DAFTAR ISI · 2017. 7. 2. · 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi...
Transcript of DAFTAR ISI · 2017. 7. 2. · 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi...
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ............................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................. iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIAS PENGUJI SKRIPSI ………………. ... iv
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................... v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .......................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
1.3. Ruang Lingkup Masalah ........................................................................... 8
1.4. Orisinalitas ................................................................................................ 8
1.5. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
1.5.1 Tujuan Umum ............................................................................... 10
1.5.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 10
1.6. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
1.6.1. Manfaat Teoritis ........................................................................... 10
1.6.2. Manfaat Praktis ............................................................................ 11
x
1.7. Landasan Teoritis ..................................................................................... 11
1.8. Metode Penelitian ..................................................................................... 15
1.8.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 15
1.8.2. Jenis Pendekatan .......................................................................... 16
1.8.3. Sifat Penelitian ............................................................................. 17
1.8.4. Data dan Sumber Data .................................................................. 17
1.8.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 18
1.8.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian .......................................... 20
1.8.7. Teknik Analisis Data .................................................................... 20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, KEMITRAAN, DAN
GRABBIKE
2.1 Perjanjian ………………………………………………………... 22
2.1.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian ……………………. 22
2.1.2 Asas-Asas dalam Perjanjian ………………………………. 25
2.1.3 Syarat Sahnya Perjanjian …………………………………. 28
2.2 Kemitraan ………………………………………………………. 33
2.2.1 Pengertian dan Pengaturan Kemitraan …………………… 33
2.2.2 Pola-Pola Kemitraan ……………………………………… 35
2.2.3 Tujuan Kemitraan ………………………………………… 38
2.3 Grabbike ……………………………………………………….. 41
xi
2.3.1 Gambaran Umum Tentang Grabbike ……………………. 41
2.3.2 Syarat Operasional Grabbike …………………………….. 43
2.3.3 Ruang Lingkup Usaha Grabbike …………………………. 45
BAB III UPAYA PENYELESAIAN PERMASALAHAN ANTARA DRIVER
GRABBIKE DENGAN PT. GRAB TAXI INDONESIA TERKAIT
PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH DRIVER GRABBIKE
3.1 Bentuk-Bentuk Pelanggaran oleh Driver Grabbike ……………. 48
3.2 Penyelesaian Dalam Hal Terjadinya Pelanggaran Perjanjian oleh
Driver Grabbike ………………………………………………… 52
BAB IV FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH DRIVER GRABBIKE
DALAM PERJANJIAN KEMITRAAN YANG DIJALIN DENGAN PT.
GRAB TAXI INDONESIA
4.1 Bentuk Pertanggung Jawaban Driver Grabbike Atas Tindakan
Pelanggaran Yang Dilakukan ………………………………… 56
4.2 Faktor Penyebab yang Mempengaruhi Terjadinya Pelanggaran
yang Dilakukan Oleh Driver Grabbike .……………………….. 61
BAB V PENUTUP
xii
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 63
5.2 Saran ……………………………………………………………… 64
DAFTAR PUSTAKA
DATA INFORMAN
LAMPIRAN
xiii
ABSTRAK
Grabbike merupakan sebuah layanan dari aplikasi layanan transportasi Grab.
Pengaturan antara PT. Grab Taxi dan mitra driver diatur melalui sebuah perjanjian
kemitraan yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Penelitian ini dilakukan terkait adanya wanprestasi
tentang pelanggaran-pelanggaran yang ada di dalam perjanjian tersebut. Pelanggaran-
pelanggaran tersebut diatur dalam Kode Etik Grabbike. Kode Etik Grabbike
merupakan pedoman bagi para driver menjalankan usahanya. Dalam Kode Etik
Grabbike tercantum mengenai bentuk pelanggaran ringan maupun pelanggaran berat
baik pelanggaran terkait kenyamanan pengguna jasa ataupun kecurangan terhadap
system Grabbike. Pelanggaran yang dilakukan driver terhadap pelanggaan tidak hanya
merugikan driver tetapi juga merugikan Grab selaku perusahaan penyedia layanan jasa
transportasi karena kan membuat citra buruk Grab di masyarakat. Maka dari itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian serta
akibat hukum mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh driver dalam menjalankan
usahanya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris yaitu
penelitian hukum ini dilakukan berdasarkan pada efektivitas hukum di dalam
masyarakat, dengan jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fakta (The
Fact Approach).
