Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

18
LAPORAN MATA KULIAH KEPERAWATAN TRAUMA “TRAUMA MEDULA SPINALISDikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Trauma Disusun oleh : Kelas 3A

description

makalah trauma medula spinalis

Transcript of Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Page 1: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

LAPORAN MATA KULIAH KEPERAWATAN TRAUMA

“TRAUMA MEDULA SPINALIS”

Dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Keperawatan Trauma

Disusun oleh :

Kelas 3A

Program Studi Ilmu keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

2013

Page 2: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Daftar Isi

Daftar Isi..................................................................................................................1

Definisi.....................................................................................................................2

Etiologi.....................................................................................................................2

KOMPLIKASI.........................................................................................................3

PENATALAKSANAAN CEDERA MEDULA SPINALIS (FASE AKUT)..........6

Patofisiologi.............................................................................................................8

Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................................9

1

Page 3: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Definisi

Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik langsung

ataupun tidak langsung, yang menyebabkan lesi pada medula spinalis sehingga

menimbulkan gangguan neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau

kematian.

Cedera sumsum tulang belakang merupakan kelainan yang pada masa kini yang

banyak memberikan tantangan karena perubahan dan pola trauma tentang

kemajuan di bidang penatalaksanaanya, kalau di masa lalu cidera tersebut lebih

banyak disebabkan oleh jatuh dari ketinggian seperti pohon kelapa, keadaan masa

kini penyebabnya lebih beranekaragan seperti : kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

tempat ketinggian dan kecelakaan olahraga. Pada masa lalu kematian penderita

dengan cidera sumsum tulang belakang terutama disebabkan oleh terjadinya

penyakit berupa : ISK, gagal ginjal, dan dekubitus.

2

Page 4: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Etiologi

Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan

terbanyak mengenai daerah serfikal dan lumbal. Cedera terjadi akibat hiperfleksi,

hiperekstensi, kompresi, atau rotasi tulang belakang. Daerah torakal tidak banyak

terjadi karena terlindung dengan struktur thorak. Fraktur dapat berupa patah

tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan pada

sumsum tulang belakang dapat berupa memar, contusio, kerusakan melintang,

laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah atau perdarahan. Kelainan

sekunder pada sumsung tulang belakang dapat disebabkan hipoksemia dan

iskemia. Iskemia disebabkan hipotensi, edema atau kompresi. Kerusakan pada

sumsum tulang belakang merupakan kerusakan yang permanen karena tidak akan

terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada fase awal setelah trauma tidak dapat

dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan olah kerusakan sebenarnya dari

jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar, atau edema.

KOMPLIKASI

Neurogenik shock

Hipoksia

Gangguan paru-paru

Instabilitas spinal

Orthostatic Hipotensi

Ileus Paralitik

Infeksi saluran kemih

Kontraktur

Dekubitus

Inkontinensia blader

Konstipasi

3

Page 5: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Kerusakan medula spinalis dari komorsio sementara ( dimana pasien

sembuh sempurna ) sampai kontusio, laserasi, dan komperensi substansi medula

( baik salah satu atau dalam kombinasi ), sampai transaksi lengkap medula ( yang

membuat pasien paralisis dibawah tingkat cidera ).

Bila hemoragi terjadi pada daerah spinalis,darah dapat merembes keekstra

dural,subdural,atau daerah subarakhloid pada kanal spinal.Setelah terjadi kontisio

atau robekan akibat cidera,serabut-serabut saraf mulai membengkak dan

hancur.Sirkulsi darah kesubtansia grisea medula spinalis menjadi terganggu.

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami herniasi

nukleus pulposus. Kandungan air diskus berkurang bersamaa dengan

bertambahnya usia. Selain itu,serabut-serabut itu menjadi kasar dan mengalami

hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan kearah hernia nukleus

pulposus melalui anulus,dan menekan radiks saraf spinal.

1. PENDARAHAN MIKROSKOPIK

Pada semua cidera madula spinalis atau vertebra,terjadi perdarahan-

perdarahan kecil.Yang disertaireaksi peradangan,sehingga menyebabkan

pembengkakan dan edema dan mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan

didalam dan disekitar korda.Peningkatan tekanan menekan saraf dan menghambat

aliran darah sehingga terjadi hipoksia dan secara drastis meningkatkan luas cidera

korda. Dapat timbul jaringan ikat sehingga saraf didarah tersebut terhambat atau

terjerat.

2. HILANGNYA SESASI, KONTROL MOTORIK, DAN REFLEKS.

Pada cidera spinal yang parah, sensasi,kontrol motorik, dan refleks setingg

dan dibawah cidera korda lenyap. Hilangnya semua refleks disebut syok spinal.

