Data Quanty

68
Sumber: infogue Apa itu mahasiswa Apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang mahasiswa?Pertanyaan ini mengandaikan adanya satu konsep tentang mahasiswa. Untuk dapat menjawabnya perlu diketahui lebih dahulu apa itu mahasiswa. Setelah itu dapat diketahui apa keutamaan mahasiswa dan bagaimana sebaiknya mereka berlaku.Mahasiswa secara harafiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, entah di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai pelajar di sebuah perguruan tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa. Menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif. Sumber: global media link Peranan media massa Pendahuluan Tak terbayangkan kehidupan di dunia ini tanpa sarana penyiaran berita, tanpa pelapor berita, tanpa wartawan, tanpa suratkabar, tanpa jurufoto, tanpa televisi, tanpa jurukamera, tanpa radio, dan sekarang tanpa internet. Singkatnya, tanpa keberadaan komunikasi massa, yang lebih popular dengan istilah ‘media massa’. Bayangkan seandainya serbuan Amerika terhadap Irak, di tengah ketiadaan media massa, baru diketahui dua minggu atau sebulan kemudian dari cerita mulut ke mulut. Barangkali reaksi masyarakat internasional tidak akan sekeras yang kita lihat tempohari. Namun, karena ekseistensi media massa plus perkembangan teknologi komunikasi-informasi yang begitu pesat, hampir semua peristiwa di mana pun di dunia ini bisa tersebar luas beritanya dalam hitungan menit, kalau tidak detik. sumber : komunitas muslim muda (al-fikr) EFEK KOMUNIKASI MASSA: KOGNITIF, AFEKTIF & BEHAVIORAL 31 12 2007

Transcript of Data Quanty

Page 1: Data Quanty

Sumber: infogue

Apa itu mahasiswa

Apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang mahasiswa?Pertanyaan ini mengandaikan adanya satu

konsep tentang mahasiswa. Untuk dapat menjawabnya perlu diketahui lebih dahulu apa itu

mahasiswa. Setelah itu dapat diketahui apa keutamaan mahasiswa dan bagaimana sebaiknya mereka

berlaku.Mahasiswa secara harafiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, entah di universitas,

institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi otomatis dapat disebut

sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar sebagai

pelajar di sebuah perguruan tinggi hanyalah syarat administratif menjadi mahasiswa. Menjadi

mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif.

Sumber: global media link

Peranan media massa

Pendahuluan

Tak terbayangkan kehidupan di dunia ini tanpa sarana penyiaran berita, tanpa pelapor

berita, tanpa wartawan, tanpa suratkabar, tanpa jurufoto, tanpa televisi, tanpa

jurukamera, tanpa radio, dan sekarang tanpa internet. Singkatnya, tanpa keberadaan

komunikasi massa, yang lebih popular dengan istilah ‘media massa’.

Bayangkan seandainya serbuan Amerika terhadap Irak, di tengah ketiadaan media

massa, baru diketahui dua minggu atau sebulan kemudian dari cerita mulut ke mulut.

Barangkali reaksi masyarakat internasional tidak akan sekeras yang kita lihat

tempohari. Namun, karena ekseistensi media massa plus perkembangan teknologi

komunikasi-informasi yang begitu pesat, hampir semua peristiwa di mana pun di

dunia ini bisa tersebar luas beritanya dalam hitungan menit, kalau tidak detik.

sumber : komunitas muslim muda (al-fikr)

EFEK KOMUNIKASI MASSA: KOGNITIF, AFEKTIF & BEHAVIORAL

31 12 2007

Oleh: Muhammad “Yudin” Taqiyuddin

 

Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif.

Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan.

Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan

Page 2: Data Quanty

efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuyk melakukan sesuatu

menurut cara tertentu.<!--[if !supportFootnotes]-->[1]<!--[endif]-->

 

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang

sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan

dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu

khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan

mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita

memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang

belum pernah kita kunjungi secara langsung.<!--[if !supportFootnotes]--

>[2]<!--[endif]-->

Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu

melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang

asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang

disampaikan oleh komunikator ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata

lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja.

Menurut Mc. Luhan<!--[if !supportFootnotes]-->[3]<!--[endif]-->, media

massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention

theory; teori perpanjangan alat indera)<!--[if !supportFootnotes]-->[4]<!--

[endif]-->. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang

benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum

pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan

Page 3: Data Quanty

oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita

cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata

berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering

menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung

memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih

mengerikan.

Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu

media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang

bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu

gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak

berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh,

dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang

kemewahan dan seringkali cerewet.<!--[if !supportFootnotes]-->[5]<!--[endif]-->

Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe

pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau lembaga. Di sini

sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi,

karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia

dari media massa.

Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (pula) oleh

peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu

asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan

disiarkannya.<!--[if !supportFootnotes]-->[6]<!--[endif]--> Biasanya, surat kabar

mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang

dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu

Page 4: Data Quanty

setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan

Nasional Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang

mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting. Sebaliknya bila di

halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati

Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun

beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media

tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber

informasi kita dipengaruhi agenda setting.

Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan

manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi

menyebabkan kita lebih mengerti bahasa Indonesia yang baik dan benar, televisi telah

menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat

miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah

menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam,

menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau,

sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek

prososial behavioral.<!--[if !supportFootnotes]-->[7]<!--[endif]-->

 

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Efek Afektif

Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi

massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang

sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya,

khalayak diharapkan dapat merasakannya<!--[if !supportFootnotes]-->[8]<!--[endif]--

Page 5: Data Quanty

>. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan

Roy Marten dipenjara karena kasus penyalah-gunaan narkoba, maka dalam diri kita

akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel,

jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy

Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis

dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang

cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau kasihan dapat juga diartikan sebagai

keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut.

Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari

komunikasi massa.

1. Suasana emosional

Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita terhadap

sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana

emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita

menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adegan-adegan

lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya

setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka.

1. Skema kognitif

Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang

menjelaskan tentang alur eristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action,

yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul, pada akahirnya

akan menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan

jatuh dari jurang. Kita menduga, asti akan tertolong juga.

Page 6: Data Quanty

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Situasi terpaan (setting of

exposure)

Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya,

atau film horror lainnya, bila kita menontontonnya sendirian di

rumah tua, ketika hujan labt, dan tiang-tiang rumah berderik.

Beberpa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih ketakutan

menonton televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap.

Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan

mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons.

1. Faktor predisposisi individual

Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan

tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi

penontotn, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam

posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan toko. Karena itu,

ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia juga

kecewa; ketika ientifikan berhasil, ia gembira.

 

 

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk

perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan

menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi

Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-

resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang

mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang

tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media

tersebut tidak mempunyai efek yang sama.

Page 7: Data Quanty

Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media

pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio,

televisi dan pemutaran film.<!--[if !supportFootnotes]-->[9]<!--[endif]--> Sebagian

lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada

program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh

diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita

kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya<!--[if !

supportFootnotes]-->[10]<!--[endif]-->, namun apa yang didapat, keesokan atau

lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD.

Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan

mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa

mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk.

Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak

bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori

psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat

mnejelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita

belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan

(modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya,

kita mampu memiliki keterampila tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli

yang kita amati dan karakteristik diri kita.

Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses

perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses

motivasional.

Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara

Page 8: Data Quanty

langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan

tertentu (misalnya menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang

disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap, nilai, atau persepsi

realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang sekita kita.bila

peristiwa itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita

baru pata mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya. Setiap saat kita

menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, namun tidak semua

peristiwa itu kita perhatikan.

Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup

menyimpan hasil pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya kembali

ketika mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk

mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk imaginal dan verbal.

Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang peristiwa

yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua

menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu

dapat diteladani, kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus

membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita

teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi

“rehearsal”.

Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali perilaku atau

tindakan yang kita amati.  Tetapi apakah kita betul-betul melaksanakan perilaku

teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga

macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan

gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran

Page 9: Data Quanty

bahasa Indonesia yang baik dan benar telah kita simpan dalam memori kita. Kita

bermaksud mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita. Kita akan

melakukan hanya apabila kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kitam

atau bila kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang disebut

peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI dan surat kabar

berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan

benar.

Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain

yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Secara teoritis, agak

sukar orang meniru bahasa Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki

reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita memerlukan peneguhan

gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn

sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin

kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor.

Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong

tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas,

senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa

Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita memberikan

kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia.

<!--[if !supportFootnotes]-->

<!--[endif]-->

<!--[if !supportFootnotes]--> [1] <!--[endif]--> Amri Jhi, Komunikasi Massa dan

Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga, (Jakarta:

PT. Gramedia, 1988)

Page 10: Data Quanty

<!--[if !supportFootnotes]--> [2] <!--[endif]--> Siti Karlinah, Komunikasi Massa,

(Jakarta: Penerbitan UT, 1999), H. 8.7

<!--[if !supportFootnotes]--> [3] <!--[endif]--> Wajar bila Mc Luhan menitik

beratkan pada medianya, karena kajian-kajiannya tentang

komunikasi terfokus pada media interaktif yang berbasiskan

mikroelektronika. Latar belakang pemikirannya ialah ada dampak

radikal bentuk-bentuk komunikasi yang berdimensi pada ruang,

waktu, dan persepsi manusia. Karya-karyanya secara luas

mengartikulasikan sejumlah perubahan paling mendasar yang

disebabkan teknologi media, maka wajar bila Mc Luhan

berpendapat, isi pesan tidak mempengaruhi pesan, karena

kajiannya bertumpu pada media pembawa pesan (lihat Antoni,

Riuhnya Persimangan Itu; Profil Pemikiran Para Penggagas Kajian

Ilmu Komunikasi, Solo: Tiga Serangkai, 2004)

<!--[if !supportFootnotes]--> [4] <!--[endif]--> Jalaluddin Rakhmat, Psikologi

Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja Eosdakarya, 2007), h.

220

<!--[if !supportFootnotes]--> [5] <!--[endif]--> Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit., h.

226

<!--[if !supportFootnotes]--> [6] <!--[endif]--> Ibid., h. 229

<!--[if !supportFootnotes]--> [7] <!--[endif]--> Ibid., h. 230

<!--[if !supportFootnotes]--> [8] <!--[endif]--> Siti Karlinah, Op.Cit., h. 8.9

<!--[if !supportFootnotes]--> [9] <!--[endif]--> Jalaluddin, Op.Cit., h. 240

<!--[if !supportFootnotes]--> [10] <!--[endif]--> www.liputan6.com, edisi online

11 April 2005

Ads by Google

Amalfi Coast Villas 4rent

Charming villas for rent in naples, amalfi coast, capri, praiano...www.italy-rental-villa.net

Page 11: Data Quanty

Sumber: davidsanjaya.wordpress.com

Rasa ingin tahu manusia

terhadap hal-hal yang ada di sekitarnya sangatlah besar. Dari

zaman ke zaman dapat terlihat perubahan dalam suatu sistem

kebudayaan yang pastinya terdapat di masyarakat akibat dari rasa

ingin tahu manusia yang besar tersebut. Diawali dari rasa ingin tahu

itulah, manusia selalu mengeksplor apa yang ada di sekitarnya, baik

itu yang baik atau bahkan yang buruk, kemudian ingin

menyampaikan hasil pengeksplorasiannya selama ini kepada orang

lain. Bertahap dari komunikasi yang tadinya hanya bersifat

personal, kemudian dapat berkembang menjadi proses

penyampaian pesan yang bersifat masal, sehingga informasinya

menjadi lebih luas jangkauannya serta dapat merubah suatu pola

kehidupan masyarakat yang lebih luas lagi.

Media massa merupakan salah satu sarana untuk

pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam

pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian

pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.

(Dennis McQuil, 1987:1). Media massa sangat berperan dalam

perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku dari suatu

Page 12: Data Quanty

masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa dalam

masyarakat sangatlah penting. Dengan adanya media massa,

masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat

menjadi masyarakat yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena

media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal

sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya orang-perorang

tapi sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan

pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di

permukaan masyarakat.

Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan

masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun

berkembang pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

stasiun televisi, stasiun radio, perusahaan media cetak, baik itu

surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya. Para pengusaha

merasa diuntungkan dengan mendirikan perusahaan yang bergerak

di bidang media massa seperti itu. Hal itu disebabkan karena

mengelola perusahaan dengan jenis spesifikasi mengelola media

massa adalah usaha yang akan selalu digemari masyarakat

sepanjang masa, karena sampai kapanpun manusia akan selalu

haus akan informasi.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkam keinginan

kebutuhan informasi melalui medianya baik melalui media cetak

maupun media elektronik seperti, radio, televisi, internet. Fungsi

informatif yaitu memberikan informasi, atau berita, kepada

Page 13: Data Quanty

khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers akan memberitakan

kejadian-kejadian pada hari tertentu, memberitakan pertemuan-

pertemuan yang diadakan, atau pers mungkin juga

memperingatkan orang banyak tentang peristiwa-peristiwa yang

diduga akan terjadi.