Hasil dari penelitian ini yaitu segala tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh
driver Grabbike akan berakibat pemberian hukuman terkait pelanggaran yang
dilakukan didahului dengan peringatan sebelumnya. Pelanggaran tersebut tercantum
dalam Kode Etik Grabbike. Untuk pelanggaran ringan akan berakibat terhadap
pembekuan akun sementara dengan biaya pembukaan akun paling sedikit Rp.
50.000,00 dan pelanggaran berat akan berakibat putusnya hubungan kemitraan antara
mitra driver dengan PT. Grab Taxi Indonesia beserta hangusnya saldo di dalam akun
mitra driver. Apabila pelanggaran tersebut berdampak kerugian finansial terhadap
Grab maka driver bertanggung jawab dengan membayar kerugian sesuai yang
ditetapkan perusahaan.
Kata Kunci : Kemitraan, Grabbike, Kode Etik Grabbike, Pelanggaran
xiv
ABSTRACT
Grabbike is a service of transport service application Grab. The arrangement
between PT. Grab a Taxi and the driver's partner is set by a partnership agreement
that refers to Act No. 20 of 2008 about micro small and medium bussiness. This
research is about the existence of a tort-related violations in the agreement. The
offences are set in Grabbike’s code of ethics. Grabbike’s code of ethics is guidelines
for the driver who runs his business. In the Grabbike code of ethics,there is listed
about the violation or infringement whether light or heavy violation that related with
comfort service for users or fraud against the Grabbike’s system. Violations
committed by drivers are not only detrimental to the driver but also detrimental to
Grab as a provider of transportation services because it makes a bad image of Grab
in the community. Thus, this research is conducted to find out how the implementation
of the agreement and legal consequences regarding violations committed by drivers in
running his business.
The type of this research is empirical legal research which is a legal research
that conducts based on the effectiveness of the law in the community, with the kind of
approach used was by fact (The Fact Approach).
The results of this research is that all acts of violations committed by the
drivers of Grabbike will result in a penalty related of violations committed that was
preceded by warning in advanced. The offences are listed in the code of ethics
Grabbike. For light offences will result in accounts freezing while the banned account
opening fee is at least Rp 50,000.00 and heavy violations will result in termination of
the partnership between partners drivers with PT Grab Taxi Indonesia alongside with
losing the balance in partner driver’s account. If the violation affects financial losses
for Grab then the driver is responsible to pay the loss as established by the company.
Keywords: Partnership, Grabbike, Grabbike Code Of Ethics, Violation
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Transportasi merupakan elemen yang sangat penting di Indonesia
terkait kebutuhan manusia dalam menunjang kehidupan ekonomi di
masyarakat serta segala aspek yang berkaitan tentang pemenuhan kebutuhan
hidup. Transportasi merupakan sarana memindahkan orang atau barang dari
satu tempat ke tempat tujuannya dengan menggunakan kendaraan. Segala
kebutuhan dan aktivitas manusia pada saat ini sangat bergantung dengan
pemilihan transportasi yang tepat.
Secara umum di Indonesia, jenis transportasi ada 3 yaitu transportasi
darat, transportasi laut, dan transportasi udara.1 Dari ketiga jenis transportasi
tersebut, transportasi darat merupakan transportasi yang paling sering
dipergunakan. Transportasi yang dipergunakan dapat berupa milik pribadi
ataupun angkutan umum. Pada umumnya masyarakat Indonesia rata-rata telah
memiliki transportasi milik sendiri baik itu kendaraan roda dua maupun
kendaraan roda empat. Namun, bagi masyarakat yang tidak memiliki
kendaraan dapat menggunakan angkutan umum dengan tarif berbayar.
