FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

44
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN “TANAM DAN POLA TANAM SERTA PEMULSAAN” Nama : Fikriyah Nuril Fiddin NIM : 125040201111018 Kelas : F1 Asisten : Isa Apri Adi PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

laporan dasar budidaya tanaman tentang pola tanam dan pemulsaan

Transcript of FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Page 1: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR BUDIDAYA TANAMAN

“TANAM DAN POLA TANAM SERTA PEMULSAAN”

Nama : Fikriyah Nuril Fiddin

NIM : 125040201111018

Kelas : F1

Asisten : Isa Apri Adi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanam adalah menempatkan tanaman berupa benih atau bibit pada media tanah

maupun selain tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Sedangkann pola tanam

merupakan penyuusunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas. Dalam

sistem budidaya tanaman pola tanam merupakan hal penting karena dengan pola tanam

tersebut dapat menanfaatkan dan memadukan berbagai komponen seperti iklim, tanah,

tanaman, dinamika hama dan penyakit, serta aspek sosial ekomomi. Dengan pemiliahan

pola tanam yang baik, dapat meningkatkan produksi suatu tanaman budidaya.

Pola tanam sendiri secara prinsip dibagi menjadi 2, yaitu pola tanam monokultur

dan tumpang sari. Pola tanam merupakan penanaman satu jenis tanaman pada suatu

bidang lahan, sedngkan pola tanam tumpang sari adalah penanaman dua tanaman atau

lebih pada suatu bidang lahan. Setiap pola tanam mempunyai kelebihan dan kekurang.

Bisanya pola tanam disesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam dan kondisi lahan

yang digunakan

Dalam penanaman suatu komoditas, diperlukan adanya mulsa. Mulsa adalah

bahan atau material penutup tanah pada tanaman budidaya yang bermanfaat untuk

menghambat pertumbuhan gulma. Penggunaan mulsa biasanya sangat menguntungkan

karena dapat membantu menghambat pertumbuhan gulma.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pola tanam dan pemulsaan adalah untuk mengetahui perbandingan pola tanam monokultur dan pola tanam tumpang sari pada tanaman jagung dan ubi jalar, juga untuk mengetahui perbandingan penggunaan mulsa jerami yang dicacah dan uang utuh dengan perlakuan yang tampan mulsa.

Page 3: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tanam

Tanam adalah menempatkan tanaman berupa benih atau bibit pada media

tanah maupun selain tanah dalam suatu bentuk pola tanam (Tambunan, 2011).

Tanam adalah proses pengisian lubang tanam yang sudah dipersiapkan pada

lahan budidaya baik menggunakan benih atau bibit dengan ketentuan jarak

jarak tanam yang telah ditetapkan (Mubyarto, 1989).

2.2 Pengertian Pola Tanam

Pola tanam adalah bentuk pemanfaatan sumber daya alam dan manusia dalam

budidaya tanaman guna memperoleh hasil yang baik dan berkelanjutan

(Paryo,2011).

Pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas

pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan

berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda

(Wirosoedarmo,1985).

2.3 Pola Tanam Monokultur

Pola tanam monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan

waktu penanaman yang sama. Monokultur adalah salah satu budidaya dilahan pertanian

dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Monokultur menjadikan

penggunaan lahan lebih efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara

cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah

lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar

mempercepat penyebaran organisme penggangu tanaman atau OPT seperti hama dan

penyakit (Setjanata, 1983).

2.4 Pola Tanam Tumpang Sari

Tumpang sari merupakan salah satu jenis pola tanam yang termasuk jenis

polikultur. Disebut dengan polikultur karena pada suatu lahan ditanami lebih dari satu

Page 4: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

jenis tanaman. Lebih detail, tumpang sari merupakan suatu pola pertanaman dengan

menanami lebih dari satu je nis tanaman pada suatu hamparan lahan dalam periode

waktu tanaman yang sama.

Kultur teknis yang harus diperhatikan pada pola tanam tumpang sari adalah jarak

tanam, populasi tanaman, umur tiap tanaman, dan arsitektur tanaman. Semuanya itu

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil masing-masing tanaman yang akan

ditumpang sari (Jumin,1998).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Pola Tanam

Iklim

Dimana pada keadaan musim hujan dan kemarau akan berpengaruh pada

persediaan air untuk tanaman dimana pada musim hujan maka persediaan air

untuk tanaman berada dalam jumlah yang besar, sebaliknya pada musim

kemarau persediaan akir akan menurun.

Topografi

Topografi merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut

yang berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban udara dimana keduanya

mempengaruhi pertumbuhan.

Debit air yang tersedia

Dimana debit air pada musim kemarau haruslah diperhitungkan apakah debit

saat itu mencukupi jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.

Jenis tanah

Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanah.

Sosial ekenomi

Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk dirubah

sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu jenis

tanaman.

