ibadah akhlak
-
Upload
lyta-helvetri -
Category
Documents
-
view
56 -
download
1
description
Transcript of ibadah akhlak
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa ialah: Kata zakat merupakan kata dasar dari (masdar) dari Zaka yang berarti Keberkatan, kesucian, perkembangan dan kebaikan. Sebab dinamakan zakat ialah kerana ia dapat mengembangkan harta yang telah dikeluarkan zakatnya dan menjauhkannya dari segala kerusakan sebagaimana Ibnu Taimiah berkata: Diri dan harta orang yang mengeluarkan zakat menjadi suci dan bersih serta hartanya berkembang secara maknawi.
Zakat dari sudut syarak ialah: Sebahagian harta tertentu yang telah diwajibkan oleh Allah S.W.T untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam al-Quran atau ia juga boleh diertikan dengan kadar tertentu dari harta tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu dan lafaz zakat juga digunakan terhadap bahagian tertentu yang dikeluarkan dari harta orang yang wajib mengeluarkan zakat. Zakat Syar’ie kadang kala dinamakan sedekah di dalam bahasa Al-Quran dan Hadis sebagaimana Firman Allah S.W.T :
At-Taubah Ayat : 103
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya
do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. (Surah at-Taubah, Ayat: 103).
Manakala di dalam Hadis Sahih pula, Rasulullah s.a.w bersabda kepada Muaz
ketika baginda mengutuskannya ke Yaman: (Beritahulah kepada mereka bahawa
Allah S.W.T mewajibkan mereka mengeluarkan sedekah (zakat) dari harta mereka,
sedekah tersebut diambil daripada orang yang kaya di kalangan mereka dan diberikan
kepada orang-orang yang miskin di kalangan mereka). Hadis ini dikeluarkan oleh
jemaah ahli hadis.
B. Zakat Merupakan Rukun Islam Ketiga
Nabi s.a.w. telah menegaskan di Madinah bahwa zakat itu wajib serta telah
menjelaskan kedudukannya dalam islam. Yaitu bahwa zakat adalah salah satu rukun
Islam, dipujinya orang yang melaksanakan dan diancamnya orang yang tidak
melaksanakannya dengan berbagai upaya dan cara. Dapatlah anda baca misalnya
peristiwa Jibril mengajarkan agama kepada kaum muslimin dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menarik kepada rasulullah, “Apakah itu Islam?” Nabi
menjawab: “Islam Adalah mengikrarkan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad Adalah rasulNya, mendirikan Shalat, Membayar Zakat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, dan Naik Haji bagi yang mampu melaksanakan .” (hadis Muttafaq
‘alaih).
Dalam Hadis lain Rasulullah mengatakan bahwa rukun Islam itu lima, yang
dimulai dengan shahadat, shalat, zakat, puasa dan pergi haji. Dengan demikian zakat
di dalam sunnah dan begitu juga dalam Al-Qur’an adalah dasar Islam yang ketiga,
yang tanpa dasar ketiga itu bangunan Islam tidak berdiri dengan baik. Perbedaan-
perbedaan mendasar antara zakat dalam islam dengn zakat dalam Agama-agama lain.
Setelah jelas bagi kita zakat itu wajib dan bagaimana kedudukannya dalam islam
berdasarkan apa yang diyang katakan oleh Al-Qur’an, sunnah, dan ijma’, maka kita
dapat memberikan catatan penting penting dan ringkas tentang zakat tersebut, yang
jelas berbeda sekali dari kebajikan dan perbuatan baik, kepada orang-orang miskin
dan lemah yang diserukan oleh agama-agama lain.
1. Zakat dalam islam bukanlah hanya sekedar suatu kebajikan dan perbuatan
baik, tetapi adalah salah satu fondamen (rukun) Islam yang utama. Ia adalah
juga salah satu kemegahan islam yang paling semarak dan salah satu dari
empat ibadat dalam islam. Orang yang tidak mau membayar zakat itu di nilai
fasik dan orang yang mengingkari bahwa ia wajib di pandang kafir. Zakat itu
bukan pula kebajikan secara ikhlas atau sedekah tak mengikat, tetapi adalah
kewajiban yang dipandang dari segi moral dan agama sangat mutlak
dilaksanakan.
2. Zakat menurut pandangan islam adalah hak fakir miskin dalam orang-orang
kaya. Hak itu ditetapkan oleh pemilik kekayaan itu yang sebenarnya, yaitu
Allah s.w.t. ia mewajibkannya kepada hamba-hambanya kepada hambanya
yang diberinya kepercayaanNya yang dan dipercayakanNya itu. Oleh karena
itu tidak satu bentuk kebajikan atau balas kasihan pun dalam zkat yang
dikeluarkan orang-orang kaya kepada orang miskin, karena bendahara satu pos
tidak berarti berbuat kebajikan bila ia mengeluarkan sejumlah uang atas
perintah pemiliknya (atasan).
3. Zakat merupakan “Kewajiban yang sudah ditentukan”, yang oleh agama sudah
ditetapkan nisap, besar, batas-batas, syarat-syarat, waktu, dan cara
pembayarannya, sejelas-jelasnya.
4. Kewajiban ini tidak diserahkan saja kepada kesediaan manusia, tetapi harus
dipikul tanggung jawab memungut dan mendistribusikannya oleh pemerintah.
Hal itu didistribisikannya oleh para amil. Dan zakat itu sendiri merupakan
pajak yang harus dipungut, tidak diserahkan kepada kemauan baik seseorang
saja. Oleh karena itulah Al-Qur’an mengungkapkannya dengan: pungutlah
zakat dari kekayaan mereka dan sunnah mengungkapkannya dengan,
“dipungut dari orang-orang kaya”.Berdasarkan ciri-ciri diatas, dapatlah kita
melihat bahwa zakat dalam islam merupakan sistem baru tersendiri yang tidak
sama dengan anjuran-anjuran dalam agama-agama lain supaya manusia suka
berkorban, tidak kikir.