1 Abbas Salim, 2000, Manajemen Transportasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 45.
16
Kebutuhan transportasi yang beragam menjadikan transportasi
merupakan hal penting yang dibutuhkan masyarakat setiap harinya. Keadaan
transportasi yang digunakan menjadi faktor penentu mengenai kepercayaan
dalam menaikin tranportasi tesebut. Hal lain dalam kebutuhan akan
transportasi yang tidak kalah penting adalah kebutuhan kenyamanan,
keamanan, kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pengiriman
barang dan perdagangan, pariwisata maupun pendidikan.2
Seiring dengan pekembangan global dan perkembangan digital dan
teknologi, kegiatan terkait penggunaan angkutan umum juga ikut berkembang.
Sebelumnya masyarakat yang ingin menggunakan angkutan umum harus pergi
ke pangkalan ataupun terminal angkutan umum tersebut, namun kini seiring
perkembangan teknologi pemesanan angkutan dapat dilakukan dengan
menggunakan gadget serta aplikasi yang berbasis online.
Salah satu angkutan umum yang paling diminati adalah ojek. Ojek
merupakan transpotasi umum informal yang menggunakan sepeda motor.
Perkembangan zaman yang semakin modern, kini telah memungkinan calon
penumpang tidak perlu ke pangkalan ojek, melainkan pemesanan dilakukan
menggunaan smartphone dengan aplikasi yang telah disediakan. Ojek online
telah menjadi angkutan umum yang digemari oleh masyarakat tidak hanya di
kota-kota besar, juga di kota kecil Karena fleksibel dalam kegiatannya. Ojek
2 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
h. 7.
17
online bisa melalui gang-gang sempit, jalan-jalan kecil sehingga mampu
memberikan layanan door to door bagi pelanggannya. Bahkan ojek online
dinilai lebih cepat dan efisien guna menghindari kemacetan yang ada di jalan.
Salah satu perusahaan yang menyediakan ojek berbasis online ini
adalah PT. Grab Taxi Indonesia. Layanan grabbike ini merupakan
pengembangan dari aplikasi Grab Taxi. Pendiri perusahaan Grab Taxi tersebut
ialah Anthony Tan, seorang pengusaha lulusan Harvard Business School di
Amerika. Grab Taxi pertama didirikan pada tahun 2012 dengan bermodal
presentasi berupa powerpoint guna mencari investor. Pada pengumpulan dana
terakhirnya, GrabTaxi sukses mengumpulkan kucuran dana dari investor
senilai USD 350 juta atau di kisaran Rp 4,8 triliun. GrabTaxi sudah mendapat
kucuran uang total USD 700 juta dari investor sejak dirilis tahun 2012. Dalam
perkembangannya Grab Taxi mengeluarkan layanan dengan fasilitas kendaraan
roda 2 atau sering disebut dengan ojek yang pertama kali dirilis di Vietnam
pada tahun 2014 dengan naman GrabBike. Kini Grabbike telah merambah
Indonesia dan Bangkok, dan di Indonesia Grabbike bersaing dengan Gojek
guna mendapat minat masyarakat.
Meskipun para driver grabbike berada di bawah naungan PT. Grab
Taxi Indonesia, namun para driver ini bukanlah kayawan atau tenaga kerja
langsung dari PT. Grab Taxi Indonesia. Para driver ini berstatus sebagai mitra
usaha dari PT. Grab Taxi Indonesia. Menurut pasal 1 angka 14 UU
18
Ketenagakerjaan, perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh
dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak. PT. Grab Taxi Indonesia bersatus hukum sebagai
perseroan yang menjalin hubungan kerjasama dengan para driver yang
berstatus pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Hubungan hukum antara
keduanya tidaklah diikat dengan undang-undang ketenagakerjaan melainkan
dengan perjanjian atau kesepakatan yang dibuat oleh PT. Grab Taxi Indonesia
dan para driver yang menjadi undang-undang bagi para pihak sesuai dengan
pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk
bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan
prinsip dan peran masing-masing. Dengan demikian untuk membangun
kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian,
saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya
kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus
berpijak pada landasan yang sama, kesediaan untuk berkorban.
Tujuan kemitraan adalah untuk mengangkat usaha kecil menjadi pilar
pembangunan ekonomi karena kelemahan mendasar usaha kecil adalah dari
segi ekonomi dan akses ke sumber permodalan dan pasar. Kelompok usaha
19
kecil memerlukan dorongan pemerintah dalam peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, teknologi, permodalan/kredit dan pemasaran.
