Download (1623Kb)

51
Laporan PKPM 2015 | 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia kerja yang semakin komplek disertai dengan era globalisasi menjadikan persaingan semakin ketat dalam segala sektor. Hal ini menjadikan tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Untuk menghadapi perkembangan ini kreatif dan mandiri harus ditumbuhkan. Mengingat Indonesia adalah negara agraris maka sektor pertanian sangat berperan dalam menunjang perekonomian negara. Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia, bahkan sudah dijadikan minuman sehari-hari. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Teh hitam dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis L) yang berupa bubuk. Secara tradisional teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu teh hijau,teh hitam dan teh putih. Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam yaitu teh hitam dan teh hijau. Perbedaan kedua macam teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahan. Dalam proses pengolahan teh hitam memerlukan proses oksidasi enzimatis sedangkan teh hijau tidak memerlukan proses oksidasi enzimatis. Untuk mengikuti perkembangan pasar/konsumen, yang beberapa tahun terakhir lebih menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat seduh (quick brewing). Maka proses pengolahan teh hitam pada tahap penggilingan yang semula hanya menggunakan sistem orthodox murni sekarang

Transcript of Download (1623Kb)

Page 1: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia kerja yang semakin komplek disertai dengan era

globalisasi menjadikan persaingan semakin ketat dalam segala sektor. Hal ini

menjadikan tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Untuk menghadapi

perkembangan ini kreatif dan mandiri harus ditumbuhkan.

Mengingat Indonesia adalah negara agraris maka sektor pertanian sangat

berperan dalam menunjang perekonomian negara. Perkebunan teh merupakan

salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia.

Kebutuhan dunia akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh

merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia,

bahkan sudah dijadikan minuman sehari-hari. Selain sebagai minuman yang

menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh.

Teh hitam dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis L)

yang berupa bubuk. Secara tradisional teh dibagi menjadi tiga jenis yaitu teh

hijau,teh hitam dan teh putih. Produk teh di Indonesia terdiri dari dua macam

yaitu teh hitam dan teh hijau. Perbedaan kedua macam teh tersebut disebabkan

oleh perbedaan cara pengolahan.

Dalam proses pengolahan teh hitam memerlukan proses oksidasi enzimatis

sedangkan teh hijau tidak memerlukan proses oksidasi enzimatis. Untuk

mengikuti perkembangan pasar/konsumen, yang beberapa tahun terakhir lebih

menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil (broken tea) dan cepat

seduh (quick brewing). Maka proses pengolahan teh hitam pada tahap

penggilingan yang semula hanya menggunakan sistem orthodox murni sekarang

Page 2: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 2

berkembang menjadi orthodox rotorvane. Penambahan alat rotorvane bertujuan

agar proses penghancuran lebih intensif teh yang dihasilkan memiliki ukuran

partikel kecil yang lebih banyak. PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI

merupakan salah satu perusahaan pengolahan teh yang cukup berkualitas. Hal ini

dapat ditinjau dari segi teknologi yang digunakan dan mutu produk yang

dihasilkan.

Seiring dengan proses globalisasi yang menuntut produsen untuk

menghasilkan produk berkualitas, maka pemberian jaminan mutu yang pasti dari

perusahaan terhadap produk berkualitas sangat berpengaruh dalam menentukan

pasar dan daya saing, sehingga mendorong penulis untuk mengetahui proses

pengolahan dan teknologi secara rinci.Untuk mengaplikasikan pelajaran yang

didapat oleh mahasiswa sewaktu kuliah di Program Studi Mesin Dan Peralatan

Pertanian maka dipilih PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI Desa sungai Lambai

Kab. Solok Selatan sebagai tempat pelaksanaan PKPM, yang mempelajari tentang

alat dan mesin pengolahan dan produksi teh ( Camellia sinensis L.Kuntze ).

1.2. Tujuan

Tujuan Umum

PKPM merupakan salah satu kurikulum yang harus dijalani oleh

mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh secara umum

bertujuan untuk :

1. Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan serta

pemahaman mahasiswa mengenai pengolahan teh hitam dan teh hijau.

Page 3: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 3

2. Untuk mengetahui bagaimana suasana kerja yang sebenarnya bagi

mahasiswa.

3. Untuk melatih disiplin mahasiswa agar siap untuk terjun kedunia kerja

setelah tamat dari Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Tujuan Khusus

1. Mempunyai bekal pengalaman dan mental yang siap untuk terjun

kedunia kerja.

2. Mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di luar

kampus sehingga mahasiswa diharapkan kelak tidak akan kesulitan.

3. Untuk mempelajari, mengenal dan memahami secara langsung proses

pengolahan teh (Camellia sinensis L. Kuntze).

4. Mengetahui peralatan yang digunakan dalam proses dan prinsip kerja

yang digunakan dalam proses produksi teh hitam.

5. Mengetahui sistem (proses produksi, pengemasan, pemasaran) dan

distribusi.

1.3. Manfaat

Manfaat yang diharapkan setelah mengikuti pengalaman kerja praktek

mahasiswa (PKPM) adalah :

1. Mahasiswa memahami proses pengolahan produksi teh

2. Meningkatkan soft skill dalam bekerja sama dan bergaul dengan karyawan.

3. Mahasiswa dapat termotivasi untuk merintis karir yang bagus dalam dunia

kerja dan membuka usaha sendiri

Page 4: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 4

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Tanaman Teh

Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh ( Camellia sinensis ) dari

familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan

Himalaya dan pegunungan yang berbatasan dengan RRC, India, dan Burma.

Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tanaman tropik dan subtropik dengan

menuntut cukup sinar matahari dan curah hujan sepanjang tahun (Siswoputranto,

1978).

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, taksonomi teh dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Guttiferales

Famili : Theacceae

Genus : Cammellia

Species : Cammellia sinensis

(Nazaruddin dkk, 1993).

Tanaman teh dapat tumbuh sampai setinggi sekitar 6-9 m. Di perkebunan -

perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 meter tingginya

dengan pemangkasan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan

Page 5: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 5

daun dan agar diperoleh tunas-tunas daun teh yang cukup banyak (Siswoputranto,

1978).

Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada

temperatur yang berkisar antara 10 – 300C pada daerah dengan curah hujan 2.000

mm per tahun dengan ketinggian 600 – 2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan

ditanam secara berbaris dengan jarak tanam satu meter. Tanaman teh yang tidak

dipangkas akan tumbuh kecil setinggi 50 – 100 cm dengan batang tegak dan

bercabang-cabang (Setyamidjaja, 2000).

Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50–70 tahun, namun

setelah 50 tahun hasil produksinya akan menurun. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penggantian tanaman tua agar produktivitas tanaman teh tetap bagus.

Pohon yang tua diganti dengan bibit yang masih muda yang telah ditumbuhkan di

perkebunan khusus untuk pembiakan tanaman muda (Setyamidjaja, 2000).

Bahan-bahan kimia dalam teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar

yaitu : substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi aromatis dan enzim.

Keempat kelompok tersebut bersama-sama mendukung terjadinya sifat-sifat yang

baik pada teh jadi apabila pengendaliannya selama pengolahannya dapat

dilakukan dengan tepat (Arifin, 1994).