( Setjanata,1983)

2.6 Syarat yang Harus Diperhatikan Dalam Pemilihan Pola Tanam

Kebutuhan sinar matahari

Page 5: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Setiap tanaman memerlukan proporsi penyinaran yang berbeda-beda oleh

karena itu, dalam penentuan pola atanam harus diperhatikan sifat-sifat

tanamanya lebih sesuai monokultur atau polikultur.

Kebutuhan unsur hara

Dalam melakukan pola tanam baik yang monokultur maupun polikultur,

ketersediaan unsur hara bagi tanaman harus tetap tersedia terlebih lagi pada

pola tanam monokultur yang mana kebutuhan unsur hara tanaman sama.

Perakaran tanaman

Sistem perakaran tanaman akan sangat mempengaruhi pola tanaman yang

akan dipakai karena perakaran tanaman yang ada akar serabut, dalam,

dangkal, dan melebar, sehingga ini harus diperhatikan dalam pola tanam.

Ketersediaan air yang menyangkup waktu dan lamanya ketersediaan yang

tergantung pada kinerja air irigasi serta pola distribusi dan jumlah hujan.

Eksistensi hama dan penyakit tanaman yang bersifat kronis dan potensial.

(Setjanata,1983)

2.7 Definisi Mulsa

Mulsa adalah bahan yang dihamparkan sebagian atau selirih permukaan tanah

dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut

(Tambunan, 2011)

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk

menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit

sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Mubyarto, 1989).

A mulch is a layer of material applied to the surface of an area of soil. “Mulsa

adalah lapisan bahan diterapkan pada permukaan daerah tanah”(Farlex, 2010)

2.8 Fungsi Mulsa

- Terhadap tanaman

Dengan adanya mulsa diatas permukaan tanah , benih gulma akan sangat

terhalan. Akibatnya tanaman akan bebas tumbuh tanpa kompetisi ddengan

gulma dalam peyerapan hara mineral tanah.

- Terhadap kestabilan agregat tanah

Page 6: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Dengan adanya bahan mulsa diatas permukaan tanah, energi air hujan akan

ditanggung oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan

terhindar dari proses penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan

untuk tujuan mengendalikan erosi.

- Terhadap kimia tanah

Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan

bahan-bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah

lapuk seperti jerami padi, alang-alang , rumput-rumputan.

- Manfaat terhadap ketersediaan air tanah

Pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari

permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa yang jatuh kembali ketanah.

Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke

udara hanya terjadi melalui proses transpirasi.

- Terhadap pemeliharaan tanaman

Pemulsaan dapat memperkecil perlakuan pemupukan katrena hanya

dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat panen. Demikian juga dengan

penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja , dan kegiatan

penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya

pada lubang tanam satu sekitar batang tanaman.

(Setjanata, 1983)

2.9 Macam-Macam Jenis Mulsa

Secara umum, terdapat dua jenis mulsa yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik:

Mulsa Organik

Mulsa yang berasal dari sisa panen, tanaman pupuk hijau atau limbah hasil

kegiatan pertanian, yang dapat menutupi permukaan tanah. Seperti jerami,

eceng gondok, sekam bakar dan batang jagung yang dapat melestarikan

produktivitas lahan untuk jangka waktu yang lama. Mulsa organik berupa

semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti

jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, daun dan pelepah daun

pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji. Keuntungan dari mulsa

Page 7: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

organik lebih mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah

kandungan bahan organik dalam tanah.

Contoh:

a. Mulsa Jerami

Dapat dimanfaatkan untuk semua jenis tanah dan tanaman.Karena

sifatnya mudah lapuk cocok digunakan untuk tanah yang dieksploitasi

berat, sehingga kesuburan tanah dalam jangka waktu tertentu dapat

dikembalikan.

Mulsa jerami sesuai digunakan untuk tanaman semusim atau non

semusim yang tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun

lebat dengan perakaran dangkal.Tanam-tanaman berikut ini yang

sukses diberi mulsa jerami adalah kentang, kedelai, bawang merah,

bawang putih dataran rendah, semangka dan melon (Setjanata, 1983).

(Anonymous1, 2013)

b. Mulsa Serpihan Kayu

Serpihan kayu yang diperoleh dari pemotongan pohon besar yang

digunakan sebagai pekerjaan sampingan yang dijadikan sebagai

mulsa. Pohon cabang dan batang besar agak kasar setelah chipping

dan cenderung digunakan sebagai mulsa setidaknya tiga inci tebal,

Serpihan kayu yang paling sering digunakan di bawah pohon dan

semak belukar. Ketika digunakan di sekitar tanaman berasal lunak,

zona unmulched yang tersisa di sekitar tanaman untuk mencegah

batang busuk batang atau penyakit lain yang mungkin muncul. sering

digunakan untuk jalur mulsa, karena mereka dapat segera diproduksi

Page 8: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

dengan sedikit tambahan biaya di luar biaya pembuangan normal

pemeliharaan pohon (Setjanata, 1983).