Melalui kemitraan akan tercipta Transfer of Knowledge dalam
hal pengalaman pengelolaan usaha yang lebih efisien dan prospektif bagi
usaha kecil, sedangkan bagi usaha besar dan usaha menengah akan
memperolah kontinuitas produksi atau meningkatkan kapasitas yang lebih
besar.
Adapun unsur-unsur kemitraan yaitu:
Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih.
Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut (equality).
Adanya keterbukaan atau trust relationship antara pihak-pihak tersebut
(transparancy).
Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam pasal 10 ayat (3) menyebutkan
bahwa Dalam melaksanakan Kemitraan, para pihak mempunyai kedudukan
hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum Indonesia. Artinya
tidak ada pihak yang berkedudukan lebih tinggi layaknya berada di dalam
suatu perusahaan. Para driver Grabbike tidak berada dalam perlindungan
hukum Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
20
melainkan perjanjian yang dibuat pihak PT. Grab Taxi Indonesia dengan para
driver sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan juga Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Hak-hak dasar dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang
Ketenangakerjaan yakni hak untuk mengembangkan potensi kerja,
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan minat, bakat dan
kemampuannya, hak bagi seorang buruh untuk memperoleh perlindungan atas
kesusilaan dan moral, kesehatan dan keselamatan kerja, serta perlakukan yang
sesuai dengan martabat dan harkat manusia, serta nilai-nilai agama tidak terikat
bagi para driver. Hak tersebut bisa didapatkan apabila hak-hak dasar yang
disebutkan juga tercantum dalam perjanjian yang dibuat oleh PT. Grab Taxi
Indonesia dengan para driver.
Dalam perjalanan bisnis ojek online memang belum ada pengaturan
yang jelas bagi pelaku usaha yang menaungi aplikasi ojek online maupun mitra
ojek online tersebut. Maka dari itu dibuatlah perjanjian sebagai kekuatan
hukum yang mengikat kedua belah pihak terkait status kemitraan yang dijalani.
Namun pada prakteknya masih saja terdapat driver nakal yang melakukan
kecurangan guna mendapatkan subsidi dari penyedia layanan aplikasi ojek
online tersebut termasuk layanan grabbike. Padahal ketika pengenalan aplikasi
telah diberitahukan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika
menjalankan kegiatan mengangkut penumpang tersebut. Hal tersebut tentu
akan merugikan keuangan dari perusahaan penyedia layanan jasa ojek online
21
dengan bermitra dengan mitra yang memiliki kelakuan kurang baik tersebut.
Tidak hanya itu, di beberapa kasus juga terdapat pelanggaran privasi data
pribadi yang dilakukan para driver. Ketika akan melakukan penjemputan akan
tertera nama pengguna layanan jasa serta nomor teleponnya. Beberapa driver
pernah ada yang memberikan sms bernada buruk terkait rating yang dirasa
didapatkannya kurang memuaskannya, sebab rating tersebut berpengaruh
terhadap pengambilan bonus yang didapatkannya. Selain itu juga terdapat
kasus driver yang menggoda penumpangnya melalui sms atau telepon dari
nomor yang dihubungi ketika penjemputan. Tentu hal tersebut akan mencoreng
nama perusahaan penyedia layanan jasa terkait kelakuan kurang baik yang
dilakukan drivernya.
Wanprestasi dalam hal ini adalah terkait tindakan pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi di kalangan driver Grabbike yang sudah diatur dalam
SOP Kode Etik Grabbike yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan diatas, maka saya tertarik
untuk membahas masalah mengenai PENYELESAIAN DALAM HAL
TERJADINYA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KEMITRAAN
PT. GRAB TAXI INDONESIA DENGAN DRIVER GRABBIKE
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditarik dua permasalahan yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
22
1. Bagaimanakah upaya penyelesaian permasalahan terkait pelanggaran yang
dilakukan oleh driver Grabbike?
2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran yang dilakukan
oleh driver Grabbike Dalam perjanjian kemitraan yang dijalin dengan PT. Grab
Taxi Indonesia?