Di samping itu pajak berbeda dari pajak dan upeti yang dikenakan para raja, yang
justru di pungut orang-orang miskin untuk diberikan kepada orang-orang kaya, dan
diberikan oleh orang-orang yang berkuasa untuk menyombongkan diri untuk berfoya-
foya, untuk menyenangkan hati para keluarga dan bawahannya, dan untuk mejaga
agar kekuasaan mereka tidak tumbang.
C. Zakat yang wajib dikeluarkan
Beberapa harta Yang wajib dikeluarkan zakatnya seperti emas dan perak, tanaman, buah-buahan, binatang ternak, dan harta rikaz.
1. Zakat Emas dan Perak
a. Nishab dan besarnya zakat
Nishab emas adalah dua puluh dinar, dan nishab perak dua ratus Dirham, sedangkan besar zakat keduanya adalah 2 ½ %, sebagaimana yang ditegaskan dalam riwayat berikut.
Dari Ali bin Abi Thalib r.a. dari Nabi saw. bersabda, “Jika kamu memiliki dua ratus dirham dan sudah sampai haul, maka zakatnya lima dirham, dan kamu tidak wajib mengeluarkan zakat yaitu dari emas sebelum kamu memiliki dua puluh dinar. Jika kamu memiliki dua puluh dinar dan sudah sampai haul, maka zakatnya ½ saw. dinar.” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 1319, dan ‘Aunul Ma’bud IV: 447 no: 1558).
b. Zakat Perhiasan
Zakat perhiasan adalah wajib berdasar keumuman ayat dan hadits-hadits; dan orang yang mengeluarkannya dari keumuman tersebut sama sekali tidak memiliki alasan yang kuat, bahkan banyak nash-nash yang bersifat khusus yang bertalian dengan zakat perhiasan ini, di antaranya :
Dari Ummu Salamah r.a. berkata; Saya pernah memakai kalung emas. Kemudian saya bertanya, “Ya Rasulullah, apakah ini termasuk simpanan (yang terlarang)?” Maka jawab beliau, “Apa-apa yang sudah mencapai wajib zakat, lalu telah dizakati maka dia tidak termasuk (dinamakan) simpanan (yang terlarang).” (Hasan: Shahihul Jami’us Shaghir no:5582, As Shahihah no:559, ‘Aunul Ma’bud IV:426 no: 1549, dan Daruquthni II: 105).
Dari Aisyah r.a. ia berkata, (Pada suatu hari) Rasulullah saw. mendatangiku, lalu melihat beberapa cincin perak, dijariku, kemudian beliau bertanya, “Apa itu, wahai Aisyah?” Saya jawab, “Saya buat cincin ini sebagai perhiasan di hadapanmu, ya Rasulullah.” Sabda beliau, “Apakah engkau sudah mengeluarkan zakatnya?” Jawab saya, “Belum, atau ‘masya Allah” Rasulullah menjawab selanjutnya, “Cukuplah dia yang dapat menjerumuskanmu ke neraka.” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 1384, ‘Aunul Ma’bud IV: 427 no: 1550, dan Daruquthni II: 105).
2. Zakat Tanaman dan Buah-buahan
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, “Dan Dialah yang telah menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun, dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu), bila dia telah berbuah dan tunaikanlah haknya di hari (panen), memetik hasilnya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-An’am:141).
a. Tanaman-tanaman dan buah-buahan yang terkena wajib zakat hanya ada empat macam. Berdasar hadits dari Abi Burdah dari Abu Musa dan
Mu’adz r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah mengutus keduanya ke Yaman menjadi da’i di sana, lalu beliau memerintah mereka agar tidak memungut zakat, kecuali dari empat macam ini: gandum sya’ir (sejenis gandum lain), kurma kering, dan anggur kering.” (Shahih: ash-Shahihah no: 879, Mustadrak Hakim I:401, dan Baihaqi IV:125).
b. Nishabnya: Tanaman dan buah-buahan yang terkena wajib zakat disyaratkan sudah memenuhi nishab yang disebutkan dalam hadits ini.
Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada zakat pada unta yang kurang dari lima ekor, tidak ada zakat pada perak yang kurang dari lima uqiyah (Ibnu Hajar berkata, “Kadar satu uqiyah yang dimaksud dalam hal ini ialah empat puluh Dirham dari perak murni, demikian menurut kesepakatan para ulama’) dan tidak ada zakat pada buah-buahan yang kurang dari lima wasaq.” (Lima wasaq ialah enam puluh sha’, menurut ittifaq para ulama’, Fathul Bari III:364). (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III: 310 no: 1447 dan lafadz ini baginya, Muslim II: 673 no:979, Tirimidzi II:69 no: 622, Nasa’i. V:17 dan Ibnu Majah I: 571 no:1793).
c. Besar zakat yang wajib dikeluarkan
Dari Jabir r.a. dari Nabi saw. bersabda, “Tanaman yang dapat air dari sungai dan dari hujan, zakatnya 10%, sedangkan yang diairi dengan bantuan binatang ternak 5%.”(Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no:4271 Muslim II:675 no:981 dan lafadz ini baginya, ‘Aunul Ma’bud IV:486 no:1582, dan Nasa’i V:42).
Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Tanaman yang diairi oleh hujan, atau oleh mata air, atau merupakan rawa, zakatnya sepersepuluh, dan yang diairi dengan bantuan binatang zakatnya seperduapuluh.” (Shahih: Shahihhul Jami’us Shaghir no: 427, Fathul Bari III: 347 no: 148333 dan lafadz ini baginya, ‘Aunul Ma’bud IV:485 no:1581, Tirmidzi II:76 no: 635, Nasa’i IV:41 dan Ibnu Majah I: 1817).
d. Penentuan besar nishab dan zakat untuk kurma dan anggur secara taksiran
Dari Abu Humaid as-Sa’idi r.a. ia bertutur : Kami pernah ikut perang Tabuk bersama Rasulullah saw., tatkala sampai di Wadil Qura, tiba-tiba ada seorang perempuan pemilik kebun tanga berada di kebunnya, lalu beliau bersabda kepada para sahabatnya, “Coba kalian taksir (berapa besar zakat kebun ini!” Rasulullah saw. (sendiri) menaksir (besar zakatnya) 10 wasaq. Kemudian Rasulullah bersabda kepada perempuan pemilik kebun itu, “Coba kau hitung (lagi) berapa
zakat yang harus dikeluarkan darinya!”Tatkala Rasulullah saw. datang (lagi) ke Wadil Qura, Rasulullah bertanya kepada perempuan itu, “Berapa besar zakat yang dikeluarkan dari kebunmu itu?” Jawabnya, “10 wasaq sebagaimana yang diprediksi oleh Rasulullah SAW.” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 2644, dan Fathul Bari III: 343 no: 1481).
Dari Aisyah r.a. ia bercerita, “Adalah Rasulullah saw. pernah mengutus Abdullah bin Rawahah r.a. untuk menaksir kurma waktu sudah tua sebelum dimakan. Kemudian agar memberi pilihan kepada orang-orang Yahudi, antara para amil zakat memungutnya dengan taksiran itu, dengan mereka menyerahkan hasilnya kepada para amil agar dihitung zakatnya sebelum dimakan dan dipisahkan hasilnya.” (Hasan Lighairihi: Irwa-ul Ghalil no: 805 dan ‘Aunul Ma’bud IX: 276 : 3396).
3. Zakat Binatang Ternak
Binatang ternak yang dimaksud disini terdiri atas unta, sapi, dan kambing.
a. Nishab zakat unta
Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Onta yang kurang dari lima ekor tidak dipungut zakat.” (Redaksi Arabnya sudah termuat pada pembahasan zakat tanaman dan buah-buahan, beberapa halaman sebelumnya(pent.)
b. Besarnya zakat yang dikeluarkan
Dari Anas r.a. bahwa Abu Bakar r.a. pernah menulis surat ini kepadanya, ketika ia diutus oleh Abu Bakar (menjadi da’i) di Bahrain. Bunyi surat tersebut ialah, “Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah kewajiban zakat yang difardhukan oleh Rasulullah SAW atas kaum Muslimin dan yang Allah perintahkan kepada Rasul-Nya. Oleh karena itu barang siapa dari kalangan kaum muslimin yang diminta menunaikan zakat itu sesuai dengan ketentuan yang sebenarnya, maka hendaknya ia membayarnya; namun barang siapa dari kaum muslimin yang diminta zakatnya lebih dari ketentuan yang sesungguhnya, maka janganlah ia memberikan (kelebihannya atau janganlah memberikan sama sekali, sebab petugasnya telah berbuat curang (pent) : Pada dua puluh empat ekor unta, paling sedikit lima ekor, maka zakatnya seekor kambing. Jikalau sudah mencapai dua puluh lima ekor sampai tiga puluh ekor unta, maka zakatnya seekor anak unta betina (berumur satu tahun lebih). Jikalau sudah mencapai tiga puluh enam sampai empat puluh lima, maka zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun
keempat. Jikalau sudah mencapai enam puluh satu sampai tujuh puluh lima, maka zakatnya seekor anak unta betina berumur empat tahun lebih. Jika sudah mencapai tujuh puluh enam ekor sampai sembilan puluh ekor, maka zakatnya dua ekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun ketiga. Jika sudah mencapai sembilan puluh satu sampai seratus dua puluh, maka zakatnya dua ekor anak unta betina berumur tiga tahun lebih. Kalau sudah lebih dari seratus dua puluh ekor, maka setiap empat puluh ekor, zakatnya seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun ketiga, sedang tiap lima puluh ekornya, zakat yang harus dikeluarkan adalah seekor anak unta betina yang umurnya masuk tahun keempat. Adapun orang yang hanya memiliki empat ekor unta, maka belum terkena kewajiban zakat, kecuali kalau orang yang mempunyai unta itu mau mengeluarkan zakat sunnah. Namun jika sudah mencapai lima ekor, maka zakatnya seekor kambing” (Shahih : Shahih Abu Daud no: 1385, Fathul Bari III:317 no: 1454 dan III:316 no: 1453, ‘Aunul Ma’bud IV:431 no: 1552, dan Nasa’i V:18, Ibnu Majah I:575 no:1800 hadits kedua saja).
c. Orang yang harus mengeluarkan zakat seekor anak unta betina yang berumur satu tahun lebih, namun ia tidak memilikinya
Dari Anas r.a. bahwa Abu Bakar r.a. pernah menulis sepucuk surat kepadanya yang berisi penjelasan perihal shadaqah (zakat) yang Allah dan Rasul-Nya wajibkan (dalam hal zakat unta sebagai berikut), “Barangsiapa telah memiliki unta hingga cukup dikenai kewajiban zakat berupa unta yang umurnya masuk tahun kelima, tetapi ia tidak memilikinya, dan yang dimiliki hanya unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, maka bolehlah diterima darinya zakat berupa unta betina yang umurnya masuk tahun keempat ditambah dengan dua ekor kambing bila dirasakan mudah baginya, atau ditambah dengan dua puluh Dirham. Barangsiapa yang memiliki unta hingga sampai pada kewajiban zakat berupa unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, namun ia tidak mempunyai, kecuali unta betina yang umurnya masuk tahun kelima, maka diterimalah zakat darinya berupa unta betina yang umurnya masuk tahun kelima dan si penerima zakat harus mengembalikan dua puluh Dirham atau dua ekor kambing (kepada sang pengeluar zakat). Barang siapa yang mempunyai unta hingga sampai pada kewajiban membayar zakat berupa unta betina yang umurnya masuk tahun keempat, namun ia hanya mempunyai anak unta betina, maka bolehlah diterima zakat darinya berupa anak unta betina tersebut dengan menambah dua ekor kambing atau dua puluh Dirham. Barangsiapa yang memiliki unta hingga cukup dibebani kewajiban zakat berupa anak unta betina yang umurnya masuk tahun kelima, namun ia mempunya unta betina yang umurnya masuk tahun
kelima, maka diterimalah zakat darinya berupa unta betina yang umurnya masuk tahun keempat tersebut dan si penerimanya harus mengembalikan dua puluh Dirham atau dua kambing kepada si pemberi zakat. Barangsiapa yang memiliki unta sudah mencapai ketentuan wajib mengeluarkan zakat berupa anak unta betina berumur satu tahun lebih, maka beolehlah diterima zakat darinya berupa unta betina berumur satu tahun lebih itu dengan menambah dua puluh Dirham atau dua ekor kambing.” (Shahih : Shahih Abu Daud no: 1385, Fathul Bari III:317 no: 1454 dan III:316 no: 1453, ‘Aunul Ma’bud IV:431 no: 1552, dan Nasa’i V:18, Ibnu Majah I:575 no:1800 hadits kedua saja).
