cara untuk mempercepat penggunaan tenaga pribumi dalam sistem kedokteran.

• Tenaga medis kolonial Belanda diperlukan untuk menunjang perang di Eropa.

• Orang-orang Belanda yang tinggal di pemukiman kolonial yang tersebar di beberapa tempat dan pulau di Indonesia juga membutuhkan dokter.

• Sistem Kedokteran Barat mulai dipraktekkan pada abad ke-18/19 ketika VOC menguasai Indonesia sejak abad ke-17.

• Terusan Suez waktu itu belum ada, sehingga perjalanan kapal dari Eropa ke Hindia Timur harus ditempuh melalui Afrika Selatan Cape of the Good Hope) dalam waktu beberapa bulan sampai satu tahun.

• Selama perjalanan laut yang lama ini beberapa orang meninggal dan dikebumikan di laut atau beberapa menjadi sakit karena kekurangan makanan segar, sayur-sayuran dan buah-buahan.

• Banyak para emigran dan para pelaut menderita penyakit yang disebut Scorbut yang ternyata disebabkan defisiensi Vit C.

• Angka kematian 26% dalam 5 tahun (Terlalu tinggi untuk semua jenis penyakit yang ada).

• Di kemudian hari setiap kapal yang menuju ke timur yang membawa barang dagangan dari Eropa dan kembali membawa rempah-rempah ke Belanda diharuskan membawa seorang petugas kesehatan di kapal.

• Banyak dokter-dokter bangsa Belanda tinggal di Jawa dan memberikan pelayanan medis yang mulanya hanya untuk masyarakay Belanda.

• Sebagian besar dari mereka tinggal di kota-kota pelabuhan yang pemukimannya terpisah dari orang pribumi.

• Emigran dari Belanda makin meningkat dari tahun ke tahun mereka kebanyakan dipekerjakan sebagai pegawai VOC.

• Awalnya pelayanan medis hanya untuk orang-orang Belanda.

• Akibatnya masyarakat pribumi terabaikan oleh tenaga kesehatan Belanda.

• Karena itu msyarakat pribumi banyak menggunakan sistem kesehatan tradisional berupa jamu-jamu atau dengan melalui kekuatan supranatural.

• Pada awalnya VOC berperilaku sebagai tamu di negara kita, mereka dibolehkan tinggal dengan damai.

• Tetapi kemudian kekuatan militer mereka dikirim dari Belanda dan mulailah menjajah dengan mengalahkan banyak kerajaan seperti di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Palembang, Pajajaran, Mataram, Majapahit, Maluku, Ternate, Bone, dll.

• Raja-raja dan sultan-sultan kecil ini tidak mampu melawan Belanda yang memiliki peralatan senjata lebih kuat.

• Beberapa kerajaan ini memang masih eksis, tetapi tetap berada dibawah tekanan kekuatan militer Belanda, seperti Mataram, Pajajaran, Sumatera Barat, Aceh, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.

• Pada abad ke-19 cengkeraman kolonial Belanda makin kuat.

• Sekarang bukan lagi kekuatan VOC tetapi kekuatan kolonial pemerintah kerajaan Belanda dengan kekuatan militer yang nyata.

• Beberapa kali pemberontakan terjadi di berbagai tempat.

• Belanda merekrut orang-orang pribumi di beberapa pedesaan di pedalaman menjadi marsose sebagai kekuatan yang memperkuat pemerintah kolonial.

• Pada tahun 1879 terdapat 191 tenaga dokter Belanda dimana duapertiganya mendapat pendidikan sebagai militer dan hanya sepertiga saja yang dokter sipil.

• Selama tahun 1825-1830 berlangsung Perang Diponegoro di Jawa.

• Lebih dari 71 tenaga medis Belanda tewas selama perang tersebut.

• Di Aceh dalam perang yang berlangsung lama sejak tahun 1874, 28 tenaga medis tewas.

• Sejak itu banyak tenaga medis yang direkrut dari negara-negara Eropa lain.

• Pada tahun 1879, 37 tenaga medis dalam pasukan militer Belanda adalah dari Denmark dan Jerman.

• Pada tahun 1870 jumlah orang Belanda yang tinggal di Indonesia ada 36.000 orang.

• Hampir semua rumah sakit pada waktu itu adalah rumah sakit militer.

• Pada awal abad ke-20 baru orang pribumi diperbolehkan memperoleh pelayanan medis di rumah sakit tersebut tetapi masih terbatas pada pegawai pemerintah Belanda.

• Sebagian besar masyarakat pribumi tidak diperkenankan mendapatkan sistem pelayanan medis barat.