1.3 Ruang Lingkup masalah
Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dan keluar dari
pembahasan, maka perlu adanya pembatasan dalam melakukan pembahasan
tersebut, adapun pembatasannya sebagai berikut:
1.3.1 Pertama adalah pembahasan mengenai upaya penyelesaian terkait
pelanggaran yang dilakukan oleh driver Grabbike. Indonesia.
1.3.2 Kedua adalah pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelanggaran tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
perjanjian kemitraan antara driver Grabbike serta PT. Grab Taxi
1.4 Orisinalitas Penelitian
“Penyelesaian Dalam Hal Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian
Kemitraan PT. Grab Taxi Indonesia Dengan Driver Grabbike” ini merupakan
hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli penulis dan belum pernah
ditulis di Fakultas Hukum Universitas Udayana dengan melakukan riset di
23
ruangan skripsi Fakultas Hukum Universitas Udayana. Namun penulis
menemukan sebuah skripsi yang juga membahas mengenai ojek online. Disini
penulis mengangkat tema yang berbeda serta rumusan masalah yang berbeda
pula sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang berbeda dan hasil
penelitian asli penulis.
TABEL
NAMA JUDUL RUMUSAN MASALAH
I Gusti Ayu Dea Ranti
Ranita
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
Denpasar 2016
“Perlindungan Hukum
Terhadap Pengguna Jasa
Go-Jek Atas
Penyalahgunaan Data
Pribadinya Berdasarkan
Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi
Elektronik”
1. Bagaimanakah
hubungan hukum
antara perusahaan
Go-Jek, pengemudi
Go-Jek, dan
pengguna jasa Go-
Jek
2. Bagaimanakah
bentuk perlindungan
hukum terhadap
pengguna jasa Go-
Jek atas
penyalahgunaan data
pribadinya
24
1.5 Tujuan Penelitian
Terdapat dua tujuan dalam melakukan penulisan ini yakni tujuan umum
dan tujuan khusus. Adapun tujuan yang dimaksud antara lain:
1.5.1 Tujuan Umum
Secara umum, penulisan ini memiiki tujuan untuk mengetahui tentang
Grabbike dipandang dari sudut hukum yang berlaku di Indonesia
1.5.2 Tujuan Khusus
Secara khusus, penulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor
yang mempengaruhi pelanggaran dari bentuk kemitraan , penyelesaian
masalah, serta bentuk pertanggungjawaban dari driver Grabbike
dengan PT. Grab Taxi Indonesia.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan bahwa tulisan ini dapat memberikan
sumbangsih terhadap perkembangan hukum perdata, khususnya
pemahaman teoritis terkait bentuk kemitraan serta penyelesaian
masalah terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan driver
Grabbike ketika beroperasi di daerah denpasar.
25
1.6.2 Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan tulisan ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi masyarakat bahwa masih terdapat beberapa
pelanggaran oleh driver Grabbike ketika melakukan kegiatan bekerja di
daerah Denpasar. Selain itu tulisan ini juga memberikan pengetahuan
terhadap pemikiran masyarakat mengenai status driver Grabbike
sebagai mitra usaha dan bukanlah tenaga kerja dari PT. Grab Taxi
Indonesia.
1.7 Landasan Teoritis
1.7.1 Teori Sebab akibat (Kausalitas)
Setiap perbuatan menimbulkan akibat, baik akibat secara langsung maupun
tidak langsung. Namun, tidak semua akibat menimbulkan hukum tertentu atau dengan
kata lain tidak semua perbuatan menimbulkan akibat hukum. Secara etimologi,
Kausalitas atau causalitied berasal dari kata causa yang berarti sebab. Kata Kausa
dalam Kamus Hukum diartikan dengan alasan atau dasar hukum; suatu sebab yang
dapat menimbulkan suatu kejadian.3 Berdasarkan pengertian di atas, kausalitas
merupakan suatu yang menyatakan tentang hubungan sebab dan akibat. Dalam ilmu
hukum pidana teori kausalitas dimaksudkan untuk menentukan hubungan objektif
antara perbuatan manusia dengan akibat yang tidak dikehendaki undang-undang.
