eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/6835/1/JURNAL FIX2.docx · Web viewProses destilasi diakhiri...
Transcript of eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/6835/1/JURNAL FIX2.docx · Web viewProses destilasi diakhiri...
KOMPOSISI BOTANI DAN KADAR SERAT KASAR, PROTEIN KASAR PAKAN YANG DIBERIKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PUBLIKASI ILMIAH
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang Diperlukan untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
Oleh
RATMEDIA ALFIANI
B1D 012 244
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
KOMPOSISI BOTANI DAN KADAR SERAT KASAR, PROTEIN KASAR PAKAN YANG DIBERIKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
INTISARI
OlehRATMEDIA ALFIANI
B1D 012 244
Komposisi Botani Dan Kadar Serat Kasar, Protein Kasar Pakan Yang Diberikan Pada Kambing Peranakan Etawa Di Kelompok Ternak Sumber Rizki. Dibawah Bimbingan Dr.Ir.Imran, M.Si Sebagai Pembimbing Utama dan Ir.Mohammad Iqbal,Mp Sebagai Pembimbing Anggota
Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan 09 April 2016 sampai 08 Mei tahun 2016, Dikandang Kelompok Sumber Rizki Di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian bertujuan untuk menganalisis komposisi botani serta kandungan serat kasar, protein kasar dari hijauan pakan ternak yang diberikan pada ternak kambing peranakan etawah. metode penelitian yang digunakan yaitu dengan melakukan penelitian dilapangan untuk pengambilan sampel kemudian melakukan penelitian dilaboratorium untuk mengetahui penetapan kandungan bahan kering, kandungan kadar serat kasar dan kandungan kadar protein kasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi botani pakan kambing PE dikelompok ternak sumber rizki bahwa komposisi botani yang paling banyak adalah jenis legum dengan persentase 81,25%, rumput 5,27 % dan dedaunan 13,48 %. Analisis data yang digunakan dalam peneilitian yang bersifat kualitatif dianalisis secara diskriptif sedangkan data kuantitatif dianalisis nilai rata–rata menggunakan komputer dengan program microsoft excel. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi botani yang paling banyak dikonsumsi ternak adalah jenis legum dengan persentase 81,25%. Hal ini disebabkan karena ketersediaan pakan legum relatif lebih mudah didapatkan dan sifat ternak yang mencari makan dengan cara memanjat (browsing) sedangkan kandungan Serat Kasar (SK 30,29±4,76%) dan Protein Kasar (PK 25,62±1,21%).
Kata Kunci : Kambing Peranakan Etawah
BOTANICAL COMPOSITION AND FIBER CRUDE , CRUDE PROTEIN IS GIVEN TO FEED THE GOAT ETAWAH CROSS
IN CENTRAL LOMBOK
ABSTRACT
ByRATMEDIA ALFIANI
B1D 012 244
Botanical composition and rate Crude Fiber , Protein Diet Gross Loans At Goats Peranakan or in group Livestock SumberRizki . Under the Guidance Dr.Ir.Imran ,M.Si As a counselor and Ir.MohammadIqbal , Mp For Advisors Member.
The research was started in April 9, 2016 until May 8th 2016 , Sources of the stable group Rizki In the village SukararaJonggat District of Central Lombok regency . The study aims to analyze the botanical composition and the amount of crude fiber , crude protein of forage given to goats Peranakan Etawah. The research method used is to conduct research in the field for sampling and then do the research laboratory to determine the determination of dry matter content , the content of crude fiber content and the content of crude protein.
The results showed that the botanical composition of cattle feed goats grouped rizki that the composition botanical sources that most of the types of legumes with a percentage of 81.25 %, 5.27% grass and foliage 13.48 %. Analysis of the data used in peneilitian qualitative analyzed descriptively while quantitative data were analyzed using the average value of the computer with Microsoft Excel program . It can be concluded that the botanical composition of the most widely consumed animal is a type of legume with a percentage of 81.25 %. This is because the availability of forage legumes is relatively easier to obtain and the nature of livestock foraging by climbing ( browsing) while the content of Crude Fiber ( SK 30.29 ± 4.76 % ) and Crude Protein (CP 25.62 ± 1.21 % ).
Keywords : Goat Peranakan Etawah
PENDAHULUAN
Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan ternak ruminansia kecil yang
potensial sebagai sumber protein hewani dan banyak diusahakan pada peternakan
rakyat karena mudah dipelihara dan pakannya sederhana dibandingkan dengan
ruminansia besar. Pakan merupakan faktor utama yang menunjang pengembangan
usaha peternakan. Pakan memegang peran penting bagi produktifitas ternak,
pakan yang diberikan pada ternak khususnya pada ternak ruminansia adalah pakan
yang mengandung serat, protein serta zat nutrisi lain yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup ternak, oleh sebab itu pakan haruslah tetap tersedia Di wilayah
lombok tengah, Kambing PE masih dipelihara secara tradisional dengan jumlah
kepemilikan 2-5 ekor per orang. Peternak kambing etawa di Dusun Bun Mudraq
mencari pakan hijauan pada pagi dan sore hari di pematang sawah, kebun, pinggir
sungai, dan pinggir jalan raya, dengan cara potong angkut. untuk menganalisis
komposisi botani serta kandungan serat kasar, protein kasar dari hijauan pakan
ternak yang diberikan pada ternak kambing di kelompok ternak Sumber Rizki di
Dusun Bun mudraq Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok
Tengah.
Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing lokal
Indonesia dengan kambing lokal dari India, yaitu antara kambing Kacang dan
kambing Etawah, sehingga memiliki sifat diantara kedua tetua kambing tersebut.
Karakteristik kambing PE adalah kuping menggantung ke bawah dengan panjang
18-19 cm, tinggi badan antara 75100 cm, bobot jantan sekitar 40 kg dan betina
sekitar 35 kg, bahan makanan ternak dapat dibagi ke dalam dua golongan
berdasarkan kandungan serat kasar, yaitu bahan penguat (konsentrat) dan hijauan.
Hijauan merupakan pakan utama dari ternak ruminansia. Ketersediaan sangat
tergantung pada alam terutama pada pemeliharaan ternak yang di lakukan secara
tradisional.
Serat kasar menurut analisis proksimat adalah semua senyawa organik
yang tidak larut dalam perebusan dengan larutan H2SO4 1,25% dan perebusan
dengan larutan NaOH 1,25% selama 30 menit secara berurutan. Protein
merupakan salah satu zat makanan yang berperan pada produktivitas ternak.
Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan
melalui metode kejedahl yang kemudian dikali faktor protein 6,25.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi botani serta
kandungan serat kasar, protein kasar dari hijauan pakan ternak yang diberikan
pada ternak kambing di kelompok ternak Sumber Rizki di Dusun Bun mudraq
Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
METODE PENELITIAN
Penelitian akan di laksanakan di kelompok ternak di Dusun Bun Mudraq
DesaSukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah untuk
mengevaluasi sampel hijauan pakan kemudian menganalisis serat kasar dan
protein kasar di Laboratorium Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Mataram. Penelitian ini di laksanakan pada bulan April –
Mei 2016.
Metode penelitian
Melakukan survei, menyediakan kantong plastik dan mengambil sampel di 10
tempat pakan, kemudian pisahkan jenis rumput dan legum dan keringkan dibawah
sinar matahari selama 2/3 hari dan gabungkan sampel kandang 1 – 10
Penelitian dilaboratorium
1. Penetapan kadar bahan kering
Dengan cara sampel dianalisa dan dipotong dengan ukuran 2 – 3 cm
dimasukkan kedalam amplop dan keringkan kedalam oven bersuhu 60ºc
selama 3 – 5 hari. Prosedur penetapan kadar bahan kering yaitu sampai
bahan kering udara digiling ukuran ±1 – 2 cm kemudian masukkan
kedalam cawan dan keringkan kembali kedalam oven bersuhu 105ºc
selama 8 – 10 jam hingga beratnya konstan dan dinginkan selama 15 menit
kemudian hitung penetapan bahan kering dengan rumus :
: BK dry matter basis (%)
¿ [ Berat bahan kering sampel ( g )Berat bahan kering udarasampel ( g ) ]×100
%
2. Penetapan Kadar Serat Kasar
1. Memasukkan sampel kedalam backer glass.
2. Menambahkan 100 cc larutan H2SO4.
3. Mendidihkan diatas kompor pemanas (helting malte)
4. Meletakkan labu pendingin diatas backer glass.
5. Menghentikan proses pendidihan setelah 30 menit.
6. Menyaring larutan + sampel menggunakan kertas saring yang
sudahdiketahui beratnya.
1. Menambahkan 100 cc larutan NaOH dan bilas dengan
aquades/ethanol.
2. Mendidihkan kembali selama 30 menit di kompor pemanas (helting
malte)
3. Menyaring kembali menggunakan crussible.
4. Membilas menggunakan ethanol.
5. Mengeringkan dalam oven 105 0C selama 8-12 jam
6. Mendinginkan crussible + sampel kering kedalam desikator
selama30-60 menit.
7. Menimbang crussible + sampel kering.
8. Memasukkan crussible + sample kering kedalam tanur suhu 500-
600 0C, hingga sampel terbakar sempurna.
9. Mendinginkan crussible berisi sampel abu didalam desikator
10. Menimbang crusible + sampel (abu)
11. Menghitung persentase serat kasar dengan rumus:;
% Kadar Serat Kasar = (C – B / A) x 100%
Keterangan :
A. Bobot sampel
B. Bobot Kertas saring konstan
C. Bobot kertas saring + residu (Konstan)
3. Penetapan Kadar Protein Kasar
1. Prosedur penetapan kadar protein meliputi proses destruksi,
destilasi, dan titrasi.
2. Proses destruksi, sampel 0,25 gram, CuSO4 + H2SO4 1,5 gram dan
larutan H2SO4 7,5 ml dimasukkan ke dalam labu Kjedhal.
3. Labu Kjeldahl yang berisi sampel + CuSO4 + K2SO4 dan H2SO4
pekat dimasukkan ke dalam lemari asam dan destruksi selama 40
menit.
4. Tahap selanjutnya destilasi, larutan H3BO3 dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer sebanyak 25 ml dan menempatkan labu
Erlenmeyer di ujung pilter pada kompor destilasi.
5. Sampel destruksi diencerkan dengan aquades sebanyak 100 ml dan
sampel destruksi dipindahkan pada labu kjeldahl 500 ml.
6. NaOH 40% sebanyak 52 ml dituangkan ke dalam labu Kjeldahl
dengan cara dimiringkan kemudian labu Kjeldahl ditempatkan pada
kompor destilasi paling atas dan sampel diaduk.
7. Proses destilasi diakhiri apabila preparat dalam labu Kjeldahl
terjadi letupan kecil dan warna larutan H3BO3 dalam labu
erlenmeyer menjadi hijau.
8. Pada proses titrasi, labu Erlenmeyer yang berisi H3BO3 berwarna
hijau ditempatkan di bawah buret dan diteteskan dengan larutan
standar H2SO4 0,1961 hingga warna H3BO3 menjadi warna merah
muda kemudian membaca angka meniscus pada buret.
9. Kadar Protein Kasar dihitung dengan rumus:
PK (%) = mlTitrasi x 0,1961 x 6,25 x14 x 0,001
Berat ba h an kering sampel X 100%
Keterangan :
A. 0,1961 (Konversi kandungan)
B. 14 ( No atom)
C. 0,001 (Konversi ml)
D. 6,25 (Faktor protein)
Variabel yang diamati meliputi Jenis Rumput, Jenis Legum dan Jenis
Daun – Daunan. Analisis data yang diperlukan yaitu Hasil penelitian yang
bersifat kualitatif dianalisis secara diskriptif sedangkan data kuantitatif dianalisis
nilai rata-rata dan standar deviasi menggunakan komputer dengan program
Microsoft.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandang keompok ternak Sumber Rizki ini Terletak Di Dusun Bun
Mudrak, Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa
Tenggara Barat. Lokasi tersebut berjarak ±30 km dari Fakultas Peternakan
Universitas Mataram. Penulis mencapai lokasi kegiatan membutuhkan waktu ±
15-20 menit.
Kelompok ternak Sumber Rizki, Dusun Bun Mudrak Desa Sukarara,
Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Nusa Tenggara Barat ini
merupakan salah satu kelompok ternak yang dibina oleh Bank Indonesia dengan
jumlah anggota 15 orang dengan jumlah kepemilikan kambing PE masing-masing
2-3ekor.
Tabel 1. Komposisi Botani Pakan Di Kelompok Ternak Sumber Rizki
Lombok Tengah
NO
NAMA PAKAN
TOTALPEMBERIAN
(Kg)
RATA – RATA/MINGGU
(Kg)1 TURI 256,34 64,08
2 GAMAL 27,84 6,96
3 LAMTORO 40,98 10,24
4 PUTRI MALU 3,5 0,88
5 DAUN NANGKA 21,35 5,34
6 DAUN BANTEN 3,4 0,85
7 RUMPUT GAJAH 40,67 10,17
8 PASPALUM CONJUGATUM 3,19 0,80
9 ELIUSINE INDICA 2,75 0,69
Sumber : data primer diolah (2016)
Tabel 2. Persentase Hijauan Pakan Yang Diberikan (%)
NO PERSENTASE HIJAUAN %
1 LEGUM 81,25
2
3
RUMPUT
DAUN – DAUNAN
5,27
13,48 Sumber : data primer diolah (2016)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi botani pakan kambing PE
dikelompok ternak sumber rizki lombok tengah menunjukkan bahwa komposisi
botani pada pakan legum seperti turi 64,08 , gamal 6,94 , lamtoro 10,24 , putri
malu 0,88 , daun nangka 5,34 , daun banten 0,85 dan untuk pakan rerumputan
seperti rumput gajah 10,17 , paspalum conjugatum 0,80 dan eliusine indica 0,69.
Hasil ini menunjukkan bahwa pakan turi relatif iebih banyak dikonsumsi
oleh ternak kambing PE yg berada dikelompok ternak sumber rizki lombok
tengah, karena pakan turi juga lebih mudah didapatkan.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa persentase pemberian pakan
pada ternak kambing yaitu legum 81,25%, jenis daun 5,27% dan jenis rumput
13,48%. Disini terlihat jelas bahwa kambing lebih suka pakan legum dari pada
rumput dan jenis daun karena kambing lebih identik dengan pakan legum.
Masyarakat atau peternak ditempat penelitian ini juga lebih mudah mendapatkan
legum dari pada rumput, karena sebagian dari mereka tidak mempunyai lahan
untuk menanam rumput, tetapi untuk legum mereka bisa menanamnya disawah
bahkan diarea depan rumah seperti menanam daun nangka, lamtoro, gamal, daun
banten dan lain – lain.
Tabel 3. Kandungan Bahan Kering, Serat Kasar Protein, Kasar Pakan
Ternak
( % ).
No Sampel Bahan Kering
(BK)
Serat Kasar
(SK)
Protein Kasar
(PK)
M1 26,08 37,14 24,82
M2 25,22 29,43 26,80
M3 25,49 26,09 26,50
M4 25,92 28,53 24,37
Rata-rata 25,67±0,39 30,29±4,76 25,62±1,21
Sumber : data primer diolah (2016)
Keterangan : M1 = Minggu pertama, M2 = Minggu kedua, M3 = Minggu ketiga
M3 = minggu keempat
Kandungan Bahan Kering
Data Tabel 3 menampilkan bahwa rata-rata kadar bahan kering hijauan
pakan dari sampel satu sampai empat mempunyai sedikit perbedaan, bahkan
hampir sama. Konsumsi bahan kering tertinggi terjadi pada minggu pertama yaitu
26,08 karena kebanyak pada minggu pertama ternak lebih banyak diberikan legum
seperti turi.
Bahan kering merupakan bahan penyusun pakan yang sesungguhnya dan
digunakan sebagai standar menyusun ransum. Oleh karena itu, sangat penting
untuk diketahui kadarnya dalam setiap pakan ternak ruminansia termasuk pada
kambing. Penentuan bahan kering berkaitan dengan pengeringan sampel pakan
dengan proses penjemuran,tetapi sebelum itu bahan dicacah kemudian digiling
dan pengeringan kembali didalam oven agar bahan tersebut benar – benar kering.
Pentingnya penentuan bahan kering adalah analisa pakan dilakukan
berdasarkan bahan kering. Kebanyakan analisa menggunakan ukuran sampel yang
kecil biasanya dalam ukuran gram. Untuk menghindari berubahnya kandungan
nutrisi dalam pakan karena berkurang atau bertambahnya kadar air dari
lingkungan laboratorium, sangat perlu dilakukan analisa dalam bentuk kering.
Tetapi dalam beberapa kasus, pengusaha ternak atau nutrisonist ingin mengetahui
komposisi nutrisi dalam pakan dalam bentuk basah. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengkonversi dari bentuk kering ke basah atau sebaliknya.
Analisis Serat Kasar
Hasil penelitian menunjukkan kadar serat kasar hijauan pakan ternak
tertinggi 37,13 yaitu pada minggu pertama dan terendah 26,09 yaitu pada minggu
ke tiga, dengan rata-rata kadar serat kasar 30,29
Kadar dari serat kasar diketahui berdasarkan perbandingan berat sample
dan kertas saring sebelum pengeringan dengan sesudah dikeringkan (gravimetri).
Karena itulah kertas saring yang dipergunakan sudah diketahui bobot konstannya.
Proses penyaringan harus dilakukan secepat mungkin setelah proses digestion
selesai dilakukan, hal ini dikarenakan penundaan yang terlalu lama akan
mengakibatkan hasil analisa menjadi lebih kecil karena terjadi pengerusakan serat
lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai (Sudarmadji, et al. 1996)
Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu
asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 3,25%).
Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya
mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat
sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar. Tanpa
bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam
saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan
keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban
(Sudarmadji, et al 1996)
Analisis Protein Kasar
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kandungan protein kasar
pakan ternak relatif tinggi dan sedikit perbedaan sehingga dapat dikatakan bahwa
hijauan pakan tersebut mempunyai kualitas yang tinggi.
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan pada produktivitas
ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan
pakan melalui metode kejedahl yang kemudian dikali faktor protein 6,25.
(Suparjo, 2010). Kandungan protein kasar dihitung dari kandungan nitrogen
dalam makanan, ditentukan dengan beberapa modifikasi teknik pencernaan asam
sulfat berdasarkan metode kjeldahl. (Tilman dkk, 1986)
Rendahnya kadar protein tanaman tua dapat disebabkan karena semakin tua
tanaman memiliki batang yang lebih tinggi persentasenya daripada daun. Selain
rerumputan, daun leguminosa juga penting sebagai pakan hijauan. Penyediaan
pakan ternak untuk musim kemarau ternyata lebih bervariasi dibandingkan dengan
pakan pada musim hujan. Karena pada awal musim kemarau peternak masih bisa
memperoleh leguminose yang merambat dan rumput alam.
KESIMPULAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi botani pakan
hijauan yang diberikan pada ternak kambing peranakan etawah adalah legum
81,25% , rumput 5,27% dan daun – daudan 13,48%
Kandungan serat kasar, protein kasar pakan yang diberikan ternak kambing
peranakan etawah di kec. Jonggat kab. Loteng yaitu SK 30,29±4,76, PK
25,62±1,21
DAFTAR PUSTAKA
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan secara Kimiawi : Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Negeri Jambi. Jambi.
Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Tilman, A. Hartadi, H. Soedomo, R. Soeharto, P. dan Soekanto, L. 1986. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.