• Tetapi upaya-upaya untuk mencegah masyarakat bebas dari epidemi penyakit menular seperti Malaria, Cacar dan Pes dilakukan.

• Sejak tahun 1804 vaksinasi terhadap penyakit Cacar sudah dikenal.

• Upaya pencacaran banyak dilakukan orang pribumi yang dilatih khusus.

• Ada keharusan bahwa setiap orang harus dicacar oleh petugas yang disebut mantri cacar.

• Seorang mantri cacar bukan seorang perawat, tetapi seseorang yang mendapatkan pelatihan untuk melakukan vaksinasi cacar.

• Suatu pembengkankan ringan dapat terjadi beberapa hari setelah dicacar dan sejak itu seseorang menjadi kebal terhadap penyakit ini.

• Kemudian hari pelaksanaan vaksinasi memerlukan tambahan pelatihan untuk menjadi perawat sesungguhnya yang dapat berperan sebagai tenaga kesehatan masyarakat.

• Selama pelatihan mereka harus tinggal diantara komunitas militer dengan disiplin militer.

• Guru-gurunya adalah dokter militer, tetapi sejak tahun 1913 para guru digantikan oleh dokter sipil.

• Setelah lulus mereka bekerja dibawah pengawasan dokter-dokter militer.

• Tugas mereka antara lain memberikan pelayanan perawatan kepada pegawai pemerintah Belanda.

• Pemeriksaan mingguan terhadap PSK juga dilakukan oleh mereka.

• Selain tugas-tugas tersebut mereka juga ditugaskan melakukan upaya pencegahan penyakit sebagai pembantu tenaga kesehatan masyarakat.

• Banyak buruh perkebunan di Sumatera didatangkan dari Jawa, karena tenaga manusia di Sumatera masih jarang.

• Muncul permasalahan penularan dan pengendalian penyakit menular di perkebunan.

• Dr. W A P Scheifner tiba di Sumatera pada tahun 1897 sebagai dokter perkebunan. Dia adalah pionir mengenai Higiene dan sistem kesehatan komunitas di Indonesia yang kemudian hari menarik perhatian pemerintah Belanda.

• Angka sakit dan angka kematian karena Cholera, Beri-beri, Anemia dan Penyakit Cacing dipelajarinya.

• Penyakit-penyakit tersebut membuat para buruh menjadi lemah dan mengurangi tingkat produksi.

• Para investor dan juragan perkebunan kemudian menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan menjadi penting dan akan menjadi lebih efisien apabila mereka dapat membangun suatu sekolah kedokteran.

Ini terjadi pada tahun 1851.

• Akhirnya memang para investor tersebut mendukung berdirinya suatu sekolah kedokteran.

• Suatu sekolah kedokteran kemudian didirikan pada tahun 1851 itu juga di Jakarta.

• Lulusannya disebut sebagai “Dokter Jawa”.

• Di kemudian hari lembaga ini berubah menjadi STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen).

• Pada tahun 1903 lulusannya disebut dokter medis dengan upah lebih murah dibanding dokter Belanda.

• Dokter-dokter pribumi ini dimanfaatkan pemerintah Belanda memberikan pelayanan kepada masyarakat pribumi.

• Pada tahun 1847 terjadi ledakan wabah malaria di daerah Banyumas.

• Disadari bahwa pendidikan kesehatan bagi pribumi diperlukan karena para dokter Belanda tidak mungkin mel;akukan semua tugas memberikan pelayanan dan pencegahan sekaligus.

• Akan banyak dibutuhkan dokter lagi.

• Pada tahun 1864 lama pendidikan yang 2 tahun menjadi 3 tahun dan banyak pelajar hanya diterima dari kalangan ningrat.

• Pada tahun 1875 suatu langkah besar diambil.

• Pendidikan dokter menjadi 7 tahun dan menerima 100 mahasiswa.

• Kurikulumnya terdiri dari dua bagian :

- Propadeuce selama 2 tahun.

- Kedokteran klinik selama 5 tahun.

• Pada rahun 1890 persyaratan masuk pendidikan dirubah, yaitu mereka harus lulusan sekolah Belanda dan berlaku sampai tahun 1915.

• Dengan bantuan beberapa investor perkebunan sebuah gedung baru didirikan di Jl. Abdurahman Saleh Jakarta (sekarang dikenal sebagai RSPAD/Gatot Soebroto, suatu rumah sakit TNI.

• Lama pendidikan menjadi 9 tahun.

• Untuk praktek klinik para mahasiswa menggunakan Rumah Sakit Umum Pusat (CBZ), sekarang bernama RSN Tjipto Mangunkusumo.

• Pada tahun 1911 suatu epidemi pes terjadi, dimana dibutuhkan lebih banyak dokter lagi.

