I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · PDF filePenyusunan laporan akhir ... HCl, NaOH,...
Transcript of I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah · PDF filePenyusunan laporan akhir ... HCl, NaOH,...
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker, asteroklerosis,
stroke, tekanan darah tinggi, katarak serta terganggunya sistem imun tubuh,
merupakan beberapa penyakit yang berkaitan dengan aktivitas radikal bebas.
Banyak sekali sumber radikal bebas yang dapat masuk dan terbentuk di dalam
tubuh, diantaranya melalui pernafasan, lingkungan yang tidak sehat dan
banyaknya mengkonsumsi makanan yang berlemak ataupun yang tidak sehat.
Menurut Qauliyah (2006), radikal bebas tersebut sebenarnya dapat dihambat
dengan antioksidan.
Di dalam tubuh manusia, sudah diproduksi beberapa antioksidan seperti
superoksid dismutase (SOD) (Maestro, 1991) dan gluthation peroksidase (Sies,
1991). Akan tetapi, antioksidan ini diproduksi hanya dalam jumlah tertentu. Jadi,
jika tubuh dalam keadaan dan aktivitas normal, asupan makanan yang seimbang
membuat kita tak perlu tambahan segala macam suplemen. Dalam keadaan
tertentu, seperti meningkatnya usia, sakit, stres, bekerja terlalu keras, ibu hamil
dan menyusui yang mengalami gangguan selera makan, orang yang hidup dalam
lingkungan yang tidak sehat dan tercemar oleh berbagai polusi, berolahraga berat,
perokok berat atau pada peminum alkohol, serta yang makanannya banyak
mengandung lemak, maka mungkin sekali perlu tambahan suplemen antioksidan.
Sementara itu, dalam bunga rosella ungu mengandung antosianin sebesar
1.48 g/100 g kelopak kering (Anonymous, 2008). Antosianin merupakan salah
satu jenis pigmen yang juga berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
menghambat oksidasi radikal bebas dalam tubuh (Best, 2004). Pemanfaatan
kelopak bunga rosella merah sudah banyak dikenal antara lain sebagai minuman
seduhan, manisan, jeli, sirup, permen dan pewarna makanan. Sedangkan
pemanfaatan kelopak bunga rosella ungu belum banyak dikenal. Hal ini
dikarenakan keberadaan tanaman rosella ungu saat ini masih langka. Dengan
adanya pengolahan kelopak bunga rosella ungu lebih lanjut, yakni menjadi tablet
effervescent sebagai suplemen antioksidan, maka akan memberikan nilai tambah
dari kelopak rosella ungu itu sendiri.
Oleh karena itu, perlu dilakukan proses pembuatan produk tablet
effervescent rosella ungu serta pengujian aktivitas antioksidannya secara in vivo.
Harapannya dengan adanya penelitian ini akan memberikan diversifikasi produk
tablet effervescent, sehingga menjadi suplemen antioksidan dan sebagai alternatif
pengolahan kelopak bunga rosella ungu untuk menghindari kebusukan pasca-
panen.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian yang dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan masalah yang
diteliti yaitu :
1. Formulasi proporsi antara jumlah filtrat rosella ungu dengan maltodekstrin
untuk mendapatkan tablet effervescent dengan sifat fisik, kimia dan
organoleptik yang terbaik.
2. Aktivitas antioksidan produk tablet effervescent rosella ungu perlakuan terbaik
secara in vivo.
2
1.3 Tujuan Program
1. Menentukan formulasi proporsi antara jumlah filtrate rosella ungu dengan
maltodekstrin untuk mendapatkan tablet effervescent dengan sifat fisik, kimia
dan organoleptik yang terbaik.
2. Mengetahui aktivitas antioksidan produk tablet effervescent rosella ungu
perlakuan terbaik secara in vivo
1.4 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah diperolehnya proporsi
yang tepat pada produk tablet effervescent rosella ungu sebagai suplemen
antioksidan
1.5 Kegunaan Program
1. Mengangkat potensi rosella ungu untuk menambah keanekaragaman produk
pangan yang memiliki sifat fungsional.
2. Memberikan masukan kepada instansi pangan dan farmasi untuk
mengoptimalkan pemanfaatan tablet effervescent rosella ungu sebagai
suplemen antioksidan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam dunia penelitian tentang
potensi bunga rosella ungu dan produk olahannya, yaitu tablet effervescent.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tablet Effervescent
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dikempa atau
dicetak dari serbuk kering, kristal, atau granulat. Umumnya dengan penambahan
bahan pembantu menggunakan tekanan tinggi (Voigt, 1995). Sedangkan tablet
effervescent merupakan tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul
yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989). Dasar formula pada
minuman serbuk dan tablet effervescent adalah reaksi antara asidulan dengan
karbonat atau bikarbonat menghasilkan karbondioksida (Hui, 1992).
Rosella Ungu
Rosella berasal dari wilayah India sampai Malaysia, dimana tanaman ini
dibudidayakan dan mulai dibudidayakan pula di Afrika. Tanaman ini telah
menyebar secara luas di wilayah subtropis dan di berbagai wilayah India Barat
dan Amerika Tengah (Morton,1999). Terdapat dua macam warna, yakni merah
dan ungu, dimana semakin tinggi intensitas warnanya, maka semakin tinggi kadar
antioksidannya. Hal ini berarti bahwa kandungan antioksidan pada rosella ungu
lebih besar daripada rosella merah.
Bagian rosella yang dapat diproses untuk makanan adalah kelopak bunga
yang disebut kaliks (Som, 2003). Kaliks mengandung vitamin C,D,B1,dan B2.
Kaliks juga mengandung 13% campuran asam malat dan asam sitratserta
antosinin dan 0,004-0,0055 asam askorbat. Antosianin dipercaya sebagai salah
satu pencegah munculnya penyakit diusia lanjut seperti kanker dan serangan
jantung.
Antosianin
Antosianin telah dikonsumsi secara luas, suatu studi di Italia
menyebutkan konsumsi per hari dari antosianin berkisar antara 25 – 215 mg tiap
orang bergantung jenis kelamin dan usia, dimana dosis yang tinggi dapat
mengurangi efek farmakologis. Antosianin dari Hibiscus sabdariffa (Malvaceae)
3
telah digunakan secara efektif pada obat kedokteran untuk melawan hipertensi,
dan gangguan hati. Dianjurkan untuk mengkonsumsi minuman ringan, yang
mengandung pigmen Hibiscus dimana pada dosis rendah (50 mg/kg)
menunjukkan aktifitas antioksidan pada sebuah studi (Vargas and Lopez, 2003).
Stabilitas Antosianin
Faktor yang penting dalam kestabilan antosianin adalah harus diproses
dan diolah pada temperature rendah dengan sedikit kehadiran oksigen serta
cahaya (Vargaz and Lopez, 2003). Efek suhu terhadap stabilitas antosianin pada
produk makanan telah diselidiki oleh banyak peneliti dan kesimpulan secara
umum bahwa antosianin akan rusak dengan pemanasan dan penyimpanan.
Markakis (1982), menunjukkan bahwa pengolahan strawberry pada 100ºC dalam
1 hari menghasilkan 50% kerusakan antosianin dan bila disimpan pada suhu 38ºC
dapat bertahan hingga 10 hari.
Antioksidan
Antioksidan merupakan inhibitor yang bekerja menghambat oksidasi
dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak
reaktif yang relatif stabil. Sistem ini dinamakan dengan sistem prtoteksi non
enzimatik (Widodo, 1997).
Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas dengan menerima atau
mendonorkan sebuah elektron untuk menghasilkan molekul yang lebih stabil
(berpasangan). Ini berarti molekul antioksidan menjadi radikal bebas dalam proses
menetralkan molekul radikal bebas menjadi molekul yang non-radikal bebas
(Best, 2004)
Radikal Bebas
Dalam dunia kedokteran, pengertian oksidan dan radikal bebas sering
dibaurkan. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki sifat yang mirip.
Aktifitas kedua senyawa ini sering menghasilkan akibat yang sama walaupun
prosesnya berbeda (Tjokroprawiro, 1993). Namun, dipandang dari sudut ilmu
kimia, keduanya haruslah dibedakan (Suryohudoyo, 1997). Dalam ilmu kimia,
oksidan berarti senyawa penerima elektron (electron acceptor) atau senyawa yang
dapat menarik elektron (Tjokroprawiro, 1993).
Bahan Pengisi
Menurut Dewi (2000), bahan pengisi merupakan bahan yang
ditambahkan pada proses pengolahan pangan untuk melapisi komponen-
komponen flavor, meningkatkan jumlah total padatan, memperbesar volume,
mempercepat proses pengeringan dan mencegah kerusakan bahan akibat panas.
Bahan tersebut berupa padatan dengan berat molekul tinggi yang mudah
terdispersi (Hartomo dan Widiatmoko, 1994).
Sukrosa
Sukrosa mempunyai sifat sedikit higroskopis dan mudah larut dalam air.
Semakin tinggi suhu, kelarutannya semakin besar. Kristal sukrosa bersifat stabil di
udara terbuka dan dalam keadaan yang langsung berhubungan dengan udara dapat
menyerap air sebanyak 1% dari total berat dan akan dilepaskan kembali apabila
dipanaskan pada suhu 90ºC (Sudarmaji, 1982)
Bahan Tambahan
- Natrium Bikarbonat
Senyawa karbonat yang banyak digunakan dalam formulasi effervescent
adalah garam karbonat kering karena kemampuannya menghasilkan
4
karbondioksida. Natrium bikarbonat (NaHCO3) dipilih sebagai penghasil
karbondioksida dalam pembuatan effervescent karena harganya murah dan
bersifat larut sempurna dalam air (Dewi, 2000).
- Asam Sitrat
Asam sitrat adalah asidulan yang sering digunakan untuk makanan dan
minuman karena dapat memberikan kombinasi sifat yang diinginkan selain karena
tersedia dalam jumlah yang besar dengan harga murah. Asidulan dapat berfungsi
sebagai pemberi rasa asam, penguat rasa dan mengontrol pH (Hui,1992).
Pengujian In Vivo
Pengujian secara biologis biasanya menggunakan hewan coba untuk
membantu menjalankan penelitian yang tidak bisa secara langsung dilakukan
dalam tubuh manusia dengan asumsi semua jaringan, sel-sel penyusun tubuh
serta enzim-enzim yang ada dalam tubuh hewan coba memiliki kesamaan
dengan manusia (Arrington, 1972). Hewan percobaan yang banyak digunakan
dalam uji ini adalah tikus, mencit, hamster, marmot, kucing, anjing, babi,
primate, kambing. Pada tahun 1996 penelitian menggunakan hewan coba
menunjukkan bahwa 85 % dari 2,72 juta prosedur menggunakan rodentia.
Rodentia merupakan kelompok hewan mamalia yang habitatnya mudah
ditemukan dengan sifat yang hampir sama.
III. METODE PENDEKATAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang tersusun atas 2 faktor, dimana faktor pertama terdiri dari 3 level dan
faktor kedua terdiri dari 3 level, dengan 3 kali ulangan. Faktor tersebut adalah:
Faktor I : % penambahan bahan pengisi terhadap filtrat
F1 = 40% dekstrin (b/v filtrat rosela)
F2 = 50% dekstrin (b/v filtrat rosela)
F3 = 60% dekstrin (b/v filtrat rosela)
Faktor II : Metode pengeringan
P1 = oven kabinet
P2 = oven kering
P3 = oven vakum
Dari kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :
F1P1 = 40% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kabinet
F1P2 = 40% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kering
F1P3 = 40% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven vakum
F2P1 = 50% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kabinet
F2P2 = 50% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kering
F2P3 = 50% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven vakum
F3P1 = 60% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kabinet
F3P2 = 60% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven kering
F3P3 = 60% dekstrin (b/v) dengan metode pengeringan oven vakum
3.2 Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa dengan Analisis Varian (ANOVA)
dilanjutkan dengan uji beda nyata yaitu BNT (Beda Nyata Terkecil) menggunakan
selang kepercayaan 1% dan 5% serta DMRT (Duncan Multiple Range Test)
dengan selang kepercayaan 1% dan 5% (Yitnosumarto,1991).