Pembengkakan dan edema yang mengelilingi korda dapat meluas kedua segen

diatas kedua cidera. Dengan demkian lenyapnya fungsi sensorik dan motorik serta

syok spinal dapat terjadi mulai dari dua segmen diatas cidera. Syok spnal biasanya

menghilang sendiri, tetap hilangnya kontor sensorik dan motorik akan tetap

4

Page 6: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

permanen apabila korda terputus akan terjadi pembengkakan dan hipoksia yang

parah.

3. SYOK SPINAL

Syok spinal adalah hilangnya secara akut semua refleks-refleks dari dua

segme diatas dan dibawah tempat cidera. Repleks-refleks yang hilang adalah

refleks yang mengontrol postur, fungsi kandung kemih dan rektum, tekanan

darah, dan pemeliharaan suhu tubuh. Syok spinal terjadi akibat hilangnya secara

akut semua muatan tonik yang secara normal dibawah neuron asendens dari otak,

yang bekerja untuk mempertahankan fungsi refleks.Syok spinl biasanya

berlangsung antara 7 dan 12 hari, tetapi dapat lebih lama. Suatu syok spinal

berkurang dapat tmbul hiperreflekssia, yang ditadai oleh spastisitas otot serta

refleks, pengosongan kandung kemih dan rektum.

4. HIPERREFLEKSIA OTONOM

Kelainan ini dapat ditandai oleh pengaktipan saraf-saraf simpatis secar

refleks, yang meneyebabkan peningkatan tekanan darah. Hiper refleksia otonom

dapat timbul setiap saat setelah hilangnya syok spinal. Suatu rangsangan sensorik

nyeri disalurkan kekorda spnalis dan mencetukan suatu refleks yang melibatkan

pengaktifan sistem saraf simpatis.Dengan diaktifkannya sistem simpatis,maka

terjadi konstriksi pembuluh-pembuluh darah dan penngkatan tekanan darah sistem

Pada orang yang korda spinalisnya utuh,tekanan darahnya akan segera diketahui

oleh baroreseptor.Sebagai respon terhadap pengaktifan baroreseptor,pusat

kardiovaskuler diotak akan meningkatkan stimulasi parasimpatis kejantung

sehingga kecepatan denyut jantunhg melambat,demikian respon saraf simpatis

akan terhenti dan terjadi dilatasi pembuluh darah.Respon parasimpatis dan

simpatis bekerja untuk secara cepat memulihkan tekanan darah kenormal.Pada

individu yang mengalami lesi korda,pengaktifan parasimpatis akan memperlambat

kecepatan denyut jantung dan vasodilatasi diatas tempat cedera,namun saraf

desendens tidak dapat melewati lesi korda sehngga vasokontriksi akibat refleks

simpatis dibawah tingkat tersebut terus berangsung.

5

Page 7: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Pada hiperrefleksia otonom,tekanan darah dapat meningkat melebihi 200

mmHg sistolik,sehingga terjadi stroke atau infark miokardium.Rangsangan

biasanya menyebabkan hiperrefleksia otonom adalah distensi kandung kemih atau

rektum,atau stimulasi reseptor-reseptor permukaan untuk nyeri.

5. PARALISIS

Paralisis adalah hilangnya fungsi sensorik dan motorik volunter.Pada

transeksi korda spinal,paralisis bersifat permanen.Paralisis ekstremitas atas dan

bawah terjadi pada transeksi korda setinggi C6 atau lebih tinggi dan disebut

kuadriplegia.Paralisis separuh bawah tubuh terjadi pada transeksi korda dibawah

C6 dan disebut paraplegia.Apabila hanya separuh korda yang mengalami transeksi

maka dapat terjadi hemiparalisis.

a. Autonomic Dysreflexia

Adanya lesi diatas T6 dan Cervical

Bradikardia, hipertensi paroksimal, berkeringat banyak, sakit kepala berat, goose

flesh, nasal stuffness

b. Fungsi Seksual

Impotensi, menurunnya sensasi dan kesulitan ejakulasi, pada wanita kenikmatan

seksual berubah

PENATALAKSANAAN CEDERA MEDULA SPINALIS (FASE AKUT)

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah cedera medula spinalis lebih

lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan

resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilan

kardiovaskuler.

1 Farmakoterapi

Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan edema medula.

2 Tindakan Respiratori

6

Page 8: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

1. Berikan oksigen untuk mempertahankan PO2 arterial yang tinggi.

Terapkan perawatan yang sangat berhati-hati untuk menghindari fleksi

atau eksistensi leher bila diperlukan inkubasi endrotakeal.

2. Pertimbangan alat pacu diafragma (stimulasi listrik saraf frenikus) untuk

pasien dengan lesi servikal yang tinggi.

3 Reduksi dan Fraksi skeletal

1. Cedera medulla spinalis membutuhkan immobilisasi, reduksi, dislokasi,

dan stabilisasi koluma vertebrata.