3 M. Marwan & Jimmy P, 2009, Kamus Hukum, Realiti Publiser, Surabaya, h. 326
26
Akibat hukum bisa ditimbulkan oleh satu perbuatan atau satu delik dan bisa
juga ditimbulkan oleh beberapa perbuatan atau serangkaian perbuatan yang saling
berhubungan dan saling mendukung untuk terjadinya suatu akibat. Kausalitas disebut
juga hubungan sebab akibat, dimana setiap akibat yang muncul harus ditentukan sebab
dari akibat tersebut, yakni sebab yang memiliki hubungan kausal dengan akibat dan
dimintai pertanggung jawabannya pada si pelaku. Untuk menentukan adanya suatu
perbuatan pidana yang bisa dimintai pertanggung jawabannya, diperlukan ajaran sebab
akibat. Ajaran sebab akibat sangat berperan dalam hal menentukan unsur perbuatan
yang menimbulkan akibat dan membuat dapat ditentukan hubungan antara akibat
tertentu dengan perbuatan orang yang menimbulkan akibat. Dengan demikian, bahwa
orang tersebut telah melakukan tindak pidana dan dituntut untuk dipertanggung
jawabkan kepadanya.
Jadi, tujuan ajaran sebab akibat (causaliteitsleer) adalah :
1. Untuk menentukan hubungan antara sebab – akibat, yang berarti menentukan
adanya atau tidak adanya pelanggaran.
2. Untuk menentukan pertanggung jawaban seseorangatas suatu akibat tertentu
yang berupa suatu pelanggaran.
Teori ini boleh dikatakan sama dengan teori adequate dari Von Kries.
Beberapa sarjana hukum berpendapat bahwa teori perdata ini dapat juga dipergunakan
dalam hukum pidana. Dalam hal ini pertanggung jawaban oleh mitra driver hanya ada
27
apabila perbuatan yang dilakukan memiliki dampak kerugian bagi pihak mitra yakni
PT. Grab Taxi Indonesia dan juga pengguna jasa.
1.7.2 Teori Tanggung Jawab
Terdapat dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus
hukum yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas
yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab. Liability meliputi
semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian,
ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan
undang-undang.4 Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas
suatu kewajiban, termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi
juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.
Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai
berikut:5
1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan.
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability
atau liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam
hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.
4 Jimmly Asshiddiqie dan Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta,
Konstitusi Press, h.61.
5 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, h. 73-79.
28
Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan
pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya.
2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat selalu dianggap bertanggung jawab
(presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan bahwa ia
tidak bersalah.
3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk
tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi
konsumen yang sangat terbatas.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan
prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability).
5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle)
ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula
eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Dalam ketentuan pasal 19
ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
ditentukan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti kerugian
atas kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan.
29
Dalam melakukan pertanggungjawaban, adapun model tanggung jawab hukum
adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian)
sebagaimanapun terdapat dalam pasal 1365 KUHPerdata, yaitu: “tiap-tiap
perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
2. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian sebagaimana
terdapat dalam pasal 1366 KUHPerdata yaitu: “setiap orang bertanggungjawab
tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.
3. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana terdapat dala pasal
1367 KUHPerdata
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis penilitian
empiris bersifat deskriptif yang berarti bahwa penelitian hukum ini
akan berdasarkan pada efektivitas hukum di dalam masyarakat.6 Data
yang diperoleh dalam penelitian ini didapatkan dari hasil eksperimen
6 Bambang Sunggono, 1996, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 43.
30
dan observasi yang dilakukan di masyarakat terkait adanya kesenjangan
dalam hukum yang berlaku. Metode penelitian hukum yang berfungsi
untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana
bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Maksud dari
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban dari
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini dengan data-data asli
hasil penelitian yang ada di masyarakat.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan fakta (The Fact Approach), yaitu penelitian dengan