(Budyatna, 2006 : 27)

DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad. 2006. Jurnalistik Teori Dan Praktek.

Bandung, Rosda.

McQuail, Denis, Teori komunikasi massa, Erlangga, Jakarta, 1987.

Sumber:bengkel jurnalistik

Bengkel Jurnalistik

Manchester, 21 April 2007

Media MassaOleh Asyari Usman

Pendahuluan

Tak terbayangkan kehidupan di dunia ini tanpa sarana penyiaran

berita, tanpa pelapor berita, tanpa wartawan, tanpa suratkabar,

tanpa jurufoto, tanpa televisi, tanpa jurukamera, tanpa radio, dan

Page 14: Data Quanty

sekarang tanpa internet. Singkatnya, tanpa keberadaan komunikasi

massa, yang lebih popular dengan istilah ‘media massa’.

Bayangkan seandainya serbuan Amerika terhadap Irak, di tengah

ketiadaan media massa, baru diketahui dua minggu atau sebulan

kemudian dari cerita mulut ke mulut. Barangkali reaksi masyarakat

internasional tidak akan sekeras yang kita lihat tempohari. Namun,

karena ekseistensi media massa plus perkembangan teknologi

komunikasi-informasi yang begitu pesat, hampir semua peristiwa di

mana pun di dunia ini bisa tersebar luas beritanya dalam hitungan

menit, kalau tidak detik.

Apa itu Media Massa

Dari segi etimologis, ‘media massa’ adalah ‘komunikasi massa’ –

komunikasi massa adalah sebutan yang lumrah di kalangan

akademis untuk studi ‘media massa’.

Dari segi makna, ‘media massa’ adalah alat/sarana untuk

menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi

pendidikan dan hiburan.

Peranan Media Massa

Salah satu peranan media adalah mempengaruhi sikap dan perilaku

orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, “Media cukup

efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu

masalah (isu).” Lindsey (1994: 163) berpendapat, “Media memiliki

peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini

masyarakata.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth

dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai

alat kontrol sosial.

Ketika menyerbu Irak pada bulan Maret 2003, salah satu unit

penting yang disiapkan oleh militer Amerika Serikat adalah ‘media

centre’ yang berada satu atap dengan Command and Control Centre

di Qatar. Dari media centre ini, militer Amerika secara berkala

memberika penjelasan tentang operasi mereka. Pemerintah Bush

sadar betul bahwa unit ini, dalam banyak hal, akan membantu

Page 15: Data Quanty

posisi politik mereka –baik di dalam negeri, maupun di mata dunia.

Jadi, AS melancarkan perang simultan: perang piranti keras

(hardware) berupa pengerahan perangkat militer, dan perang

piranti lunak (software) –dalam hal ini ‘perang media massa’.

Para pemegang kekuasaan menyadari betul bahwa media massa,

wartawan, jurukamera, jurufoto, perlu ‘dijadikan teman’ karena

mereka memegang senjata yang jauh lebih penting dari perangkat

perang yang mereka kerahkan di Irak, Afghanistan, Bosnia, dsb.

Tak sampai seminggu lalu, Presiden SBY mengundang para

wartawan untuk ‘makan durian’ di satu kebun durian tak jauh dari

Bogor. Apakah ini pul-kumpul omong kosong belaka? Tentu tidak.

Para penasihat SBY tahu persis bahwa ‘mesin pencitraan 2009’

harus mulai bekerja sekarang dengan memanfaatkan media massa.

SBY harus sudah mulai sering tampil di layar TV, terdengar di radio,

terpampang di suratkabar, majalah, dsb. Sebab, pemilihan presiden

2009 ‘tidak lama lagi’.

Kemudian, kita lihat begitu banyak universitas, akademi, sekolah

tinggi, pesantren, kursus-kursus, dll, yang mengiklankan diri di

berbagai jenis media massa menjelang masa penerimaan

mahasiswa baru. Ini semua mereka lakukan karena kesadaran

bahwa media massa berperan penting untuk menjaring calon

mahasiswa.

Segelintir contoh di atas terjadi karena kesadaran akan besarnya

peranan media massa.

Kekuatan Media Massa

Yang paling menarik dari operasi media massa adalah dampak yang

ditimbulkannya terhadap cara orang bereaksi setelah menerima

berita/informasi.

Ketika seluruh dunia tahu lewat media bahwa senjata pemusnah

massal dan uranium tidak ditemukan di Irak, berita ini memicu

protes/demo besar di seluruh pelosok dunia. Pemerintah Bush

kalang kabut menjelaskan ‘alasan lain’ untuk menyerbu Irak.

Page 16: Data Quanty

Mereka cari-cari kaitan antara Saddam Hussein dan al-Qaeda atau

terorisme, walaupun badan-badan intelijen mereka sendiri

mengatakan tidak ada hubungan itu.

Begitu penyiksaan di penjara Abu Ghraib, Baghdad, tersiar ke

seluruh dunia, Washington sangat terpojok, sangat malu. Foto-foto

dan footage televisi tentang berbagai adegan penganiayaan di

penjara ini yang tersiar ke seluruh dunia, yang dimulai oleh acara

berita “60 Minutes II” televisi Amerika pada 28 April 2004, membuat

kredibilitas AS dan para sekutunya menjadi runtuh total. Sebagian

pengeritik politik luarnegeri AS mengatakan, Abu Ghraib merupakan

cerminan dari sikap dan kebijakan Amerika keseluruhan yang tidak

menghargai dan selalu melakukan tindak kekerasan terhadap orang

Arab.

Berita penyiksaan di Guantanamo dan tidak adanya akses legal para

tahanan di situ, juga memojokkan Washington. Pemerintah Bush

dicela keras oleh politisi dan lembaga-lembaga HAM. Liputan media

memaksa Amerika untuk berwajah lebih manis terhadap para

tahanan.

Berita, analisis dan komentar tentang jumlah korban tewas tentara

Amerika di Irak yang menembus angka 3,000, membuat ‘approval

rate’ Presiden George W Bush turun ke tingkat terendah.

Laporan tentang kehancuran luarbiasa di Libanon akibat gempuran

Israel ketika berperang dengan Hizbullah, membuat opini

internasional melihat Israel bertindak berlebihan. Sebaliknya,

pemberitaan perang ini membuat pemimpin Hizbullah Libanon,

Hassan Nasrallah, menjadi sangat populer di kalangan rakyat Timur

Tengah.

Contoh lain, Tony Blair mengalami krisis politik berkali-kali ketika

berbagai skandal di tubuh pemerintahnya disiarkan oleh media

massa. Menteri transportasi Stephen Byers mundur setelah

berbulan-bulan menjadi bahan pemberitaan karena

mempertahankan spin-doctor-nya, Jo Moore, yang menulis email

pada tanggal 11 September 2001 bahwa “ini merupakan hari yang

Page 17: Data Quanty

bagus untuk mengubur berita buruk tentang kondisi angkutan

umum”.

Laporan media yang sangat ekstensif tentang kasus cash for honour

(sumbang Partai Buruh utk dapatkan gelar kerajaan) membuat Blair

dilanda krisis paling berat selama kekuasaannya.

Ratu Elizabeth terpaksa tampil di televisi untuk menyampaikan

pidato istimewa untuk menghormati Putri Diana yang tewas dalam

kecelakaan mobil di Paris, akhir Agustus 1997. Ratu terpaksa

berpidato setelah selama berhari-hari media massa, khususnya

siaran langsung televisi, menunjukkan ratusan ribu pelayat yang

meletakkan karangan bunga sepanjang lebih satu kilometer mulai

gerbang Kensington Palace, kediaman Lady Di.

Footage dan gambar-gambar yang menunjukkan amukan tsunami di

Aceh membuat orang dari seluruh dunia memberikan sumbangan

dana dalam jumlah besar. Di Inggris, langsung berdiri Disaster

Emergency Committee (DEC) yang berhasil mengumpulkan dana

lebih 300 juta poundsterling. Bantuan untuk Aceh datang dari mana-

mana. Ini semua adalah dampak pemberitaan media massa.

Kasus bully di acara Big Brother Channel 4 membuat Jady Good

terperosok jauh ke dalam Lumpur celaan, dan acara itu sendiri

dikritik habis oleh berbagai pihak. Sang korban bully, Shilpa Shetti,

sebaliknya menjadi terangkat dan dikejar-kejar oleh televisi untuk

wawancara eksklusif (dengan bayaran besar, tentunya). Menyusul

kasus ini, perdebatan mengenai rasisme pun kembali menghangat

di berbagai jenis media.

Yahya Zaini akhirnya kehilangan status dan pekerjaan sebagai

anggota DPR setelah footage porno-nya bersama pedangdut Eva

Maria tersiar ke seluruh dunia. [Mesin pelintir Golkar berusaha

mengalihkan perhatian dengan cara mempersoalkan sisi pidana dari

penyebaran footage itu, namun tidak berhasil.]

Dua menteri SBY, Yusril Ihza Mahendra dan Hamid Awaluddin,

sedang berada dalam posisi yang terpojok setelah tersiar luas kisah

Page 18: Data Quanty

pencairan uang Tommy Suharto di luarnegeri dengan menggunakan

rekening departemen hukum dan HAM di tahun 2004.

Banyak lagi contoh tentang dampak pemberitaan/penyiaran media

massa. David Beckham menjadi ikon sepakbola dan terkenal ke

seluruh dunia, terutama di kalangan anak-anak muda, karena

dibesarkan oleh media (Inggeris). Koran-koran dan majalah terus-

menerus mengikuti perjalanan Beckham dan isterinya. Padahal,

banyak pemain bola lain yang lebih hebat dari Beckham, tetapi

tidak terkenal karena tidak ada “dukungan” dari media. Sebagai

dampak sampingan dari kemashuran ini, Beckham pun digunakan

sebagai bintang iklan. Keterkenalan ini pula yang membuat dia

dikontrak sebesar $250 juta dollar oleh klub sepakbola Galaxy di Los

Angeles.

Segitiga Media-Politik-Publik

Peranan media massa lebih diperkuat oleh kemajuan pesat dalam

penemuan teknologi komunikasi. Yang terjadi beberapa menit yang

lalu bisa langsung dilihat rekaman gambar (footage)-nya di televisi

atau situs-situs berita yang menyediakan podcats; atau foto-foto

biasa di suratkabar maupun situs berita.

Begitu kuatnya peranan media massa, pada era sekarang ini para

politisi di seluruh dunia menjadikan kampanye media sebagai

prioritas utama dalam daftar strategi mereka. Kampanye politik

(political broadcast) di televisi bisa mempengaruhi massa dalam

menentukan pilihan. Dan, kalau sutradara (spin-doctor) seorang

politisi mampu menangkap selera publik, serta paham betul

bagaimana menampilkan sang politisi di layar TV, maka semakin

besar kemungkinan masyarakat akan bereaksi positif.

Dalam posisi yang seharusnya independen, media akan ‘membantu’

masyarakat untuk memahami berbagai peristiwa, termasuk

memahami peta politik dan program-program partai. Media akan

menjelaskan siapa dan apa di dunia politik.

Akan tetapi, dalam batas tertentu media ‘memerlukan’ para aktor

politik, ekonomi, sosial, budaya. Sebab, mereka inilah yang banyak

Page 19: Data Quanty

menentukan arah kehidupan massa; merekalah yang menjadi

sumber berita (news-maker). Karena itu, para presiden, perdana

menteri, kepala pemerintahan, menteri keuangan, pengusaha dan

perusahaan besar, tokoh masyarakat, perancang mode, para

aktor/aktris, seniman, dlsb, selalu diikuti oleh media.

Selain itu, media sendiri tidak lepas dari masalah dana operasional.

Suratkabar, majalah, televisi, dan radio memerlukan biaya yang

cukup besar untuk menjalankan fungsinya. Media cetak dan televisi

terutama, belakangan ini berubah menjadi bisnis besar. Stasiun-

stasiun komersial dimiliki oleh perusahaan raksasa multinasional.

Kenyataan ini memicu tuduhan bahwa media yang dikuasai

pemodal besar itu beroperasi tidak dengan prinsip ‘impartial’ (tidak

memihak).

Di celah-celah kepemilikan korporasi besar itu, di sana-sini masih

ada media cetak dan televisi maupun radio yang berdiri netral, atau

bahkan ‘memihak’ akar rumput.