(Anonymous2, 2013)

c. Mulsa Potongan Rumput

Potongan rumput, dari memotong rumput kadang-kadang

dikumpulkan dan digunakan di tempat lain sebagai mulsa. Potongan

rumput yang padat dan cenderung tikar ke bawah, sehingga dicampur

dengan daun pohon atau kompos kasar untuk memberikan aerasi dan

untuk memfasilitasi dekomposisi mereka tanpa pembusukan bau.

Potongan rumput sering dikeringkan secara menyeluruh sebelum

aplikasi, yang menengahi terhadap dekomposisi yang cepat dan panas

yang berlebihan. Rumput segar yang membusuk akan mengikat panas

yang ad pada dalam tanah, Potongan rumput hijau relatif tinggi kadar

nitrat, dan ketika digunakan sebagai mulsa, banyak nitrat

dikembalikan ke tanah, tetapi penghapusan rutin potongan rumput

dari hasil rumput defisiensi nitrogen untuk rumput (Setjanata, 1983).

(Anonymous3, 2013)

Page 9: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

d. Mulsa Kardus dan Koran

Kardus dan koran juga dapat digunakan sebagai mulsa, Dengan

menggabungkan lapisan karton / koran ke mulsa, jumlah pupuk yang

lebih berat dapat dikurangi, sementara meningkatkan sifat gulma

mempertahankan penekan dan kelembaban dari pupuk itu. Namun,

tenaga kerja tambahan yang dikeluarkan saat penanaman melalui

mulsa yang berisi karton / lapisan koran, sebagai lubang harus

dipotong untuk setiap tanaman. Penerapan mulsa koran dalam cuaca

berangin dapat difasilitasi dengan singkat pra-merendam koran dalam

air untuk meningkatkan berat (Setjanata, 1983).

(Anonymous4, 2013)

(Anonymous5, 2013)

Mulsa Anorganik

Mulsa yang meliputi semua bahan yang bernilai ekonomis tinggi seperti

plastik dan batuan dalam bentuk ukuran 2-10 cm. Mulsa ini meliputi bahan –

Page 10: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

bahan plastic dan bahan – bahan kimia lainnya. Bahan- bahan plastik

berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan

plastik yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai bahan

mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, plastic hitam perak, dan plastik

perak hitam.

Contoh:

a. Mulsa plastik

Mulsa plastik sesuai digunakan untuk pembudidayaan tanaman yang

struktur perakarannya dangkal dengan tajuk tanaman tidak terlalu lebat,

dan tinggi tanaman di atas 0,5 meter. Berdasarkan efeknya terhadap suhu

tanah maka mulsa plastik disesuaikan dengan kebutuhan tanaman akan

suhu. Mulsa plastik putih dan perak cocok digunakan untuk tanaman

dataran tinggi yang ingin dibudidayakan pada dataran medium sampai

rendah. Mulsa plastik transparan dan hitam cocok digunakan untuk

tanaman dataran rendah yang ingin dibudidayakan di dataran tinggi.

Tinggi tanaman dan kelebatan daun menjadi syarat bagi penggunaan

mulsa plastik. Hal ini dimaksudkan agar efek mulsa plastik yaitu

pemantulan cahaya matahari dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin,

khususnya mulsa plastik putih dan perak hitam.Kedua mulsa ini baik

digunakan pada semangka, melon berbagai cabai hibrida dan terung-

terungan.Suatu hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan

mulsa plastik adalah nilai ekonomis tanaman, karena harga mulsa relatif

mahal.Karakteristik dari berbagai jenis mulsa plastik adalah sebagai

berikut.

- Mulsa plastik putih (MPP)

Berdasarkan penelitian mulsa plastik putih memantulkan cahaya

sekitar 45-55% cahaya matahari.Tanah yang tidak diberi mulsa

hanya memantulkan cahaya sekitar 12% sedangkan 88% diteruskan

atau diserap.Hal ini menyebabkan MPP memberi efek menurunkan

suhu tanah.Oleh karena itu MPP cocok digunakan untuk tanaman

dataran tinggi yang dibudidayakan di dataran rendah sampai

medium.Selain dapat menurunkan suhu tanah, MPP dapat

Page 11: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

menambah jumlah cahaya matahari yang diterima tajuk tanaman

karena cahaya yang dipantulkan cukup besar.Hal ini membantu

tanaman berfotosintesis.Oleh karena itu cocok diterapkan pada

budidaya semangka, melon, cabai dan terung (Setjanata, 1983).

(Anonymous6, 2013)

- Mulsa plastik transparan (MPT)

Dengan mulsa ini cahaya matahari yang dipantulkan sangat

sedikit.Cahaya yang diteruskan banyak, sehingga efeknya

menaikkan suhu tanah.Oleh karena itu MPT sangat cocok diterapkan

pada tanaman dataran rendah yang dibudidayakan di dataran

tinggi.Namun tanaman harus memiliki struktur tajuk yang tidak

terlalu tinggi seperti pada bawang merah (Setjanata, 1983).

(Anonymous7, 2013)

- Mulsa plastik hitam (MPH)

Cahaya matahari yang dipantulkan sangat sedikit. Hampir semua

cahaya matahari diserap oleh bahan mulsa, yaitu 90,5% dari jumlah

cahaya matahari yang datang. Cahaya matahari yang diserap akan

dipantulkan dalam bentuk panas ke segala arah. Suhu tanah yang

Page 12: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

diberi mulsa 3o C lebih tinggi dari yang tidak diberi mulsa. MPH

cocok diterapkan pada tanaman dataran rendah yang struktur

tajuknya tidak terlalu tinggi yang akan dibudidayakan di dataran

tinggi yang suhu tanahnya cenderung lebih rendah. Contoh bawang

merah, asparagus (Setjanata, 1983).

(Anonymous8, 2013)

- Mulsa plastik hitam perak (MPHP)

Permukaan perak dari MPPH akan menyebabkan cahaya matahari

yang dipantulkan cukup besar, bahkan lebih tinggi dari MPP,

sehingga cahaya matahari yang tersedia cukup besar untuk

fotosintesis. Permukaan hitam menyebabkan cahaya matahari yang

diteruskan sedikit, sehingga suhu tanah rendah, penguapan air tanah

berkurang sehingga menguntungkan tanaman.MPPH mulai

diterapkan secara luas dan sangat cocok untuk pembudidayaan

semangka hibrida, melon, cabai hibrida, terung-terungan, kentang,

bawang putih, strawberry dataran rendah (Setjanata, 1983).

(Anonymous9, 2013)

Page 13: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

2.10 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Bahan Mulsa

a. Mulsa Organik

Kelebihannya meliputi :

- Dapat diperoleh secara bebas/ gratis

- Memiliki efek menurunkan suhu tanah

- Mengonservasi tanah dengan menekan erosi

- Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu

- Menambah bahan organic tanah karena mudah lapuk setelah rentang

waktu tertentu

Kekurangannya meliputi:

- Tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen

tadi.

- Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh

dari pusat budidaya padi membutuhkan biya ekstra untuk transportasi

- Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam bberikutnya.

(Suryantono, 2013)

b. Mulsa Anorganik

Kelebihannya adalah :

- Dapat di peroleh setiap saat

- Memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik

- Dapat menekan erosi

- Mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat

- Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu

- Dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan

bahan mulsa

Kekurangannya adalah :

- Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar

lapuk

- Harganya relatif mahal

Page 14: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

(Suryantono, 2013)

Page 15: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

3. ALAT, BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan3.1.1.Alat

Cangkul : untuk mengolah lahan

Cetok : untuk mengolah lahan

Tugal : untuk melubangi tanah

Penggaris : untuk mengukur tinggi tanaman

Rol meter : untuk mengukur lahan

Tali rafia : untuk membuat simpul penanda jarak tanam

Bambu : untuk pembatas lahan

Gembor : untuk menyiram tanaman

3.1.2.Bahan

Benih jagung : sebagai bahan tanam

Benih kangkung : sebagai bahan tanam

Benih kacang hijau : sebagai bahan tanam

Bibit ubi jalar : sebagai bahan tanam

Pupuk urea : sebagai bahan untuk pemupukan

Pupuk SP-36 : sebagai bahan untuk pemupukan

Pupuk KCl : sebagai bahan untuk pemupukan

Jerami utuh : sebagai bahan pemulsaan

Jerami cacahan : sebagai bahan pemulsaan

Page 16: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

3.2 Alur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan pengelolaan lahan dengan dicangkul

Membuat garis imaginer jarak tanam dengan membuat patok tanda dan membuat simpul penanda dengan tali rafia dengan jarak tanam 70 x 50 cm

Membuat lubang tanam dengan tugal

Menanam biji jagung dengan 3 biji per lubang dan menanam ubi jalar dengan stek batang 20-30 cm

Untuk penanaman tumpang sari, kangkung dan kacang hijau ditanam dalam barisan, diantara 2 lubang tanam tanaman jangung atau ubi jalar

Memberi pupuk dasar Urea, KCl dan SP-36

Setelah 7 hari hst, melakukan penyulaman jika ada tanaman yang tidak tumbuh

Melakukan perawatan tanaman dengan disiram, disiangai, melakukan pembumbunan serta pengendalian hama dan penyakit

Setalah 14 hst melakukan pemulsaan dengan 3 perlakuan yang berbeda:

1) Bedeng 1 dan 2 tidak diberi mulsa2) Bedeng 2 dan 3 diberi mulsa cacahan3) Bedeng 4 dan 5 diberi mulsa utuh

Melakukan pengamatan dengan pengukuran parameternya tinggi tanaman dan jumlah daun untuk jagung, jumlah cabang dan panjang tanaman untuk ubu

jalar

Mencatat hasil pengamatan dan didokumentasikan

Page 17: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

3.3 Analisa Perlakuan Mulsa

Salah satu perawatan dalam budidaya tanaman adalah pemberian mulsa.

Pemulsaan bertujuan untuk menghambat pertumbuhan gulma pada tanaman budidaya.