Sesuai dengan perkembangan pasar teh hitam dewasa ini dengan telah

ditemukannya cara penyajian minum teh celup, proses pengolahan teh hitam

dengan sistem penghancuran intensif makin berkembang, dikenal kemudian

pengolahan CTC (Cutting Tearing and Curling ). Dengan pengolahan CTC

hampir semua sel daun pucuk menjadi hancur, sehingga proses fermantasi dapat

berjalan lebih merata. Hal ini menyebabkan teh CTC mempunyai sifat quick

Page 6: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 6

brewing dengan warna air seduhan merah pekat dan rasa yang kuat. Sebanyak 25-

35 % bahan teh celup terdiri dari CTC dan selebihnya teh hitam orthodox –

rotorvane .

Dengan makin sadarnya peminum teh akan manfaatnya bagi kesehatan

,para pengolah teh hitam maupun teh hijau dituntut agar dapat menghasilkan teh

yang bermutu tinggi adalah wajar apabila para pengolah teh melakukan

pengolahan teh yang sesuai dengan prinsip prinsip yang benar (Wiwik,2012).

2.2. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. MITRA KERINCI Berkedudukan di Kota Padang, Sumatera Barat

merupakan anak perusahaan dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI Group)

yang mengelola perkebunan dan dua pabrik teh yaitu pabrik teh hijau dan teh

hitam. PT Mitra kerinci berdiri pada 17 Juli 1990 dengan nama PT Perkebunan

Mitra Kerinci yang merupakan usaha patungan antara PTP VIII (Sekarang PTPN

IV) dengan PT RNI. Tahun 1992 berganti nama menjadi PT Mitra Kerinci dan

sejak 1 Desember 1998 seluruh saham dimiliki oleh PT RNI.

Kebun liki terletak di desa Sungai Lambai, Kecamatan Lubuk Gadang-Sangir,

Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Secara geografis lokasi kebun berada

pada 10 43’ LS dan 1010 17’ BT (166 Km dari Kota Padang), pada ketinggian

900-1200 dpl, dimana suhu berkisar 18-29 0C, dengan penyinaran matahari yang

mencukupi dan curah hujan hampir sepanjang tahun (4.100 mm/Tahun), sangat

cocok untuk pertumbuhan tanaman teh yang ideal. Berada di lereng gunung

kerinci dan berdampingan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

sebagai konservasi hutan hujan tropis, serta dilandasi komitmen kuat ke arah

Page 7: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 7

sistem produksi hijau yang berkelanjutan sehingga produk teh kebun Liki dijamin

murni, sangat alami dan bebas dari berbagai polusi. Dalam areal HGU seluas

2.025 Ha, terbentang areal tanaman teh dengan klon unggul generasi terbaru

seluas 1.470 Ha. Sisanya merupakan areal konservasi hutan asli (sebagai

konservasi sumber air) dan hutan produksi kayu sebagai sumber energi utama

(bahan bakar berkelanjutan) untuk keperluan pabrik teh. Lingkungan yang masih

sangat alami dan terjaga dengan baik itulah nilai lebih dari Kebun Liki yang

mungkin sudah jarang dimiliki lagi oleh kebun teh lain di indonesia.

PT. Mitra Kerinci memiliki 2 unit pabrik teh, yaitu 1 unit Pabrik Teh Hijau

dan 1 unit pabrik teh hitam, masing-masing dengan kapasitas produksi sekitar 2

juta kilogram teh kering pertahun. Pabrik Teh Hijau dengan 3 grade mutu ekspor

(Pekoe Super) dan 1 grade mutu lokal (Broken Mix), sementara pabrik teh hitam

menghasilkan 17 grade teh hitam (Common grade/Broken orthodox) mulai dari

Orange Pekoe 1 sampai Broken Mix.

Teh Hijau produksi Kebun Liki telah dikenal berkualitas tinggi (pernah meraih

juara pada Tea Festival 2003 di Bandung) dengan pasar utama untuk ekspor baik

secara langsung maupun melalui trader/packer teh ternama. Begitu pula dengan

produk teh hitam, sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor (Timur Tengah,

Pakistan, Taiwan). Selain dalam bentuk Bulk (karungan/paper sack), PT Mitra

Kerinci juga membuat produk teh kemasan untuk pasar eceran domestik, baik teh

seduh maupun teh celup (Kerinci Tea, Teh Minang, Liki Tea).

Page 8: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 8

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. MITRA KERINCI berada di lokasi lereng pengunungan gunung

kerinci sebelah barat yang persis nya berada di desa Sungai Lambai , Kecamatan

Sangir , Kabupaten Solok Selatan . secara goegrafis lokasi kebun berada pada 10

43 ̊ LS dan 1010 17 ̊ ( 166 Km dari kota padang ) Perkebunan teh PT. MITRA

KERINCI berada pada daerah dataran sedang dengan ketinggian diantara 900-

1200 diatas permukaan laut dengan curah hujan yang sedang berkisar rata rata

4.100 mm per tahun nya dimana suhu berkisar 18 – 29 ̊ C sangat cocok untuk

pertumbuhan tanaman teh yang ideal , berdampingan dengan Taman Nasional

Kerinci Seblat ( TNKS ) sebagi konservasi dari hujan tropis , serta di landasi

komitmen kuat ke arah sistem produksi teh hijau yang berkelanjutan sehingga

produk teh kebun liki dijamin murni , sangat alami dan bebas dari berbagai polusi

dalam areal HGU seluas 2.025 Ha terbentang areal tanaman teh dengan klon

unggul generasi terbaru seluas 1.470 Ha sisanya merupakan hutan asli ( sebagai

konservasi sumber air ) dan hutan produksi kayu sebagai sumber energi utama

bahan bakar berkelanjutan untuk keperluan pabrik teh .

PT. MITRA KERINCI memiliki 2 unit pabrik teh , yaitu 1 unit pabrik teh

hijau dan 1 unit pabrik teh hitam masing – masing dengan kapasitas produksi

sekitar 2 juta kilogram teh kering per tahun nya . pabrik teh hijau dengan 3 grade

mutu ekspor ( pekoe super) dan 1 grade mutu lokal ( Broken Mix ) , sementara

pabrik teh hitam menghasilkan 17 grade teh hitam ( common grade / Broken

Orthodox ) mulai dari orane pekoe 1 sampai Broken Mix . Teh hijau produksi

kebun Liki telah dikenal berkualitas tinggi ( pernah meraih juara pada tea festival

2003 di Bandung ) dengan pasar utama untuk ekspor baik secara langsung

Page 9: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 9

maupun melalui trader/packer teh ternama , begitu pula dengan produk teh hitam ,

sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor ( Timur tengah , Pakistan , Taiwan )

selain dalam bentuk bulk ( karung /paper sack ), PT . Mitra kerinci juga membuat

produk teh kemasan untuk pasar eceran domestik , baik teh seduh maupun tehy

celup ( Kerinci Tea , Teh Minang , Liki Tea )

2.4. Tujuan Perusahaan

Adapun tujuan berdirinya PT. Mitra Kerinci adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan dan menunjang program pemerintah dalam bidang ekonomi

dan pembangunan nasional

2. Melestarikan budidaya tanaman khususnya di bidang perkebunan teh

3. Mengurangi ankga pengangguran serta meningkatkan sumber daya alam (

SDA ) khusus nya disekitar desa Sungai Lambai

2.5. Struktur Organisasi

Dalam dunia usaha struktur organisasi sangat penting sebagai wadah untuk

mengadakan perencanaan serta pelaksanaan demi terwujud nya suatu tujuan yang

diinginkan . untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam dunia kerja untuk

mengatur manajemen perlu diadakan perorganisasian untuk menyatukan sumber

daya pokok dengan cara yang teratur , mengatur orang orang dengan pola pikir

berbeda sehingga mereka dapat menjalankan tugas dengan semsetinya guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Dalam praktek nya suatu organisasi

digambarkan dalam bentuk bagan yang dapat dilihat dengan jelas alur pembagian

tugas dan tanggung jawab serta posisi masing masing individu yang berada dalam

oranisasi tersebut . struktur terlampir

Page 10: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 10

III. PELAKSANAAN PKPM

3.1. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini

selama ± 3 Bulan dimulai pada tanggal 16 Maret 2015 dan selesai pada tanggal 30

mei 2015.

