GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

14
Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14 e-ISSN. 2685-8509 (Online); p-ISSN. 2685-5453 Homepage: https://alisyraq.pabki.org/index.php/alisyraq/ 1 GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN (ODP) COVID-19 YANG MENGALAMI ANXIETY: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGIS THE DESCRIPTION OF SPIRITUALITY OF PEOPLE IN SUPERVISION (ODP) COVID-19 WITH ANXIETY: A PHENOMENOLOGICAL STUDY K Kasmi 1* , M Maemonah 2 , N Nurjannah 3 1 Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam, Magister Interdisciplinary Islamic Studies, Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia 2 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia 3 Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia *E-mail: [email protected] Abstract Society that is troubled by the COVID-19 outbreak that has swept the world today has a profound influence on people's lives, not least for students who have to undergo a period of quarantine and experience high anxiety which impacts on their spirituality. This study aims to determine the forms of spirituality of students with ODP status and currently undergoing quarantine in overcoming anxiety experienced by these students. This research uses a qualitative research method of phenomenology type. The results showed that the spiritual forms experienced by the ODP undergoing quarantine were trusting in God by increasing compulsory worship and sunah, searching for meaning, mindfulness by carrying out ha breathing, remembrance, and reading the Qur'an, and feeling safe because of undergoing the educational quarantine process. Other than, Forms of spiritual communication carried out by the subject are thaharah, syahadat, shalat, tawakkal, thanksgiving, patience, and repentance. Keywords: Anxiety; People in Supervision (ODP); Spirituality. Abstrak Masyarakat yang diresahkan dengan adanya wabah COVID-19 yang melanda dunia saat ini membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat, tidak terkecuali bagi mahasiswa yang harus menjalani masa karantina dan mengalami kecemasan tinggi yang berdampak pada spiritualitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk spiritualitas mahasiswa yang berstatus ODP dan sedang menjalani karantina dalam mengatasi kecemasan

Transcript of GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Page 1: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

e-ISSN. 2685-8509 (Online); p-ISSN. 2685-5453

Homepage: https://alisyraq.pabki.org/index.php/alisyraq/

1

GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM

PENGAWASAN (ODP) COVID-19 YANG MENGALAMI

ANXIETY: SEBUAH STUDI FENOMENOLOGIS

THE DESCRIPTION OF SPIRITUALITY OF PEOPLE IN

SUPERVISION (ODP) COVID-19 WITH ANXIETY: A

PHENOMENOLOGICAL STUDY

K Kasmi1*, M Maemonah2, N Nurjannah3 1 Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam, Magister Interdisciplinary Islamic Studies,

Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia 2 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia 3 Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia

*E-mail: [email protected]

Abstract

Society that is troubled by the COVID-19 outbreak that has swept the world today has a profound influence on people's lives, not least for students who have to undergo a period

of quarantine and experience high anxiety which impacts on their spirituality. This study aims to determine the forms of spirituality of students with ODP status and currently undergoing quarantine in overcoming anxiety experienced by these students. This research uses a qualitative research method of phenomenology type. The results showed

that the spiritual forms experienced by the ODP undergoing quarantine were trusting in God by increasing compulsory worship and sunah, searching for meaning, mindfulness by carrying out ha breathing, remembrance, and reading the Qur'an, and feeling safe because of undergoing the educational quarantine process. Other than, Forms of spiritual

communication carried out by the subject are thaharah, syahadat, shalat, tawakkal, thanksgiving, patience, and repentance.

Keywords: Anxiety; People in Supervision (ODP); Spirituality.

Abstrak

Masyarakat yang diresahkan dengan adanya wabah COVID-19 yang melanda dunia saat ini membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat, tidak

terkecuali bagi mahasiswa yang harus menjalani masa karantina dan mengalami kecemasan tinggi yang berdampak pada spiritualitasnya. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk spiritualitas mahasiswa yang berstatus ODP dan sedang menjalani karantina dalam mengatasi kecemasan

Page 2: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

2

yang dialami oleh mahasiswa tersebut. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif jenis fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk spiritual yang dialami oleh ODP yang menjalani karantina yaitu

percaya pada Tuhan dengan memperbanyak ibadah wajib dan sunah, pencarian makna, mindfulness dengan melaksanakan ha breathing, dzikir, dan

membaca al-Quran, serta perasaan aman karena menjalani proses karantina

yang bersifat edukatif. Selain itu, bentuk komunikasi spiritual yang dilakukan oleh subyek adalah thaharah, syahadat, shalat, tawakkal, syukur, sabar, dan

taubat.

Kata Kunci: Kecemasan; Orang Dalam Pengawasan; Spiritualitas.

Pendahuluan

COVID-19 merupakan pandemi global yang sudah menyebar keberbagai

negara sehingga pemerintah harus menerapkan karantina wilayah (Y. I. S. Setiawan,

2020), berbagai kebijakan telah ditetapkan oleh pemerintah seperti perintah

menggunakan masker (Syandri & Akbar, 2020), social distancing, dan physical

distancing (Gostin et al., 2020). Hal ini berarti COVID-19 memberikan pengaruh

besar terhadap keberlangsungan hidup masyarakat di berbagai negara termasuk

Indonesia, yang saat ini terus mengalami peningkatan sebagaimana yang disebutkan

dari berbagai media. COVID-19 ditandai dengan adanya beberapa gejala yang

penelitiannya telah melalui proses laboratorium seperti infeksi saluran pernafasan

yang menyebabkan flu, batuk kering, dan demam 38ᴼC (A. R. Setiawan & Ilmiyah,

2020). Berdasarkan gejala yang disebutkan, tenaga medis dan pemerintah

menegaskan kepada masyarkat untuk melakukan pengecekan karena COVID-19

memiliki gejala yang hampir sama dengan penyakit lainnya (Susilo et al., 2020).

Himbauan ini menjadi peringatan kepada masyarakat untuk tidak panik ketika

menghadapi gejala yang sama sebelum melalukan tes diagnosis coronavirus yang

memiliki prosedur tertentu.

Proses penyebaran dari COVID-19 sendiri berlangsung sangat cepat melalui

kontaminasi seperti sentuhan fisik dan benda sebagaimana yang disampaikan oleh

WHO (Zaharah et al., 2020). Melalui penyebaran ini, pemerintah diseluruh dunia

menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan semua kegiatan di rumah

termasuk kerja dan kegiatan belajar mengajar yang betujuan untuk memutus rantai

penyebaran COVID-19 (Yunus & Rezki, 2020). Dengan adanya kebijakan semi lock

Page 3: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

3

down seperti yang disebutkan melahirkan kebijakan-kebijakan dari pemerintah

provinsi di Indonesia seperti di Kalimantan Timur. Berdasarkan pra observasi yang

dilakukan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mewajibkan karantina selama

empat belas hari kepada semua masyarakat yang memasuki wilayah Kalimantan

Timur khususnya Balikpapan. Hal ini menimbulkan kecemasan yang berpengaruh

terhadap spiritualitas masyarakat yang sedang menjalani karantina.

Priest (dalam Maisaroh & Falah, 2020) menyebutkan bahwa anxiety atau

kecemasan merupakan sesuatu yang hadir dan dirasakan oleh seseorang dalam

kondisi yang tidak normal dan beranggapan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi

pada dirinya atau lingkungannya. Melalui hal ini dapat diartikan bahwa kecemasan

dapat dipengaruhi oleh bebagai hal yang menciptakan tekanan yang kemudian dapat

memunculkan perasaan khawatir atau tidak menyenangkan yang dapat

menghilangkan rasa percaya diri seseorang. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kecemasan pada dasarnya dapat dialami oleh semua kalangan.

Selain itu kecemasan adalah manifestasi dari suatu kondisi nyata atau khayal yang

bersifat ancaman (Sinaga et al., 2020). Hal ini sejalan dengan kondisi yang dialami

oleh subyek pada penelitian ini yang dihadapkan pada situasi yang mengancam

keselamatan dari COVID-19. Empat belas hari masa karantina dinilai memberikan

efek negatif dan positif oleh subyek. Subyek merasa cemas karena masih menunggu

hasil akhir apakah terpapar COVID-19 atau tidak sebagai efek negatif karantina,

kemudian subyek memiliki pengetahuan yang luas mengenai COVID-19, baik

sejarah hingga penanganannya sebagai efek positif dari karantina.

Secara umum, beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain

adalah bawaan atau hereditas. Kemudian lingkungan sebagai salah satu

penyumbang terbentuknya kepribadian individu seperti masalah yang terjadi dalam

keluarga, trauma, pertumbuhan dan perkembangan, serta perasaan-perasaan negatif.

Selanjutnya adalah pribadi individu sendiri (Wijaya, 2020). Dari sini dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya kecemasan dapat muncul dari berbagai aspek

dalam kehidupan, tidak hanya masalah pribadi tetapi dipengaruhi oleh berbagai hal

lain yang akhirnya mampu untuk menimbulkan tekanan emosi menjadi

kekhawatiran dan kecemasan. Kecemasan inilah yang membentuk rasa takut yang

Page 4: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

4

berlebihan pada subyek yang merasa akan dihadapkan pada kematian. Dalam hal

ini, kecemasan akan mengalami perubahan dengan adanya perilaku spiritual yang

baik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Becker bahwa kematian merupakan hal pasti

dan cemas pada kematian merupakan hal yang wajar terjadi, karena dalam dunia

psikologi hal ini dikenal dengan istilah psikobiologis yang sudah ada sejak zaman

dahulu (Zariayufa et al., 2020). Perilaku cemas terhadap kematian erat kaitannya

dengan spiritualitas individu yang bersangkutan, semakin baik spiritualitasnya maka

semakin baik kontrol emosi yang dapatkan menurunkan kecemasan (Hamid et al.,

2019). Individu yang cemas menghadapi kematian membutuhkan dukungan

spiritual untuk tetap tenang melewati hari demi hari hingga kematian datang

padanya.