Dalam praktikum pemberian mulsa diberikan 3 perlakuan yang berbeda untuk 6 bedeng

pada komoditas jagung dan ubi jalar. Pemberian mulsa diberikan pada 14 hst pada ubi

jalar dan 21 hst pada jagung. Perlakuan pertama pada bedeng 1 dan 2 tidak diberikan

mulsa yang berfungsi sebagai pembannding. Perlakuan kedua diberikan mulsa cacahan

pada bedeng 3 dan 4. Sedangkan pada bedeng 5 dan 6 diberikan mulsa utuh. Pemberian

ketiga perlakuan berbeda tersebut dilakukan untuk mengetahui perlakuan mana yang

efektif untuk memmabtu pertumbuhan tanaman.

Page 18: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Tinggi Tanaman dan Panjang Tanaman

a) Tabel tinggi tanaman jagung dan panjang tanaman ubi jalar pola tanam

monokultur

Sampel

Jagung

Tinggi Tanaman Jagung (cm)

04/04/2013 11/04/2013 18/04/2013 25/04/2013 01/05/2013

1 24 27 30 38 60

2 26 28 33 48 57

3 16 22 25 30 32

4 15 19 22 27 36

Rata2 20,25 24 27,5 35,75 46,25

Sampel

Ubi Jalar

Tinggi Tanaman Ubi Jalar (cm)

04/04/2013 11/04/2013 18/04/2013 25/04/2013 01/05/2013

1 44 69 95 132 138

2 27 53 70 112 112

3 50 86 128 138 156

4 33 60 83 125 130

Rata2 38,5 67 94 126,75 134

b) Tabel tinggi tanaman jagung dan panjang tanaman ubi jalar pola tanam

tumpang sari

Tanaman

Ke

Tinggi Tanaman Jagung ( cm )

04/04/2013 11/04/2013 18/04/201325/04/201

302/05/2013

6 13 17 23 23 30

14 11 15 30 48 52

23 10 14 16,5 22 34

36 9 15 27 30 46

Rata2 **

Expression

15,25 26,67 30,75 40,5

Page 19: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

4.1.2 Tabel jumlah Daun dan Jumlah Cabang

a) Tabel jumlah daun jagung dan jumlah cabang ubi jalar pola tanam

monokultur

Sampel Jumlah Daun Jagung

04/04/2013

11/04/2013

18/04/2013

25/04/2013

01/05/2013

1 1 3 5 6 62 1 2 4 5 53 0 1 3 5 64 0 3 5 3 5

Rata2 0,5 2,25 4,25 4,75 5,5

Tanaman

Ke

Panjang Tanaman Ubi Jalar ( cm )

04/04/2013 11/04/2013 18/04/2013 25/04/2013 02/05/2013

6 40 50 77 92 104

14 63 95 140 157 165

23 59 80 112 119 133

36 34 64 79 85 91

Rata2 49 72,25 102 113,25 123,25

Sampel Jumlah Cabang Ubi Jalar

04/04/2013 11/04/2013 18/04/2013 25/04/2013 01/05/20131 0 1 3 6 62 0 0 3 3 43 0 1 2 5 94 0 1 3 3 6

Rata2 0 0,75 2,75 4,25 6,25

Page 20: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

b) Tabel jumlah daun pola tanam tumpang sari

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tinggi Tanaman

Pada jagung dengan pola tanam monokultur tinggi tanaman untuk setiap

minggu pengamatan mengalami kenaikan. Pada pengamatan minggu pertama, rata-

rata tinggi tanaman dari 4 sampel yang diambil adalah 20,25 cm, sedangkan pada

minggu ke-2 rata-rata tinggi tanamannya adalah 24 cm. Untuk rata-rata tinggi

tanaman pada pengamatan ketiga nilainya adalah 27,5 cm, sedangkan pada

pengamatan minggu keempat dan kelima berturut-turut rata-rata tinggi tanamannya

adalah 36,75 dan 46,25. Pada ubi jalar yang ditaman dengan monokultur panjang

tanaman untuk setiap minggunya juga mengalami kenaikan. Secara berturut-turut

rata-rata panjang tanaman yang diamati dari 4 sampel yang diambil secara acak

Tanaman Ke

Jumlah Daun Tanaman Jagung04/04/201

311/04/2013

18/04/2013

25/04/2013 02/05/2013

6 3 5 5 4 614 2 3 5 6 323 3 3 4 5 636 3 5 5 6 3

Rata2 2,75 4 4,75 5,25 4,5

Tanaman

Ke

Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar

04/04/2013 11/04/2013 18/04/2013 25/04/2013 02/05/2013

6 37 50 94 155 195

14 24 44 102 123 151

23 26 47 95 113 128

36 34 51 100 119 125

Rata2 30,25 48 97,75 127,5 149,75

Page 21: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

selama 5 minggu pengamatan adalah 38,5 cm; 67 cm; 94 cm; 126,75 cm dan 134

cm.