d. Nishab dan besar zakat sapi
Dari Mu’adz bin Jabal r.a. ia berkata, “Aku pernah diutus oleh Rasulullah saw. ke negeri Yaman dan diperintahkan olehnya untuk memungut zakat sapi, dari setiap empat puluh ekor, zakatnya satu ekor sapi betina yang berumur dua tahun, dan dari tiap tiga puluh ekor, zakatnya satu ekor sapi jantan atau betina yang berumur setahun.” (Shahih : Shahih Abu Daud no: 1394, Tirmidzi II :68 no: 619, ‘Aunul Ma’bud IV:475 no: 1561, Nasa’i V:26, dan Ibnu Majah I:576 no:1803 dan lafadz ini terekam dalam Sunan Ibnu Majah; di selainnya terdapat tambahan di bagian akhir).
e. Nishab dan besar zakat kambing
Dari Anas r.a. bahwa Abu Bakar r.a. pernah menulis sepucuk surat kepadanya perihal penjelasan zakat wajib yang Allah perintahkan kepada Rasul-Nya (dalam hal zakat kambing yang isinya sebagai berikut), “Kambing yang digembalakan, bila jumlah mencapai empat puluh ekor sampai dengan seratus dua puluh ekor, zakatnya seekor kambing. Jika mencapai seratus dua puluh satu ekor sampai dengan dua ratus ekor, zakatnya dua ekor kambing. Jika sudah mencapai dua ratus lebih sampai dengan tiga ratus, maka zakatnya tiga ekor. Jika sudah mencapai tiga ratus lebih, maka dalam setiap seratus ekor, zakatnya seekor kambing. Manakala kambing yang mencuri makan sendiri itu kurang dari empat puluh ekor, maka pemiliknya tidak wajib mengeluarkan zakat, kecuali kalau ia mau (mengeluarkan sedekah sunnah).” (Shahih : Shahih Abu Daud no: 1385, Fathul Bari III:317 no: 1454 dan III:316 no: 1453, ‘Aunul Ma’bud IV:431 no: 1552, dan Nasa’i V:18, Ibnu Majah I:575 no:1800).
f. Syarat-syarat wajibnya zakat pada binatang ternak :
1) Mencapai nishab, sebagaimana yang sudah jelas pada beberapa hadits yang lalu.
2) Sudah berlalu satu tahun. Rasulullah saw. bersabda, “Tiada zakat bagi harta benda yang belum mencapai haul (satu tahun).” (Shahih : Shahihul Jami’ no: 7479, Ibnu Majah I: 571 no: 1792, Daruquthni II: 90 no: 3 dan Baihaqi IV:103).
3) Hendaknya ternak yang digembalakan di padang rumput yang memang bebas dimanfa’atkan oleh siapa saja, selama setahun (atau lebih dari enam bulan). Ini didasarkan pada sabda Nabi saw. yang artinya, “Kambing yang digembalakan, bila jumlahnya mencapai empat puluh ekor sampai dengan seratus dua puluh, maka zakatnya seekor kambing.” (Hadits ini merupakan bagian dari hadits yang berisi surat Abu Bakar kepada Anas, yang telah dimuat pada beberapa halaman sebelumnya).
Dan Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Dalam setiap unta yang cari makan sendiri, yaitu pada setiap empat puluh ekor, zakatnya seekor unta anak betina yang berumur dua tahun masuk tahun ketiga.” (Hasan : Shahihul Jami’us Shaghir no: 4265, ‘Aunul Ma’bud IV:452 no: 1560, Nasa’i V:25, dan al-Fathur Rabbani VIII:217 no:28).
g. Harta yang tidak dipungut zakatnya
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. tatkala mengutus Mu’adz ke negeri Yaman berwasiat kepadanya, “(Wahai Mu’adz), janganlah kamu memungut zakat dari harta benda mereka yang dianggap mulia (oleh mereka),” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III : 357 no: 1496, Muslim I:50 no19, Tirmidzi II:69 no: 261 dan ‘Aunul Ma’bud IV:467 no: 1569, serta Nasa’i V: 55).
Dari Anas r.a. bahwa Abu Bakar saw. pernah menulis surat kepadanya (tentang penjelasan) zakat fardhu, yang Allah perintahkan kepada Rasul-Nya (yang diantara isinya), “Janganlah dikeluarkan zakat berupa binatang yang sudah tua, juga yang cacat dan jangan (pula) yang jantan, kecuali jika dikehendaki oleh orang yang mengeluarkan zakat itu.” (Imam pencatat hadits ini sama dengan riwayat Anas r.a. pada beberapa halaman sebelumnya).
h. Hukum ternak yang bercampur
Apabila ada dua orang atau lebih yang mengadakan serikat dari orang-orang yang terkena wajib zakat, sehingga bagian seorang diantara keduanya tidak dapat dipisahkan / dibedakan dari bagian yang lain, maka cukup bagi mereka untuk mengeluarkan zakat seperti untuk satu orang. Sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits berikut.