Spiritualitas merupakan sesuatu yang tidak tampak dan memberikan

kekuatan atau energi, ada pemaknaan yang berbeda-beda oleh setiap individu

tentang spiritual itu sendiri, namun spiritual memiliki dimensi berupa: (1) percaya

pada tuhan, (2) pencarian makna, (3) mindfulness, dan (4) perasaan aman (Nurhayati,

2019), spiritual sendiri mengacu pada pengalaman individu dalam memaknai nilai

atas pengalaman yang dialami serta berfokus pada makna dan tujuan hidup (Gomes

E, 2020). Spiritualitas sendiri terdiri dari: (1) sumber nilai dan makna eksternal, (2)

Pemahaman, (3) kesadaran batin, dan (4) integrasi pribadi (Imaduddin, 2017). Dari

definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa spritualitas memiliki

cakupan yang lebih luas karena tidak hanya mencakup tentang keagamaan tetapi

kehidupan secara luas juga. Spiritualitas seseorang tidak dapat diukur secara pasti

karena sangat dipengaruhi oleh individu masing-masing dan lingkungannya

(Nashuddin, 2016). Keempat dimensi spiritual yang disebutkan memiliki peran

penting dalam terbentuknya individu baru yang telah mengalami kecemasan menjadi

tidak cemas dengan setiap dimensi yang ada pada spiritualitas.

Ramli (dalam Qadaruddin et al., 2020) telah membahas dengan lengkap

mengenai self evaluation dan komunikasi spiritual seperti: (1) evaluasi dengan

thaharah, (2) evaluasi dengan syahadat sebagai semangat keberagamaan, (3) tawakal

sebagai bentuk komunikasi individu, (4) peningkatan kualitas dan kuantitas shalat,

(5) evaluasi kejiwaan dengan syukur, (6) sabar dalam menghadapi masalah, dan (7)

Page 5: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

5

bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat. Ketujuh bentuk komunikasi spiritual

yang dijelaskan ini sangat berguna bagi masyarakat yang mengalami dampak negatif

dari COVID-19, dalam hal ini adalah ODP yang menjalani karantina. Penerapan

karantina ini membantu subyek untuk melakukan self evaluation dan komunikasi

spiritual lebih baik dan tenang untuk menghilangkan kecemasan yang dialami karena

didukung oleh lingkungan dan keadaan subyek. Komunikasi spiritual yang

ditawarkan menjadi solusi instan karena tidak memberatkan subyek dalam

pelaksanaannya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dukungan psikosoial dan spiritual

menjadi hal yang penting dilakukan selama pandemi COVID-19 karena sebagian

besar masyarakat mengalami kehilangan keluarga dan kecemasan (Borasio et al.,

2020), kemudian religiusitas dan spiritualitas dinilai menjadi sumber dukungan

kenyamanan, bimbingan dan layanan sosial bagi masyarakat yang berdampak

COVID-19 (2020), penelitian lain menyebutkan bahwa spiritualitas untuk mengatasi

pandemi COVID-19 sangat penting karena spiritual memberikan energi terhadap

pasien COVID-19, sehingga pihak rumah sakit dan tempat karantina membutuhkan

pemuka agama dan psikolog, kebutuhan spiritual dibutuhkan oleh semua

masyarakat baik yang memiliki agama maupun tidak (Bajwah et al., 2020).

Penelitian lain tentang kecemasan dan spiritual menyatakan bahwa ada keterkaitan

antara kecemasan dan spiritual untuk menangani seorang yang memiliki masalah

dengan persentase kecemasan sebesar 38% dan persentase spiritual 67.6%

(Suprihatiningsih & Dewi, 2020).

Berdasarkan paparan di atas mengenai COVID-19, spiritualitas, dan beberapa

penelitian terdahulu, belum ada pembahasan tentang bagaimana spiritualitas

masyarakat akibat COVID-19. Hal ini menjadi sangat penting untuk melihat sejauh

mana perubahan spiritual yang dialami oleh masyarakat khususnya yang memiliki

kecemasan karena berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP). ODP dinilai

meningkatkan kecemasan yang berpengaruh terhadap spiritualitas individunya

karena diperlakukan layaknya Pasien Dalam Pemantauan (PDP), sehingga tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk spiritualitas ODP selama

karantina dalam mengatasi kecemasan yang dialami oleh ODP.

Page 6: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

6

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif jenis fenomenologis. Penelitian ini dilakukan secara daring

dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Pengumpulan data dilakukan dengan

online interview dan online observation yang dibagikan subyek melalui dokumentasi

Instagram stories dan WhatsApp stories. Adapun subyek pada penelitian ini adalah AC,

seorang mahasiswa Pascasarjana di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sedang

menjalani karantina di Balikpapan selama empat belas hari sebagaimana peraturan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Subyek pendukung pada penelitian ini

adalah ANS, adik kandung AC yang juga menjalani karantina. AC dipilih menjadi

subyek utama karena memiliki kecemasan yang tinggi hingga mengalami

psikosomatis daripada ANC. Untuk menguji keabsahan data, digunakan triangulasi

metode dengan mengkonfirmasi kebenaran data melalui ANC.

Hasil dan Pembahasan

Dalam kasus ini, bentuk atau gambaran spiritualitas ODP COVID-19 dilihat

dari dua aspek yaitu dimensi spiritual dan komunikasi spiritual. Dimensi spiritual

terdiri dari empat dimensi yaitu percaya pada Tuhan, pencarian makna, mindfulness,

dan perasaan aman menjadi tolok ukur spiritualitas subyek selama menjalani

karantina. Pada proses karantina, subyek menjalani beberapa rangkaian kegiatan

klasikal dan mandiri. Kegiatan klasikal disiapakan oleh pemerintah dengan

melibatkan dokter, psikolog, dan instruktur senam. Dimensi spiritual ini bertujuan

untuk mendekatkan individu yang memiliki anxiety dengan Tuhan serta mampu

mengikuti proses karantina dengan suasana hati yang nyaman dan aman.

Percaya kepada Tuhan tergolong mudah ditemukan di kehidupan spiritual

setiap individu, namun memiliki bentuk yang berbeda-beda seperti berkomitmen

kepada Tuhan, beribadah, meyakini segala sesuatu yang dicipatakan Tuhan, dan

mempercayai sesuatu yang gaib (Imaduddin, 2017). Adapun bentuk kegiatan yang

dilakukan selama proses karantina yang berhubungan dengan percaya kepada Tuhan

dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan klasikal dan mandiri. Kegiatan klasikal dilakukan

bertepatan dengan nisfu sya’ban, sehingga semua yang mengikuti karantina termasuk

Page 7: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

7

subyek dianjurkan untuk melaksanakan puasa sunah secara bersama-sama. Hal ini

sesuai dengan kutipan wawancara yaitu “Alhamdulillah saya dan teman-teman yang lain

melaksanakan puasa sunnah, dan alhamdulillah saya senang, karena kalau tidak di sini

mungkin saya tidak akan melaksanakan puasa” (A. C, personal communication, 2020).

Sedangkan kegiatan mandiri yang dilakukan oleh subyek adalah

mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak amalan-amalan sunnah

seperti shalat sunnah dan puasa sunnah selama karantina. Kegiatan mandiri yang

dilakukan oleh subyek tidak dievaluasi oleh fasilitator yang disediakan, dalam hal ini

adalah dokter, psikolog, dan instruktur senam. Hal ini karena kegiatan mandiri

sifatnya bebas. Artinya, setiap individu yang menjalani karantina dibebaskan untuk

melakukan aktifitas apapun selama tidak melanggar hal-hal yang berpotensi

memberikan efek negatif pada peserta karantina lainnya. Berdasarkan kegiatan yang

dijalani subyek selama karantina ini, maka dapat dikatakan bahwa subyek semakin

percaya kepada Allah dengan berbagai kegiatan peribadatan yang dilaksanakan.

Artinya bentuk spiritual percaya kepada tuhan memberikan efek positif yang dapat

menurunkan kecemasan subyek dalam menghadapi COVID-19.

Pencarian makna dalam konteks spiritualitas memiliki empat fokus utama

seperti pemaknaan atas hidup yang dijalani, visi-misi atau tujuan yang disusun dalam

hidup, menerima hal-hal yang terhajadi dalam hidup dan mensyukuri, kemudian

memiliki harapan dan semangat hidup yang positif (Imaduddin, 2017). Pencarian

makna dalam spiritualitas individu terlihat pada perilaku, kegiatan, pemikiran dan

prinsip semua karena Tuhan (Triyuwanti & Widha, 2018). Bentuk pencarian makna

yang dilakukan selama proses karantina hingga sekarang adalah penerimaan diri atas

kewajiban mengikuti karantina dan mensyukuri kesemua kegiatan dan edukasi yang

diberikan. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara yaitu “Sebenarnya selama proses

karantina saya merasa cemas yang berlebih dan psikosomatis, tapi dengan bantuan dokter dan

psikolog yang ada saya mampu menerima keadaan saya dan berusaha menjalani dengan baik

sesuai yang diperintahkan. Saya merasa bersyukur bisa menjalani karantina ini” (A. C,

personal communication, 2020).

Dokter dan psikolog yang disiapkan oleh pemerintah bertugas untuk

memberikan edukasi dan sosialisasi kepada semua ODP yang ada. ODP diberikan

Page 8: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

8

sosialisasi mengenai COVID-19, narkoba, dan edukasi mengenai pentingnya hidup

sehat. Semua bentuk edukasi dan penyuluhan yang diberikan melibatkan psikolog

untuk membahas dampak psikologis dari semua penyakit yang ada. Dari sini, subyek

mulai bisa menerima kedaan sekarang sehingga mampu bertahan melaksanakan

karantina selama empat belas hari.

Mindfulness merupakan kesadaran yang berfokus pada kondisi saat ini atau

yang sedang dialami agar menjadi lebih tenang dan mampu melanjutkan aktifitas

tanpa merasa terganggu (Fourianalistyawati & Listiyandini, 2017). Kegiatan

mindfulness yang dilakukan delama karantina adalah dengan membaca ayat suci Al-

Qur’an dan zikir. Diketahui bahwa zikir mampu mengurangi gangguan mental jika

dilakukan dengan baik dan sesuai dengan tingkat kebutuhan individu (Zain et al.,

2018). Kedua kegiatan ini dilaksanakan karena membuat subyek menjadi lebih

tenang. Selain itu, subyek rutin melaksanakan ha breating setiap pagi ketika membuka

jendela kamar untuk merasakan rileks. Dari kegiatan mindfulness yang dilakukan oleh

subyek ini mampu membantu subyek untuk tetap fokus melaksanakan perkuliahan

secara online dan mengerjakan tugas yang ada dengan baik yang dibuktikan dengan

kedisiplinan subyek dalam menyelesaikan dan mengumpulkan tugas perkuliahan

yang dihadapi selama proses karantina. Selain itu dengan mindfulness ini subyek

merasa selalu bahagia walaupun sebelumnya mengalami kecemasan yang berlebih

hingga psikosomatis dan takut akan kematian.

Perasaan aman dapat dirasakan oleh setiap individu jika individu mampu

beradaptasi dengan lingkungan yang dilihat dari keinginan individu dalam

membantu orang lain, berada di lingkungan yang menerima kepribadian setiap

individu secara utuh, memiliki kemampuan interpersonal, dan mampu memelihara

alam sekitar (Imaduddin, 2017). Perasaan aman dari lingkungan individu sendiri

dapat menciptakan rasa aman berdasarkan respon lingkungan terhadap individu. Hal

ini sejalan dengan rasa aman yang dirasakan oleh subyek dalam penelitian ini

sebagaimana yang diungkapkan bahwa: “Di sini saya merasa lebih aman daripada di

rumah, karena jujur saja saya tidak bisa menjamin saya terbebas dari virus corona atau tidak.

Di sini setiap saat saya bisa konsultasi dengan dokter jika ada keluhan yang saya rasakan.

Selain saya, orang tua dan adik-adik saya di rumah juga menjadi lebih aman karena tidak

Page 9: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

9

terkontaminasi dengan saya. Walaupun sejujurnya saya ingin segera bertemu mereka semua”

(A. C, personal communication, 2020).

Perasaan aman yang dirasakan oleh subyek lebih tinggi daripada yang

dirasakan sebelum memasuki masa karantina. Hal ini dikarenakan kurangnya

pengetahuan tentang kegiatan dan penjagaan selama karantina yang menghadirkan

sugesti-sugesti negatif pada subyek. Dari sini dapat dikatakan juga bahwa kurangnya

pengetahuan ini dibentuk dari lingkungan subyek sebelumnya yang tidak mengikuti

perkembangan informasi yang disampaikan oleh pemerintah tujuannya yaitu kota

Balikpapan serta kurangnya dukungan dari lingkungannya seperti teman sebaya,

saudara, dan orang lain yang ada disekitarnya sebagaimana yang disampaikan oleh

subyek yaitu “Sebelum memasuki masa karantina, saya merasa sangat was-was dan takut.

Saya takut membawa virus, bahkan saya takut diperlakukan seperti pasien positif COVID-19

, selain itu saya kurang edukasi tentang COVID-19” (A. C, personal communication,

2020).

Saat ini, subyek sudah merasa lebih aman dengan semua sarana dan prasana

serta kegiatan yang diberikan oleh pemerintah. Ke-empat bentuk spiritualitas yang

dialami oleh subyek dikonfirmasi langsung oleh adik kandung subyek yang juga

menjalani karantina selama empat belas hari. Dari hasil wawancara via daring

bersama adik kandung subyek, jelas dikatakan bahwa proses karantina yang dijalani

memberi efek positif terhadap kelangsungan hidup subyek karena proses karantina

yang dijalani didesain sesuai dengan standar pola hidup sehat oleh pemerintah

provinsi, hal ini diharapkan mampu meminimalisir kasus positif COVID-19 di

Indonesia dan khususnya di Kalimantan Timur.

Bentuk komunikasi spiritual yang dilakukan oleh subyek selama menjalani

proses karantina turut membantu dalam mengurangi kecemasan yang dialami oleh

subyek selama empat belas hari masa karantina. Bentuk komunikasi spiritual ini

dijalani secara mandiri oleh subyek sebagai inisiatifnya dalam melawan kecemasan

yang dialami karena COVID-19.

Adapun bentuk komunikasi spiritual yang dilakukan adalah thaharah,

syahadat, tawakkal, shalat, syukur, sabar, dan taubat (Qadaruddin et al., 2020).

Bertujuan untuk meminimalisir tingkat anxiety yang dialami oleh masyarakat

Page 10: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

10

ditengah krisis kesehatan dengan menciptakan rasa damai dan menerima keadaan

saat ini dengan ikhlas tanpa rasa takut yang berlebih (Ribeiro et al., 2020).

Thaharah yang berarti bersuci dalam kasus COVID-19 menjadi pertanda bagi

masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat dan bersih secara keseluruhan baik

lahiriah maupun bathiniah. Perilaku thaharah yang diperlihatkan subyek selama

proses karantina adalah dengan menjaga wudhu dan senantiasa menjaga kebersihan

dengan mencuci tangan yang baik dan benar sebagaimana anjuran tenaga medis.

Dengan pola hidup bersih ini, maka dapat menciptakan rasa aman dan terhindar dari

COVID-19 kepada subyek.

Syahadat dan Tawakkal sebagai bentuk semangat keberagamaan yang secara

psikologis dilakukan dengan sukarela dan menerima dengan sepenuhnya hal-hal

yang terjadi sebagai manifestasi dari usaha-usaha yang dilakukan dan mempercayai

bahwa semua yang telah terjadi atas kehendak Tuhan (Lina Mahayati et al., 2018).

Hal ini sekaligus menjadi afirmasi positif bahwa Tuhan selalu memberikan ujian

sesuai dengan kemampuan individu, sehingga mengandung unsur semangat yang

pada akhirnya memiliki tujuan untuk merasakan ketenangan atau ketentraman

batin. Individu yang menolak untuk menerima keadaan akan memicu munculnya

rasa cemas, gelisah, dan tertekan. Sehingga subyek dalam kasus ini memilih untuk

bertawakkal dan bersyahadat sebagai bentuk penerimaan diri dan mengakui Allah

sebagai Tuhannya.

Shalat sebagai upaya meningkatkan intensitas komunikasi spiritual antara

individu kepada Allah yang didukung oleh aktifitas shalawat, berdoa, dan berzikir.

Aktifitas ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam melakukan

komunikasi kepada Allah. Dalam kasus COVID-19, individu dinilai rentan

mengalami kecemasan, kebingungan, dan kepanikan. Sehingga COVID-19

dikatakan sebagai abad kecemasan atau the age of anxiety. Hal ini menjadi pusat

perhatian dalam islam sebagaimana yang dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa hanya

dengan mengingat Allah maka hati akan tenang dan tentram dan shalat merupakan

salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah (Karabuk University Faculty of

Theology et al., 2017).

Page 11: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

11

Selanjutnya adalah syukur sebagai wujud ungkapan terima kasih atas

kesehatan yang dirasakan oleh subyek karena dalam empat belas hari masa

karantina, subyek dinyatakan negatif COVID-19.

Kesabaran menjadi hal penting yang dilakukan oleh individu jika dihadapkan

dalam sebuah masalah seperti COVID-19 yang mampu memberikan kekuatan bagi

individu yang terkena dampaknya, spiritual seperti kesabaran mampu menciptakan

harapan bagi mereka yang mengalami kesulitan atau permasalahan karena telah

mampu beradaptasi dengan baik (Souza et al., 2015). Dalam hal ini adalah ODP di

Kota Balikpapan yang mengalami kecemasan yang berlebih. Selain itu menjalani

proses karantina hingga empat belas hari membutuhkan kesabaran karena harus

disiplin menjalani rangkaian kegiatan serta harus menahan diri untuk bertemu

dengan keluarga. Kemudian yang terakhir adalah taubat yang menjadi tahap akhir

dari proses karantina yang dijalani oleh subyek. Diketahui bahwa taubat mampu

mengurangi anxiety dan masalah psikologis lainnya seperti pesimis dan stres, yang

artinya mampu menjadi terapi pada kasus-kasus tertentu (Salam et al., 2013). Salah

satu penyebab anxiety atau cemas adalah dengan adanya COVID-19 ini, sehingga

taubat diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran setiap individu untuk tetap

menjaga kesehatan dan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah seperti tetap berada di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran

COVID-19. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nur ayat 31 yang berarti

“...dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu

beruntung” (Kementrian Agama & Awaluddin, 2016).

Simpulan

Kegiatan yang diberikan oleh pemerintah kepada ODP COVID-19 selama

menjalani karantina diberikan dalam bentuk klasikal, selain itu semua ODP memiliki

kegiatan mandiri masing-masing. Bentuk kegiatan spiritual yang diberikan antara

lain: (1) percaya kepada Tuhan dengan memperbanyak ibadah seperti membaca al-

Quran, shalat sunnah, dan zikir; (2) pencarian makna dengan mengikuti semua

program yang sifatnya informatif seperti edukasi dari dokter dan psikolog, (3)

mindfulness dengan ha breathing, membaca ayat suci Al-Quran dan zikir, (4) perasaan

Page 12: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

12

aman dengan disiplin mengikuti program hingga subyek menemukan titik aman

selama karantina. Dari keempat bentuk spiritual yang dialami oleh subjek dapat

memberikan efek positif yang dilihat dari menurunnya kecemasan yang dialami oleh

subjek jika dibandingkan pada saat hari pertama memasuki karantina oleh

pemerintah Kalimantan Timur. Adapun bentuk komunikasi spiritual yang dilakukan

oleh subjek adalah thaharah, syahadat, shalat, tawakkal, syukur, sabar, dan taubat.

Daftar Pustaka

Bajwah, S., Wilcock, A., Towers, R., Costantini, M., Bausewein, C., Simon, S. T., Bendstrup, E., Prentice, W., Johnson, M. J., Currow, D. C., Kreuter, M.,

Wells, A. U., Birring, S. S., Edmonds, P., & Higginson, I. J. (2020). Managing the supportive care needs of those affected by COVID-19. The European

Respiratory Journal. https://doi.org/10.1183/13993003.00815-2020

Borasio, G. D., Gamondi, C., Obrist, M., Jox, R., & for the COVID-19 task force of palliative ch. (2020). COVID-19: Decision making and palliative care. Swiss

Medical Weekly, 150(1314). https://doi.org/10.4414/smw.2020.20233

C, A. (2020). Personal Interview [Personal communication].

Fourianalistyawati, E., & Listiyandini, R. A. (2017). Hubungan antara Mindfulness

dengan Depresi pada Remaja. Jurnal Psikogenesis, 5(2), 115–122.

https://doi.org/10.24854/jps.v5i2.500

Gomes E, M. R. (2020). Caring for the Mind is Caring for the Spirit: Spirituality and

Health in times of Coronavirus COVID-19. Portuguese in Gazeta Do Povo.

Gostin, L. O., JG, H., & LF, W. (2020). Presidential Powers and Response to COVID-19. Publishe Online March 18.

Hamid, I., Priharninuk, D., & Zakaria, A. (2019). Fenomenologi Kecemasan Lansia

Menghadapi Kematian Dalam Perspektif Kebutuhan Spiritual Di Desa Podoroto Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang. Jurnal EDUNursing,

3(2), 101–108.

Imaduddin, A. (2017). Spiritualitas Dalam Konteks Konseling. Journal of Innovative

Counseling : Theory, Practice, and Research, 1(01), 1–8.

KARABUK University Faculty of Theology, Karakaş, A. C., & Geçimli, G. (2017).

The Effect of Istighfar on State and Trait Anxiety. International Journal of

Psychology and Educational Studies, 4(3), 73–79.

https://doi.org/10.17220/ijpes.2017.03.008

Kementrian Agama, R., & Awaluddin, L. (2016). Ummul Mukminin: Al-Qur’an dan

Terjemahan untuk Wanita. WALI Oasis Terrace Recident.

Page 13: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

13

Lina Mahayati, S., Allenidekania, & Happy, H. (2018). Spirituality in adolescents

with cancer. Enfermería Clínica, 28, 31–35. https://doi.org/10.1016/S1130-

8621(18)30032-9

Maisaroh, E. N., & Falah, F. (2020). Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi

Ujian Nasional (UN) Pada Siswa Madrasah Aliyah. Proyeksi: Jurnal Psikologi,

6(2), 78–88. https://doi.org/10.30659/p.6.2.78-88

Nashuddin, N. (2016). The Management Of Muslim Spiritual Tourism In Lombok,

Indonesia: Opportunities and Challenges. JOURNAL OF INDONESIAN

ISLAM, 10(2), 213-236–236. https://doi.org/10.15642/JIIS.2016.10.2.213-

236

Nurhayati, N. F. (2019). Peran Spiritualitas Terhadap Kematangan Karir Pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta. WACANA, 11(2), 163–170.

https://doi.org/10.13057/wacana.v11i2.143

Qadaruddin, M., Nurkidam, A., Bakri, M., Saleh, M., Musyarif, Ramli, Mustary, E., Budiono, I. N., Mahyuddin, Rasyid, A., Bakri, W., Mutmainnah, A. N.,

Haramain, M., Syam, M. T., Asmar, A., Mubaraq, D. F., Sulvinajayanti, Hayat, N., Hilmiyah, M., … Fitriana, A. D. (2020). Coronalogy: Varian Analisis

& Konstruksi Opini. IAIN Parepare Nusantara Press.

Ribeiro, M. R. C., Damiano, R. F., Marujo, R., Nasri, F., & Lucchetti, G. (2020). The role of spirituality in the COVID-19 pandemic: A spiritual hotline project.

Journal of Public Health, 42(4), 855–856.

https://doi.org/10.1093/pubmed/fdaa120

Salam, U. B., Wahab, M. N. A., & Ibrahim, A. B. (2013). Potentiality of taubah (Islamic

repentance) and listening to the Holy Quran recitation on galvanic skin response. 5.

Setiawan, A. R., & Ilmiyah, S. (2020). Lembar Kegiatan Siswa untuk Pembelajaran Jarak Jauh Berdasarkan Literasi Saintifik pada Topik Penyakit Coronavirus

2019 (COVID-19). Online Published April 17.

Setiawan, Y. I. S. (2020). Penetapan Karantina Wilayah Menurut Pandangan Legal Positivisme Dalam Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Pandemi Coronavirus

Disease (COVID)-19 [Preprint]. Open Science Framework.

https://doi.org/10.31219/osf.io/zfg6x

Sinaga, D. M., Santosa, H., & Lubis, N. (2020). PENGALAMAN PASIEN

KANKER SERVIKS DALAM MENGATASI KECEMASAN. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment,

Dentist), 15(1), 41–45. https://doi.org/10.36911/pannmed.v15i1.647

Souza, V. de M., Frizzo, H. C. F., Paiva, M. H. P. de, Bousso, R. S., & Santos, Á.

da S. (2015). Espiritualidade, religiosidade e crenças pessoais de adolescentes com câncer. Revista Brasileira de Enfermagem, 68(5), 791–796.

https://doi.org/10.1590/0034-7167.2015680504i

Page 14: GAMBARAN SPIRITUALITAS ORANG DALAM PENGAWASAN …

Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, dan Konseling Islam

Vol. 4, No. 1 (2021), pp. 1-14

14

Suprihatiningsih, T., & Dewi, S. (2020). Hubungan Antara Kecemasan Dengan

Kesejahteraan Spiritual Pasien Hemodialisis Di Rsud Cilacap. Wijayakusuma

Prosiding Seminar Nasional, 1(1), 80–85.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,

Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa,

F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45–67.

https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415

Syandri, S., & Akbar, F. (2020). Penggunaan Masker Penutup Wajah Saat Salat Sebagai Langkah Pencegahan Wabah Coronavirus COVID-19. SALAM:

Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3), 261–268.

https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15105

Triyuwanti, S., & Widha, L. (2018). Penerapan Boneka Jari Sebagai Media

Bimbingan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak Di Learning Quran For All (LQA) Sahabat-Qu Yogyakarta. Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan,

Penyuluhan, Dan Konseling Islam, 1(2), Article 2.

https://doi.org/10.15575/alisyraq.v1i2.13

WHO. (2020). Practical consinderations and recommendations for religious leaders and faith-based communities in the context of COVID-19. Online Published

April 7.

Wijaya, F. (2020). Bimbingan Konsling Islamiperspektif Bibliotheraphy dalam

Mengatasi Gangguan Kecemasan siswa Di MA NW Apitaik. At-Tadbir :

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 32–47. https://doi.org/10.3454/at-

tadbir.v4i1.3731

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai

Antisipasi Penyebaran Corona Virus COVID-19. SALAM: Jurnal Sosial dan

Budaya Syar-i, 7(3). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083

Zaharah, Z., Kirilova, G. I., & Windarti, A. (2020). Impact of Corona Virus Outbreak Towards Teaching and Learning Activities in Indonesia. SALAM:

Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-i, 7(3), 269–282.

https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15104

Zain, N., Damayanti, I. W., Pamungkas, N. C., & Saphira, N. (2018). Penanganan Stress Dengan Metode Dzikir Lisan Di Pondok Pesantren Tetirah Dzikir

Berbah Sleman. Al-Isyraq: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Dan Konseling Islam,

1(2), Article 2. https://doi.org/10.15575/alisyraq.v1i2.18

Zariayufa, K., Ninin, R. H., & Widiastuti, T. R. (2020). Hubungan Belief In Afterlife

Dengan Kecemasan Terhadap Kematian (Studi pada Individu Muslim Usia

18-21 Tahun). Psikoislamedia : Jurnal Psikologi, 4(1), 84–104.

https://doi.org/10.22373/psikoislamedia.v4i1.6352