Pada pola tanam tumpangsari, tinggi tanaman untuk komoditas jagung juga

mengalami kenaikan untuk setiap minggungya. Secara berturut-turut rata-rata tinggi

tanaman yang diamati dari 4 sampel yang diambil secara acak selama 5 minggu

pengamatan adalah 10,75 cm; 15,25 cm; 24,13 cm; 30,75 cm dan 40,5 cm.

Sedangkan pada ubi jalar, Secara berturut-turut rata-rata panjang tanaman yang

diamati dari 4 sampel yang diambil secara acak selama 5 minggu pengamatan

adalah 49 cm; 72,25 cm; 102 cm; 113,25 cm; dan 123,25 cm.

Hasil diatas menunjukkan bahwa setiap minggu tanaman jagung dan ubi jalar

mengalami pertumbuhan yang baik. Namun, jika dibandingkan anatara pola tanam

monokultur dan tumpang sari, tanaman jagung dan ubi jalar yang mengalami

pertumbuhan yang paling baik adalah yang ditanam dengan pola tanam

monokultur. Pertambahan tinggi dan panjang tanaman pada pola tanam monokultur

lebih banyak dari pada yang menggunakan pola tanam tumpang sari. Hal tersebut

terjadi karena adanya kompetisi pada tanaman yang ditanam dengan pola tanam

tumpang sari. Menurut Kroppf dan Lotz (1993) dalam Suwarto (2005) pada pola

tanam tumpang sari ada persaingan antar kedua spesies atau antarspesies tanaman

dalam mendapatkan faktor tumbuh.

4.2.2 Jumlah Daun

Pada pola tanam monokultur, jumlah daun pada tanaman jagung mengalami

kenaikan setiap minggunya. Pada pola tanam tumpang saripun juga mengalami

kenaikan pada jumlah daun setiap minggunya. Pertambahan jumlah daun pada pola

tanam monokultur dan tumpang sari lebih banyak pada pola tanam monokultur. Hal

tersebut terjadi karena adanya kompetisi dalam memperebutkan unsur hara pada

pola tanam tumpang sari. Menurut Kroppf dan Lotz (1993) dalam Suwarto (2005)

pada pola tanam tumpang sari ada persaingan antar kedua spesies atau antarspesies

tanaman dalam mendapatkan faktor tumbuh. Pada ubi jalar juga mangalami hal

yang sama dengan jagung.

4.2.3 Efektivitas perlakuan mulsa pada ubi jalar dan jagung

Page 22: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Pemulsaan dilakukan dengan 3 perlakuan yang berbeda, yaitu perlakuan

pertama pada bedeng 1 dan 2 dengan tanpa diberi mulsa, perlakuan kedua pada

bedeng 3 dan 4 diberikan mulsa jerami cacahan serta perlakuan ketiga dengan

pemberian mulsa jerani utuh pada bedebg 5 dan 6. Ketiga perlakuan tersebut

memberikan efek yang berbeda pada tanaman baik jagung maupun ubi jalar.

Perlakuan dengan tanpa mulsa akan menyebabkan gulma tumbuh lebih banyak dari

pada yang diberi mulsa. Pada mulsa jerami cacahan dan jerami utuh, gulma yang

banyak tumbuh adalah pada mulsa jerami utuh. Hal tersebut terjadi karena pada

jerami utuh masih terdapat rongga-rongga, sehingga akan lebih mudah ditumbuhi

oleh gulma.

Sehingga pada tanaman jagung dan ubi jalar yang paling efektif dalam

pemberian mulsa adalah pemberian mulsa jerami yang dalam bentuk cacahan.

Menurut Suwarto (2005) ukuran mulsa juga dapat menentukan keefektifan mulsa.

Sisa tanaman yang dipotong-potong sepanjang 20-35 cm, kemudian disebar merata

di permukaan tanah sangat efektif untuk menekan aliran permukaan tanah.