2. Kurangi fraktur servikal dan luruskan spinal servikal dengan suatu bentuk

traksi skeletal, yaitu teknik tong /capiller skeletal atau halo vest.

3. Gantung pemberat dengan batas sehinga tidak menggangu traksi

Intervensi bedah

4 Laminektomi Dilakukan Bila :

1. Deformitas tidak dapat dikurangi dengan fraksi

2. Terdapat ketidakstabilan signifikan dari spinal servikal

3. Cedera terjadi pada region lumbar atau torakal

4. Status Neurologis mengalami penyimpanan untuk mengurangi fraktur

spinal atau dislokasi atau dekompres medulla. (Diane C. Braughman, 2000

; 88-89)

5 Penatalaksanaan medis

Menurut Muttaqim, (2008 hlm.111) penatalaksanaan pada trauma tulang belakang

yaitu :

1. Pemeriksaan klinik secara teliti

Pemeriksaan neurologis secara teliti tentang fungsi motorik, sensorik, dan

refleks.

Pemeriksaan nyeri lokal dan nyeri tekan serta kifosis yang menandakan

adanya fraktur dislokasi.

Keadaan umum penderita.

2. Penatalaksanaan fraktur tulang belakang

7

Page 9: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Resusitasi klien.

Pertahankan pemberian cairan dan nutrisi.

Perawatan kandung kemih dan usus.

Mencegah dekubitus.

Mencegah kontraktur pada anggota gerak serta rangkaian rehabiIitasi

lainnya.

Patofisiologi

8

Page 10: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

Rencana Asuhan Keperawatan

Intervensi dan Rasional

1) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan tidak efektifnya

refleks batuk, immobilisasi

Intervensi Rasional

      Kaji kemampuan batuk dan produksi

secret

      Auskultasi bunyi nafas.

      Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi

lehe, bersihkan sekret)

      Lakukan suction jika perlu.

      Letak Trauma menentukan fungsi

otot-otot interkostal/kemampuan untuk

batuk spontan/mengeluarkan secret

      Hipoventilasi biasanya terjadi atau

menyebabkan akumulasi

      Mencegah aspirasi/ mempertahankan

jalan nafas

      Jika batuk tidak efektif penghisapan

diperlukan untuk mengeluarkan secret.

9

Page 11: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

      Berikan minum hangat jika tidak ada

kontraindikasi

      Membantu mengeluarkan secret

2) Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan paralisis otot pernafasan.

Intervensi Rasional

      Auskultasi bunyi nafas setiap jam

      Suction jika perlu

      Monitor analisa gas darah

      Monitor tanda-tanda vital setiap 2

jam.

     Hindari obat-obatan sedatif jika

memungkinkan.

     Hipoventilasi biasanya terjadi atau

menyebabkan akumulasi

      Jika batuk tidak efektif

      penghisapan diperlukan untuk

mengeluarkan secret

      Menentukan Fungsi otot

Pernafasan

      Mengetahui adanya keelainan

paru-paru

3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak stabilnya spinal, defisit,

sensasi/ motorik, gangguan sirkulasi, penggunaan traksi.

Intervensi Rasional

      Lakukan pengkajian neurologik

setiap 4 jam.

    Ganti posisi pasien setiap 2 jam

dengan memperhatikan kestabilan

tubuh dan kenyamanan pasien.

      Gunakan alat ortopedi, colar,

handsplit.

      Mengevaluasi keadaan secara

khusus

      Mengurangi tekanan pada salah

satu area dan meningkatkan sirkulasi

perifer

      Menjaga kestabilan dari kolomna

vertebra dan membantu proses

10

Page 12: Definisi Dan Etiologi Trauma Medula Spinalis

   Monitor adanya nyeri dan

kelelahan pada pasien

     Konsultasikan kepada fisioterapi

untuk latiahan dan penggunaan alat

seperti splints

penyembuhan

      Banyak sekali pasien dengan

trauma saraf servikal mengalami

pembentukan thrombus karena

gamgguan sirkulasi

perifer,imobilisasi dan kelumpuhan

flaksid

      Menetapkan kemampuan dan

keterbatasan pasien dalam pergerakan

4) Gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, defisit sensasi /

motorik, gangguan sirkulasi, penggunaan traksi

Intervensi Rasional

      Inspeksi seluruh area kulit

     Lakukam masase dan lubrikais

pada kulit dengan losion/minya

     Lakukan perubahan posisi sesering

mungkinditempat tidur atau sewaktu

duduk

     Tinggikan ekstremitas bawah

secara periodic

      Berikan terapi kinetic atau matras

        Kulit biasanya cenderung rusak

karena perubahan sirkulasi perifer

        Meningkatkan sirkulasi dan

melindungi permukaan kulit

        Mengurangi tekanan pada daerah

tulang yang menonjol

        Meningkatkan arus balik vena

        Meningkatkan sirkulasi sistemik

dan perifer

11