Dari Anas r.a. bahwa Abu Bakar pernah menulis sepucuk surat kepadanya (tentang penjelasan) zakat fardhu yang telah Allah perintah kepada Rasul-Nya (diantara isinya ialah), “Tidaklah dikumpulkan antara harta yang terpisah, dan tiada pula dipisahkan antara harta yang terkumpul, karena khawatir mengeluarkan zakatnya. Dan manakala ada dua pencampur ternak, maka keduanya kembali sama-sama berzakat.” (Imam pencatat hadits ini sama dengan riwayatAnas yang dimuat dalam beberapa halaman sebelumnya).
4. Zakat Barang Galian
Rikaz, barang galian ialah harta karun yang didapat tanpa niat mencari
harta terpendam dan tidak perlu bersusah payah.
Zakat dari rikaz ini harus segera dikeluarkan, tanpa dipersyaratkan haul
(melewati setahun) dan tidak pula nishab. Berdasarkan keumuman sabda Nabi
saw., “Dalam barang rikaz itu ada zakat (yang harus dikeluarkan) sebanyak
seperlima bagian (20%).” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari III:364 no:1499,
Muslim III:1334 no:1710, Tirmidzi II:77 no:637, Nasa’i IV:45 dan Ibnu
Majah II:839 no:2509 serta ‘Aunul Ma’bud VIII:341 no:3069. Dalam riwayat
Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan dengan panjang lebar, namun
dalam riwayat selain keduanya hanya kalimat tersebut).
D. SYARAT WAJIB ZAKAT
Ada 2 syarat wajib zakat, yaitu yang pertama menyangkut orang dan yang kedua berkenaan dengan harta. Syarat yang berkenaan dengan orang yang wajib zakat, para ulama bersepakat bahwa mengeluarkan zakat itu wajib atas setiap muslim yang sudah baligh dan berakal dan tidak wajib atas non muslim, karena zakat adalah salah satu rukun Islam. Ini berdasar pesan Rasulullah saw. Kepada Mua’dz bin Jabal saat mengutusnya ke Yaman, “… beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan zakat yang diambil dari para orang kaya dan dibagikan kepada para orang fakir.” (muttafaq alaih). Artinya zakat adalah kewajiban yang tidak diwajibkan kepada seseorang sebelum masuk Islam. Meskipun zakat itu adalah kewajiban sosial yang dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat, tetapi saja zakat merupkan ibadah dalam Islam. Dan makna ibadah inilah yang lebih dominann sehingga tidak diwajibkan atas non muslim.
Para ulama telah bersepakat bahwa zakat diwajibkan pula pada harta orang kaya muslim yang dalam kondisi gila. Walinya yang mengeluarkan zakat itu. Hal ini berdasar kepada ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan zakat mencakup seluruh orang kaya, tanpa mengecualikan anak-anak dan orang gila. Hadits
Rasulullah saw., “Dagangkanlah harta anak yatim sehingga hartanya tidak dimakan zakat.” (Hadits ini diriwayatkan dari banyak jalur, yang saling menguatkan). Mayoritas para sahabat berpendapat demikian, di antaranya Umar dan anaknya (Abdullah ibnu Umar), Ali, Aisyah, dan Jabir r.a.
Zakat adalah haqqul mal, seperti kata Abu Bakar r.a. dalam penegasannya saat memerangi orang murtad yang tidak mau membayar zakat. Dan haqqul mal diambil dari anak kecil dan orang gila. Karena zakat berkaitan dengan harta, bukan dengan personalnya. Pendapat ini dipegang oleh madzhab Syafi’i, Maliki, dan Hanbali.
E. MUSTAHIK ZAKAT
Pembahasan mustahik menurut pendapat empat madzhab :
1. Faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan sama sekali
a. Imam Hanafi : Orang faqir adalah orang yang mempunyai harta kurang dari satu nishob.
b. Imam Maliki : Orang faqir adalah orang yang mempunyai harta, sedangkanhartanya tidak mencukupi untuk keperluannya selama satu tahun.
c. Imam Syafi’i : Orang faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua) keperluannya dan tidak ada orang yang menanggungnya.
d. Imam Hambali : Orang faqir adalah orang yang tidak mempunyai harta atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua) keperluannya
2. Miskin adalah orang yang mempunyai sedikit harta untuk dapat menutupikebutuhannya , akan tetapi tidak mencukupi.
a. Imam Hanafi : Orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu apapun.
b. Imam Maliki : Orang miskin ialah orang yang tidak mempunyai sesuatu apapun.
(menurut keduanya orang miskin ialah orang yang keadaan ekonominya lebih buruk dari orang faqir )
c. Imam Syafi’i : Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.
d. Imam Hambali : Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.
3. Amil menurut kesepakatan semua Imam Madzhab, adalah orang yang bertugas
mengurus dan membagikan zakat kepada yang berhak menerimanya. Dengan
syarat:
mengerti tentang zakat
dapat dipercaya.
4. Muallaf adalah orang yang baru masuk islam dan asih lemah imannya.
a. Imam Hanafi : Mereka tidak diberi zakat lagi sejak zaman kholifah Abu
Bakar As-Shiddiq.
b. Imam Maliki : Madzhab ini mempunyai dua pendapat tentang muallaf,
yaitu:
1) Orang kafir yang ada harapan masuk islam.
2) Orang yang baru memeluk islam.
c. Imam Syafi’i : Mempunyai dua pengertian tentang muallaf:
1) Orang yang baru masuk islam dan masih lemah imannya.
2) Orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya dengan harapan
orang disekitarnya akan masuk islam.
d. Imam Hambali : Muallaf adalah orang islam yang ada harapan imannya
akan bertambah teguh atau ada harapan orang lain akan masuk islam
karena pengaruhnya.
5. Riqob adalah memerdekakan budak, mencakup juga untuk melepaskan muslim
yang ditawan oleh orang-orang kafir.
a. Imam Hanafi : Riqob adalah hamba yang telah dijanjikan oleh tuannya
bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang atau dengan harta lainnya.
b. Imam Maliki : Riqob adalah hamba muslim yang dibeli dengan uang zakat
dan dimerdekakan.
c. Imam Syafi’i : Riqob adalah hamba (budak) yang dijanjikan oleh tuannya
bahwa dia boleh menebus dirinya.
d. Imam Hambali : Riqob adalah hamba yang dijanjikan oleh tuannya bahwa
dia boleh menebus dirinya dengan uang yang telah ditentukan oleh
tuannya.
6. Ghorimin adalah orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan
maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
a. Imam Hanafi : Ghorimin adalah orang yang mempunyai hutang,
sedangkan hartanya diluar hutang tidak cukup satu nishob. Dan ia diberi
zakat untuk membayar hutangnya.
b. Imam Maliki : Ghorimin adalah orang yang berhutang sedangkan hartanya
tidak mencukupi untuk membayar hutangnya. Dan diberi zakat dengan
syarat hutangnya bukan untuk sesuatu yang fasad (jahat).
c. Imam Syafi’i : Mempunyai beberapa pengertian tentang ghorimin yaitu :
1) orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang
berselisih.
2) orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri.
3) orang yang berhutang karena menjamin hutang orang lain.
d. Imam Hambali : Mempunyai beberapa pengertian tentang ghorimin yaitu :
1) orang yang berhutang untuk mendamaikan dua orang yang
berselisih.
2) orang yang berhutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan yang
mubah atau haram tetapi dia sudah bertaubat.
7. Fisabilillah adalah orang yang berada dijalan Allah.
a. Imam Hanafi : Fisabilillah adalah bala tentara yang berperang pada jalan
Allah.
b. Imam Maliki : Fisabilillah adalah bala tentara, mata-mata dan
untukmembeli perlengkapan perang dijalan Allah.
c. Imam Syafi’i : Fisabilillah adalah bala tentara yang membantu dengan
kehendaknya sendiri dan tidak mendapat gaji serta tidak mendapatkan
harta yang disediakan untuk berperang.
d. Imam Hambali : Fisabilillah adalah bala tentara yang tidak mendapat
gajidari pemerintah.
8. Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan untuk maksiat,
dan mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
a. Imam Hanafi : Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan, yang
putus perhubungan dengan hartanya.
b. Imam Maliki : Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan, sedang
ia butuh untuk ongkos pulang kenegerinya. Dengan syarat perjalanannya
bukan untuk maksiat.
c. Imam Syafi’i : Ibnu Sabil adalah orang yang mengadakan perjalanan yang
bukan maksiat tetapi dengan tujuan yang sah.
d. Imam Hambali : Ibnu Sabil adalah orang yang keputusan belanja dalam
perjalanan yang halal
F. AYAT YANG BERKAITAN DGN ZAKAT:
At-Taubah Ayat : 60
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
G. VISI DAN DIMENSI SPIRITUALNYA:
H. PENGELOLAAN ZAKAT DLM MASYARAKAT MODERN
Dasar hukum berdirinya lembaga pengelola zakat di Indonesia adalah Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Keputusan Menteri Agama No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999, dan keputusan Direntur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Sedangkan dasar hukum lain yang memiliki kaitan erat dengan zakat adalah Undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Undang-undang ini menjelaskan bahwa zakat merupakan pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Pengelolaan zakat sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 38 tahun 1999, didefinisikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Sedangkan zakat sendiri dalam pasal 1 ayat (2) diartikan sebagai harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Organisasi pengelola zakat yang diakui pemerintah terdiri dari dua lembaga, yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat. Berikut ini secara singkat akan diuraikan tentang kedua lembaga tersebut.
1. Badan Amil Zakat
Badan Amil Zakat (BAZ) adalah lembaga yang dibentuk pemerintah yang
bertugas untuk mengelola zakat sedangkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dan mendapatkan pengakuan dari
pemerintah. BAZ dan LAZ mendapat tugas untuk mengeluarkan surat Bukti Setor
Zakat (BSZ) yang dapat digunakan untuk mengurangkan Penghasilan Kena Pajak
(PKP) saat membayar pajak di Kantor Palayanan Pajak.
BAZ memiliki struktur dari pusat hingga kecamatan. BAZ di tingkat pusat
disebut dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS berdiri
berdasarkan surat keputusan presiden Republik Indonesia nomor 8 tahun 2001
tanggal 17 Januari 2001. Sedangkan BAZ di tingkat propinsi dikenal dengan
sebutan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Tk I/ BAZDA Propinsi. Lembaga
ini berdiri di setiap propinsi seluruh Indonesia. Untuk mengptimalkan kinerja
BAZ, dibentuklah BAZ di tingkat kabupaten atau kotamadya yang disebut dengan
BAZDA Tk. II/BAZDA Kabupaten/Kota. Biasanya kinerja BAZ hanya sampai
kabupaten/kotamadya, jarang yang memiliki jaringan hingga kecamatan. Namun,
struktur BAZ dapat sampai ke kecamatan yang dinamakan BAZ Kecamatan.
Mengingat BAZ merupakan lembaga pengelola zakat profesional, BAZ
memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat
b. Menyusun laporan tahunan termasuk laporan keuangan.
c. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh
akuntan publik atau lembaga pengawas pemerintah yang berwenang
melalui media massa sesuai dengan tingkatannya, paling lambat enam
bulan setelah tahun buku berakhir.
d. Menyerahkan laporan tahunan tersebut kepada peme¬rintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat sesuai dengan tingkatannya.
e. Merencanakan kegiatan tahunan.
f. Mengutamakan pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat yang
diperoleh di daerah masing-masing sesuai dengan tingkatannya.