• Selama 6 tahun dari masa pendidikannya para mahasiswa diharuskan melakukan kegiatan eradikasi penyakit ini dan sekaligus mendidik masyarakat.

• Pada tahun 1913 STOVIA ditingkatkan kurikulumnya menjadi sekolah kedokteran penuh.

• Para dokter pribumi merasa tidak puas dengan tugas pekerjaan mereka, maka pada tahun 1911 IDI didirikan.

• Salah seorang pendirinya adalah dr. Tchupeiry.

• Pelayanan medis bagi masyarakat dianggap tidak murah bagi pemerintah, karena itu dibutuhkan lebih besar dana lagi.

Apalagi bila dilakukan untuk kepentingan berbagai perkebunan di Jawa dan Sumatera yang menghasilkan tembakau, karet, teh, kopra dan kina yang harus memelihara buruhnya dalam kondisi kesehatan yang baik.

• Beberapa spesialis mulai direkrut menjadi dosen dan dibebaskan dari tugas lain.

• Di Surabaya sebuah sekolah kedokteran lain didirikan namanya NIAS (Nederland Indische Artsen School).

• Pada tanggal 5 Juli 1920 sebuah bangunan baru sekolah kedokteran dibangun di Salemba Jakarta, yang menggunakan fasilitas lengkap seperti sebuah sekolah kedokteran barat.

• Lulusannya disamakan dengan dokter Belanda.

• Dokter wanita pertama lulusan sekolah ini adalah Maria Thomas pada tahun 1922, dan yang kedua adalah Anne Warrouw pada tahun 1924.

• Pada tahun 1925 kedua sekolah kedokteran din Jakarta (Batavia) dan Surabaya menjadi Fakultas Kedokteran.

• STOVIA mengganti nama menjadi GHS (GENEESKUNDIGE HOOGE SCHOOL),

tetapi NIAS tetap tak berubah.

• Setelah proklamasi kemerdekaan, pada tahun 1947 GHS beruibah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sedangkan NIAS menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

• Tentara Jepang masuk Indonesia pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang.

• Fakultas Kedokteran di Jakarta menjadi IKA DAI GAKU.

• Pemerintah pendudukan Jepang membutuhkan banyak dokter dalam waktu pendek, karena banyak dokter Belanda menjadi tawanan perang.

• Pada tanggal 29 April 1943 Fakultas Kedokteran di Jakarta dibuka kembali.

• Bahasa Indonesia digunakan untuk pertama kalinya dalam kuliah-kuliah.

• Pionir yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita adalah Dr. Bahder Djohan, Dr. Achmad Ramali dan Dr. Soetomo Tjokronegoro.

• Lembaga Budaya dan Bahasa Indonesia kemudian didirikan.

• Komisi Istilah Kedokteran Indonesia kemudian diorganisasikan oleh Dr. A. Ramali yang kemudian diteruskan oleh Dr. T. Kamarudin.

• Dekan IKA DAIGAKU adalah Prof. Hagaki. Para dosennya adalah dokter-dokter senior lulusan GHS.

• Pendudukan Jepang berlangsung selama 3,5 tahun, begitu pendek tetapi begiti menyengsarakan dibawah tekanan militer Jepang.

• Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka.

• Pada 28 Nopember 1948 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada didirikan.

• Pada tahun 1956 mulai dilakukan pembenahan kembali semua fakultas kedokteran di Indonesia.

• Pada tahun 1957 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dibuka.

• Mulai tahun 1960 kurikulum beberapa fakultas kedokteran menjadi pendidikan “terpimpin”, lama pendidikan 6 tahun.

• Pada tahun 1963, mahasiswa tahun keenam fakultas kedokteran dipercepat lulusnya karena dibutuhkan untuk bertugas dalam operasi militer Dwikora ketika terjadi konflik bersenjata dengan Malaysia.

• Pada tahun 1966, banyak mahasiswa calon dokter yang dipecat karena dianggap terlibat organisasi PKI setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.

TOKOH DOKTER INDONESIA YANG PATUT DITELADANI

Dr Wahidin SoedirohoesodoDr Soetomo

Dr Tjipto MangoenkoesoemoDr Radjiman Wedyaningrat

Dr MoewardiDr Slamet Iman Santoso

Dr Hasan SadikinDr Abdoelrahman Saleh

Dr A K GaniDr SoekimanDr Soejoto

Dr MintohardjoDr RamelanDr KaryadiDr Sardjito

Dr SoedjonoDr Leimena

Dr Ratna Soeprapti SamilDr Soepraoen

Dr Ridwan MeuraksaDr Soesilo

Dr Ben Mboi

Hatur nuhun