Karena itulah, di kalangan media massa sekarang ini terjadi

polarisasi ideologis. Yang satu disebut ‘media kanan’ dan yang

lainnya ‘media kiri’.

Di Inggris, misalnya, para pemerhati mengelompokkan The Sun, Sky

News (BskyB), Daily Telegraph antara lainnya sebagai ‘media

kanan’, sedangkan The Guardian, The Independent, Daily Mirror

sebagai ‘media kiri’.

Polarisasi ideologis ini bisa melahirkan “kolaborasi lepas” antara

sejumlah media dan penguasa. Di Inggris, kelompok Rupert

Murdoch menyatakan dukungan untuk Tony Blair sebelum

pemilihan umum 1997 sampai sekarang. Di Amerika, beberapa

saluran televisi seperti FoxNews terang-terangan memihak Presiden

Bush.

Di Indonesia, banyak orang yakin bahwa sejumlah media

mendukung SBY. Tetapi, fragmentasinya lebih beragam lagi.

Misalnya, ada media yang mendukung partai-partai tertentu.

Page 20: Data Quanty

Polarisasi ini pada akhirnya bisa merugikan masyarakat. Sebab,

kalau ada sejumlah media besar memihak penguasa, akan sulit

untuk mengharapkan fungsi kontrol mereka. Publik sangat

bergantung pada media massa dalam memilih informasi,

meletakkannya dalam bingkai yang benar, dan kemudian

memberikan analisis.

Itulah sebabnya, dalam “Segitiga Media-Politik-Publik”, posisi media

akan sangat menentukan. Media milik publik (dus, bekerja untuk

masyarakat), akan membuat penguasa terkontrol ketat. Sebaliknya,

media yang terkooptasi oleh penguasa akan membuat masyarakat

kebingungan atau keliru dalam menentukan pilihan mereka.

Anda dan Media

Salah satu tujuan Bengkel Jurnalistik ini adalah untuk mencari

peluang mempromosikan gagasan, karya atau penemuan anda

lewat media massa. Keinginan ini tidaklah berlebihan karena karya

dan temuan anda akan lebih cepat tersebar ke masyarakat bila

diterbitkan/ditayangkan oleh media.

Saya melihat ada beberapa faktor kunci untuk itu. Pertama, daya

jual karya anda. Kedua, relevansi karya anda itu dengan kehidupan

masyarakat luas. Ketiga, simplisitas karya tulis anda. Keempat,

koneksi anda dengan orang-orang di media. Faktor keempat ini

bahkan bisa melemahkan ketiga faktor lainnya.

Di Indonesia, banyak penulis yang menjadi top melalui koneksi di

koran atau majalah.

Kalau karya tulis anda relevan dengan salah satu segmen di suatu

media cetak dan topikal, katakanlah rubrik ekonomi, hukum,

teknologi, kesehatan, agama, dsb, biasanya tidak ada hambatan

untuk dipublikasikan.

Begitu anda bisa menembus sebuah penerbitan, biasanya artikel-

artikel berikutnya tidak akan sulit. Dari dari sinilah seorag penulis

akan membangun kredibilitasnya, dan dari sini pula seorang penulis

memulai popularitasnya.

Page 21: Data Quanty

Bila ini menjadi kenyataan, maka dalam batas tertentu anda sudah

bisa disebut “menguasai media massa”. Expertise anda akan

mendikte media.

Apa itu Media Massa

Dari segi etimologis, ‘media massa’ adalah ‘komunikasi massa’ –

komunikasi massa adalah sebutan yang lumrah di kalangan

akademis untuk studi ‘media massa’.

Dari segi makna, ‘media massa’ adalah alat/sarana untuk

menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi

pendidikan dan hiburan.

Peranan Media Massa

Salah satu peranan media adalah mempengaruhi sikap dan perilaku

orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, “Media cukup

efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu

masalah (isu).” Lindsey (1994: 163) berpendapat, “Media memiliki

peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini

masyarakata.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth

dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai

alat kontrol sosial.

Ketika menyerbu Irak pada bulan Maret 2003, salah satu unit

penting yang disiapkan oleh militer Amerika Serikat adalah ‘media

centre’ yang berada satu atap dengan Command and Control Centre

di Qatar. Dari media centre ini, militer Amerika secara berkala

memberika penjelasan tentang operasi mereka. Pemerintah Bush

sadar betul bahwa unit ini, dalam banyak hal, akan membantu

posisi politik mereka –baik di dalam negeri, maupun di mata dunia.

Jadi, AS melancarkan perang simultan: perang piranti keras

(hardware) berupa pengerahan perangkat militer, dan perang

piranti lunak (software) –dalam hal ini ‘perang media massa’.

Para pemegang kekuasaan menyadari betul bahwa media massa,

Page 22: Data Quanty

wartawan, jurukamera, jurufoto, perlu ‘dijadikan teman’ karena

mereka memegang senjata yang jauh lebih penting dari perangkat

perang yang mereka kerahkan di Irak, Afghanistan, Bosnia, dsb.

Tak sampai seminggu lalu, Presiden SBY mengundang para

wartawan untuk ‘makan durian’ di satu kebun durian tak jauh dari

Bogor. Apakah ini pul-kumpul omong kosong belaka? Tentu tidak.

Para penasihat SBY tahu persis bahwa ‘mesin pencitraan 2009’

harus mulai bekerja sekarang dengan memanfaatkan media massa.

SBY harus sudah mulai sering tampil di layar TV, terdengar di radio,

terpampang di suratkabar, majalah, dsb. Sebab, pemilihan presiden

2009 ‘tidak lama lagi’.

Kemudian, kita lihat begitu banyak universitas, akademi, sekolah

tinggi, pesantren, kursus-kursus, dll, yang mengiklankan diri di

berbagai jenis media massa menjelang masa penerimaan

mahasiswa baru. Ini semua mereka lakukan karena kesadaran

bahwa media massa berperan penting untuk menjaring calon

mahasiswa.

Segelintir contoh di atas terjadi karena kesadaran akan besarnya

peranan media massa.

Kekuatan Media Massa

Yang paling menarik dari operasi media massa adalah dampak yang

ditimbulkannya terhadap cara orang bereaksi setelah menerima

berita/informasi.

Ketika seluruh dunia tahu lewat media bahwa senjata pemusnah

massal dan uranium tidak ditemukan di Irak, berita ini memicu

protes/demo besar di seluruh pelosok dunia. Pemerintah Bush

kalang kabut menjelaskan ‘alasan lain’ untuk menyerbu Irak.

Mereka cari-cari kaitan antara Saddam Hussein dan al-Qaeda atau

terorisme, walaupun badan-badan intelijen mereka sendiri

mengatakan tidak ada hubungan itu.

Begitu penyiksaan di penjara Abu Ghraib, Baghdad, tersiar ke

seluruh dunia, Washington sangat terpojok, sangat malu. Foto-foto

dan footage televisi tentang berbagai adegan penganiayaan di

penjara ini yang tersiar ke seluruh dunia, yang dimulai oleh acara

berita “60 Minutes II” televisi Amerika pada 28 April 2004, membuat

Page 23: Data Quanty

kredibilitas AS dan para sekutunya menjadi runtuh total. Sebagian

pengeritik politik luarnegeri AS mengatakan, Abu Ghraib merupakan

cerminan dari sikap dan kebijakan Amerika keseluruhan yang tidak

menghargai dan selalu melakukan tindak kekerasan terhadap orang

Arab.

Berita penyiksaan di Guantanamo dan tidak adanya akses legal para

tahanan di situ, juga memojokkan Washington. Pemerintah Bush

dicela keras oleh politisi dan lembaga-lembaga HAM. Liputan media

memaksa Amerika untuk berwajah lebih manis terhadap para

tahanan.

Berita, analisis dan komentar tentang jumlah korban tewas tentara

Amerika di Irak yang menembus angka 3,000, membuat ‘approval

rate’ Presiden George W Bush turun ke tingkat terendah.

Laporan tentang kehancuran luarbiasa di Libanon akibat gempuran

Israel ketika berperang dengan Hizbullah, membuat opini

internasional melihat Israel bertindak berlebihan. Sebaliknya,

pemberitaan perang ini membuat pemimpin Hizbullah Libanon,

Hassan Nasrallah, menjadi sangat populer di kalangan rakyat Timur

Tengah.

Contoh lain, Tony Blair mengalami krisis politik berkali-kali ketika

berbagai skandal di tubuh pemerintahnya disiarkan oleh media

massa. Menteri transportasi Stephen Byers mundur setelah

berbulan-bulan menjadi bahan pemberitaan karena

mempertahankan spin-doctor-nya, Jo Moore, yang menulis email

pada tanggal 11 September 2001 bahwa “ini merupakan hari yang

bagus untuk mengubur berita buruk tentang kondisi angkutan

umum”.

Laporan media yang sangat ekstensif tentang kasus cash for honour

(sumbang Partai Buruh utk dapatkan gelar kerajaan) membuat Blair

dilanda krisis paling berat selama kekuasaannya.

Ratu Elizabeth terpaksa tampil di televisi untuk menyampaikan

pidato istimewa untuk menghormati Putri Diana yang tewas dalam

Page 24: Data Quanty

kecelakaan mobil di Paris, akhir Agustus 1997. Ratu terpaksa

berpidato setelah selama berhari-hari media massa, khususnya

siaran langsung televisi, menunjukkan ratusan ribu pelayat yang

meletakkan karangan bunga sepanjang lebih satu kilometer mulai

gerbang Kensington Palace, kediaman Lady Di.

Footage dan gambar-gambar yang menunjukkan amukan tsunami di

Aceh membuat orang dari seluruh dunia memberikan sumbangan

dana dalam jumlah besar. Di Inggris, langsung berdiri Disaster

Emergency Committee (DEC) yang berhasil mengumpulkan dana

lebih 300 juta poundsterling. Bantuan untuk Aceh datang dari mana-

mana. Ini semua adalah dampak pemberitaan media massa.

Kasus bully di acara Big Brother Channel 4 membuat Jady Good

terperosok jauh ke dalam Lumpur celaan, dan acara itu sendiri

dikritik habis oleh berbagai pihak. Sang korban bully, Shilpa Shetti,

sebaliknya menjadi terangkat dan dikejar-kejar oleh televisi untuk

wawancara eksklusif (dengan bayaran besar, tentunya). Menyusul

kasus ini, perdebatan mengenai rasisme pun kembali menghangat

di berbagai jenis media.

Yahya Zaini akhirnya kehilangan status dan pekerjaan sebagai

anggota DPR setelah footage porno-nya bersama pedangdut Eva

Maria tersiar ke seluruh dunia. [Mesin pelintir Golkar berusaha

mengalihkan perhatian dengan cara mempersoalkan sisi pidana dari

penyebaran footage itu, namun tidak berhasil.]

Dua menteri SBY, Yusril Ihza Mahendra dan Hamid Awaluddin,

sedang berada dalam posisi yang terpojok setelah tersiar luas kisah

pencairan uang Tommy Suharto di luarnegeri dengan menggunakan

rekening departemen hukum dan HAM di tahun 2004.

Banyak lagi contoh tentang dampak pemberitaan/penyiaran media

massa. David Beckham menjadi ikon sepakbola dan terkenal ke

seluruh dunia, terutama di kalangan anak-anak muda, karena

dibesarkan oleh media (Inggeris). Koran-koran dan majalah terus-

menerus mengikuti perjalanan Beckham dan isterinya. Padahal,

banyak pemain bola lain yang lebih hebat dari Beckham, tetapi

Page 25: Data Quanty

tidak terkenal karena tidak ada “dukungan” dari media. Sebagai

dampak sampingan dari kemashuran ini, Beckham pun digunakan

sebagai bintang iklan. Keterkenalan ini pula yang membuat dia

dikontrak sebesar $250 juta dollar oleh klub sepakbola Galaxy di Los

Angeles.

Segitiga Media-Politik-Publik

Peranan media massa lebih diperkuat oleh kemajuan pesat dalam

penemuan teknologi komunikasi. Yang terjadi beberapa menit yang

lalu bisa langsung dilihat rekaman gambar (footage)-nya di televisi

atau situs-situs berita yang menyediakan podcats; atau foto-foto

biasa di suratkabar maupun situs berita.

Begitu kuatnya peranan media massa, pada era sekarang ini para

politisi di seluruh dunia menjadikan kampanye media sebagai

prioritas utama dalam daftar strategi mereka. Kampanye politik

(political broadcast) di televisi bisa mempengaruhi massa dalam

menentukan pilihan. Dan, kalau sutradara (spin-doctor) seorang

politisi mampu menangkap selera publik, serta paham betul

bagaimana menampilkan sang politisi di layar TV, maka semakin

besar kemungkinan masyarakat akan bereaksi positif.