Meskipun BAZ dibentuk oleh pemerintah, namun proses pembentukannya
sampai kepengurusannya ha¬rus melibatkan unsur masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat luas dapat menjadi pengelola BAZ sepanjang
kualifikasinya memenuhi syarat sebagaimana tertuang dalam pasal 6 UU No
38 tahun 1999.
Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret tetang BAZ, patut di sini
dijabarkan beberapa pola kerja dan prestasi yang telah ditorehkan BAZNAS
yang berkedudukan di Jalan Sudirman Jakarta Pusat. Dalam pengumpulan
dana ZIS dari masyarakat dan menyalurkan kepada yang berhak, BAZNAS
melibatkan BAZ/LAZ maupun lembaga lain yang menjadi Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) mitra BAZNAS di tiap daerah. Dengan hal ini BAZ/LAZ dan
instansi yang menjadi UPZ mitra BAZNAS di daerah akan teberdayakan
sekaligus dapat menjamin pemerataan pemanfaatan dana ZIS sampai ke
pelosok daerah. BAZNAS didukung oleh tokoh-tokoh ulama, profesional,
akademisi, birokrat dan tokoh masyarakat yang telah tepercaya di bidangnya
dan dikenal bersih serta perhatian pada pemberdayaan umat.
Adapun UPZ yang menjadi mitra BAZNAS di antaranya adalah:
a. UPZ Kementrian Riset dan teknologi
b. UPZ KORPRI Badan Pemeriksa Keuangan
c. UPZ Departemen Kehakiman dan hak Asasi Manusia
d. UPZ PT Permodalan Nasional madani (PNM)
e. UPZ Bank Negara Indonesia
f. UPZ Departemen Agama
g. UPZ Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
h. UPZ Biro Pusat Statistik
i. UPZ Kantor Menteri Negara BUMN
j. UPZ Kantor Menteri Negara Urusan Koperasi dan usaha Kecil Menengah
k. UPZ Departemen Pertahanan
l. UPZ Mahkamah Agung
m. UPZ Departemen Kelautan dan Perikanan
n. UPZ Departemen Tenaga Kerja
o. UPZ Departemen dalam Negeri
p. UPZ Departemen Pendidikan Nasional
q. UPZ Kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
r. UPZ Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
s. UPZ Baitul Mal Bumiputera
t. UPZ Tabungan Asuransi Pensiun (PT. Taspen)
Program kerja BAZNAS yang sudah dapat dilihat saat ini adalah program
kemanusiaan terdiri bantuan evakuasi korban, pelayanan kesehatan gawat
darurat, bantuan pangan dan sandang, bantuan rehabilitasi daerah pasca
bencana. Sedangkan program kesehatan yang telah digarap antara lain jaminan
kesehatan masyarakat prasejahtera, unit kesehatan keliling, dan penyuluhan
kesehatan dan makanan bergizi. program pengembangan ekonomi umat terdiri
bantuan sarana usaha, pendanaan modal usaha, dan pendampingan/pembinaan
usaha. Ada pun program dakwah masyarakat yang terlaksana di antarnya
adalah bina dakwah masyarakat, bina dakwah masjid dan bina dakwah
kampus/sekolah. Program peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
dicanangkan terdiri atas beasiswa tunas bangsa, pendidikan alternatif terpadu,
pendidikan keterampilan siap guna, bantuan guru dan sarana pendidikan, dan
program terpadu masyarakat mandiri.
2. Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga pengelola zakat yang
dibentuk oleh masyarakat sehingga tidak memiliki afiliasi dengan BAZ. BAZ dan
LAZ masing-masing berdiri sendiri dalam pengelolaan zakat. Saat ini LAZ yang
memiliki jaringan nasional setidaknya ada 14 lembaga, yaitu:
a. Dompet Dhuafa Republika (Jakarta) No. SK Menag : 439 tahun 2001
b. Amanat Takaful (Jakarta) No. SK Menag. : 440 tahun 2001
c. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat (Jakarta) No. SK Menag.: 441 Tahun
2001
d. Baitul Maal Muamalat (Jakarta) No. SK Menag. : 481 Tahun 2001
e. Dana Sosial al-Falah (Surabaya) No. SK Menag. : 523 Tahun 2001
f. Baitul Maal Hidayatullah (Jakarta) No. SK Menag. : 538 Tahun 2001
g. Persatual Islam (PERSIS) (Bandung) No. SK Menag. : 552 Tahun 2001
h. Bamuis Bank BNI (Jakarta) No. SK Menag. : 330 Tahun 2002
i. Bangun Sejahtera Mitra Umat (Jakarta) No. SK Menag. : 406 Tahun 2002
j. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Jakarta) No. SK Menag. : 407 Tahun
2002
k. Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (Jakarta) No. SK Menag. : 445 Tahun
2002
l. Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Jakarta) No. SK Menag. : 557 Tahun
2002
m. Baitul Maal wat Tamwil (Jakarta) No. SK Menag. : 468 Tahun 2002
n. Dompet Sosial Ummul Quro’ (Bandung) No. SK Menag. : 157 Tahun
2003
Untuk dapat dikukuhkan oleh pemerintah, sebuah LAZ harus memenuhi
dan melampirkan persyaratan sebagai berikut:
a. Akte pendirian (berbadan hukum).
b. Data muzakki dan mustahik.
c. Daftar susunan pengurus.
d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
e. Neraca atau laporan posisi keuangan.
f. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.
Hanya LAZ yang telah dikukuhkan oleh pemerintah saja yang diakui bukti
setoran zakatnya sebagai pengurang penghasilan kena pajak dari muzakki
yang membayarkan dananya. Bentuk badan hukum untuk LAZ, yaitu yayasan,
karena LAZ termasuk organisasi nirlaba, dan badan hukum yayasan dalam
melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk memupuk laba.