5
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan dan dilakukan di beberapa
tempat, yaitu:
1. Laboratorium Pengolahan Pangan, THP-UB, tempat pembuatan tablet
effervescent.
2. Laboratorium Biokimia dan Nutrisi, THP-UB, tempat analisa kimia.
3. Laboratorium Farmasetika, Fakultas Farmasi UNAIR, tempat pentabletan.
4. Laboratorium Farmakologi, FK-UB, tempat pemeliharaan tikus, pengujian
nilai MDA dan SOD.
4.2 Jadwal Pelaksanaan
Jenis kegiatan
Waktu Kegiatan (Minggu ke-)
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
1. Penyiapan alat dan bahan
2. Pembuatan filtrat rosella ungu
3.Pembuatan tablet effervescent rosella
ungu
4. Tahap pengujian
5. Pemeliharaan tikus
6. Tahap in vivo
7. Tahap pengujian akhir
8. Pengumpulan data
9. Analisa data
10. Penyusunan laporan akhir
4.3 Instrumen pelaksanaan
Alat
Alat yang digunakan dalam membuat ekstrak rosella ungu adalah blender
kering, spatula, beaker glass 500ml, baskom, kain saring, gelas ukur 50ml, dan
timbangan analitik (Denver instrument M-310). Oven kabinet, oven kering, oven
vakum dan alat pencetak tablet.
Alat-alat yang digunakan untuk analisa antara lain timbangan analitik
(Mettler AE 160 kapasitas maksimal 150 g), pH meter, gelas ukur 50, erlenmeyer,
beaker glass, sentrifuse, tabung reaksi, pemanas, spektrofotometer, dan pipet.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak bunga rosella
ungu yang diperoleh dari Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Bahan pengisi
yaitu dekstrin, asam sitrat, natrium bikarbonat dan sukrosa.
6
Bahan untuk analisa yaitu kertas saring, indikator PP, akuades, etanol p.a,
methanol, HCl, NaOH, Nelson arsenomolibdat, larutan DPPH 0,2 M, folin
ciocalteu, asam galat, EDTA, bu
Pelaksanaan Penelitian
Diagram Alir
.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Filtrat Rosella Ungu
Analisa aktivitas antioksidan
dan kadar antosianin
Air panas
1:8 (b/v)
Suhu 70oC Ekstraksi 30 menit
Filtrasi Ampas
Filtrat Rosella Ungu
Sortasi, pembersihan, penghancuran, dan penimbangan
Bunga Rosella Ungu
Serbuk Bunga Rosella Ungu
Pencampuran
Ekstrak Rosella Ungu Basah
Perlakuan Faktor II (metode pengeringan)
Diblender 1 menit
Filtrat Rosella Ungu
40% (b/v) 50% (b/v) 60% (b/v)
Oven kabinet Oven kering Oven vakum
Serbuk Ekstrak Rosella Ungu
- Asam sitrat 16 % (b/b)
- Gula pasir 75% (b/b)
- Na-bikarbonat 16% (b/b)
Perlakuan Faktor I (% penambahan dekstrin)
Dekstrin
Diblender 2 menit
Homogenisasi
7
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tablet Effervescent Rosella Ungu
Pengamatan Penelitian
Pengamatan penelitian tablet effervescent rosella ungu meliputi analisa
terhadap pH (Apriyantono, 1989), derajat kecerahan (Yuwono dan Susanto),
derajat kemerahan (Yuwono dan Susanto), aktivitas antioksidan, kadar antosianin
(Giusti and Wrolstad, 2000), kecepatan larut, dan organoleptik meliputi uji
kesukaan.
4.4 Rancangan dan Realisasi Biaya
1. Bahan baku
Jenis Bahan Kebutuhan Jumlah
1. Bahan Baku Penelitian
- Kelopak bunga rosella ungu
- Maltodekstrin
- Dekstrin
- Asam sitrat
- Na-bikarbonat
- Sukrosa
Rp. 90.000/kg
Rp. 25.000/kg
Rp. 19.600/kg
Rp. 20.000/kg
Rp. 12.000/kg
Rp. 17.300/kg
4,5 kg
1 kg
2,5 kg
1 kg
1 kg
1,5 kg
Rp. 405.000
Rp. 25.000
Rp. 49.000
Rp. 20.000
Rp. 12.000
Rp. 25.950
2. Bahan Kimia untuk analisa
- DPPH 0,2 mM
- Etanol p.a
- KCl, Na-asetat, HCl
- Aquadest
- Methanol
- bahan kimia lain
Rp. 2.150/ml
-
-
Rp. 1000/liter
-
-
100 mL
1 liter
-
50 liter
2,5 liter
-
Rp. 215.000
Rp. 190.000
Rp. 147.500
Rp. 50.000
Rp. 301.000
Rp. 100.000
3. Tikus wistar - 35 ekor Rp. 1.100.000
Total Rp. 2.640.450
2. Peralatan penunjang
Jenis Biaya satuan Kebutuhan Jumlah
1. Kain saring Rp. 10.000/meter 3 Rp. 30.000
2. Peralatan Tambahan - - Rp. 263.865
3. Loyang Rp. 11.000/loyang 4 Rp. 44.000
4. Pentabletan - 40 tablet Rp. 90.000
5. Pemakaian lab. - - Rp. 20.000
Total Rp. 447.865
Homogenisasi
Pengayakan 60 mesh
Pentabletan
Analisa:
1. pH
2. Derajat kemerahan
3. Aktivitas antioksidan
4. Kadar antosianin
5. Kecepatan larut
6. Organoleptik
Serbuk Effervescent Rosella Ungu
Tablet Effervescent Rosella Ungu
8
3. Lain-lain
Jenis Biaya satuan Kebutuhan Jumlah
1. Transportasi
2. Biaya fotokopi, penjilidan
3. Analisa
4. Analisa (SOD dan MDA)
5. Perawatan, biaya sonde, dll
6. Perawatan, Analisa, sonde
-
-
-
Rp. 50.000/ sampel
-
-
-
-
-
3 sampel
-
25 tikus
Rp. 61.500
Rp. 194.150
Rp. 150.000
Rp. 500.000
Rp. 729.100
Rp. 2.276.935,00
Total Rp. 3.911.685,00
4. Rekapitulasi biaya
Jenis Jumlah
1. Bahan baku Rp. 2.640.450
2. Peralatan penunjang Rp 447.865
3. Lain-lain Rp. 3.911.685
Total Rp. 7.000.000
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang sudah dilakukan meliputi pemisahan pembuatan filtrat
rosella ungu, pembuatan tablet effervescent rosella ungu, analisa pH, derajat
kecerahan, derajat kemerahan, aktivitas antioksidan, kadar antosianin, kecepatan
larut dan organoleptik serta pengujian SOD dan MDA.
1. Analisa aktivitas antioksidan
Pada perlakuan oven vakum, aktivitas antioksidan paling tinggi
dikarenakan antioksidan tidak bisa keluar dari lingkungan vakum saat
proses pemanasan. Selain itu, semakin sedikit konsentrasi bahan pengisi
maka aktivitas antioksaidan juga akan semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan konsentrasi filtrat yang ada pada bahan jumlahnya besar.
2. Analisa MDA
Gambar 3. Grafik pengaruh pemberian effervescent rosella ungu
terhadap nilai MDA pada tikus wistar perlakuan normal,
jelantah dan jelantah + dosis I
Nilai MDA paling tinggi ada pada perlakuan jelanntah lalu diikuti oleh
jelantah + dosis 1. Hal ini dikarenakan antioksidan yang ada di dalam
hewan coba tidak mencukupi untuk menangkal radikal bebas (berupa
pemberian minyak jelantah yang mempunyai bilangan peroksida 118
mek/kg) yang diperlakukan terhadap hewan coba.
9
3. Analisa SOD
Gambar 4. Grafik pengaruh pemberian effervescent rosella ungu terhadap
nilai MDA pada tikus wistar perlakuan normal, jelantah dan
jelantah + dosis II
Nilai SOD paling tinggi ada pada perlakuan normal lalu diikuti oleh
minyak jelantah dosis II. Nilai SOD tinggi, hal ini dikarenakan SOD
bereaksi dengan antioksidan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
antioksidan, maka nilai SOD juga semakin tinggi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Didapatkan formulasi proporsi antara jumlah filtrat rosella ungu dengan
dekstrin 50% perlakuan oven vakum dalam bentuk tablet effervescent
rosella ungu.
2. Aktivitas antioksidan terbaik ada pada perlakuan dosis 3 (2700mg/ 12ml)
seduhan effervescent rosella ungu terhadap tikus wistar.
Saran
1. Menggunakan pemanis buatan yang kemanisan tinggi supaya didapatkan
sifat organoleptik yang baik.
2. Perlu adanya analisa kuantitatif terhadap jenis pigmen yang ada pada rosella
ungu.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008. Roselle. http://www.wikipedia.org/wiki/Roselle/. [8 Februari
2008]
Ansel, H., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke – 4. UI Press.
Jakarta
Best, Ben. 2004. General Antioxidants Actions. Journal Chemistry and
Biochemistry Free Radical
Dewi, A.K. 2000. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Sifat
Fisik, Kimia dan Organoleptik Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma
Xanthoririza Roxb.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang
Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley and
Sons Inc. New York
10
Kim, O.S. 2005. Radical Scavenging Capacity and Antioxidants Activity of The E
Vitamin Fraction in Rice Bran. J. Food Science Vol. 70 No. 3.208-213
Maestro, R.D. 1991. Free Radical as Mediators of Tissue Injury. Di dalam
Dreosti I.E., edition. Trace Elements, Micronutrients, and Free Radicals.
Humana Press. New Jersey
Markakis, O. 1982. Anthocyanins as Food Additive. Dalam Stabilitas Antosianin
Garcina Mangostana dalam Minuman Berkarbonat. Skripsi. Budiarto, H.
1991. FTP. IPB. Bogor
Morton, J. F. 1999. Roselle Hibiscus sabdariffa L. http://www.transgenica.com/
database/h/hibiscus.htm. [1 Oktober 2009
Qauliyah, Asta. 2006. Mekanisme Kerja Beberapa Antioksidan.
http://astaqauliyah.com/2006/04/17/mekanisme-kerja-beberapa-
antioksidan/. [30 September 2009]
Sies, H. 1991. Oxidative Stress. From Basic Research to Clinical Aplication. The
American Journal Medicine 91: Suppl 3c. Cahners Publishing Company
Som. Fandah Mohd. 2003. Roselle Bunga yang Enak Dimakan. Pusat Teknologi
Makanan. Mardi Serdang
Sudarmadji, Slamet, Haryono, Bambang, dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta
Suryohudoyo, P. 1997. Oksidan dan Antioksidan pada Diabetes Melitus. Di dalam
Tjokroprawiro, A. et al. Proceedings of The Third Surabaya Diabetes Up
Date. Surabaya.
Tjokroprawiro, A. 1997. Diabetes Up Date 1997A. In Tjokroprawiro, A. et al.
Proceedings of The Third Surabaya Diabetes Up Date. Surabaya.
Vargaz, F. D. and Lopez, O.P., 2003. Natural Colorants for Food and
Nutraceutial Uses. CRC Press. USA.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kedua. Penerjemah
Soendari. Gajah Mada University Pers. Yogyakarta
11
LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar 5. Rosella Ungu kering Gambar 6. Rosella Merah vs Ungu
Gambar 7. Proses penyeduhan Gambar 8. Filtrasi
Gambar 9. Formulasi Gambar 10. Perlakuan oven kabinet
12
Gambar 11. Perlakuan oven listrik Gambar 12. Perlakuan oven vakum
Gambar 13. Serbuk effervescent Gambar 14. Sampel siap disentrifuge
Gambar 15. Pengukuran aktivitas
antioksidan
Gambar 17. Uji organoleptik Gambar 18. Penyondean jelantah
oleh panelis
Gambar 16. Pengukuran bilangan
peroksida minyak jelantah
13
Analisa nilai pH
Gambar 19. Grafik Pengaruh Perlakuan % Penambahan Dekstrin dengan Metode
Pengeringan Terhadap Nilai pH Tablet Effervescent Rosella Ungu
Analisa derajat kemerahan (*a)
Gambar 20. Grafik Pengaruh Perlakuan % Penambahan Dekstrin dengan Jenis
Metode Pengeringan Terhadap Derajat Kemerahan (a*) Sesudah
Pelarutan Tablet Effervescent Rosella Ungu
Analisa aktivitas antioksidan
Gambar 21. Grafik Pengaruh Perlakuan % Penambahan Dekstrin dengan Metode
Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan Tablet Effervescent
Rosella Ungu
14
Analisa kadar antosianin
Gambar 22. Grafik Pengaruh Perlakuan % Penambahan Dekstrin dengan Metode
Pengeringan Terhadap Kadar Antosianin Tablet Effervescent Rosella
Ungu
Analisa kecepatan larut
Gambar 23. Grafik Pengaruh Perlakuan % Penambahan Dekstrin dengan Metode
Pengeringan Terhadap Kecepatan Larut Tablet
Effervescent Rosella Ungu
15
METODE ANALISA SOD DAN MDA
Pemeriksaan SOD
Panjang gelombang maksimal formazan (sebagai penentu aktivitas SOD)
yaitu 580 nm.
Penentuan xanthine-xanthine oxidase untuk 1 unit SOD dan kurva baku
SOD :
Konsentrasi per 3 cc = jadi absorbansi untuk 3 unit/ 3 cc (1 unit) SOD
sama dengan 50% absorbansi jika tanpa diberikan SOD (0 unit). Kondisi
ini yang dipakai untuk pengukuran sampel berikut.
Evaluasi SOD dari sampel serum
Prinsip pemeriksaan SOD : mengukur formazan, hasil reduksi NBT (nitro
blue tetrazolium) oleh radikal superoksid. Radikal superoksid terbentuk dari
reaksi xanthine dan xanthine oxidase. Satu unit aktivitas SOD menunjukkan
sejumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghambat reduksi NBT menjadi 50%
dalam kondisi tertentu (Rukmin et al., 2004).
Serum diambil dari 250µL dimasukkan ke dalam tabung, ditambahkan
berturut-turut EDTA 200µL, NBT 100µL, xanthine 100µL, xanthine oxidase
100µL dan buffer fosfat 1cc. Inkubasi pada temperature 37ºC selama 30 menit.
Kemudian sentrifus dan ambil supernatant. Tambahkan buffer fosfat hingga 3.3cc.
Siap diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 580nm
Pemeriksaan Malonaldehid (MDA)
Prinsip pengukuran : MDA yang merupakan produk sekunder dari lipid
peroksidasi akan bereaksi dengan thiobarbituric acid (TBA) pada suasana asam
(pH 2-3) dan temperature 97-100ºC memberikan warna pink (Rukmini et al.,
2004)
Penentuan panjang gelombang maksimal : didapatkan 531,6 nm
Penentuan kadar MDA sampel (serum)
200µL serum + TCA 40%, kocok + 0.25ml HCl 0.1 N
+ air/ bides 0.5ml + Sodium Barbiturat Acid 10%
Panaskan 105ºC selama 25 menit (Flower, 1973)
Sentrifuge dan ambil supernatannya, bila masih keruh lalu disaring dengan
kertas saring biasa
Kemudian jadikan 3 ml, baca pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 531,6nm (532nm)
Penentuan kadar dilakukan dengan menggunakan kurva standar