Herpes Zoster

download Herpes Zoster

of 10

description

lp herpez zoster

Transcript of Herpes Zoster

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA HERPES ZOSTER RUANG MARWAHRUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

STASE KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh :DIAN AISYAH RAHMATULLAH201510461011051

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2015

LEMBAR PENGESAHANLaporan pendahuluan di ruang Marwah RS Muhammadiyah Lamongan yang disusun oleh:Nama: Dian Aisyah RahmatullahNIM: 201510461011051

Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners Departemen Keperawatan Dasar.Malang, Oktober 2015Mahasiswa (Ners Muda)

(Dian Aisyah R.)

Mengetahui,Pembimbing AkademikPembimbing Klinik

( ) ( )

A. DEFINISI Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensori dari nervus cranialis.Herpes zoster adalahradang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatom (persyarafannya). Herpes zoster adalah suatu infeksi yang dialami oleh seseorang yangtidak mempunyai kekebalan terhadap varicella(misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatome (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/ chickenpox). B. ETIOLOGI Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion yang lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari. Faktor resiko herpes zoster 1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang. Faktor pencetus kambuhnya herpes zoster1. Trauma/ luka2. Kelelahan3. Demam4. Alcohol5. Gangguan pencernaan6. Obat-obatan7. Sinar ultraviolet8. Haid 9. StressC. KLASIFIKASI Herpes zoster dapat dibedakan menjadi :a) Herpes zoster generalisata Adalah herpes yang unilateral dan segmental ditambah dengan penyebaran secara generalisata berupa vesikel soliter dan terdapat umbilikasi.b) Herpes zoster oftalmikus Adalah herpes zoster yang didalamnya terjadi infeksi cabang pertama nervus trigeminus yang menimbulkan kelainan pada mata serta cabang ke 2 dan ke 3 yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.D. PATOFISIOLOGI Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.E. MANIFESTASI KLINIS Gejala prodormal Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung selama 1-4 hari. Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala. Fatige, ,malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin (penekanan kulit), nyeri (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus- menerus atau hilang timbul, nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit Gejala yang mempengaruhi mata: berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dll. Timbul erupsi kulit Kadang terjadi limfadenopati regional Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat bertahan sampai 23 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke 7 Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :1. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit4. Pemeriksaan histopatologik5. Pemerikasaan mikroskop electron6. Kultur virus7. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)8. Deteksi antibody terhadap infeksi virusG. KOMPLIKASI Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:a. Neuralgia pasca herpes.Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit menghilang. Masalah ini jarang terjadi pada orang yang berusia di bawah 50. Rasa nyeri biasanya secara bertahap menghilang dalam satu bulan tetapi pada beberapa orang dapat berlangsung berbulan-bulan bila tanpa pengobatan.b. Infeksi kulit.Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin perlu antibiotik.c. Masalah mata.Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.d. Kelemahan/layuh otot.Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkankelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.e. Komplikasi lain.Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangatserius tapi jarang terjadi. Penderita herpes zoster dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih berisiko mengembangkankomplikasi langka ini.H. PENATALAKSANAAN MEDIS Pengobatan 1. Pengobatan topical Pada stadium vesilkuler diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah Bila vesikel pecah dan basah. Diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20 menit Apabila lsi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotic (basitrasin/ polysporin) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari2. Pengobatan sistemikDrug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (AraA, ViraA) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus. Penderita dengan keluhan mataKeterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topical dan mydriatik, antivirus dapat diberikan. Neuralgia pasca Herpes zoster Bila nyeri masih terasaa meskipun sudah diberikana acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan antidepresan trisiklik (misal: amitriptilin 10-75 mg/ hari) Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.I. PENCEGAHAN Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.J. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian 1. Data subyektifDemam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal dan pegal, hipenestesi2. Data Obyektif Eritema, vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah, dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan aleus dengan penyembuhan berupa sikatrik.Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar lympe regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermafonal sesuai dengan tempat persyarafan. Paralitas otot muka3. Data Fisik1. Keadaan fisik 2. TTV3. Kepala, Mata, hidung, telinga, leher4. Axilla5. Thorax6. Abdomen7. Ekstermitas4. Data psikologi1. Status emosi2. Konsep diri3. Gangguan komunikasi4. Pola interaksi5. Pola kopirs5. Data sosial 1. Pendidikan2. Pekerjaan3. Hubungan sosial6. Data spiritual 7. Data penunjang8. Kondisi luka, vesikel, bula/ krusta9. Kaji faktor pencetus10. Kaji sistem sensori terkait11. Kaji adanya nyeri, fatigue, demam12. Kaji riwayat keluarga, awitan kejadian penyakit13. Kaji sistem terkait, psikososialb. Diagnosa keperawatan 1. Kerusakan integritas kulit2. Nyeri3. Gangguan citra tubuh

Daftar Pustaka

Mansoer Arif dkk. 2000, Kapita Selecta Kedokteran, Jakarta, EGC.Geisseter Doerses 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.Nurarif Huda A dan Kusuma Hardhi, 2015. Panduan Penyusuna Asuhan Keperawatan Profesional. JojakartaBrunner Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Penerbit EGC,Jakarta.Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit.Penerbit Hipokrates, Jakarta