Persyaratan data muzakki dan mustahik serta program kerja sebaiknya
berdasarkan hasil survei agar mencerminkan kondisi lapangan. Sedangkan
neraca atau laporan posisi keuangan diperlukan sebagai bukti bahwa LAZ
telah mempunyai sistem pembukuan yang baik. Surat pernyataan ber¬sedia
untuk diaudit diperlukan agar prinsip transparansi dan akuntabilitas tetap
terjaga.
Setelah mendapat pengukuhan, LAZ memiliki kewajiban sebagai berikut :
a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah
dibuat.
b. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.
c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media
massa.
d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.
Jika sebuah LAZ tidak lagi memenuhi persyaratan pe¬ngukuhan dan tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana di atas, pengukuhannya dapat ditinjau
ulang bahkan sampai dicabut. Mekanisme peninjauan ulang terhadap LAZ di-
lakukan dengan memberikan peringatan tertulis sampai tiga kali. Bila telah
tiga kali diperingatkan secara tertuIis tidak ada perbaikan, akan dilakukan
pencabutan pengukuhan. Pencabutan pengukuhan tersebut akan
mengakibatkan:
a. Hilangnya hak pembinaan, perlindungan, dan pelayanan dari
pemerintah.
b. Tidak diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkannya sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.
c. Tidak dapat melakukan pengumpulan dana zakat.
Aturan-aturan seperti diuraikan di atas diberlakukan agar pengelolaan
dana-dana zakat, infaq, shadaqah, dan lainnya, baik oleh lembaga yang
dibentuk oleh pemerintah maupun yang sepenuhnya diprakarsai oleh
masyarakat, dapat lebih pro¬fesional, amanah, dan transparan sehingga
dapat berdampak positif terhadap pemberdayaan dan kesejahteraan umat.
Tuntutan profesionalisme mengharuskan organisasi pengelola zakat
dikelola secara fokus dan full-time. Mereka yang sehari-hari mengurus
organisasi pengelola zakat ini dinamakan Amil Zakat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa amil zakat adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi-
profesi lain. Mereka inilah yang berhak atas bagian zakat (asnaf amilin).
Salah satu LAZ yang sukses adalah Dompet Dhuafa Republika.
Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba yang berkhidmat
mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana zakat,
infak, sedekah (ZIS). Organisasi ini lahir dari empati kolektif komunitas
jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus
kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang
kebersamaan dengan siapapun yang peduli dengan kaum dhuafa. Empat
orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar Bagir, S. Sinansari Ecip dan Eri
Sudewo berpadu sebagai dewan pendiri lembaga independen Dompet
Dhuafa Republika.
Sejak Harian Umum Republika lahir awal 1993, wartawan media ini
memotori segenap kerabat kerja untuk menyalurkan zakat sebesar 2,5%
dari penghasilan. Dana tersebut dikumpulkan kemudian didayagunakan
langsung kepada dhuafa yang berhak. Karena dilakukan pada waktu-waktu
sisa, tentu saja dana yang terkumpul maupun pendayagunaannya tidak
dapat maksimal. Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta,
para wartawan menyaksikan aktifitas pemberdayaan kaum miskin yang
didanai mahasiswa. Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu
masyarakat miskin. Maka, aktifitas sosial yang telah dilakukan sambilan di
lingkungan Republika kemudian terdorong untuk dikembangkan. Apalagi
pada waktu itu, masyarakat luas pun telah terlibat menyalurkan ZISnya
melalui Dompet Dhuafa’ (DD).
Maka atas dasar pertimbangan profesional. DD diformalkan menjadi
lembaga pada tanggal 2 Juli 1993. Momentum ini ditetapkan sebagai hari
lahir DD. Dari aspek legal formal, DD memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku dengan mendaftarkan lembaga ke Departemen Sosial RI sebagai
organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di
hadapan Notaris H Abu Yusuf SH tanggal 14 September 1994, diumumkan
dalam Berita Negara RI No. 163/A.YAY.HKM/1996/PN Jaksel.
DD saat ini memiliki Jejaring Asset Sosial (JAS) yang mengurusi
kegiatan DD non ekonomi. Di antaranya adalah Layanan kesehatan Cuma-
Cuma (LKC). Lembaga ini merupakan rumah sakit gratis untuk musthik,
terutama kelompok fakir miskin. Dana operasional untuk penyelenggaraan
kesehatan tersebut dari zakat sedangkan untuk pengembangan fisiknya
bersal dari wakaf. Saat ini LKC telah memiliki lebih dari 40 dokter dengan
anggaran sekitar 3 milyar selama satu tahun.
Aset lain yang dimiliki JAS adalah Lembaga Pendidikan Insani (LPI).
Lembaga ini mengurusi seluruh pendidikan bagi mustahik dari tingkat
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ada beberapa jenis beasiswa yang
dikelola JAS, diantaranya adalah beasiswa Anugerah dan beasiswa Etos.
Melalui LPI, DD sukses membeli asset SMU Madania di Parung Bogor.
Kemudian, DD mendirikan sekolah SMART yang menggabungkan SLTP
dan SLTP dalam waktu lima tahun. Para pelajar di sekolah tersebut berasal
dari keluarga mustahik seluruh Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Diadaptasi dari ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal
Kitabil ‘Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-
Shahihah, terj. Ma’ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 426 – 438.
http://alislamu.com
http://sudirmansetiono.blogspot.com/2009/06/lembaga-pengelolaan-zakat-modern.html
ZAKAT
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ibadah Akhlak
Oleh :
Lyta Helvetri (0804015112)
Nety Saptaning Purwantie (0804015135)
Kelas V -
Program Studi Farmasi
FAKULTAS FARMASI DAN SAINSUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA