Faidah Menyikapi Musibah (Dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)

3
-- Faidah : Mensikapi Musibah-musibah Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah : Musibah-musibah menghapuskan dosa-dosa dan sesugguhnya pahala itu hanyakah ada pada kesabaran dalam menghadapi musibah-musibah dan wajib hukumnya karena sesungguhnya seorang diberi pahala atas ikhtiarnya sendiri. Syaikh Rojihi berkata : “Ini adalah faidah yang besar, sesungguhnya musibah-musibah menghapuskan dosa-dosa, jika seorang sabar terhadap musibah maka Alloh memberinya pahala karena kesabaran hukumnya wajib. Jika ia marah dan gelisah maka ia mendapatkan dosa. Demikian juga tiap kewajiban, barangsiapa yang menunaikannya maka Alloh memberinya pahala dan bagi yang tidak menunaikannya maka terluputlah pahala dan ia mendapatkan dosa. Adapun ridho terhadap musibah maka sunnah hukumnya menurut salah satu dari dua pendapat ulama yang kuat dan adapun syukur atas musibah dan menganggapnya kenikmatan maka ini adalah kedudukan

description

--Faidah :Mensikapi Musibah-musibahBerkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :Musibah-musibah menghapuskan dosa-dosa dan sesugguhnya pahala itu hanyakah ada pada kesabaran dalam menghadapi musibah-musibah dan wajib hukumnya karena sesungguhnya seorang diberi pahala atas ikhtiarnya sendiri.Syaikh Rojihi berkata : “Ini adalah faidah yang besar, sesungguhnya musibah-musibah menghapuskan dosa-dosa, jika seorang sabar terhadap musibah maka Alloh memberinya pahala karena kesabaran hukumnya wajib. Jika ia marah dan gelisah maka ia mendapatkan dosa. Demikian juga tiap kewajiban, barangsiapa yang menunaikannya maka Alloh memberinya pahala dan bagi yang tidak menunaikannya maka terluputlah pahala dan ia mendapatkan dosa. Adapun ridho terhadap musibah maka sunnah hukumnya menurut salah satu dari dua pendapat ulama yang kuat dan adapun syukur atas musibah dan menganggapnya kenikmatan maka ini adalah kedudukanyang tinggi yang tidak didapat kecuali oleh orang yang mempunyai bagian yang besar”.AlFawaid min Syaikh Abdil Aziz bin Abdillah ArRojihi (Maktabah Syamilah)Kita heran dan prihatin banyak orang yang mengaku bermanhaj salaf, berpakaian dan berpenampilan salaf senang dan bahkan bersyukur atas musibah yang mengenai saudara-saudara kita yang di Dammaj. Bersorak sorai dengan gegap gempita seolah menyambut kemenangan yang ditunggu-tunggu sekian puluh tahun yang mengganjal di hati ingin kebinasaan mereka. Inikah ahlak salaf ? Inikah sikap seorang muslim ? Di antara mereka kalau ada satu hewan piaraannya mati saja sangat bersedih yang nilainya jauh lebih rendah dibanding jiwa seorang muslim bahkan ulama dan para pencari ilmu. Benar-benar hati mereka sudah terbalik, tidak dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana sunnah dan mana bid’ah, mana manhaj dan mana yang bukan manhaj.Tidak menutup kemungkinan mereka berbuat kesalahan karena mereka manusia biasa sehingga Alloh hapus kesalahan-kesalahan mereka dengan musibah di dunia dan seandainya mereka tidak mempunyai dosa maka musibah itu untuk meninggikan derajat mereka di dunia dan ahirat. Aduhai, seandainya mereka tidak dengki dan iri, seandainya mereka membaca sejarah para nabid dan orang-orang sholih baik di AlQur’an atau di kitab-kitab ulama seperti Shohih Bukhori, Muslim, kitab Sunan, dan kitab-kitab sejarah yang lainnya mereka akan menemukan banyak kisah yang lebih mengharu birukan hati kita dan menimpa orang-orang yang jauh lebih mulia dibanding orang-orang sholih di jaman sekarang. Di antara mereka adalah para ribuan para nabi yang dibunuh oleh Bani Isroil, mereka ada yang diusirdari kampung halamannya seperti nabi Musa, Ibrohim, Syu’iab dan bahkan nabi termulia diusir dari kampung kelahirannya yang beliau cintai, Mekkah. Banyak ulama sahabat dan tabiin yang dibunuh oleh AlHajjaj bin Yusuf AtsTsaqofy. Namun kalau hati sudah dirasuki kejahatan setan, kedengkian yang mendalam, permusuhan, kesombongan, keangkuhan, ketamakan terhadap pengikut dan harta, perselisihan dan segudang kerusakan hati lainnya yang menghujam di dada mereka hususnya tokoh-tokohnya dan pengikutnya yang taklid maka mereka tidak bisa melihat walau punya mata, tidak bida mendengar walau punya telinga. Nah faidah di atas adalah nasihat dan bantarahan serta pukulan buat mereka yang berpenyakit hatinya. Laa haula wala quwwata illa billah

Transcript of Faidah Menyikapi Musibah (Dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)

  • --

    Faidah :

    Mensikapi Musibah-musibah

    Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah :

    Musibah-musibah menghapuskan dosa-dosa dan sesugguhnya pahala itu

    hanyakah ada pada kesabaran dalam menghadapi musibah-musibah dan

    wajib hukumnya karena sesungguhnya seorang diberi pahala atas ikhtiarnya

    sendiri.

    Syaikh Rojihi berkata : Ini adalah faidah yang besar, sesungguhnya

    musibah-musibah menghapuskan dosa-dosa, jika seorang sabar terhadap

    musibah maka Alloh memberinya pahala karena kesabaran hukumnya wajib.

    Jika ia marah dan gelisah maka ia mendapatkan dosa. Demikian juga tiap

    kewajiban, barangsiapa yang menunaikannya maka Alloh memberinya

    pahala dan bagi yang tidak menunaikannya maka terluputlah pahala dan ia

    mendapatkan dosa. Adapun ridho terhadap musibah maka sunnah hukumnya

    menurut salah satu dari dua pendapat ulama yang kuat dan adapun syukur

    atas musibah dan menganggapnya kenikmatan maka ini adalah kedudukan

  • yang tinggi yang tidak didapat kecuali oleh orang yang mempunyai bagian

    yang besar.

    AlFawaid min Syaikh Abdil Aziz bin Abdillah ArRojihi (Maktabah

    Syamilah)

    Kita heran dan prihatin banyak orang yang mengaku bermanhaj salaf,

    berpakaian dan berpenampilan salaf senang dan bahkan bersyukur atas

    musibah yang mengenai saudara-saudara kita yang di Dammaj. Bersorak

    sorai dengan gegap gempita seolah menyambut kemenangan yang ditunggu-

    tunggu sekian puluh tahun yang mengganjal di hati ingin kebinasaan

    mereka. Inikah ahlak salaf ? Inikah sikap seorang muslim ? Di antara mereka

    kalau ada satu hewan piaraannya mati saja sangat bersedih yang nilainya

    jauh lebih rendah dibanding jiwa seorang muslim bahkan ulama dan para

    pencari ilmu. Benar-benar hati mereka sudah terbalik, tidak dapat

    mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana sunnah dan mana

    bidah, mana manhaj dan mana yang bukan manhaj.

    Tidak menutup kemungkinan mereka berbuat kesalahan karena mereka

    manusia biasa sehingga Alloh hapus kesalahan-kesalahan mereka dengan

    musibah di dunia dan seandainya mereka tidak mempunyai dosa maka

    musibah itu untuk meninggikan derajat mereka di dunia dan ahirat. Aduhai,

    seandainya mereka tidak dengki dan iri, seandainya mereka membaca

    sejarah para nabid dan orang-orang sholih baik di AlQuran atau di kitab-

    kitab ulama seperti Shohih Bukhori, Muslim, kitab Sunan, dan kitab-kitab

    sejarah yang lainnya mereka akan menemukan banyak kisah yang lebih

    mengharu birukan hati kita dan menimpa orang-orang yang jauh lebih mulia

    dibanding orang-orang sholih di jaman sekarang. Di antara mereka adalah

    para ribuan para nabi yang dibunuh oleh Bani Isroil, mereka ada yang diusir

  • dari kampung halamannya seperti nabi Musa, Ibrohim, Syuiab dan bahkan

    nabi termulia diusir dari kampung kelahirannya yang beliau cintai, Mekkah.

    Banyak ulama sahabat dan tabiin yang dibunuh oleh AlHajjaj bin Yusuf

    AtsTsaqofy. Namun kalau hati sudah dirasuki kejahatan setan, kedengkian

    yang mendalam, permusuhan, kesombongan, keangkuhan, ketamakan

    terhadap pengikut dan harta, perselisihan dan segudang kerusakan hati

    lainnya yang menghujam di dada mereka hususnya tokoh-tokohnya dan

    pengikutnya yang taklid maka mereka tidak bisa melihat walau punya mata,

    tidak bida mendengar walau punya telinga. Nah faidah di atas adalah nasihat

    dan bantarahan serta pukulan buat mereka yang berpenyakit hatinya. Laa

    haula wala quwwata illa billah