Dalam posisi yang seharusnya independen, media akan ‘membantu’

masyarakat untuk memahami berbagai peristiwa, termasuk

memahami peta politik dan program-program partai. Media akan

menjelaskan siapa dan apa di dunia politik.

Akan tetapi, dalam batas tertentu media ‘memerlukan’ para aktor

politik, ekonomi, sosial, budaya. Sebab, mereka inilah yang banyak

menentukan arah kehidupan massa; merekalah yang menjadi

sumber berita (news-maker). Karena itu, para presiden, perdana

menteri, kepala pemerintahan, menteri keuangan, pengusaha dan

perusahaan besar, tokoh masyarakat, perancang mode, para

aktor/aktris, seniman, dlsb, selalu diikuti oleh media.

Selain itu, media sendiri tidak lepas dari masalah dana operasional.

Suratkabar, majalah, televisi, dan radio memerlukan biaya yang

cukup besar untuk menjalankan fungsinya. Media cetak dan televisi

Page 26: Data Quanty

terutama, belakangan ini berubah menjadi bisnis besar. Stasiun-

stasiun komersial dimiliki oleh perusahaan raksasa multinasional.

Kenyataan ini memicu tuduhan bahwa media yang dikuasai

pemodal besar itu beroperasi tidak dengan prinsip ‘impartial’ (tidak

memihak).

Di celah-celah kepemilikan korporasi besar itu, di sana-sini masih

ada media cetak dan televisi maupun radio yang berdiri netral, atau

bahkan ‘memihak’ akar rumput.

Karena itulah, di kalangan media massa sekarang ini terjadi

polarisasi ideologis. Yang satu disebut ‘media kanan’ dan yang

lainnya ‘media kiri’.

Di Inggris, misalnya, para pemerhati mengelompokkan The Sun, Sky

News (BskyB), Daily Telegraph antara lainnya sebagai ‘media

kanan’, sedangkan The Guardian, The Independent, Daily Mirror

sebagai ‘media kiri’.

Polarisasi ideologis ini bisa melahirkan “kolaborasi lepas” antara

sejumlah media dan penguasa. Di Inggris, kelompok Rupert

Murdoch menyatakan dukungan untuk Tony Blair sebelum

pemilihan umum 1997 sampai sekarang. Di Amerika, beberapa

saluran televisi seperti FoxNews terang-terangan memihak Presiden

Bush.

Di Indonesia, banyak orang yakin bahwa sejumlah media

mendukung SBY. Tetapi, fragmentasinya lebih beragam lagi.

Misalnya, ada media yang mendukung partai-partai tertentu.

Polarisasi ini pada akhirnya bisa merugikan masyarakat. Sebab,

kalau ada sejumlah media besar memihak penguasa, akan sulit

untuk mengharapkan fungsi kontrol mereka. Publik sangat

bergantung pada media massa dalam memilih informasi,

meletakkannya dalam bingkai yang benar, dan kemudian

memberikan analisis.

Itulah sebabnya, dalam “Segitiga Media-Politik-Publik”, posisi media

akan sangat menentukan. Media milik publik (dus, bekerja untuk

masyarakat), akan membuat penguasa terkontrol ketat. Sebaliknya,

media yang terkooptasi oleh penguasa akan membuat masyarakat

Page 27: Data Quanty

kebingungan atau keliru dalam menentukan pilihan mereka.

Anda dan Media

Salah satu tujuan Bengkel Jurnalistik ini adalah untuk mencari

peluang mempromosikan gagasan, karya atau penemuan anda

lewat media massa. Keinginan ini tidaklah berlebihan karena karya

dan temuan anda akan lebih cepat tersebar ke masyarakat bila

diterbitkan/ditayangkan oleh media.

Saya melihat ada beberapa faktor kunci untuk itu. Pertama, daya

jual karya anda. Kedua, relevansi karya anda itu dengan kehidupan

masyarakat luas. Ketiga, simplisitas karya tulis anda. Keempat,

koneksi anda dengan orang-orang di media. Faktor keempat ini

bahkan bisa melemahkan ketiga faktor lainnya.

Di Indonesia, banyak penulis yang menjadi top melalui koneksi di

koran atau majalah.

Kalau karya tulis anda relevan dengan salah satu segmen di suatu

media cetak dan topikal, katakanlah rubrik ekonomi, hukum,

teknologi, kesehatan, agama, dsb, biasanya tidak ada hambatan

untuk dipublikasikan.

Begitu anda bisa menembus sebuah penerbitan, biasanya artikel-

artikel berikutnya tidak akan sulit. Dari dari sinilah seorag penulis

akan membangun kredibilitasnya, dan dari sini pula seorang penulis

memulai popularitasnya.

Bila ini menjadi kenyataan, maka dalam batas tertentu anda sudah

bisa disebut “menguasai media massa”. Expertise anda akan

mendikte media.

Selamat Berjuang!

Sumber :

Asyari Usman, Bengkel Jurnalistik

Manchester, 21 April 2007

http://bengkeljurnalistik.wordpress.com/2007/05/02/media-massa/

12 Maret 2009

Page 28: Data Quanty

Sumber Gambar:

http://www.thirdworldtraveler.com/PageMill_Images/media_monkeys

.jpg

Posted by AKANG at 4:04 PM

0 comments:

Peran media massa

Rasa ingin tahu manusia terhadap hal-hal yang ada di

sekitarnya sangatlah besar. Dari zaman ke zaman dapat terlihat

perubahan dalam suatu sistem kebudayaan yang pastinya terdapat

di masyarakat akibat dari rasa ingin tahu manusia yang besar

tersebut. Diawali dari rasa ingin tahu itulah, manusia selalu

mengeksplor apa yang ada di sekitarnya, baik itu yang baik atau

bahkan yang buruk, kemudian ingin menyampaikan hasil

pengeksplorasiannya selama ini kepada orang lain. Bertahap dari

komunikasi yang tadinya hanya bersifat personal, kemudian dapat

berkembang menjadi proses penyampaian pesan yang bersifat

masal, sehingga informasinya menjadi lebih luas jangkauannya

serta dapat merubah suatu pola kehidupan masyarakat yang lebih

luas lagi.

Media massa merupakan salah satu sarana untuk

pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam

pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian

pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.

Page 29: Data Quanty

(Dennis McQuil, 1987:1). Media massa sangat berperan dalam

perkembangan atau bahkan perubahan pola tingkah laku dari suatu

masyarakat, oleh karena itu kedudukan media massa dalam

masyarakat sangatlah penting. Dengan adanya media massa,

masyarakat yang tadinya dapat dikatakan tidak beradab dapat

menjadi masyarakat yang beradab. Hal itu disebabkan, oleh karena

media massa mempunyai jaringan yang luas dan bersifat massal

sehingga masyarakat yang membaca tidak hanya orang-perorang

tapi sudah mencakup jumlah puluhan, ratusan, bahkan ribuan

pembaca, sehingga pengaruh media massa akan sangat terlihat di

permukaan masyarakat.

Mengingat kedudukan media massa dalam perkembangan

masyarakat sangatlah penting, maka industri media massa pun

berkembang pesat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

stasiun televisi, stasiun radio, perusahaan media cetak, baik itu

surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya. Para pengusaha

merasa diuntungkan dengan mendirikan perusahaan yang bergerak

di bidang media massa seperti itu. Hal itu disebabkan karena

mengelola perusahaan dengan jenis spesifikasi mengelola media

massa adalah usaha yang akan selalu digemari masyarakat

sepanjang masa, karena sampai kapanpun manusia akan selalu

haus akan informasi.

Tugas dan fungsi pers adalah mewujudkam keinginan

kebutuhan informasi melalui medianya baik melalui media cetak

Page 30: Data Quanty

maupun media elektronik seperti, radio, televisi, internet. Fungsi

informatif yaitu memberikan informasi, atau berita, kepada

khalayak ramai dengan cara yang teratur. Pers akan memberitakan

kejadian-kejadian pada hari tertentu, memberitakan pertemuan-

pertemuan yang diadakan, atau pers mungkin juga

memperingatkan orang banyak tentang peristiwa-peristiwa yang

diduga akan terjadi.

(Budyatna, 2006 : 27)

DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad. 2006. Jurnalistik Teori Dan Praktek.

Bandung, Rosda.

McQuail, Denis, Teori komunikasi massa, Erlangga, Jakarta, 1987.

Sumber : blogger

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKATMaret 19, 2008 at 7:48 am | In RUANG GURU | 3 Comments

Fungsi Surveillance dan Fungsi Korelasi

Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk memperoleh gambaran isi pesan

komunikasi massa yang dilakukan secara:

Page 31: Data Quanty

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Objektif

Analisis isi dirumuskan dengan persis agar siapa saja yang menggunakan

akan memperoleh hasil yang sama.

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->sistematik

Isi media massa yang akan dianalisis dipilih dengan cara yang telah

ditetapkan

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->sosiologis

masalah yang akan dianalisis mempunyai relevansi dengan kehidupa

kemasyarakatan.

Analisis ini dapat menghaislkan pemahaman tentang pengiriman atau sumber

pesan, kecerdasan, kepribadian, sikap, motif, nilai dan tujuan serta pengaruh dari

kelompok. Namun perlu diperhatikan bahwa analisis isi tidak memberikan bukti

yang langsung tentang sifat komunikator, khalayak ataupun efeknya.

Sedangkan pendekatan analisis fungsional perhatiannya pada fungsi dan

disfungsi komunikasi massa bagi kehidupan anggota masyarakat.

Fungsi Pewarisan Budaya dan Fungsi Penghiburan

Pendekatan institusional berpandangan bahwa kelembagaan yang mewadahi

aktivitas komunikasi massa, ditentukan oleh sistem komunikasi yang berlaku

pada masyarakat tertentu. Misalnya lembaga komunikasi massa di negara

dengan sistem demokrasi, berbeda dengan yang berlaku di negara komunis.

Salah satu cara menjadikan komunikasi sosial melembaga adalah komunikasi

massa. Hal ini terjadi berkat adanya tata cara, prosedur serta aturan-aturan yang

Page 32: Data Quanty

mengikat. Dengan demikian komunikasi sosial yang ada di tegah masyarakat

terbentuk oleh berbagai ketentun tersebut di atas. Sehingga analisis mengeai

bentuk-bentuk kelembagaan komunikasi massa adalah menyangkut masalah

deteksi, deskripsi dan analisis tentang ekspektasi sosial.

KOMUNIKASI SEBAGAI SUATU SISTEM SOSIAL

Pengertian Sistem Sosial

Melalui fungsi surveillence, media massa memberikan informasi kepada

masyarakat. Segala peristiwa dan kejadian, di mana saja di sekitar kita baik dekat

maupun jauh hampir tidak pernah luput dari pemberitaan media massa. Contoh:

pada waktu meletusnya Perang Teluk, masyarakat di seluruh dunia dapat

mengikuti perkembangan dari detik ke detik selama 24 jam melalui media massa.

Fungsi surveillance sendiri bagi individu dapat berfungsi sebagai :

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->peringatan (warning)

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->menambah pretise

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Instrumental

. Pemberi status

Bagi masyarakat

<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->peringatan (awaning)

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->instrumental

Page 33: Data Quanty

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->membuat masyarakat menjadi etis

Interaksi Sistem Komunikasi Massa dengan Sistem Sosial Lainnya

Melalui fungsi pewarisan budaya, media massa melakukan pendidikan kepada

masyarakat, karena melalui informasi, maka masyarakat akan merasa lebih padu

dengan lainnya. Sehingga dengan demikian dapat dicapai suatu dasar berpikir

yang sama. Sebab melalui media massa semua informasi dapat menyebar

dengan cepat melebihi saluran yang lain.

Disfungsi dari pewarisan budaya bagi individu adalah proses sosialisasi yang

sama bagi setiap individu karena adanya pengaruh komunikasi massa yang

memberitakan hal-hal yang sama

Fungsi hiburan bagi individu merupakan pelepas lelah, sedangkan bagi masyarakat

adalah pelepas bagi kelompok-kelompok massa. Adapun disfungsinya bagi individu

adalah meningkatkan kepastian menurunnya selera sedangkan bagi masyarakat

merupakan suatu pelarian.

Sumber : multiply

Peran Komunikasi Massa Terhadap Perubahan Pola Perilaku Masyarakat

Jun 16, '07

1:35 PM

for everyone

tulisan ini kubuat saat mengikuti pemilihan mahasiswa berprestasi dan mahasiswa

teladan tahun 2007 di universitas malikussaleh. hasilnya aku juara III mahasiswa

berprestasi tahun ini.