mengumpulkan fakta-fakta yang terdapat langsung di lapangan yang
penulis cari dan amati sendiri secara metodis untuk dijadikan bahan
dalam menunjuang penulisan skripsi.7
Pendekatan fakta dilakukan terkait dengan bagaimana pemberlakuan
perlindungan hukum bagi driver Grabbike, apakah telah terjamin dan
memiliki kepastian hukum atau tidak. Pendekatan analisis konsep
hukum dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk kerjasama
antara PT. Grab Taxi Indonesia dengan driver Grabbike melalui
Undang-Undang UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
7 Ibid, h. 36.
31
1.8.3 Sifat Penelitian
Penelitian hukum empiris yang dilakukan penulis ini ialah bersifat
deskriptif, maksud Penelitian deskriptif pada penelitian secara umum,
termasuk pula didalamnya penelitian ilmu hukum, bertujuan untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala
atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu
gejala,atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara penelitian
ini teori-teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum, karya tulis
yang dimuat baik dalam literatur maupun jurnal, doktrin, serta laporan
penelitian terdahulu sudah mulai ada dan mungkin jumlahnya sudah
mulai cukup memadai, sehingga dalam penelitian ini suatu hipotesis
boleh ada atau juga boleh tidak ada. Hal tersebut sangat tergantung dari
si peneliti, dengan kata lain, keberadaan suatu hipotesis tidak mutlak
diperlukan, namun demikian, jika peneliti mencoba merumuskan
hipotesis itu akan sangat berguna dan lebih baik karena dapat
digunakan sebagai pegangan dalam melangkah lebih jauh dalam
penelitian seterusnya. Penelitian deskriptif dapat membentuk teori-teori
baru atau dapat memperkuat teori yang sudah ada.
1.8.4 Data dan Sumber Data
Pada umumnya penulisan skripsi dibedakan antara data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat yang dinamakan data primer (data
32
dasar) dan data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka dinamakan
data sekunder.8 Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini yakni
:
1. Data Primer
Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber
utama di lapangan (field research), dimana data tersebut berasal dari
wawancara langsung ke PT. Grab Taxi Indonesia serta para driver
Grabbike selaku pihak yang terlibat dalam perjanjian mitra usaha guna
mendapat data dan fakta yang sebenar-benarnya.
2. Data Sekunder
Data Sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan (library research) yang berbentuk bahan-bahan hukum.
Bahan hukum tersebut diantaranya terdiri dari bahan hukum primer,
sekunder, dan tersier.
a. Sumber Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang bersifat
autoritatif, yang artinya memiliki autoritas.9 Sumber bahan
hukum yang digunakan bersifat mengikat yakni berupa norma,
8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, h. 12 9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, h.
137.
33
kaidah dasar dan peraturan yang berkaitan sesuai dengan
hierarki tata urutan perundang-undangan di Indonesia
sebagaimana tertulis pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah : UUD NRI 1945, Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, dan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
b. Bahan Hukum Sekunder
Merupakan bahan-bahan yang mendukun bahan hukum primer
yang bersumber dari pendapat para ahli yang berpengaruh (de
hersender leer), literatur atau buku-buku hukum (textbook),
jurnal dan makalah hukum, serta artikel atau berita yang
diperoleh melalui internet.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan yang menunjang
pemahaman, petunjuk serta memberikan penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar Bahasa
Indonesia dan kamus hukum.
34
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga
jenis pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka,
pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.10
Teknik
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara.
Teknik wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan bertanya
langsung kepada yang diwawancarai.11
Dalam pengumpulan data-data
untuk skripsi ini dilakukan dengan teknik wawancara dengan
mewawancarai para informan guna mendapakat fakta-fakta di
masyarakat seputaran dengan penulisan yang penulis angkat pada
penelitian ini.
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik non
probability sampling, dengan bentuk snowball sampling.
1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini meupakan jenis penelitian empirisisyang sifatnya
deskriptif, maka dari itu data yang diperoleh dan yang sudah terkumpul
10 Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metedologi Penelitian Hukum Empiris, cet. I, IND-
HILL-CO, Jakarta, h. 114.
11
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Cet. IV,
Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 57.
35
baik melalui studi kepustakaan maupun dari wawancara dicari
kebenarannya dalam hubungannya dengan masalah yang dibahas pada
penelitian ini, lalu data ini diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan
cara menyusun data secara sistematis, kemudian dihubungkan antara
data satu dengan data lainnya, yang selanjutnya data akan disajikan
secara deskriptif kualitatif agar mendapatkan suatu kesimpulan yang
tepat dan akurat.