Dzul Akmal Undercover (bag.3)

69
BUKTI-BUKTI PENYELISIHAN DZUL AKMAL HADAHULLOH TERHADAP SYARI'AT ISLAM

description

Dzul Akmal Undercover - Bag.3

Transcript of Dzul Akmal Undercover (bag.3)

Page 1: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

BUKTI-BUKTI PENYELISIHAN DZUL AKMAL HADAHULLOH

TERHADAP SYARI'AT ISLAM

Page 2: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

1 | P a g e

Kepada pembaca, sebelum membaca tulisan ini saya sarankan untuk membaca dulu tulisan

saya sebelumnya yang berjudul “Makar Dzul Akmal dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi”

karena ada kaitannya dan juga banyak bualan-bualan Dzul Akmal dalam daurohnya di Jambi

19-20 Syawal 1432 H. Dan saya buat tulisan ini sebagai sambutan atas perkataannya pada Dauroh di

Jambi. Dzul Akmal berkata dalam dauroh tersebut, “Celaan kepada saya bacalah di internet, celaan

kepada pribadi saya seluruhnya dibongkar, ...pribadi, seluruh kita punya masalah pribadi.... tidak ada

manusia yang tidak punya masalah pribadi... kekurangan pribadi... masalah hutang piutang, masalah

ini itu, begini begitu, begono... ente kalo bantah saya, manhaj saya dibantah... tunjukkan satu

manhajnya begini-begini... kan begitu.”

Dalam tulisan ini saya tidak memvonis Dzul Akmal Hadahullah tetapi menunjukkan bukti-bukti bahwa

dia tergelincir dalam ucapannya sendiri dalam mentahdzir thullab Dammaj yang bersama Syaikh

Yahya Al-Hajuri Hafidzohullah. Ibarat pepatah melayu, memercik air di dulang terpecik ke muka

sendiri. Semoga ALLAH ta'ala memperbaiki kamu dan kita semua..

BAB 1 : KHOWARIJ

Khowarij adalah orang-orang yang mengkafirkan pelaku maksiat keluar daripada ketaatan pemerintah

muslimin dan jama'ah muslimin.

Saya sebenarnya tidak menuduh dia (Dzul Akmal) khowarij tapi sekedar mengembalikan gaya

tuduhan dia kepada orang lain. Contoh, ucapan Dzul Akmal sendiri menuduh ustadz Abdul Ahad

Bagan Batu Riau. Dzul Akmal mentahdzir beliau sebagai khowarij takfiri alasannya ustadz Abdul Ahad

mengambil tanah orang kampung (sedangkan menghalalkan harta kaum muslimin termasuk ciri-ciri

khowarij). demonstrasi di Perawang, mengharamkan kartu nikah. Maka ustadz Abdul Ahad menjawab,

“Saya tidak pernah mengambil tanah orang, saya tidak ikut demonstrasi di Perawang, dan saya tidak

mengharamkan kartu nikah. Saya sendiri punya KTP dan kartu nikah. Fakta sebenarnya, ada seorang

perantau Madura datang ke Riau dan ikut ta‟lim dengan saya, kemudian mau menikah dengan

seorang perempuan dari Bagan, lalu mau pulang lagi ke Madura untuk urus surat KUA dan lain-lain.

Tapi tidak cukup (uang) transportasi pulang-pergi (ke Madura) dan akhirnya tetap menikah melalui

petugas KUA, tapi dia tidak diberikan kartu nikah dari KUA melainkan hanya diberikan surat

keterangan nikah.”

Sekarang dengan surat pernyataan tersebut (notulen hasil Rapatnya) Dzul Akmal menekankan agar

menguasai aset tanah dan bangunan masjid kepada Ponco, Hud Huda, Amir, dan Muhammad Surur,

Page 3: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

2 | P a g e

bahkan terus menerus menelpon. Padahal tanah masjid tersebut wakaf dari orang awam dan biaya

pembangunan masjid bukanlah semata-semata dari mereka tetapi mayoritas dari orang yang masih

ta‟lim. Ini berarti Dzul Akmal telah memerintahkan untuk mengambil tanah orang dan mesjid, padahal

dia telah mentahzir ustadz Abdul Ahad sebagai khowarij, salah satunya karena mengambil tanah

orang. Bukan berarti saya mengingkari bahwa diantara peserta tanda tangan juga ada yang shodaqoh

atas masjid.

BAB 2 : TAKFIRI (MENGKAFIRKAN ORANG).

1. Dzul Akmal menggelari Abu Turob sebagai Nabi baru pada ta‟lim ummahat. “Wahai Dzul Akmal,

Abu Turob tidak mengaku sebagai Nabi dan orang yang belajar dengan beliau pun tidak ada yang

menyebutkannya sebagai Nabi atau ulama. Ini artinya engkau telah mengkafirkan Abu Turob.

Celaan inipun tampak telah direalisasikan oleh salah seorang murid engkau asal Perawang

dengan mengirim sms : “ado keceknyo antum ndak menggadangkan aie do, o iyo ado

keceknyo le, lah sujud antum ka Nabi antum?” (ada kabarnya antum hendak membesarkan

air lagi, o iya kabarnya antum sudah sujud ke nabi antum?) Ini sms Abu Amr asal Perawang

tanggal 09 Juni 2011 kepada Utsman Pariaman.”

2. Pengakuan Muhammad Batam yang sms saya: “saya 2x dtlp Marhaen ktnya tdk usah baca2

internet nanti fitnah,saya baca isnad utk mngthi perkembangan dakwah,itu msk mencela

ulama klu mati kita kafir.” Sms ini saya terima tgl 14 Januari 2012.

Komentar saya :

Marhaen adalah Dzul Akmal. Ini artinya Dzul Akmal telah mengkafirkan pembaca isnad.

BAB 3 : HADDADY

Sesungguhnya haddadiyah merupakan sekte yang ekstrem yang disandarkan kepada Abu Abdillah

Mahmud bin Muhammad Al Haddad. Lahir di Mesir tahun 1374 H, kemudian pergi ke Madinah

Nabawiyah belajar ke Syaikh Robi' dan Masyaikh lainnya. Pada awalnya orang ini menampakkan

kecemburuan kepada agama dan benci kepada kebid'ahan. Kemudian muncul darinya sikap ekstrem

dan membid'ahkan sejumlah ulama yang tergelincir dalam perkara akidah seperti Ibnu Hajar, An-

Nawawi, Syaukani semoga Allah merahmati mereka. Dia melaknat mereka dan membid'ahkan orang

yang mendo'akan rahmat kepada mereka. Dia juga memfatwakan untuk membakar Kitab Fathul Bari

syarah Shohih Bukhory karya Ibnu Hajar. Juga mencela Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim

dan Ibnu Abil 'Izzy semoga Allah merahmati mereka. Dia juga mencela ulama sunnah zaman ini

seperti Imam Ibn Baz, Imam Albani, Imam Ibnu Utsaimin, Syaikh Sholih Fauzan, Syaikh Al Luhaidan

dan yang lainnya, semoga Allah merahmati mereka.

Dalam Bab ini saya menunjukkan bukti-bukti bahwa Dzul Akmal hadahulloh telah tergelincir ke dalam

Page 4: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

3 | P a g e

pemikiran haddady. Dalam Bab ini dan Bab selanjutnya, pijakan saya adalah tulisan “Karakter

Hadaddadiyah Dalam Diskusi Ilmiyyah (Komentar Terhadap Isi Kitab “Aujuhusy Syibh Bainal

Haddadiyyah wa Bainar Rowafidh” dan Kitab “Manhajul Haddadiyah” dan ucapan As-Syaikh Robi‟ al

Madkholiy pada akhir tahun 1432 H), penulis Abu Fairuz Abdur Rahman al Qudsiy (sumber :

http://aloloom.net).

Dalam risalahnya, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri haddadiyah dalam Kitab Aujuhusy Syibh

Bainal Haddadiyah wa Bainar Rowafidh dan kaitannya dengan Dzul Akmal hadahullohu :

Pasal ke Enam : “Upaya untuk menjatuhkan ulama yang kokoh di atas kebenaran.”

Asy-Syaikh Robi' Al Madkholi wafaqohullahu berkata sisi ke enam, “Usaha mereka untuk menjatuhkan

ulama sunnah masa kini dan penghinaan mereka dan menolak hukum-hukum mereka yang tegak di

atas dalil-dalil dan bukti-bukti dan pemberontakan mereka terhadap ulama tadi, cercaan terhadap

mereka, manhaj dan prinsip-prinsip mereka yang tegak di atas Al Kitab, As Sunnah dan Manhaj As

Salafus Sholeh.

Komentar saya : Telah jelas dari ucapan-ucapan Dzul Akmal menjatuhkan, menghina, dan

merendahkan Syaikh Yahya Al Hajuri. Padahal beliau mendapat pujian dan rekomendasi dari Asy

Syaikh Muqbil rahimahulloh. Dan beliau lebih tahu tentang keadaan murid-muridnya, Siapa yang lebih

berilmu dan yang lebih pantas menggantikan kedudukannya? Bahkan Dzul Akmal menolak hukum-

hukum beliau seperti masalah Yayasan dan larangan meminta atas nama dakwah, padahal prinsip

Syaikh Muqbil rahimahulloh dan Syaikh Yahya sama dengan Syaikh Robi' dalam masalah tersebut.

Pasal ke Tujuh : “Bersembunyi dibalik sebagian ulama sunnah sambil menyusun makar terhadap

sebagian ulama yang menampakkan kebenaran.”

Kemudian Asy Syaikh Rabi‟ al Madkholi waffaqohullohu berkata sisi yang ke- tujuh :

“Mereka bersembunyi dibalik sebagian ulama sunnah sebagai makar dan tipu daya bersamaan

dengan kebencian mereka pada ulama tadi dan penyelisihan mereka pada prinsip-prinsip, manhaj dan

sikap mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Rowafidh yang bersembunyi dibalik ahlu bait dalam

keadaan mereka menyelisi manhaj dan prinsip ahlu bait dan membenci mayoritas ahlu bait, kenapa

mereka melakukan ini?”

Komentar saya :

Dzul Akmal bersembunyi di balik nama kebesaran Asy Syaikh Rabi‟ al Madkholi dalam keadaan dia

menyelisihi prinsip-prinsip salafiyyah yang beliau berada di atasnya. Berkata Abu Fairuz di Karakter

Haddadiyah Dalam Diskusi Ilmiah Seri-2, “Adapun Syaikh kami Yahya al Hajuri hafizhohulloh ditanya

oleh saudara kita Mahir Ibn Ali Ash Shobahi hafizhohulloh, “Apakah disyaratkan untuk setiap masalah

ada salaf (pendahulunya)?” Maka beliau hafizhohulloh menjawab, “Setiap masalah ada salafnya.”

(Mukhtashorul Bayan halaman 63). Ini juga aqidah Syaikh Rabi‟ al Madkholi waffaqohullohu karena

Page 5: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

4 | P a g e

beliau saat saudara kita tadi menyodorkan padanya soal terdahulu, beliau hafizhohulloh menjawab,

“Iya, setiap masalah harus ada salafnya,” lalu beliau menyebutkan perkataan yang kesimpulannya

adalah kita harus kembali kepada salaf pada masalah-masalah yang ada, karena masalah ini

adalah jalan masuk yang darinya para pengekor kebidahan dan hawa nafsu. Lalu beliau menyebutkan

ucapan yang panjang khusus bab ini. (Mukhtashorul Bayan hal. 63)

“Wahai Dzul Akmal, bertaqwalah kamu kepada Allah, kamu berkata dalam dauroh Jambi-mu,

“Pendapat aneh tidak ada ulama yang mendahului, jika tidak ada ulama yang berpendapat

jangan mendahului……Pendapat nyleneh…aneh…” Kamu juga menukil ucapan Imam Ahmad,

“Hati-hatilah kalian tentang suatu perkara yang tidak ada pendahulu kalian dari salaf.” Ittaqillah wahai

Dzul Akmal, kamu ketua yayasan dan pembela yayasan, “Siapakah salafmu? Apakah ada sahabat,

tabi‟in, tabi‟ tabi‟in menggunakan yayasan seperti yang kamu lakukan? Bukankah kamu selalu

membawa nama besar Syaikh Rabi‟? Tahukah kamu sikap Syaikh Rabi‟ terhadap yayasan? Apakah

kamu sudah melaporkan (mengembalikan) permasalahan yayasan sejak yayasan „Ubudiyyah sampai

yayasan-mu sekarang (Ta‟dzimussunnah) pada Beliau? Bukankah kamu yang menyerukan untuk

kembali kepada ulama salaf sebagaimana daurohmu di Jambi (19-20 Syawal 1432 H)?

Berikut Ini Fatwa Ulama Seputar Yayasan :

1. Fatwa Syaikh Muqbil هللا رحمه ,

Berkata Abul Husain Muhammad al Jawiy dan Abu Abdirrahman Shiddiq al Bughisy dalam risalah

“Menyingkap Fikroh Hizbiyyah Di Balik Slogan Yayasan Salafiyyah.” Adapun ini wahai Askariy

fatwa dulu, setelah itu beliau berfatwa sebagai berikut :

الحزبة إلى والوسلة الحزبة إلى الطرق نعم اي الصندوق وكذ وسلة ه إخوان ا هذه والجمعات

Artinya : “Dan yayasan-yayasan ini yaa ikhwan merupakan wasilah (perantara) dan juga

kotak-kota infaq, sungguh benar (itu merupakan) jalan menuju hizbiyyah dan perantara

kepada hizbiyyah.” -selesai- (dari as ilah Bani Bakr pada tahun 1421 H, setahun sebelum

wafatnya al Imam al Wad‟i هللا رحمه . Sebelumnya beliau berkata, “Yayasan pada zaman Nabi

sama sekali tidak ada, akan tetapi datangnya dari musuh-musuh Islam yang kemudian

diikuti oleh sebagian kaum muslimin. Dan kebanyakan yayasan di dalamnya terdapat

penyimpangan-penyimpangan.... sampai perkataan beliau, “Betul, kita tidak mengharomkan

bagi masyarakat apa yang Allah halalkan, akan tetapi yang kita takutkan ini hanyalah tipu

muslihat saja.” Sampai perkataan beliau, “Yayasan-yayasan ini wahai ikhwah, dia adalah

sarana, demikian pula kotak amal (kotak sedekah) jalan menuju hizbiyyah dan sarana

menuju hizbiyyah.” (disadur dari pertanyaan Bani Bakr di Yafi‟ pada tahun 1421 H).

2. Fatwa Syaikh Rabi‟ al Madkholi - هللا حفظه -

Page 6: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

5 | P a g e

(1) Ditanyakan kepada Syaikh Robi‟, “Apakah mendirikan yayasan untuk berdakwah kepada al

Kitab dan As Sunnah dan menyandarkan diri kepadanya termasuk hizbiyyah dan memecah

belah umat?”

Jawaban Syaikh, “Mendirikan yayasan di negeri ini (Arab Saudi) tidak boleh, tidak boleh

membuat yayasan dan tidak juga yang lainnya selama-lamanya karena negara ini adalah

negara Islam yang tegak di atas kitab Allah dan di atas Sunnah Rasul-Nya. Manhaj negara ini

mewujudkan adanya ta‟lim, da‟wah di masjid-masjid, di universitas-universitas, madrasah-

madrasah dan setiap tempat. Dia (negara) tegak dengan urusan-urusan Islam seluruhnya

yang para ulama bekerjasama dengan negara. Negara bersandar kepada ulama di dalam

meletakkan manhaj-manhaj dan menyimpan harta. Bersandar kepada ulama dalam memilih

guru-guru, imam-imam, dan yang semisalnya, negara tegak dengan urusan-urusan Islam.

Adanya yayasan atau partai akan menyebabkan perpecahan ummat dan bertolak belakang

dengan firman Allah :

قوا جميعا ول تفر واعتصموا بحبل هللا

Artinya : Berpeganglah dengan tali Allah dan jangan kalian berpecah-belah. (QS. Ali

Imron :103)

Engkau datang ke sebuah negeri yang menampakkan syiar sekularisme, berhukum dengan

undang-undang buatan manusia dan berpisah dari Islam, bahkan terkadang memerangi Islam,

maka apabila ada sebuah jama‟ah (perkumpulan) menyebarkan Islam dan mengajarkannya

dan mengajak manusia kepada kebenaran, mereka berkumpul mengatur diri mereka sendiri

baik harta dan ta‟lim maka tidak terlarang, tidak terlarang hal ini. Sebagaimana hal ini tidak

dilakukan oleh kaum muslimin di India dan salafiyyun di India, maka Islam akan lenyap 100

persen. Negara kafir sekuler memerangi Islam. Maka mereka tegak dan berkumpul dalam

bentuk yayasan-yayasan yang diakui oleh negara, kemudian mereka mendirikan sekolah-

sekolah, masjid-masjid, ribuan sekolah yang dengannya Allah ta‟ala menjaga Islam. Dan ini

darurat, harus kaum muslimin menegakkan seperti ini. Kalau seandainya dunia Islam

seluruhnya bersatu pada satu Imam, maka tidak boleh ditegakkan satu jama‟ah terpisah dari

yang lain. Baarokallahu fiykum. Akan tetapi dunia Islam telah terpisah-pisah dan setiap negara

memiliki aturan yang rusak, kecuali negara ini yang tegak di atas Qur‟an dan Sunnah. Maka

wajib setiap muslimin di manapun yang tidak menegakkan manhaj Islam yang benar,

hendaklah mereka menegakkan Islam, lalu mendirikan satu yayasan atau beberapa yayasan,

mengaturnya dengan pengaturan yang benar, dengan itu memungkinkan bagi mereka

menyebarkan dakwah Allah, dan mendidik siapa saja yang mereka mampu dari anak-anak

umat ini atas manhaj ini.”

(2) Penanya (Ali al Huzaifi) berkata, “Syaikh Muqbil telah membangun dakwah salafiyyah di

Page 7: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

6 | P a g e

Yaman dengan penuh iffah (menjaga kehormatan diri) dan beliau telah menulis bagi penduduk

Yaman suatu risalah yang beliau beri judul “Dzamul Mas‟alah (Tercelanya Meminta-Minta),”

Pertanyaan : “Sebagian para da‟i terkadang meminta-minta harta kepada manusia dengan

alasan dakwah?”

Beliau (Syaikh Rabi‟ Ibn Hadi al Madkholi) menjawab : “Kesimpulannya, semoga Allah

ta‟ala merahmati Syaikh Muqbil dan kita memohon kepada Allah agar meninggalkan kebaikan

kepada penduduk Yaman dan yang lainnya sepeninggal beliau. Sesungguhnya Syaikh Muqbil

telah mengingatkan kita akan kezuhudan, kewaro‟an, keperkasaan, kemuliaan para salaf,

keengganan (terhadap dunia) serta keberanian mereka dalam menyampaikan perkara yang

haq. Dan telah menyebar dakwah salafiyyah merata di Yaman dan telah meninggalkan

kebaikan bagi mereka. Semoga Allah memberikan keberkahan kepada murid-murid beliau dan

menjadikan mereka orang-orang yang semisal dengannya. Demi Allah, sesungguhnya beliau

adalah contoh permisalan dalam kezuhudan, waro‟ dan menghinakan dunia. Dan benar-benar

beliau seseorang yang memiliki pandangan jernih di saat menolak harta dan memperingatkan

dari meminta-minta. Sehingga aku teringat saat beliau membantah habis-habisan orang-orang

yang mengumpulkan harta dengan mengatasnamakan beliau. Betapa jauhnya beliau (dari

perkara tercela itu). Semoga Allah memberkahi beliau.

Imam Ahmad Ibn Hanbal rahimahulloh, apakah pernah menengadahkan tangannya untuk

meminta harta dengan alasan dakwah? Bahkan beliau menolak harta ketika hendak diberikan

harta. Dan benar-benar beliau contoh teladan di dalam kemuliaan (menjaga harga diri) dan

keengganan (terhadap meminta-minta), yakni saat beliau melakukan perjalanan jauh (untuk

mencari ilmu) kepada Abdurrozzaq dari Iraq menuju ke Son‟a. Kemudian di tengah perjalanan

haji beliau dan temannya Yahya bin Ma‟in, Ibnu Ma‟in berkata kepada Ahmad bin Hanbal, “Ini

dia Abdurrozaq, Allah telah mempertemukannya dengan kita di sini, maka kita tidak perlu lagi

safar (ke Shon‟a).” Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Sesungguhnya aku telah berniat

melakukan perjalanan ke Shon‟a, maka aku tidak mau menarik kembali niat tersebut.

Kemudian beliau melanjutkan safar ke Shon‟a dan kehabisan bekal di tengah perjalanan.

Teman-teman beliau ketika mengetahui hal tersebut segera menawarkan bantuan harta

kepada beliau, namun beliau menolaknya dan memilih menjadikan dirinya menjadi seorang

pemikul barang-barang berat (di atas punggungnya) milik pengembala onta yang miskin yang

tinggal di dusun padahal beliau adalah seorang Imam. Beliau berpendapat bahwasanya

memikul barang-barang, bekerja dan makan dari hasil tangan sendiri seribu kali lebih utama

daripada menerima pemberian manusia karena sesungguhnya tangan di atas adalah orang

yang memberi dan tangan di bawah adalah tangan yang menerima pemberian. Imam Ahmad

tidak mau tangannya di bawah (menerima pemberian). Oleh karenanya aku menasehati ulama

dan penuntut ilmu untuk mengulang kembali kemuliaan para salaf dan hendaknya mereka

Page 8: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

7 | P a g e

mengetahui bahwasanya tama‟ terhadap harta merupakan perkara yang sangat

membahayakan bagi dakwah salafiyyah. Sebagai bukti, bahwasanya fitnah yang menyala

sekarang disebabkan harta. Disaat sebagian manusia mengulurkan tangannya untuk meminta-

minta kepada yayasan ini dan yayasan itu, maka kita kita meminta perlindungan kepada Allah

dari fitnah tersebut. Demi Allah, sesungguhnya harta itu adalah fitnah. Demi Allah, penuntut

ilmu yang jumlahnya sedikit, yang keluar dari sebuah masjid dalam keadaan mereka iffah

(menjaga kehormatan diri), cerdas mereka lebih baik daripada jutaan pencari harta dan orang-

orang yang tamak pada harta.

Kami menasehatkan pemuda salafi dan ulama mereka untuk mengulang kembali perjalanan

hidup salaf sebagaimana salafush sholih telah mengangkat bendera as sunnah. Hendaknya

mereka juga mengangkat bendera kemuliaan, keagungan, kezuhudan dan kewaro‟an serta

kesucian jiwa dari keinginan-keinginan duniawi. Demi Allah, tidak ada yang mengganggu

dakwah salafiyyah di Yaman kecuali karena tersebarnya harta dan haus terhadapnya sehingga

menggiring kepada fitnah ini sampai sekarang. Harta itu memiliki saham besar dalam

mengkobarkan api fitnah, maka hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dan kembali

kepada Allah, saling bersaudara. Dan kami nasehatkan kepada mereka agar saling

menasehati kepada perkara haq dan dalam kesabaran atas segala kesulitan hidup.

مراا واانف ااموال م ون ء والجوو ال و م ب ء ولنبلونكم ابري وب ر والل الص

Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada

orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqoroh : 155).

Dan demi Allah, sesungguhnya para salaf tidaklah membawa dakwah ini dengan kemewahan

harta dan kendaraan akan tetapi mereka membawanya dengan zuhud, waro‟ dan kesucian

hati mereka. Kami nasehatkan kepada pengikut salaf di setiap tempat dan Yaman secara

khusus yang Allah telah mengangkat di dalamnya bendera as sunnah agar mereka menjaga

dakwah ini dan seandainya datang harta untuk merusak mereka, maka hendaknya mereka

menendang dengan kaki-kaki mereka dan tetap di atas jalan mereka yang agung lebih mulia

menyebarkan dakwah Allah yang mulia lagi suci.

(Kaset pertanyaan pemuda Aden tentang Fitnah Abul Hasan), Mukhtashor Al Bayan hal. 81

dinukil dari risalah Al Jam‟iyyat Harokah bila Barokah karya Muhammad bin Muhyiddin Al Jawy

hal. 123-125.

(3) Dan Fatwa terbaru Syaikh Robi‟ dari pertanyaan Hamid Ibnu Khomis Ibnu Robi‟ al

Junaiby, Ramadhan 1432 H yang sudah saya cantumkan dalam tulisan Makar Dzul Akmal

dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi.

(4) Berkata Asy-syaikh Usamah bin „Athoya -semoga Alloh menjaganya-:

Page 9: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

8 | P a g e

“Saya hendak mengingatkan suatu perkara yang penting terkait dengan ucapan terakhir Asy-

Syaikh Robi‟ bin Hady Al-Madkholy -semoga Alloh menjaganya- dalam perkara Yayasan.

Ketika terjadi suatu perbincangan antaraku dan Syaikh -semoga Alloh menjaganya- melalui

telepon pada hari Sabtu malam Ahad, maka Asy Syaikh berbicara tentang perkara Yayasan,

dan beliau -semoga Alloh menjaganya- menjelaskan padaku bahwa yang difatwakan oleh

Asy Syaikh adalah larangan yayasan secara mutlaq, yang demikian itu karena banyak

mafsadat (kerusakan) yang terkandung dalamnya atau akibatnya. Dan betapa banyak

yayasan yang pada mulanya salafiyyah kemudian menjadi yayasan hizby dan bid‟ah.

Dan Asy Syaikh mengarahkan anak-anaknya agar mendirikan pelajaran-pelajaran, dauroh-

dauroh, serta pertemuan-pertemuan ilmiyyah di dalam masjid. Kalaulah tidak memungkinkan

maka didirikan di rumah-rumah mereka.

Dan sungguh Syaikh telah bersungguh-sungguh untuk menjelaskan perkara ini, apalagi

dengan adanya tuduhan-tuduhan yang dilemparkan oleh ahlul bid‟ah dari kalangan

Halabiyyah kepada Syaikh bahwa „fatwanya bertentangan (bingung)‟ dan sungguh ini adalah

suatu kedustaan dan kenistaan terhadap syaikh, karena seorang „alim bisa saja berfatwa

tentang suatu perkara, kemudian jelas baginya ternyata kebenaran pada selainnya. Dan

perkara yang maklum bahwa Al Imam Asy Syafi‟iy telah merubah kebanyakan dari ucapannya

ketika beliau tiba dan tinggal di Mesir sebelum wafatnya. Maka beliaupun memiliki dua

madzhab (pendapat) : pendapat lama dan baru, dan tidaklah seorang dari para ulama‟

menuduhnya dengan „linglung/bingung‟, demikian juga Imam Malik dan Ahmad pendapat-

pendapat mereka banyak dalam suatu permasalahan dan seorang yang berakal tidak

menganggap perkara tersebut sebagai suatu kebingungan, sebagaimana yang disangka oleh

pengelola situs Al Kholafiyyin -semoga Alloh menghinakan mereka-. Semoga Alloh menjaga

Syaikh kita Asy-Syaikh Robi‟, dan seluruh Masyaikh sunnah, dan melindungi mereka dari

segala keburukan, dan mengembalikan tipu daya/kejahatan di leher-leher pelakunya, dan

melindungi kaum muslimin dari kejahatan mereka.” -selesai- pada 24 Muharram 1433 H

Diterjemahkan oleh: Abu „Ubaid Fadhl (Luwu) pada hari Kamis 26 Muharrom 1433 H.

Sumber: Syaikh Usamah bin „Athoya

(http://isnad.net/fatwa-syaikh-robi-yayasan-sarana-perpecahan-2)

“Wahai Dzul Akmal..., Sanggupkah kamu mempopulerkan 3 fatwa Syaikh Robi‟ ini dan juga

jawaban Syaikh Robi‟ atas pertanyaan Syaikh Usamah Athoya di depan umat, mempraktekkan

dan mencontohkan kepada pembeomu (“cecunguk-cecunguk” menurut istilah bahasamu)

dimanapun kamu berada??

Bisakah kamu dan pembeomu bahkan Luqmaniyyun gegap gempita menyebarkan dan

menerapkan 3 fatwa Syaikh Robi‟ ini dan jawaban beliau kepada Syaikh Usamah Athoya?”

Page 10: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

9 | P a g e

Alhamdulillah thullab Dammaj yang kamu caci-maki sebagai Haddadiyyun, Takfiriyyun telah

mengamalkan fatwa ini dengan izin Allah ta‟ala. Sanggupkah kamu dan pembeomu membubarkan

yayasan kalian, mencabut ucapan kotormu itu yang memfitnah thullab Dammaj yang bersama Syaikh

Yahya membawa pendapat nyleneh, pendapat aneh, tidak ada ulama yang mendahului?

(sebagaimana ucapanmu pada daurohmu di Jambi).

Pasal Ke- Tiga Belas : Kedustaan, kebohongan terhadap Ahlusunnah, pengkhianatan dan pemotong-

motongan kalimat. Kemudian Asy Syaikh Robi' Al Madkholi wafaqohullohu berkata Sisi kesembilan :

bahwasanya mereka berdusta atas nama Asy Syaikh Robi' dan orang yang menolong beliau di dalam

kebenaran dari kalangan Ulama dan anggota jaringan Sahab As-Salafiyah bahwasanya mereka

adalah jenis lain dari jenis-jenis Murji'ah. Mereka berdusta demi Rabb langit dan bumi secara global

dan rinci......

Komentar saya : sifat Haddadiyah yang ketiga belas adalah kedustaan, kebohongan dan

pengkhianatan terhadap Ahlusunnah. Berkata Dzul Akmal dalam dauroh, “Bohong itu Ro'sul

Zunub, bohong itu puncak segala dosa. Sampai hari ini saya sangat takut dengan bohong....”.

Dzul Akmal berkata, "Tulisan mereka di Internet celaan Dzul Akmal Kadzab (Pendusta), kadzab

Subhanallah kapan saya punya masalah khusumah pribadi dengan thaghut Bengkulu, tidak

ada jama'ah rohimakumulloh."

BUKTI-BUKTI DZUL AKMAL HADAHULLAH PENDUSTA BESAR/PEMBOHONG BESAR

Dzul Akmal berkata dalam daurohnya di Jambi (19-20 Syawal 1432 H) :

(1) “Bukan dalil yang menuntunnya, tapi yang menuntunnya Syaikh Yahya... Syaikh Yahya... tidak

ada Syaikh Robi‟.”

(2) “Lihat tulisan-tulisan mereka tidak ada dalil... hanya perkataan Syaikh Yahya.. Syaikh Yahya..”

(3) “Lihat kelompok kedua... lihat Dammaj... tidak ada bertanya kepada ulama besar..”

(4) “Apapun kebenaran yang datang dari Syaikh Robi‟, Syaikh Muhammad bin Hadi ditolaknya, tidak

akan diterima ya syabab...”

Jawaban saya : Betapa beraninya Dzul Akmal membuat kedustaan terhadap orang banyak.

1. Telah berlalu di bagian atas tentang 3 fatwa Syaikh Robi‟ dan jawaban beliau kepada Syaikh

Usamah Athoya mengenai permasalahan yayasan dan alhamdulillah para du‟at yang bersama

Syaikh Yahya telah melaksanakannya, berarti telah mengikuti tuntunan Syaikh Robi‟ dan

mengambil kebenaran yang datang dari syaikh Robi‟.

2. Kalau orang-orang yang membaca tulisan-tulisan du‟at dari Dammaj seperti Abu Turob, Abu

Fairuz dan yang lainnya maka dapat dilihat di dalamnya penuh dengan dalil-dalil Al Qur‟an dan

Sunnah dan pendapat-pendapat ulama selain Syaikh Yahya. Apakah kamu tidak pernah baca?

Bahkan apakah ini merupakan cara kamu membual dengan kedustaan-kedustaan untuk

Page 11: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

10 | P a g e

melariskan omong kosongmu. Orang yang sudah membaca tulisan-tulisan mereka di isnad.net

dan aloloom.net muak dengan bualan kamu ini.

3. Bahkan Syaikh Yahya pun pernah bertanya kepada ulama besar yaitu Syaikh Robi‟ dalam

“Masalah Al Mumaasah”.

Keterangan fadhilatusy Syaikhina Yahya hafizhohullohu ta‟ala berkaitan dengan masalah ini

(naskah aslinya berjudul : المماسة مسألة bisa anda dapatkan di situs aloloom assalafiyyah atau yang

lainnya karena masalahnya sudah sangat gamblang). Kalimat Syaikh Yahya ini beliau tujukan

kepada Syaikh Robi‟ hafizhohullohu ta‟ala untuk memberi tarjih dalam masalah itu, setelah beliau

menyebutkan makalah yang berkaitan dengan perkara di atas, bahwa secara dzhohir dari ucapan

salaf ada dua pendapat.

الرحيم الرحم هللا بسم

Sebagai puji bagi Allah Robb sekalian alam. Adapun setelahnya : Sebagian ikhwan kita yang

mulia para penuntut ilmu di Daarul Hadits Dammaj -semoga Allah menjaga mereka dan

merahmati pendirinya- telah mengumpulkan kesimpulan ini dari pendapat-pendapat salaf kita

yang sholeh rohimahumulloh di dalam masalah ini dan kemudian mereka angkat permasalahan

ini kepada saya, tatkala dalam permasalahan ini ada perbedaan sebagaimana yang disebutkan

saudara-saudara kita hafizhohumulloh. Saya isyaratkan kepada mereka agar menyerahkan

pentarjihan masalah ini kepada antum yang mulia (yaitu Syaikh Robi`) semoga Allah memberikan

taufiq (kecocokan) kepada antum dengan setiap kebaikan, dan menolak dari kami dan antum

setiap kejelekan dan bahaya. Kami akan mengambil faedah darinya dan kami akan berikan

faedah tersebut kepada saudara-saudara kami.

Bersamaan dengan itu kami mengharapkan kepada antum yang mulia pengarahan terhadap apa

yang antum anggap itu benar dan bermanfaat. Untuk antum kebaikan dari kami dan do‟a yang

baik dengan kehendak Allah.

Ditulis oleh saudara antum dan anak-anak antum:

Yahya bin „Ali Al-Hajury

Pada tanggal 4 Rajab 1423 H

Penjelasan Dan Pengarahan Dari Asy Syaikh Robi' Bin Hadi Al Madkholi hafizhohulloh

Dari Robi‟ bin Hadi „Umair Al-Madkholi

Kepada saudaranya fillah Asy-Syaikh Yahya bin „Ali Al-Hajuri hafizhohulloh wa waffaqoh

Telah sampai kepadaku pembicaraan kalian yang kami muliakan, permasalahan yang berkaitan

tentang istiwa‟ Allah di atas arsy-Nya dan apa-apa yang berkaitan tentang masalah

"bersentuhan". (kemudian Syaikh Robi` هللا حفظه menjelaskan dan memperinci permasalahan yang

di perselisihkan dan di akhir pembahasan beliau berkata) :

Page 12: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

11 | P a g e

Yang benar adalah mencukupkan dengan Al Kitab dan As Sunnah, dan apa-apa yang

berada di atasnya salaful ummah di dalam seluruh permasalahan agama ini terlebih lagi di

dalam permasalahan nama-nama dan sifat-sifat Allah ta‟ala. Kita tidak menetapkan kecuali

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Kitab Allah ta‟ala dan Sunnah Rasul-Nya shalallahu

„alaihi wa sallam dan tidak kita tiadakan kecuali sebagaimana yang telah ditiadakan oleh Kitab

Allah ta‟ala dan Sunnah Rasul-Nya shalallahu „alaihi wa sallam. Ini adalah asas ahlus sunnah,

dengannya kita membantah ahli hawa dan ahli bid‟ah sebagaimana dengannya kita membantah

kesalahan-kesalahan para salaf yang mulia seperti dalam masalah ini. Ingatlah ucapan Ummu

Salamah, Robi‟ah dan Malik -rohimahumulloh-: “Istiwa‟-nya Allah telah diketahui maknanya,

dan bagaimananya Allah beristiwa‟ tidak diketahui, adapun bertanya tentangnya bid‟ah.”

Adapun yang terakhir, ambillah ucapan Asy-Syaikh Abdul Lathiif dan Asy-Syaikh Muhammad bin

Ibrahim dan Asy-Syaikh „Utsaimin rohimahumulloh dalam masalah ini karena itu benar dan

sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah serta manhaj salaf.

Dan saya harapkan dari kalian -yang dimuliakan- untuk berpaling dari masalah ini, dan

jangan kalian katakan bahwa ahlussunnah dari kalangan pendahulu dan yang belakangan

ada dua pendapat dalam masalah ini, karena As Salaf dari orang-orang zaman yang dimuliakan

(sahabat, tabi‟in dan atba‟ut tabi‟in), zaman Al-Imam Ahmad dan yang setingkat beliau

(sezamannya), zaman murid-muridnya Imam Ahmad seperti Al-Bukhori, Abu Daud, Abdullah bin

Ahmad, Sholeh, Abu Zur‟ah, Abu Hatim dan yang semisal mereka dan orang-orang setelah

mereka dari imam-imam sunnah dan hadits tidak ada yang berbicara tentang masalah ini hingga

setelah menyebarnya Al-Asy‟ariyah di alam Islam kemudian masuklah asap ini (kesalahan ini) –

sebagaimana yang diisyaratkan oleh Ibnu Taimiyah kepada sekelompok dari ahli fiqh dan hadits,

mereka taqlid kepada Ibnu Kullab, Al-Qolanisy dan Al-Asy‟ari serta selain mereka dari ahli kalam.

Permasalahan ini tidak ada timbangannya di sisi ahlussunnah, dan tidak boleh kita katakan

bahwa ahlussunnah ada dua pendapat di dalam masalah ini, karena masalah ini tidak ada

nilainya, tidak tegak di atas ilmu, ataupun di atas petunjuk dan kitab yang terang (Al-

Qur‟an), tidak pernah diangkat untuk dibahas secara luas oleh ahlussunnah.

Untuk lebih menguatkan bahwa permasalahan ini termasuk dari aqidahnya Asy‟ariyah, saya

nukilkan untuk kalian ucapan Al-Ghozaly sebagai berikut: katanya: “Diantara konteks peniadaan

yang digunakan oleh Asy‟ariyah dan Al-Jahmiyyah adalah: “Bahwasanya Allah ta‟ala beristiwa‟ di

atas arsy-Nya sesuai yang Dia (Allah ta‟ala) katakan dengan arti yang Dia ta‟ala inginkan,

istiwa‟ yang disucikan dari bersentuhan, menetap, menempati, bersatu dan berpindah“. ("Al-

Ihya„" 1/134), disebarkan oleh muassasah Al-Halaby dan serikatnya.

Saya juga berharap agar kalian berusaha dengan sekuatnya untuk menghilangkan syubhat

ini dari pikiran murid-murid kalian dan orang-orang yang kalian cintai dan agar kalian dan

saudara-saudara kalian menjauhi dari pergolakan seperti masalah ini yang akan mengarah

Page 13: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

12 | P a g e

kepada “katanya“ dan “katanya“ bahkan mengarah kepada fitnah.

Semoga Allah „azza wajalla mengangkat kedudukan kalian dan menolong dengan kami dan

dengan kalian agama-Nya dan sunnah Nabi-Nya.

(-selesai- dari Syaikh Robi‟)

Tanggapan Asy Syaikh Yahya Al Hajuri hafizhohulloh Terhadap Penjelasan Asy Syaikh

Robi' hafizhohulloh :

Pembahasan ini dan juga surat dari kami telah dibaca secara lengkap oleh Asy-Syaikh yang mulia

orang tua kita Robi‟ bin Hadi -semoga Allah ta‟ala menjaganya-. Dan ini direkam di dalam kaset,

kami berpendapat sebagaimana yang telah beliau tetapkan (di dalam masalah ini) dan

pendapat beliau ini juga pendapat syaikh kami Al-Wadi‟i rohimahulloh (Syaikh Muqbil) pada

pertemuan khusus sebagaimana yang dikhabarkan oleh saudara yang mulia Ahmad bin

Arbash Al-Wadi‟i kepada saya. Semoga Allah ta‟ala membalas kebaikan Syaikh Robi‟ هللا حفظه ,

sesungguhnya permasalahan ini tidak ada dalilnya sebagaimana yang beliau katakan

(masalah bersentuhan atau tidak bersentuhan) hanya saja kami segan untuk menyelisihi

orang-orang yang disebutkan dalam masalah ini dari imam-imam sunnah, padahal mereka

berpendapat bahwa Allah ta‟ala terpisah dari makhluk-Nya dan arsy-Nya adalah makhluk-

Nya.

Sampai akhirnya Syaikh Robi‟ hafizhohulloh menjelaskan kepada kami bahwa sebagian dari

mereka telah tergelincir (salah) di dalam masalah ini (masalah "bersentuhan") rohimahumulloh,

semoga Allah ta‟ala memaafkan kami dan mereka. (Selesai terjemahan).

[lihat secara rinci dalam risalah terjemah : Permasalahan Istiwa‟ Allah di atas Arsy-Nya

Bersentuhan atau Tidak Bersentuhan? Diterjemahkan oleh: Abu Abdillah Muhammad bin

Umar Al Lansy Al Acehy Al Indonesy 'afallohu 'anhu]

Dari penukilan di atas, jelaslah bahwa tuduhan mereka terhadap Syaikh Yahya هللا حفظه bahwa

beliau terjatuh kedalam kekeliruan yang fatal dari sisi aqidah, adalah tuduhan yang tidak

berpatokan pada sumber yang akurat bahkan bisa dikatakan tuduhan yang semena-mena,

landasan tuduhan tersebut adalah suudhdhon (buruk sangka) belaka, dan terpedaya dengan

bualan para pendusta.

Oleh karena tidak selayaknya untuk mengangkat permasalah yang sudah nyata keterangan dan

kebenarannya, dan tidaklah membuka lagi masalah ini dengan keliru kecuali orang yang dalam

hatinya penuh dengan kekotoran dan kedengkian terhadap beliau. Wallohul musta`aan.

Ini menunjukkan Syaikh Yahya tawadhu‟ mau bertanya kepada Syaikh Robi‟, malah masalah ini

dijadikan fitnah hizbiyyun bahwa Syaikh Yahya tidak faham aqidah atau Syaikh Yahya

berpendapat bahwasanya “masalah istiwa‟ Allah di atas „Arsy-آya tidak bersentuhan.” Padahal

faktanya adalah sebagian tholabah yang bertanya, kemudian Syaikh Yahya mengisyaratkan agar

Page 14: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

13 | P a g e

mereka bertanya kepada Syaikh Robi‟.

(5) Dzul Akmal Berkata : "Lihat orang haddady memuji imam mereka... imam tsaqolain... yang

sudah dibantah ulama... mereka mensucikan ulama."

Jawaban saya :

“Lagi-lagi Dzul Akmal membuat kedustaan, faktanya penyair tersebut sudah rujuk taubat.” (Lihat

dalam tulisan saya “Makar Dzul Akmal dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi”)

(6) Dzul Akmal berkata : “Syaikh Rabi mengatakan Syaikh Yahya Haddadi.”

Jawaban Saya:

Sudah Populer jika Syaikh Rabi‟ mentahzir atau membantah sebuah pemikiran lewat muhadhoroh

atau tulisan, sementara secara fakta tidak ada muhadhoroh atau tulisan beliau seperti itu. Bahkan

Syaikh Rabi' pada masa blokade Rafidhoh terhadap Dammaj, beliau beberapa kali melakukan

peneleponan ke Dammaj, bahkan beliau juga telah memberikan pelajaran pada muhadhoroh via

telpon di Dammaj. Dan hari Jum'at sebelum magrib Syaikh Yahya memberikan tausiyah singkat

di majlis syaikh Robi' via telpon, tanggal 26 Shofar 1433 H atau 20 Januari 2012 atas anjuran

dan permintaan Asy Syaikh Robi' sebelumnya.

(7) Dzul Akmal berkata : "Syaikh Yahya Haddadi".

Jawaban saya :

Terbongkarlah kedustaan si Pendusta ini. Berikut ini fatwa terbaru Syaikh Muhammad bin Hadi :

Kemudian saya bertanya kepada Asy Syaikh, tentang apa yang dinukilkan pada sebagian

situs-situs internet . Bahwa Syaikh taroju‟ (menarik ucapan) dari mentabdi‟ dan menuduh

Asy-Syaikh Yahya Al-Hajury dengan Haddadiyah ?

Maka Syaikh kita menjawab : “Demi Alloh saya tidak pernah mendengar ucapan ini kecuali dari

kamu berdua sekarang. Saya tidak (pernah) mentabdi‟ beliau dan saya tidak mengatakan

bahwa beliau Haddady , bagaimana saya akan taroju‟? Allohul musta‟an ini adalah dusta, Demi

Alloh saya tidak pernah mendengarkannya kecuali sekarang. Sebarkan dariku perkara ini .” -

selesai-

Ditulis oleh muridnya : „Abdurrohman bin Muhammad Al-„Umaisan

Terjemah : Abu „Ubaid Fadhl bin Muhammad Arsyad Thalib

Mangkutana, Senin 1 Shofar 1433 H

Sumber : http://aloloom.net

(8) Dzul Akmal berkata: “Tidak boleh belajar dengan ustad Muhammad Ja'far, ini fatwa Syaikh

Muhammad bin Hadi dan Syaikh Robi' karena berpemikiran Haddadiyah....”

Jawaban saya :

Page 15: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

14 | P a g e

“Wahai Dzul Akmal tunjukan teks fatwa Syaikh Robi' dan Syaikh Muhammad Bin Hadi

sebagaimana bualan kamu terhadap saya. Syaikh Muhammad bin Hadi saja mengingkari berita

yang beredar tentang perkataan beliau bahwa Syaikh Yahya adalah haddadi, sebagaimana yang

sudah diungkap di atas. Bukankah kamu sudah mengatakan bahwa saya belum pernah ketemu

Syaikh Muhammad, hajipun belum, kedua syaikh tersebut belum dengar nama saya, sama

seperti nama Abu Turob yang tidak di kenal namanya, ataukah kamu saja yang membuat bualan

di depan syaikh Robi?”

(9) Dengan tertawa mengejek saya (Muhammad Ja'far), Dzul Akmal berkata, “Muhammad

Ja'far itu hajipun belum pernah dia”.

Jawaban saya :

Lagi-lagi Dzul Akmal membuat kedustaan. Apakah kamu sudah bangga sudah bisa naik haji dari

Indonesia? Kalaupun seandainya saya belum haji itupun bukan dosa ataupun kesalahan, karena

salah satu syarat haji adalah mempunyai kemampuan sebagaimana firman Allah subhanahu

wata‟ala :

عل النا ح البيا م است او ليه سبيي …و

Artinya : Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap ALLAH, yaitu (bagi) orang yang

sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran : 97)

Alhamdulillah saya sudah dua kali Haji dan satu kali Umroh, yaitu Haji tahun 2000 dan 2001, dan

Umroh akhir tahun 2000 dari Sudan. Tahun 1999 saya ikut Muqobalah ke Saudi Arabia dan

Sudan di Jakarta. Ternyata setelah beberapa bulan ujian keluar pengumuman saya diterima di

Universitas Khurtum Sudan. Sementara itu saya sangat ingin belajar di Madinah agar dapat

bermajelis dengan para ulama salaf. Setelah musyawarah dengan keluarga, keluarga

menyarankan untuk berangkat dulu ke Sudan, jika keluar pengumuman, saya diterima di Madinah

maka segera pindah ke Saudi. Oleh karenanya Syawal 1421 H/Januari 2000, saya berangkat ke

Sudan. Dan pada bulan Dzulqo'dah berangkat Haji dengan sebagian mahasiswa Indonesia di

Sudan. Alhamdulillah saya bertemu dengan keluarga, tetangga RW 03 Sukajadi Pekan Baru,

orang kampung Bangkinang dan Airtiris. Pertengahan tahun 2000 saya mencari berita kelulusan

muqobalah, ternyata saya tidak lulus ujian (tidak diterima). Tahun 2001 saya berangkat Haji

bersama sebagian mahasiswa Indonesia dari Sudan, diantaranya Dzul Khairi mantan ustad

bantumu di ponpes Al Furqon dan pernah antum bawa dia Muqobalah ke Madinah di Degolan

Jogja. Saya juga bertemu dengan tetangga orang tua di Pekan Baru, Orang kampung

Bangkinang dan Air Tiris. Sepanjang Haji saya mencurahkan perhatian untuk berdoa kepada Allah

agar dapat dimudahkan untuk menuntut Ilmu di Darul Hadits Dammaj, dalam keadaan pada

waktu itu saya sama sekali tidak mengetahui jalan untuk menuju ke sana. Alhamdulillah Allah

Page 16: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

15 | P a g e

berkehendak mempertemukan saya dengan Ja'far Sholeh Jakarta di halaman Masjid Haram

Mekkah, saya sudah lupa dengan wajahnya (dulu sudah pernah kenal di Jakarta karena rumah

kontrakan saya hanya jarak sekitar 50 meter dari rumah orang tuanya). Ja'far Sholeh-lah yang

duluan menyapa saya kemudian kami berpelukan, kemudian duduk berbincang sambil makan.

Saya utarakan niat ingin ke Dammaj dan saya sampaikan bahwa saya tidak tahu jalan untuk

menuju ke sana. Lalu Ja'far Sholeh memberikan informasi. Setelah haji saya kembali ke Sudan

kemudian setelah itu berangkat ke Dammaj, Alhamdulillah.

(10) Dzul Akmal berkata : “Abdullah Cawas itu Dajjal dari Dabo... sinting dia sekarang... asalnya

orang takfiriyyun juga.. „Alamus Sunnah Bogor pondok tahun 1990-an sudah ada...

penyokong dananya Abdul Karim Al Katsiry dari Riyadh, sururi tulen takfiri... itu

pondoknya... sekarang balik ke habitatnya... di Dabo menyebarkan pemikiran

takfiriyyun....lari dari pondok sunnah, pergi tanpa salam wala kalam. Murid kalau lari 'aib

tapi kalau guru lari lebih dari 'aib...”

Jawaban saya :

Saya sudah bertanya kepada Abdullah Cawas, beliau tidak pernah belajar di pondok „Alumus

Sunnah Bogor melainkan belajar di Nurussunnah Semarang 2 tahun, kemudian pondok Al Furqon

Gresik 1 bulan, kemudian ikut LJ. “Wahai Dzul Akmal bagaimana kamu membangun tuduhan

takfiri kepada Abdullah Cawas dan dasar latar belakang pendidikan belajar di Alumus Sunnah

Bogor, padahal faktanya dusta? Ini juga bukti bahwa kamu tukang fitnah orang. Bagaimana kamu

ini, memvonis orang takfiri dengan fakta dusta? Kalau seandainya di terima, mengalah dalam

pembicaraan, (bukan membenarkan kedustaan kamu ), bukankah Abdullah Cawas guru bantu

utama di pondokmu? Berarti sebelum ini kamu juga takfiri karena mempunyai pendamping dan

guru bantu takfiri. Saya sudah tanya kepada Abdullah Cawas kenapa dia meninggalkan pondok

kamu itu? Abdullah Cawas menerangkan bahwa dia meninggalkan pondokmu karena 'aib-'aibmu

yang 'Abdullah tidak tahan lagi. Fakta sebenarnya adalah Abdullah Cawas pernah lebih dari satu

kali menyampaikan kepada kamu secara baik-baik bahwa dia ingin pindah dari pondokmu ke

Dabo, akan tetapi kamu malah marah-marah terus. Dan Abdullah sebelum meninggalkan

pondokmu sudah memberi tahu orang dekatmu yaitu Bapak Nurijas.”

(11) Dzul Akmal berkata : “Abu Mas'ud Lamongan khawarij, Lamongan sarang teroris di

Indonesia ini setelah Solo. Imam Atlantik itu dari mana dia? Yang sudah mati itu masih

keluarga dengan dajjal tersebut.”

Jawaban saya :

Saya sudah bertanya kepada Abu Mas'ud dan dia mengatakan, “Saya tidak mempunyai

hubungan darah/nasab dengan imam tersebut, dia asli Banten dan saya asli Lamongan. Saya

Page 17: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

16 | P a g e

tidak kenal dengan dia dan tidak pernah bertemu sekalipun.” Wajarlah Abu Mas'ud menggelarimu

Pendusta.

(12) Dzul Akmal berkata: "Sekarang perempuan, akhwat tidak boleh belajar ikut taklim sama

ustadnya. Padahal masa Rasulullah punya majelis khusus di satu rumah, sekarang

dilarang. Lihat di Bagan Batu....” Pada kalilmat lain berkata: “Ustadz Fauzan beserta

istrinya belajar ke Dammaj, Syaikh Muqbil tidak ada melarang."

Jawaban saya:

Lagi-lagi Dzul Akmal membuat kedustaan dan fitnah. Thullab (pelajar-pelajar) yang bersama

Syaikh Yahya tidak ada yang melarang wanita ikut taklim sama ustadnya baik di Bagan Batu

(Riau), Bengkulu, Jambi atau ditempat lainnya. Para wanita bisa dengar taklim dibelakang hijab,

di dalam masjid atau diruangan khusus dan dihubungkan dengan loudspeaker, sehingga para

wanita bisa dengar taklim langsung. Para wanita ikut taklim dan kemudian setelah taklim selesai

kembali ke rumahnya masing-masing. Fakta sebenarnya adalah permasalahan apa hukum wanita

tanpa mahram diasramakan dipondok seperti istilah di Indonesia Tarbiyatun Nisa (TN), yang

mana pola tersebut tidak ada contoh dari Rasulullah dan para Salaf.

Adapun Istri Fauzan jelas belajar di Dammaj bersama suaminya. Karena yang dipermasalahkan

sekarang adalah hukum seorang wanita yang belajar dipondok pesantren, diasramakan dengan

tidak adanya mahram bersamanya. Kemana akalmu wahai Dzul Akmal? Wahai Dzul Akmal, saya

sudah bertemu denganmu sejak tahun 1995. Kamu suka sekali menggelari orang „Dajjal‟,

„Syaithan‟, dari bukti-bukti di atas, yang baru sebagian kecil dari permainan lisanmu, maka gelar

tersebut adalah cerminan dirimu sendiri. Hanya pembeo-pembeomu saja („cecunguk-cecunguk‟,

kosa katamu dalam dauroh), yang menganggapmu sebagai seorang yang jujur. Karena saya tahu

watak kamu seperti ini, sehingga jika kamu berbicara, saya selalu mengatakan kepada kamu,

“Antum tahu dari mana? Siapa yang memberitahu antum?” Sehingga pernah suatu ketika dalam

via telpon, kamu memarahi saya, seraya berkata, "Ente kalau tidak percaya omongan ana (saya),

tinggalkan ana sekarang juga.”

Dusta/Bohong

Definisi dusta/bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan atau

memberitakan sesuatu yang berbeda dengan keadaan sebenarnya.

Seseorang yang menceritakan seluruh apa yang ia dengar adalah termasuk kebohongan,

sebagaimana disebutkan dalam hadist (Muqoddimah Shohih Muslim) :

باب النه ع الحديث بكل ما سمع

Page 18: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

17 | P a g e

: قال. حدلنا عبدالرحم ب مهدي. ح وحدلنا محمد ب الملن . حدلنا أب . وحدلنا عبيدهللا ب معاذ العنبري

قال رسول هللا صل هللا : حدلنا عبة، ع بيب ب عبدالرحم ، ع حف ب عاصم، ع أب هريرة؛ قال

".كف بالمر كذبا أ يحدث بكل ما سمع: "عليه وسلم

حدلنا عبة، ع بيب ب عبدالرحم ، ع حف ب . حدلنا عل ب حف . وحدلنا ب أب بكر ب أب يبة

.ع أب هريرة، ع النب صل هللا عليه وسلم بملل ذلك. عاصم

قال عمر ب ال اب : أ برنا ه يم، ع سليما التيم ، ع أب علما النهدي؛ قال. وحدلنا يحي ب يحي

.بحسب المر م الكذب أ يحدث بكل ما سمع: رض هللا تعال عنه

: قال ل مالك: أ برنا اب وهب؛ قال: وحدلن أبو ال اهر أحمد ب عمرو ب عبدهللا ب عمرو ب سرح قال

ول يكو ماما أبدا، وهو يحدث بكل ما سمع. اعلم أنه لي يسلم رجل حدث بكل ما سمع

حدلنا سفيا ، ع أب سحاق، ع أب ااحو ، ع : قال. حدلنا عبدالرحم : قال. حدلنا محمد ب الملن

.بحسب المر م الكذب أ يحدث بكل ما سمع: عبدهللا؛ قال

ل يكو الرجل ماما ي تدى به حت يمسك : سمعا عبدالرحم ب مهدي ي ول: قال. وحدلنا محمد ب الملن

.ع بعض ما سمع

Bab Larangan Untuk Memberitakan/Menceritakan Segala [Berita] Yang Didengar.

Telah bercerita kepada kami Ubaid bin Mu‟adz Al Anbariy, telah bercerita kepada kami bapakku

(perpindahan sanad), telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsnna, telah bercerita

kepada kami Abdurrohman bin Mahdi : keduanya (Mu‟adz dan Abdurrohman bin Mahdi) berkata :

telah bercerita kepada kami Syu‟bah dari Khubaib bin Abdirrohman dari Hafsh bin Ashim dari Abu

Huroiroh rodhiyallohu „anhu beliau berkata : Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam bersabda :

“Cukup seseorang [dikatakan sebagai] pendusta [jika] ia menceritakan segala [berita] yang ia

dengar.”

Telah bercerita kepada kami Ibnu Abi Bakr bin Abi Syaibah, telah bercerita kepada kami Ali bin

Hafsh, telah bercerita kepada kami Syu‟bah dari Khubaib bin Abdurrohman dari Hafsh bin Ashim

dari Abu Huroiroh rodhiyallohu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam dengan semisal di

atas.

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Yahya, telah memberitakan kepada kami Husyaim dari

Sulaiman At Taimi dari Abu Utsman An Nahdi, beliau berkata : telah berkata Umar bin Khotthob

rodhiyallohu „anhu : cukup seseorang [dikatakan] berdusta [jika] ia menceritakan segala [berita]

yang ia dengar.

Page 19: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

18 | P a g e

Dan telah bercerita kepada kami Abu Thohir Ahmad bin Amr bin Abdillah bin Amr bin sarh, beliau

berkata : telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, beliau berkata : telah berkata kepadaku

Malik : ketahuilah! Bahwasanya tidaklah diterima seorang yang menceritakan segala berita yang

ia dengar, [orang seperti ini] tidak akan bisa menjadi imam (panutan) selamanya selama ia

menceritakan segala [berita] yang ia dengar.

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsanna, dia berkata : telah bercerita kepada kami

Abdurrohman, dia berkata : telah bercerita kepada kami Sufyan dari Abu Ishaq dari Abul Akhwash

dari Abdulloh, dia berkata : cukuplah seseorang [dikatakan] berdusta [jika] ia menceritakan segala

[berita] yang ia dengar.

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsanna, dia berkata : saya pernah mendengar

Abdurrohman bin Mahdi berkata : tidaklah seseorang akan menjadi imam (panutan) yang

dicontoh kecuali ia menahan [untuk tidak menceritakan] sebagian [berita] yang ia dengar. --

Shohih Muslim Syarh An-Nawawi halaman 68-70--

Berkata Al Imam An Nawawy pada halaman 71 :

ا (بحسب المر م الكذب ): قوله ه قد استكلر منه ، وأم ي ومعناه يكفيه ذلك م الكذب ، فإن هو بإسكا الس

ه يسمع ف العادة جر ع التحديث بكل ما سمع النسا فإن معن الحديث واللار الت ف الباب ففيها الز

ث بكل ما سمع ف د كذب ل باره بما لم يك دق والكذب ، فإذا حد م أ مذهب أهل الحق أ . الص وقد ت د

د ر ف كونه لما وهللا أعلم : الكذب عم د لك الت عم ال بار ع ال ب ي ما هو ، ول ي تر فيه الت

Perkataan : “cukup seseorang [dikatakan] berdusta”, yaitu dengan cara mensukun sin (حسب),

maknanya adalah cukup hal itu [dikatakan] berdusta, karena terlalu seringnya [melakukan hal itu].

Adapun makna hadist dan atsar yang tersebut dalam bab, maka maknanya adalah larangan

keras untuk menceritakan segala berita yang didengar seseorang karena tentunya secara umum

ia mendengar berita benar dan juga mendengar berita yang dusta, sehingga apabila ia

menceritakan semua berita yang ia dengar maka ia telah berdusta karena telah mengkhabarkan

perkara yang tidak ada [kenyataannya]. Sedangkan telah terdahulu [penjelasannya] bahwa

pendapat ahlul haq adalah bahwa dusta merupakan pemberitaan tentang suatu perkara yang

bertolak belakang dengan kenyataan, dan tidak disyaratkan adanya unsur kesengajaan, karena

unsur kesengajaan merupakan syarat seseorang itu berdosa [atau tidaknya]. Wallohu a‟lam.

Dari hadist di atas di ambil beberapa hukum di antaranya :

1. Seseorang yang menceritakan segala berita yang dia dengar adalah kedustaan.

2. Orang yang suka menceritakan segala berita yang ia dengar, maka ia tidak bisa menjadi imam

(pemimpin atau panutan).

Page 20: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

19 | P a g e

3. Keutamaan tidak menceritakan sebagian berita apa yang ia dengar.

Berkata Al Imam Al Bukhory :

. لم م كذب عل النب صل هللا عليه وسلم: باب

سمعا عليا : سمعا ربع ب حراش ي ول: أ برن منصور قال: أ برنا عبة قال: حدلنا عل ب الجعد -

: ي ول

.(ل تكذبوا عل ، فإنه م كذب عل فليل النار): قال النب صل هللا عليه وسلم

قلا : حدلنا عبة، ع جامع ب داد، ع عامر ب عبد هللا ب الزبير، ع أبيه قال: حدلنا أبو الوليد قال

أما ن لم : ن ل أسمعك تحدث ع رسول هللا صل هللا عليه وسلم كما يحدث في وفي ؟ قال :للزبير

.(م كذب عل فليتبوأ م عده م النار): أفارقه، ولك سمعته ي ول

نه ليمنعن أ أحدلكم حديلا كليرا أ : قال أن : حدلنا عبد الوراث، ع عبد العزيز: حدلنا أبو معمر قال -

. (م تعمد عل كذبا فليتبوأ م عده م النار): النب صل هللا عليه وسلم قال

سمعا النب صل هللا عليه وسلم : حدلنا يزيد ب أب عبيد، ع سلمة قال: حدلنا مك ب براهيم قال -

.(م ي ل عل ما لم أقل فليتبوأ م عده م النار): ي ولBab : Berdosa Orang Yang Berdusta Atas Nabi shallallahu „alaihi wasallam

Telah bercerita kepada kami Ali bin Ja‟d : telah memberitakan kepada kami Syu‟bah, dia berkata :

telah memberitakan kepadaku Mashur, beliau berkata : saya telah mendengar Rib‟i bin Harrosy

berkata : saya mendengar Ali berkata : Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda : “Jangan

kalian berdusta atasku karena barangsiapa berdusta atasku maka ia masuk api neraka.”

Telah bercerita kepada kami Abul Walid, dia berkata : telah bercerita kepada kami Syu‟bah dari

Jami‟ bin Syaddad dari Amir bin Abdulloh bin Zubair dari bapaknya (Abduloh bin Zubair), dia

berkata : saya berkata kepada Zubair : Sesungguhnya saya tidak pernah mendengarmu

menceritakan hadist dari Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam sebagaimana fulan dan fulan

bercerita hadist?, dia menjawab : Adapun saya, bukan berarti saya menyempal [dari]nya, akan

tetapi saya mendengar beliau shallallahu „alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang berdusta

atasku maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.

Telah bercerita kepada kami Abu Mu‟mar, dia berkata : telah bercerita kepada kami Abdul Warits

dari Abdul Aziz : berkata Anas : sesungguhnya yang menghalangiku untuk bercerita hadist terlalu

banyak adalah bahwa Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa bersengaja

berdusta atasku maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.

Telah bercerita kepada kami Makki bin Ibrohim, dia berkata : telah bercerita kepadaku Yazid bin

Abi Ubaid, dari Salamah, dia berkata : saya pernah mendengar Nabi shallallahu „alaihi wasallam

Page 21: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

20 | P a g e

bersabda : “Barangsiapa berkata [disandarkan] kepadaku perkara yang aku tidak

mengatakannya, maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.

Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar :

وف تمسك الزبير بهذا الحديث عل ما ذهب ليه م ا تيار قلة التحديث دليل لألصح ف أ الكذب هو

ال بار بال عل ي ما هو عليه سوا كا عمدا أم ئا والم و كا غير مألوم بالجماو

لك الزبير م الكلار أ ي ع ف ال إ وهو ل ي عر

Dalam sikap konsistennya Az Zubair terhadap hadist ini berdasarkan pendapat beliau untuk

memilih sedikit bercerita hadist, merupakan dalil (bukti) [bahwa] yang paling benar dalam

masalah dusta adalah memberitakan sesuatu secara bertolak belakang dengan kenyataannya,

baik sengaja maupun tidak sengaja. Sedangkan yang tidak sengaja walaupun menurut

kesepakatan tidak berdosa, akan tetapi Zubair takut untuk memperbanyak terjatuh dalam

kesalahan sedangkan ia tidak sadar (sengaja).

Berkata Al Imam An Nawawy:

م أ مذهب أهل الحق أ الكذب ال بار ع ال ب ي ما هو : وقد ت د

Telah terdahulu [penjelasannya] bahwa pendapat ahlul haq adalah bahwa dusta merupakan

pemberitaaan tentang sesuatu berbeda dengan kenyataan.

Berkata Al Imam Muslim:

باب أمر أهل المدينة بالحرام م عند مسجد ذي الحليفة

قرأا عل مالكء ع موس ب ع بة، ع سالم ب عبد هللا أنه سمع أباه رض هللا : قال . حدلنا يحي ب يحي

ما أهل رسول هللا صل هللا . بيداؤكم هذه الت تكذبو عل رسول هللا صل هللا عليه وسلم فيها: عنه ي ول

.يعن ذا الحليفة . عليه وسلم ل م عند المسجد

Bab : Perintah Kepada Penduduk Madinah Untuk Ihrom Dari Sisi Masjid Dzul Hulaifah

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Yahya, dia berkata : saya telah membacakan kepada

Malik dari Musa bin Uqbah dari Salim bin Abdillah sesungguhnya dia mendengar bapaknya

('Abdullah) rodhiyallohu „anhu berkata : Tampak yang kalian dustakan atas Rosululloh shallallahu

„alaihi wasallam. Tidak pernah Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam bertahlil kecuali dari sisi

masjid, yaitu dzul Hulaifah.

Berkata Al Imam An Nawawy :

Page 22: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

21 | P a g e

وقد سبق ف أول هذا ال رح ف م دمة . وسماهم اب عمر كاذبي انهم أ بروا بال عل ي ما هو

.صحيح مسلم أ الكذب عند أهل السنة هو ال بار ع ال ب ي ما هو، سوا تعمده أم غل فيه أو سها

Mereka dinamakan orang-orang berdusta oleh Ibnu Umar, karena mereka memberitakan sesuatu

yang berbeda dengan kenyataan. Telah berlalu di awal kitab penjelasan ini dalam muqodimah

Shohih Muslim, bahwa dusta menurut ahlussunnah adalah mengkhabarkan sesuatu yang

berbeda dengan kenyataan, baik disengaja maupun tidak disengaja, atau lupa.

Salaf Terkadang Menamai Sebatas Kesalahan Dengan Nama Dusta

Berkata Syaikh Robi‟ hafidzohulloh dalam kitab beliau Al Mahajjatul Baidho‟ halaman 52 :

صل هللا عليه –وم هذا قول النب . كذب في : وقد كا بعض السل ذا بلغه قول ينكره عل قائله ي ول

- وسلم

لما بلغه أنه أفت أ المتوف عنها زوجها ذا كانا حامي ل تحل بوضع الحمل حت ((كذب أبو السنابل ))

.تأت عليها أربعة أ هر وع را

Dahulu sebagian salaf apabila datang suatu pernyataan maka diingkari kepada yang

mengatakannya, seraya berkata : fulan telah berdusta. Juga seperti ini perkataan Nabi shallallahu

„alaihi wasallam “Abus Sanabil telah berdusta”, tatkala datang kepada beliau shallallahu „alaihi

wasallam bahwa ia berfatwa : seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya apabila dalam

keadaan hamil tidaklah halal (belum selesai masa iddahnya) dengan melahirkan kecuali sampai

empat bulan sepuluh hari.

Berkata Al Imam Muslim dalam Bab Min Fadho‟ili Khodhir alaihis salam :

حدلنا المعتمر ب سليما التيم ع أبيه، ع رقبة، ع أب سحق، ع . حدلن محمد ب عبد ااعل ال يس

نوفا يزعم أ موس الذي ذهب يلتم العلم لي بموس بن : قيل لب عبا ء : سعيد ب جبيرء قال

.كذب نو ف : قال . نعم : أسمعته؟ يا سعيد قلا : قال . سرائيل

Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Abdul A‟laa Al Qoisiy, telah bercerita kepada kami

Mu‟tamir bin Sulaiman At Taimi dari bapaknya dari Roqobah dari Abu Ishaq dari Said bin Jubair,

dia berkata : ada yang berkata kepada Ibnu Abbas rodhiyallohu „anhu : sesungguhnya Naufan

menyangka bahwa Musa yang pergi menuntut ilmu [kepada Khidir] bukan Musa bani Isroil. Ibnu

Abbas pun berkata : apakah kamu benar-benar mendengarnya? Wahai Sa‟id!, Aku pun

menjawab : benar. Lantas beliau berkata : Nauf telah berdusta.

Berkata Al Imam An Nawawy:

Page 23: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

22 | P a g e

هو جار عل مذهب أصحابنا أ الكذب هو ال بار ع ال ي ما هو عمدا كا أو " كذب نو : "قوله

سهوا يفا للمعتزلة

Perkataan beliau (Ibnu Abbas) “Nauf telah berdusta”, hal itu selaras dengan pendapat teman-

teman kami (satu madzhab), yaitu bahwa dusta adalah mengkhabarkan tentang sesuatu berbeda

dengan kenyataan baik secara sengaja ataupun lupa (tidak sengaja). Hal ini berbeda dengan

pendapat kolompok mu‟tazilah.

Dan termasuk dalam bab ini, apa yang dinukil oleh Syaikh Robi‟ dalam kitab Al Mahajjatul Baidho‟

halaman 78, menukilkan dari Al Imam Ibnu Adiyy:

: موق اب عدي

م الصاحبة والتابعي وم بعدهم ل ، ذكر م استجاز تكذيب م تبي كذبه)): قال اب عدي رحمه هللا

عبد هللا ب ، عل ب أب الب، عمر ب ال اب: فم الصحابة : ))لم قال (. (رجي رجي، يومنا هذا

(.(عبا

نوفا البكال يزعم أ موس صاحب بن : قلا لب عبا : قال ، لم روى بإسناده ل سعيد ب جبير

. كذب عدو هللا: ف ال ، سرائيل لي صاحب ال ضر

والحديث يحفظ ع رسول هللا صل هللا عليه وسلم حت ذا ، كنا نحفظ الحديث)): وذكر قوله لب ير ب كعب

((ركبتم الصعب والذلول فهيهاا

. ((عبد هللا ب سيم)): لم قال

- فذكره ب وله–فوجدا بها كعب ااحبار ، أتيا ال ور: وساق بإسناده ل أب هريرة رض هللا عنه أنه قال

ف الجمعة )): قال رسول هللا صل هللا عليه وسلم : فذكرا له أن قلا لكعب ، فل يا عبد هللا ب سيم

ذاك يوما ف كل سنة؟ ف ال : ف ال (. (ساعة ل يصادفها مؤم وهو ف الصية يسأل هللا يئا ل أع اه ياه

.لم ذكره ل آ ره(. (كذب كعب: عبد هللا ب سيم

. ((كذب أبو محمد)): لم قال

فسأله ، أ رجي م بن كنانة ل رجي م اانصار ي ال له أبو محمد)): لم روى بإسناده ع اب محيريز

(.(كذب أبو محمد: ف ال ، فل يا عبادة ب الصاما فذكرا ذلك له: ف ال الكنان . نه واجب: ف ال ، ع الوتر

. ((أن ب مالك)): لم قال

Page 24: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

23 | P a g e

. قبله: قبل الركوو أو بعده؟ قال : قلا ، سألا أن ب مالك ع ال نوا: قال ، لم روى بإسناده ل عاصم

نما قنا رسول هللا صل هللا عليه وسلم بعد ، كذب: قال . بعد الركوو: قال فإ فينا أ برن عنك أنك قلا

. فذكره. الركوو هرا

)اهـ المحجة البيضا ف حماية السنة الغرا . ((سعيد ب المسيب: وم التابعي مم تكلم فيهم )): لم قال

78-79.)

Sikap Ibnu Adi :

Berkata Ibnu Adi rohimahulloh : “Penyebutan orang yang membolehkan memvonis pendusta

kepada seorang yang jelas-jelas berdusta, dari kalangan para sahabat, tabi‟in, dan orang-orang

setelah mereka sampai hari kita ini, secara satu persatu.” Kemudian beliau berkata : “Dari

kalangan para sahabat yaitu : Umar bin Khotthob, Ali bin Abi Tholib, Abdulloh bin Abbas.”

Kemudian dia meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Sa‟id bin Jubair, beliau berkata :

aku berkata kepada Ibnu Abbas : sesungguhnya Nauf Al Bakali menyangka bahwa Musa yang

bersama bani Isroil itu bukan [Musa] yang bersama Khidir. Lantas beliau berkata : telah berdusta

musuh Alloh.

Dan beliau menyebutkan perkataan Basyir bin Ka‟ab : “Kami dahulu menghafal hadist, sedangkan

hadist itu dihafal dari Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam sampai apabila kalian menempuh

kesulitan dan letih maka sangat jauh sekali (sulit menghafal).”

Kemudian beliau berkata : Abdulloh bin Salam.

Dan beliau memaparkan sebuah sanad sampai kepada Abu Huroiroh rodhiyallohu „anhu, bahwa

dia berkata : aku mendatangi gunung Thur, kemudian aku mendapati Ka‟ab Al Ahbar……. -lalu

disebutkan kisah panjang-…… kemudian aku berjumpa dengan Abdulloh bin Salam, lalu aku

paparkan kepadanya bahwa aku berkata kepada Ka‟ab : bersabda Rosululloh shallallahu „alaihi

wasallam : “sesungguhnya di dalam hari Jum'at terdapat waktu yang tidaklah seorang mukmin

menempuhnya sedangkan ia dalam keadaan sholat seraya meminta sesuatu kepada Alloh

kecuali Dia akan memberinya”, kemudian dia (Ka‟ab) berkata : itu merupakan hari dalam setiap

tahun. Lantas Abdulloh bin Salam berkata : telah berdusta Ka‟ab….(lalu beliau menyebutkan

sampai akhir kisah).

Kemudian beliau berkata : „Abu Muhammad telah berdusta‟.

Kemudian dia meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Muhairiiz : bahwa seorang laki-laki dari

bani Kinanah berjumpa dengan seorang laki-laki dari Anshor yang biasa dipanggil Abu

Muhammad, lantas bertanya tentang witir, lalu dia (Abu Muhammad) menjawab : [sholat] witir itu

Page 25: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

24 | P a g e

wajib. Lalu berkata seorang dari bani Kananah tersebut : lalu aku berjumpa Ubadah bin Shomit,

lalu aku menyebutkan hal itu kepada beliau, lantas beliau berkata : Abu Muhammad telah

berdusta.

Kemudian beliau berkata : Anas bin Malik

Kemudian beliau meriwayatkan dengan sanadnya kepada „Ashim, dia berkata : aku pernah

bertanya kepada Anas bin Malik tentang qunut : sebelum rukuk atau setelah rukuk?, dia

menjawab : sebelum rukuk. Dia [melanjutkan perkataannya] : karena ada fulan yang

memberitankan kepadaku tentang engkau bahwa engkau pernah berkata : setelah rukuk. Lalu dia

berkata : dia telah berdusta, Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam hanyalah qunut setelah rukuk

selama satu bulan saja. Lalu dia menyebutkannya.

Kemudian dia berkata : dan dari kalangan para tabi‟in yang termasuk berbicara tentang mereka

adalah Sa‟id bin Musayyib. --Selesai diambil dari kitab Al Mahajjah Al Baidho‟ fii Himayatis Sunnah

Al Gharo‟ halaman 78-79--

Oleh karena itu prasangka yang tidak berdasarkan bukti dinamakan dusta, karena tidak

sesuai dengan kenyataan.

Berkata Al Imam Al Bukhory :

ام ب منبه، ع أب هريرة، : أ برنا عبد هللا: حدلنا ب ر ب محمد - 5717 أ برنا معمر، ع هم

، ول تحسسوا، ول تجسسوا، ول إاكم والظن، فإن الظن أكذب الحدث): ع النب صل هللا عليه وسلم قال

.(تحاسدوا، ول تدابروا، ول تباغضوا، وكونوا عباد هللا وانا

Telah bercerita kepada kami Basyr bin Muhammad : telah memberitakan kepada kami Abdulloh :

telah memberitakan kepada kami Ma‟mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Huroiroh

rodhiyallohu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda : “Hati-hatilah kalian

dari prasangka, karena prasangka merupakan pernyataan yang paling dusta, dan janganlah

kalian saling menyelidiki, janganlah kalian saling memata-matai, janganlah saling dengki

mendengki, janganlah saling bermusuhan dan janganlah kalian saling membenci, jadilah kalian

hamba Alloh saling bersaudara.”

Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar :

قوله فإ الظ أكذب الحديث قد است كلا تسمية الظ حديلا وأجيب بأ المراد عدم م اب ة الواقع سوا كا

قول أو فعي

Perkataan “karena prasangka merupakan pernyataan yang paling dusta”, dianggap janggal

prasangka dinamakan pernyataan, namun bisa dijawab [dengan jawaban] bahwa yang

Page 26: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

25 | P a g e

dimaksudkan adalah ketidaksesuaian dengan kenyataan baik berupa perkataan maupun

perbuatan.

Dan Alloh berfirman :

ه ل هو ل ل كم ل يوم ال يامة ل ريب فيه هللا حديلا ليجمعن [٤:٨٧] وم أصدق م هللا

Artinya : Tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Dia (Alloh), sesungguhnya Dia

akan mengumpulkan kalian di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah

orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah? (QS. An Nisa‟ : 87)

الحاا سند لهم جنااء تجري م تحتها اانهار الدي فيها أبدا ح ا والذي آمنوا وعملوا الص وعد هللا

قيي [٤:١٢٢] وم أصدق م هللا

Artinya : Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan

ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-

lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar

perkataannya dari pada Allah? (QS. An Nisa‟ :122)

Berkata Al Imam Ibnu Katsir :

وكا رسول هللا صل هللا عليه وسلم ي ول . ل أحد أصدق منه قول و برا، ل له ل هو، ول رب سواه: أي

أصدق الحديث كيم هللا، و ير الهدي هدي محمد صل هللا عليه وسلم، و ر اامور : "ف بته

".محدلاتها، وكل محدلة بدعة وكل بدعة ضيلة، وكل ضيلة ف النار

Maksudnya : tidak ada seorangpun yang lebih jujur secara perkataan maupun pemberitaan dari

padaNya, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali hanya dia saja, dan tidak ada

Robb (pencipta, pengatur, pemberi rizki) selain Dia. Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam selalu

berkata dalam khutbahnya : “Sesungguhnya paling jujurnya pernyataan adalah perkataan Alloh,

sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu „alaihi wasallam, sejelek-jelek

perkara adalah perkara baru yang diada-adakan, setiap perkara baru adalah bid‟ah, setiap bid‟ah

adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka”.

Ada Dua Jenis Dusta Yakni Dusta Dalam Perkataan Dan Dusta Dalam Perbuatan

Allah ta'ala berfirman :

ئك هم الكاذبو وأول ما يفتري الكذب الذي ل يؤمنو ب ياا هللا [١٦:١٠٥] ن

Artinya : “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak

beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. An Nahl : 105)

Allah ta'ala berfirman :

Page 27: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

26 | P a g e

ور [٢٢:٣٠] واجتنبوا قول الز

Artinya : “Dan jauhilah oleh kalian ucapan dusta.” (QS. Al-Hajj : 30)

Allah ta'ala berfirman :

ل يهدي م هو كاذبف كفارف [٣٩:٣] هللا

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk orang yang pendusta dan sangat

ingkar.” (QS. Az-Zumar : 3)

Allah ta'ala berfirman :

اب اا ر الكذ [٥٤:٢٦] سيعلمو غدا م

Artinya : “Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi

sombong.” (QS. Al Qomar : 26)

Allah ta'ala berfirman :

ئك كا عنه مسئول مع والبصر والفؤاد كل أول [١٧:٣٦] ول ت ما لي لك به علمف الس

Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungghuhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta

pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Isro' : 36)

Allah ta'ala berfirman :

ا يلفظ م قولء ل لديه رقيبف عتيدف [٥٠:١٨] م

Artinya : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat

pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf : 18)

Allah ta'ala berfirman :

ها الذي آمنوا جا كم فاسقف بنبإء فتبينوا أ تصيبوا قوما بجهالةء فتصبحوا عل ما فعلتم نادمي [٤٩:٦] يا أي

Artinya : “Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,

maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum

tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.

Al Hujarat : 6)

Kedustaan itu akan menggiring pelakunya kepada kefajiran, sebagaimana di dalam Ash-

Shahihain dari hadits Abdullah bin Mas'ud, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

bersabda :

دق ى الص جل يصدق ويتحر ة وما يزال الر دق يهدي ل البر و البر يهدي ل الجن دق فإ الص عليكم بالص

ي ا و ياكم والكذب فإ الكذب يهدي ل الفجور و الفجور يهدي ل النار وما يزال صد حت يكتب عند هللا

ابا كذ ى الكذب حت يكتب عند هللا جل يكذب ويتحر الر

Page 28: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

27 | P a g e

Artinya : “Berlaku jujurlah kalian, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan, dan

kebaikan itu akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa

berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka dia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi

Allah. Waspadalah kalian dari kedustaan, karena kedustaan itu akan menggiring kepada

kejahatan, dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke dalam neraka. Seseorang yang senantiasa

berdusta dan memelihara kedustaan, maka dia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.” (HR.

Al-Bukhari no. 89 dan Muslim no. 58)

ث بالحديث عليه وسلم ي ول ويلف للذي يحد ي قال سمعا النب صل هللا لن أب ع جد ع بهز ب حكيمء حد

)الترمذي وف الباب ع أب هريرة قال هذا حديثف حس ف )ليضحك به ال وم فيكذب ويلف له ويلف له

Artinya : Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia

berkata, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah bagi

orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar menjadikan tertawanya kaum, maka ia

berdusta, celakalah baginya, celakalah baginya.” (HR At-Tirmidzi, hadits hasan).

ع أب محمد الحس ب عل ب أب الب سب رسول هللا صل هللا عليه وسلم وريحانته رض هللا عنهما

: رواه الترمذي وقال(" دو ما يريبك ل ما ل يريبك " قال حفظا م رسول هللا صل هللا عليه وسلم

حديث حس صحيح

Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib sibthi (cucu laki-laki dari anak perempuan)

dan kesayangan beliau rahdiyallahu 'anhuma, berkata : “Aku hafal dari Rasulullah : Tinggalkanlah

apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu”. (HR. At-Tirmidzi dan berkata

Tirmidzi : hadits hasan shohih) Hadits ini juga ada di Arbain Nawawi no. 11.

Abdullah bin Umar berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

ا قال وم قال ف مؤم ء ما لي فيه أسكنه هللا ردغة ال بال حت ي ر مم

Artinya : “Barang siapa yang mengucapkan pada seorang mukmin suatu perkara yang tidak ada

pada dirinya, Allah ta'ala akan menetapkannya di kerak penduduk neraka sampai dia keluar apa-

apa yang dia ucapkan (terhadap saudaranya).” (HR. Abu Dawud 3592 dishohihkan oleh Syaikh

Muqbil di Shohih Al-Musnad no. 755).

Abdullah bin 'Amr berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah datang ke rumah kami,

waktu itu aku masih kecil, akupun keluar untuk bermain. Ibuku kemudian memanggil “Wahai

Abdullah, kemarilah, nanti akan ibu beri sesuatu.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bertanya, “Apa yang akan kamu berikan?” Dia menjawab, “Saya akan memberikan korma.”

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Seandainya engkau tidak melakukan (apa

yang engkau katakan) berarti telah dicatat atasmu satu kedustaan.”” (HR. Abu Dawud : 4991)

Page 29: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

28 | P a g e

Dari dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa berbohong/berdusta merupakan dosa besar yang

akan diminta pertanggungjawaban.

Bahkan dusta merupakan 'aib pada masa jahiliyah, bahkan sampai Abu Sufyan berbicara jujur

tentang perkara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di depan penguasa Ruum (Heraklius), tatkala

ditanya tentang berita Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam Shahih Al

Bukhori (Bab 6 no. 7): “Kemudian berkata penguasa Ruum kepada penterjemahnya, “Katakan

pada mereka sesungguhnya aku bertanya kepada orang ini ( Abu Sufyan) jika dia berdusta

kepadaku kalian dustakanlah dia.” (Berkata Abu Sufyan), “Maka demi Allah kalau seandainya

tidak karena malu mereka mendustakanku sungguh aku berdusta kepada dia (penguasa

Ruum).””

Berkata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid I Hal. 48, “Dan bahwasanya mereka (orang jahiliyah)

dulu menganggap buruk kebohongan baik perkara tersebut diambil dari syari'at yang lalu ataupun

dari kebiasaan. Dan ucapan (يألروا) bukan (يكذبوا) dalil sesungguhnya Abu Sufyan tsiqoh

(terpercaya) dikalangan mereka (jahiliyah), tidak mempunyai sifat bohong. Seandainya Abu

Sufyan Shokhor bin Harb berbohong, tentulah dia sudah berbuat karena memusuhi Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi dia meninggalkan bohong tersebut karena malu nanti

akan diperbincangkan manusia sebagai pembohong.”

Berkata Imam Nawawi di dalam Syarah Muslim, “Ini penjelasan bahwasanya kebohongan adalah

keburukan pada masa jahiliyah dan sebagaimana keburukan di dalam Islam.”

Berkata Ibrohim At Taimy rohimahulloh : “Tidaklah aku dihadapkan perkataanku pada

perbuatanku kecuali aku takut akan didustakan (dianggap sebagai pendusta).”

Berkata Imam Dzahabi di Mizanil I'tidal dalam Miqdari ar- Rijaal 1/113, “Demikian juga saya tidak

menyebutkan dalam kitabku ini, dari kalangan imam-imam seorangpun yang dipanuti dalam

masalah-masalah cabang karena kemuliaam mereka dalam islam, dan besarnya mereka di hati-

hati, seperti Abu Hanifah, Asy Syafi'i, dan Al Bukhori. Kalaulah saya menyebutkan salah seorang

dari mereka, maka saya akan menyebutkannya dengan adil, dan itu tidak akan

membahayakannya di sisi ALLAH dan tidak juga di sisi manusia. Yang akan membahayakan

seseorang hanyalah kedustaan dan terus-menerus dalam banyak kesalahan, melakukan

pengkaburan, dan kebatilan karena itu merupakan sebuah pengkhianatan dan kriminalitas.

Seorang muslim cocok terhadap segala sesuatu kecuali khianat dan dusta.”

Faktor-Faktor Pendorong Berbuat Bohong/Dusta

Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista ini untuk suka melakukan

kebohongan cukup banyak, diantaranya :

Page 30: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

29 | P a g e

1. Sedikitnya rasa takut kepada Allah ta'ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah ta'ala selalu

mengawasi setiap gerak-geriknya, besar maupun kecil,

2. Upaya mengkaburkan fakta baik untuk mendatangkan keuntungan duniawi, menyombongkan

diri dan merendahkan orang lain,

3. Mencari perhatian manusia dengan membawa cerita-cerita palsu,

4. Tidak ada rasa tanggungjawab dan berusaha lari dari kenyataan baik dalam kondisi sulit

ataupun kondisi lainnya,

5. Terbiasa bohong sejak kecil,

6. Merasa bangga dengan berbohong, dia beranggapan bahwa kebohongan itu menunjukkan

kefasihan dan tingginya daya nalar.

Terapi Dan Obat Penyakit Bohong/Dusta

1. Pemahaman si pelaku tentang keharoman perbuatan bohong dan begitu dahsyatnya siksa

yang akan diperoleh. Dan itu selalu diingat ketika berbicara ataupun berkumpul dengan orang

lain,

2. Intropeksi diri dan berhati-hati terhadap apa yang dibicarakan,

3. Menyadari bahwa berbohong adalah salah satu tanda-tanda kemunafikan,

4. Menjaga mulut agar jujur dalam perkataan baik kecil maupun besar bahkan dalam masalah

sepele sekalipun,

5. Mendidik anak untuk terbiasa jujur sejak kecil,

6. Bersuri tauladan dengan akhlak salaf yang senantiasa jujur,

7. hendaknya orang yang gemar berbohong menyadari bahwa kepercayaan orang lain padanya

akan hilang karena menyaksikan atau mengetahui kebohongannya,

8. Menyadari bahwa kebohongan adalah jalan yang mengantarkan kepada kejahatan, sementara

kejujuran mengantarkan pelakunya ke surga.

Orang – Orang Yang Tidak Boleh Diambil Ilmunya

Abdurrahman bin Mahdi rohimahulloh berkata, “Ada tiga golongan yang tidak boleh diambil

ilmunya yakni :

1. Seseorang yang tertuduh dengan kedustaan/kebohongan,

2. Ahlul bid'ah yang mengajak manusia kepada kebid'ahannya,

3. Seseorang yang dirinya didominasi oleh keragu-raguan dan kesalahan-kesalahan.”

Al-Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak boleh seseorang mengambil ilmu dari 4 jenis

manusia dan boleh mengambil dari selain mereka yaitu :

1. Ilmu tidak diambil dari orang-orang bodoh,

2. Tidak diambil dari pengekor hawa nafsu yang menyeru manusia kepada hawa nafsunya,

Page 31: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

30 | P a g e

3. Tidak pula dari seorang pendusta/pembohong yang biasa berdusta/berbohong dalam

pembicaraan-pembicaraan manusia meskipun tidak tertuduh berdusta pada hadits-hadits

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

4. Tidak pula dari seorang Syaikh yang memiliki keutamaan, kesholehan serta ahli ibadah tetapi

dia tidak lagi mengetahui apa yang tengah dibicarakan (An-Nubaz fi adabi tholabil 'ilmy).”

“Wahai Dzul Akmal… bertaqwalah kamu kepada ALLAH, bukti- bukti diatas menunjukkan bahwa

kamu adalah seorang pembohong besar, pendusta dan pembual pasaran. DENGAN DALIL-

DALIL DI ATAS TIDAK BOLEH MENGAMBIL ILMU DAN BERGAUL DENGAN KAMU DAN

ORANG SEMISAL KAMU, HUKUM ASAL UCAPAN-UCAPANMU TERTOLAK, WAJIB UNTUK

MEMERIKSA SETIAP UCAPAN KAMU DENGAN BUKTI-BUKTI ATAU SAKSI-SAKSI.”

Pasal ke Empat Belas : Banyak sifat nifaq di kalangan hizbiyyin, kemudian As-Syaikh Robi‟ Al-

Madkholi berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata setelah menyebutkan kekejian rowafidh yang

diantaranya adalah loyalitas mereka kepada orang-orang kafir untuk menentang muslimin. Maka

mereka itu lebih besar bahayanya terhadap Agama ini, dan pemeluknya, dan lebih jauh dari syariat-

syariat Islam daripada Khowarij Haruriyah. Oleh karena itulah mereka menjadi sempalan umat yang

paling pendusta, maka tiada pada kelompok-kelompok yang menisbatkan diri ke kiblat Ka‟bah yang

lebih banyak kedustaan, pembenaran terhadap kedustaan, pendustaan terhadap kejujuran daripada

mereka, lebih-lebih lagi kemunafikan pada mereka lebih jelas daripada kemunafikan pada seluruh

manusia dan mereka itulah yang disabdakan Nabi shallallahu „alaihi wa sallam :

ث كذب و ذا وعد أ ل و ذا اؤتم ا آية المنافق ليثف ذا حد

"Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat

dia khianat". (HR. Al Bukhori : 33 dan Muslim : 106).

Dalam suatu riwayat :

فاق حت يدعها ذا اؤتم أربعف م ك فيه كا مناف ا الصا وم كانا فيه صلةف منه كانا فيه صلةف م الن

ث كذب و ذا عاهد غدر و ذا اصم فجر ا و ذا حد

"Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq tulen, dan barangsiapa yang

terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga

dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dusta, jika berjanji

mengingkari dan jika bertengkar dia berbuat fajir". (HR. Al Bukhori : 34)

Komentar saya :

Dzul Akmal termasuk banyak berbuat demikian, berbicara dusta sebagaimana fakta di atas, berjanji

mengingkari dan jika bertengkar dia berbuat fajir, (dan muridnya sendiri juga sudah menulis tulisan

degan judul “Membongkar Kebobrokan Dzul Akmal”, “Dzul Akmal : Undercover #1” dan “Dzul Akmal :

Page 32: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

31 | P a g e

Under Cover #2”).

Pasal keLima Belas : Membenarkan kedustaan kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al Madkholi berkata,

“Maka orang-orang Haddadiyyah itu menyerupai rowafidh dalam berdusta, pembenaran terhadap

kedustaan, dan pendustaan terhadap kejujuran. Ada perkataan-perkataan dan ucapan yang jujur dan

tegak di atas Al Kitab dan As Sunnah mereka mendustakan kandungannya, menolaknya. Diantaranya

adalah perkataan yang telah diteliti oleh para tokoh ulama dalam kasus keimanan dan masalah

prinsipil, haddadiyyun justru membantahnya dan menolaknya. Tapi ada ucapan-ucapan dan kebatilan

serta penyelewengan yang justru mereka dukung dan mereka tolong. Betapa banyak mereka itu

berbuat fajir dalam persengketaan mereka terhadap Ahlussunnah, ini digabung lagi dengan sifat-sifat

mereka yang telah lewat.”

Komentar saya :

Surat pernyataan tersebut (hasil rapat pada saat dauroh Jambi) jadi bukti, karena Dzul Akmal,

Muhammad Surur, Abdurrahman Mahdi berarti membenarkan kedustaan dengan mencantumkan

nama Sholihin dan Dr. Siswadi dari Sei. Tapa sebagaimana telah lewat pembahasannya.

Pasal ke enam belas

Berubah-rubah warna dan melancarkan makar mereka dengan bertahap. Kemudian Asy Syaikh Robi'

Al Madkholi wafaqohullahu berkata, “Sisi ke sepuluh, makar bertahap berdasarkan metode batiniah,

walaupun kami tidak berpendapat bahwasanya mereka itu bathiniyah akan tetapi kami berpendapat

bahwasanya mereka menyerupai, mereka dalam memiliki banyak wajah dan melancarkan makar

mereka dengan bertahap.”

Komentar saya :

Dzul Akmal dan pembeonya telah melakukan perbuatan ini : membuat surat pernyataan hasil rapat

yang di dalamnya terdapat kedustaan terkait dengan lembar tanda tangan peserta rapat, meminta

kunci masjid dengan bahasa diplomatis “pinjam” pada hakekatnya mengambilalih masjid, mencari

dukungan untuk memulangkan saya ke Pekanbaru, mengadakan rapat yang di dalamnya membahas

rencana untuk membuat yayasan dengan tujuan menguasai aset tanah dan masjid, mendatangi

pemilik tanah agar tanah/sertifikat diberikan kepada mereka dan rapat tertutup peserta dauroh ustadz

Tirmidzi dari Prabumulih (bulan November) di Desa Purwodadi, Tungkal dengan peserta rapat

diantaranya adalah Pak Ponco, Pak Amir yang pada intinya membicarakan agar masjid jatuh ke

tangan mereka.

Pasal ke dua puluh : Sikap saling menolong di kalangan mereka dalam dosa dan permusuhan,

kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al Madkholi berkata, “Sisi kesebelas, sikap saling tolong-menolong di

kalangan mereka dalam dosa, permusuhan, kedzoliman dan baku tolong dalam kedustaan, kejahatan

dan pembentukan dasar-dasar yang batil.”

Page 33: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

32 | P a g e

Komentar saya :

Apa yang dilakukan Dzul Akmal dan peserta tanda tangan hasil rapat, termasuk dalam perkara ini.

Juga pemalsuan dan kedustaan dengan memasukkan nama Sholihin Sei.Tapa dan Dr. Siswadi

Sei.Tapa sebagaimana dalam tulisan “Makar Dzul Akmal Dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi”.

Termasuk dalam masalah masjid Jambi, terhadap saya pribadi yang mana Dzul Akmal menyuruh

ikhwan untuk memulangkan saya.

ALLAH ta'ala berfirman :

ول تعاونوا عل اللم والعدوا وتعاونوا عل البر والت وى ديد الع اب وات وا هللا [٥:٢] هللا

Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan ) kebajikan dan taqwa, dan janganlah

tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada ALLAH,

sesungguhnya ALLAH amat berat siksaNya. (QS. Al Maidah : 2)

Dan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan adalah perbuatan Yahudi. Sebagaimana

dalam firman ALLAH :

نكم م ديارهم تظاهرو عليهم باللم والعدوا ؤل ت تلو أنفسكم وت رجو فري ا م لم أنتم ه

Artinya : Kemudian kamu (Bani Isroil ) membunuh dirimu (saudara sebangsa ) dan mengusir

segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap

mereka dengan membuat dosa dan permusuhan. (QS. Al Baqoroh : 85)

Pasal kedua puluh empat : Pura-pura menangis dan pengakuan dusta untuk menipu manusia.

Kemudian Asy Syaikh Robi‟ al Madkholi berkata, ”Maka jangan sampai memperdaya kalian wahai

salafiyyin, tangisan bohong mereka dan pengakuan bathil mereka yang telah dibongkar sendiri oleh

perkataan mereka, prinsip-prinsip mereka, sikap dan akhlak mereka, serta kedustaan mereka yang

nyata dan tersingkap bagi orang yang punya niat hati dan pengetahuan yang paling rendah

sekalipun.”

Komentar saya :

Adapun pengikut/fans Dzul Akmal di Kota Jambi, memberikan pengakuan via telpon, sms kemudian

dibongkar sendiri oleh perkataan, sikap dan akhlaknya. Diantaranya Abu Phasa tuan rumah, yang

menerima Dzul Akmal, sebelum dauroh sempat telpon saya, yang intinya hanya mau ta‟lim saja dan

tidak mau ikut-ikutan dalam perselisihan (fitnah) yang ada. Bahkan sms ke sebagian ikhwan :

“Bismillah, Afwan ikhwan-ikhwan ana yang bertaqwa, ana berlepas diri dari permasalahan antar

ustadz, ana hanya mau ta‟lim saja. Adapun para ustadz selalu nginap di tempat ana, ini sebagai

ta‟awwun seperti lazimnya ikhwan-ikhwan lain nginap di tempat ana (kabar hanya untuk ikhwan-

ikhwan ana yang tsiqoh saja) Barokallohufiikum.”

Benarlah perkataan Al Imam Ibnul Qayyim rohimahulloh berkata, “Ujian dan cobaan itu akan

menampakkan jati diri orang-orang, maka alangkah cepatnya orang yang mengaku-ngaku itu

Page 34: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

33 | P a g e

terbongkar keasliannya.” (Badaiil Fawaid 3/ hal. 751)

Al Imam Al Wadi‟iy rohimahulloh menyisir penggalan bait :

“Dan barang siapa bergaya bukan dengan sifat aslinya, saksi-saksi ujian akan menyingkapkan

jati dirinya.” (Ghorotul Asyrithoh/1/ hal.537). -Dinukil dari tulisan Abu Fairuz-

Kemudian terbongkar sendiri dengan perkataan, prinsip, sikap dan akhlaq serta kedustaan yang

nyata. Yaitu Abu Phasa terlibat dalam penandatanganan pernyataan hasil rapat (dalam lembar tanda

tangan peserta, tertulis namanya “Ponco W Abu Phasa”) bahkan terkait dengan penyerahan kunci

masjid sebagaimana disebutkan dalam surat pernyataan di atas.

Bahkan sebelum dauroh, ustadz Zuher Syarif Bengkulu, Abu Phasa Ponco pun mengirim sms

diantaranya : “Bismillah saudaraku seiman seaqidah alhamdulillah ustadz Zuher Syarif sudah di

rumah ana dan pagi jam 9 berangkat ke Purwodadi ta‟lim Sabtu dan Ahad di sana (infokan kesaudara-

saudaraku seiman seaqidah) Barokallahufiikum.” - “Bismillah, saudaraku seiman dan seaqidah

semoga ta‟lim selanjutnya di Jambi dapat ustadz yang lebih adil, baik, bijak dengan dasar qoidah adab

tholabul ilmi manhaj salaf (amanah tidak disebarkan) Barokallahufiikum.”

Adapun dauroh ustadz Zuher Syarif Bengkulu diadakan di daerah Trans Purwodadi, Kec. Tebing

Tinggi, Kab. Tanjung Jabung Barat tanggal 8 dan 9 Oktober 2011 (hari Sabtu dan Ahad).

Kemudian ikut rapat tertutup pada dauroh Tirmidzi dari ma'had Prabumulih (pernah mondok di ma'had

ustadz Abu Hazim Muhsin).

“Wahai Abu Phasa.., Apakah antum sekarang maupun yang telah berlalu beradab terhadap diri

sendiri, terhadap sesama teman ta‟lim dan terhadap saya sebagai gurumu yang kemarin?”

Pasal ke dua puluh tujuh : Berlebihan dalam menyanjung orang yang bersama mereka, manakala

dirinya meninggalkan mereka maka merekapun berlebihan dalam mencercanya. Kemudian Asy

Syaikh Robi‟ al Madkholi berkata, “Maka keadaan mereka seperti keadaan Yahudi bersama Abdullah

bin Salam, salah seorang ulama Bani Israil yang dimuliakan dengan Islam. Al Bukhari meriwayatkan

dalam shohihnya (3151) dengan sanad sampai ke Anas, berkata :

Artinya : Sampai kepada Abdullah bin Salam berita kedatangan Rasulullah ke Madinah, maka dia pun

mendatangi beliau seraya berkata, “Sesungguhnya saya ingin menanyai anda tentang tiga perkara

yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi : Apa awal tanda kiamat? Apa awal makanan ahlul

jannah? Dari manakah seorang anak itu menjadi mirip dengan ayahnya? Dan dari manakah dia mirip

dengan paman-pamannya?” Maka Rasulullah menjawab : ”Jibril telah mengabarkan akan hal itu

barusan.” Maka Abdullah berkata, ”Dia musuh Yahudi dari kalangan malaikat.” Lalu Rasulullah

bersabda : “Adapun awal tanda kiamat adalah api yang menggiring manusia dari timur ke barat,

adapun awal makanan ahlul jannah adalah hati ikan paus, adapun kemiripan pada seorang anak,

maka seorang itu jika menggauli istrinya lalu air maninya mendahului air mani istrinya, maka anaknya

menjadi mirip dengannya. Tapi jika air mani istrinya mendahului air maninya, maka anaknya menjadi

Page 35: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

34 | P a g e

mirip dengan istrinya. Maka Abdullah berkata, “Saya bersaksi bahwasanya anda adalah Rasulullah.”

Kemudian ia berkata, ”Wahai Rasulullah sesungguhnya Yahudi adalah kaum pendusta. Jika mereka

mengetahui bahwasanya saya telah masuk Islam sebelum anda menanyai mereka tentang saya,

mereka pasti akan berdusta tentang saya, mereka pasti akan berdusta tentang saya di hadapan anda.

Maka datanglah Yahudi, sementara Abdullah masuk ke dalam rumah. Maka Rasulullah

bersabda, ”Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam di sisi kalian?” Mereka menjawab, ”Dia adalah

orang yang paling berilmu diantara kami, anak dari orang yang paling berilmu diantara kami. Dia juga

orang yang paling baik di antara kami, anak dari orang yang paling baik di antara kami.” Maka

Rasulullah bersabda : “Bagaimana pendapat kalian jika ia masuk Islam?” Mereka

menjawab, ”Semoga Allah melindungi mereka dari yang demikian.” Maka Abdullah bin Salam keluar

kepada mereka seraya berkata, ”Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan selain Allah dan aku

bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.” Mereka berkata, ”Dia adalah orang yang

paling jelek diantara kami, anak dari orang yang paling jelek diantara kami.” Dan mereka mencacinya.

Al Hafidz dalam “Al Fath” (7/hal 298) dalam Syarh Hadist (3911) berkata dalam riwayat Yahya bin

Abdillah maka kukatakan wahai Rasulullah, bukankah saya telah memberitahu anda bahwasanya

mereka adalah kaum pendusta, orang-orang yang mengkhianati perjanjian, berbohong dan jahat?

Dalam suatu riwayat “mereka menghinakannya.” Maka dia berkata inilah yang saya takutkan wahai

Rasulullah.

Sisi pendalilan dari hadist ini adalah bahwasanya Yahudi manakala mengira bahwasanya Abdullah bin

Salam akan tetap di atas kesesatan mereka dan kebatilan mereka, mereka pun memujinya dan

berkata : dialah orang yang paling baik diantara kami, anak orang yang paling baik diantara kami,

manakala beliau mengumumkan kebenaran, berbaliklah mereka dengan segera mencaci beliau

dengan berkata : dia adalah orang yang paling jelek diantara kami, anak dari orang yang paling jelek

diantara kami. Dan mereka mencacinya dan demikianlah perbuatan haddadiyyah terhadap para tokoh

utama ahlusunnah wal haq, berulang kali mereka menyanjungnya demi tujuan dan maksud yang telah

mereka rencanakan dari diri mereka, manakala para tokoh utama tadi menghadapi kebatilan mereka

dan menyelisihi mereka, mereka pun mencacinya satu persatu dan memerangi tokoh utama tersebut.

Setiap kali para ulama menambahkan penjelasan tentang kebatilan mereka, mereka pun bertambah

melampaui batas, bertambah dusta dan bohong kepadanya dan jahat dalam memeranginya sampai

kepada perbuatan dan ucapan yang banyak yang setiap kelompok-kelompok yang sesat merasa malu

untuk melakukannya.

Komentar saya :

Adapun Dzul Akmal, ketika orang-orang bersamanya, dia pun memujinya. Akan tetapi ketika tidak

bersamanya, lalu Dzul Akmal mencaci-maki satu persatu, seperti mengatakan :

1. Ustadz Abdullah Cawas “dajjal”, bahasa arab Ahmad dan Abu Anas lebih daripada Abdullah

Page 36: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

35 | P a g e

Cawas, Abdullah Cawas takfiriyyun sinting,

2. Usman Thowil Pariaman sebagai “dajjal” dan “anjing” dan murid-murid yang lainnya digelari

“dajjal”.

Pijakan Saya Selanjutnya Adalah Risalah Asy Syaikh Robi‟ Al-Madkholi “Manhajul Haddadiyah”

Dinukil Dari Karakter Haddadiyah Dalam Diskusi Ilmiah Bagian Sembilan (Penulis Abu Fairuz).

Dalam bab ini saya menunjukkan bukti-bukti ketegelinciran Dzul Akmal hadahullah dalam sebagian

manhajul haddadiyah,

Pasal enam : Permusuhan Yang Keras Terhadap Salafiyyin Yang Membela Sunnah

Kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al-Madkholi berkata : “Permusuhan yang keras terhadap salafiyyun

sekalipun telah mencurahkan kerja keras untuk mendakwahkan salafiyah dan membelanya, dan

sekalipun telah mencurahkan kerja keras untuk menghadapi bid‟ah, hizbiyyah dan kesesatan.”

Komentar saya : Permusuhan (kerasnya) Dzul Akmal kepada Syaikh Yahya dan murid-muridnya

sudah sangat jelas terdengar dalam muhadhoroh sepulang dari umroh bulan Sya‟ban kemarin di

ma‟hadnya dan dauroh di Kota Jambi bulan Syawal 1432 H ini.

Pasal tiga belas : Kesombongan, Penentangan dan Penolakan Terhadap Kebenaran.

Kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al-Madkholi berkata : “Kesombongan dan penentangan yang

menyebabkan mereka menolak kebenaran sebagaimana seluruh ahlul bida‟. Maka seluruh apa yang

disampaikan oleh Ahlu Madinah yang berupa penjelasan tentang penyimpangan al Haddad dari

manhaj salaf, dan mereka tolak maka dengan perbuatan seperti ini menjadi termasuk sempalan Islam

yang paling jelek secara akhlaq dan pengelompokan.”

Komentar Abu Fairuz : Sesungguhnya orang yang kenal Allah dengan sebenar-benarnya dia akan

merendahkan diri kepada Allah. Ibrohim rohimahullah berkata : Aku bertanya kepda al Fudhail :

“Apakah tawadhu‟ itu?” Beliau menjawab, “Yaitu engkau menunduk kepada kebenaran dan

menaatinya, sekalipun engkau mendengarnya dari anak kecil, engkau terima kebenaran tadi darinya.

Dan sekalipun engkau mendengar dari orang yang paling bodoh, engkau terima kebenaran tadi

darinya.” (Hilyatul Auliya Biografi al Fudhail bin „Iyadh/3/halaman 392/Dar Ummil Qura/atsar hasan)

Al Imam Ibnu Rojab berkata : “Oleh karena itulah maka dulunya para imam salaf yang ilmu dan

keutamaan mereka telah disepakati mereka menerima kebenaran dari orang yang mendatangkannya

kepada mereka sekalipun dia adalah anak kecil, dan mereka juga berwasiat kepada para sahabat dan

pengikut mereka untuk menerima kebenaran, jika kebenaran tadi muncul dari selain ucapan mereka.”

(Al Farqu bainan Nashihah wat Ta‟yiir/ Majmu‟ur Rosail 2/halaman 404/ cet. Al Faruq)

Komentar saya : Adapun Dzul Akmal seorang yang sombong menolak kebenaran yang di

sampaikan, saya secara pribadi berkali-kali menasehati Dzul Akmal dalam banyak hal dan waktu yang

Page 37: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

36 | P a g e

berbeda tetapi selalu marah, juga pengkuan Abu Haris Ja’far dalam tulisannya “Dzul Akmal

Undercover #2”.

Pasal kedua belas : Bermudah-mudahan dalam Mengkafirkan Orang.

Kemudian Asy Syaikh Robi' Al Madkholi wafaqohulloh berkata : Dan datanglah Al Haddad kepada

perbuatan yang benar atau salah seraya berkata : “Ini adalah zandaqah (kemunafikan secara i'tiqodi).”

yang memberikan kesan bahwasanya orang ini takfiry yang memakai kedok.

Komentar saya : Telah berlalu di bagian atas bab ke 2 “Takfiri (Mengkafirkan Orang)”, dalam bab

tersebut menunjukkan bahwa Dzul Akmal telah tergelincir dalam mengkafirkan orang.

BAB 4 : FENOMENA DZUL AKMAL HADAHULLAH MENEPUK AIR DIDULANG, TERPERCIK

MUKA SENDIRI

Dalam bab ini saya mengembalikan bualan Dzul Akmal ke mukanya sendiri, karena bualan, tuduhan

dan fitnahnya, sebenarnya merupakan cerminan kepribadianya.

1. Ustadz Preman Bahasa Preman, Teriak Ustadz Preman Bahasa Preman,

Dzul Akmal berkata terhadap Abu Mas'ud Lamongan, “Kapan dia ditazkiyah jadi Salafy,

kapan? Siapa yang mentazkiyahnya? Abu Mas'ud takfiry, Abul Ahad takfiry. Kalo antum dengar

bahasanya, dia itu bahasa preman… ustadz preman… bukan Pariaman... Preman tulen…

Kakaknya sudah mati Abu Uqbah.”

Bukti-Bukti Dzul Akmal Ustadz Preman Berbahasa Preman

1) Kasus masjid Jambi : Dzul Akmal memerintahkan Muhammad Surur untuk membawa tukang

kunci untuk menjebol pintu masjid,

2) Memerintahkan peserta rapat pada saat daurohnya di Jambi untuk memulangkan saya ke

Pekanbaru atau keluar dari Jambi,

“Wahai Dzul Akmal, saya menetap di Jambi tidak dibawah kekuasaanmu dan tidak juga tinggal

di rumah kontrakan pembeo-pembeomu di Jambi seperti Abu Phasa Ponco, Hud Huda,

Dzulkifli, Yuda Abu Ihsan dan Umar Tebing Tinggi. Dan Alhamdulillah selama ini tidak ada

minta-minta kepada pembeo-pembeo mu. Dan ALLAH Maha Pemberi Rizki.”

3) Bercerita kepada saya, Zubair Perawang : Ketika dauroh ustadz Faishol Medan di Perawang

dua tahun lalu, Dzul Akmal memerintahkan ikhwan mengambil hijab masjid pada malam hari,

4) Bercerita kepada saya, Zubair Perawang tentang “Tragedi Perawang” Kabupaten Siak, Riau

tahun 2002, ketika hari raya Iedul Fitri, Dzul Akmal memerintahkan ikhwan meletakkan kotak

infaq di masjid, ternyata tidak diizin oleh pengurus. Kemudian Dzul Akmal menelpon pengurus

masjid, mengancam dan mencaci maki, jika tidak diterima kotak-kotak infaq maka akan dikirim

Page 38: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

37 | P a g e

pasukan Laskar Jihad. Mendengar perkataan Dzul Akmal itu, pengurus masjid marah dan

bercerita kepada manusia selesai sholat. Maka bangkitlah pemuda-pemuda menyerang dan

melempar mobil-mobil dan rumah-rumah ikhwan. Bercerita kepada saya ustadz Ayip Solo

ketika di Dammaj, “Setelah kejadian itu Dzul Akmal minta damai dengan perantara ketua partai

PBB dan PPP Riau dan saya sebagai wakil dari Dzul Akmal.”

5) “Tragedi Kubang” Pekanbaru (sekitar bulan Juni tahun 2000), Saya sudah mengetahui

tragedi ini sejak akhir tahun 2000 (ketika masih belajar di Sudan) kemudian semakin kuat

beritanya dengan pengakuan langsung dari para pelaku, baik yang berada di luar masjid

maupun yang di dalam masjid. Sumber berita saya sangat banyak sekali. Awalnya, Dzul Akmal

mendirikan sebuah masjid di desa ini. Dikarenakan akhlak Dzul Akmal dan sebagian murid-

muridnya yang buruk dan kasar maka sebagian orang kampung menyerang masjid. Atas

kejadian penyerangan masjid tersebut maka Dzul Akmal meminta bantuan Laskar Jihad untuk

memberikan “pelajaran” kepada orang-orang kampung yang diduga telah melakukan

penyerangan terhadap masjid. Bantuan Laskar Jihad ini datang dari beberapa daerah yaitu

dari Medan, Jambi, Padang Kota dan dari Jawa. Setelah sholat shubuh mereka menculik

orang-orang kampung (yang diduga menyerang masjid) dengan membawa senjata tajam lalu

dibawa ke dalam masjid, bahkan bom molotov pun sudah dipersiapkan. Orang-orang yang

diculik tadi ada yang berpakaian bantol dan ada yang masih pakai kain sarung. Pasukan LJ

dipencar, mayoritas berpencar di luar masjid dan ada juga yang di dalam masjid. Adapun nasib

tawanan di dalam masjid sudah ana dengar sejak tahun 2000. Tentu para korban yang diculik

tersebut bercerita kepada keluarganya dan orang-orang kampung lainnya sehingga kejadian

ini tersebar sampai ke sebagian penduduk Pekanbaru. Setelah saya berada di Indonesia ada

pelaku yang menceritakan keadaan tawanan dalam masjid sama seperti yang saya dengar

pada tahun 2000. Kejadian di dalam masjid, tidak perlu saya tulis terperinci di sini karena

sangat aib sekali, mudah-mudahan kamu dan pelaku-pelaku yang lainnya tentu masih ingat

apa yang kalian lakukan terhadap tawanan di dalam masjid. Cukuplah bahasa global

sebagaimana ungkapan salah satu pelaku yang bercerita kepada saya dengan mengatakan,

“Kami dulu di Kubang Pekanbaru, seperti komunis tidak ingat dosa lagi.” Kemudian

setelah agak siang, tawanan dikirim ke Rumah Sakit Polisi dalam keadaan babak belur.

Selanjutnya pasukan LJ berpencar menyebar mulai dekat LANUD sampai dekat persimpangan

Desa Teratak Buluh, kurang lebih sepanjang 2-3 KM. Mendengar kejadian ini maka marahlah

para pemuda kampung sehingga mereka keluar membawa senjata tajam mengepung pasukan

LJ yang saat itu sebagian mereka memblokir pintu gerbang bagian utara Kota Pekanbaru dan

menurunkan setiap penumpang serta menginterogasi mereka dengan senjata tajam.

Alhamdulillah datanglah pasukan Brimob menyelamatkan pasukan LJ diantara mereka ada

Page 39: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

38 | P a g e

yang luka dan cacat. Kemudian MUI Pekanbaru menjadi perantara perdamaian dengan

penduduk Desa Kubang, Kampar (pinggiran Kota Pekanbaru), masjid harus ditinggalkan dari

Desa tersebut dan juga beberapa rumah ikhwan. Akibat perbuatan Dzul Akmal yang saat itu

merupakan pimpinan ponpes Al Furqon, Jalan Duyung Pekanbaru, diantara wali murid sampai

ada yang pindah rumah ke Sumatera Barat karena ketakutan akan ada serangan balasan dari

orang kampung. Akibatnya juga, rusaklah citra Salafy di Pekanbaru dan sekitarnya, rusaklah

citra orang berjenggot dan berjubah, rusaklah nama Ponpes Al Furqon, rusaklah nama

Universitas Madinah. Bahkan setelah kejadian itu, pernah lewat rombongan Jama'ah Tabligh di

desa tersebut kemudian disiksa sampai sekarat sama orang kampung walaupun orang JT itu

teriak “Kami bukan orang LJ.” Dan orang melayu Riau hanya beberapa orang yang belajar

dengan Dzul Akmal, banyak diantara mereka memilih belajar dengan da'i-da'i Yayasan

Ubudiyyah. Dan lebih khusus lagi rusaklah nama Dzul Akmal di Riau, sehingga Dzul Akmal

kesulitan untuk membuat ta'lim rutin di masjid-masjid Pekanbaru pada saat itu. Saya pernah

mengusahakan ta'lim rutin di masjid dekat rumah orang tua saya. Setelah ta‟lim rutin mulai

berjalan, kemudian dilarang oleh pengurus masjid dengan alasan karena Dzul Akmal berkasus

di Kubang dan kasus-kasus lainnya. Adapun saya tetap diperbolehkan mengisi ta'lim rutin di

Masjid Al Mubin Jalan Paus - Marpoyan Damai. Ketika ana sampaikan hal ini kepada Dzul

Akmal agar dia jangan isi ta'lim lagi, sebagaimana ucapan pengurus masjid, Dzul Akmal malah

berkata kepada saya “Antum juga berhenti isi ta'lim di Masjid Al Mubin. Dimanapun antum isi

ta'lim, anapun harus ikut bergantian.” Akhirnya ta'lim di Masjid Al Mubin saya bubarkan.

Bahkan ketua RT di lingkungan pondok Dzul Akmal Rimbo Panjang, masih

mempermasalahkan kasus Kubang. Fakta ini saya ketahui langsung karena ketua RT sempat

berbincang langsung dengan saya, ketika saya masih di Pekanbaru.

Saya sudah bertanya kepada orang-orang yang pernah dekat dengan Dzul Akmal seperti

Utsman Pariaman, Abu Ibrohim, Bang Anto Riau, Abdullah Cawas (Padang), Muhammad

Umar Armen Aceh, seorang ikhwan Perawang Riau. Semuanya mengatakan tidak pernah

mendengar bahwa Dzul Akmal menyatakan taubat dari tragedi Kubang. Begitu juga Abu

Hanun sudah bertanya kepada Bapak Dasrul Riau dan berkata hal yang sama (tidak pernah

dengar Dzul Akmal menyatakan taubat), hanya pernah dengar menyatakan taubat dari LJ.

“Wahai Dzulakmal ! apa-apa yang kamu lakukan terhadap tawanan di dalam masjid,

tidakkah itu menyerupai perbuatan premanisme atau khowarij atau komunisme atau

semuanya sekaligus ????”

6) Telah bercerita kepada saya Utsman Pariaman, telah bercerita Abu Fatimah Padang Kota

(penanggung jawab ta'lim), “Dulu kami telah mendirikan Tahfidzul Qur'an di Padang Kota

dengan pengajar dua orang wanita yaitu Husna dan Mar. Kami kontrakkan mereka sebuah

Page 40: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

39 | P a g e

rumah dan mengajar anak-anak kami disana kemudian ustadz Dzul Akmal pada suatu malam

memerintahkan abang Ujang, menjemput mereka ke Padang dan membawa mereka ke

Pekanbaru tanpa sepengetahuan kami sebagai pengurus tahfidz Padang. Saya bertanya

kepada Afni (kakaknya Husna di Bukit Tinggi), apakah abang Ujang ada singgah di Bukit

Tinggi membawa mahrom untuk Husna?” Dia berkata, “Tidak ada, kami hanya tahu Husna

sudah sampai ke Pekanbaru.” (Ini kejadian pada tahun 2001)

2. Dzul Akmal Dungu Dan Bongak Dalam Bicara, Tidak Berilmu Serta Emosi Dikedepankan

Teriak Kepada Orang : Dungu Dan Bongak Dalam Bicara, Tidak Berilmu Serta Emosi

Dikedepankan.

Dzul Akmal berkata: "Di Syiar A'lam an-Nubala', Imam Dzahabi jika disampaikan kepada dia

oleh seorang alim, apakah diminta mana kasetnya?..... Pernah mereka demikian….. mana

kasetnya ?..... Tidak ada di zaman a'immah salaf bertanya kepada imam fulan, syaikh fulan mana

kaset mana rekaman….. Kalau begitu para hadadiyyun jangan pergunakan internet….. tidak ada

di zaman Rasulullah sahabat dan tabiin….. Kadang-kadang nampak dungu dan bongak dalam

bicara, emosi, tidak berilmu itu akibatnya….. Emosi dikedepankan. Masalah rumah pakai keramik

tidak boleh ghuluw….. Rumah masyaikh di Saudi bertingkat, dua tingkat hingga tiga tingkat itu

ghuluw katanya tidak mengerti makna ghuluw….. Ghuluw itu dalam makna ibadat manhaj, aqidah

dan akhlak….. Nggak seluruhnya….. Jadi orang naik mobil ghuluw?..... Jadi jalan kaki?..... Dari

Pekanbaru ke sini jalan ghuluw jalan kaki ghuluw namanya.”

Komentar Saya :

Bongak dalam bahasa Pekanbaru artinya bodoh. Bukti-bukti Dzul Akmal dungu dan bongak

dalam bicara, tidak berilmu, serta emosi dikedepankan :

1) Wahai Dzul Akmal…!! Di zaman Imam Dzahabi belum ada kaset, komputer, handphone dan

peralatan teknologi lainnya. Jelas tidak ada diminta kaset,

2) Mereka orang yang tsiqah (terpercaya), jujur, zuhud dan waro' sementara kamu pendusta,

pembual pasaran dan peminta-minta (lihat bagian di atas),

3) Justru kamulah yang mengedepankan emosi…. Bukan hanya emosi dalam bicara tapi sudah

terkenal bahwa kamu seorang pemarah, egois dalam berbicara….. seperti kereta api terhadap

lawan bicara, bermulut runcing dan berakal licik cerdik buruk,

4) Pakai keramik ataupun tidak terhadap sebuah rumah adalah masalah dunia. Yang jadi

masalah, apakah rumah itu berasal dari hasil keringat sendiri ataukah hasil dari meminta

kesana kemari sampai orang-orang yang mendengarnya pun merasa malu. Yang menjadi

pokok persoalan, apakah meminta-minta itu adalah suatu amalan yang syar'i???,

5) Lagi-lagi Dzul Akmal membuat fitnah, apakah kamu pura-pura dungu dan bongak atau sengaja

Page 41: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

40 | P a g e

membuat kedustaan lagi? Tampak kamu memotong-motong pembicaraan, bahwa rumah

bermarmer adalah guluw. Padahal pada teks tulisan saya (“Tanggapan Terhadap Muhadhoroh

Abul Mundzir Dzul Akmal -hadahulloh-“) berkenaan dengan oleh-oleh umrohmu Sya'ban 1432

H adalah sindiran terhadap kamu yang berbunyi : APAKAH MEMBANGUN SEBUAH MESJID

LALU DI BANGUN DI DEKATNYA RUMAH BESAR PENJAGA MESJID JAUH LEBIH

MEGAH, BERMARMER DARIPADA MESJID, BAHKAN RUMAH TERSEBUT DARI HASIL

MEMINTA- MINTA ADALAH SYAR'I?? ATAU GHULUW?? Jadi pokok pembicaraannya

adalah MINTA-MINTA BUKAN BERMARMER. Dasar kamu tidak punya malu, sedangkan

orang-orang banyak yang merasa malu melihat dan mendengar penggalangan dana untuk

rumahmu. Kenapa kalender ma'hadmu pada tahun-tahun pertama tidak ditampilkan rumah

besar lagi mewahmu? Sementara yang ditampilkan adalah gambar mesjid yang belum

sempurna dan asrama santri sederhana dari papan? Sungguh menyolok sekali bagi orang

yang menyaksikan langsung!

3. Dzul Akmal -hadahulloh- Tidak Beradab Teriak Kepada Orang Harus Beradab

Dzul Akmal berkata : “Saya bilang belajar adab, menuntut ilmu tidak cukup ilmu saja, belajar

adab. Adab dengan Ulama', adab dengan sesama teman-teman belajar........ adab dengan

kitab...... belajar adab. Adab bukan hanya kepada guru saja, dengan teman-teman juga, dengan

kitab yang kita pelajari. Adab dengan dzumala' kita yang sepantaran. Adab sangat penting bagi

kita terutama terhadap ulama. Sesama dzumala' kita. Sepantaran kita sesama penuntut ilmu atau

sesama du'at sepantaran kita..... sesama du'at yang lebih tua, beradab. Jika kita tidak beradab,

orang-orang pun tidak akan beradab pada kita.”

Komentar saya:

Telah bercerita kepada saya Azmi Aceh : Pernah dia ikut ta'lim dengan Dzul Akmal beberapa

tahun lalu di rumah kontrakan untuk Tadribud Du‟at (TD) Pekanbaru. Sebelum mulai ta'lim, Dzul

Akmal menepuk kepala seorang bapak-bapak yang berada di dekatnya seraya berkata, “Mano

aia den” (Mana air untuk saya). Bapak tersebut gugup dan terkejut sementara ikwan tersenyum

tertawa-tawa. Kata Azmi, ''Sejak saat itu saya tidak taklim dengan Dzul Akmal lagi.”

Wahai Dzul Akmal kamu berbicara adab, adakah kamu mempraktekan ucapan kamu? Mana adab

kamu terhadap mesjid? Mana adab utusanmu? (hasil kesepakatan “rapatmu” pada saat kamu

mengadakan dauroh di Jambi). Apa yang kamu lakukan terhadap ummat Islam di dalam Mesjid

Kubang Pekanbaru tahun 2000?? Dan apa yang kamu lakukan terhadap Mesjid Jambi? Kamu

berlagak seperti orang beradab bahkan takut dari bohong dan dusta pahahal fakta yang

sebenarnya menunjukkan kebalikannya.

ALLAH berfirman :

Page 42: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

41 | P a g e

ها الذي آمنوا لم ت ولو ما ل تفعلو [٦١:٢]يا أي

أ ت ولوا ما ل تفعلو [٦١:٣]كبر م تا عند هللا

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak

kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi ALLAH bahwa kamu mengatakan apa yang tidak

kamu kerjakan. (QS. Ash Shof : 2-3 )

Dan firman ALLAH tentang Nabi Syu'aib :

وما أريد أ أ الفكم ل ما أنهاكم عنه

Artinya : Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan ) apa yang aku

larang. (QS. Huud : 88)

Berkata 'Atahiyah Asy-Syaa'ir : “Engkau mensifati taqwa seakan-akan engkau pemilik taqwa,

padahal aroma busuk kesalahanmu menghempaskannya( taqwa).”

Dan berkata Abul Aswad Ad Duwali : “Jangan kamu melarang akhlaq yang buruk, sedangkan

kamu yang mendatanginya, sungguh kehinaan atasmu kalau sampai kamu perbuat. Tapi,

mulailah dengan dirimu dan larang nafsumu dari kejahatannya. Maka jika engkau bisa berbuat

demikian engkaulah sang bijak. Dari situ akan diterima jika engkau mencurahkan nasehat dan di

ikuti dengan ucapanmu dan di sana bermanfa'at ta'limmu.”

Berkata Ibnu Qudhamah Al Maqdisi dalam kitab Mukhtashor Minhajul Khosidin menyebutkan

banyak adab di antaranya adab makan, berkumpul untuk makan dan bertamu. Kitab adab bekerja

mata pencarian dan keutamaanya, dalam bab ini Ibnu Qudhamah menyebutkan keutamaan

bekerja dan anjuran atasnya baik dalam al Quran dan juga perilaku para anbiya' (Halaman 75-

76). Tidak ada para nabi itu meminta-minta pada manusia. “Dan bukankah kamu sudah

terkenal sebagai seorang peminta-minta?” Dalam kitab ini juga dijelaskan mengenai adab

pergaulan persaudaraan dan berhubungan dengan manusia.

Di bab ini halaman 89 menyebutkan : Keutamaan berakhlak mulia diantaranya hadits Abu Darda'

radhiyallohu'anhu dari nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda : “Tidak ada sesuatu

yang paling berat pada timbangan seorang mukmin di hari kiamat dibandingkan dengan akhlak

yang baik.” (Riwayat Tirmidzi no. 2003, Ahmad no. 26971 dishohihkan Albani)

Nabi shallallahu „alaihi wasallam ditanya : “Perkara apakah yanga paling banyak memasukan

manusia ke surga?” Beliau menjawab : “Taqwa kepada Alloh dan berakhlak yang baik.” (Sanad

Hasan dikeluarkan Tirmidzi no. 2004, Ahmad no. 9403 dihasankan Albani)

Ibnu Qudamah dalam kitabnya tersebut juga membahas Kitab Adab 'Uzlah (Menjauh Dari

Pergaulan Manusia) dan Mukholathoh (Bercampur Dengan Manusia) halaman 102-109.

Page 43: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

42 | P a g e

Selain itu juga disebutkan tentang “Adab Safar, Kitab Adab Mata Pencarian Dan Akhlaq

Kenabian.” (halaman 110-112)

Berkata ibnu Qudhamah pada halaman 134 : “Ketahuilah sesungguhnya adab dzohir

(penampilan) alamat dari adab batin. Dan gerak-gerik anggota tubuh merupakan buah dari

perasaan dan amal-amal merupakan buah dari akhlaq.”

4. Dzul Akmal –hadahullah- Meremehkan Masalah Pribadi Kezholiman Dengan Manusia

Bukan Manhaj

Dzul Akmal berkata : “Seluruh kita punya pribadi..... Tidak ada manusia yang tidak punya

masalah pribadi..... Kekurangan pribadi….. Masalah hutang piutang..... Masalah ini dan itu.....

Begini begitu..... Begono….. Ente kalau bantah saya..... Manhaj saya bantah….. Tunjukkan,

satu..manhajnya begini kan begitu…..”

Komentar saya:

Benar setiap orang mempunyai kekurangan pribadi dan kesalahan pribadi akan tetapi apakah

terus menerus berbuat demikian dan menjadi kebiasaan sehingga dia terkenal dengan watak

tersebut? Bukankah kamu menerangkan orang mukmin itu saksi saksi Alloh di muka bumi?

Mereka menyaksikan aqidah, akhlaq dan adabnya ? Dan bagaimana dengan banyaknya manusia

yang telah menyaksikan, mendegar langsung ucapan dan tindak tanduk kamu? Apakah kamu

mau memperbaiki diri? Apakah sudah hilang rasa malu di mukamu? Bukankah dulu sekitar tahun

1997 kamu berkelahi terus dengan orang sekitar kamu di Yayasan Ubudiyyah, lalu datanglah

Abdul Hakim Abdat ke Pekanbaru mengumpulkan kamu dan orang sekitarmu ternyata semua

permasalahan kembali pada lisan kamu. Kamu mencaci maki ini itu, menuduh ini itu, seterusnya.

Sehingga kalian dinasehati, bertangisan lalu maaf-maafan. Kemudian datanglah Ja'far Umar

Tholib ke Pekanbaru memberikan pilihan, masalah pribadi selesai, masalah manhaj belum

selesai, ikut saya atau Abdul Hakim Abdat. Kemudian kamu memilih bersama Ja'far Umar Tholib

sehingga orang-orang yang sudah terlanjur sakit hati dengan lisanmu lari dari kamu. Bukankah

Armen Halim Naro Lc. Al Minangkabawi rahimahulloh ketika masa LJ dulu pernah membongkar

“kebobrokan” kamu bahkan mulai dari kamu kecil sampai jadi ustadz salafi saat itu? Dan juga dua

orang muridmu Abdul Qodir Fauzi dan Harist Abu Ja'far telah menulis tentang dirimu pada tulisan

mereka yang berjudul : “Dzul Akmal Undercover #1” dan “Dzul Akmal : Undercover #2” yang juga

mengungkap tentang kebobrokanmu?

Ucapanmu itu menunjukkan bahwa kamu secara tidak langsung mengakui apa yang ditulis oleh

mantan murid-muridmu dan apa yang dikatakan oleh manusia, adakah kamu memperbaiki diri?

Tidak dipungkiri manusia mempunyai kekurangan, akan tetapi apabila kekurangan pribadi tadi

berkaitan dengan kebiasaan mendzolimi manusia padahal sudah dinasehati, diingatkan dan

Page 44: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

43 | P a g e

dibicarakan namun tidak juga berubah dan bertaubat bahkan terus berlanjut dengan volume terus

membesar apakah boleh dibiarkan/ditolerir? Bahkan dibela dengan kedok itulah masalah pribadi?

Kalau seandainya dibawa ke ranah hukum bisa jadi jatuh hukuman, lalu bagaimana dengan

kedzoliman yang akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akherat? Ini berarti kamu

mengangap akhlaq prilaku bukan dari pada dakwah Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam dan

salaf pendahulumu, padahal pada daurohmu di Jambi kamu menekankan pentingnya masalah

adab. Lantas kenapa kamu jarh (cela) Dzulqornain Bengakalis sebagai “Dajjal” padahal kasusnya

sama dengan kamu kedzoliman harta manusia? Bukankah kamu telah mendzolimi Abu Umamah

Jakarta, dan lainnya??

Jika masalah pribadi berkaitan dengan kurang baiknya urusan-urusan yang mubah, tidak

ada kaitan dengan agama misalnya tersinggung dalam sebuah ungkapan, canda dan lain-lain

maka tidak boleh mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam.

Hadist Abu Ayyub, bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

يم ل يحل لرجلء أ يهجر أ اه فوق ليث ليالء يلت يا فيعرض هذا ويعرض هذا و يرهما الذي يبدأ بالس

Artinya : “Tidak halal bagi seseorang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya

bertemu lalu ini berpaling dan yang itu juga berpaling, dan yang terbaik dari keduanya adalah

yang lebih dahulu mengucapkan salam.” (Bukhori no. 6077 dan Muslim no. 2560)

Oleh karena itu hukum asal memboikot (mendiamkan saudaranya) adalah haram dan

termasuk dosa besar jika lebih dari tiga malam.

Dari Ibnu Umar sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

ل يحل للمؤم أ يهجر أ اه فوق ليلة أيام

Artinya : “Tidak halal bagi seorang mu'min memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR.

Muslim no. 2561)

Dari Abu Huroiroh sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

تفتح أبواب الجنة يوم اللني ويوم ال مي فيغفر لكل عبد ل ي رك با يئا ل رجي كانا بينه وبي أ يه

حنا في ال أنظروا هذي حت يص لحا أنظروا هذي حت يص لحا أنظروا هذي حت يص لحا

Artinya : “Dibuka pintu-pintu surga setiap hari Senin dan hari Kamis, maka diampuni setiap

hamba yang tidak berbuat syirik kepada ALLAH sedikitpun, kecuali seseorang yang diantara diri

dia dan saudaranya ada permusuhan, maka diucapkan : perhatikanlah dua orang ini sehingga

keduanya berdamai, perhatikanlah dua orang ini sehingga keduanya berdamai, perhatikanlah dua

orang ini sehingga keduanya berdamai.” (HR. Muslim no. 2565)

Page 45: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

44 | P a g e

Dari Abu Huroiroh berkata, Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

ل يحل لمسلمء أ يهجر أ اه فوق ليثء فم هجر فوق ليثء فماا د ل النار

Artinya : “Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari,

barangsiapa yang memboikot lebih dari tiga hari lalu meninggal, maka dia masuk neraka.” (HR.

Abu Daud : 4916, dan dishohihkan oleh Imam Albani)

Dari Abi Khirasy As Sulami sesungguhnya dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda :

م هجر أ اه سنة فهو كسفك دمه

“Barang siapa yang memboikot saudaranya selama setahun, maka seperti menumpahkan

darahnya.” (HR. Abu Daud no. 4917, dishohihkan Imam Albani di Ash Shohihah no. 928)

Dalam Al Adabul Mufrod Imam Al Bukhori no. 402 dari hadist Hisyam ibn Amir Al Anshori (sepupu

Anas ibn Malik) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Tidak halal bagi seorang

muslim mendiamkan muslim yang lainnya lebih dari tiga malam, karena keduanya menyimpang

dari kebenaran selama masih dalam sikap mendiamkan. Adapun yang pertama kembali, maka

kembalinya yang lebih dahulu itu menjadi penebusnya. Jika mereka berdua meninggal dunia

dalam keadaan tetap saling mendiamkan, maka semuanya tidak akan masuk surga selamanya.

Jika salah satunya telah mengucapkan salam kepada yang lain, tetapi yang lain enggan untuk

menerima ucapan dan salamnya, maka malaikat yang akan menjawab salamnya, sedangkan

yang lain dijawab oleh syaithan.” (Shohih Al Irwa' 7/95 dan As Shohihah 1246)

Diriwayatkan oleh 'Abdullah ibn Mubarak dalam Kitab Az Zuhud dengan sanad shohih dari Abul

'Aliyah, dia berkata : “Aku banyak mendengarkan hadits-hadits tentang dua orang yang saling

memutus hubungan, semuanya keras dan yang paling ringan dari apa yang aku dengar adalah :

keduanya senantiasa menjauh dari kebenaran selama dalam keadaan demikian.” (Hadits no.

728)

Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan hadist riwayat Bukhori no. 6077 : “Hadits-Hadits ini

dijadikan sebagai dalil atas siapa yang berpaling dari saudaranya muslim, tidak mau berbicara

dengannya, mengucapkan salam padanya maka dia berdosa. Karena menolak kehalalan

menunjukkan haramnya dan orang yang melakukan perkara harom berdosa.” (Fathul Baari Jilid

10 hal. 609)

Maka perkara-perkara pribadi yang tidak berkaitan agama, seperti kurang baiknya urusan-urusan

duniawi yang mubah, lebih utama memberikan ma'af atau 'uzur.

Maka tidak sepantasnya bagi seorang muslim hanya disebabkan oleh ketersinggungan

Page 46: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

45 | P a g e

dalam permasalah mubah, duniawi yang tidak ada kaitannya dengan hukum permasalahan

agama lantas membuat makar, menebar fitnah dan kekejian, mencaci-maki dan namimah,

bergaul dengan pelaku ma'siat, pelaku kedholiman, kefasikan, dan lain sebagainya bahkan

yang seperti ini merupakan cerminan dari jiwa yang kerdil, picik dan hina-dina.

Adapun hikmah diperbolehkan masalah di atas, memboikot tiga hari dan tidak boleh lebih dari

tiga hari adalah sebagaimana perkataan Al Hafidz Ibnu Hajar : “Zhohirnya diperbolehkan boikot

selama tiga hari dan itu termasuk kelembutan, karena Bani Adam mempunyai emosi, perilaku

jelek dan semisalnya, sehingga emosi itu sirna atau berkurang dalam tiga hari.”

Berkata Imam Nawawi : “Harom boikot diantara ummat Islam lebih dari tiga malam sesuai

dengan nash dan dibolehkan boikot tiga hari sesuai dengan mafhum hadits. Sesungguhnya di

maafkan yang demikian karena Bani Adam mempunyai emosi, maka ditoleransi dengan ukuran

tersebut agar sirna kekesalannya/ emosinya.”

Hajr (Boikot) adalah lawan dari Washal (Menyambung), Tahajur (Saling melakukan hajr/ boikot)

maknanya saling memutus hubungan.

Imam Ibnu Hajar berkata : “Hajr (boikot) seseorang tidak berbicara dengan yang lain tatkala

berteman.”

Imam Al 'Aini berkata “Hajr adalah tidak berbicara dengan saudaranya sesama mu‟min tatkala

bertemu, dan masing-masing dari keduanya berpaling dari yang lain tatkala berkumpul.” (Umdatul

Qori 22/141)

Adapun apabila masalah pribadi tadi berkaitan dengan hak-hak manusia (kedzoliman-

kedzoliman) maka bisa diseret di ranah hukum di dunia. Dan apabila terkait dengan bid'ah,

kekufuran, kesyirikan dan kemaksiatan maka pelakunya diboikot terus hingga dia

menyatakan taubat.

Berikut ini merupakan dalil-dalil larangan mendzolimi manusia :

بيل عل الذي يظلمو النا ويبغو ف اارض بغير الحق ما الس ئك لهم عذابف أليمف ن [٤٢:٤٢] أول

Artinya : “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan

melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. Asy

Syura‟ : 42)

Dari Abu Huroiroh dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda :

Artinya : “Barangsiapa di sisinya ada kedzoliman terhadap saudaranya baik pada urusan harta

atau kehormatan maka hendaklah dia mendatanginya minta penghalalan (kedzoliman) dari

saudaranya sebelum dihukum dan dia tidak mempunyai dinar dan dirham, maka jika dia (orang

dzolim) memiliki kebaikan-kebaikan, diambil kebaikan-kebaikannya lalu diberikan kebaikan

Page 47: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

46 | P a g e

tersebut kepada sudaranya (yang terdzolimi) dan apabila kebaikannya habis maka diambil

kejelekan-kejelekan saudaranya (yang didzolimi) lalu dilemparkan kepadanya (orang dzolim)

kemudian dia dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhori no. 6534)

Dari Abu Huroiroh sesungguhnya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda :

أتدرو ما المفل ؟ قالوا المفل فينا م ل درهم له ول متاو ف ال المفل م أمت يأت يوم ال يامة

بصية وصيام وزكاة ويأت قد تم هذا وقذ هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيع هذا م

حسناته وهذا م حسناته فإ فنيا حسناته قبل أ ي ض ما عليه أ ذ م اياهم ف رحا عليه لم رح ف

النار

Artinya : “Apakah kalian tahu siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab : “Orang

yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak mempunyai dirham dan harta perhiasan.”

Beliau menjawab : “Orang bangkrut adalah orang yang datang dengan membawa pahala sholat,

zakat, puasa, sementara itu dia juga telah mencaci-maki orang ini menuduh orang itu, memakan

harta orang ini, menumpahkan darah orang itu dan memukul orang ini, maka diberikan kebaikan-

kebaikannya kepada orang yang ia dzolimi. Dan terhadap orang ini (dari kebaikan-kebaikanya),

tatkala kebaikan-kebaikanya habis sebelum diputuskan urusan-urusan atasnya diambil dari

kesalahan-kesalahan mereka (orang yang didzolimi) lalu kesalahan tersebut dilempar kepadanya,

kemudian ia dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 2581)

Berkata Syaikh Kholid Adz Dzufairi Dalam Buku Ijma' Al Ulama' 'Ala Hajri Wa Tahdzir Min Ahlul Ahwa' Halaman 139 (Ijma' Ulama' Atas Pemboikotan Dan Peringatan

Terhadap Ahlul Hawa)

Ucapan Al Imam Ibnu Abdil Barr (wafat 463 H), berkata rohimahulloh, “Ulama ijma‟ bahwasanya

tidak boleh bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari 3 hari, kecuali dikhawatirkan

dari pembicaraan dan hubungan dia dengannya (saudara) akan merusak agamanya atau

menimbulkan kepada dirinya bahaya pada urusan agama atau urusan duniawinya, maka jika

demikian keadaannya, diberi keringanan untuk terus menjauhinya (saudara).

Aku berkata (Syaikh Kholid) : Telah datang hadits-hadits shohih tentang ancaman dan larangan

pemboikotan seorang muslim terhadap saudaranya lebih dari 3 malam. Sebagaimana dalam

Shohihain dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda:

يم ل يحل لرجلء أ يهجر أ اه فوق ليث ليالء ، يلت يا فيعرض هذا ويعرض هذا ، و يرهما الذى يبدأ بالس

“Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya

bertemu yang ini berpaling dan yang itu berpaling maka yang paling terbaik antara keduanya

adalah yang lebih dahulu memberi salam.” (HR. Bukhori no. 6077 dan Muslim no. 2560)

Page 48: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

47 | P a g e

Pemboikotan yang disebutkan dalam hadits ini adalah karena emosi terhadap sebuah

urusan mubah yang tidak ada kaitan dengan agama. Adapun pemboikotan ahlul bid'ah

maka tidak termasuk dalam hadits ini, karena ada nash-nash lain tentang pemboikotan

ahlul bid'ah, dan pelaku maksiat serta ijma'ulama atas pemboikotan ahlul bid'ah

selamanya.

Berkata Al Imam Al Baghowi rohimahulloh :

“Dan larangan tentang pemboikotan diatas 3 hari adalah karena kejadian diantara dua orang yang

bermula dari kekurangan dalam hak-hak pergaulan dan muamalah, bukan karena dari sisi

agama. Sesungguhnya pemboikotan ahlul hawa dan bida' wajib sepanjang waktu selama belum

tampak taubat darinya dan ruju'.” (lihat hal 133-134)

Perkataan Abul 'Abbas al Qurtubi (wafat 656 H),

Berkata Abul 'Abbas Ahmad bin 'Umar al Qurtubi setelah penyebutan pengharoman boikot diatas

3 hari : “Dan pemboikotan yang kami sebutkan adalah berkaitan dengan emosi terhadap sebuah

urusan mubah yang tidak ada kaitan dengan agama. Adapun pemboikotan karena maksiat dan

bid'ah maka wajib terus menerus sampai dia tobat dari perbuatan tersebut, dan tidak ada

perbedaan dalam perkara ini.” (Al Mufhim 6/534)

-Lihat buku Ijma' Ulama Ala Hajri Wa Tahdzir Min Al Ahwa' halaman 139-

Adapun dalil tentang memboikot pelaku ma'siat adalah :

Hadist Ka'ab bin Malik yang mengisahkan dirinya tidak ikut serta dalam perang Tabuk bersama

dua orang temannya tanpa uzur (disebutkan dalam Shohih Bukhori no. 4418 dan Muslim no.

2769)

ب كعب ب مالكء أ حم ب عبد هللا لنا الليث ع ع يلء ع اب هابء ع عبد الر لنا يحي ب بكيرء حد حد

ب كعب ب مالكء ث حي ت ل - وكا قائد كعبء م بنيه حي عم - عبد هللا قال سمعا كعب ب مالكء يحد

ة تبوك قال كعبف لم أت ل ع رسول هللا ف غزوةء غزاها ل ف غزوة - صل هللا عليه وسلم - ع قص

ما ر رسول هللا صل هللا - تبوك ، غير أن كنا ت لفا ف غزوة بدرء ، ولم يعاتب أحدا ت ل ، عنها ن

- عليه وسلم هم عل غير ميعادء ول د هدا مع رسول هللا بينهم وبي عدو - يريد عير قريشء ، حت جمع هللا

ليلة الع بة حي توال نا عل السيم ، وما أحب أ ل بها م هد بدرء ، و كانا بدرف - صل هللا عليه وسلم

أذكر ف النا منها ، كا م برى أن لم أك ق أقوى ول أيسر حي ت لفا عنه ف تلك الغزوة ، وهللا

صل هللا عليه وسلم - ما اجتمعا عندى قبله راحلتا ق حت جمعتهما ف تلك الغزوة ، ولم يك رسول هللا

- ى بغيرها ، حت كانا تلك الغزوة ، غزاها رسول هللا ف حر - صل هللا عليه وسلم - يريد غزوة ل ور

Page 49: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

48 | P a g e

بوا أهبة غزوهم ، فأ برهم ا كليرا ، فجل للمسلمي أمرهم ليتأه ديدء ، واست بل سفرا بعيدا ومفازا وعدو

يريد - كليرف ، ول يجمعهم كتابف حافظف - صل هللا عليه وسلم - بوجهه الذى يريد ، والمسلمو مع رسول هللا

يوا - الد ، وغزا رسول هللا قال كعبف فما رجلف يريد أ يتغيب ل ظ أ سي ف له ما لم ينزل فيه وح هللا

- صل هللا عليه وسلم - يل ، وتجهز رسول هللا مار والظ - صل هللا عليه وسلم - تلك الغزوة حي ابا الل

فلم . والمسلمو معه ، ف ف ا أغدو لك أتجهز معهم فأرجع ولم أقض يئا ، فأقول ف نفس أنا قادرف عليه

والمسلمو معه ولم أقض - صل هللا عليه وسلم - يزل يتمادى ب حت ا تد بالنا الجد ، فأصبح رسول هللا

م جهازى يئا ، ف لا أتجهز بعده بيومء أو يومي لم ألح هم ، فغدوا بعد أ فصلوا اتجهز ، فرجعا ولم

أقض يئا ، لم غدوا لم رجعا ولم أقض يئا ، فلم يزل ب حت أسرعوا وتفار الغزو ، وهمما أ

ر ل ذلك ، فكنا ذا رجا ف النا بعد رو رسول هللا صل - أرتحل فأدركهم ، وليتن فعلا ، فلم ي د

م - هللا عليه وسلم عذر هللا فاق أو رجي مم ف فا فيهم ، أحزنن أن ل أرى ل رجي مغموصا عليه الن

عفا ، ولم يذكرن رسول هللا حت بلغ تبوك ، ف ال وهو جال ف ف ال وم بتبوك - صل هللا عليه وسلم - الض

، حبسه برداه ونظره ف ع فه . « ما فعل كعبف » ف ال معاذ ب . ف ال رجلف م بن سلمة يا رسول هللا

، ما علمنا عليه ل يرا يا رسول هللا . جبلء بئ ما قلا ، وهللا - . صل هللا عليه وسلم - فسكا رسول هللا

ر الكذب وأقول بماذا أ ر م ه قافي حضرن هم ، و ف ا أتذك ه توج ا بلغن أن قال كعب ب مالكء فلم

ا قيل رسول هللا قد - صل هللا عليه وسلم - س ه غدا واستعنا عل ذلك بكل ذى رأىء م أهل ، فلم

أظل قادما زاح عن البا ل ، وعرفا أن ل أ ر منه أبدا ب ء فيه كذبف ، فأجمعا صدقه ، وأصبح

قادما ، وكا ذا قدم م سفرء بدأ بالمسجد فيركع فيه ركعتي لم جل - صل هللا عليه وسلم - رسول هللا

ا فعل ذلك جا ه الم لفو ، ف ف وا يعتذرو ليه ، ويحلفو له ، وكانوا بضعة ولماني رجي ف بل للنا ، فلم

، فجئته - صل هللا عليه وسلم - منهم رسول هللا عينيتهم ، وبايعهم واستغفر لهم ، ووكل سرائرهم ل هللا

م المغضب ، لم قال م تبس ا سلما عليه تبس ما » فجئا أم حت جلسا بي يديه ، ف ال ل . « تعال » فلم

نيا ، لرأيا أ . « لفك ألم تك قد ابتعا ظهرك لو جلسا عند غيرك م أهل الد ف لا بل ، ن وهللا

لتك اليوم حديث كذبء ترض به ل د علما لئ حد سأ ر م س ه بعذرء ، ول د أع يا جدل ، ولكن وهللا

، ل وهللا لتك حديث صدقء تجد عل فيه ن ارجو فيه عفو هللا أ يس ك عل ، ولئ حد عن ليو ك هللا

ما كنا ق أقوى ول أيسر من حي ت لفا عنك . ما كا ل م عذرء ، وهللا صل هللا - ف ال رسول هللا

فيك » - عليه وسلم ا هذا ف د صدق ، ف م حت ي ض هللا بعون ، . « أم ف ما ولار رجالف م بن سلمة فات

ما علمناك كنا أذنبا ذنبا قبل هذا ، ول د عجزا أ ل تكو اعتذرا ل رسول هللا صل - ف الوا ل وهللا

- هللا عليه وسلم - صل هللا عليه وسلم - بما اعتذر ليه المت لفو ، قد كا كافيك ذنبك استغفار رسول هللا

ب نفس ، لم قلا لهم هل ل هذا مع أحدف قالوا نعم ، ما زالوا يؤنبون حت أردا أ أرجع فأكذ لك ، فوهللا

Page 50: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

49 | P a g e

بيع العمرى وهيل ب . رجي قال ملل ما قلا ، ف يل لهما ملل ما قيل لك ف لا م هما قالوا مرارة ب الر

ة الواقف فذكروا ل رجلي صالحي قد هدا بدرا فيهما سوةف ، فمضيا حي ذكروهما ل ، ونه . أمي

ها الليلة م بي م ت ل عنه ، فاجتنبنا النا - صل هللا عليه وسلم - رسول هللا المسلمي ع كيمنا أي

ا را ف نفس اارض ، فما ه الت أعر ، فلبلنا عل ذلك مسي ليلة ، فأم وتغيروا لنا حت تنك

ية ا أنا فكنا أ ب ال وم وأجلدهم ، فكنا أ ر فأ هد الص صاحباى فاستكانا وقعدا ف بيوتهما يبكيا ، وأم

فأسلم عليه - صل هللا عليه وسلم - مع المسلمي وأ و ف ااسواق ، ول يكلمن أحدف ، وآت رسول هللا

يم عل أم ل لم أصل قريبا منه ك فتيه برد الس ية ، فأقول ف نفس هل حر وهو ف مجلسه بعد الص

فأسارقه النظر ، فإذا أقبلا عل صيت أقبل ل ، و ذا التفا نحوه أعرض عن ، حت ذا ال عل ذلك

را جدار حائ أب قتادة وهو اب عم وأحب النا ل ، فسلما عليه ، م جفوة النا م يا حت تسو

ورسوله فسكا ، فعدا له هل تعلمن أحب هللا يم ، ف لا يا أبا قتادة ، أن دك با ما رد عل الس فوهللا

ورسوله أعلم . فن دته فسكا ، فعدا له فن دته را الجدار ، قال . ف ال هللا ففاضا عيناى وتوليا حت تسو

عام يبيعه بالمدينة ي ول م يدل عل قدم بال فبينا أنا أم بسوق المدينة ذا نب م أنبا أهل ال أم مم

ه ا بعد فإن ا ، فإذا فيه أم كعب ب مالكء ف فق النا ي يرو له ، حت ذا جا ن دفع ل كتابا م ملك غس

بدار هوا ء ول مضيعةء ، فالحق بنا نواسك ا قرأتها . قد بلغن أ صاحبك قد جفاك ، ولم يجعلك هللا ف لا لم

نور فسجرته بها ، حت ذا مضا أربعو ليلة م ال مسي ذا رسول . وهذا أيضا م البي ما بها الت فتيم

- صل هللا عليه وسلم - رسول هللا يأمرك أ تعتزل - صل هللا عليه وسلم - يأتين ف ال رسول هللا

وأرسل ل صاحب ملل ذلك ، ف لا . امرأتك ف لا أ ل ها أم ماذا أفعل قال ل بل اعتزلها ول ت ربها

ف هذا اامر ة . لمرأت الح بأهلك فتكون عندهم حت ي ض هللا قال كعبف فجا ا امرأة هيل ب أمي

ة يخف ضائعف لي له ادمف فهل تكره - صل هللا عليه وسلم - رسول هللا ، هيل ب أمي ف الا يا رسول هللا

ما زال يبك منذ كا م . « ل ولك ل ي ربك » أ أ دمه قال ما به حركةف ل ء ، وهللا ه وهللا قالا ن

. أمره ما كا ل يومه هذا ف امرأتك - صل هللا عليه وسلم - ف ال ل بعض أهل لو استأذنا رسول هللا

ل أستأذ فيها رسول هللا ة أ ت دمه ف لا وهللا وما - صل هللا عليه وسلم - كما أذ لمرأة هيل ب أمي

ذا استأذنته فيها وأنا رجلف اب فلبلا بعد ذلك ع ر ليالء - صل هللا عليه وسلم - يدرين ما ي ول رسول هللا

ا صليا صية - صل هللا عليه وسلم - حت كملا لنا مسو ليلة م حي نه رسول هللا ع كيمنا ، فلم

، قد ضاقا الفجر صبح مسي ليلة ، وأنا عل ظهر بياء م بيوتنا ، فبينا أنا جال ف عل الحال الت ذكر هللا

عل نفس ، وضاقا عل اارض بما رحبا ، سمعا صوا صارخء أوف عل جبل سلعء بأعل صوته يا

. كعب ب مالكء ، أب ر صل هللا عليه - قال ف ررا ساجدا ، وعرفا أ قد جا فر ف ، وآذ رسول هللا

علينا حي صل صية الفجر ، فذهب النا يب روننا ، وذهب قبل صاحب مب رو ، - وسلم بتوبة هللا

Page 51: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

50 | P a g e

ا وا أسرو م الفر ، فلم وركض ل رجلف فرسا ، وسع ساوء م أسلم فأوف عل الجبل وكا الص

ما أملك غيرهما يومئذء ، جا ن الذى سمعا صوته يب رن نزعا له لوب ، فكسوته ياهما بب راه ، وهللا

فيتل ان النا فوجا فوجا - صل هللا عليه وسلم - واستعرا لوبي فلبستهما ، وان ل ا ل رسول هللا

عليك وبة ، ي ولو لتهنك توبة هللا . يهنون بالت صل هللا - قال كعبف حت د لا المسجد ، فإذا رسول هللا

ما قام ل - عليه وسلم يهرول حت صافحن وهنان ، وهللا جال ف حوله النا ف ام ل لحة ب عبيد هللا

ا سلما عل رسول هللا صل هللا عليه وسلم - رجلف م المهاجري غيره ، ول أنساها ل لحة ، قال كعبف فلم

- رور - صل هللا عليه وسلم - قال رسول هللا أب ر ب ير يومء مر عليك منذ ولدتك » وهو يبرق وجهه م الس

ك قال . « أم أم م عند هللا » قال قلا أم عندك يا رسول هللا . « ل ، بل م عند هللا - وكا رسول هللا

ا جلسا بي يديه - صل هللا عليه وسلم ه ق عة قمرء ، وكنا نعر ذلك منه ، فلم ذا سر استنار وجهه حت كأن

و ل رسول هللا ، م توبت أ أن لع م مال صدقة ل هللا . قلا يا رسول هللا صل - قال رسول هللا

قلا فإن أمسك سهم الذى ب يبر ، ف لا يا . « أمسك عليك بعض مالك فهو يرف لك » - هللا عليه وسلم

ما أعلم أحدا ث ل صدقا ما ب يا ، فوهللا دق ، و م توبت أ ل أحد ان بالص ما نج ن ، هللا رسول هللا

ف صدق الحديث منذ ذكرا ذلك لرسول هللا ا أبين - صل هللا عليه وسلم - م المسلمي أبيه هللا أحس مم

دا منذ ذكرا ذلك لرسول هللا ل يوم هذا كذبا ، و ن ارجو أ - صل هللا عليه وسلم - ، ما تعم

عل رسوله فيما ب يا وأنزل هللا عل النب والمهاجري )- صل هللا عليه وسلم - يحفظن هللا (ل د تاب هللا

ادقي ) ل قوله عل م نعمةء ق بعد أ هدان لإلسيم أعظم ف نفس (وكونوا مع الص ما أنعم هللا فوهللا

قال - صل هللا عليه وسلم - م صدق لرسول هللا أ ل أكو كذبته ، فأهلك كما هلك الذي كذبوا ، فإ هللا

لكم ذا ان لبتم )للذي كذبوا حي أنزل الوح ر ما قال احدء ، ف ال تبارك وتعال ل قوله (سيحلفو با

ل يرض ع ال وم الفاس ي ) ها الليلة ع أمر أولئك الذي قبل منهم . (فإ هللا قال كعبف وكنا ت لفنا أي

- صل هللا عليه وسلم - رسول هللا صل هللا عليه - حي حلفوا له ، فبايعهم واستغفر لهم وأرجأ رسول هللا

- وسلم فيه ، فبذلك قال هللا ا لفنا (وعل الليلة الذي لفوا )أمرنا حت قض هللا مم ولي الذى ذكر هللا

حل له واعتذر ليه ، ف بل منه ما هو ت ليفه يانا و رجاؤه أمرنا عم 2947 ، 2757أ رافه . ع الغزو ن

،2948 ، 2949 ، 2950 ، 3088 ، 3556 ، 3889 ، 3951 ، 4673 ، 4676 ، 4677 ، 4678 ،

9/6 - 11131تحفة - 7225 ، 6690 ، 6255

Berkata al Hafidz Ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari Jilid 8 Halaman 156 : “Dalam hadits

tersebut, bolehnya meninggalkan salam atas orang yang berbuat dosa dan boleh

memboikotnya lebih dari 3 hari. Adapun larangan memboikot di atas 3 hari diberlakukan

untuk pemboikotan yang terjadi karena bukan alasan yang syar‟i (agama).”

Page 52: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

51 | P a g e

Dalam Shohih Bukhori Kitabul Adab (78) Bab (63) :

- صل هللا عليه وسلم - وقال كعبف حي ت ل ع النب ( 63 ). باب ما يجوز م الهجرا لم عص

وذكر مسي ليلة . المسلمي ع كيمنا - صل هللا عليه وسلم - ونه النب

“Apa-Apa Yang Diperbolehkan Dari Pemboikotan Orang Yang Berbuat Ma'siat Dan Berkata Ka‟ab

bin Malik Saat Tidak Ikut Perang Tabuk Bersama Nabi shallallahu „alaihi wasallam Dan Nabi

shallallahu „alaihi wasallam Melarang Kaum Muslimin Berbicara Dengan Kami Dan Dia

Menyebutkannya Selama 50 Malam.”

Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari 10/610 : “Ini penjelasan boikot yang diperbolehkan

karena keumuman larangan dikhususkan bagi orang yang tidak memiliki sebab syar'i terhadap

boikotnya. Maka jelaslah bahwa boikot yang diperbolehkan adalah karena maksiat, maka

diperbolehkan bagi yang mengetahuinya untuk memboikotnya.”

Berkata Ibnu Muflih dalam Al Adab Asy Syar'iyyah 1/247 : “Disunnahkan memboikot pelaku

maksiat yang melakukan dengan terang-terangan, baik dengan perbuatan, ucapan dan

keyakinan.” Lalu beliau menyebut pasal tentang : Memboikot Orang-Orang Kafir, Fasiq dan Ahli

Bid'ah Yang Menyeru Kebid'ahannya, Yang Menyesatkan dan Lainnya 1/255.

Dalilnya firman ALLAH ta‟ala :

م أوليا لم ل تنصرو كم النار وما لكم م دو هللا [١١:١١٣] ول تركنوا ل الذي ظلموا فتمس

Artinya : Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zholim yang menyebabkan

kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain

daripada ALLAH, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. (QS. Huud : 113)

Berkata Al-Qurtuby dalam Al Jami' 9/108 : “Ayat ini menunjukkan diboikotnya orang-orang kafir,

pelaku maksiat dan ahli bid'ah dan selain mereka, karena sesungguhnya bergaul dengan mereka

adakalanya merupakan kekufuran atau kemaksiatan, sebab pergaulan tidak terjalin melainkan

kecintaan.”

Dan firman ALLAH ta'ala :

ي ا و ذا رأيا الذي ي وضو ف آياتنا فأعرض عنهم حت ي وضوا ف حديثء غيره ا ينسينك ال و م

المي كرى مع ال وم الظ [٦:٦٨] في ت عد بعد الذ

Artinya : Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka

tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithon

menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang

Page 53: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

52 | P a g e

yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS. Al An'am : 68)

Berkata At-Thobari dalam tafsirnya 5/255 : “Ayat ini dalil yang jelas tentang larangan duduk-duduk

bersama dengan ahlul bathil dari berbagai jenis, ahlul bid 'ah, orang fasiq, tatkala mereka

tenggelam dalam kebatilan. Adapun taubat itu wajib pada setiap dosa. Jika dosa-dosa itu terkait

dengan hubungan antara seorang hamba dengan Allah ta'ala, tidak ada berkaitan dengan

manusia maka dengan tiga syarat :

1) Melepaskan diri dari maksiat tersebut,

2) Menyesal atas perbuatan tersebut,

3) Bertekad tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya,

Jika hilang salah satu dari pada tiga syarat ini, maka tidak sah taubatnya. Adapun jika dosa-dosa

yang berkaitan dengan hak manusia maka tiga syarat di atas ditambah syarat yang keempat :

4) Melepaskan diri daripada hak manusia. Jika berkaitan hak harta maka dikembalikan

kepadanya. Jika berkaitan kehormatan maka minta maaf/ penghalalannya.”

5. Mentahdzir Karena Masalah Agama Bukan Karena Khusumah (Pertengkaran) Pribadi

Dzul Akmal berkata : “Tulisan mereka di internet celaan Dzul Akmal kadzab….. Kadzab

Subhanallah kapan saya punya khusumah pribadi dengan “Thagut Bengkulu”. Tidak ada jama'ah

rohimakumulloh.”

Jawaban saya : “Kadzab” artinya pendusta, “Khusumah” artinya pertengkaran. Adapun masalah

kedustaan, sudah saya paparkan di atas, bukti-bukti Dzul Akmal pembohong besar/ pendusta

besar. Kemudian sudah saya paparkan juga di atas antara boikot terlarang, yaitu dalam masalah-

masalah mubah duniawi yang tidak berkaitan dengan agama dan boikot syar'i dalam masalah

pelaku maksiat, bid'ah, kesyirikan dan kekufuran sampai pelakunya taubat. “Jujurlah wahai Dzul

Akmal, Apakah Abu Turob dan selainnya mentahdzir kamu karena pertengkaran pribadi

yang mubah, tidak berkaitan dengan agama? Ataukah mentahdzir kamu murni karena

permasalahan agama? Sekarang saya kembalikan kepada kamu, kamu banyak mentahdzir

manusia baik da'i dan bukan da'i, apakah ada pertengkaran pribadi mubah keduniawian

dengan kamu ataukah berkaitan masalah hukum agama?? Ataukah sudah menjadi

kebiasaan kamu bertengkar dan berselisih dengan manusia? Sehingga kamu sudah

menduga ditahdzir (diperingatkan) karena ada perselisahan pribadi?? Atau beginikah

caramu dalam menjatuhkan lawanmu bukan dengan hujjah Al Quran dan Sunnah? Ya

Dzul…. jangan sampai ummat salah asuhan memahami hukum agama karena bualanmu

yang penuh dengan hawa nafsu. Kalau begitu, sekarang siapakah sesungguhnya yang

dungu, bongak dan mengedepankan emosi?? Makanya ya Dzul sebelum berbicara

Page 54: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

53 | P a g e

bercerminlah dulu, karena yang kamu bualkan cerminan dirimu sendiri.”

6. Dzul Akmal hadahullah Memperolok Sho‟ Nabawiyah

Dzul Akmal berkata: “Ini pulang umroh yang dibawa Sho‟ Nabawi….. Tau gak kalian gantang

beras itu….. Pulang dari umrah itu ketemu syaikh ini, syaikh ini…..”

Komentar saya:

“Wahai Dzul kamu mengejek Abu Turob yang pergi umrah namun tidak bertemu dengan seorang

syaikhpun juga, dan oleh-olehnya hanya Sho‟ Nabawi. Ini menunjukkan kesombongan kamu lagi

membanggakan diri bertemu ulama. Apakah menurut kamu merupakan sebuah pelanggaran

syar'i apabila ada seseorang yang ingin mengetahui Sho‟ Nabawi secara langsung? Justru

dengan memiliki Sho‟ Nabawi tersebut, seorang muslim bisa memperaktekkan secara langsung

takaran/ukuran yang lebih mendekati sunnah dalam pembayaran fidyah maupun zakat fitr. Dalam

hal ini kamu juga memfitnah Abu Turob menghubungkan Sho‟ Nabawiyah dengan penolakan

fatwa Syaikh Utsaimin tentang takaran berapa kilogram per Sho‟. Ulama saja berbeda pendapat

tentang takaran satu Sho‟ itu berapa Kilogram.”

7. Dzul Akmal hadahullah Meramal Atau Buruk Prasangka?

Dzul Akmal berkata: “Nanti kasih ni….. Ini kasetnya Ustadz….. Kaset suara Syaikh

Muhammad….. Nanti dia bilang, “Tanya lagi tu! Ini bukan suara Syaikh Muhammad.” Ditanya lagi,

“Mana suaranya!” Nanti dibilang lagi, “Ini bukan suara Syaikh Muhammad.” (Dzul Akmal tertawa).

Dia tahu gak Syaikh Muhammad? Pernah gak ente ketemu Syaikh Muhammad? Muhammad

Ja'far kapan ketemu Syaikh Muhammad? Keluar pun baru dia. Iya nggak? Dia ke Dammaj tu…

rahimakumullah, dari Dammaj juga pulang ke Indonesia, Haji pun belum pernah dia.

Orang seperti ini ada iblis di belakangnya, yang kasih kepada dia bahan-bahan yang aneh,

supaya apa? Menolak kebenaran….. Ujungnya menolak….. Apapun kebenaran yang datang dari

Syaikh Rabi', Syaikh Muhammad bin Hadi ditolaknya….. tidak akan diterima Ya syabab……”

Komentar Saya: “Wahai Dzul Akmal….. saya berlindung kepada Allah ta'ala dari godaan,

gangguan iblis dan syaithon terkutuk. Saya dan orang-orang yang bersama saya berlindung

kepada Allah ta'ala dari makar dan hasadmu serta pembeo-pembeomu….”

“Wahai Dzul Akmal dari mana kamu tahu di belakang saya ada iblis? Apakah kamu sekarang bisa

meramal? Atau kamu bisa mengetahui sesuatu yang ghaib? Atau apa??? Wahai Dzul Akmal dari

mana kamu tahu seperti itu, sehingga kamu membuat dialog yang menggambarkan seakan-akan

dialog akan terjadi antara saya dan pemberi kaset, sehingga saya tidak percaya itulah suara

Syaikh Muhammad. Wahai Dzul Akmal….. Saya percaya yang kamu bacakan itu adalah Fatwa

Syaikh Muhammad. Bukankah sebagiannya sudah kamu sampaikan sepulang dari umroh bulan

Sya'ban kemarin?”

Page 55: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

54 | P a g e

Adapun ejekan kamu kepada saya mengenai permasalah haji, sudah saya jelaskan pada

pembahasan sebelumnya.

8. Dzul Akmal hadahullah Sombong Lagi Membanggakan Diri

Dzul Akmal berkata terhadap Abu Turob : “Menemui Syaikh Rabi‟ seperti mau menemui

bapaknya atau kakaknya…. Rumah Syaikh Rabi‟ gak tahu dia…. Telepon Syaikh Rabi‟ gak tahu

dia…. Siapa murid terdekat Syaikh Rabi‟ yang bisa dihubungi gak tahu dia…..”

Komentar saya : Wahai Dzul Akmal tampak sekali kamu sombong membanggakan diri. Apakah

pantas bagi seseorang yang mengaku dekat dengan Syaikh Rabi‟ seperti kamu lantas dengan

dengan bangga menghina dan mengejek orang yang belum berkesempatan untuk bertemu beliau

hafizhohulloh? Wahai Dzul Akmal sadarlah bahwa itu semua semata-mata keutamaan dan izin

dari Allah ta'ala bukan karena kepintaran dan kehebatan seseorang. Allah ta'ala berfirman tentang

orang yang sombong dan membanggakan diri :

ل يحب م كا م تال ف ورا... [٤:٣٦] هللا

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan

diri. (QS. An-Nisa : 36)

ك للنا ول تمش ف اارض مرحا ر د ل يحب كل م تالء ف ورء ول تصع [٣١:١٨] هللا

Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan

janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman : 18)

ل يحب كل م تالء ف ورء [٥٧:٢٣] وهللا

Artinya: Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-

Hadid : 23)

9. Dzul Akmal hadahulloh Mentazkiyah (Merekomendasi) Dirinya Sendiri.

Dzul Akmal berkata : “Sampai hari ini belum ada Syaikh yang mengatakan saya hizbi.”

Dzul Akmal juga menyebutkan ucapan Syaikh Usamah Athoya, “Laa Yadhurruka” (tidak

membahayakan engkau). Tatkala beliau membaca tulisan yang disebutkan Abul Mundzir,

jam'iyyin, mutassawil (orang yayasan dan peminta-minta).

Dzul Akmal juga menyebutkan ucapan Syaikh Kholid Arroddadi tatkala ada orang Indonesia yang

menceritakan keburukan Dzul Akmal kepada beliau dan beliau tidak percaya.

Komentar saya :

Saya sudah bertemu denganmu semenjak tahun 1995. Kamu membanggakan diri sebagai ustad

Page 56: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

55 | P a g e

salafi karena banyaknya surat tazkiyah (rekomendasi) dari masyaikh Saudi sementara ustad-

ustad lain satu pun tidak punya padahal sebenarnya itu surat syafa ‟at untuk mohon bantuan dana

kepada donatur.

“Wahai Dzul Akmal apakah semua yang kamu banggakan itu bisa menjadi surat sakti dan

penjamin bahwasanya kamu tidaklah termasuk orang yang menyimpang atau mengikuti hawa

nafsu?”

Berkata Syaikh Sholeh Fauzan dalam bukunya Syarh Syarhus Sunnah, halaman 12 :

Seorang manusia hendaknya memohon kekokohan kepada Allah walaupun dia sudah

mengetahui perkara hak dan mengamalkannya, dan meyakininya, maka tidak ada jaminan bagi

dia untuk menyimpang dan terfitnah. Akan datang fitnah-fitnah dan menyelimutinya, dan dia sesat

dari jalan Allah ta'ala oleh karena inilah Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda :

يا م لب ال لوب لبا قلب عل دينك

Artinya : Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agama engkau.

(Shohih, Dikeluarkan Tirmidzi No. 2140, Ibnu Majah No. 3834, dan Ahmad 3/112, 257)

Dan berkata Al Kholil Nabi Ibrohim „alaihi sholatu wasallam di dalam do‟anya :

عبد ااصنام ذا البلد آمنا واجنبن وبن أ ن [١٤:٣٥] و ذ قال براهيم رب اجعل ه Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata : “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),

negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-

berhala. (QS. Ibrohim : 35)

النا ه من رب نه أضلل كليرا م حيمف فم تبعن فإن [١٤:٣٦] وم عصان فإنك غفورف ر

Artinya : Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan

daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk

golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ibrohim : 36) Beliau takut terhadap diri sendiri (terkena fitnah), demikianlah semakin kuat iman seseorang

kepada Allah, maka sesungguhnya dia semakin takut, dan tidak ada jaminan aman dari fitnah-

fitnah, dan janganlah dia mentazkiyah (merekomendasi) dirinya sendiri, tetapi memohon

kekokohan kepada Allah, penutupan yang baik, terus-menerus dan selama-lamanya dan takut

dari su'ul khotimah (penutupan yang buruk) dan takut dari fitnah-fitnah, takut dari penyimpangan

dan kesesatan, dan dari da'i yang jelek.

Dan pada halaman 30 Syaikh berkata : “Barang siapa yang mengikuti hawanya sesungguhnya

Page 57: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

56 | P a g e

dia keluar dari agama dan walaupun pada masa yang masih jauh, tahapan pertama peremehan

terhadap penyelisihan syar'i dan hawa, kemudian membesar mengikuti hawa sampai keluar dari

agama maka hawanya menjadi agamanya sebagaimana firman Allah ta'ala :

عل علمء و تم عل سمعه وقلبه وجعل عل بصره غ اوة فم يهديه هه هواه وأضله هللا ذ ل أفرأيا م ات

[٤٥:٢٣] أفي تذكرو م بعد هللاArtinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai

tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati

pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang

akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak

mengambil pelajaran? (QS. Al Jaatsiyah : 23)

Maka hawa merupakan sesembahan yang lain, dan syirik tidaklah terbatas pada

penyembahan patung atau berhala saja, akan tetapi di sana ada sesembahan lain yaitu

hawa. Seorang manusia bisa jadi dia tidak menyembah patung, pohon-pohon, batu-batu,

dia tidak menyembah kuburan, akan tetapi mengikuti hawanya maka seperti ini budak bagi

hawanya maka hendaklah bagi seorang manusia untuk berhati-hati dan janganlah dia

mengikuti kecuali apa-apa yang sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah.

Tidak ada hujjah bagi orang yang menyelisihi dan mengikuti hawanya, sesungguhnya dia sesat

setelah penjelasan (setelah ilmu),

عل علمء هه هواه وأضله هللا ذ ل أفرأيا م ات

Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai

tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya. (QS. Al Jaatsiyah : 23)

Dia bukan orang bodoh, bahkan dia mengetahui Al Kitab dan Sunnah, mengetahui ucapan Ahlu

Ilmi, akan tetapi itu semua tidak mencocoki hawanya, maka dia meninggalkannya dan mengambil

apa-apa yang cocok dengan hawanya saja, maka inilah kesesatan. Dan perlindungan hanyalah

kepada Allah. Maka mengikuti hawa adalah berbahaya sekali, hendaklah seorang manusia

berhati-hati mengikuti hawa. Allah jalla wa'ala berfirman kepada nabi-Nya Daud „alaihis sholatu

wasallam :

يا داوود نا جعلناك ليفة ف اارض فاحكم بي النا بالحق ول تتبع الهوى فيضلك ع سبيل هللا

لهم عذابف ديدف بما نسوا يوم الحساب [٣٨:٢٦] الذي يضلو ع سبيل هللا

Artinya : Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,

maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang

Page 58: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

57 | P a g e

sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari

perhitungan. (QS. Shood : 26)

Ibnul Jauzi memiliki kitab berjilid besar yakni Zammul Hawa (Celaan Hawa), menyebutkan di

dalamnya dalil-dalil dan ucapan ahlul ilmi dan hikmah-hikmah yang memperingatkan dari

mengikuti hawa. Maka wajib bagi manusia untuk berhati-hati dari hawa, sesungguhnya seseorang

bisa selamat dari penyembahan patung, batu-batu, pohon-pohonan dan kuburan, dia mengetahui

tauhid dan sunnah, akan tetapi tidak selamat dari mengikuti hawanya dan inilah musibah besar.

Maka hendaklah seorang muslim berhati-hati dari mengikuti hawanya dan hendaklah hawanya

mengikuti apa-apa yang dibawa Rasul shollallahu alaihi wasallam sebagaimana dalam hadist

beliau bersabda :

Artinya : Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga hawanya mengikuti apa-apa

yang kubawa. (Arba‟in An Nawawi Hadits No. 41)

10. Dzul Akmal pencela ulama teriak mencela ulama.

Dzul Akmal berkata : “Fitnah..fitnah jangan kita orang awam begini….. kalau datang fitnah…..

ulama dibikin sinting olehnya….. seluruh ulama bingung dibuatnya…..”

Komentar saya:

Disini Dzul Akmal telah mencela seluruh ulama dengan mensifati mereka sebagai “sinting”. Wahai

Dzul apakah ulama menjadi sinting karena fitnah ini?

11. Dzul Akmal Hubbu Zuhur (Cinta Popularitas) Teriak Hubbu Zuhur.

Dzul Akmal berkata: Imam Tsaqolain itu dipuji….. dia senyum senyum saja….. dia hubbu

zuhur….. ingin melebihi Syaikh Robi‟. Syaikh Yahya muncul setelah Syaikh Muqbil meninggal.

Ittaqillah orang yang hubbu zuhur….. punggungmu akan di hancurkan oleh ALLAH azza wajalla.

Komentar saya:

Kamu mencela Syaikh Yahya hubbu zuhur artinya cinta popularitas atau cinta tampil. Dari

manakah kamu mengetahui bahwasanya Syaikh Yahya itu hubbu zuhur? Berhubungan dengan

permasalahan “Imam Tsaqolain” sudah pernah saya bahas pada tulisan saya sebelumnya “Makar

Dzul Akmal dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi” (bahwa orang yang memuji Syaikh Yahya

dengan pujian seperti itu telah menyatakan rujuk setelah dinasehati). Bahkan kamulah

sesungguhnya yang hubbu zuhur itu. Ini berkaitan dengan akhlak salaf sementara kamu tampak

meremehkan masalah ahklak dan tidak memasukannya ke dalam manhaj ahlussunnah wal

jamaah. Dalam Kitab Aina Nahnu Min Akhlak As-Salaf karya Abdul Aziz bin Naashir dan

Baha'uddin bin Fatih Aqil halaman 23 Bab : As-Salaf dan Kebencian Mereka Terhadap

Popularitas, disebutkan :

Page 59: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

58 | P a g e

Dari Habib bin Ali Tsabit berkata: Ibnu Mas‟ud pernah keluar suatu hari, lalu manusia

mengikutinya (dari belakang), maka Ibnu Mas'ud berkata kepada mereka, “Apakah kalian

mempunyai kebutuhan?” mereka menjawab, “Tidak ada, akan tetapi kami hanya ingin berjalan

bersama engakau.” Ibnu Mas‟ud berkata, “Pulanglah, sesungguhnya hal demikian merupakan

kerendahan bagi yang diikuti dan fitnah bagi yang mengikuti.”

Dari Bisthom bin Muslim berkata, “Bahwasanya Muhammad bin Sirin apabila ada seorang laki-laki

berjalan bersamanya, dia berhenti dan bertanya : Apakah engkau ada kebutuhan?”

Wahai Dzul Akmal bukankah kamu hubbu zuhur (cinta popularitas)? Bukankah jika safar

untuk ta'lim, kamu maunya pakai mobil pribadi bahkan sekarang meningkat, maunya naik mobil

mewah, mengajak ikhwan-ikhwan ikut? Sehingga menambah pembiayaan anggaran makan

bersama oleh panitia pengundang. Sudah populer di Riau kalau kamu datang maunya dijamu

dengan masakan Padang dan lauk enak beraneka ragam dan juga buah-buahan bahkan sampai-

sampai ummahat (ibu-ibu) Jawa di Perawang Riau harus latihan masak masakan Padang agar

dapat bergilir menjadi juru masak ketika jadwal ta'lim kamu.

12. Dzul Akmal hadahullah Menggelari Utsman Thowil Pariaman “Anjing”

Ini pernyataan Utsman kepada saya via telepon, Utsman Pariaman dulunya adalah orang dekat

Dzul Akmal. Dia diajak pindah ke Pekanbaru untuk menjadi pendamping dan juru masak di

ma‟had Dzul Akmal. Kemudian Utsman belajar ke Bengkulu, tiba-tiba ditahzir oleh Dzul Akmal

sebagai “Dajjal”. Kemudian ditambahkan lagi dengan kata-kata “Anjing” ketika Utsman kerja di

sebuah rumah makan di Pekanbaru sejak bulan Syawal. Pada waktu itu Dzul Akmal sempat

mengirim sms kepada majikan tempat Utsman kerja, yang isi smsnya “Assalamu‟alaikum

Warohmatullah, Abu Intan ba‟a ceto anjiang tu? Ndak biso nyo antum kaluakan, tolong

anak antum yang di tahfizh ndak usah di antakan belajar juo dulu ka tahfizh bisa?”(Artinya :

Abu Intan bagaimana cerita anjing itu? nggak bisa ya kamu mengeluarkannya, tolong anak kamu

yang di tahfizh tidak lagi diantarkan belajar ke tahfizh bisa?).

---sms Dzul Akmal ke Abu Intan tanggal 13 September 2011---

Komentar saya :

Telah bercerita Utsman Thowil Pariaman kepada saya via telpon dan juga saat bertemu saya di

Bengkulu : "Tahun 2002 Dzul Akmal memberikan hadiah beberapa kitab dari Saudi kepada

Ustadz Bukhori di Padang (sekarang beliau di Prabumulih Sumatera Selatan). Kemudian pada

tahun 2003, kitab-kitab tersebut diambil lagi oleh Dzul Akmal tersebut tanpa sepengetahuan

Ustadz Bukhori. Saat ditanyakan kepada Dzul Akmal tentang perkara tersebut, dia menjawab

"Boleh menurut Imam Asy Syaukani.""

Berkaitan dengan perbuatan yang semisal itu ada larangan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi

Page 60: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

59 | P a g e

wasallam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

الذي يعود ف هبته )): ، قال - صل هللا عليه وسلم - أ رسول هللا : وع اب عبا رض هللا عنهما

. متفق عليه ( . (كالكلب يرجع ف قيئه

: وف روايةء .((ملل الذي يرجع ف صدقته ، كملل الكلب ي ، لم يعود ف قيئه فيأكله )): وف رواية

.((العائد ف هبته كالعائد ف قيئه ))

Artinya : Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhuma sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

bersabda : Orang yang kembali pada hibahnya seperti anjing yang kembali pada muntahnya .

(Muttafaqun 'alaihi)

Dalam riwayat lain : Perumpamaan orang yang kembali pada shodaqohnya seperti anjing

muntah kemudian kembali pada muntahnya lalu dia memakannya. Dalam riwayat lain: Orang

yang kembali pada hibahnya seperti kembali pada muntahnya.

حملا عل فر ء ف سبيل هللا فأضاعه الذي كا عنده ، : قال - رض هللا عنه - وع عمر ب ال اب

ه يبيعه بر ء ، فسألا النب فأردا ل ت تره ول )): ، ف ال - صل هللا عليه وسلم - أ أ تريه ، وظننا أن

.متفق عليه ( . (صدقتك و أع اكه بدرهمء ؛ فإ العائد ف صدقته كالعائد ف قيئه تعد ف

Dari 'Umar bin Khattab rodhiyallohu 'anhu berkata : Aku menshodaqohkan seekor kuda

fisabilillah, lalu penerimanya menyia-nyiakan kuda di sisinya, maka aku ingin untuk membelinya

dan aku menyangka sesungguhnya dia menjual kuda tersebut dengan harga murah, lalu aku

bertanya kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasalam beliau bersabda : "Jangan engkau membelinya

dan jangan engkau kembali kepada shodaqoh engkau walaupun dia memberikan engkau dengan

dirham. Sesungguhnya orang yang kembali kepada shodaqohnya seperti orang yang kembali

kepada muntahnya." (Muttafaqun alaihi)

Penyebutan Anjing dalam Al-Quran

Al-Quran membuat perumpamaan seorang „alim yang menyimpang sebagai anjing. Kecintaannya

kepada dunia, mengikuti hawa nafsu dan perasaan tidak pernah puas akan menggelincirkannya.

Allah ta‟ala befirman :

بع هواه ه أ لد ل اارض وات كن فملله كملل الكلب تحمل عليه يلهث أو تتركه ولو ئنا لرفعناه بها ول

بوا ب ياتنا يلهث لك ملل ال وم الذي كذ [٧:١٧٦] فاقص ال ص لعلهم يتفكرو ذ

بوا ب ياتنا وأنفسهم كانوا يظلمو [٧:١٧٧]سا ملي ال وم الذي كذ

Artinya : Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-

ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka

perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu

membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demkian inilah perumpamaan orang-orang

Page 61: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

60 | P a g e

yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar

mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami

dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat dzalim. (QS. Al A‟raf : 176-177)

Terkait dengan sebab turunnya ayat ini, dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan : "Ulama berbeda

pendapat siapa orang alim tersebut :

1. Menurut Ibnu Mas‟ud, dia adalah seorang dari Bani Israil bernama Bal‟am bin Ba‟auro.

2. Menurut Ibnu 'Abbas, dia adalah Shifi bin ar Rohib, Berkata Qotadah dan berkata Ka‟ab : "Dia

seorang dari penduduk Balqo‟ yang mengajarkan isim akbar dan menetap di Baitul Maqdis

bersama penguasa.

3. Menurut Abdullah bin „Amr, dia adalah Umayyah bin Abi ash Sholt

Mayoritas berpendapat bahwa dia adalah Bal‟am, ulama Bani Israil yang hidup di masa Nabi

Musa 'alaihis sallam. Menurut Ibnu Abbas, Bal‟am ini ahli ibadah dan diberikan Alloh ta‟ala 3 (tiga)

do‟a mustajab.

Menurut Syaikh As Sa‟di dalam tafsirnya, dalam ayat-ayat ini terdapat beberapa pelajaran :

1. Motivasi beramal dengan ilmu, sesungguhnya dengan sikap demikian mendapat derajat tinggi

di sisi Allah ta‟ala dan perlindungan dari godaan syaithan,

2. Ancaman beramal tanpa ilmu yang menyebabkan tergelincir ke derajat paling rendah dan

dikuasai syaithan,

3. Bahwasanya mengikuti hawa nafsu menyeret pelakunya kepada syahwat sehingga menjadi

sebab kehinaan.

BAB 5 : GHURUR (TERTIPU, TERBUAI, TERLENA) BENCANA BAGI ORANG BERILMU

Banyak sekali ucapan-ucapanmu pada dauroh oleh-oleh umrohmu bulan Sya'ban 1432 H kemarin dan

dauroh Jambi Syawal 1432 H kamu membanggakan diri, mengaku dekat dengan Masyaikh,

melecehkan Abu Turob yang tidak bertemu dengan Masyaikh di Saudi. Tidak ketinggalan juga kamu

menyebutkan keutamaan-keutamaan umroh ke umroh selanjutnya yang menghapus dosa-dosa.

Komentar saya :

“Wahai Dzul Akmal semoga kita semua dilindungi oleh Allah ta'ala daripada penyakit jiwa, seperti

ghurur (tertipu/ terbuai), 'ujub, sombong dan lagi membanggakan diri.”

Berkata Ibnu Qoyyim di buku Ad Da'u Wad Dawa' (Penyakit dan Obatnya) halaman 20 :

Dan seperti ghurur (tertipu/ terbuai)-nya sebagian mereka (orang-orang bodoh) tentang keutamaan

shaum (puasa) 'Asyuro dan Arofah sehingga sebagian mereka berkata : shaum hari 'Asyuro

menghapus dosa-dosa setiap tahunnya dan shaum Arofah sebagai tambahan pahala. Dan orang

ghurur (tertipu/ terbuai) tidak mengetahui, bahwa shaum Romadhon dan sholat lima waktu lebih

Page 62: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

61 | P a g e

agung, lebih mulia daripada shaum hari 'Asyuro dan Arofah, yaitu menghapus dosa-dosa

diantara kedua hari tersebut apabila menjauhi dosa-dosa besar. Maka Romadhon ke

Romadhon selanjutnya dan Jum'at ke Jum'at selanjutnya tidaklah bisa untuk penghapusan

dosa-dosa kecil kecuali masuk di dalamnya menjauhi dosa-dosa besar, maka jadilah berkumpul

dua perkara tersebut untuk penghapusan dosa-dosa tersebut. Maka bagaimana shaum tathowwu'

bisa menghapus setiap dosa besar yang dikerjakan seorang hamba sementara dia terus-menerus

melakukan dosa tidak taubat darinya. Ini mustahil, sesungguhnya tidaklah tertolak bahwasanya

shaum Arofah dan Asyuro menghapus seluruh dosa-dosa setahun atas keumumannya dan termasuk

dari nash-nash janji yang mempunyai syarat-syarat, penghalang-penghalang, sehingga terus-menerus

dia di atas dosa-dosa besar menjadi penghalang daripada penghapusan dosa-dosa.

Apabila seseorang tidak terus-menerus melakukan dosa besar, maka pahala shaumnya dan

sikap tidak terus-menerus dalam dosa besar tersebut, kedua amalan tersebut membantu untuk

mendapatkan keumuman penghapusan dosa-dosa, sebagaimana shoum Romadhon dan sholat

lima waktu, apabila diiringi dengan menjauhi dosa-dosa besar kedua amalan tersebut akan

mendukung penghapusan dosa-dosa kecil.

Sesungguhnya Allah ta'ala telah berfirman :

د ي كريما ئاتكم وند لكم م [٤:٣١] تجتنبوا كبائر ما تنهو عنه نكفر عنكم سي

Artinya : Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu

mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami

masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. An Nisa' : 31)

Berkata Asy Syaikh Sa'di dalam tafsirnya : “Dan ini merupakan keutamaan ALLAH dan ihsan-Nya atas

hamba-Nya mukminin, telah menjanjikan untuk mereka, apabila mereka menjauhi dosa-dosa besar

yang dilarang maka diampuni bagi mereka seluruh dosa-dosa dan kejelekan. Dan memasukkan

mereka ke tempat yang mulia, banyak kebaikan yaitu surga.” Selesai.

Menurut Ibnu Taimiyyah definisi dosa besar adalah setiap perbuatan yang ada hudud di dunia, atau

ancaman diakhirat, penolakan iman, dapat laknat dan kemurkaan.

Pada buku yang sama ibnul Qoyyim berkata di halaman 21-22 : Dan telah berkata Abu Umamah bin

Sahal bin Hanif : Aku dan Urwah bin Zubair masuk kepada 'Aisyah rodhiyallohu „anha maka dia

berkata : “Seandainya kalian berdua melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada sakit beliau

sementara di sisiku ada enam atau tujuh dinar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

memerintahkanku untuk membagikannya.” Berkata 'Aisyah : “Sakitnya Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam menyibukkanku sehingga Allah menyembuhkan beliau, kemudian beliau bertanya kepadaku

tentangnya (dinar).” Beliau bertanya : “Apa yang telah engkau perbuat? Apakah engkau telah

membagikan enam dinar?” Aku jawab, “Tidak, demi Allah sungguh sakit engkau telah

Page 63: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

62 | P a g e

menyibukkanku.” Berkata 'Aisyah : “Beliau memintanya (dinar) lalu meletakkan di telapak tangannya,

seraya bersabda “Apa dugaan Nabi Allah jika dia bertemu dengan Allah sementara uang ini masih di

sisinya?” Dan di riwayat lain “Apa dugaan Muhammad dengan Rabb-Nya seandainya menemui Allah

dan harta ini masih di sisinya.” -Shohih, (HR.Ahmad 6 /104)-

Maka demi Allah, apa dugaan pelaku dosa-dosa besar dan kezholiman terhadap Allah, jika mereka

menemui Allah sementara kezholiman-kezholiman terhadap manusia masih ada di sisinya? Maka jika

ucapan mereka berbaik sangka dengan Allah itu bermanfaat, Allah tidak mengazab orang zholim dan

orang fasik, maka silahkan seorang hamba berbuat apa yang dia kehendaki dan hendaklah dia

melakukan dosa setiap apa yang dilarang Allah ta'ala terhadapnya, dan silahkan berbaik prasangka

terhadap Allah, bahwa api neraka tidak akan menyentuhnya sama sekali. Maka Subhanallah betapa

sifat ghurur (tertipu/terbuai) telah mencapai puncaknya pada seorang hamba. (Ad Da'u wad Dawa'

hal.21-22).

Kesimpulannya: Nabi shallallahu „alaihi wasallam saja sangat takut meninggal sementara

belum menyampaikan hak manusia, beliau benar-benar takut menzholimi manusia. Kita

berlindung kepada Allah ta'ala daripada sifat ghurur (tertipu/ terbuai), dzholim sehingga terus-

menerus melakukan dosa dan menzholimi manusia dengan kedok, “Itukan masalah pribadi,

tidak apa-apa, dan sepele. Tidak ada manusia yang terlepas dari masalah pribadi, bukan

masalah manhaj, yang penting manhaj bersih.”

Penyakit ghurur ini adalah sebuah kebodohan yang membuat seseorang menilai yang buruk, jelek

menjadi sesuatu yang baik dan kesalahan menjadi suatu kebenaran. Sehingga menipu dan membuai

pelakunya.

Berkata Ibnu Qudamah dalam bukunya “Mukhtashoru Minhaajul Qosyidin” Kitab Ghurur

Pembagian dan Derajat- Derajatnya :

Pasal penjelasan golongan-golongan yang ghurur : Penyakit ghurur kebanyakan terjadi pada empat

golongan manusia : yaitu ulama, ahli ibadah, golongan sufi dan hartawan.

Golongan pertama : Ulama (Orang-orang yang berilmu), yang ghurur diantara mereka beberapa

kelompok :

Diantara mereka, ada yang menekuni ilmu-ilmu syar'i, akan tetapi mereka melalaikan pengawasan

dan penjagaan anggota badan mereka dari maksiat-maksiat, lalai membiasakan diri dalam keta'atan.

Mereka ghurur (tertipu, terbuai dan terlena) dengan ilmu mereka dan menyangka mereka sudah

mempunyai kedudukan di sisi ALLAH. Seandainnya mereka (orang-orang berilmu) melihat dengan

basyiroh (ilmu) mereka, tentulah mereka mengetahui bahwa ILMU TIDAKLAH DIMAKSUDKAN

DENGANNYA KECUALI AMAL , KALAULAH BUKAN DIIRINGI AMAL TENTULAH ILMU

TERSEBUT TIDAK BERHARGA/ BERNILAI).

Page 64: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

63 | P a g e

ALLAH ta‟ala telah berfirman :

اها [٩١:٩] قد أفلح م زك

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan dirinya (QS. Asy- Syams : 9)

ALLAH tidaklah berfirman : “Telah beruntung orang-orang yang mempelajari bagaimana cara

mensucikan dirinya.”

Orang yang terkena penyakit ghurur ini, bila syaithan membisikkan kepadanya keutamaan-keutamaan

orang-orang berilmu, maka hendaknya dia mengingat ayat-ayat yang menerangkan tentang orang-

orang berilmu fajir (berilmu tapi senantiasa berbuat dosa), seperti firman ALLAH ta'ala :

بع هواه ه أ لد ل اارض وات كن فملله كملل الكلب تحمل عليه يلهث أو تتركه يلهث ولو ئنا لرفعناه بها ول

بوا ب ياتنا لك ملل ال وم الذي كذ [٧:١٧٦] فاقص ال ص لعلهم يتفكرو ذ

Artinya : Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya)dengan ayat- ayat

itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka

perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu

membiarkannya dia menggulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang

mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka

berfikir. (QS. Al A'rof : 176)

Dan firman ALLAH ta'ala :

وراة لم لم يحملوها كملل الحمار يحمل أسفارا لوا الت ملل الذي حم بوا ب ياا هللا ل بئ ملل ال وم الذي كذ وهللا

المي [٦٢:٥] يهدي ال وم الظ

Artinya : Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya taurat, kemudian mereka tiada

memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya

perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat ALLAH itu. Dan ALLAH tiada memberi petunjuk

kepada kaum yang zhalim. (QS. Al Jumu'ah : 5)

Dan kelompok lain dari mereka : sekelompok yang menekuni ilmu dan amal zhohir (lahiriyah ), tapi

tidak mengawasi qolbu (hati) mereka, agar membersihkan diri mereka dari sifat-sifat yang tercela

seperti sombong, iri hati/ dengki, riya' (dalam amal), suka tampil dan tinggi (dari orang lain), mencari

popularitas. Mereka telah menghiasi penampilan mereka, akan tetapi melalaikan perbaikan bathin

mereka, dan lupa sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :

هللا ل ينظر ل صوركم وأموالكم ولك ينظر ل قلوبكم وأعمالكم

Artinya : “Sesungguhnya ALLAH tidak melihat kepada penampilan-penampilan kalian dan harta

benda kalian, akan tetapi ALLAH melihat kepada qolbu (hati) dan amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564

Page 65: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

64 | P a g e

dan Ibnu Majah no. 4143 dan Ahmad no. 7768)

Mereka memeperhatikan amal zhohir (lahiriyah) dan tidak memperhatikan urusan qolbu (hati),

padahal hati adalah pondasi, tidaklah selamat kecuali orang yang datang kepada ALLAH dengan hati

selamat. Perumpamaan mereka seperti seseorang menanam tanaman, kemudian tumbuh dan

tumbuh juga di sela-selanya rerumputan yang merusaknya, maka diperintahkan untuk mencabut

rerumputan tersebut, maka dia memotong batang dan cabangnya dan tidak mencabut akarnya, maka

senantiasa akarnya tumbuh lagi.

Dan sekelompok lain : Sesungguhnya akhlaq-akhlaq bathin tersebut tercela (sombong, dengki, iri

hati, suka tampil dan tinggi dari orang lain, dan lain-lain). Tetapi karena sifat 'ujub (bangga diri) pada

diri mereka, mereka merasa telah bebas dari sifat-sifat tercela tersebut. Mereka merasa lebih tinggi di

sisi ALLAH untuk diujikan pada mereka sifat-sifat itu.

Bahkan menurut mereka yang tertimpa sifat-sifat itu adalah orang awam bukan orang yang mencapai

kedudukan ilmu. Apabila muncul dalam diri mereka percikan kesombongan dan kepimpinan, maka

berkatalah salah seorang dari mereka : “Ini bukan kesombongan, bahkan ini adalah demi kemuliaan

agama, dan menampakkan kemuliaan ilmu, menolong agama ALLAH, dan merendahkan ahlul bid'ah,

sesungguhnya jika aku berpakaian rendahan, dan duduk di majlis rendahan, maka musuh-musuh

agama akan mencelaku, gembira dengan kerendahanku, dan pada kerendahanku merupakan

kerendahan pada islam.”

Mereka tertipu dan terlena, mereka lupa dengan penyakit ghurur. Sesungguhnya iblislah yang

menggodanya untuk berbuat seperti ini.

Dalilnya yakni bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya rodhiyallahu „anhum

tawadhu‟ dan mengedepankan kefakiran dan kesederhanaan (Mukhtashor Minhajul Qosyidin halaman

224-225).

BAB 6 : KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM

Akhlak adalah perangai atau tabiat dan merupakan gambaran batin seorang manusia. Dan di antara

tujuan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana sabda Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam:

م مكارم اا يق ما بعلا اتم ن

Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Shohih,

dikeluarkan Ahmad Jilid II hal. 381, Al Hakim di Mustadrak Jilid II hal. 613 dan dishohihkan oleh

Syaikh Al Albani di Ash Shohihah hal. 45)

Oleh karena itu akhlak tidak bisa dipisahkan dari Islam, barangsiapa yang baik keislamannya tentu

Page 66: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

65 | P a g e

baik pula akhlaknya dan barangsiapa yang buruk akhlaknya maka itu tidak terlepas karena buruknya

keislamannya. Sebagaimana sabda beliau shallallahu „alaihi wasallam :

أكمل المؤمني يمانا أحسنهم ل ا

Artinya : Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di

antara mereka. (Shohih Riwayat Abu Dawud No. 4684, At Tirmidzi No. 1195)

Karena gambaran Islam itu ada pada pribadi Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam. Allah ta'ala telah

memuji beliau dengan firman-Nya :

[٦٨:٤]و نك لعل لقء عظيمء

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qolam : 4)

Di sisi lain Allah ta'ala telah banyak mensifati Al Qur'an di antaranya :

الحاا أ لهم أجرا كبيرا ذا ال رآ يهدي للت ه أقوم ويب ر المؤمني الذي يعملو الص [١٧:٩] ه

Artinya :

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar

gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala

yang besar. (QS. Al Isra‟ : 9)

لهم الذي ا تلفوا فيه ومء يؤمنو وما أنزلنا عليك الكتاب ل لتبي[١٦:٦٤] وهدى ورحمة ل

Artinya : Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat

menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat

bagi kaum yang beriman. (QS. An Nahl : 64)

Jadi barangsiapa yang ingin mengetahui bagaimana praktek Al Qur'an secara sempurna, maka

hendaklah memperhatikan kepribadian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang telah

digambarkan oleh istri beliau Aisyah radhiyallahu 'anha,

Sa'ad bin Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha : “Wahai Ummul Mukminin,

beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.” Aisyah menjawab :

“Bukankah engkau membaca Al Qur'an?” Aku menjawab : “Ya.” Aisyah menjawab : “Sesungguhnya

akhlak Nabi Allah adalah Al Qur'an.” (HR. Muslim)

Kesimpulannya adalah mempelajari dan berhias dengan akhlak mulia merupakan sikap teladan

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sementara meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam merupakan manhaj salaf.

Firman Allah ta'ala :

Page 67: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

66 | P a g e

كليرا واليوم ال ر وذكر هللا أسوةف حسنةف لم كا يرجو هللا [٣٣:٢١]ل د كا لكم ف رسول هللا

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

(QS. Al Ahzaab : 21)

Berkata Abdul 'Aziz bin Nasir Jalil pengarang buku Aina Nahnu Min Ahlaq Salaf (Dimana

Kedudukan Kita Dibandingkan Akhlah Salaf), sesungguhnya bukan sesuatu yang tersembunyi bagi

setiap muslim yang menginginkan keselamatan bagi dirinya di dunia dan di akhirat untuk berpegang

teguh dengan kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dengan pemahaman

salafush sholeh yang merupakan bahtera keselamatan bagi orang yang menginginkan keselamatan

bagi dirinya. Sebagaimana sesuatu yang tidak tersembunyi juga bagi setiap penuntut ilmu yang

menginginkan perkara al haq, bahwasanya istilah salafush sholeh adalah generasi-generasi utama

yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan generasi setelah beliau, para shahabat

mulia dan para tabi'in.

Akan tetapi di sana ada perkara penting di dalam manhaj salaf yang belum maksimal diperhatikan,

dan dididik di atasnya padahal sangat penting dan termasuk pondasi manhaj salaf yaitu apa yang

berkaitan dengan akhlak dan perilaku salaf. Sesungguhnya perkara yang sudah diketahui tatkala kita

membicarakan manhaj salaf tidaklah yang kita maksudkan semata adalah sebatas ilmu dalam

pemikiran saja, akan tetapi manhaj salaf menyeluruh sisi aqidah, ibadah, perilaku dan akhlak.

Dan sesungguhnya orang yang memperhatikan kehidupan kita, segenap ahlussunnah pada masa-

masa belakangan ini, menyimpulkan adanya perbedaan jauh dan bentuk keterpisahan yang besar,

baik yang menganggap banyak maupun sedikit antara sisi ilmu teoritis dengan sisi akhlak budi pekerti.

Dimana termasuk hal yang biasa, seseorang terkadang melihat pada dirinya atau sebagian

saudaranya dari para da'i sangat jauh dari akhlak salaf dan perilaku mereka. Maka termasuk sebuah

keharusan ketika menjelaskan manhaj salaf dan mendakwahkannya, adalah juga dengan

menjelaskan aqidah, fiqh, perilaku dan akhlak mereka. Maka sebagaimana seseorang tidak boleh

hanya berpegang dengan akhlak salaf saja dengan meninggalkan akidah salaf. Maka demikian juga,

seseorang tidak boleh sebatas memahami akidah salaf tanpa berpegang dengan prilaku dan akhlak

salaf.

Kalau seandainya kita kembali menelisik perjalanan salafush sholeh benar-benar kita mendapatkan

suri tauladan terhadap manhaj salaf yang lengkap ini. Maka apabila kita tidak sempurna mengetahui

perkara ini dan berpegang teguh dengannya, maka perkara tersebut akan tersembunyi dari kehidupan

kita dengan izin Allah ta'ala.

Ya, tidak akan ditemukan lagi seseorang di atas akidah salaf dalam tauhid uluhiyyah, asma' dan sifat,

Page 68: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

67 | P a g e

memerangi bid'ah kemudian pada waktu yang bersamaan menyelisihi prilaku salaf dengan melakukan

kedzholiman, kedustaan, ghibah, dengki dan mengikuti hawa nafsu.

Dan dengan ungkapan lain, bahwasanya mempraktekkan manhaj salaf yang sempurna ini, harus

menghilangkan kekeliruan yang kita maksudkan dalam pemaparan sekarang.

Dan diantara hal yang menguatkan sisi akhlak pada manhaj salaf, adalah para ulama' telah

menghimpun pembahasan masalah ahklak pada kitab-kitab yang mereka tulis dari dasar-dasar

ahlussunnah wal jama'ah seperti Aqidah Al Wasithiyyah, Aqidah Ath Thohawiyyah dan lainnya.

Dan diantara contoh itu semua ucapan imam Ash Shobuni ketika menerangkan akidah salaf di

buku Aqidah Salaf Ashabul Hadits. (Aina Nahnu Min Ahlaqis Salaf halaman 4-5).

BAB 7 : TITIP SOAL KEPADA ABUL MUNDZIR DZUL AKMAL HADAHULLOH

Wahai Dzul Akmal selama ini kamu sudah dikenal mudah bertemu dengan syaikh Robi‟ ataupun

Syaikh Muhammad bin Hadi. Bahkan kamu suka mengadukan ustadz-ustadz yang tidak kamu

senangi kepada mereka. Coba kamu tanyakan kepada Syaikh berkenaan dengan perilaku-perilaku

da‟i dengan konteks pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah nasehat Syaikh berkenaan dengan seorang da‟i yang suka meminta-minta harta

kepada manusia dengan dalih sebagai berikut :

1) Hadits yang dia berikan tidak bisa dinilai dengan dunia dan isinya. Berapakah harta yang

mereka berikan? Bahkan da‟i ini jika ditolak, marah dan menjarh orang yang diminta hartanya

sebagai bakhil,

2) Jika da'i bekerja atau punya usaha akan menghilangkan wibawanya karena zaman sekarang

bukan seperti zaman Imam Ahmad lagi dan berkurang waktu untuk muroja'ah, persiapan ta'lim

dan menyibukkan dari mengajar,

3) Tidak semua da‟i bisa bekerja atau berdagang dengan alasan tidak punya kemampuan, tidak

ada kenalan atau tidak punya jiwa berdagang,

4) Tidak mungkin bekerja atau berusaha di luar rumah karena banyak ma'siat,

5) Da'i boleh meminta-minta jika ada di luar kebutuhan tetapnya seperti anak sakit atau istri sakit

atau istri melahirkan, apalagi dia diundang untuk ngajar,

6) Jika da'i berhutang dengan murid-muridnya bagaimana bisa bayar sementara gaji bulanannya

tidak cukup, lantas apakah hutangnya di wariskan kepada anak-anaknya?,

7) Da'i yang bisa „iffah (tidak minta-minta ) hanya yang mempunyai kebun dan semisalnya,

2. Apakah nasehat Syaikh berkenaan dengan da‟i yang suka marah-marah dengan kaum laki-

laki tapi ketika berbicara dengan ummahat, suaranya dibuat-buat lembut dan mesra?

3. Bagaimanakah dengan da‟i yang sudah memiliki anak istri, namun ketika di luar rumah, ia

suka bermesraan via telpon dengan gadis anak orang sampai tengah malam bahkan

sampai memberikan cindera mata?

Page 69: Dzul Akmal Undercover (bag.3)

68 | P a g e

4. Apakah nasehat Syaikh terhadap seoarang da‟i pemarah yang suka berbicara cabul, kotor,

porno seperti, “Si fulan itu, pantatnya dekat masjid tapi masih suka terlambat ke masjid.”

(Ini hanya sebagai contoh saja, karena banyak bahasa cabul, kotor, porno yang lainnya

yang memalukan untuk disebutkan semuanya)?

5. Bagaimanakah nasehat Syaikh tentang permasalahan Yayasan untuk sarana dakwah tanpa

ada kondisi daruroh?

6. Bagaimanakah nasehat Syaikh dengan seseorang yang membuat radio dakwah tanpa izin

pemerintah?

Saya kira cukuplah sampai di sini tulisan saya berkaitan dengan tingkah laku dan kedustaanmu yang

tanpa pikir panjang baik tentang Syaikh Yahya, Dammaj, Thulab Dammaj dan orang-orang yang

bersama mereka. Adapun kedustaanmu mengenai manhaj ulama kibar, insya Alloh akan ada dalam

judul tersendiri. Semoga nasehat-nasehat dan kritikan-kritikan yang sudah banyak ditulis oleh

saudara-saudara kamu bisa menjadi bahan renungan untuk mengoreksi tindak-tanduk kamu dan

memperbaiki lisan kamu yang buruk. Semoga Allah ta‟ala senantiasa memberikan taufik dan

hidayahnya kepada kita semua.

سبحنك هللا وبحمدك أ هد أ ل له ل أنا أستغفرك وأتوب ليك

Selesai ditulis tanggal 14 Rabi‟ul Akhir 1433 H, di Kota Jambi

Abu Abdillah Muhammad Ja‟far Al Kampari