Page 34: Data Quanty

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Perkembangan Komunikasi Massa berawal dari Sidang

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun

1946 di gedung Perguruan Tinggi Hunter New York Amerika

Serikat. Agenda sidang organisasi terbesar di dunia itu

adalah membahas kelangsungan keamanan dunia paska

Perang Dunia II. Dari sidang itulah Televisi sebagai salah

satu media komunikasi massa di perkenalkan. Ribuan

pengamat politik, pers dan masyarakat biasa dapat

menyaksikan sidang penting itu melalui Televisi dari luar

gedung yang di jaga ketat oleh aparat keamanan Amerika.

Sejak saat itu, Televisi mulai berkembang ke seluruh

penjuru dunia. Amerika Serikat merupakan Negara pertama

yang mengembangkan teknologi Televisi secara besar-

besaran. Bahkan pada tahun 2003 di Negara tersebut, tidak

kurang 750 stasiun siaran Televisi telah di dirikan. Jumlah

ini pasti lebih di tahun 2007. Dewasa ini Televisi telah

menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Hampir di

seluruh rumah-rumah penduduk baik di Indonesia maupun di

Negara lainnya, telah terdapat Televisi. Ini menunjukkan

televisi telah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia.

Sedangkan di Indonesia sendiri, Televisi baru di

perkenalkan pada tahun 1962. Sebagaimana pola

komunikasi lainnya, komunikasi massa dari waktu ke waktu

terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Perubahan

ini dapat di lihat dari jumlah stasiun televisi dan program

siaran yang di tawarkan ke publik. Dahulu pada awalnya,

Indonesia hanya memiliki satu stasiun Televisi, saat itu

hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang memancarkan

siaran. Untuk Indonesia, paska di cabutnya SIUPP (Surat Izin

Page 35: Data Quanty

Penerbitan Pers) tahun 1998, negeri ini telah memiliki

sepuluh stasiun siaran televisi baik swasta dan pemerintah.

Kemajuan teknologi komunikasi massa secara visual

juga di tampakkan dengan semakin menariknya tayangan

yang di sajikan. Bukan itu saja, program siarannya pun kini

semakin bervariasi. Dari siaran komedi sampai siaran

pariwisata. Dari siaran pendidikan sampai siaran hiburan

dan dari siaran yang mengandung nilai humor sampai ke

siaran yang mengandung kekerasa. Semuanya di rangkum

oleh televisi kita saat ini.

Semakin banyaknya stasiun Televisi yang bermunculan

di Indonesia maka seharusnya semakin maju pula negeri ini.

Hal ini di karenakan, menurut R. Mar’at dari Universitas

Padjadjaran Bandung, acara televisi pada umumnya

mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan rasa

penasaran para penonton. Kemampuan media Televisi untuk

“membius” penontonnya tidak dapat di ragukan. Secara

psikologi, jika ada seseorang yang terharu, menangis atau

bahkan menjerit saat menonton salah satu program televisi

yang di siarkan adalah hal yang wajar.

Persaingan antar stasiun televisi sendiri di Indonesia

semakin ketat. Semua stasiun Televisi berlomba-lomba

untuk membuat program unggulan yang sedang di minati

oleh masyarakat. Tujuannya, agar para pemasang iklan juga

mengiklankan produk mereka di stasiun televisi tersebut.

Stasiun Televisi jika tidak memiliki penonton, alamat station

tersebut tidak akan mendapatkan iklan. Akibatnya, tidak

akan ada pemasukan perusahaan. Bahkan tidak jarang, jika

telah mengalami penurunan jumlah pemasang iklan,

perusahaan Televisi akan meniru program yang di

tayangkan oleh salah satu Televisi yang sedang naik daun.

Inilah wajah pertelevisian di Indonesia. Kantong perusahaan

menjadi nomor satu. Sedangkan program siaran dan efeknya

menjadi samar dengan tujuan awal dari perusahaan Televisi

di negeri ini. Secara umum semua Televisi di negeri ini

Page 36: Data Quanty

bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini

juga terdapat dalam batang tubuh pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945.

Namun, fakta berbicara lain. Untuk mengeruk

keuntungan sebesar-besarnya sebagaimana prinsip

ekonomi, perusahaan Televisi mulai melupakan tujuan

utamanya. Tayangan kekerasan mulai marak di siarkan di

Indonesia. Seluruh stasiun Televisi memiliki program acara

jenis ini. Misalnya, program siaran PATROLI di Indosiar, Silet

di RCTI dan lain sebagainya. Meningkatnya angka

kriminalitas dewasa ini cendrung di tuding televisilah

sebagai biangkeroknya. Mungkin kita masih ingat sebuah

SMU di Colorado Amerika Serikat dibanjiri darah 25

siswanya. Mereka tewas dibantai dua siswa yang berulah

seperti Rambo. Dengan wajah dingin tanpa balas kasihan,

mereka memberondong temannya sendiri dengan timah

panas. Kejadian ini sungguh menggem-parkan dan banyak

pakar yang menuding tayangan kekerasan di televisi atau

komputer (game dan internet) sebagai biangkerok tindak

kekerasan yang terjadi di kalangan anak. Kasus lainnya

adalah pengakuan produser PATROLI Indosiar, Indira

Purnama Hadi. Indira bertutur, suatu hari dirinya

mewawancarai pelaku pencurian kendaraan bermotor di

Sleman, Yogyakarta. Usia pelaku kriminal itu masih sangat

muda, sekitar 17 tahun. Dalam sehari pria ini bisa mencuri

satu sampai dua kendaraan bermotor. Lalu, si pelaku tindak

pencurian ini mengaku, untuk mencuri dia mengikuti jejak

dari tayangan Patroli Indosiar.

Lalu inikah yang di sebut mendidik dari siaran Televisi?

Bukan hanya itu, prubahan pola tingkah laku remaja saat

ini, juga di kait-kaitkan dengan tayangan televise. Artinya,

banyak kalangan menilai televise mampu merubah budaya

(culture) dan perilaku manusia. Benarkah ini?

B.    Tujuan Penulisan

Page 37: Data Quanty

Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka

tujuan yang di hasilkan dari karya tulis ini adalah sebagai

berikut:

1.      Menganalisis dan Mendeskripsikan peranan

komunikasi massa dalam prubahan social dan budaya

masyarakat.

2.      Mendeskripsikan, menganalisis dan memberi solusi

dari efek tayangan kekerasan yang di siarkan oleh

stasiun televisi di Indonesia saat ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Komunikasi Massa

A.1. Pengertian

Setiap manusia pada hakikatnya sangat membutuhkan

komunikasi. Hal ini di karenakan, manusia memiliki sifat

untuk saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

Jika tidak menggunakan komunikasi antar sesamanya, maka

manusia itu akan terisolasi dari dunia yang semakin canggih

dan modern ini. Para pakar komunikasi menyebutkan,

kebutuhan manusia untuk berkomunikasi di dasari atas dua

kebutuhan, yaitu, kebutuhan untuk melangsungkan hidup

dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Hal ini sejalan dengan teori dasar biologi.

Harold D. Lasswell salah seorang peletak dasar Ilmu

Komunikasi menyebutkan tiga hal, mengapa manusia perlu

berkomunikasi, yaitu sebagai berikut:

Page 38: Data Quanty

1.      Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya.

Melalui komunikasi, manusia dapat mengetahui hal-hal

yang dapat di manfaatkan, di pelihara dan di

menghindar dari hal-hal yang mengancam alam

sekitarnya.

2.      Upaya manusia untuk beradaptasi dengan

lingkungannya. Proses kelanjutan hidup masyarakat

pada dasarnya, tergantung masyarakat itu sendiri.

Bagaimana komunitas-komunitas masyarakat di suatu

daerah tertentu beradaptasi dengan lingkungannya.

3.      Upaya untuk mentranspormasi warisan sosial. Suatu

masyarakat yang ingin melangsungkan hidupnya, maka

akan melakukan upaya transpormasi sosial terhadap

generasi penerusnya. Misalnya, bagaimana seorang

Ayah mengajarkan tatakrama terhadap anaknya.

Secara sederhana, Onong Uchjana Efendi

menyebutkan komunikasi adalah suatu proses penyampaian

pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media

tertentu. Sementara itu, sebagai salah satu cabang ilmu

sosial, Ilmu Komunikasi juga terbagi ke dalam beberapa

kajian ilmu lagi. Pembagian ini mengingat keterbatasan

manusia untuk menguasai seluruh bidang ilmu. Komunikasi

juga mengklasifikasikan diri kedalam Komunikasi Massa,

Komunikasi Politik, Komunikasi Antar Budaya dan lain

sebagainya.

Komunikasi Massa sendiri menurut Tan dan Wright,

merupakan salah satu bentuk yang menggunakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan

secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang

jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek

tertentu. Secara sederhana, komunikasi massa adalah

pesan yang di komunikasikan melalui media massa kepada

khalayak dalam jumlah besar.

Dari definisi di atas, dapat di simpulkan, bahwa

komunikasi massa harus di menggunakan media massa.

Page 39: Data Quanty

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci di rumuskan oleh

Gerber (1967). Menurutnya, komunikasi massa adalah

produksi dan distribusi yang berlandaskan pada lembaga

dan berkelanjutan serta di sampaikan secara luas.

A.2. Ciri-ciri Utama Komunikasi Massa

Ciri utama komunikasi massa terletak pada beberapa hal

sebagai berikut:

1.     Komunikator Terlembaga

Ciri ini adalah komunikator (penyampai pesan), dalam

komunikasi massa komunikator bukanlah personal.

Namun, lembaga yang menyampaikan pesan tersebut.

Lembaga penyampai pesan komunikasi massa ini

adalah media massa itu sendiri, seperti televisi, surat

kabar dan radio. Semua media itu bekerja terlembaga.

Misalnya, sebuah program tayangan televisi seperti

Sergap di RCTI maka terjadinya proses kerja lembaga

dalam proses penyajian program tersebut kepda

masyarakat. Program itu berawal dari rancangan

liputan yang di lakukan oleh wartawan, kemudia

wartawan mengirimkan atau menyetorkan hasil

liputannya kepada redaktur media tersebut. Redaktur

akan mengedit kembali gambar dan tata bahasa yang

di gunakan wartawannya. Setelah semuanya

berlangsung sesuai prosedur, berita tersebut akan di

serahkan ke bagian teknisi untuk di tampilkan ke layar

televisi. Skrip berita itu tentunya akan di berikan

kepada pembaca berita (presenter). Seluruh proses itu

bukan di lakukan secara personal, namun di lakukan

oleh tim atau banyak orang. Sehingga di sebutlah

komunikator dalam komunikasi massa terlembaga.

2.     Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa bersifat terbuka. Hal ini di

karenakan, komunikan tersebar di berbegai tempat.

Selain itu, pesan bersifat umum maksudnya adalah

Page 40: Data Quanty

pesan-pesan yang di sampaikan oleh komunikator di

tujukan oleh masyarakat luas atau masyarakat umum.

Tidak ada klasifikasi pesan, misalnya di khususkan

untuk masyarakat di Pulau Jawa dan lain sebagainya.

Meskipun demikian, pesan yang di sampaikan melalui

komunikasi massa harus melalui tahap seleksi terlebih

dahulu. Pesan itu sendiri dapat berupa peristiwa, fakta

dan opini. Namun, tidak semua pesan dapat di

tayangkan atau di tampilkan melalui komunikasi

massa. Tolak ukur pesan dalam komunikasi massa

adalah adanya nilai (value) penting dan menarik di

dalamnya. Bagi jurnalis atau wartawan ini di sebut

sebagai nilai-nilai berita. Nilai penting dan menarik itu

sendiri sangat relatif. Semua itu tergantung bagaimana

peristiwa, opini dan fakta tersebut penting di ketahui

oleh masyarakat. Sehingga masyarakt tertarik untuk

menonton tayangan tersebut. Pada akhirnya,

masyarakat tidak akan meninggalkan saluran media

komunikasi massa tersebut dan berpindah ke saluran

(channel) lainnya.

3.     Komunikan Heterogen

Komunikan atau penerima informasi dalam komunikasi

massa bersifat heterogen. Hal ini di karenakan,

komunikasi massa menyampaikan pesan secara umum

pada seluruh masyarakat, tanpa membedakan suku,

ras dan usia. Masyarakat yang menerima pesan ini

beragam karakter psikologi, usia, tempat tinggal, adat

budaya, strata sosial dan agamanya.

4.     Media Massa bersifat Keserempakan

Komunikasi massa bersifat keserempakan. Dalam hal

ini, keserempakan yang di maksud adalah tayangan

atau program siaran di sampaikan secara serempak.

Misalnya, sinetron Bawang Merah dan Bawang Putih di

RCTI di terima secara serempak oleh seluruh

masyarakat Indonesia.

Page 41: Data Quanty

5.     Pesan yang di sampaikan satu arah

Dalam komunikasi massa pesan yang di sampaikan

oleh komunikator bersifat satu arah. Tidak terjadi

interaksi antara komunikator dan komunikan dalam

sebuah program siaran. Dewasa ini, sifat satu arah ini

lebih dominan dari pada sifat interaksi. Meskipun, pada

program khusus, kemungkinan interaksi masih terbuka

bebas. Misalnya, program Talk Show, bedah editorial

Media Indonesia di Metro TV dan lain sebagainya.

6.     Umpan Balik Tertunda (Delayed feed back)

Umpan balik merupakan wujud respon komunikan dari

pesan yang di sampaikan oleh komunikator. Umpan

balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda, dalam

arti umpan balik yang di sampaikan oleh komunikan

tidak langsung di terima oleh komunikator. Misalnya,

sebuah tayangan kekerasan di siarkan oleh salah satu

stasiun televisi di Indonesia. Dalam psikologi di

sebutkan, respon yang di terima masyarakat terdiri

dari mendukung atau menolak tayangan tersebut. Pro

dan kontra ini tidak dapat di sampaikan secara

langsung saat program tayangan kekerasan tersebut

sedang di siarkan. Butuh waktu untuk menyampaikan

pesan. Penyampaian pesan ini dapat berupa kritik

terhadap tayangan tersebut melalui surat pembaca di

media massa dan lain sebagainya.

A.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa awalnya di cetuskan oleh

Laswell pada tahun 1948. Tokoh ilmu Komunikasi yang

mendalami Komunikasi Politik ini menyebutkan, fungsi

komunikasi massa secara umum adalah untuk pengawasan

lingkungan hidup, pertalian dan transmisi warisan sosial.

Wright (1960) menyebutkan fungsi komunikasi massa

berguna untuk menghibur. Mandelson berpendapat lain, dia

Page 42: Data Quanty

menyebutkan fungsi komunikasi massa dalam hal untuk

menghibur akan berpengaruh terhadap trasmisi budaya dan

menjauhkan kerapuhan masyarakat. Media massa memiliki

nilai edukasi sebagai salah satu fungsinya.

Dari dasar ide dan gagasan para ahli di atas,

serangkaian fungsi komunikasi massa untuk masyarakat

terdiri sebagai berikut:

1.      Informasi

Fungsi informasi terdiri dari sebagai berikut:

-          Menyediakan informasi tentang peristiwa dan

kondisi dalam amsyarakat dan dunia.

-          Menunjukkan hubungan kekuasaan

-          Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.

2.      Korelasi

Fungsi korelasi terdiri dari sebagai berikut:

-          Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna

dan informasi

-          Menunjang otoritas dan norma-norma yang

mapan

-          Melakukan sosialisasi

-          Mengkoordinasikan beberapa kegiatan

-          Membentuk kesepakatan

-          Menentukan urutan prioritas dan memberikan

status relatif

3.      Kesinambungan

Diantaranya terdiri dari:

-          Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui

keberadaan kebudayaan khusus (subculture)

Page 43: Data Quanty

serta perkembangan budaya baru\

-          Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

4.      Hiburan

Diantaranya terdiri dari:

-          Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan

sarana relaksasi

-          Meredakan ketegangan sosial

5.      Mobilisasi

Diantaranya terdiri dari:

-          Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam

bidang politik, perang, pembangunan ekonomi,

pekerjaan dan kadang kala juga dalam bidang

agama.

Fungsi lain dari media massa juga di tinjau dari sudut

pandang kepuasan indovidual. Hal ini menyangkut tentang

kepuasaan individu terhadap tayangan yang di sajikan oleh

media massa. Teori tentang kepuasaan atau di sebut dengan

fungsionalisme individual ini di sebut Mc Quail sebagai salah

satu fungsi media untuk kepentingan pribadi. Mc Quail

menyebutkan fungsi media massa atau komunikasi massa

untuk kepentingan pribadi sebagai berikut:

1.      Informasi

Diantaranya terdiri dari:

-          Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi

yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,

masyarakat dan dunia.

-          Mencari bimbingan menyangkut berbagai

masalahpraktis, pendapat dan hal-hal yang

berkaitan dengan penentuan pilihan.

-          Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

Page 44: Data Quanty

-          Belajar atau pendidikan diri sendiri

-          Memperoleh rasa damai melalui penambahan

pengetahuan

2.      Indentitas Pribadi

Diantaranya terdiri dari:

-          Menentukan penunjangan nilai-nilai pribadi

-          Menemukan model prilaku

-          Mengindentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain

(dalam media)

-          Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3.      Integrasi dan Interaksi Sosial

Dianataranya terdiri dari:

-          Memperoleh pengetahuan tentang diri orang lain

atau empati sosial

-          Mengindentifikasi diri dengan orang lain dan

meningkatkan rasa memiliki

-          Menemukan bahan percakapan dalam interaksi

sosial

-          Memperoleh teman selain dari manusia

-          Membantu menjalankan peran sosial

-          Memungkinkan seseorang untuk dapat

menghubungi sanak-keluarga, teman dan

masyarakat

4.      Hiburan

Diantaranya terdiri:

-          Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan

-          Bersantai

Page 45: Data Quanty

-          Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

-          Mengisi waktu

-          Penyaluran emosi

-          Membangkitkan gairah seks

B.    Teori Komunikasi Massa

Efek komunikasi massa telah lama di perbincangkan

dalam khasanah kajian Ilmu Komunikasi. Bahkan, efek ini di

kaji secara ilmiah oleh para pemikir atau ilmuan komunikasi.

Salah satunya yang membahas tentang efek media adalah

wilbur Schraam. Schraam mencetuskan teori Jarum

Hipodermik (hypodermic needle theory) dalam istilah

indonesia teori ini di kenal dengan teori peluru atau teori

tolak peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki

kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan di anggap

pasif atau tidak tahu apa-apa. Pesan-pesan komunikasi

massa yang di sampaikan kepada khalayak yang heterogen

dapat di terima secara langsung tanpa memiliki filter sama

sekali. Artinya, komunikan sangat terbius oleh suntikan

pesan yang di sampaikan media massa. Suntikan pesan ini

masuk ke dalam saraf dan otak serta melakukan tindakan

sesuai dengan pesan komunikasi massa tersebut. Pendapatn

Schramm di dukung oleh Paul Lazarzfeld dan Raymond

Bauer.

Teori lain yang berbicara tentang efek media massa

terhadap publik atau khayaknya adalah teori agenda setting

(teori penataan agenda). Teori milik Mc. Combs dan D.L.

Shaw menyebutkan jika media memberikan tekanan pada

suatu peristiwa, maka media tersebut akan mempengaruhi

khalayak untuk menganggapnya penting. Jika melihat

argumen yang di kemukakan oleh dua pakar komunikasi ini

maka, media cendrung membuat agenda tayangannya

terhadap publik. Ini yang kemudian di kenal sebagai istilah

manajemen media massa. Manajemen media massa sendiri

terdiri dari bagaimana mengatur program siaran, proses

Page 46: Data Quanty

membuat program tersebut dan lain sebagainya. Media di

Indonesia tampaknya memang menganut teori yang satu ini.

Dimana dalam kasus Tayangan Kekerasan semua media

memiliki tayangan jenis ini dengan nama yang berbeda.

Bukan hanya tayangan kekerasan berita yang di tampilkan

seperti Patroli, Sergap, Sidik dan lain sebagainya. Namun,

tayangan kekerasan lainnya seperti Smack Down dan

tayangan sinetron berbau kekerasan turut mendapat

tempat di hati publik. Sinetron yang termasuk dalam

tayangan kekerasan adalah Sinetron Anak Ajaib yang di

perankan oleh Joshua.

Menyangkut terhadap perubahan budaya, media juga

berperan penting. Sudah menjadi rahasia umum, media

memiliki kemampuan yang luar biasa untuk merubah,

menciptakan atau bahkan menghilangkan budaya. Budaya

yang telah berkembang di tengah komunitas tertentu secara

perlahan akibat terjangan media akan hilang dengan

sendirinya. Ini yang tengah terjadi di Indonesia. Teori yang

membahas masalah ini yaitu Teori Norma Budaya (cultural

norms theory). Dalam teori yang di perkenalkan oleh Melvin

DeFleur ini menyebutkan media massa melalui program

tertentu dapat menguatkan budaya atau bahkan sebaliknya

media massa menciptakan budaya baru dengan caranya

sendiri. Penekanan media pada program siaran tertentu

akan membuat masyarakat menganggap penting dan

mengikuti tindakan-tindakan seperti yang di tampilkan di

media tersebut. Contoh yang terjadi di Indonesia adalah

kasus Ny. Lia Marfiandi. Ibu muda ini terkejut saat melihat

anaknya yang berusia delapan tahun memecahkan piring

dan gelas secara tiba-tiba. Bahkan, sang anak tidak merajuk

atau lain sebagainya. Sang anak ini mengaku melihat

tampilan Joshua dalam sinetron Anak Ajaib. Sehingga, dia

melakukan pemecahan piring, gelas dan pas bunga sambil

tertawa terbahak-bahak.

C.    Budaya

Page 47: Data Quanty

Budaya berasal dari kata budhi atau dalam bahasa

sanksekerta buddayah yang berarti budi atau akal.

Sedangkan kebudayaan (culture) yang berarti mengolah,

mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan terutama

dalam pengertian ini mengolah tanah atau bertani. Menurut

Koentjaraningrat kebudayaan berarti keseluruhan manusia

dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh

tatakelakuan yang harus di dapatnya dengan belajardan

yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Sidi Gazalba menyebutkan kebudayaan

adalah cara berpikir dan merasa yang menyatakan diri

dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia

yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang atau

suatu waktu.

Pakar antropologi lainnya R. Linton dalam buku the

cultural background of personality menyatakan bahwa

kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan

perbuatan manusia, yang unsur-unsur pembentukannya

dididukung serta di teruskan oleh anggota masyarakat

tertentu. Hal yang paling mudah di pahami tentang definisi

kebudayaan di cetuskan oleh Melville J. Herkovits.

Antropolog Amerika mendefinisikan kebudayaan adalah

bagian dari lingkungan buatan manusia. Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya dan kebudayaan di

tafsirkan dengan arti pikiran atau akal.

Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan

kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan

dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya

dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam

kehidupan masyarakat. Untuk lebih jelas, dapat di rinci

sebagai berikut:

1.      Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang di

lakukan dan di hasilkan manusia. Karena itu meliputi :

a.       Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang

meliputi benda-benda ciptaan manusia, seperti alat-

Page 48: Data Quanty

alat perlengkapan hidup.

b.      Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu

semua hal yang tidak dapat di lihat dan di raba

sperti religi, bahsa dan ilmu pengetahuan.

2.      Bahwa kebudayaan itu tidak di wariskan secara

generatif (biologis), melainkan hanya mungkin di

peroleh dengan cara belajar.

3.      Bahwa kebudayaan itu di peroleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Tanpa masyarakat akan sulit bagi

manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya

tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara

individual maupun masyarakat, dapat

mempertahankan kebudayaannya.

D.   Pembahasan Masalah

D.1. Hubungan Media Massa dan Masyarakat

Hubungan media massa dengan masyarakat telah di

bahas dengan berbagai pendekatan yang berbeda. Pertama,

hubungan tersebut merupakan bagian dari sejarah

perkembangan setiap media massa dalam masyarakat

sendiri. Pola hubungan tersebut merupakan hasil refleksi

sejarah yang di perkirakan turut berperan dalam

perkembangan sejarah itu tersendiri. Terlepas dari adanya

persamaan dari beberapa institusi media pada semua

masyarakat, pada awalnya media juga menerapkan kegiatan

dan konvensi sebagaimana yang diterapkan oleh institutasi

nasional lainnya. Hal itu tampak dalam isi media. Mediapun

memenuhi harapan khalayaknya. Media mencerminkan,

menyajikan dan kadangkala berperan serta secara aktif

untuk memenuhi kepentingan nasional yang di tentukan

oleh para aktor dan isntitusi lain yang lebih kuat.

Kedua, gambaran media sebagai institusi mediasi,

yang menghubungkan para anggota masyarakat biasa

dengan peristiwa dunia yang sulit di jangkau oleh penguasa,

merupakan ide yang mengandung konsep hubungan yang

Page 49: Data Quanty

terjadi setidak-tidaknya karena adanya arus informasi yang

berkesinambungan. Ketiga, sebagai suatu institusi yang di

perlukan bagi kesinambungan sistem sosial masyarakat

industri (informasi) modern yang berskala besar. Hubungan

lainnya, dapat di lihat dari sisi normatif. Dalam sisi normatif

ini di sebutkan harapan masyarakat terhadap media dan

peran yang seharusnya di mainkan oleh media. Hal ini di

karenakan, dalam fungsi media telah di sebutkan media

massa berperan untuk membuat rasa nyaman terhdap

publik atau komunikannya. Jika, masyarakat mulai tidak

suka terhadap tayangan yang di tampilkan oleh televisi

maka televisi tersebut dengan sendirinya akan mengalami

“miskin” pendapatan. Pendapatan televisi terbesar di

peroleh dari iklan. Para pemasang iklan akan melihat rating

tayangan tertentu jika memasang iklan di televisi tersebut.

Sebut saja misalnya, sebuah perusahaan akan mengiklankan

produknya di salah satu stasiun televisi. Jika rating program

yang di tayangkan sangat sedikit penontonnya, maka si

pemilik perusahaan akan memilih program lain atau stasiun

televisi lainnya yang memiliki penonton dengan jumlah

besar.

D.2. Efek Tayangan Kekerasan Terhadap Masyarakat

Sebagaimana telah di singgung di atas, komunikasi

massa merupakan proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan

media massa sebagai saluran penyampaiannya. Maraknya

tayangan kekerasan di televisi dewasa ini seperti SERGAP di

RCTI, PATROLI di Indosiar dan SIDIK di TPI merupakan

fenomena baru dalam tayangan televisi di Indonesia. Dalam

format tayangannya, program siaran berbau kekerasan

tersebut mewabah ke stasiun televisi lainnya. Bahkan TPI

yang mengusung misi sebagai televisi pendidikan juga turut

membuat format tayangan ini. Awalnya menurut Indira Hadi

Purnama pemimpin redaksi Patroli Indosiar tujuan program

Patroli milik statsiun televisinya untuk menghilangkan jenuh

Page 50: Data Quanty

masyarakat (komunikan). Kejenuhan masyarakat selama ini

yang selalu di sodorkan dengan berita-berita politik ini yang

di sebut Indira sebagai proses pembaharuan program

tayangan dan mencuri pasar media.

Banyaknya televisi yang menayangkan berita-berita

politik membuat masyarakat jenuh dan akhirnya secara

tidak langsung berharap agar stasiuntelevisi kreative dan

melahirkan program siaran yang baru. Maka, Indira memilih

untuk membuat tayangan Patroli dengan mengedepankan

berita-berota kriminal. Tayangan ini sendiri di liput secara

langsung oleh wartawan stasiun televisi tersebut. Hubungan

antara aparat kepolisian dan wartawan yang di tempatkan

dalam desk berita kriminal sejauh ini sangat harmonis.

Setiap kali akan melakukan penangkapan, polisi akan

memberitahukan kepada wartawan. Dalam tayangannya,

seorang tersangka atau pelaku tindak kriminal di buru oleh

Polisi. Jika si pelaku melarikan diri, Polisi akan mengejar dan

menembak pelaku tersebut. Seluruh proses penggerebekan,

pengejaran dan penembakan pelaku kriminal ini di rekam

oleh kamera wartawan yang mengikuti proses penangkapan

tersebut. Bahkan, dalam gambar yang di tampilkan, tidak

jarang bercak darah bekas penembakan terlihat jelas oleh

masyarakat sebagai penonton setia tayangan tersebut.

Secara etik jurnalistik, memperlihatkan tayangan langsung

seperti ini dengan bercak darah dan kekerasan yang terjadi

merupakan sebuah pelanggaran. Hal ini tertuang dalam

Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia (KEWI) Pasal 12

yang menyebutkan, Jurnalis tidak menyajikan berita yang

mengumbar kecabulan, kekejaman, kekerasan fisik dan

seksual. Namun, pada kenyataannya, tayangan jenis ini

semakin berkembang di Indonesia. Sedikitnya delapan

program televisi bertema kriminalitas, dengan berbagai

nama program, ditayangkan setiap hari oleh stasiun-stasiun

televisi di Indonesia, dengan durasi sedikitnya 30 menit

hingga 1 jam. Ini belum termasuk berita-berita kriminalitas

dalam program liputan umum. Dilihat dari jam tayangnya,

sebagian besar program kriminalitas menempati jam-jam

Page 51: Data Quanty

prime time, yaitu rentang waktu di mana jumlah penonton

televisi mencapai puncaknya. Bukan hanya itu, tayangan

kekerasan lainnya seperti Smack Down di LatiVi juga

merupakan salah satu bentuk tayangan kekerasan yang di

tampilkan oleh media massa di Indonesia. Tayangan Smack

Down sendiri awalnya tahun 2000 telah di siarkan oleh

stasiun televisi TPI.

Kenyataan ini dikuatkan dengan laporan rating

program televisi yang memperlihatkan bahwa tayangan

bertema kriminalitas, di samping infotainment dan tayangan

bertema klenik-supranatural, menjadi primadona dengan

menempati ranking-ranking teratas program yang paling

banyak ditonton khalayak. Mencermati fenomena ini, jelas

bahwa kondisi industri pertelevisian di Indonesia sendiri

telah menyuburkan situasi yang memungkinkan masyarakat

diterpa informasi kriminalitas tanpa henti. Sehingga

memperbesar kemungkinan berlakunya efek media pada

masyarakat. Pengakuan seorang Pelaku Pencurian

Kendaraan bermotor di SelamanYigyakakarta kepada Indira

Pemimpin Redaksi Patroli Indosiar menyebutkan dirinya

menggunakan motiv operandi yang di siarkan oleh Patroli

menjadi sebuah kenyataan yang tidak dapat di bantahkan

oleh siapapun. Kenyataan ini lah yang membuat risau

masyarakat di seluruh Indonesia terhadap tayangan

kekerasan tersebut.

Berharap bahwa pihak media mau berbaik hati

mengurangi tayangan bertema kekerasan di televisi sama

saja dengan menggantang asap di atas perapian. Stasiun

televisi jelas tidak mau merugi. Investasi yang mahal harus

dikembalikan secepatnya, keuntungan yang diperoleh pun

harus berlipat ganda. Bagaimana dengan instrumen

hukum?. Kontroversi seputar RUU Penyiaran jelas

memperlihatkan bahwa dalam pemakaian ruang publik pun,

media massa tidak mau diatur. Apalagi dalam pembatasan

isi siaran, yang kerap dimaknai secara sepihak sebagai

pembatasan kebebasan pers.

Page 52: Data Quanty

Televisi sudah merasa cukup menjalankan produksi

pemberitaan dan informasi (bertema kriminalitas) sesuai

dengan kaidah teknis objektivitas berita, tanpa mau repot-

repot memikirkan dampak etis pemberitaannya. Kalau ada

yang sampai terpengaruh, media massa tidak akan pernah

mau disalahkan. Salahkan saja penontonnya, kenapa mau

saja menonton, dan kenapa bisa sampai terpengaruh. Pihak

media merasa sudah cukup bertindak etis dengan

memasang logo PG (Parental Guide, dengan bimbingan

orang tua) bertuliskan pembatasan usia penonton pada

acara-acara "keras".

Padahal, pada kenyataannya, cara itu sungguh

mustahil untuk mengontrol pembatasan usia penonton.

Menilik realitas semacam itu, penonton sendirilah kini yang

harus mewajibkan diri untuk mengkritisi tayangan televisi,

sehingga tidak terseret arus dominan realitas televisi

(berikut gaya hidupnya). Tak ada salahnya, dan tidak ada

ruginya berpuasa dari tontonan televisi yang tidak

mencerdaskan.

Indonesia juga perlu memiliki mediawatch sebanyak-

banyaknya. Mediawatch yang tidak saja mengontrol fungsi-

fungsi media dan mengadvokasi kepentingan publik. Tetapi

juga mendidik masyarakat untuk mengonsumsi televisi

secara cerdas dan kritis. Masyarakat penyiaran Indonesia

kini baru sebatas organisasi yang terdiri dari elite-elite

media dan akademisi pemerhati media. Di masa depan,

organisasi ini perlu didesentralisasi sampai ke tingkat lokal.

Kiprahnya juga perlu diperluas sampai ke tingkat akar

rumput dengan melibatkan partisipasi masyarakat secara

menyeluruh. Dalam kerangka sistem kapitalisme global

industri media massa saat ini, di mana materi menjadi

penentu segalanya, hanya penonton selaku konsumenlah

yang punya kekuatan untuk memaksa stasiun televisi

menayangkan informasi-informasi kriminalitas (atau

informasi apa pun) secara etis, dan lebih mencerdaskan

penonton.

Page 53: Data Quanty

D.3. Efek Tayangan Televisi Terhadap Anak-anak

  Tayangan kekerasan juga berpengaruh terhadap pola

prilaku anak. beberapa efek yang di timbulkan oleh

tayangan ini di antaranya sebagai berikut:

a.      Jadi Agresor dan Tak Pedulian

Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengaruh

tayangan kekerasan terhadap perilaku anak. Ini tentu

membuat semakin sulit untuk mengatakan bahwa tayangan

televisi berpengaruh terhadap perilaku anak. Sementara,

meski masih simpang siur, peneliti di luar sudah

menyimpulkan ada korelasi - untuk tidak menyebut

penyebab - antara tayangan kekerasan dengan perilaku

anak. Sebuah survai pernah dilakukan Christian Science

Monitor (CSM) tahun 1996 terhadap 1.209 orang tua yang

memiliki anak umur 2 - 17 tahun. Terhadap pertanyaan

seberapa jauh kekerasan di TV mempengaruhi anak, 56%

responden menjawab amat mempengaruhi. Sisanya, 26%

mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi, dan 11% tidak

mempengaruhi.

Hasil penelitian Dr. Brandon Centerwall dari Universitas

Washington memperkuat survai itu. Ia mencari hubungan

statistik antara meningkatnya tingkat kejahatan yang

berbentuk kekerasan dengan masuknya TV di tiga negara

(Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan). Fokus penelitian

adalah orang kulit putih. Hasilnya, di Kanada dan Amerika

tingkat pembunuhan di antara penduduk kulit putih naik

hampir 100%. Dalam kurun waktu yang sama, kepemilikan

TV meningkat dengan perbandingan yang sejajar. Di Afrika

Selatan, siaran TV baru diizinkan tahun 1975. Penelitian

Centerwall dari 1975 - 1983 menunjukkan, tingkat

pembunuhan di antara kulit putih meningkat 130%. Padahal

antara 1945 - 1974, tingkat pembunuhan justru menurun

(Kompas, 20-3-1995).

Centerwall kemudian menjelaskan, TV tidak langsung

berdampak pada orang-orang dewasa pelaku pembunuhan,

Page 54: Data Quanty

tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit tertanam pada si

pelaku sejak mereka masih anak-anak. Dengan begitu ada

tiga tahap kekerasan yang terekam dalam penelitian:

awalnya meningkatnya kekerasan di antara anak-anak,

beberapa tahun kemudian meningkatnya kekerasan di

antara remaja, dan pada tahun-tahun akhir penelitian di

mana taraf kejahatan meningkat secara berarti yakni

kejahatan pembunuhan oleh orang dewasa.

Penemuan ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga

Kesehatan Mental Nasional Amerika yang dilakukan dalam

skala besar selama sepuluh tahun. "Kekerasan dalam

program televisi menimbulkan perilaku agresif pada anak-

anak dan remaja yang menonton program tersebut,"

demikian simpulnya. Sedangkan Ron Solby dari Universitas

Harvard secara terinci menjelaskan, ada empat macam

dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan

kepribadian anak. Pertama, dampak agresor di mana sifat

jahat dari anak semakin meningkat; kedua, dampak korban

di mana anak menjadi penakut dan semakin sulit

mempercayai orang lain; ketiga, dampak pemerhati, di sini

anak menjadi makin kurang peduli terhadap kesulitan orang

lain; keempat, dampak nafsu dengan meningkatnya

keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan

dalam mengatasi setiap persoalan.

 

b.     Nonton untuk pelarian

Tapi, benarkah agresivitas anak-anak terjadi hanya

karena tayangan kekerasan di layar kaca? "Pada dasarnya

setiap manusia itu mempunyai sifat agresif sejak lahir,"

ungkap Fawzia. Sifat ini berguna dalam bertahan hidup.

Tanpa agresivitas, anak tidak akan bereaksi jika mendapat

rangsangan yang mengancamnya. Tetapi, tanpa pengarahan

yang baik, sifat itu bisa merusak.

Ada yang melihat, proses dari sekadar tontonan

sampai menjadi perilaku perlu waktu yang cukup panjang.

Namun, yang merepotkan bila tontonan kekerasan jadi

Page 55: Data Quanty

suguhan sehari-hari, sehingga menjadi hal yang biasa,

apalagi lingkungan sekitar juga mendukung.