4.2.4 Analisa pertumbuhan gulma pada tiap perlakuan pada komoditas jagung dan

ubi jalar

a) Ubi Jalar

Jenis gulmaPlot

1 2 3 4 5 6Rumput

43 33 40 46 49 54

B 30 26 - - 20 21

Page 23: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Jenis gulmaPlot

1 2 3 4 5 6

Krorkot daun lonjong

1 - 5 - - 35

Krokot daun bergerigi

- 13 - 10 - -

Rumput Teki

45 33 - - - -

Krokot daun lancip

5 3 - - 3 3

Krokot daun panjang 3 1 - - - -

Page 24: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Jenis gulmaPlot

1 2 3 4 5 6

Rumput seperti seledri

- - - 23 8 -

Page 25: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

b) Jagung

Jenis GulmaPlot

1 2 3 4 5 6Rumput

34 23 17 10 24 19

Krokot daun bergerigi

22 17 - - 10 7

Rumput Teki

11 8 - 4 5 4

Krokot daun panjang

8 4 - - - -

Rumput seperti seledri

- - 8 11 13 15

Page 26: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Jenis GulmaPlot

1 2 3 4 5 6Rumput tinggi panjang

35 41 11 18 21 22

A

2 5 - 1 1 4

B

1013

3 2 5 7

C

10 9 19 17 20 26

Page 27: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Jenis GulmaPlot

1 2 3 4 5 6D

- 3 16 12 7 11

E

7 10 5 3 - 5

F

10 14 4 5 1 3

1) Ubi jalar

% gulma perlakuan 1 = ∑gulma plot 1dan2

∑seluruh gulma x 100%

= 236553

X 100%

= 42,67 %

Page 28: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

% gulma perlakuan 2 = ∑gulma plot 3dan 4

∑ seluruh gulma x 100%

= 124553

x 100%

= 22, 42%

% gulma perlakuan 3 = ∑gulma plot 5 dan 6

∑ seluruh gulma x 100%

= 193553

x 100%

= 34,9%

2) Jagung

% gulma perlakuan 1 = ∑gulma plot 1dan2

∑seluruh gulma x 100%

= 296692

X 100%

= 42,77%

% gulma perlakuan 2 = ∑gulma plot 3dan 4

∑ seluruh gulma x 100%

= 166692

X 100%

= 23,88%

% gulma perlakuan 3 = ∑gulma plot 5dan 6

∑ seluruh gulma x 100%

= 230692

X 100%

= 33,23%

Hasil perhitungan presentase gulma pada berbagai perlakuan untuk tanaman

tanaman jagung dan ubi jalar hampir sama. Pada tanaman ubi jalar dengan

perlakuan pertama dimana tidak menggunakan mulsa, presentase gulmanya adalah

42,67 %. Pada perlakuan kedua yang menggunakan mulsa jerami yang dicacah,

presentase gulmanya adalah 22,42%. Sedangkan pada penggunaan mulsa jerami

utuh untuk perlakuan ketiga presentase gulmanya adalah 34,9%.

Pada jagung juga menunjukkan hal sama dengan ubi jalar. Dari ketiga

perlakuan, yang memiliki presentase gulma terbesar adalah perlakuan 1 dengan

Page 29: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

tanpa mulsa sebasar 42,77%. Pada perlakuan 3 dengan pemberian mulsa utuh,

presentase gulmanya adalah 33,23%. Sedangkan pada perlakuan 2 dengan

pemberian mulsa cacahan, nilai presentase gulmanya paling sedikit yaitu 23,88%.

Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa pemberian mulsa akan menghambat

pertumbuhan gulma. Hal tersebut ditunjukkan dengan presentase gulma pada

perlakuan tampa mulsa akan lebih besar dari pada yang diberi mulsa. Menurut

Mabasya (1985) pemakaian mulsa jerami padi akan mengurangi gulma yang

tumbuh, mengembalikan hara tanaman, clan mempertahankan kandungan

bahan organik tanah. Mulsa adalah bahan yang dipakai pada permukaan tanah

dan berfungsi untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan dan menekan

pertumbuhan gulma. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa adalah

jerami padi. (Bangun, 1989).

Pada mulsa jerami untuh masih bisa ditumbuhi gulma karena masih ada

rongga-rongga yang dapat menjadi tempat gulma tumbuh. Sedangkan pada mulsa

jerami cacahan, hampir tidak ada rongga, sehingga gulma yang akan tumbuh akan

terhambat.

4.2.5 Faktor Fisiologis yang terjadi pada tiap perlakuan mulsa pada komoditas

jagung dan ubi jalar

Pada komoditas jagung, pada tiap perlakuan memiliki faktor fisiologis yang

berbeda. Dengan pemberian mulsa jerami pada perlakuan 2 dan 3 akan lebih

meningkatkan kadar air dalam tanah. Menurut Stalling (1959) mulsa jerami dapat

meningkatkan kadar air tanah 4% lebih tinggi dibandingkan tanpa mulsa.

Menurut Juanda (2000) pemberian mulsa jerami mempengaruhi kondisi iklim

tanah, kehidupan jasad retnik dan pertumbuhan tanaman. Pengaruh mulsa pada

tanah adalah agregat tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah stabil (pada

hujan tidak terlalu basah dan pada musim kering dapat menahan penguapan air),

menambah bahan organik tanah, mengendalikan pertumbuhan gulma, mencegah

erosi dan penguapan pupuk oleh sinar matahari. Dengan demikian, mulsa dapat

meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi umbi.

Pemberian mulsa akan sangat mempengaruhi infiltrasi yang ada dalam tanah.

Menurut Arsyad (2006) semakin tinggi penutupan tanah oleh mulsa, semakin

Page 30: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

efektif dalam mencegah penutupan pori dan menghindari pembentukan lapisan

kerak sehingga kapasitas infiltrasi tanah dapat dipertahankan atau ditingkatkan.

4.2.6 Rekomendasi penggunaan mulsa yang baik pada komoditas jagung dan ubi

jalar

Pemberian mulsa yang paling baik pada tanaman jagung dan ubi jalar adalah

mulsa jerami yang dicacah. Hal tersebut dikarenakan mulsa jerami cacah dapat

mempertahankan kelembaban udara yang optimal bai pertumbuhan ubi jalar dan

juga jagung. Selain itu mulsa jerami cacahan hanya mamiliki sedikit rongga udara,

sehingga gulam sulit untuk tumbuh.