3.2. Tempat Pelaksanaan

Tempat dilaksanakannya Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini

di PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI Desa sungai Lambai Kab. Solok Selatan.

3.3. Metode Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan PKPM di PT. MITRA KERINCI KEBUN LIKI ini

mahasiswa melaksanakan kegiatan di pabrik pengolahan, yang dilaksanakan

setiap hari senin sampai sabtu dan kegiatan dimulai pada pukul 07.00 sampai pada

pukul 17.00 WIB. Untuk pengambilan data yang dibutuhkan dilakukan

pengamatan secara lansung dilapangan sambil melakukan diskusi dan tanya jawab

dengan operator, mandor, assisten dan karyawan serta mempelajari dari laporan

assisten training.

4.4 Produk Olahan Teh

Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari pucuk

tanaman teh ( Camellia sinensis ) melalui proses pengolahan tertentu. Manfaat

minuman teh ternyata dapat menimbulkan rasa segar, dapat memulihkan

kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif. Teh yang

bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam ini hanya dapat

Page 11: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 11

dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta penggunaan mesin–mesin

peralatan pengolahan yang memadai (Arifin, 1994).

Secara garis besar perbedaan pengolahan sistem orthodox dan CTC

Sistem Orthodox

Derajat layu pucuk 44%-46%

Ada sortasi bubuk basah

Tangkai atau tulang terpisah, disebut badag

Diperlukan pengeringan ECP

Tenaga kerja banyak

Tenaga listrik besar

Sortasi kering kurang sederhana

Fermentasi bubuk basah 105- 120 menit

Waktu proses pengolahan berlangsung lebih dari 20 jam

Sistem CTC

Derajat layu pucuk 32%-35%

Tanpa dilakukan sortasi bubuk basah

Bubuk basah ukuran hampir sama

Pengeringan cukup FBD

Cita rasa kurang kuat, air seduhan cepat merah

Tenaga kerja sedikit

Tenaga listrik kecil

Fermentasi bubuk basah 80-85 menit

Proses pengolahan waktunya cukup pendek (kurang dari 20 jam)

Page 12: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 12

Menurut Hartoyo (2003), teh dapat dikelompokan berdasarkan cara

pengolahan. Pengelompokkan teh berdasarkan tingkat oksidasi adalah sebagai

berikut :

1. Teh hijau daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses

setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses

oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual

dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola

kecil.

2. Teh hitam atau teh merah daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh. Teh

hitam masih dibagi menjadi 2 jenis: Orthodoks (teh diolah dengan metode

pengolahan tradisional) dan CTC ( metode produksi teh crush, tear, curl yang

berkembang sejak tahun 1932 ). Menurut Arifin (1994), teh wangi dibuat dari teh

hijau yang dicampur dengan bahan pewangi dari bunga melati, melalui proses

pengolahan tertentu untuk mendapatkan cita rasa yang khas, disamping

rasa tehnya masih tetap ada. Seduhan teh wangi mempunyai aroma bunga yang

berkombinasi dengan rasa tehnya sendiri. Hal ini membuat teh wangi menjadi

minuman yang digemari terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Page 13: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 13

Secara garis besar diagram alir dari proses pengolahan Teh dapat dilihat

pada Diagram 1 di bawah ini.

Diagram 1. Proses Pengolahan ( Orthodox Rotorvane ) Teh Hijau dan Teh Hitam

Pemetikan Pucuk

(mesin petik)

Pelayuan Pucuk 1

(withering trough)

Teh Hijau

(Green tea)

Teh Hitam

(Black teh)

Pengilingan/Penggulu

ngan

(OTR)

Pelayuan 2

(Rotary Panner)

Timbangan Masuk

(Timbangan Berat)

Penggilingan/Penggul

ungan

(OTR)

Pengeringan 1

(ECP)

Pengeringan 2

(Ball tea)

Sortasi basah

(DIBN & Rotorvane)

Sortasi dan

pengepakan

(Vibro dan blender)

Pengeringan

(Two dryer TSD)

Sortasi dan

Pengepakan

(vibro dan blender)

Fermentasi

( Humidifier )

Page 14: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 14

4.4.1. Proses Pengolahan Teh Hijau

Teh hijau dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh tanpa proses

fermentasi. Pengolahan teh hijau di Indonesia masih menggunakan peralatan

sederhana. Hampir 90% pengolahannya dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat. Teh

hijau ini nantinya akan dijadikan bahan baku teh wangi yang pabriknya di Jawa

Tengah. Seperti pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui

beberapa tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Adapun

proses pengolahan teh hijau secara sederhana sebagai berikut :

A. Pelayuan

Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim

polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk sehingga menjadi

lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan

sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat Rotary Panner dalam

keadaan panas. Lama pelayuan antara 5-7 menit. Suhu pelayuan yang baik dalam

Rotary Panner berkisar 100 – 150 OC. Tingkat layu pucuk pada pengolahan teh

hijau berkisar 65 - 68%.

B. Penggulungan

Penggulungan pada teh hijau pada dasarnya merupakan tahapan

pengolahan yang bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama

penggulungan akan terbentuk menjadi gulungan kecil. Penggunaan mesin Open

Top Roller ( OTR ) tipe single action. Lamanya penggulungan selama 30 – 40

menit.

Page 15: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 15

C. Pengeringan pertama

Selain menurunkan kadar air juga memekatkan cairan sel yang menempel

di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat. Jumlah air yang diuapkan

sebanyak 38 – 42 %. Berlangsung selama 25 menit mesin yang digunakan yaitu

ECP (Endless Chain Pressure). Hasil pengeringan pertama masih setengah

kering.

D. Pengeringan kedua

Pengeringan kedua menggunakan Ball Tea. Tujuan dari pengeringan

kedua yaitu selain untuk mengurangi kadar air juga untuk memperbaiki bentuk

menggulung teh keringnya sehingga suhu 100 ˚C – 130 ˚C, lama pengeringan 10 -

15 jam

E. Sortasi Kering

Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan agar dapat

diterima di pasaran. Pembentukan jenis mutu terutama untuk membuat jenis

grade serta menyeragamkan warna dengan proses poiishing ( sortir ).

4.4.2. Proses Pengolahan Teh Hitam

pengolahan teh hitam sistem orthodox murni di Indonesia hampir tidak

lagi dilaksanakan, yang umum dilaksanakan ialah sistem orthodox-rotorvane. Hal

ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang beralih ke teh hitam dengan partikel

yang lebih kecil (teh bubuk). Tahapan proses orthodox secara umum sebagai

berikut : pelayuan, peggilingan dan sortasi bubuk basah, oksidasi enzimatis,

pengeringan, sortasi kering dan pengemasan.

Page 16: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 16

Adapun proses pengolahan teh hitam secara sederhana sebagai berikut :

A. Pelayuan

Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik dan kemudian

dimulai pelayuan (withering). Hal ini dilakukan untuk menurunkan kandungan air

dari daun teh serta untuk melayukan daun- daun teh agar mudah digulung. Proses

pelayuan, umumnya dilakukan dengan menempatkan daun di rak-rak dalam

gedung. Udara dingin disemprotkan melalui rak-raknya, proses pelayuan

dilakukan selama 16-24 jam.

Menurut Arifin (1994), proses pelayuan bertujuan untuk membuat daun teh

agar lebih lentur dan mudah digulung sehingga memudahkan

cairan sel keluar jaringan pada saat digulung. Waktu yang diperlukan dalam

pelayuan 12-15 jam dan suhunya tidak boleh lebih 27 OC.

Dalam proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu

pertama perubahan senyawa-senyawa kimia yang dikandung di dalam pucuk, dan

kedua menurunnya kandungan air sehingga pucuk menjadi lemas (flacid).

Perubahan pertama lazim disebut proses pelayuan kimia dan yang kedua disebut

pelayuan fisik (Arifin, 1994).

B. Penggulungan

Biasanya daun-daun yang telah layu diambil dan dimasukkan kedalam alat

penggulung daun. Karena daun telah layu, maka daun tersebut tidak akan remuk

melainkan hanya akan menggulung saja.

Kemudian pekerjaan menggulung daun ini juga dibagi menjadi beberapa

tingkatan. Yaitu daun-daun yang bergumpal-gumpal menjadi bingkahan-

bingkahan, sering harus dipecah-pecah lagi sambil diayak untuk memisahkan

Page 17: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 17

daun-daun yang berukuran besar dengan daun yang berukuran sedang juga daun

yang berukuran kecil.

Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pekerjaan fermentasi dan juga

penjenisannya. Sebab penjenisan ini dilakukan pada waktu daun masih dalam

keadaan basah, penggilingan daun teh bertujuan untuk memecahkan sel-sel daun

segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga terjadi reaksi antara cairan sel

dengan oksigen yang ada diudara. Peristiwa ini dikenal dengan nama oksidasi

enzimatis (fermentasi). Pemecahan daun perlu dilakukan dengan intensif agar

fermentasi dapat berjalan baik.

C. Oksidasi Enzimatis

Istilah fermentasi banyak digunakan untuk pengolahan industri pertanian,

misalnya fermentasi alkohol, fermentasi ragi dan lain-lain.

Namun istilah fermentasi atau pemeraman pada pengolahan teh sebenarnya

adalah sejumlah besar reaksi kimia antara satu dengan lainnya ditandai dengan

aktivitas enzim. Fermentasi ini untuk mendapatkan teh yang berwarna cokelat tua

dan harum baunya.

Peristiwa oxidasi enzimatis yang telah dimulai pada awal penggulungan

merupakan proses oxidase senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol

oxidase. Suhu terbaik yaitu 26 OC serta kelembaban diatas 90%. Oxidasi senyawa

polifenol, terutama epigalocatechin dan galatnya akan menghasilkan quinon-

quinon yang kemudian akan mengkondensasi lebih lanjut menjadi bisflavanol,

theaflavin, thearubigin. Proses kondensasi dan polimerisasi berjalan membentuk

substansi-substansi tidak larut

Page 18: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pemetikan

Gambar 1. Pemetikan Teh Menggunakan Mesin Petik.

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi

syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk

kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan

(Arifin, 1992).

Menurut Siswoputranto (1978), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk tanaman

teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal ini bergantung dari

keadaan tanaman masing-masing daerah, karena dapat mempengaruhi jumlah

hasil yang diperoleh. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh,

juga sangat mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan. Cara pemetikan daun teh

dibedakan menjadi dua yaitu pemetikan halus (fine plucking) dan cara pemetikan

kasar (coarse plucking).

Page 19: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 19

Kegiatan pemetikan yang memerlukan karyawan yang jumlahnya paling

besar masih banyak ditemui hasil pemetikan yang hanya mengejar target tanpa

memperhatikan tata cara pemetikan yang benar. Apalagi menghadapi musim

hujan yang produksinya lebih banyak dari pada musim kemarau maka akan

dibutuhkan lebih banyak lagi karyawan. Hal ini menyebabkan perlunya

pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dalam pelaksanaannya (Maulana,

2000).

Pemetikan yang dilakukan di Mitra Kerinci yaitu :

1. Berdasarkan jenisnya, pemetikan dapat dibedakan menjadi:

A. Pemetikan jendangan pemetikan jendangan adalah pemetikan yang

dilakukan pada awal setelah tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk

membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun

pemeliharaan yang cukup agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang

tinggi. Pemetikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60% pucuk daun telah

tumbuh. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan maka tunas

muda sudah membentuk cabang dan kemudian diteruskan dengan pemetikan

produksi.

B. Pemetikan produksi atau disebut juga pemetikan biasa pemetikan ini

dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan, pemetikan produksi

dilakukan secara terus - menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan

tertentu dengan siklus 8-12 hari.

C. Pemetikan gendesan pemetikan gendesan ialah pemetikan dilakukan

pada kebun yang akan dipangkas. Yaitu memetik semua pucuk yang akan diolah

tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.

Page 20: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 20

2. Berdasarkan jenisnya, petikan dibedakan menjadi:

Jenis petikan ialah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan

pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :

A. Petikan halus apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

(P) dengan satu daun, atau pucuk burung (B) dengan satu daun muda (M),

biasanya ditulis dengan rumus P+1 atau B+1M.

B. Petikan medium apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun

muda, ditulis dengan rumus P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+ 3M.

C. Petikan kasar apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua,

ditulis dengan rumus [P+4 atau lebih, B+(1-4 t)].

Gambar 2. Jenis – jenis Pucuk Daun Teh

Keterangan gambar :

P+1 : Pucuk peko dan 1 daun

P+2 : Pucuk peko dan 2 daun

Page 21: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 21

P+3 : Pucuk peko dan 3 daun

B+1M : Pucuk burung dan 1 daun muda

B+2 : Pucuk burung dan 2 daun

B+3M : Pucuk burung dan 3 daun muda

4.1.2. Proses Pengolahan Teh Hitam

sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 sistem

yaitu :

1. Sistem orthodox (dapat dibagi menjadi dua yaitu orthodox murni dan

orthodox rotorvane).

2. Sistem baru (CTC atau Crushing Tearing Curling).

Pengolahan teh hitam secara sistem orthodox murni di Indonesia hampir

tidak lagi dilaksanakan, yang umum dilaksanakan ialah sistem orthodox

rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang beralih ke teh hitam

dengan partikel yang lebih kecil (teh bubuk). Sedangkan proses pengolahan teh

hitam di Unit Perkebunan, PT Mitra Kerinci menggunakan sistem Orthodox

Rotorvane.

Page 22: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 22

Pengolahan Teh Hitam di Unit Perkebunan Mitra Kerinci secara umum

dapat dilihat pada Diagram 2 di bawah ini.

Diagram 2. Peroses Pengolahan Teh hitam ( Black tea ).

1. Pelayuan (withering trough )

proses pelayuan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada pucuk daun

teh mencapai 50 – 60 % dan membuat pucuk daun teh agar lebih lentur sehingga

mudah digulung maka, memudahkan cairan sel keluar jaringan pada saat

digulung. Waktu yang diperlukan dalam pelayuan 12-15 jam dengan suhu tidak

boleh lebih dari 27 0C, suhu optimal yang digunakan sekitar 23-27 0C serta

kelembaban pada proses pelayuan 76% dengan derajat layu pucuk teh 44-46%.