Menurut psikolog dari Universitas Stanford, Albert

Bandura, respons agresif bukan turunan, tetapi terbentuk

dari pengalaman. Ada permainan yang dapat memicu agresi.

"Orang belajar tidak menyukai dan menyerang tipe individu

tertentu melalui pengalaman atau pertemuan langsung yang

tidak menyenangkan."

Bayangkan, bila dalam sehari disuguhkan 127 adegan

kekerasan, berapa yang akan diterima dalam seminggu,

sebulan, atau setahun? Mungkinkah akhirnya si anak

merasa, memang "tidak apa-apa" memukul dan menganiaya

orang lain?

Hasil survai berikut bisa memberikan gambaran. Rata-

rata orang Amerika menonton TV selama 25 - 30 jam per

minggu. Dalam penelitian yang melibatkan 100.000 orang

sebagai subjek disimpulkan, ada bukti kuat hubungan

antara perilaku agresif dan melihat tayangan TV yang

bermuatan kekerasan dalam waktu lama (ekstensif).

Banyak anak begitu betah menghabiskan waktu

berjam-jam di depan TV. "Menurut mereka, televisi adalah

cara terbaik untuk menyingkirkan perasaan tertekan, atau

untuk mencoba lari dari perasaan itu," kata Mark I Singer,

guru besar di Mandel School of Applied Social Sciences yang

meneliti 2.244 anak sekolah yang berumur 8 - 14 tahun di

Northeast Ohio, AS.

Malah menurut majalah TV Guide, sekitar 70% anak

yang menonton TV menyatakan, nonton TV hanya sebagai

pelarian. Hanya 1 dari 10 pemirsa yang mengatakan TV

untuk olah intelektual.

Padahal, penelitian menunjukkan, menonton TV

berjam-jam secara pasif justru meningkatkan level trauma

Page 56: Data Quanty

kejiwaan. "Kegiatan nonton TV berjam-jam tidak

menghilangkan rasa tertekan, tapi membuatnya makin

parah," tambah Singer.

Rupanya, ada hubungan antara pilihan program

dengan tingkat kemarahan atau agresi. "Anak laki-laki atau

perempuan yang memilih program TV dengan banyak aksi

dan perkelahian - atau program kekerasan tinggi, memiliki

nilai kemarahan yang tinggi dibandingkan anak lainnya.

Mereka juga dilaporkan lebih banyak menyerang anak lain,"

ujar Singer.

Yang menarik, ada hubungan nyata antara kebiasaan

menonton TV dengan tingkatan pengawasan orang tua.

Pengawasan itu berupa pengenalan orang tua akan teman-

teman sang anak, di mana mereka berada sepanjang hari.

Selain itu, apakah orang tua juga menetapkan dan

menjalankan peraturan pembatasan waktu bermain di luar

rumah atau nonton TV.

Anak yang tidak diawasi dengan ketat akan menonton

TV lebih banyak dibandingkan anak-anak yang lain.

Kelompok ini lebih banyak menonton program aksi dan

perkelahian atau video musik. "Sebanyak 58% anak

perempuan yang kurang diawasi, lebih memilih program TV

berbau kekerasan atau video musik," ungkap Singer.

Singer juga melaporkan, hampir separuh kelompok

anak perempuan dengan tingkat kemarahan tinggi punya

pikiran untuk bunuh diri. Sedangkan pada kelompok anak

laki-laki tipe yang sama merasa takut akan ada orang yang

membunuh mereka.

Apalagi menurut Aletha Huston, Ph.D. dari University

of Kansas, "Anak-anak yang menonton kekerasan di TV lebih

mudah dan lebih sering memukul teman-temannya, tak

mematuhi aturan kelas, membiarkan tugasnya tidak selesai,

dan lebih tidak sabar dibandingkan dengan anak yang tidak

Page 57: Data Quanty

menonton kekerasan di TV."

Toh tidak semua pihak setuju dengan pendapat bahwa

kekerasan di TV berakibat langsung pada perilaku. Satu

kajian oleh para ahli ilmu jiwa Inggris menyebutkan, tak ada

kaitan langsung antara kekerasan di TV dengan perilaku

anak.

Namun, ada syarat yang harus dipenuhi. "Tak ada yang

lebih baik daripada keluarga yang hangat, sekolah yang

bermutu, dan masyarakat yang peduli," tutur ahli perilaku

Tony Charlton, yang memimpin kajian itu. "Kalau tiga aspek

itu terpenuhi, tak ada masalah dengan kekerasan yang

ditonton."

Film laga harus pula dilihat dari aspek positifnya, yaitu

bahwa anak membutuhkan figur pahlawan, jagoan, dan

heroisme. Di sinilah peran orang tua untuk mengajaknya

menarik garis perbedaan antara dunia nyata dan film.

Seperti yang dikatakan Madeline Levine, Ph.D., psikolog di

Marin County, Kalifornia, "Pada umur sembilan tahun anak

baru bisa membedakan antara kenyataan dan fantasi."

Majalah Time (12-1-1998) juga memaparkan hasil

sebaliknya. Selama tiga tahun peneliti Inggris, Tony

Charlton, memantau perilaku 859 anak di pulau terpencil

Saint Helena, Atlantik. Ia menemukan, tidak ada perubahan

perilaku pada mereka yang menonton TV dari berbagai

belahan dunia yang diterima melalui satelit. Tapi jangan-

jangan, Charlton tidak memperhatikan populasi penduduk

yang hanya 5.600 orang dan letaknya yang terpencil itu?

 

c.      Orang Tua Contoh Model Anak

Dari berbagai kemungkinan masalah yang bisa timbul,

tentu peran orang tua tidak bisa diabaikan. Sikap orang tua

terhadap TV akan mempengaruhi perilaku anak. Maka

sebaiknya orang tua lebih dulu membuat batasan pada

dirinya sebelum menentukan batasan bagi anak-anaknya.

Biasanya, di kala lelah atau bosan dengan kegiatan rumah,

Page 58: Data Quanty

orang tua suka menonton TV. Tetapi kalau itu tidak

dilakukan dengan rutin, artinya Anda bisa melakukan

kegiatan lain kalau sedang jenuh, anak akan tahu ada

banyak cara beraktivitas selain menonton TV.

Usahakan TV hanya menjadi bagian kecil dari

keseimbangan hidup anak. Yang penting, anak-anak perlu

punya cukup waktu untuk bermain bersama teman-teman

dan mainannya, untuk membaca cerita dan istirahat,

berjalan-jalan dan menikmati makan bersama keluarga.

Sebenarnya, umumnya anak-anak senang belajar dengan

melakukan berbagai hal, baik sendiri maupun bersama

orang tuanya.

Hal penting kedua adalah mengikutsertakan anak

dalam membuat batasan. Tetapkan apa, kapan, dan

seberapa banyak acara TV yang ditonton. Tujuannya, agar

anak menjadikan kegiatan menonton TV hanya sebagai

pilihan, bukan kebiasaan. Ia menonton hanya bila perlu.

Untuk itu video kaset bisa berguna, rekam acara yang Anda

sukai lalu tonton kembali bersama-sama pada saat yang

sudah ditentukan. Cara ini akan membatasi, karena anak

hanya menyaksikan apa yang ada di rekaman itu.

Masalah jenis program yang ditonton sangat penting

dipertimbangkan sebab itu menyangkut masalah kekerasan,

adegan seks, dan bahasa kotor yang kerap muncul dalam

suatu acara. Kadang ada acara yang bagus karena memberi

pesan tertentu, tetapi di dalamnya ada bahasa yang kurang

sopan, atau adegan - seperti pacaran, rayuan - yang kurang

cocok untuk anak-anak. Maka sebaiknya orang tua tahu isi

acara yang akan ditonton anak. Usia anak dan kedewasaan

mereka harus jadi pertimbangan. Dalam hal seks, orang tua

sebaiknya bisa memberi penjelasan sesuai usia, kalau ketika

sedang menonton dengan anak-anak tiba-tiba nyelonong

adegan "saru".

Masalah bahasa pun perlu diperhatikan agar anak tahu

Page 59: Data Quanty

mengapa suatu kata kurang sopan untuk ditiru. Orang tua

bisa menjelaskannya sebagai ungkapan untuk keadaan

khusus, terutama di TV untuk mencapai efek tertentu.

 

d.     Waktu Ideal Untuk Anak-Anak Menonton TV

Kapan dan berapa lama anak boleh menonton TV,

semua itu tergantung pada cara sebuah keluarga

menghabiskan waktu mereka bersama. Bisa saja di waktu

santai sehabis makan malam bersama, atau justru sore hari.

Anak yang sudah bersekolah harus dibatasi, misalnya

hanya boleh menonton setelah mengerjakan semua PR.

Berapa jam? Menurut Jane Murphy dan Karen Tucker -

produser acara TV anak-anak dan penulis - sebaiknya tidak

lebih dari dua jam sehari, itu termasuk main komputer dan

video game. Untuk anak yang belum bersekolah atau sering

ditinggal orang tuanya di rumah, porsinya mungkin bisa

sedikit lebih banyak.

Memberikan batasan apa, kapan, dan seberapa banyak

menonton acara TV juga akan mengajarkan pada anak

bahwa mereka harus memilih (acara yang paling digemari),

menghargai waktu dan pilihan, serta menjaga keseimbangan

kebutuhan mereka.

Agar sasaran tercapai, disiplin dan pengawasan orang

tua mutlak diperlukan. Sayangnya, unsur pengawasan ini

yang sering jadi titik lemah orang tua yang sibuk dengan

pekerjaan sehari-hari di kantor. "Untuk itu, orang tua

memang dituntut untuk cerewet. Tidak apa-apa agak

cerewet, demi kebaikan anak-anak," ujar Fawzia.

Kekerasan memang sulit dipisahkan dari industri

hiburan. Sama sulitnya jika harus mencari siapa yang harus

disalahkan terhadap masuknya tayangan kekerasan dalam

industri hiburan. Kita akan terjebak dalam lingkaran setan

antara produser, pengelola TV, sutradara, pengiklan,

maupun penonton sendiri. Sementara menangkap setannya

Page 60: Data Quanty

lebih sulit, tindakan yang bisa kita lakukan adalah

meminimalkan pengaruh tersebut, khususnya terhadap

anak-anak. Kuncinya, mulai dari lingkungan keluarga.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari paparan di atas, maka dapat di simpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1.      Tayangan berbau kekerasan yang marak di stasiun

televisi di Indonesia saat ini berpengaruh dalam

merubah pola perilaku dan budaya masyarakat

Indonesia. Perubahan prilaku ini berlangsung dari hari

ke hari, sehingga di khawatirkan akan terjadi

pergeseran moral di kalangan masyarakat Indonesia.

2.      Tayangan kekerasan di Indonesia semakin hari

semakin marak. Hal ini di karenakan, televisi Indonesia

belum mampu mendesain program yang lebih memiliki

nilai-nilai edukatif.

3.      Televisi Indonesia belum menggunakan manajemen

media dengan menyesuaikan jam tayang program

kekerasan tersebut.

Page 61: Data Quanty

B.    Saran

Dari hasil pembahasan di atas, maka penulis

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1.      Stasiun televisi Indonesia harus menyesuaikan jam

tayang untuk program tayangan kekerasan ini

2.      Harus adanya mediawatc yang mengontrol tayangan

kekerasan di Indonesia. Lembaga ini tentunya

bekerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

Pusat. KPI harus lebih ketat mengawasi program siaran

di seluruh stasiun televisi Indonesia.

Daftar Pustaka.

Ardianto, Elvinaro dan Komala Erdiyana, 2004. Lukiati.

Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung.

Simbiosa Rekatama Media.

Cangara, Hafied.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta.

Rajawali Pers.

Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Surabaya. Mitra Pelajar.

Indira Astuti, Santi. 7 Februari 2004.Kekerasan kriminalitas

di Televisi. Opini. Pikiran Rakyat.

Jamaluddin, Jajang dkk. 2005. Panduan Hukum Untuk

Jurnalis. Jakarta. AJI Jakarta.

Manan, Abdul. 2006. Profile AJI. Jakarta. AJI Indonesia.

McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedua.

Jakarta. Erlangga.

Page 62: Data Quanty

Sopian, Agus dkk. 2005. Ontologi Liputan Mendalam dan

Menarik Jurnalisme Sastrawi. Jakarta. Pantau.

Uchjana Effendy, Onong. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat

Komunikasi. Bandung. Cipta Aditya Bakti.

Widagdho, Djoko dkk. 1991. Ilmu Budaya Dasar. Bandung.

Bumi Aksara.

Artikel. 2005. Bahaya Tayangan Kekerasan Terhadap Anak.

Jakarta. Majalah Intisari.