Menurut Juanda (2000) cara pemberian mulsa yaitu, jerami diletakkan secara

merata diatas permukaan tanah bedengan setebal 5 cm. Menurut Suwarto (2000)

ukuran mulsa juga dapat menentukan keefektifan mulsa. Sisa tanaman yang

dipotong-potong sepanjang 20-35 cm, kemudian disebar merata di permukaan tanah

sangat efektif untuk menekan aliran permukaan tanah. Cara penempatan bahan

mulsa dengan disebar merata sangat efektif untuk melindungi permukaan tanah dari

daya rusak butir hujan serta mengurangi aliran permukaan.

Page 31: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa pola tanam monokultur dan

tumpang sari pada tanaman jagung dan ubi jalar memberikan pengaruh yang sama pada

pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun. Namun, tanaman dengan tumpang sari

akan menguntungkan dari segi penggunaan lahan

Pada praktikum pemberian mulsa, mulsa yang paling efektif untuk menghambat

gumla pada jagung dan ubi jalar adalah mulsa jerami yang dicacah. Karena pada mulsa

yang dicacah rongga antar ruangannya samangt sedikit dan hampir tidak ada, sehingga

sulit bagi gulma untuk tumbuh.

Page 32: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous1, 2013. Mulsa Jerami (Online). http://3.bp.blogspot.com/_

qKNq6hPWd2o/TLnkVeMaA1I/AAAAAAAAAEM/v8_NK1VPhNw/s1600/DS

C00639.jpg. Diakses 4 Juni 2013

Anonymous2, 2013. Mulsa Serpihan Kayu (Online). http://ibubercahaya.com /assets/

js/tinymce/plugins/moxiemanager/data/files/kemarau2.jpg. Diakses 4 Juni 2013

Anonymous3, 2013. Mulsa Potongan Rumput (Online). http://tinyfarmblog.com/wp-

content/uploads/2007/11/fal2007_spreading_grass_mulch.jpg. Diakses 4 Juni

2013.

Anonymous4, 2013. Mulsa Koran (Online). http://produkkelapa.files. wordpress.com /2010/12/coirmulchmat.jpg. Diakses 4 Juni 2013

Anonymous5, 2013. Mulsa Kardus (Online). http://thegardenhound.com /Portals/0/ SheetMulch_step5a_28apr10.jpg. Diakses 4 Juni 2013

Anonymous6, 2013. Mulsa Plastik Putih (Online). http://sarananiagaplastik.com/wp-

content/uploads/2012/10/mulsaudang1-500x375.jpg. Diakses 4 Juni 2013.

Anonymous7, 2013. Mulsa Plastik Transparan (Online). http://1.bp.blogspot.com/-

AborNJVU-6A/Tvsr0OCFWSI/AAAAAAAAAec/xo4HulyENok/s1600/album-

931-l.jpg. Diakses 4 Juni 2013.

Anonymous8, 2013. Mulsa Plastik Hitam (Online). http://202.67.224.132/ pdimage/27/

2310827plastik-mulsa.jpg, Diakses 4 Juni 2013.

Anonymous9, 2013. Mulsa Plastik Hitam Perak (Online). http://2.bp.blogspot.com/-

KAt9txpzD8U/TkaDeXSR8PI/AAAAAAAAADs/5uBSzct2cLc/

s1600/2508129_mulsahitamperak.jpg. Diakses 4 Juni 2013.

Bangun, P dan M.Syam, 1989. Pengendalian gulma pada padi. Hlm. 579 – 600,

dalam Padi, buku 2, M. Ismunadji et al (penyunting). Puslitbangtan Bogor.

Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi Jalar Budidaya Dan Analisis Usaha

Tani. Yogyakarta: Kanisius

Jumin, Hasan Basri. 1998. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: Agronomi.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Lembaga Penelitian, Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta: LP3ES.

Paryo. 2011. Pertanian Tumpang Sari, Pelosok Pedesaan. Jakarta: Rajawali

Page 33: FNF_laporan pola tanam dan mulsa.docx

Setjanata, S. 1983. Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usahatani dalam

Usaha Intensifikasi (Proyek Bimas). Lokakarya Teknologi dan Dampak

Penelitian Pola Tanam dan Usahatani, Bogor, 20-21 Juni 1983. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Tanam

Suryantono, Agus, dkk. 2013. Modul Praktikum Budidaya Tanaman. Malang: Jurusan

Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Suwarto, dkk. 2005. Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam Sistem Tumpang

Sari. Dalam jurnal Bul. Agron. (33) (2) 1 – 7 (2005)

Tambunan, Sonia, dkk. 2011. Tanam dan Pola Tanam. http://www.tanam-dan-pola-

tanam.pdf.html. Diakses 4 Juni 2013.

Wirosoedarmo. 1985. Dasar-Dasar Irigasi Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya