Etika seorang guru.docx

14
Etika Mengajar Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) guru seolah-olah bertindak sebagai penguasa kelas sementara peserta didik bertindak sebagai masyarakat kelas yang sedang menuntut ilmu dari seorang guru. Sebagai penguasa kelas seharusnya guru tidak dapat bersikap dan bertindak seenaknya sendiri. Seorang guru diharapkan dapat menerapkan etika yang baik di dalam kelas. Hal ini bertujuan memberi contoh yang baik kepada peserta didik. Misalnya, masuk kelas seharusnya guru juga mengetuk pintu kalau pintu kelas dalam keadaan tertutup. Guru juga harus mengucapkan salam ketika memasuki kelas. Mengajar sesungguhnya juga ada etikanya. Setelah guru mengucapkan salam, selanjutnya ia menyapa peserta didik, menanyakan kabar, dan salam, dan dilanjutkan dengan selalu memberikan motivasi tentang pentingnya belajar, tentang apa akibatnya jika seseorang tidak belajar dengan baik, dan sebagainya. Untuk mengawali Proses Belajar Mengajar (PBM) guru dapat memberikan apersepsi terkait materi yang akan diajarkan, baru selanjutnya penyampaian materi yang akan diajarkan. Apabila selesai menerangkan materi, guru meminta peserta didik mencatat atau mengerjakan latihan. Guru tidak diperkenankan meninggalkan kelas atau guru tetap berada di kelas sambil membaca koran, hal itu tidak benar. Yang benar adalah guru harus mendampingi peserta

Transcript of Etika seorang guru.docx

Page 1: Etika seorang guru.docx

Etika Mengajar

Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) guru seolah-olah bertindak sebagai

penguasa kelas sementara peserta didik bertindak sebagai masyarakat kelas yang

sedang menuntut ilmu dari seorang guru. Sebagai penguasa kelas seharusnya guru

tidak dapat bersikap dan bertindak seenaknya sendiri. Seorang guru diharapkan

dapat menerapkan etika yang baik di dalam kelas. Hal ini bertujuan memberi

contoh yang baik kepada peserta didik. Misalnya, masuk kelas seharusnya guru

juga mengetuk pintu kalau pintu kelas dalam keadaan tertutup. Guru juga harus

mengucapkan salam ketika memasuki kelas.

Mengajar sesungguhnya juga ada etikanya. Setelah guru mengucapkan

salam, selanjutnya ia menyapa peserta didik, menanyakan kabar, dan salam, dan

dilanjutkan dengan selalu memberikan motivasi tentang pentingnya belajar,

tentang apa akibatnya jika seseorang tidak belajar dengan baik, dan sebagainya.

Untuk mengawali Proses Belajar Mengajar (PBM) guru dapat memberikan

apersepsi terkait materi yang akan diajarkan, baru selanjutnya penyampaian

materi yang akan diajarkan. Apabila selesai menerangkan materi, guru meminta

peserta didik mencatat atau mengerjakan latihan. Guru tidak diperkenankan

meninggalkan kelas atau guru tetap berada di kelas sambil membaca koran, hal itu

tidak benar. Yang benar adalah guru harus mendampingi peserta didik,

memeriksa, dan memberi arahan kepaada peserta didik terkait latihan yang

dikerjakan oleh peserta didik. Perhatikan contoh percakapan berikut ini.

Guru : “Selamat pagi, Anak-anak!”

Siswa : “Selamat pagi, Pak Guru!”

Guru : “Waktunya pelajaran apa?”

Siswa : “Matematika, Pak!”

Guru : “Sudah sampai halaman berapa sekarang?”

Siswa : “Halaman 21, Pak!”

Guru : “Ya.. kalau begitu kamu kerjakan latihan soal halaman 22.”

Siswa : “Ya... Pak!”

Guru : “Kerjakan sendiri tidak boleh ramai, Pak Guru ke kantor

sebentar.”

Page 2: Etika seorang guru.docx

Apakah dalam contoh tersebut pak guru kembali ke kelas? Jawabnya tidak,

karena gurunya asyik membaca koran bercengkrama dengan guru yang lain.

Akibatnya peserta didik dirugikan. Yang kedua, peserta didik akan merasa

kebingungan ketika menhadapi kesulitan. Bagaimana kondisi kelas saat itu?

Jawabnya kelas pasti ramai. Mengapa kelas ramai? Jawabnya karena tidak ada

guru.

Dalam kondisi kelas seperti contoh di tas, peserta didik yang merasa

kesulitan akan bertanya kepada temannya, peserta didik yang lain pun akan

melakukan hal yang sama walaupun oleh gurunya sudah dipesan “tidak boleh

ramai” oleh gurunya. Sehingga dapat dibayangkan bahwa kondisi kelas saat itu

pasti gaduh dan ramai. Jika kita telusuri, yang menyebabkan peserta nakal di kelas

atau suka ramai dan tidak dapat dikendalikan sesungguhnya disebabkan karena

guru terlalu sering meninggalkan kelas. Kondisi kelas akan tenang jika guru selalu

berada di kelas untuk mendampingi dan mengawasi peserta didik belajar, maka

dapat dipastikan bahwa peserta didik tidak akan pernah berani untuk ramai.

Contoh tersebut menunjukkan guru sudah melanggar etika mengajar. Semoga

dalam kehidupan nyata diharapkan hal tersebut tidak terjadi.

Berdasarkan Ilmu Pedagogik, sesungguhnya hak guru untuk duduk paling

lama hanya sekitar 10% dari jumlah waktu satu kali tatap muka. Misal, kalau kita

sedang mengajar Matematika SMA yang setiap jam pelajarannya 45 menit dan

satu kali tatap muka 2 jam pelajaran, maka hak duduk bagi guru hanya 9 menit.

Waktu yang hanya 9 menit itu pun digunakan untuk mengabsen atau memasukkan

nilai. Dalam kenyataannya, tidak sedikit guru kita dalam mengajar lebih banyak

duduk dibandingkan dengan berdiri. Tidak sedikit juga guru yang keasyikan

duduk, bahkan sampai tertidur di meja guru.

Tempat duduk bagi guru pada saat di kelas juga sudah ada tempatnya,

yaitu kursi guru, tapi survei di lapangan menunjukkan tidak sedikit guru yang

masih menggunakan meja untuk duduk. Apakah hal ini karena ketidak sengajaan,

budaya, atau kebiasaan? Apapun alasannya hal ini “Melanggar Kode Etik

Mengajar”.

Page 3: Etika seorang guru.docx

Gaya mengajar guru di dalam kelas juga tidak boleh seenaknya, dengan

suara terlalu keras, dengan sering bernada ancaman kepada peserta didiknya, suka

marah-marah yang tidak jelas ujung pangkalnya.

Seorang guru jika ingin menyampaikan materi pelajaran harus fokus. Misalnya,

pada saat mengajarkan materi Biologi atau Antropologi, guru bercerita tentang

anaknya, istrinya, bahkan mertuanya. Jika hal ini terjadi, maka yang dirugikan

adalah peserta didik.

Sesungguhnya kalau peserta didik dapat menjadikan guru sebagai mitra

dalam belajar, menjadikan guru sebagai gudang ilmunya dan menjadikan guru

sebagai sumber untuk memecahkan berbagai permasalahan pelajaran, maka

peserta didik dapat belajar dengan tenang, sehingga peserta didik akan menjadi

pintar dan bertanggung jawab. Demikian pula apabila guru menempatkan dirinya

sebagai orang tua peserta didik di lingkungan sekolah dan menjadi panutan bagi

peserta didik, maka dapat dipastikan bahkan bahwa hubungan antara guru dan

peserta didik dapat harmonis. Di masa depan tidak akan ada peserta didik yang

nakal, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), atau berani dengan guru. Yang

ada hanya ada peserta didik yang pintar, bertanggung jawab, patuh, dan hormat

kepada gurunya (Mulyana, 2007).

Etika Rapat Dewan Guru

Rapat Dewan Guru merupakan forum untuk menyampaikan informasi dan

menyepakati berbagai kebijakan yang akan diberlakukan di lingkungan sekolah.

Dalam rapat dewan guru juga ada etikanya. Makna rapat akan menjadi penting

jika dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Waktu pelaksanaan rapat dapat

diatur sedemikian rupa sehingga tidak merepotkan dan menyusahkan peserta rapat

yang lainnya dan mengganggu proses belajar mengajar. Rapat biasanya dipimpin

oleh pimpinan rapat. Pimpinan rapat dewan guru bisa seorang Kepala Sekolah,

Koordinator Bidang, atau orang yang dituakan. Rapat akan dapat berfungsi

sebagai sarana untuk membangun komunikasi sehingga dapat terbangun

kesepakatan bersama antara peserta rapat yang lainnya. Hasil rapat bersifat

mengikat ke dalam dan ke luar, artinya apapun yang telah disepakati pada forum

harus dapat dijunjung tinggi dan dijalankan oleh warga sekolah tersebut.

Page 4: Etika seorang guru.docx

Biasanya rapat dibagi menjadi dua, yaitu rapat berkala dan rapat insidentil.

Rapat berkala bersifat rutin, bisa setiap minggu sekali atau satu bulan sekali.

Materi rapat yang dibicarakan adalah pengembangan dan kebijakan terbaru terkait

perkembangan sekolah. Sedang rapat insidental merupakan rapat yang bersifat

darurat, mendadak, atau segera. Materi yang dibicarakan terkait dengan kebijakan

pemerintah atau ada sesuatu masalah yang harus segera dipecahkan.

Ada beberapa etika rapat yang harus dipahami oleh seluruh peserta rapat,

yang salah satunya masalah kehadiran. Masalah kehadiran dalam rapat sudah ada

aturannya. Misal peserta harus sudah hadir di forum rapat 15 menit sebelum acara

rapat dimulai. Pimpinan rapat harus sudah hadir 5 menit sebelum rapat dimulai.

Kalau peserta rapat hadirnya terlambat, maka pimpinan rapat dan peserta yang

lain akan memberi penilaian yang kurang, baik bagi peserta rapat yang terlambat

tadi. Di samping itu, keprofesionalannya akan dinilai. Demikian juga jika

pimpinan rapat hadirnya terlambat, sementara peserta rapat sudah lama

menunggu. Hal semacam ini juga tidak boleh terjadi karena peserta akan merasa

kecewa. Akibat dari kekecewaan tersebut akan berakibat ketidakpercayaan pada

pimpinan. Jika suatu ketika pimpinan akan mengundang rapat lagi, maka ada

kemungkinan peserta rapat akan datang terlambat.

Rapat merupakan kegiatan rutin dan sudah biasa kita lakukan, tetapi tetap

membutuhkan manajemen rapat yang baik. Bicara soal waktu, pimpinan rapat

harus memulai rapat tepat waktu. Pimpinan rapat tidak perlu memedulikan berapa

pun peserta rapat yang datang. Jika sudah tiba waktunya maka rapat harus

dimulai. Membangun kebiasaan disiplin semacam ini harus dilakukan secara

tegas dalam upaya menciptakan budaya disiplin pada peserta rapat yang lainnya.

Selain masalah kehadiran dalam forum rapat, ada beberapa hal yang juga

harus dipahami karena hal ini juga menyangkut kode etik rapat. Hal-hal tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Membuka dan Menutup Rapat

Rapat merupakan kegiatan formal. Dilakukan dalam suatu tempat yang

dipimpin oleh pimpinan rapat dan diikuti oleh peserta rapat. Sebelum rapat

dimulai harus dibuka secara resmi oleh pimpinan rapat. Selanjutnya

Page 5: Etika seorang guru.docx

pembahasan materi inti, dialog, dan setelah rapat berakhir juga harus

ditutup kembali.

b. Pimpinan Rapat

Sebisa mungkin rapat dipimpin oleh kepala sekolah. Jika ada sekretaris

rapat, maka sekretaris dapat memandu terlebih dahulu. Akan tetapi,

pimpinan rapat tetap kepala sekolah. Selanjutnya pimpinan rapat

menyampaikan materi rapat, sementara peserta rapat memperhatikan

dengan serius. Peserta rapat tidak diperkenankan menyampaikan sesuatu

ketika pimpinan rapat belum selesai menyampaikan materinya.

Ketika agenda tanya jawab dimulai, maka pimpinan rapat

mempersilahkan peserta rapat untuk mengajukan pertanyaan,

menyampaikan ide, atau saran secara bergantian. Bertanya pun juga ada

etikanya, peserta rapat yang ingin bertanya harus izin untuk bertanya

terlebih dahulu dengan cara mengangkat tangannya. Peserta rapat yang

mengangkat tangan pertama kali itulah yang akan diberi kesempatan

terlebih dahulu.

Peserta rapat yang akan bertanya dan menyampaikan ide atau

gagasan. Ide atau gagasan yang akan disampaikan itu harus dipikirkan

secara matang, bahasa yang digunakan juga harus rapi, sopan, jelas, dan

tidak bertele-tele. Sebisa mungkin pertanyaan yang diajukan fokus

terhadap materi yang sedang dibahas, singkat, dan jelas. Pada dasarnya

pertanyaan yang kita ajukan diharapkan mendapat jawaban yang tepat dan

menyenangkan.

c. Dialog/Menyampaikan Ide

Setelah materi inti disampaikan oleh pimpinan rapat, selanjutnya peserta

rapat diberi kesempatan untuk bertanya, mengajukan usul, menyampaikan

ide atau pendapat. Ketika peserta rapat diberi kesempatan mengajukan

pertanyaan atau menyampaikan ide, sebisa mungkin kesempatan ini

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Peserta rapat yang pasif akan diam

saja dan tidak ada komentar atau ide yang cemerlang. Sementara guru

yang inovatif dan aktif akan mengajukan ide yang cerdas guna untuk

menyempurnakan pemikiran dari pimpinan rapat.

Page 6: Etika seorang guru.docx

Dalam menyampikan ide maupun pertanyaan diupayakan

menggunakan bahasa yang baik, sopan, dan tidak menyinggung perasaaan

pimpinan rapat atau peserta rapat yang lainnya. Ide yang disampaikan

harus fokus dengan permasalahan yang dibahas dan jangan sampai

pendapat atau pertanyaan yang disampaikan menyimpang dari materi yang

dibahas.

Ide yang kita sampaikan menurut kita memang ide yang bagus,

tetapi kita juga tidak boleh memaksakan bahwa ide kita harus dapat

diterima oleh pimpinan rapat atau peserta rapat yang lainnya. Ide yang kita

sampaikan hari ini juga belum tentu dapat direalisasikan hari ini juga,

tetapi menunggu waktu dan proses pelaksanaanya.

d. Interupsi/Memotong Pembicaraan

Tidak jarang kita melihat saat pimpinan rapat sedang menyampaikan

pemikirannya, ada peserta rapat yang menyela atau memotong

pembicaraan tersebut. Kita sebagai peserta rapat akan merasa jengkel

dengan perilaku orang tersebut. Walaupun materi yang akan disampaikan

orang tersebut baik, tetapi yang kita sesalkan adalah waktunya tidak tepat

dan tidak sopan. Hal ini menyebabkan pimpinan rapat akan merasa

terganggu dan materi rapat yang seharusnya disampaikan akan terpotong.

Sikap yang dilakukan oleh orang tersebut dilihat dari etika

bertanya dinilai kurang baik. Sebagai guru yang profesional kita harus

dapat memberikan kesempatan pada pimpinan rapat untuk menuntaskan

materinya hingga tuntas. Toh pada kenyataannya nanti kita juga akan

diberi kesempatan untuk bertanya atau menyampaikan ide.

Pada dasarnya pimpinan rapat juga sangat menginginkan adanya

interaksi baik dari peserta rapat, tetapi semua itu ada waktunya. Kalau

tidak ada umpan balik maka rapat itu bisa dikatakan tidak sempurna.

Jangan sampai terjadi ketika kesempatan bertanya kepada peserta rapat

dibuka, ternyata tidak ada peserta rapat yang bertanya, menyampaikan ide,

atau pendapat. Peserta rapat yang tidak berani bertanya atau

menyampaikan ide biasanya disebabkan beberapa hal, yaitu:

Page 7: Etika seorang guru.docx

a. Peserta rapat tidak konsentrasi sehingga tidak tahu apa yang akan

ditanyakan,

b. Takut bertanya karena khawatir dikatakan goblok oleh peserta rapat

lainnnya,

c. Penyampaian materinya sudah jelas dan lengkap sehingga peserta rapat

merasa tidak ada yang perlu ditanyakan, dan

d. Jika ingin menyampaikan ide, khawatir kalau ide dianggap tidak

cerdas oleh peserta rapat lainnya sehingga ia hanya diam.

Dalam rapat ada etika, sebagai pimpinan rapat ataupun sebagai peserta

rapat harus dapat memposisikan diri kita dengan sebaik-baiknya agar dapat

diterima dengan baik oleh peserta rapat yang lainnya dan tidak menyinggung

perasaan orang lain (Mulyana, 2007).

Etika Guru dengan Wali Peserta Didik

Etika perlu dalam segala hal, dimana saja, oleh siapa saja, dan dengan siapa

saja. Selain kita harus beretika kepada kepala sekolah, guru lain, peserta didik,

kita juga harus beretika kepada wali peserta didik. Beretika kepada wali peserta

didik dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di jalan, atau di mana saja. Guru

profesional yang menjabat sebagai wali kelas seharusnya kenal dengan seluruh

wali peserta didik-peserta didiknya. Seorang kepala sekolah setidaknya juga harus

kenal dengan seluruh wali peserta didiknya.

Komunikasi yang kita bangun dengan wali peserta didik dapat melalui

tatap muka secara langsung, telepon, atau SMS. Upaya ini untuk membangun

komunikasi yang baik antara guru dan wali peserta didik. Dalam berkomunikasi

dengan wali peserta didik seharusnya guru tetap menjaga etika, yaitu dengan

bertutur kata yang sopan dan santun. Guru dan wali peserta didik harus saling

menghormati, karena pada kenyataannya guru dan wali peserta didik saling

membutuhkan satu sama lain.

Guru harus mampu menciptakan kesan yang menarik kepada wali peserta

didik. Pada kenyataannya apapun yang dilakukan guru di kelas atau di sekolah

selalu diceritakan oleh peserta didik kepada orang tuanya, apalagi kalau kita ini

Page 8: Etika seorang guru.docx

sebagai guru sekolah dasar. Misalnya, ketika guru berada di kelas memarahi salah

satu peserta didik, maka peserta didik yang lain akan menceritakan perilaku guru

yang suka marah-marah di kelas ke orang tuanya masing-masing. Oleh karena itu,

guru sebisa mungkin selalu berlaku terpuji kepada peserta didiknya agar ketika

peserta didik kita selalu menilai kita secara positif.

Kadang wali peserta didik akan datang ke sekolah sekedar untuk membayar

SPP, mengantar, atau menjemput anaknya. Kita sebagai guru di sekolah harus

pandai-pandai menjadi tuan rumah yang baik. Jangan sampai ketika kita bertemu

dengan wali peserta didik tidak mau bertegur sapa, seakan tidak kenal. Sebisa

mungkin mereka kita tegur, kita sapa dengan sopan dan menanyakan tujuannya

datang ke sekolah dengan sopan. Dari tegur sapa yang sopan tersebut akan tercipta

hubungan yang harmonis antara guru dan wali peserta didik sehingga nama baik

guru dan sekolah tetap terjaga (Mulyana, 2007).

Berkaitan dengan hubungan antara guru dan orangtua, dalam kode etik guru

telah disebutkan tentang hal tersebut, yaitu dalam pasal 6 (Nilai-Nilai Dasar dan

Nilai-nilai Operasional) bagian 3

(2) Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid :

1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan

Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.

2. Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif

mengenai perkembangan peserta didik.

3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang

bukan orangtua/walinya.

4.  Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi

dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

5.  Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi

dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.

6.  Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin

dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau

anak-anak akan pendidikan.

7.  Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan

orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-keuntungan pribadi.

Page 9: Etika seorang guru.docx

Sumber rujukan:

Mulyana A.Z. 2007. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: Grasindo.