Page 23: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 23

Mesin pelayuan (withering trough ) pada PT. Mitra Kerinci dapat dilihat pada

Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Mesin Pelayuan (withering trough) Teh hitam

Tujuan dari proses pelayuan di PT.Mitra Kerinci adalah :

A. Menurunkan kadar air pucuk teh hingga 50 - 60%.

B. Memudahkan proses berikutnya.

C. Mendapatkan derajat layu pada hasil akhir.

Berikut ini penjelasan untuk masing-masing tahap dalam proses pelayuan

di PT.Mitra Kerinci yaitu .

1) Pengiraban/pembeberan pucuk daun Pucuk segar yang telah ditimbang

dikeluarkan dari waring kemudian dibeberkan di Withering Trough (WT).

Pembeberan dilakukan dengan mengurai pucuk yang menggumpal dan disebar

secara merata oleh dua orang yang saling berhadapan dari kedua sisi through.

Hamparan pucuk diusahakan harus rata (tinggi permukaan sama) agar hasil layu

merata. Tujuan dari pembeberan di PT.Mitra Kerinci antara lain:

A. Memecahkan gumpalan pucuk akibat genggaman pemetik dan

tumpukan pada saat pengangkutan.

B. Memudahkan udara menembus sela-sela daun.

Page 24: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 24

2. Proses Penggulungan dan Sortasi Basah ( Rotorvane )

Proses penggulungan dan sortasi basah terdiri dari penggulungan,

penggilingan dan sortasi basah. Lamanya penggilingan bagi pabrik di dataran

rendah berkisar 25-40 menit, dan didatarn tinggi berkisar 40-70 menit. Alat yang

biasa digunakan untuk penggulungan adalah Open Top Roller (OTR) dengan

waktu 30-40 menit. Mesin penggiling ,sedangkan orthodox rotorvane dengan

Rotorvane (RV). Ruang Sortasi basah Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 4

di bawah ini.

Gambar 4. Mesin Penggulungan Teh Hitam ( OTR )

Page 25: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 25

Proses penggilingan pada Mitra Kerinci terdiri dari penggulungan,

penggilingan dan sortasi basah. Proses penggilingan dilakukan setelah turun

pucuk layu sekitar pukul 05.00 WIB. Karena pada pagi hari kelembabannya masih

relatif tinggi. Ruang Sortasi basah Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 5

dibawah ini.

Gambar 5. Mesin sortasi basah ( DIBN ) Teh Hitam

Ruang Penggilingan Teh Hitam Mitra Kerinci dapat dilihat pada Gambar 6 di

bawah ini.

Gambar 6. Mesin Penggilingan ( Rotorvane ) Teh hitam Mitra Kerinci

Page 26: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 26

Tujuan dari penggulungan dan sortasi basah di Mitra kerinci adalah :

1) Untuk membentuk daun agar mengelinting/menggulung.

2) Untuk memecahkan dinding sel pucuk daun teh sehingga cairan keluar

di permukaan daun dengan merata.

3) Memperoleh bubuk yang seragam dan memudahkan proses sortasi

kering.

4) Tujuan sortasi basah mendapat grade kasar yang diinginkan perusahaan

yaitu ayakan 1, ayakan 2, ayakan 3, dan ayakan kasar 4 untuk

memudahkan proses sortasi dan pengeringan.

3. Oksidasi Enzimatis (Fermentasi)

Proses oksidasi enzimatis berlangsung selama 120 menit dihitung sejak

pucuk turun layu. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah baki aluminium

dan rak. Penggunaan aluminium sebagai bahan dasar baki karena aluminium tidak

menimbulkan reaksi yang dapat mempengaruhi proses oksidasi enzimatis.

Pada bagian bawah baki terdapat lubang yang berfungsi agar udara segar

dapat masuk sehingga tidak terjadi over fermentasi. Setelah proses penggilingan

maka bubuk teh dimasukkan dalam baki fermentasi dengan tebal hamparan sekitar

7 cm untuk badag 10 cm. Kemudian disusun dalam rak dan dibawa ke ruang

fermentasi. Oksidasi enzimatis sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kadar air pada bahan.

2. Suhu dan kelembaban relatif.

3. Jenis bahan (pucuk).

Page 27: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 27

4. Persediaan oksigen. Pengaturan suhu, kelembaban dan waktu oksidasi

enzimatis diperlukan agar terjadi proses oksidasi enzimatis yang optimum.

Suhu ruang fermentasi 21 – 25 0C serta kelembaban minimal ruang

fermentasi 91%. Pengaturan suhu dan kelembaban di ruang oksidasi enzimatis

dilakukan dengan menggunakan humidifier. Kelembaban ruang tidak boleh terlalu

rendah karena bila kelembaban terlalu rendah, ruangan akan kering dan suhu akan

bertambah sehingga bubuk yang difermentasi akan.

Adapun ruang oksidasi fermentasi dapat dilihat pada gambar. 7 di bawah

ini.

Gambar 7. Ruang fermentasi ( Humidifier ) Teh Hitam di PT. Mitra

Kerinci

Page 28: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 28

kering sebelum masuk ruang pengeringan. Hal ini dapat mempengaruhi

rasa, warna dan aroma teh kering yang dihasilkan. Pada proses oksidasi enzimatis

di terjadi perubahan- perubahan antara lain :

a. Perubahan teh dari warna hijau menjadi kecoklatan (tembaga

mengkilat).

b. Dihasilkan substansi theaflavin dan thearubigin yang akan menetukan

sifat air seduhan. Hal ini sering disebut tea tester sebagai strenght, colour, quality

dan briskness.

4. Pengeringan ( Two Stage Dryer )

tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis

senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas

mencapai keadaan optimal. Adanya pengeringan maka kadar air dalam teh

menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam penyimpanan.

Waktu pengeringan yang ideal untuk mengeringkan teh bubuk hingga

mencapai kandungan air yang dinginkan yaitu 5 – 6 % adalah 20-30 menit dengan

pemberian suhu panas sebesar 90-98 OC.

Adapun ruang pengeringan dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Mesin pengering teh hitam (TSD)

Page 29: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 29

Mesin pengering yang digunakan yaitu two stage dryer (TSD) yang

jumlahnya 3 unit yaitu driyer yang pertama dengan tipe three circuit drier

berkapasitas 300 kg bubuk teh/jam dan drier yang kedua dan ketiga dengan tipe

two circuit drier yang berkapasitas 250 kg bubuk teh /jam. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kapasitas mesin pengering ialah :

a. Kadar air bubuk teh basah.

b. Temperatur dan volume udara panas.

Prinsip kerja mesin pengering yaitu karena pergerakan trays maka bubuk

teh yang diletakkan diatas trays akan ikut bergerak dan diratakan oleh spreader

yang berputar. Bubuk teh yang telah bergerak diatas trays akan bersentuhan

dengan udara panas yang dihasilkan oleh heater sehingga air yang terkandung

dalam bubuk teh menguap maka kadar air akan menjadi 5-6 %.

5. Sortasi Kering ( Vibro )

Adapun ruang sortasi dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini.

Gambar 9. Mesin sortasi teh hitam Mitra kerinci (Vibro)

Page 30: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 30

Teh yang berasal dari pengeringan ternyata masih heterogen atau masih

bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya. Selain itu teh juga masih

mengandung debu, tangkai daun, dan kotoran lain yang akan sangat berpengaruh

pada mutu teh nantinya. Untuk itu sangat dibutuhkan proses penyortiran atau

pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu bentuk dan ukuran teh yang

seragam sehingga cocok untuk dipasarkan dengan mutu terjamin

umumnya partikel teh hasil sortasi kering berbeda-beda. Ukuran mesh

nomor ayakan berkisar 8 sampai 32. Setiap jenis teh mempunyai standar ukuran

berdasarkan besar kecilnya partikel yang dipisah-pisahkan oleh ayakan dengan

ukuran mesh nomor yang berbeda-beda sesuai dengan standar yang telah

ditentukan. Didalam mesin sortasi terdapat beberapa jenis ayakan yang kasar

sampai yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortir akan terbagi

menjadi tiga golongan besar yaitu:

1. Teh Daun (Leafy grades)

a. Orange pecco (OP)

b. Pecco (P)

c. Pecco Souchon (PS)

d. Souchon (S)

2. Teh Remuk (Broken grades)

a. Broken Orange Pecco(BOP)

b. Broken Pecco (BP)

c. Broken Tea (BT)

3. Teh Halus

Page 31: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 31

a. Fanning (F)

b. Dust (D).

Proses sortasi kering atau penjenisan bertujuan untuk mendapatkan

bentuk, ukuran partikel teh yang seragam dan bersih sesuai

dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain tujuan diatas

sortasi juga bertujuan untuk :

a. Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade sesuai dengan ukuran

partikel.

b. Membersihkan teh dari serat, tangkai dan bahan-bahan lain misalnya

debu. Produk teh yang dihasilkan oleh adalah sebagai berikut :

Mutu I = BOP Grof, BOP, BOPF, PF, Dust, BP, BT, BM Mutu II = PF II,

Dust II, BP II, BT II, BM II Mutu III = Dust III, BM III, bohea Adapun

pengertian dari masing-masing mutu yaitu :

a. BOP Grof (Broken Orange Pecco Grof) yaitu partikel seperti BOP tetapi

lebih besar.

1.) Mutu I

b. BOP (Broken Orange Pecco) yaitu partikel pendek, agak kecil terdiri

dari tulang-tulang daun pendek dengan sobekan daun kecil yang keriting,

biasanya berasal dari daun teh yang muda.

c. BOPF (Broken Orange Pecco Fanning) yaitu ukurannya hampir sama

dengan BOP tetapi lebih kecil dan keriting.

d. PF (Pecco Fanning) yaitu bentuk partikelnya seperti BOPF tetapi lebih

kecil, dan warnanya lebih hitam dari PF II.

e. Dust yaitu partikelnya berukuran kecil.

Page 32: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 32

f. BT (Broken Tea) yaitu partikel yang gepeng, pipih, agak hitam dan

biasanya berasal dari daun.

g. BP (Broken Pecco) yaitu partikel yang pendek halus, bertulang- tulang,

dan biasanya berasal dari daun muda.

h. BM (Broken Mix) yaitu berbentuk partikel gepeng atau pipih seperti BT

tetapi kecil.

2.) Mutu II

a. PF II yaitu partikel sama seperti PF I tetapi banyak mengandung tangkai

dan serat berwarna agak kemerahan.

b. Dust II yaitu partikel seperti DUST I tapi berwarna lebih cerah dan

halus

c. BT II yaitu sama separti BT I hanya ukurannya yang berbeda lebih kecil

dan warna kemerahan.

d. BP II yaitu berbentuk sama dengan BP I tapi lebih pipih dan kelihatan

banyak serat dan tulang, sehingga warnanya lebih kemerahan.

e. BM II yaitu hampir sama dengan BM I, tetapi lebih kecil dan warnanya

lebih kemerahan dari BM I.

3.) Mutu III

a. DUST III yaitu bubuk yang partikelnya sangat lembut, lebih halus

daripada DUST II dan masih banyak mengandung debu.

b. BOHEA (BTL/BBL) yaitu sisa dari hasil sortasi yang terdiri dari tulang-

tulang daun dan serabut

Page 33: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 33

4.1.3. Proses Pengolahan Teh Hijau ( Green tea )

Teh hijau dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh tanpa proses

fermentasi. Pengolahan teh hijau di Indonesia masih menggunakan peralatan

sederhana. Hampir 90% pengolahannya dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat. Teh

hijau ini nantinya akan dijadikan bahan baku teh wangi yang pabriknya di Jawa

Tengah. Seperti pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui

beberapa tahap seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Adapun

proses pengolahan teh hijau secara sederhana dapat dilihat pada diagram 3 sebagai

berikut :

Diagram 3. Proses Pengolahan Teh Hijau

1. Pelayuan ( Rotary Panner )

Pelayuan merupakan proses pengolahan yang pertama kali dilakukan

dalam pengolahan teh hijau. Pelayuan dilakukan dengan menggunakan mesin

Page 34: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 34

Rotary Panner. Mesin ini berbentuk silinder yang berputar dan dipanasi dengan

burner. Setelah suhu didalam silinder 100 - 150°C pucuk segar dimasukkan ke

dalam silinder dengan ketebalan tertentu. Di dalm silinder, pucuk segar akan

terpanasi sehingga pucuk akan menjadi lemas. Pelayuan bertujuan untuk

mendapatkan daun yang lemas dan mengurangi kadar air bahan hingga 65%-70%

sehingga akan memudahkan dalam proses penggulungan. Pelayuan yang baik

akan menghasilkan pucuk yang lemas merata dan apabila ditekuk, batang tidak

patah serta memiliki bau yang sedikit harum.

Prinsip kerja dari pelayuan ini adalah dengan adanya pemanasan pada

bagian luar dinding luar silinder oleh pemanas. Maka ruang di dalam silinder akan

panas sehingga apabila pucuk segar dilewatkan di dalamnya akan menjadi layu.

Silinder dibuat berputar dengan tujuan agar bahan dapat terpanasi secara merata.

Adapun mesin rotary panner dapat dilihat pada gambar. 10 di bawah ini :

Gambar 10. Mesin Rotary Panner ( Pelayuan Teh Hijau )

Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim

polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk sehingga menjadi

lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan cara mengalirkan

Page 35: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 35

sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat Rotary Panner dalam

keadaan panas. Lama pelayuan antara 5 - 7 menit.

2. Penggulungan ( Open Top Roller )

Setelah pelayuan dilanjutkan dengan proses penggulungan.Penggulungan

bertujuan untuk membentuk daun teh menjadi gulungan-gulungan kecil dan

mengeluarkan cairan sel segar yang menempel di permukaan daun. Mesin yang

digunakan dalam penggulungan ini adalah mesin Orthodox Roller (lebih terkenal

disebut Open Top Roller ). Mesin ini memiliki dua tipe yaitu single action dan

double action. Single Action Roller yaitu mesin penggulung yang mejanya diam

sementara yang berputar jaketny (silinder tegak tempat pucuk yang digulung).

Sedangkan Double Action Roller yaitu mesin penggulung baik meja

Adapun mesin Open Top Roller dapat dilihat pada gambar. 11 di bawah ini :

Gambar 11. Mesin Open Top Roller

Page 36: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 36

maupun jaketnya berputar Penggulungan daun teh dilakukan dengan adanya

loyangan atau perputaran nampan ataupun kedua-duanya dengan cara

pengadukan dan sirkulasi. Daun teh layu yang masuk melalui hopper ditampung

dalam silinder dan karena adanya perputaran dan goyangan silinder serta nampan

sehingga daun akan tergulung. Adapun lama proses penggulungan ini berkisar 30

– 40 menit.

Setelah tergulung maka sel-sel daun yang telah pecah akan bercampur

dengan oksigen sehingga kemungkinan terjadinya fermentasi akan semakin besar.

Untuk menjegah harus segera dikeringkan pada mesin pengering awal.

3. Pengeringan Pertama (Endless Chain Preasure)

Pengeringan awal dilakukan dengan ECP (Endless Chain Presure Drier) atau

mesin pengering dengan rantai yang tidak terputus dan pengeringan dilakukan

dengan adanya bak pengering yang mempunyai tingkatan-tingkatan. Untuk

mengeringkan pucuk yang telah digulung dan agar tidak terjadi proses fermentasi

maka harus digunakan udara panas yang bersuhu 100 – 150 °C yang ditiupkan

dengan blower atau kipas angin. Pembagian angin harus merata untuk setiap

tingkatan agar diperoleh derajat kekeringan yang sama.

Untuk menghasilkan udara panas sampai C 135° digunakan dapur api kayu

bakar sebagai sumber panasnya sebagai sumber energinya. Pengeringan awal ini

bertujuan untuk mempererat cairan sel daun dan menurunkan kadar air mencapai

38%-42%. Pucuk layu hasil penggulungan dimasukkan ke dalam ECP Belong

melalui rak-rak yang berjalan dan bersusun. Pengeringan dilakukan dengan cara

Page 37: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 37

menguapkan air yang terjadi karena adanya kontak antara udara yang panas

dengan pucuk di dalam Belong.

Adapun mesin Endless Chain Preasure ( ECP ) dapat dilihat pada gambar. 12

di bawah ini :

Gambar 12. Mesin Pengering Pertama ( Endless chain Preasure )

Ketebalan daun diatur dengan menggunakan sisir yang terletak di dekat

pucuk dimasukkan sehingga ketebalan daun akan rata. Hasil pengeringan awal ini

masih setengah kering sehingga harus dilanjutkan dengan pengeringan

berikutnya.

Page 38: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 38

4. Pengeringan Kedua ( Ball Tea )

Pengeringan akhir ini merupakan kelanjutan dari pengeringan awal. Pada

pengeringan awal kadar air yang diperoleh sebesar 38%-42% sedangkan pada

pengeringan akhir ini bertujuan untuk menurunkan kadar air hingga tinggal 5%-

6% Ball Tea masing-masing berbentuk silinder berputar yang digerakkan oleh

motor Pucuk teh yang berasal dari OTR dimasukkan kedalam silinder BT. Sambil

diputar pucuk teh akan dipanasi oleh burner. Pengeringan di BT ini berlangsung

kurang lebih selama 10 - 15 jam dan suhu berkisar dari 100 ˚C – 130 ˚C selama

maksimal 15 jam.

Adapun mesin Ball Tea dapat dilihat pada gambar. 13 di bawah ini :

Gambar 13. Ball Tea ( Mesin Pengering kedua )

Pada akhir proses, pemanas kemudian dimatikan dan blower dihidupkan.

Hal ini dilakukan untuk memoles bahan sehingga debu-debu akan hilang dan

bahan akan kelihatan mengkilap. Alat ini mempunyai kapasitas kerja sebesar 200-

Page 39: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 39

300 kg/jam. Setelah melalui alat ini, teh kering yang telah terpisah disortasi lagi di

ruang Sortasi.

4. Sortasi ( Midleton )

Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan agar dapat

diterima di pasaran. Pembentukan jenis mutu terutama untuk membuat jenis grade

( Grade teh hijau berbeda dari teh hitam karna teh hijau berbentuk kasaran yang

belum siap dipasarkan menjadi peroduk jadi ) dan serta menyeragamkan warna

dengan proses sortir.

Sortasi kemudian dilakukan dengan memisahkan daun teh yang rusak dan

tangkai daunnya.

Adapun mesin Sortasi ( Midleton ) dapat dilihat pada gambar. 14 di bawah

ini :

Gambar 14. Mesin sortasi teh hijau ( Midleton ).

Page 40: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 40

Sebelum proses selanjutnya dilakukan yaitu proses Pengepakan, terlebih

dahulu dilakukan proses Sortasi. Proses Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk

mengelompokkan jenis teh berdasarkan hasil dari proses produksi. Jenis teh dari

hasil produksi meliputi :

a. PSB

Ciri-ciri :

Teh hijau yang partikelnya tergulung padar terpilih, berwarna hijau sampai

kehitaman, sangat sedikit tercampur tulang.

b. PSK (Peko Super Kecil)

Ciri-ciri :

Teh hijau yang partikelnya tergulung padat terpilih, berwarna hijau

kehitaman, berukuran lebih panjang dari PSB, sedikit tercampur serat dan tulang.

c. CM (Chun Mee)

Ciri-ciri :

Teh hijau yang partikelnya tergulung padat memanjang, berwarna hijau

kehitaman sampai hitam.

d. Dust

Ciri-ciri :

Teh hijau yang partikelnya tidak tergulung tetapi berupa potongan

pipih,berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, sedikit tercampur serat

dan tulang.

Page 41: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 41

e. Tulang

Ciri-ciri :

Teh hijau yang partikelnya 100% berupa gagang, berwarna kuning

kecoklatan.

f. Jikeng

ciri-ciri :

Teh hijau yang partikelnya tergulung longgar dan kurang terpilih,

berwarna hijau kehitaman sampai kuning kecoklatan, tercampur banyak tulang.

5. Pengepakan

Adapun mesin Pengepakan Teh Hijau ( Blender ) dapat dilihat pada

gambar. 15 di bawah ini :

Gambar 15. Mesin Pengepakan Teh Hijau ( Blender )

Page 42: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 42

Pengepakan Teh hijau dan teh hitam sebenarnya sama oleh karna itu

pengepakan di jadikan satu penjelasannya oleh penulis dan mesin yang digunakan

yaitu bernama Blender yang dimasukkan dalam karung yang dilapisi oleh pelastik

dalam karung dan ada juga pengepakan secara manual apabila permintaan

pelanggan adalah grade tertentu tanpa harus di mix dengan blender.

Adapun mesin Pengepakan Teh Hitam ( Blender ) dapat dilihat pada

gambar. 16 di bawah ini :

Gambar 16. Mesin Pengepakan ( Blender ) Teh Hitam.

Page 43: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 43

Proses pengepakan dan pengemasan merupakan tahapan terakhir dari

pengolahan teh hitam dan teh hijau di PT. Mitra Kerinci. Adapun tujuan dari

pengepakan dan pengemasan teh hitam dan teh hijau ialah :

a. Melindungi teh dari kerusakan

b. Memudahkan dalam penyimpanan digudang serta transportasi

c. Sebagai alat promosi.

Adapun kapasitas dari Blender teh hitam dan teh hijau berbeda karna

ukuran dari masing – masing mesin berbeda untuk teh hitam 2 – 3 Ton sedangkan

teh hijau 3,5 – 4,5 Ton.

Page 44: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 44

4.2. Pembahasan

4.2.1. Mesin Penggulung Open Top Roller dan Sortasi Basah

Dibagian ini penulis akan membahas mesin yang diambil untuk

judul Tugas Akhir yaitu Mesin Penggulung Open Top Roller ( OTR ) dan Sortasi

Basah Teh Hitam :

Adapun mesin Open Top Roller Teh Hitam ( OTR ) dapat dilihat pada

gambar. 17 di bawah ini :

1

2

3

4

10

5

6

7

8

9

Gambar 17. Mesin Open Top Roller ( OTR ) Teh Hitam

Keterangan bagian – bagian mesin :

1. Corong fungsi daun segar jatuh ke tong penggulungan dari withering

trough ( Pelayuan ).

Page 45: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 45

2. Pembatas bak fungsi agar daun tidak berserakan saat jatuh dari corong.

3. Silinder tong fungsi wadah daun segar siap digiling di meja penggiling

OTR

4. Ring pengikat tong fungsi pengikat tong agar stabil saat berputar

menggiling

5. Meja gilingan fungsi tumpuang tong penggiling untuk menggiling daun

agar berlipat

6. Handle pembuka fungsi membuka dan menutup keluaran hasil gulungan

7. Motor penggerak fungsi menggerakkan OTR

8. Lori penampung fungsi menampung hasil

9. Kaki pondasi

10. Mata pisau ( Tumpul ) fungsi menahan daun dan menekan daun ke meja

gilingan agar daun menggulung.

Spesifikasi Mesin :

1. Diameter : 47 ’’

2. Putaran engkol : 42 – 45 Rpm

3. RPM : 20 HP, 1440 Rpm, 50 HZ, 380 –

660 volt

4. Motor : Merk Renold England size WV 08

Ratio 1 :20

5. Panjang : 2,6 m

6. lebar : 2,2 m

7. Tinggi : 1,9 m

8. Jumlah : 3 buah

9. Kapasitas : 350 – 375 kg / Jam

Page 46: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 46

10. Lama waktu sekali gulungan : 30 – 40 menit

Cara kerja mesin :

1. Siapkan gerobak untuk menampung hasil output Open Top Roller (OTR)

untuk menghindari pucuk tercecer.

2. Saat pengisian dari corong jatuh ke dalam tong OTR mesin harus dalam

keadaan mati.

3. Tunggu sampai tong terisi penuh, setelah penuh bunyikan bel kode tanda

OTR telah penuh.

4. Lalu hidupkan mesin

5. Amati proses penggulungan dan masukkan pucuk yang belum tergulung

ditepian meja Open Top Roller (OTR).

6. Bersihkan pucuk tercecer pada saat pengisian.

7. Tunggu 30 – 40 menit saat daun sudah terlihat menggulung

8. Matikan mesin terdahulu saat pengeluaran hasil gulungan

9. Tamping hasil menggunakan gerobak lori dan buka handle penutup wadah

10. Selesai.

Kerusakan Mesin OTR :

1. Baut sering lepas dan haus mengakibatkan mesin OTR saat berputar

berisik.

2. Bel motor penggerak sering kendur saat berputar.

3. Handle pembuka macet dan menyulitkan pekerja menutup kembali corong

keluaran OTR dikarenakan pinggir penutup terganjal gulungan daun teh.

Tujuan penggulungan

1. Untuk membentuk daun agar mengelinting/menggulung.

2. Untuk memecahkan dinding sel pucuk daun teh sehingga cairan keluar di

permukaan daun dengan merata.

3. Memudahkan proses pengeringan di TSD.

Page 47: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 47

Adapun mesin Sortasi Basah Teh ( DIBN ) dapat dilihat pada gambar. 18

di bawah ini :

1

2

3

4

5

Gambar. 18 Mesin Sortasi Basah Teh Hitam ( DIBN )

Keterangan bagian – bagian mesin :

1. Motor penggerak Conveyor fungsi mengerakkan conveyor.

2. Conveyor fungsi mengangkut teh hasil gilingan dari OTR.

3. Meja ayakan fungsi mengayak teh setelah keluar dari OTR.

4. Corong keluaran fungsi tempat keluar nya hasil ayakan.

5. Motor penggerak ayakan fungsi menggerakkan meja ayakan.

Spesifikasi :

1. Jumlah : 2 unit

2. Ukuranmeja : 5,8 m X 9,3 m X 2 meja

3. Kapasitas pengayakan : 25 kg / Menit

Page 48: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 48

4. Tahun Pembuatan : Tahun 1998 / Padu Usaha Bandung

5. Putaran poros engkol : 120 putaran / menit

6. Electromotor : 3 HP, 960 Rpm, 3 Phase, 50 Hz, 220 –

380 volt.

Cara kerja mesin :

1. Bersihkan terlebih dahulu mesin ayakan dari sisa – sisa ayakan.

2. Setelah itu tekan tombol ON mesin Conveyor dan mesin ayakan.

3. Angkut hasil gulungan daun teh dari OTR kedalam conveyor pengangkut

4. Perhatikan mesin ayakan akan bekerja mengayak daun teh hasil gulungan

dari OTR.

5. Dan siapkan bak penampung ( Dhool troly ) dibawah corong penampung

grade.

6. Selesai

Tujuan Ayakan :

1. Memudahkan proses pengeringan di TSD.

2. Menyempurnakan proses oksidasi fermentasi.

Adapun corong hasil keluaran dari mesin ayakan ini berjumlah 4 buah yang mana

grade tersebut adalah :

1. Bubuk kasar 1

2. Bubuk kasar 2

3. Bubuk kasar 3

4. Bubuk kasar 4

Hasil dari grade ini nantinya akan di sortasi kembali di ruangan sortasi kering

setelah keluar dari mesin pengering ( TSD ).

Page 49: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Mitra Kerinci yaitu pucuk segar daun

teh berasal dari kebun LIKI dan dari kebun PT. Mitra Kerinci.

2. Proses pengolahan teh hitam di PT. Mitra Kerinci menggunakan sistem

orthodox-rotorvane, yang terdiri dari beberapa tingkatan proses meliputi proses

pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, dan

pengemasan.

3. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi teh hitam di PT. Mitra

Kerinci telah menggunakan mesin sehingga dapat mempermudah berjalannya

proses produksi.

4. Pengepakan/pengemasan di PT. Mitra Kerinci menggunakan dua macam

yaitu : Karung plastik yang ukurannya sama dengan paper sack yaitu 120 x 70 x

20 cm. dan Kertas karton menggunakan kertas karton berupa kemasan kecil.

5. Pemasaran pada PT. Mitra Kerinci dengan dua tujuan yaitu ekspor dan

konsumsi lokal.

6. Pendistribusian PT. Mitra Kerinci dengan menggunakan truk kontainer.

Page 50: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 50

5.2. Saran

1. Dalam hal pemetikan sebaiknya pengisian kedalam keranjang maupun

waring tidak terlalu padat agar pucuk tidak memar.

2. Para pemetik sebaiknya selalu diberi pengarahan agar pemetikan yang

dilakukan hanya pucuk daun saja. Sehingga meminimalisir terbawanya daun tua,

ranting serta kotoran dalam proses pengolahan agar teh yang dihasilkan

berkualitas.

3. Bubuk teh kering yang baru saja keluar dari TSD seharusnya

didinginkan terlebih dahulu hingga suhunya mencapai 300C sebelum dilakukan

proses sortasi.

4. Perlu dilakukan proses pembersihan secara berkala pada alat, mesin,

serta bangunan seperti atap, dinding, dan lantai.

Page 51: Download (1623Kb)

Laporan PKPM 2015 | 51

VI. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan

Kina Gambung. Bandung. Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis

Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.

Bandung.

Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebagai Tinjauan

Ilmiah. Kanisius. Yogyakarta.

Maulana, Mohamad. 2000. Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Mutu Teh Do

Unit Usaha Perkebunan Malabar PT Nusantara VIII Jawa Barat.

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%2810%29%20soca- maulana-

pengelln%20mutu%20teh%281%29.pdf pada Rabu, 3 Maret

2010.

Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Cokelat Internasional.

Gramedia. Jakarta

Setyamidjaja, Djoehana. 2000. TEH, Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen.

Kanisius. Yogyakarta.

Wiwik, 2012. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. PT. Mitra Kerinci. Solok Selatan.