ii - IAIN...
Transcript of ii - IAIN...
i
ii
Motto dan Persembahan
Motto:
Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang melakukan maksiat
(Imam Syafi’i)
“Tujuan dari menuntut ilmu bukan lantas menjadikan kita orang yang sombong tapi untuk menjadikan kita layaknya seperti Mata air yang
bermanfaat untuk banyak orang. (Nur Azmi A. Husna)
Persembahan:
Teruntuk kedua orang tuaku, ayah ku raja di hatiku yag bernama Asri R Husna (Alm) dan ibuku idolaku yang bernama Ariyati M Duyo. Rasa
terimakasihku tak terhingga buat kalian yang selalu mendukungku dalam doa dan usaha. Rasa terimakasihku tak mampu diukir dalam untaian kata.
Bakti ku kepada ayah ibu sampai bisa ketahap ini, tak mampu membalas kasih sayang dan budi kalian. Hanya doa yang bisa kuberikan, semoga
ayah dan ibu hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Tak lupa juga teruntuk adikku yang bernama Zainul Muttaqin A Husna,Keluargaku dan untuk Ka Adrijantoe Hapili, Ka Mafa Pido S.E , Ka
Sri Miranti Nurkamiden, S.Pd dan Ka Susanti Nurkamiden, S.Pd, yang sudh sudi untuk mendengarkan keluh kesahku selama perkuliahan dan
sudah mendukungku sampai bisa ketahap ini.
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu
berharap. ( Q.S Al-Insyirah: 6-8)
“Almamaterku tercinta IAIN Sultan Amai Gorontalo”
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan dan rahmat-Nya, sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Pengaruh Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam tradisi Dikili terhadap Perilaku Masyarakat di Desa Bongopini Kec. Tilongkabila”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, perjalanan hidup beliau mengajarkan kepada kita akan pentingnya sebuah perjuangan, merupakan salah satu motivasi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dapat berhasil, hal ini juga termotivasi dari kedua orang tua, dan keluarga, yang senantiasa memberikan bantuan maupun support, baik materil maupun non materil dalam usaha peneliti menyusun skripsi ini. Selain itu juga, penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang kompeten, baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Untuk semua itu peneliti berkenan memberikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag., selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo. 2. Dr. Sofyan Ap. Kau, M.Ag., Dr. Ahamad Faisal, M.Ag., Dr. Mujahid
Damopolii, M.Pd., selaku Warek I, Warek II, dan Warek III, IAIN Sultan Amai Gorontalo.
3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.Pd., Dr. Hj. Lamsike Pateda, M.Pd., Dr. H. Arten H. Mobonggi, M.Pd., selaku Wadek I, Wadek II, dan Wadek III, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
5. Dr. H. Razak H. Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munirah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
6. Dr. H. Arten H. Mobonggi, M.Pd.,dan Dr. Abdurrahman R. Mala, M.Pd., selaku pembimbing I dan pembimbing II dalam menyusun skripsi ini, yang dengan sabar dan tekun memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti untuk merampungkan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen di jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti selama kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
8. Seluruh staf administrasi dari jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) hingga staf bagian akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang telah memberikan pelayanan yang baik selama studi.
v
9. Kepala perpustakaan dan staf perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo, yang telah memberikan pelayanan dalam pencarian bahan untuk penyusunan skripsi ini.
10. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan pada umumnya, dan teman-teman PAI.C angkatan 2015 pada khususnya, yang telah mendukung baik secara materil maupun non materil.
Semoga bantuan dari semua pihak dalam penyusunan skripsi ini akan
beroleh balasan dari Allah SWT dan bernilai ibadah., karena hanya Allah lah yang mampu membalas kebaikan semua pihak.
Gorontalo, Juli 2019 Peneliti
Nur Azmi A Husna NIM. 151012029
1
DAFTAR ISI
HALAMAN. ...............................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ...................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI. ......................................................... ii
KATA PENGANTAR. ................................................................ iii
ABSTRAK. ................................................................................ iv
DAFTAR ISI. ............................................................................. v
DAFTAR TABEL. ...................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN. ........................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah. .................................................. 1 B. Rumusan Masalah . ......................................................... 6 C. Tujuan. .............................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian. ........................................................ 7 E. Pengertian Judul dan Definisi Operasional. ...................... 7 F. Kajian Pustaka .................................................................. 9 G. Kerangka Berpikir. ............................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI. ...................................................... 14
A. Hakekat Internalisasi Nilai. ................................................ 14 1. Pengertian Internalisasi. .............................................. 14 2. Internalisasi Nilai Agama. ............................................. 16
B. Hakekat Pendidikan Agama Islam. ................................... 16 1. Pengertian PAI.............................................................. 17 2. Karakteristik PAI. .......................................................... 18 3. Imtaq Nilai inti PAI. ....................................................... 19 4. Landasan Naqliyah . .................................................... 20 5. Materi Esensial. ............................................................ 20 6. Nilai Pendidikan Agama Islam. ..................................... 23
C. Hakekat Peserta Didik. ..................................................... 23 1. Pengertian Peserta Didik. ............................................. 23 2. Kebutuhan Peserta Didik . ........................................... 25
2
3. Kode Etik Peserta Didik . ............................................. 26 D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Islam. .......................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ...................................... 27
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. ..................................... 27 B. Lokasi Penelitian. .............................................................. 28 C. Subjek dan Objek Penelitian . ........................................... 28 D. Sumber Data. .................................................................... 28 E. Teknik Pengumpulan Data. ............................................... 28 F. Teknik Analisis Data. ........................................................ 29 G. Pengecekkan Keabsahan Data......................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 32
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. ................................ 32 B. Hasil Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Pada Peserta didik kelas IV (empat) di SDN 69 Kota Timur. ........................................................ 34
C. Kendala dan Upaya Dalam Menginternalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik kelas empatdi SDN 69 Kota Timur................ 47
BAB V PENUTUP ..................................................................... 48
A. Kesimpulan. ...................................................................... 48 B. Saran. ............................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................ 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN. .......................................................... 52
3
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keadan tenaga pendidik pada SDN 69 Kota Timur... 33
Tabel 4.2 Jumlah peserta didik berdasarkan jenis kemain. ...... 33
Tabel 4.3 Peserta didik berdasarkan usia. ................................ 34
Tabel 4.4 Jumlah peserta didik berdasarkan agama. ............... 34
Tabel 4.5 Jumlah peserta didik berdasarkan
tingkat pendidikan. ..................................................... 35
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan Islam telah membuat sejarah yang ditulis dengan
menggunakan tinta emas dalam usaha memperkenalkan
pengetahuan dan juga peradaban intelektual manusia.Dengan
banyaknya ulama, tokoh, dan pakar Islam dalam mengembangkan
usaha dan kerja keras untuk memperluas berbagai disiplin ilmu
merupakan bukti bahwasanya umat Islam pernah Berjaya. Pada saat
pengetahuan umat Islam sudah menunjukkan peningkatan
pengetahuan dan keislamannya, namun dunia Barat masih tertinggal
jauh atau masih berada dalam kebodohan
Namun kenyataannya yang terjadi sekarang ini, umat Islam
seakan terjatuh dengan kehidupan modern yang diberikan oleh Barat
mengenai kemajuan sains dan teknologi. Dengan demikian, dapat
dibenarkan secara keseluruhan, namun bagaimana persoalan
mengenai dunia pendidikan? Karena sang pioneer sekaligus pendidik
terbaik sepanjang masa yakni Rasulullah SAW mendapatkan
5
pengakuan dari banyakilmu Barat mengenai bagusnya produk
pendidikan yang diajarkan oleh beliau.1
Dunia pendidikan nasional terdapat masalah yang mendasar,
yakni diharuskan untuk meningkatkan pengetahuan pendidikan
nasional yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan, watak
dan peradaban bangsa, yang bertujuan dalam mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk menjadi makhluk yang beriman dan
bertaqwa pada Tuhan yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berpengetahuan, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi masyarakat
yang demokratis.2
Adapun pengaruh Barat yang menginginkan negeri ini menjadi
bobrok dengan jauh dari pembentengan diri melalui nilai-nilai Islam
dapat diatasi bila terdapat ghirah pada setiap jiwa dalam menjaga
muarah pada diri, keluarga, agama, bangsa dan negeri.
Islam merupakan harapan satu-satunya pertahanan terakhir
bangsa saat menghadapi berbagai masalah.Banyak orang yang rela
Islam, Nabi dan Al-qur’an dihina hanya karena takut dibilang
1 Muh.Arif & Munirah,Ilmu Pendidikan Islam,(Gorontalo:Sultan Amai Pres IAIN
Sultan Amai Gorontalo, 2013 ), h.iii 2Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 67.
6
fanatic.Akibatnya, Islam semakin terpinggirkan dan kehidupan
bebangsa semakin runyam, hal ini seperti yang pernah di alami pada
masa colonial yang dapat dijadikan sebagai sebuah pembelajaran.3
Padahal tujuan pokok pendidikan agama yaitu mencetak
generasi yang berkualitas, seperti yang terdapat dalam visinya.
Terciptanya sosok peserta didik yang berkarakter, watak dan
berkepribadian melalui pondasi iman dan ketaqwaan dengan nilai-nilai
akhlak dan budi pekerti yang kokoh yang dilihat dari keseluruhan
perilaku sehari-hari serta memberikan warna dalam pembentukkan
watak bangsa.4
Di zaman perubahan yang ditandai dengan munculnya era
globalisasi saat memasuki abad dua puluh satu yang akan di alami
oleh Negara Indonesia, maka kualitas manusia yang menjadi prioritas,
menurut penulis era ini sebaiknya merupakan era pendidikan yang
memilki makna potensi bangsa untuk sector pendidikan.5
3 Hamka,Ghirah cemburu karena allah(Jakarta:Gema insani,2015), h.Vii 4 Haidar putra daulay & Nugyaya pasa, Pendidikan islam dalam lintasan
sejarah(Jakarta:Kencana,2013),h.205 5 Ibid, h. 211
7
Sebagaimana yang banyak didefinisikan oleh pakar, pokok dari
pendidikan ualah usaha sadar yang diserahkan oleh pendidik untuk
menjadikan peserta didik menjadi makhluk yang baik sesuai dengan
yang diharapkan.
Suatu bangsa atau komunitas telah merumuskan sendiri bentuk
makhluk yang diinginkan atau menjadi harapan.Ketika membahas
pendidikan terdapat dua pemaknaan yang sering diucapkan oleh para
ahli.Pertama, pendidikan ialah memanusiakan manusia dan kedua,
pendidikan adalah memasukkan budaya. Pendidikan jika dilihat
sebagai alat dalam memanusiakan manusia, pada awalnya berupaya
untk meningkatkan potensi manusia semaksimal mungkin sehingga
pada suatu saat ia tumbuh menjadi manusia seutuhnya.6
Dalam UU RI No 20 Tahun Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 menyatakan bahwasanya pendidikan ialah usaha sadar yang
terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
kemampuan diri untuk memilki kekuatan spiritual keagamaan,
6 Ibid, h. 212
8
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk dirinya, masyarakat dan Negara.
Pendidikan diyakini menjadi solusi alternative untuk menumbuh
kembangkan potensi maupun skiil peserta didik agar nantinya menjadi
penerus siap digunakan dan bisa menghadapi berbagai tantangan
mengenai petumbuhan social bagi kehidupan masyarakat.
Peserta didik sebagai penerus bangsa, diharapkan agar bisa
mengoptimalkan segenap kemmpuan fitrahnya dalam melaksanakan
revolusioner untuk kemajuan bangsa kedepannya. Apabila anak didik
tidak terjebak dengan gempuran modernitas yang membawa
perubahan dari warna lain sehingga menganvam moralitas anak
bangsa secara keseluruhan maka gerakan revolusioner bisa tercapai.
Pendidikan harus bisa menanamkan nilai-nilai etika dan moral
yang baik dalam mengarungi kehidupan yang smkin kompleks, dan
bukan hanya sekedar untuk mengembangkan potensi intelektual dan
keterampilan peserta didik pada proses pembelajaran.Maka dari itu,
pendidikan bukan hanya bertumpuk pada peningkatan wawasan
intelektual ataupun keterampilan, namun berupaya untuk
9
memperkokoh landasan moralitas yang begitu penting untuk
kematangan kepribadian peserta didik.
Pendidikan Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa bisa diadopsi dalam orientasi pendidikan Indonesia, sehingga
harus tetap berpegang teguh pada ideology Pancasila sebagai
falsafah yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.7
Penulis berharap banyak pada peranan pendidikan diberbagai
daerah agar tetap focus pada pembentukkan karakter, kepribadian,
dan akhlak yang mencerminkan filosofi pendidikan Islam dan
pendidikan Nasional pada kepribadian peserta didik yang didukung
oleh modernitas.
Sebagaimana tujuan pendidikan adalah menjadikan manusia
Pancasila yang meliputi, nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan social. Hal ini sesuai dengan UU
1945 No. 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional yang
menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yang
meliputi (1) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) Berbudi
7 Muhammad takdir ilahi Revitalisasi pendidikan erbasis moral(Jogjakarta:AR-Ruzz
Media,2012), h.7
10
pekerti luhur, (3) memilki pengetahuan keterampilan, (4) sehat
jasmani dan rohani, (5) berkepribadian yang mantap dan mandiri, dan
(6) memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan. Harus diakui
bahwa penanaman pendidikan bebasis moral tidak lagi menjadi
prioritas dalam sistem pendidikan Nasional saat ini, sehingga
berpotensi mengancam kematangan mental dari kepribadian anak
didik ditengah gempuran modernitas yang menghadang.Merosotnya
pendidikan moral lebih banyak kemajuan dari sisi ilmu pengetauan
dan teknologi.8
Pengaruh modernitas setidaknya telah merongrong watak anak
didik yang mengalami perubahan secara drastic sehingga
menghasilkan generasi yang tak mampu menghadapi benturan global
yang menghadang didepan kita. Tidak heran bila pengaruh
modernitas bagi generasi muda banyak menyimpan dilemma dan
gelombang traumatis memberikan tekanan secara psikologi yang
tercermin dari pengaruh modernitas, bisa saja menghantam tatanan
nilai-nilai moral anak didik yang kurang dibekali dengan pendidikan
agama yang kuat.
8 Ibid, h. 8
11
Dikalangan generasi muda, pendidikan berbasis moral tidak lagi
menjadi orientasi utama, bahkan tidak jarang dikesampingkan dalam
dunia pendidikan itu.Persoalan ini muncul, akibat tidak adanya
perhatian serius dari tenaga pendidikan yang lebih focus pada
pengembangan spiritual sehingga implikasinya kadangkala dalam
memahami ajaran agama secara holistic.Jika ini terjadi, segala
tindakan yang harus dilakukan anak didik pasti menyimpang dari
norma-norma agama yang menjadi pijakan fundamental dalam
menjalani kehidupan ini.9
Tujuan ideal pendidikan tidak sekedar berupaya membentuk
manusia Indonesia yang cerdas secara intelektual dan memilki
keterampilan dalam melaksanakan tugas, tetapi ia juga berupaya
mencetak manusia Indonesia yang memilki moral, sehingga
menghasilkan warga Negara excellent dan berkepribadian luhur
sesuai dengan karakter Bangsa. Sejalan dengan ini, pendidikan tidak
semata-mata berperan penting dalam mentransfer nilai-nilai moral dan
nilai-nilai kemanusiaan secara holistic. Dengan transfer moral yang
bersifat holistic , diharapkan anak didik mampu menghargai kehidupan
orang lain yang tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi diri,
9 Ibid, h. 9
12
semenjak usia dini hingga kelak dewasa menjadi warga Negara
baik.10
Untuk mewujudkan semua hal itu, perlu dicari jalan terbaik untuk
membangun dari mengembangkan karakter manusia dan bangsa
Indonesia agar memilki karakter yang baik, unggul dan mulia.Upaya
yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan
memilki peranan yang sangat penting (urgen) dan sentaral dalam
menanamkan, mentransformasikan dan menumbuhkembangkan
karakter positif siswa, serta mengubah watak yang baik menjadi
baik.Seperti yang dikatakan oleh para ahli, bahwa pendidikan
merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin karakter) pikiran dan tubuh anak.Jadi jelaslah,
pendidikan merupakan wahana untuk menumbuhkembangkan
karakter siswa yang baik.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) telah menegaskan bahwa Pendidikan
Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
10 Ibid, h. 10
13
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi amnesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Namun tampaknya upaya pendidikan yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pmebina lain belum
sepenuhnya mengarahkan dan curahkan perhatian secara
komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan Nasional.11
Pendidikan nilai-nilai usaha untuk membantu peserta didik
mengenal dan memahami bahwa pentingnya menginternalisasi nilai-
nilai yang pantas dijadikan panduan untuk manusia, baik secara
kelompok maupun dalam masyarakat.
Nilai mendasar pada prinsip dan norma dalam berperilaku.
Kualitas seseorang dilihat dari nilai-nilai yang dilakukan dalam
berperilaku dengan dirinya sendiri, orang lain, hewan alam, bahkan
dengan Tuhannya.
Richard Evre and Linda menyebutkan bahwa nilai yang benar
dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu
11 Heri gunawan,Pendidikan karakter konsep dan implementasi,(Bandung:Alfabeta,2014), h. v
14
prilaku dan perilaku itu berdampak positif, baik bagi yang menjalankan
maupun bagi orang lain. Selanjutnya Richard menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan nilai adalah, suatu kualitas yang dibedakan
menurut: (1) kemampuannya untuk berlipat ganda, meskipun sering
diberikan kepada orang lain, dan (2) kenyataan bahwa untuk
menambah wawasan, makin banyak nilai yang diberikan kepada
orang ia makin banyak pula niali serupa yang diterima atau
“dekembalikan” dari orang lain.12
Melihat situasi yang ada sekarang ini khususnya di Provinsi
Gorontalo.Banyak lembaga-lembaga pendidikan formal yang
menampilkan agama secara normative.Sehingga sumber
pembelajaran hanya terbatas pada buku-buku teks.Seorang anak
dikatakan berhasil dalam pendidikan Agama apabila menguasai
sejumlah bahan pembelajaran dan mampu mengisi soal-soal ujian
tersebut.
Dampak dari itu membuat para pelajar yang duduk dibangku
pendidikan dan sudah mendapatkan materi tentang keagamaan
masih memilki akhlak yang bobrok.Penulis mengambil contoh kasus
12 Ibid, h. 31
15
yang terjadi di SDN 69 Kota Timur dimana peserta didiknya sering
terlambat ke sekolah, tidak menggunakan atribut lengkap saat
upacara, menyontek saat ulangan dan perkelahian antar peserta didik.
Perilaku para pelajar ini tentu jauh dari nilai-nilai agama
Islam.Pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia
dalam artian membuat manusia bersikap layaknya manusia yang
memberikan otak untuk berfikir mana yang baik dan mana yang
buruk.Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam Pada Peserta Didik kelas IV di SDN 69 Kota Timur.Agar
nilai-nilai tersebut dapat membentuk karakter yang lebih baik untuk
para peserta didik terutama di kelas IV SDN 69 Kota Timur.Sehingga
menjadikan manusia yang taat kepada Allah, cerdas, bertanggung
jawab, dan berakhlak mulia.
Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul
“Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik
kelas IV di SDN 69 Kota Timur.
B. Rumusan Masalah
16
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian adalah:
1. Apa bentuk Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Pada Peserta Didik kelas IV (empat) di SDN 69 Kota Timur ?
2. Apa kendala dan upaya dalam Menginternalisasi Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik kelas IV(empat)
di SDN 69 Kota Timur?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji dan megungkapkan bagaimana Internalisasi
nilai-nilai pendidikan agama Islam pada peserta didik kelas IV
di SDN 69 Kota Timur.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dan upaya dalam
menginternalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada
peserta didik kelas IV di SDN 69 Kota Timur.
D. Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan pemikiran bagi sekolah dan juga pendidik dalam
menerapkan Nilai-nilai Agama Islam Pada Peserta Didik kelas
IV(empat) di SDN 69 Kota Timur.
17
1. Bagi peserta didik yakni diharapkan melalui Internalisasi nilai-
nilai pendidikan agama Islam dapat menjadi manusia yang
terbiasa dengan perilaku yang baik.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
E. Pengertian Judul dan Devinisi Operasional.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memahami
persoalan yang akan dibahas, maka penulis akan menguraikan
beberapa istilah yang terdapat dalam judul profosal. Istilah-istilah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Judul.
a. Internalisasi
Menurut Reber, sebagaimana dikutip oleh Mulyana
mengatakan Internalisasi sebagai menyatunya nilai dalam diri
seseorang, atau dalam bahasa prikologi merupakan
penyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktik dan aturan-aturan
baku pada diri seseorang.13
Kemudian Mulyana menjelaskan pengertian di atas
mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai yang diperoleh harus
13Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai ( Bandung: Alfabeta, 2004), h.21
18
dapat dipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi ini
akan bersifat permanen dalam diri seseorang.
Sedangkan Ihsan memaknai internalisasi sebagai upaya yang
dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai kedalam jiwa sehingga
menjadi miliknya.14
b. Nilai
Nilai dalam pandangan Hasan Langgulang adalah sesuatu
yang menjadi criteria apakah suatu tindakan, pendapat, atau hasil
itu baik atau buruk.15 Menurut Djahrini nilai adalah suatu jenis
kepercayaan yang letaknya berpusat pada sistem kepercayaan
seseorang, tentang bagaimana seseorang sepatutnya atau tidak
sepatutnya dalam melakukan sesuatu, atau tentang apa yang
berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai.
Adapun nilai-nilai yang di maksud yaitu:
1) Nilai Kejujuran
Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
2) Nilai Tanggung jawab.
14Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,(Jakarta:Rineka Cipta,1997), h. 155 15Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi,(Yogyakarta: AR-Ruzz Media,2014), h. 35
19
Tanggung jawab adalah perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, social, dan budaya) Negara dan Tuhan yang maha
esa.
3) Nilai Disiplin
Disiplin adalah perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
4) Nilai Peduli Sosial.
Peduli Sosial adalah perilaku yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
20
5) Peduli lingkungan.
Peduli lingkungan adalah perilaku berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan keruskan alam sekitarnya, dan
mengembangkan upya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi.16
c. Pendidikan
Menurut H Magugun Pendidkan adalah mempersiapkan dan
menumbuhkembangkan anak didik atau individu manusia
yang tumbuhkembangnya berlangsung secara terus menurus
sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Aspek yang
dipersiapkan dan ditumbuhkan itu melalui aspek badannya,
akalnya, dan ruhani sebagai suatu kesatuan tanpa
mengesampingkan salah satu aspek dan melebihkan aspek
yang lain.Persiapan dan pertumbuhan itu diarahkan agar
menjadi manusia yang berdaya guna bagi dirinya sendiri dan
bagi masyarakat serta dapat memperoleh suatu kehidupan
yang sempurna.17
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pada umumnya
pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti
(kekuatan batin), pikiran dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam
dan masyarakatnya.
16 Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi,(Yogyakarta: AR-Ruzz Media,2014), h. 135 17 Syamsul kurniawan,Pendidikan karakter,(Jogjakarta:AR-Ruzz Media,2013), h. 27
21
d. Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari
kepercayaan, sistem budaya dan pandangan dunia yang
menghubungkan manusia dengan tatanan/ perintah dari
kehidupan.18
e. Islam, kata Islam berasal dari bahasa Arab yakni kata
“Aslama” akar katanya “ Salima” yang berarti sejahtera,
tidak bercacat. Dari kata itu terjadi kata masdar “ Selamat”
yang dalam bahasa Indonesia menjadi “Selamar”,
kapatuhan, dan penyerahan diri kepada Allah SWT.19
Jadi Islam secara harfiah berarti patuh, tunduk, berpegang teguh
pada ketentuan Allah dan Rasulnya dalam rangka mengupayakan
ketentraman, keamanan, dan kedamaian dalam hidup.Orang yang
patuh dan tunduk pada ajaran Allah dan Rasulnya, dikatakan Muslim.
Para Nabi, seperti Nabi Ibrahim, Musa, Isa adalah Muslim. Karena ia
adalah orang yang berserah diri, atau patuh dan tunduk pada ajaran
Allah SWT.. Selanjutnya Islam dalam artian istilah, nama suatu agama
samawi yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk
selanjutnya disampaikan kepada umat manusia. Sebagai sebuah
agama, Islam memilki syarat-syarat sebagai sebuah agama karena
18Https://id.m.wikipedia.org (di akses tanggal 10 desember 2017 pukul:14:23) 19 Novan Ardy Wiyani,(Bandung:Alfabeta,2013), h. 30
22
ada (1) Tuhan yang diyakini adanya (2) Para Nabi yang membawa
ajaran Islam (3) Kitab suci (4) Ajaran ritualitas (5) Sesuatu yang
dianggap suci.20
f. Peserta didik.
Peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik secara fisik,psikologis, social dan religious dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Istilah peserta
didik ini bukan hanya orang yang belum dewasa dari segi usia,
melainkan juga orang-orang yang dari segi usia sudah dewasa,
namun dari segi mental, wawasan, pengalaman, keterampilan dan
sebagainya masih memerlukan bimbingan.21
20 Abuddin Nata,Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Jakata:Karisma Putra Utama Offset,2013), h.
361 21 Abuddin Nata,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Kecana,2010), h. 73
23
2. Definisi Operasional
Dari pengertian di atas memberikan definisi bahwa judul skripsi
dari internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta
didik kelas IV (empat) di SDN 69 Kota Timur. Adalah penghayatan
terhadap suatu ajaran yang berpusat pada sistem kepercayaan
seseorang untuk patuh pada ajaran Allah dan Rasulnya, dengan
mempersiapkan individu yang berdaya guna bagi dirinya sendiri,
masyarakat, negara, agama serta dapat memperoleh kehidupan
sempuranah baik di dunia dan akhirat.
F. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya peneliti menelaah
beberapa hasil skripsi yang terkait dengan apa yang peneliti akan
paparkan dalam skripsi ini nantinya. Adapun skripsi yang telah ada
sebelumnya memberikan gambaran umum tentang sasaran yang
akan peneliti sajukan dalam skripsi ini dengan melihat posisi yang
telah ada, yang nantinya menghindarkankesamaan dari skripsi ini
dengan melihat posisi yang telah ada, yang nantinya menghindarkan
kesamaan dari skripsi yang telah ada sebelumnya. Sehubungan
dengan ini, ada beberapa skripsi yang secara tidak langsung berkaitan
dengan pembahasan skripsi ini diantaranya:
24
Pertama, Muhammad Iqbal Pakaya Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan AMAI Gorontalo
TAhun 2017 dengan judul Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan AGma
Islam Terhadap Pembinaan Akhlak Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Luar Biasa Kecamatan Tilamuta Tahun Pelajaran 2016/2017.
Hasil penelitian tersebut memaparkan bahwa penerapan nilai-nilai
agama islam bagi pembinaan akhlak anak yang berkebutuhan khusus
dilaksanakan secra khusus menggunkan alat yaitu Al-qur’an Braile
serta dengan menggunakan mesin baca kurzweill yang dapat
mengeluarkan suara dengan teknik berbeda-beda sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik.22
Kedua Iwan Burhanudin Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Purawokerto tahun 2016 dengan judul Internalisasi Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik Di Sekolah Menengah
Pertama Islam Babakan Kecamatan Karangpucung Kabupaten
Cilalap Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil dari penelitian bahwasanya
bentuk internalisasi nilai yang dilaksanakan oleh pihak Sekolah
22 Muhammad Iqbal Pakaya”Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam
Terhadap Pembinaan Akhlak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Kecamatan Tilamuta”,skripsi,Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo,2017, h. 69
25
Menengah Pertama Islam Babakan adalah dengan pembiasaan
kepada para peserta didik terhadap kegiatan keagamaan yang
terjadwal dan terarah meliputi: Shalat dhuha berjamaah, shalat dzuhur
berjamaah, tadarusan Al-qur’an, serta kegiatan jum”at bersih.
Kegiatan tersebut semakin terlaksana baik berkat dilaksanakan
secara bersama-sama oleh para guru dan murid. Di samping itu,
adanya hukuman bagi pelanggar kegiatan keagamaan tersebut serta
adanya target yang terarah, menjadikan proses internalisasi nilai
tersebut serta adanya target yang terarah, menjadikan proses
internalisasi nilai tersebut dapat terlaksana secara tertib dan lancar.23
Ketiga, Joko Praseto Hadi, Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
tahun 2016 Judul Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Pembentukkan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler
Keagamaan Di MTs Muslim Pancasila Wono tirto Blitar Tahun
Pelajaran 2015/2016. Hasil dari penelitian bahwasanya dengan
kegiatan ekstrakulikuler keagamaan yang diadakan di MTs Muslim
Pancasila secara tidak langsung menjadikan siswa bisa menghayati
23 Iwan Burhanudin”Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik Di
Sekolah Menengah Perta Islam Babakan Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilalap”,skripsi,Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Purwokerto,2016, h. 87
26
nilai-nilai agama Islam dengan sendirinya. Seperti ketika kegiatan
ekstrakulikuler sholawat atau kaligrafi, dia akan terbiasa dengan
makna-makna lafadz yang dilantunkan melalui lagu-lagu Islami dari
buku sholawat atau ayat yang ditulis dalam sebuah kaligrafi. Jadi
siswa akan secara sendirinya mendalami dan juga menghayati nilai-
nilai agama Islam itu sendiri.24
24 Joko Praseto Hadi”Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan
Karakter Siswa Melalui Kegiatan Ekstarkurikuler Keagamaan Di MTs Muslim Pancasila Wonotirto Blitar”,skripsi,Fakultas Tarbiyah Dan Kegsuruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,2016,h. 121
27
G. Kerangka Berfikir.
Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang di terapkan yaitu:
1. Kejujuran.
2. Kedisiplinan.
3. Tanggung Jawab.
4. Peduli Sosial.
5. Peduli Lingkungan.
Kendala dalam menanamkan
Nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam yaitu:
1. Peserta didik belum memahami
sepenuhnya manfaat dan
kerugian dalam menanamkan
Nilai-nilai PAI.
2. Beberapa peserta didik
terutama yang bandel di kelas
belum memilki keinginan untuk
menanamkan nilai-nilai PAI
3. Kurangnya kerjasama antar
guru-guru dalam menanamkan
nilai-nilai PAI.
Upaya dalam menanamkan Nilai-nilai PAI yaitu:
1. Komunikasi Guru danpeserta didik harus ditingkatkan dalam membahas nilai-nilai ajaran Islam.
2. Guru menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik ) agar bisa diikuti oleh peserta
28
Berdasarkan kerangka berfikir di atas menjelaskan bahwa
penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam kepada peserta didik
terdiri dari kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, peduli social, dan
peduli lingkungan, terdapat kendala yakni peserta didik belum
memahami sepenuhnya manfaat dan kerugian dalam menanamkan
nilai kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, peduli social danpeduli
lingkungan. selain itu komunikasiantar guru dan peserta didik dalam
membahas niali kejujuran, disiplin, tanggung jawab dll masih kurang,
sehingga perlu adanya yang maksimal dalam menamkan nilai-nilai
ajran Islam, dan membangun komunikasi yangbaik antar guru-gur
yang ada di lingkungan sekolah,dan yang terpenting guru dapat
menjadi uswatun hasanah atau teladan yang baik untuk peserta didik.
BAB II
29
LANDASAN TEORI
A. HAKEKAT INTERNALISASI NILAI
1. Pengertian Internalisasi
Internalisasi berarti penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin,
atau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan
kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku.
Menurut Ahmad Tafsir (2010: 299) Internalisasi merupakan
usaha mentansfer pengetahuan dan keterampilan melaksanakan ke
dalam pribadi seseorang.25
Menurut Reber, sebagaimana dikutip oleh Mulyana mengartikan
internalisasi sebagai menyatunya nilai dlam diri seseorang, atau
dalam bahasa psikologi merupakan penyesuaian keyakinan, nilai,
sikap, praktik dan aturan-aturan baku pada diri seseorang.26
Adapun pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli di atas
memiliki subtansi yang sama. Sehingga penulis dapat menyimpulkan
bahwa internalisasi sebagai jalan yang dilalui untuk menanamkan
25Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi,(Yogyakarta: AR-Ruzz
Media,2014), h. 125 26Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai ( Bandung: Alfabeta,
2004), h. 21
30
nilai-nilai akhlak yang baik seperti jujur, displin, terpercaya, semangat
dalam menuntut ilmu, rendah hati ke dalam peserta didik agar menjadi
manusia yang bermanfaat untuk dirinya senidri, keluarga, masyarakat,
agama dan juga Negara.
2. Internalisasi Nilai Agama
Salah satu kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah SWT,
yaitu dianugrahi fitra (perasaan dan kemampuan) untuk
mengenal sang pencipta yakni Allah dan melakukan ajarannya.
Dalam kata lain manusia dianugrahkan insting religious (naluri
agama). Karena memilki fitrah ini, sehingga manusia dijuluki
“ homo devanans” dan religious” yakni makhluk yang memilki
Tuhan dan beragama.27
Fitrah beragama ini diposisi (kemampuan dasar) yang memuat
kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun, mengenai
arah kualitas perkembangan agama pada anak bergantung pada
proses pendidikan yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAWA “ Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan suci, mka orang tuanyalah yang menjadikan anak itu
menjadi yahudi, nasrani, dan majusi”
27Ramayulis,Psikologi Agama,(Jakarta,Pt.Rader Jaya,2009), h. 46
31
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa faktor lingkungan (terutama
orang tua) sangat berperan dalam perkembangan keberagaman
anak.Kesadaran beragam merujuk kepada aspek rohaniah setiap
individu yang peribadaan kepadanya, baik bersifat habluminallah atau
habluminannas.Perkembangan beragama seseorang dipengaruhi
oleh faktor-faktor pembawaan lingkungan.28
a. Tahap-tahap Internalisasi
Pelaksanaan pendidikan nilai melalui beberapa tahap, dan
menjadi tahap terbentuknya internalisasi yaitu tahap transformasi nilai,
tahap transaksi nilai, dan tahap tran-internalisasi.
Secara umum tujuan pembelajaran memuat tiga aspek pokok, y
aitu knowin, doing dan being atau istilah umumnya
kognitif, psikomotor, dan afektif.Selanjutnya penulis menyampaikan
tiga aspek pembelajaran di atas secra singkat.
1) Mengetahui
Disini kewajiban guru yaitu mengupayakan agar murid dapat
mengetahui konsep tersebut. Dalam keagamaan misalnya
murid diajarkan tentang pengertian sholat, tata cara sholat,
syarat dan rukun sholat, dan lain sebagainya. Seorang guru
28Syamsu Yusuf L.N.,Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,(Bnadung,Pt Remaja
Rosdakarya,2003), h 136
32
bisa menggunakan metode mislnya :diskusi, Tanya jawab,
dan penugagasan. Untuk mengetahui pemahaman siswa
mengenai apa yang sudah diajarkan guru tersebut sehinga
tinggal melakukan ujian atau memberikan tugas-tugas rumah.
Jika nilainya bagus, berarti aspek ini telah selesai dan sukses.
2) Mampu melaksanakan
Masih contoh seputar sholat, untuk mencapai tujuan ini,
seorang guru dapat menggunakan metode demonstrasi
dimana seorang guru mendemonstrasikan sholat untuk
diperlihatkan kepada peserta didik dengan memutar film
tentang tata cara sholat, selanjutnya siswa secara bergantian
mempraktikkan sesuai dengan apa yang telah dilihat yang
dibimbing guru. Untuk tingkat keberhasilannya guru dapat
mengadakan ujian praktek sholat, dari ujian tersebut dapat
dilihat apakah siswa telah mampu melakukan sholat dengan
benar atau belum.29
3) Menjadi seperti apa yang ia ketahui
Konsep ini seharusnya tidak sekedar menjadi miliknya, tetapi
menjadi satu dengan kepribadiannya. Siswa melakukan
29 Ibid, h. 2
33
sholat yang telah ia pelajari dalam kehidupan sehari-harinya.
Ketika telah melekat dengan kepribadiannya, seorang siswa
akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga sholat, dan
merasa bersalah jika tidak melakukan sholat karena
diperintah atau karena nilai dari guru.30
Disinilah bagian yang sangat sulit dalam pendidikan karena pada
aspek ini tidak dapat diukur dengan cara yang diterapkan dalam aspek
mengetahui dan mampu melaksanakan. Aspek ini lebih menekankan
pada kesadaran siswa untuk mengamalkannya. Selain melalui proses
pendidikan di sekolah perlu akan kerjasama dengan pihak orang tua
siswa itu sendiri, mengingat waktu siswa lebih banyak di rumah
ketimbang di sekolah.
Dalam kajian psikologi, kesadaran seseorang dalam melakukan
sesuatu tindakan tertentu akan muncul tatkalah tindakan tersebut
telah dihayati (internalisasi).
Menurut Djahiri nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang
lekatnya berpusat pada sistem kepercayaan seseorang tentang
bagaimana seseorang sepatutnya atau tidak sepatutnya dalam
melakukan sesuatu, atau tercapai.
30 Ibdh,h. 229
34
Gordon Allport seorang psikologi kepribadian berpendapat
bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak
atas pilihannya. Allport menempatkan keyakinan pada posisi yang
lebih tinggi, ketimbang hasrat, motif, sikap, keinginan dan
kebutuhan.31
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan,
system agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan,
system budaya dan pandangan dunia yang menghubungkan dengan
tatanan/ perintah dari kehidupan.32
B. HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam merupakan suatu proses yang sangat
komprehensif, disusun secara sistematis, terencana, dalam upaya
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik secara
optimal, untuk optimal, untuk menjalankan tugas di muka bumi ini
dengan sebai-baiknya, sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah yang
didasarkan dengan bingkai ajaran islam pada semua aspek
31 Heri gunawan,Pendidikan karakter konsep dan implementasi,(Banadung:Alfabeta,2014), h.
31 32Https://id.m.wikipedia.org (di akses tanggal 10 desember 2017 pukul 14:23)
35
kehidupan. Dengan kata lain, proses penyiapan generasi muda atau
peserta didik untuk mengisi peranan memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.33
Sedangkan menurut Athiyah Al-Abrasy pendidikan agama Islam
adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurnah
dan bahagia, mencintai tanah air, tegas jasmaninya, sempurnah budi
pekertinya, pola pikirannya teratur dengan rapi, perasaannya halus,
professional dalam bekerja dan manis sapanya.34
2. Karakteristik PAI
Pendidikan agama dimaksud untuk meningkatkan kemampuan
spiritual dan membantu peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak
mulia mencakup etika (baik-buruk, hak kewajiban) budi pekerti
(tingkah laku), dan moral sebagai perwujudan dari keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha esa. Peningkatan kemampuan
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman nilai-nilai keagamaan,
serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual,
ataupun kolektif kemasyarakatan dan bertujuan pada optimalisasi
33 Soleha & Rada,Ilmu Pendidikan Islam,(Bnadung:Alfabeta,2011), h. 23 34Http://islamiced.wordpress.com (di akses tanggal 10 desember pukul 14:00)
36
kemampuan yang dimilki manusia yang aktualisasinya mencerminkan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Ruang lingkup pendidikan agama Islam yaitu Al-qur’an, hadits,
aqidah akhlak, fikih, dan sejarah kebudayaan islam. Sesuai dengan
tujuan pembelajaran, penilaian pada kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia terfokus pada aspek kognitif atau pengetahuan,
psikomotor, dan aspek afektif atau perilaku.
Ruang lingkup pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan
akhlak lebih menekankan kepada kemampuan afektif peserta
didik.Nilai akhlak adalah suatu bagian dari nilai yang menangani
kelakuan baik dan buruk manusia.Nilai akhlak dalam pembelajaran
PAI dikaitkan dalam pembentukkan karakter atau biasa disebut
dengan pendidikan karakter.35
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona ialah pendidikan
untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi
pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, maka
dari itu perilaku termasuk bagian dari internalisasi yang terdiri dari
nilai-nilai berikut:
35Yayan Ahyana”Implementasi Pendidikan Karakter Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Dalam Mewujudkan Akhlaqul Karimah Peserta Didik DI Madrasah Aliyah Beringin Jaya Kecamatan Bolano Kabupaten Parigi Moutong”,skripsi,Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo,2017, h. 24
37
a.) Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya mejadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
b.) Bertanggung jawab adalah perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
social, dan budaya) Negara dan Tuhan yang maha esa.
c.) Disiplin adalah perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
d.) Peduli Sosial adalah perilaku yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
e.) Peduli lingkungan adalah perilaku berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan kerusakan pada lingkungan alam
disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.
Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Agam Islam
didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang ada pada kedua sumber
pokok ajaran islam, yaitu Al-qur’an dan Hadits sebagai dalil naqli,
melaui metode ijtihad (dalilaqli), para ulama mengembangkan konsep
38
Pendidikan Agama Islam tersebut dengan lebih rinci dan mendetail
dalam bentuk fiqih dan hasil-hasil ijtihad lainnya.36
3. Imtaq Nilai Inti PAI
Petunjuk mengenai arti keimanan telah banyak ditegaskan
dalam Al-qur’an dan as-sunnah. Namun demi kebutuhan ilmiah, nash-
nash Al-qur’an dan As-sunnah yang bermuatan nilai keimanan itu
perlu derivasi dalam sederetan penafsiran atas tingkah laku manusia
sosok manusia yang beriman dan bertaqwa akan menampilkan ciri
khasnya sebagai manusia yang memilki komitmen beragama sebagai
wujud ketaatan terhadap ajaran agama. Dengan kata lain,
fungsionalisasi keyakinan terhadap segala bentuk kekuasaan Allah
akan tercermin dalam setiap tindakan, perbuatan, ucapan, dan
pikirannya. Percaya dalam kadar keimanan dan ketaqwaan
merupakan keutuhan antara ucapan dan perbuatan. Ketika secara
lisan dia mengakui keesaan Allah, maka segala perbuatannya pun
harus tertuju hanya pada bentuk-bentuk pengabdia kepada Allah tidak
pada yang lain. Dengan kata lain, seseorang hanya akan menjadi
orang yang beriman dan bertaqwa apabila dalam dirinya terdapat
konsistensi antara ucapan dan tindakannya. Pada kesadaran
36Ibid, h. 25
39
beragama yang tinggi, fungsi keimanan dan ketaqwaan mampu
menyisihkan setiap motif pembias kualitas keyakinan beragama
seseorang.37
Karena karakteristik keyakinan dilandasi nilai kebenaran dan
kebijakan agama memilki nilai-nilai universal, maka smestinya
pengembangan keimanan dan ketaqwaan menjadi inti dari segala
bentuk-bentuk pengembangan nilai humanistic lainnya.Salah satu
alasan yang menguatkan posisi keimanan dan ketaqwaan sebagai
inti.
Pendidikan nilai diungkapkan oleh Asy’ari, ia menjelaskan
bahwa iman dan taqwa merupakan suatu metode actuak dalam
proses pemecahan masalah yang paling kokoh dan
fundamental.Sebagai metode, iman dan taqwa mulai bekerja melalui
wawasan merafasis terhadap suatu masalah yang dihadapi.Wawasan
metafasis itu dibangun oleh kesadaran empiris dan keghaiban lantas,
dalam menjelajahi dataran wilayah yang serba materi, keduanya tidak
bisa sendirian, ia memerlukan kerjasama dengan ilmu etika.38
37Muhammad Iqbal Pakaya”Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Terhadap
Pembinaan Akhlak Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Kecamatan Tilamuta”,skripsi,Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo,2017,h. 17
38 Ibid, h. 18
40
4. Landasan Naqliyah PAI
Landasan-landasan PAI dapat ditemukan dalam sejumlah ayat
al-qur’an dan as-sunnah dalam Al-qur’an, Allah SWT berjanji akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (Q.s Al-
Mujadillah ayat 11)
$ p k š ‰r ' ¯ » t ƒ t ûï Ï %© ! $ # ( # þ q ã Z t B# u ä # sŒÎ ) Ÿ@Š Ï % ö Nä 3 s9 ( # q ß s¡ ¡ x ÿ s? † Î û Ä §Î = » y f y J ø 9 $ #
( # q ß s| ¡ ø ù$ $ sù Ë x | ¡ ø ÿ t ƒ ª ! $ # ö Nä 3 s9 ( # sŒÎ ) u r Ÿ@Š Ï %
( # r â “ à ± S$ # ( # r â “ à ± S$ $ sù Æì sùö � t ƒ ª ! $ # t ûï Ï %© ! $ #
( # q ã Z t B# u ä ö Nä 3 Z Ï B t ûï Ï %© ! $ # u r ( # q è ? r é & z Où= Ï è ø 9 $ #
; M » y _ u ‘ y Š 4 ª ! $ # u r $ y J Î / t b q è = y J ÷ è s? × Ž � Î 7 y z Ç Ê Ê È
Terjemahnya :
Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, berlapang-lapanglah dalam majilis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan member kelapangan untukmu, Dan apabila dikatakan “ Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.39
Dalil naqliyah itu mempertegas bahwa PAI merupakan salah satu
bentuk “wajib belajar” menurut agama dalam rangka mengangkat
39 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013), h. 543
41
derajat manusia melalui pengembangan peserta didik agar dapat
membentuk karakter dan pendalaman sifat sehingga para peserta
didik menjadi peserta didik yang beriman dan berilmu yang bisa
bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
Konsep manusia sempurna yang dalam pandangan islam
disebut Al-insan kamil merupakan tujuan akhir yang dapat
memberikan petunjuk terhadap segala ikhtiar PAI. Iqbal, seorang
penyair sekaligus filosof muslimin mengatakan insane kamil sebagai
sang mukmin yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan,
perbuatan, dan kebujaksanaan.
Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya yang tertinggi tergambar
dalam kesempurnaan akhlak Nabi.Al-qur’an menyebutkan akhlak
Nabi sebagai tauladan yang dirumuskan dalam ayat, “Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah itu, suri teladan yang baik.
(QS. 33 : 21).40
5. Materi Esensial.
Kalau dijelaskan berdasarkan cakupan keseluruhan materi
pendidikan Agama Islam (PAI), sebagai mata pelajaran di sekolah
umum memiliki topik materi pelajaran atau kompetensi dasar yang
40 Ibid, h. 19
42
cukup banyak. Hal itu akan lebih lagi kalau kita berbicara PAI sebagai
pelajaran rumpun di Madrasah yang terbagi kedalam empat jenis
mata pelajaran (Aqidah akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan
Al-Qur’an Hadits).
Oleh karena itu, pada bagian ini materi PAI yang ditampilkan
hanya esensialnya saja yang meliputi 3 bagian yaitu yang berkenaan
dengan Iman, Islam dan Ihsan. Seperti yang tertera dalam pedoman
khusus pengembangan PAI yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun
2001, prinsip dasar pengembangan PAI meliputi 3 kerangka, kerangka
tersebut adalah Aqidah, syariah, dan penjabaran dari konsep Islam
dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep Islam dan kahlak
merupakan penjabaran dari konsep Ihsan.41
6. Nilai Pendidikan Agama Islam.
Konsep tentang nilai-nilai pendidikan Islam memiliki cakupan
amat luas, berkaitan dengan sendi-sendi kehidupan manusia baik
berkaitan dengan masalahTauhid, hubungan sesama manusia,
bahkan kebudayaan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat itu
sendiri.
41 Ibid, h. 20
43
Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah segala sesuatu yang
berguna dan dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Sedangkan
pendidikan Islam adalah dimaksudkan terkait dengan ajaran yang
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan manusia.
Dalam Al-Qur’an terdapat dua prinsip besar yaitu yang berhubungan
dengan masalah keimanan disebut dengan akidah dan yang
berhunungan dengan amal disebut syari’ah. Adapun nilai-nilai
pendidikan Islam terkait dengan nlai ibadah, nilai moral, nilai akhlak
dan nilai aqidah.42
a. Nilai Ibadah.
Ada tiga pedoman dalam menyebarkan dan mengembangkan
nilai-nilai Islam, yang dapat ditempuh, pertama, orang
menyeru/ mengajak orang lain ke jalan Islam dengan hikmah,
keduamenyampaikan dengan tutur kata yang baik
(mau’idzatul hasanah) dan ketiga, manakala harus terjadi
argumentasi atau debat harus dengan cara yang baik pula.
Ketiga pedoman di atas sebagaimana telah ditegaskan Allah
dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
42Erawati Japar”Nilai-nilai pendidikan Islam dalam acar modutu pada adat perkawinan
masyarakat di desa Ilomata Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara”skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo,2017, h.17
44
ä í ÷ Š $ # 4 ’ n < Î ) È @‹ Î 6y ™ y 7 Î n / u ‘ Ï p y J õ 3 Ï t ø : $ $ Î /
Ï p sà Ï ã ö q y J ø 9 $ # u r Ï p u Z | ¡ p t ø : $ # ( Oß g ø 9 Ï ‰» y _ u r
Ó É L © 9 $ $ Î / } ‘ Ï d ß ` | ¡ ô mr & 4 ¨ b Î ) y 7 - / u ‘ u q è d Þ On = ô ã r & ` y J Î /
¨ @| Ê ` t ã ¾Ï & Î # ‹ Î 6y ™ ( u q è d u r Þ On = ô ã r & t ûï Ï ‰t Gô g ß J ø 9 $ $ Î /
Ç Ê Ë Î È Terjemahnya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang leih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S an-Nahl: 125).43
Islam memang memandang manusia sebagai makhluk mulia
yang karenaya diberi amanah untuk menata kemaslahatan hidup.
Terkait hal hal itu, Malik Fajar mengemukakan bahwa manusia
sebagai makhluk pengemban atau pemegang amanah kekhalifahan
mempunyai potensi yang luar biasa sehingga dapat mendayagunakan
alam dan sesama manusia dalam rangka membangun peradaban,
dengan berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah.
Kapasitas insaniyah bawaan manusia mengandung potensi
Ilahiyah, (ketuhanan) dan potensi kehidupan yang dilengkapi yang
dilengkapi dengan pilihan taqwa dan jujur, yang hendak
43 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2013),
h. 281
45
dipertanggungjawabkan sebagai makhluk individu dan makhluk social,
makhluk fungsional yang semua ini merupakan nilai-nilai yang akan
terkonstruksi dalam hidup dan kehidupan manusia sendiri.
Dengan demikian manusia dalam menjalankan kehidupannya
mengandung nilai-nilai ibadah, oleh karena itu manusia dipahami
sebagai zat themorfis, maksudnya manusia berorientasi untuk
menjadi pribadi yang bergerak diantara dua titik ekstrim yaitu taqwa
dan fujur antara Allah dan setan, dan manusia memiliki kehendak
bebas artinya manusia mampu membentuk nasibnya sendiri dan
bertanggung jawab sehingga manusia mampu menerima amanah
khusus dari Allah.44
b. Nilai Moral.
Nilai moral yang terkandung dalam nilai Islam tentunya dapat
kita temukan dan dapat dilihat dengan adanya postulat-
postulat yang dapat dipahami dan dikembangkan serta serta
diberdayakan oleh manusia itu sendiri, hal ini dapat disaksikan
dengan adanya:
Pertama, Allah telah memerintahkan agar manusia
senantiasa berfikir dalam memecahkan persoalan hidup yang
44 Ibid, h. 19
46
dihadapi, kedua, dengan potensi akal manusia diperintahkan
untuk membuktkan kekuasaan Allah dengan mengkaji dan
mengelola alam demi kehidupan dan dilarang berbuat semena-
mena, berbuat kerusakan dan mengadakan pertumpahan darah.
Oleh sebab itu moral yang terkandung dalam pendidikan Islam
sangat terkait dengan potensi dasar manusia yang ideal dan
fungsional, karena semua potensi yang dimiliki manusia akan menjadi
sasaran dikembangkan melalui kondisi yang diciptakan dengan
memberikan rangsangan sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan
dikehendaki.
c. Nilai Akhlak.
Adapun nilai akhlak yang relevan dengan nilai pendidikan
Islam sangat terkait dengan eksistensi akhlak al-karimah yang
meliputi akhlak pada Allah dan akhlak pada diri sendiri serta
akhlak antara sesama manusia yang mencerminkan
keagungan moralitas manusia dalam keluarga, masyarakat
dan bangsa.
Dengan menanamkan nilai akhlak merupakan bagian dari nilai
pendidikan Islam diharapkan agar dapat melahirkan manusia yang
47
memiliki kemampuan spiritual Ilahiyah yang tinggi dan memilki akhlak
mulia.45
d. Nilai Aqidah.
Nilai aqidah yang milik oleh pendidikan islam sangat
berhubungan dengan aktivitas manusia dalam menjalankan
kehidupannya dalam mengabdikan diri semua untuk Allah
SWT. Oleh karena itu Islam mengajarkan agar hidup dan
seluruh aspek kehidupan harus diniatkan sebagai pengabdian
kepada Allah. Inilah pendidikan agama berkisar pada dua
dimensi hidup, pertama penanaman rasa taqwa kepada Allah
SWT, dan pengembangan rasa kemanusia’an.46
C. HAKIKAT PESRTA DIDIK
1. Pengertian Peserta Didik.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada
pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun
psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan cirri dari seorang
peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang
45 Ibid, h. 21 46 Ibid, h. 23
48
pendidik.Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan menyangkut
psikis.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI. 20 Tahun tentang Sistem
Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.47
2. Kebutuhan Peserta Didik
Banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh
pendidik diantaranya:
a. Kebutuhan Fisik
Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan yang cepat
terutama pada pubertas.Kebutuhan biologis, yaitu berupa
makanan, minuman, istirahat, dimana hal ini menuntut peserta didik
untuk memenuhinya.Selain itu dengan membiasakan hidup sehat,
bersih dan olahraga secara pertumbuhan tubuh peserta didik agar
jangan terkena penyakit, jika peserta didik menderita penyakit
harus ditangani dengan cepat karena kesehatan sangat
mempengaruhi pertumbuhan fisiknya.48
b. Kebutuhan Sosial.
47 Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Kalam Mulia,2002), h. 133 48 Ibid, h. 134
49
Kebutuhan social yaitu kebutuhan berhubungan langsung
dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan
masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan
masyarakat lingkungannya, seperti diterima oleh teman-temannya
secara wajar.Begitu juga supaya dapat diterima oleh orang lebih
dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan pemimpin-
pemimpinnya.
c. Kebutuhan Untuk Mendapatkan Status.
Peserta didik terutama pada usia remaja membutuhkan suatu
yang menjadikan dirinya berguna bagi masyarakat. Kebanggaan
terhadap diri sendiri, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah
maupun di dalam masyarakat.Peserta didik juga butuh kebangaan
untuk diterima dan dikenal sebagai individu yang berarti dalam
kelompok teman sebanyaknya, karena, penerimaan dan
dibanggakan oleh kelompoknya sangan penting artinya bagi
peserta didik dalam identitas diri dan kemandirian.
d. Kebutuhan Mandiri
Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-
batasan atau orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan
mendisiplinkan dirinya sendiri. ia ingin bebas dari perlakuan orang
50
tuanya yang terkadang terlalu berlebihan dan terkesan sering
mencampuri urusannya yang menurutnya bisa diatasi sendiri.
Karena hal ini dapat membuat remaja merasa tidak percaya,
dipercaya dan dihargai oleh orang tua mereka, sehingga muncul
sikap menolak dan memberontak. Walaupun suatu saat nanti ia
masih menginginkan bantuan orang tuanya.49
e. Kebutuhan Untuk Berprestasi
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan
kebutuhan mendapat status dan mandiri.Artinya dengan
terpenuhinya kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat
peserta didik giat untuk mengejar prestasi.Dengan demikian
kemampuan untuk berprestasi terkadang sangat erat kaitannya
dengan perilakunya yang mereka terima baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.
f. Kebutuhan Ingin Disayang Dan Dicintai.
Rasa ingin disayangi dan mencintai merupakan kebutuhan
yang esensial karena dengan terpenuhi kebutuhan ini akan
mempengaruhi sikap mental peserta didik. Banyak anak-anak yang
tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, guru dan orang lain
49 Ibid, h. 135
51
mengalami prustasi hidup. Dalam agama cinta kasih yang paling
tinggi dihadapkan dari Allah SWT.Itu sebabnya setiap orang
berusaha mencari kasinh saynag dengan mendekatkan diri
kepadanya.
g. Kebutuhan Untuk Curhat
Kebutuhan untuk curhat terutama remaja dimaksudkan suatu
kebutuhan untuk dipahami ide-ide dan permasalahan yang
dihadapinya. Peserta didik mengharapkan agar apa yang dialami,
dirasakan, terutama dalam masa pubertas, dapat didengar,
ditanggapi oleh orang lain terutama pendidik. Sebaliknya, jika
mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengkomunikasikan permasalahan-permasalahannya tersebut.
apalagi dilecehkan, ditolak, atau dimusuhi, dapat membuat mereka
kecewa, marah, bahkan mereka merasa diri mereka tidak aman,
sehingga munculnya tingkah laku yang bersifat negative dan
perilaku yang menyimpang.50
h. Kebutuhan Untuk Memiliki Filsafah Hidup.
Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik untuk
mengetahui tentang nilai-nilai ideal. Mereka mempunyai keinginan
50 Ibid, h. 136
52
untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan itu
diperoleh. Karena itu mereka membutuhkan pengetahuan-
pengetahuan yang jelas sebagai suatu fisafah hidup yang
memuaskan yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan
ini.Kebenaran dan nilai-nilai ideal yang murni hanya ditemukan
didalam agama.Oleh karena itu, peserta didik sangat
membutuhkan.
i. Kebutuhan Untuk Beragama.
Agama dibutuhkan manusia karena manusia memerlukan
orientasi dan obyek pengabdian dalam hidupnya.Tidak ada
seseorangpun yang tidak membutuhkan agama, baik manusia
primatif, maupun manusia modern.
Yamani, mengemukakan bahwa tatkala Allah membekali
insane itu dengan nikmat berfikir dan daya penelitian, dirinya juga
merasa bingung darn bimbang untuk memahami dan menganalisa
alam sekitarnya di samping rasa ketakutan terhadap kegarangan
dan kebengisan itu.Hal inilah yang mendorong insane tadi untuk
mencari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan
membimbingnya. Para pendidik dismping memperhatikan
53
kebutuhan-kebutuhan biologis dan psikologis ataupun kebutuhan
primer dan sekunder seperti yang dijelaskan di atas, maka
penekannya adalah pemenuhan kebutuhan anak didik terhadap
agama, karena ajaran agama yang sudah dihayati, diyakini dan
diamalkan oleh anak didik, akan dapat mewarnai seluruh aspek
kehidupannya.51
3. Kode Etik Peserta Didik
Sifat-siat dank ode etik peserta didik merupupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, baik
langsung maupun tidak langsung. Al-Ghazali merumuskan sebelas
pokok kode etik peserta didik, yaitu sebagai berikut:
Belajar denagan niat ibadah dalam rangka taqrrub kepada
Allah.Sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut
untuk selalu menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak
yang tercela. (QS Al-An’am 6:162, Adz- Dzariyat 51:56).
a. Mengarungi kecenderungan pada duniawi dibandingkan
masalah ukhrawi (QS. Adh-Duhah:93:4)
b. Bersikap tawadhu, (rendah hati) dengan cara meningkatkan
keinginan pribadi untuk kepentingan pendidiknya.
51 Ibid, h. 137
54
c. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai
aliran.
d. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi
maupun yang duniawi.
e. Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai
pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar
(abstrak) atau dari ilmu yang fardhu’ani menuju ilmu yang
fardhu kifayah. (QS Al-In-syiqaq 84:19)
f. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada
ilmu yang lainnya sehingga peserta didik memilki spesifik ilmu
pengetahuan secara mendalam.
g. Mengenal nilai-nilai atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
h. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu
duniawi.
i. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan
yaitu ilmu dapat bermanfaat, membahagiakan, dan
menyejahterakan, serta memberikan keselamatan hidup di
dunia dan akhirat.
j. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik
sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap dokter,
55
mengikuti prosedur dan mazhab lain yang diajarkan oleh
pendidik pada umumnya, serta diperkenankan bagi peserta
didik untuk mengikuti kesenian yang baik.
Selain kode etik yang dikemukakan oleh para ahli di atas, para
peserta didik perlu merenungkan pemikiran Ali Bin Abi Thalib tentang
peserta didik dalam ungkapannya: “ Ingatlah engkau tidak akan bisa
memperoleh ilmu kecuali dengan enam syarat, aku akan menjelaskan
kepadamu dengan jelas, yaitu kecerdasan (akal), motivasi atau
kemauan yang keras, sabar, alat (sasaran), petunjuk guru, dan terus-
menerus (kontinu), atau tidak cepat bosan dalam mencari ilmu” .52
4. Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada
Peserta Didik
Penghayatan terhadap suatu ajaran sehingga menimbulkan
kepercayaan dengan proses yang disusun secara sistematis untuk
mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik secara
optimal,yang didasarkan dengan bingkai ajaran Islam pada aspek
kehidupan.
52 Bukhari Umar,Ilmu Pendidikan Islam,(Amzah:Jakarta,2011), h. 106
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan
pendekatan kualitatif. Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya
untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia dari
segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang
diteliti.53Penelitian ini dilakukan dengan terjun ke lokasi
penelitian.Penelitian lapangan yaitu penelitian yang pengumpulan
datanya dilakukan dilapangan, seperti dilingkungan masyarakat,
lembaga pendidikan formal maupun informal, lembaga-lembaga dan
organisasi kemasyarakatan lainnya.54 Penelitian ini dilakukan
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain, dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan metode
53Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2017), h. 6 54 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), h.5
57
alamiah.55Adapun pengumpulan data pada penelitian ini di lakukan di
SDN 69 Kota Timur.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SDN 69 Kota Timur.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah :
a. Perwalian Kelas IV (empat) di SDN 69 Kota Timur.
Hal ini perwalian kelas dijadikan sumber untuk mengetahui
perjalanan dan keadaan siswa kelas IV di SDN 69 Kota
Timur.Selain itu untuk mengetahui bentuk kurikulum,
pengawasan dan bentuk pembelajaran di SDN 69 Kota
Timur.
b. Guru Agama di SDN 69 Kota Timur. Untuk mengetahui
pelaksanaan dan penerapan pembelajaran agama Islam di
SDN 69 Kota Timur. Sehingga dapat dijadikan sumber data
dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada peserta
didik.
c. Peserta didik. Peserta didik kelas IV di SDN 69 Kota Timur
sebagai subjek yang akan diamati dalam pelaksanaan
55Ibid, h. 6
58
pembelajaran pendidikan agama Islam. Serta untuk
mengetahui karakter peserta didik dalam pembelajaran
agama Islam.
D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data yaitu menurut Lofland dan
Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan data-data lainnya. Sumber data dibagi atas tiga yaitu :56
56Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 112
59
1. Kata-kata dan Tindakan.
Sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperanserta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan
melihat, mengengar, dan bertanya.57
2. Sumber Tertulis.
Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah
ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen
resmis.58
3. Foto
Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar
sekali manfaatnya.Hanya perlu diberi catatan untuk keadaan
yang ada di dalam foto.Pengambilan fotopun harus diketahui
oleh subjek dan subjek pun menyetujui pengambilan fotonya.59
4. Data Statistika
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistika
yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi
keperluannya.Statistika misalnya dapat membantu menberi
57Ibid, h. 112 58Ibid, h. 113-114 59Ibid, h. 160
60
gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar
penelitian.60
Adapun data menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa
sumber data dibagi menjadi tiga macam, yakni:
a. Person
Sumber data yang berupa orang, yaitu : Perwalian kelas IV,
guru agama, perwalian kelas III dan peserta didik.
b. Place
Sumber data yang berupa tempat (sarana dan prasarana)
yang ada di Lingkungan sekolah SDN 69 Kota Timur.
c. Paper
Sumber data yang berupa simbol.sperti latar belakang
sekolah, visi, misi dan tujuan sekolah, analisis lingkungan
pembelajaran dan data yang relevan pada proses
pembelajaran.61
E. Tehnik Pengumpulan Data
60Ibid, h. 162
61Ibid, h. 16
61
Bila di lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Adapun cara
atau teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tiga metode yaitu dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), dokumentasi62 :
1. Observasi (Pengamatan)
Nasution mengatakan bahwa observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan.Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi.63
Adapun observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis
observasi partisipatif, dimana peneliti terlibat langsung dengan
kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.64
2. Wawancara (Interview)
62 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2013), h.
225 63Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung : Alfabeta, 2013), h. 377
64Ibid, h. 378
62
Wawancara yaitu pertemuan secara langsung antara peneliti
dengan subjek penelitian untuk bertukar informasi melalui tanya
jawab yang dapat memberikan data atau informasi yang peneliti
butuhkan.65
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menelusuri data historis.66 Adapun dokumen yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah buku-buku, catatan-
catatan, majalah-majalah, surat kabar, internet, koran, transkrip
nilai yang berhubungan langsung dengan penelitiaN ini yaitu
tentang menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada
peserta di SDN 69 Kota Timur.
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
65Ibid, h. 232 66Ibid, h. 133.
63
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.67
Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap
isi dari data penelitian yang berasal dari lapangan.68 Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas tentang pengamatan dilapangan, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila di perlukan.69
2. Display Data
Display data merupakan proses menampilkan data secara
sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, matrik
dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan
67Ibid, h. 248. 68Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
UNESA University Press, 2007). h. 32. 69Ibid, h. 405
64
dapat dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil
kesimpulan yang tepat.70
3. Verifikasi dan Simpulan
Pada tahap akhir yang peneliti lakukan yang ada kaitannya
dengan rangkaian analisis data adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan hanya
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-
bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tapi apabila kesimpualn dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang telah dikemukakan merupakan kesimpualn
yang kredibel.71
G. Pengecekan Keabsahan Data
Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja
yang telah ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita
perlu mengetahui kredibilitasnya dengan menggunakan teknik
perpanjangan kehadiran peniliti di lapangan, observasi yang
70Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), h . 194. 71Ibid, 252
65
diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan teori) dan
pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan
dapat atau tidaknya ditransfer ke latar lain (transferability),
ketergantungan pada konteksnya (dependability) dan dapat tidaknya
dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability). Jadi, yang
dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan
harus memenuhi; (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2)
menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan (3)
memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan
keputusan-keputusannya.72
1. Perpanjangan Keikutsertakan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, akan tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada
penelitian dilapangan. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti
tinggal di lapangan penelitian sapai kejenuhan pengumpulan data
tercapai. Jika hal tersebutdilakukan maka akan membatasi:
a. Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
72Ibid, h. 320.
66
b. Membatasi kekeliruan (biases) penelitian.
c. Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang
tidak biasa atau pengaruh sesaat.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses
analisis yang konstan atau tentative. Mencari suatu usaha yang
membatasi berbagai pengaruh dan mencari apa yang dapat
diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Hal ini berarti peneliti
hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian
ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada
pemerikasaan tahap awal tempak salah satu atau seluruh faktor yang
ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sember lainnya. Hal itu dapat dicapai dengan jalan; (1)
67
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan
umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.
4. Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data telah penulis kemukakan diatas yaitu:
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.73
73Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kaulitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),
h. 84-105
68
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat.
SDN No. 69 Kota Timur adalah salah satu sekolah yang berada
di bawah naungan Dinas Pendidikan kota gorontalo, yang
menjalankan tugas dan fungsinya dari dinas pendidikan kota
gorontalo. Sekolah ini awalnya bernama SDN No.28 Kota Timur
namun seiring dengan berjalannya waktu dari tahun ke tahun maka
terjadilah perubahan sehingga nama sekolah ini menjadi SDN 69 Kota
Timur sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan oleh dinas
pendidikan. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1977 yang di pimpin oleh
kepalah sekolah pertama bernama : (1). Sira Alitu, (2). Fauzia Kajuju,
(3) Fauzia Datua, (4). Imran Taripu S.Pd (6) Marian Tohopi A.M.Pd (7)
Suriati Mohammad S.Pd (8) Sunartty Jusuf M.Pd.
Pada tahun 1977 sekolah ini masih memiliki banyak kekurangan,
diantaranya di lihat dari segi ifrastruktur dan sarana prasarananya
yang masih kurang memadai.Dengan adanya pergantian kepalah
sekolah dari tahun ketahun serta adanya partisipasi dari masyarakat
setempat wali murid siswa sehingga banyak perubahan yang terjadi
69
sampai saat ini dan jumlah siswapun semakin meningkat setiap
tahun.74
2. Visi dan Misi Sekolah.
Visi Sekolah
Terwujudnya lulusan yang unggul, berprestasi, terampil,
berakhlak, berbudi pekerti dan cinta lingkungan.
Misi sekolah
1) Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan yang
terintegrasi dengan pendidikan Budaya dan karakter Bangsa.
2) Menumbuhkembangkan semangat belajar dan berkarya.
3) Melaksanakan ajaran yang di anut.
4) Menumbuhkembangkan cinta tanah air dan bangsa.
5) Menumbuhkembangkan sikap percaya diri, kemandirian dan
kreativitas.
6) Menumbuhkembangkan rasa cinta terh
7) adap lingkungan sekitar.75
3. Keadaan Guru.
Tabel 4.1
74Hasil wawancara dengan Ibu Irma Saleh, S.Pd selaku wakil kepala sekolah di SDN 69 Kota
Timur pada hari kamis 17 januari Pukul 09.32 di ruangan guru. 75SDN 69 Kota Timur, Data Visi Misi Sekolah dan Kurikulum Sekolah.
70
Keadaan Tenaga Pendidik Pada SDN NO.69 Kota Timur.
No Nama Status Kepegawaian Jenis PTK
1. SUNARTTY YUSUF, M.Pd PNS KEPALA SEKOLAH
2. IRMA SALEH, S.Pd PNS Guru Kelas 3. SAWALUDIN, S.Pd PNS Guru Kelas 4. SELVY RAHIM, S.Pd PNS Guru Kelas 5. SERLY MANOPO, S.Pd PNS Guru Kelas
6. NUR KHADIJA ISHAK, S.Pd
HONOR
SEKOLAH Guru Kelas
7. YETI LAMUSU, S.Pd PNS Guru Kelas
8. LUSYAN USMAN, S.Pd.I PNS Guru Mapel
9. NUR RAHMIYANTI W.H, S.Pd
HONOR
SEKOLAH
TENAGA
ADMINISTRASI
10 MOHAMAD HILUMALO, S.Pd
PNS Guru Mapel
11. KARMILA YUSUF, SE HONOR SEKOLAH Guru Mapel
Sumber Data: Profil SDN 69 Kota Timur
Tabel diatas memberikan gambaran bahwa tenaga pendidik
yang tersedia adalah sebanyak 11 orang yang terdiri dari mereka yang
sudah berstatus sebagai Pegawai Ngeri Sipil sebanyak 8 orang
sedangkan tenaga honorer berjumlah 3 orang.76
4. Keadaan Siswa
Tabel 4.2 Jumlah Pesera Didik Berdasarkan Jenis Kelamin.
76SDN 69 Kota Timur, Data Tenaga Pendidik Tahun Ajaran 2018/2019.
71
Laki-laki Perempuan Total
50 88 138
5. Berdasarkan usia
Tabel 4.3
Peserta Dididk Berdasarkan Usia
Usia L P Total
< 6 tahun 0 0 0
6 - 12 tahun 50 81 131
13 - 15 tahun 3 0 0
16 - 20 tahun 4 3 7
> 20 tahun 0 0 0
Total 7 81 138
6. Jumlah Siswa Berdasarkan Agama.
Tabel 4.4
Siswa Berdasarkan Agama
Agama L P Total
Islam 50 88 138
Kristen 0 0 0
Katholik 2 0 2
Hindu 0 0 0
72
Budha 0 0 0
Konghucu 0 0 0
Lainnya 0 0 0
Total 0 0 138
7. Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel. 4. 5
Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan L P Total
Tingkat 1 10 15 25
Tingkat 2 12 13 25
Tingkat 3 5 9 14
Tingkat 4 12 13 29
Tingkat 5 12 13 27
Tingkat 6 10 14 25
Total 61 77 138
Jumlah siswa yang sedikit merupakan sebuah tantangan besar
bagi lembaga pendidikan untuk senantiasa memperbaiki sistem
pendidikan di SDN No.69 Kota Timur. Dari data siswa tersebut terlihat
jumlah siswi lebih banyak dari pada siswa.77
77SDN 69 Kota Timur, Data Siswa Tahun Ajaran 2018/2019.
73
B. Hasil dan Pembahasan.
1. Bentuk Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Pada Peserta Ddidik kelas IV di SDN 69 Kota Timur.
Internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam menjadikan
peserta didik manusia seutuhnya dengan menanamkan agama Islam
agar menjadi berakhlak mulia.
Adapun nilai-nilai ajaran Islam yang ditanamkan kepada peserta
didik:
a. Nilai Kejujuran.
Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang agar
dipercaya baik dalam ucapan dan perilaku, alangkah baiknya jika
setiap manusia memilki perilaku jujur, terutama peserta didik yang
tengah duduk di bangku sekolah. Karena kejujuran adalah dasar
yang harus tertanam pada diri peserta didik, sebagaimana perilaku
yang telah dicontohkan oleh guru terbaik sepanjang masa yaitu
Nabi Muhammad SAW yang dijuluki sebagai Al-amin yang memilki
arti “Terpercaya” sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul dan
setelahnya. Sehingganya ada banyak manusia yang mengikuti
74
ajaran yang dibawakan oleh beliau. Sebagaimana yang terdapat
dalam sebuah hadis Ibn Mas’ud r.a.
Sabda Rasulullah SAW ”Kebenaran itu mengarahkan kepada
kebaikan, dan kebaikan mengarahkan ke syurga. Seseorang akan
terus bersifat benar sampai dicatat disisi Allah sebagai Siddiq,
Berbohong adalah kejahatan, dan kejahatan menjerumuskan ke
neraka. Seseorang itu akan terus berbohong sehingga dia dicatat
disisi Allah sebagai Pembohong” (H.R Al-Bukhari dan Muslim). 78
Guru agama Ibu Lusyan, S.Pd.I mengatakan bahwa ” sikap
jujur dapat tanamkan melalui pemberian tugas individu atau
ulangan harian, peserta didik akan terlihat mencontek atau
bertanya kepada peserta didik yang lainnya saat ditinggalkan oleh
guru di ruangan kelas” .79
Dari pernyataan di atas sesuai dengan hasil pengamatan
peneliti,dimana peserta didik ditanamkan kejujuran melalui
pemberian tugas individu dan ulangan harian, peneliti
memperhatikan guru agama memberikan pelajaran bagi para
78Hasan Langgulung.Asas-asas Pendidikan Islam.(Jakarta:PT.Pustaka Al-Husna
Baru,2003). 79Hasil Wawancara dengan Ibu Lusyan Usman, selaku guru agama di SDN 69 Kota Timur pada hari rabu tanggal 16 januari pukul 10.12 di dewan guru.
75
peserta didik agar senantiasa melakukan kejujuran dengan tidak
menyotek kepada peserta didik yang lainnya. Tetapi masih banyak
peserta didik yang masih bertanya kepada peserta didik yang
lainnya saat ulangan berlangsung walaupun sudah di tegur oleh
guru.
Selanjutnya ditambahkan kembali oleh Ibu Serli
Manopo,S.Pd. “ nilai kejujuran ditanamkan dengan menayakan
kembali kepada peserta didik tentang nilai yang diperoleh melalui
hasil ulangan, dengan cara tersebut guru bisa mengetahui bahwa
peserta diidik memberi tahukan niali yang sebenarnya atau
tidak.Kemudian guru tersebut menambahkan pernyataan bahwa
kejujuran peserta didik terlihat ketika mereka menemukan barang
yang bukan miliknya”.80
Dari pernyataan di atas sesuai dengan hasil pengamatan
peneliti, yakni Ibu serli selalu bertnya kepada peserta didik
mengenai nilai ulang yang di peroleh sambil menyesuaikan dengan
yang tertera di daftar nilai hasil ulngan peserta didik.Dan
80 Hasil wawancara dengan Ibu Serly Manopo, selaku perwalian kelas empat di SDN
69 Kota Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 13. 23 di ruangan kelas empat.
76
mengucapkan terima kasih kepada peserta didik yang sudah jujur
dengan mengembalikan/ melaporkannya kepada guru.
b. Nilai Kedisiplinan.
Disiplin merupakan perilaku tertib dan taat pada ketentuan
maupun peraturan. Dalam sekolah bukan hanya memperoleh
manfaat menuntut ilmu, tetapi juga manfaat yang lainnya. Salah
satunya adalah manfaat disiplin di sekolah. Disiplin merupakan hal
yang tidak dapat dibilang sepele, karena disiplin perlu dilakukan
agar seseorang mempunyai karakter yang baik. Untuk itu
kedisiplinan di sekolah pasti akan membawa banyak manfaat bagi
setiap orang.81
Perwalian kelas III Ibu Nur Khadijah mengatakan bahwa ”
sikap disiplin peserta didik dapat terlihat saat mereka merapikan
kembali sepatu pada rak sepatu, sehingga peserta didik terbiasa
melakukan hal tersebut dimanapun ia berada”.82
Berdasarkan hasil observasi, terlihat pada kegiatan spontan
atau pembiasaan disiplin melalui kejadian khusus dalam
81https://manfaat.co.id/manfaat-disiplin-di-sekolah di akses pada hari rabu tanggal 26
juni 2019 pada pukul22.09 82 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Khadijah Ishak,, selaku perwalian kelas tiga di
SDN 69 Kota Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 14. 23 di ruangan sholat.
77
pembentukkan perilaku peserta didik dengan membiasakan untuk
menyimpan sepatu pada raknya saat masuk kelas ataupun ketika
selepas bermain di halam sekolah. Sehingga kegiatan disiplin yang
diterapkan di sekolah secara terus menerus akan memberikan
suatu karakter bagi peserta didik.
Selanjutnya ditambahkan oleh Ibu Lusyan Usman, S.Pd I
selaku guru agama dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga
perpustakaan menyatakan bahwa ” Peserta didik dibiasakan
membaca buku ketika sampai di sekolah sampai tiba waktu
berbaris yang diadakan setiap dua minggu sekali pada hari rabu.
Sehingga peserta didik terbiasa untuk membaca buku”. 83
Berdasarkan hasil observasi, terlihat pada kegiatan spontan
dari peserta didik pada hari rabu dalam dua minggu sekali
membaca buku di sudut baca dan di depan dewan guru maupun
perpustakaan, setelah bel Apel berbunyi, mereka mengembalikan
kembali buku tersebut di perpustakaan yang di wakilkan oleh 4
orang peserta didik yang ditugaskan untuk mengatur kembai buku
yang di baca.
83 Hasil wawancara dengan Ibu Lusyan Usman, selaku guru agama di SDN 69 Kota
Timur pada hari rabu Tanggal 16 januari pada pukul 13. 23 di dewan guru.
78
Selanjutnya ditambahkan oleh Ibu Serly Manopo, S.Pd.
Selaku perwalian kelas IV bahwasanya ”peserta didik dinasehati
agar tepat waktu datang kesekolah,menggunakan perlengkapan
upacar berupa topi dan juga dasi dan memberikan hukuman
kepada peserta didik”.84
Berdasarkan hasil observasi, terlihat masih banyak peserta
didik yang terlambat datang ke sekolah, sehingga mereka
mendapatakan hukuman berupa pukulan di telapak kaki kiri dan
juga kanan dari perwalian kelas. Terlebih mendengar alasan dari
peserta didik yang terlambat bangun karena beramin games online
sampai larut malam. Dan bagi peserta didik yang tidak
menggunakan atribut lengkap saat upacara, di berikan hukuman
untuk hormat bendera 10 menit.
c. Nilai Tanggung Jawab.
Tanggung jawab dan disiplin memilki keterkaitan yang erat
yang harus melekat dalam diri peserta didik. Dengan bertanamnya
rasa tanggung jawab terhadap yang dilakukannya, seorang anak
insya Allah akan berhati-hati saat melakukan sesuatu agar nantinya
84Hasil wawancara dengan Ibu Serly Manopo, selaku perwalian kelas empat di SDN
69 Kota Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 13. 15 di ruangan kelas empat.
79
tidak melakukan kesalahan, meskipun kesalah itu mengandung
kesenangan duniawi. Peluang melakukannya besar saat tidak ada
orang yang melihatnya, karena Allah SWT Maha teliti.
Namun kenyataannya masih banyak peserta didik yang merasa
terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar.85
Sebagaimana yang di sampaikan oleh perwalian kelas IV Ibu
Serly Manopo, S.Pd. bahwasanya“ Peserta didik di kelas IV memilki
tugas untuk melaksanakan piket kelas sesuai jadwal yang
diberikan, mulai dari membersihkan papan tulis dan membung
sampah”.86
Berdasarkan hasil observasi peserta didik terkadang mereka
lupa akan tanggung jawab tersebut. Misalnya dalam hal
melaksanakan piket kelas yang setiap hari dilaksanakan oleh
peserta didik dengan bergantian, sesuai jadwal
yang telah disepakati dari awal dengan perwalian, namun
beberapa peserta didik masih lupa membersihkan kelas.
dikarenakan keasyikan kejar-jejaran, bermain bola kaki, atau
85Dindin Jamaluddin,Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam,(Bandung:CV
PUSTAKA SETIA,2013), H. 64 86 Hasil wawancara dengan Ibu Serly Manopo, selaku perwalian kelas empat di SDN
69 Kota Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 13. 23 di ruangan kelas empat.
80
terburu-buru untuk pulang ke rumah. Sehingga terkadang kelas di
tinggalkan dalam keadaan kotor.
d. Peduli Sosial.
Peduli Sosial merupakan perilaku yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan atau
timbulnya perasaan kasihan atas kesulitan yang dialami oleh orang
lain sehingga terdorong untuk membantu atau meringankan beban
yang dipikul.
Sebagaiaman yang disampaikan oleh Ibu Serly Manopo, S. Pd.
Bahwasanya” Setiap hari peserta didik dibiasakan untuk makan
bersama di kelas saat jam istirahat tiba, sehingga mereka bisa
saling memberi atau bertukar makanan dengan yang lainnya”.87
Berdasarkan hasil observasi peserta didik selalu makan
bersama di kelas saat jam istirahat pertama tiba, ada yang membeli
makanan dari kantin sekolah, dan ada juga yang membawa
makanan dari rumah. Pada saat itu terlihat mereka saling bertukar
makanan bahkan memberikan makanan kepada salah satu peserta
didik yangsering tidak bawa uang jajan kesekolah.
87 Hasil wawancara dengan Ibu Serly Manopo, selaku perwalian kelas empat di SDN 69 Kota
Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 13. 32 di ruangan kelas empat.
81
Selanjutnya ditambahkan oleh Ibu Nur Khadijah Ishak, S.Pd.
“Ketika ada salah satu peserta didik yang sakit, maka saya
memberikan arahan kepada mereka untuk menjenguknya, agar
rasa peduli mereka bisa terlatih dari hal tersebut”.88
Berdasarkan hasil observasi ketika ada salah satu peserta didik
yang sakit, tidak ada peserta didik yang menjenguk walaupun
sudah disampaikan oleh guru saat berada di kelas.
Selanjutnya ditambahkan oleh Ibu Lusyan Usman, S.Pd.I. “Di
kelas IV ada salah satu peserta didik yang sering tidak membawa
uang jajan ke sekolah, sehingga setiap kali berakhir pembelajaran,
saya memerintahkannya untuk maju kedepan, dan memberikan
sedikit uang jajan. Dari hal itulah peserta didik melihat dan dapat
mengambil pembelajaran dari kejadian tersebut”.89
Berdasarkan hasil observasi setiap berakhir pembelajaran
agama islam, Ibu lusyan memanggil salah satu peserta didik yang
bernama afdal untuk maju kedepan, dan memberikan uang Rp
88 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Khadijah Ishak, selaku perwalian kelas tiga di SDN 69 Kota Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 14. 23 di ruangan kelas empat.
89 Hasil wawancara dengan Ibu Lusyan Usman, selaku guru agama di SDN 69 Kota Timur pada hari rabu Tanggal 16 januari pada pukul 14. 15 di ruangan guru.
82
5.000 dan terkadang Rp 3.000. Setelah itu ia bersaliman dengan
Ibu Lusyan dan kembali ke tempat duduk sambil tersenyum
menunggu istirahat pertama tiba.
e. Peduli Lingkungan.
Sikap dan perilaku manusia yang akan menentukan baik
buruknya kondisi suatu lingkungan. Lingkungan sekitar baik berupa
benda-benda hidup seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan
ataupun berupa benda-benda mati harus dijaga kelestariannya.
Apabila lingkungan sekitar tidak diperhatikan, maka kemungkinan
akan membawa mudarat bai manusia, sebaliknya jika lingkungan
dipelihara, maka dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia
(Suprayogo, 2013:10).
Lingkungan pendidikan, selain harus bersih, rapi, juga
semestinya dijaga keindahannya. Merawat kebersihan sebenarnya
tidak selalu memerlukan biaya mahal. Asalkan bertanggung jawab,
memilki kepeka’an atau terbiasa hidup bersih, maka akan meras
rishi manakala lingkungannya tampak kotor. Oleh karena itu,
kebersihannya hanya terkait dengan kepekaan dan kemauan
83
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
(Suprayogo, 2013:45).90
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Nur Khadijah Ishak,
S. Pd. “ Setiap hari peserta didik di biasakan untuk memungut
sampah saat masuk di pintu gerbang sekolah, dan membuangnya
ke tempat sampah yang sudah disediakan oleh sekolah, dari hal itu,
peserta didik menjadi terbiasa peduli terhadap lingkungan
sekitar”.91
Dari hasil observasi, setiap peserta didik masuk di gerbang
sekolah, maka mereka memungut sampah yang ada di lingkungan
sekolah,dan membung ke tempat sampah. Walaupun ada
beberapa peserta didik yang hanya memungut satu sampah,
padahal ada beberapa sampah yang berserakan di tempat yang
sama.
Selanjutnya ditambahkan oleh Ibu Serly Manopo,S. Pd. “Setiap
hari 2 orang peserta didik memilki jadwal untuk menyiram tanaman
yang ada di depan kelasdi luar dari jadwal piket kelas, sehingga
90https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&uri=http:/eprints.uny.ac.id/55047/1/S
KRIPSI.pdf&ved. 91 Hasil wawancara dengan Ibu Nur Khadijah Ishak, selaku perwalian kelas tiga di SDN 69 Kota
Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 13. 12 di ruangan kelas tiga.
84
mereka terbiasa untuk perduli ataupun mencintai tumbuhan yang
ada di lingkungannya”.92
Dari hasil observasi, dalam seminggu peserta didik menyirami
tanaman hanya 2x, hal ini di karenakan guru lupa untuk memantau
ataupun mengingatkan kepada peserta didik untuk menyiram
tanaman, sehingga peserta didik yang lupa atau pun yang pura-
pura lupa enggan untuk menyiram tanaman yang ada di depan
kelas.
Hal ini dibenarkan oleh Ibu Lusyan Usman, S. Pd.I.
menambahkan bahwa ”Peserta didik kelas VI,V, dan IV memilki
tugas untuk membersihkan musholah setiap hari berdasarkan
jadwal, hari senin tugasnya kelas IV (empat), selasa kelas V (lima)
dan rabu kelas VI(enam). Agar bisa menimbulkan rasa peduli
terhadap kebersihan ruangan ataupun lingkungan”.93
Berdasarkan hasil observasi, peserta didik tidak setiap hari
membersihkan musholah, kalaupun mereka membersihkan, hanya
92 Hasil wawancara dengan Ibu Serly Manopo, selaku perwalian kelas empat di SDN 69 Kota
Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 13. 23 di ruangan kelas empat. 93 Hasil wawancara dengan Ibu Lusyan Usmans, selaku guru agama di SDN 69 Kota Timur
pada hari jum’at Tanggal 16 januari pada pukul 13. 43 di ruangan kelas empat.s
85
asal-asalan, lalu melaporkannya kepa Ibu Lusyan bahwasanya
mereka sudah menjalankan tugas untuk membersihkan musholah.
Kemudian ditambahkan kembali oleh Ibu Serli Manopo S, Pd.
Selaku perwalian kelas IV(empat) mengatakan : “Dari segi
kejujuran sudah lumayan baik, hal dikarenakan ada beberapa
peserta didik mengaku terlambat saat masuk kelas, memberikan
barng temuan kepada saya saat tidak ada peserta didik yang
merasa kehilangan barang tersebut, walaupun beda halnya lagi
ketika ulangan sedang berlangsung, sebagian besar peserta didik
bertanya kepada teman yang ada didekatnya saat tidak mengetahui
jawabannya.
Dari segi kedisiplinan masih kurang, karena masih banyak
peserta didik yang terlambat saat ke sekolah, masih sedikit peserta
didik yang mengejkan tugas rumah tepat waktu dan masih ada
beberapa peserta didik yang lupa mengenakan atribut sekolah
terlebih pada saat upacara.
Mengenai Tanggung jawab yang dimiliki peserta didik sudah
baik. Hal in dapat dilihat dari tingkah laku peserta didik yang
sebagian besar selalu mengerjakan piket kebersihan kelas dan
86
peserta didik mau menerima hukuman dari guru apabila melanggar
peraturan.
Jika berkaitan dengan Peduli Sosial sudah lumayan baik, hal ini
bisa di lihat dari perilaku peserta didik yang bersedia memberikan
makanan maupun uang kepada temannya yang membutuhkan,
walaupun masih sedikit peserta didik yang mau membantu
menjelaskan materi kepada temannya yang susah dalam belajar.
Dari segi Peduli Lingkungan sudah lumayan bagus, karena
sebagian besar peserta didik sudah membuang sampah pada
tempatnya, menjaga kebersihan kelas sampai dengan jam pulang,
walaupun terkadang peserta didik harus di perintah untuk menyiram
tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah”.94
Penanaman nilai-nilai ajran islam berupa kejujuran, tanggung
jawab, peduli lingkungan dan peduli sosial sudah cukup baik,
Namun dari soal disiplin masih sering terjadi pelanggaran. Hal ini
terungkap dari hasil wawancara dengan beberapa siswa
diantaranya salah seorang siswa menyatakan bahwa ”jika ia
menemukan barang yang bukan miliknya, ia akan menayakan
94Hasil wawancara dengan Ibu Serly Manopo, selaku perwalian kelas empat di SDN 69 Kota
Timur pada hari jum’at Tanggal 28 juni pada pukul 12. 18 di ruangan kelas empat
87
terlebih dahulu kepada teman-temannya yang ada di kelas, setelah
itu langsung memberikannya kepada perwalian kelas IV. Demikian
saat ulangan jika ia tidak mengetahui jawabannya, maka ia akan
berusaha sendiri untuk menjawabnya walaupun salah. Hal ini
menunjukkan bahwa kejujurannya sudah bagus.
Mengenai kedisiplinan, dalam sepekan ia tidak pernah
terlambat, dan ketika upacara ia sering menggunakan atribut
lengkap. Hal ini menunjukkan bahwasa kedisiplinannya sudah
baik.
Dalam hal tanggung jawab, ia mengakui kesalahannya
dengan meminta maaf saat berbuat salah, dan ketika guru
tiidak di kelas ia lebih suka membaca kumpulan pantun
miliknya. Hal ini menunjukkan bahwasanya ia memiliki
tanggung jawab yang baik.
Ketika berkaitan dengan sosial, ia memanfaatkan jam
istirahat untuk bermain dengan teman-temannya dan jika terjadi
perkelahian didepannya, ia akan menegur dan melaporkannya
kepada peralian. Dan jika ada temannya yang sakit, ia
mendoakan agar temannya cepat sembuh. Hal ini
88
menunjukkan bahwa ia memilki kepedulian sosial yang sudah
bagus.
Mengenai kepedulian lingkungan, jika ada sampah yang
berserakan, maka ia akan membuangnya ke tempat sampah
yang ada di depan kelas, dan jika ia melihat temannya
membuang sampah sembarangan, maka ia akan menegurnya
dan melaporkannya kepada perwalian kelas.95
Hal yang berbeda juga di kemukaka oleh siswa yang lain
bahwa jika ia menemukan barang yang bukan miliknya, maka
ia akan menayakan terlebih dahulu kepada teman-temannya
yang ada di kelas, setelah itu langsung memberikannya kepada
perwalian kelas IV dan jika ulangan ia tidak mengetahui
jawabannya, maka ia akan bertanya kepada temannya. Hal ini
menunjukkan bahwasanya kejujuran yang ia miliki masih
kurang.
Mengenai kedisiplinan, dalam sepekan ia pasti terlambat,
dan ketika upacara ia sering lupa menggunakan atribut
95Hasil wawancara dengan Dany selaku peserta didik kelas empat di SDN 69 Kota Timur
pada hari selasa Tanggal 18 februari pada pukul 12:23 di ruangan kelas empat.
89
lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa kedisiplinan yang ia milki
masih kurang.
Dalam hal tanggung jawab, ia mengakui kesalahannya
dengan meminta maaf saat berbuat salah, dan ketika guru tidak
di kelas, maka ias lebih suka bernyayi dengan memukul meja.
Hal ini menunjukkan bahwasanya ia memiliki tanggung jawab
yang masih kurang baik.
Ketika berkaitan dengan sosial, ia memanfaatkan jam
istirahat untuk bermain dengan teman-temannya, jika terjadi
perkelahian didepannya, ia akan membiarkannya. Dan jika ada
temannya yang sakit, ia mendoakan agar temannya cepat
sembuh. Hal ini menyunjukkan bahwa ia memilki kepedulian
sosial yang masih kurang.
Mengenai kepedulian lingkungan, jika terdapat sampah
yang berserakan, maka ia akan membuangnya ke tempat
sampah yang ada di depan kelas, dan jika ia melihat temannya
membuang sampah sembarangan, maka ia akan
membiarkannya.96
96 Hasil wawancara dengan Daud selaku peserta didik kelas empat di SDN 69 Kota Timur pada
hari selasa Tanggal 18 februari pada pukul 12:43 di ruangan kelas empat.
90
C. Kendala dan Upaya dalam menginternalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam pada peserta didik kelas IV (empat) di SDN 69 Kota Timur.
1. Kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai-nilai ajaran
agama Islam menurut Ibu Serly Manopo,S.Pd. selaku perwalian
kelas IV mengatakan bahwasanya “Peserta didik belum memahami
sepenuhnya manfaat dan kerugian dalam melaksanakan nilai-nilai
ajaran Islam berupa kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, peduli
sosial, dan juga peduli lingkugan”.
Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Ibu Serly Manopo,
S.Pd. yaitu” membiasakan peserta didik untuk membersihkan
kelas,pakaian lengkap saat upacara, dan terus mengingatkan kepada
peserta didik tentang manfaat dan kerugian dalam menanamkan nilai-
nilai kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, peduli sosial dan peduli
lingkungan”.
2. Adapun kendala yang dialami oleh Ibu Lusyan Usman, S,Pd.I.
Selaku guru agama yaitu” kurangnya kerjasama antar guru-guru
dalam menanamkan nilai-nilai PAI, sehingga seolah-olah
pembentukkan akhlak yang baik bagi peserta didikk merupakan tugas
dari guru agama saja, padahal peserta didik merupakan tanggung
jawab dari seluruh guru yang di sekolah”.
91
Upaya yang dilakukan oleh Ibu Lusyan sama dengan halnya
yang dilakukan oleh Ibu Surly, Manopo, S.Pd. yaitu” Membiasakan
peserta didik untuk mmbersihkan musholah, membaca buku pada hari
rabu dan juga selalu memberikan arahan yang baik dari menanamkan
nilai-nilai pendidikan agama Islam.
3. Kendala yang dihadapi oleh Ibu Nur Khadijah, S.Pd. Selaku
guru perwalian kelas III yaitu “ Beberapa peserta didik terutama yang
susah diatur belum memilki keinginan untuk menanamkan nilai-nilai
kejujuran, disiplin, tanggung jawab, peduli sosial, maupun peduli
lingkungan sehingga harus terus diingatkan.
Upaya yang di lakukan oleh Ibu Nur selaku perwalian kelas III
yaitu : ”Berusaha untuk menjadi guru uswatun hasanah (teladan yang
baik) misalnya ketika melihat ada sampah plastik yang berserakan di
depan kelas, langsung saya pungut, sehingga peserta didik yang
melihatkejadian tersebut menawarkan agar sampah yang di pungut
oleh saya dibuang ke tong sampah oleh peserta didik”.97
9797Hasil wawancara dengan Ibu Nur selaku perwalian kelas III (tiga) di SDN 69 Kota Timur pada hari senin Tanggal 22 Juli pada pukul 10:21 di ruangan sholat.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Internalisasi nilai-nilai pendidika agama Islam pada peserta didik
di kelas IV SDN 69 Kota Timur belum diterapkan secara
maksimal, hal ini dapat dilihat dari:
a. Kejujuran : Saat ulangan berlangsung, sebagian besar
peserta didik masih mengikuti jawaban dari temannya
walaupun sudah ditegur oleh guru beberpa kali.
b. Disiplin : Masih ada beberapa peserta didik yang sering
datang terlambat, dan tidak menggunakan atribut upacara
berupa topi ataupun dasi dengan alasan lupa.
c. Tanggung jawab “ sebagian besar peserta didik masih kurang
menyadari tanggung jawabnya, mulai dari melaksanakan
piket kelas, mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru,
dan menjaga keamanan kelas saat di tinggal guru ke toilet.
Dll.
93
d. Peduli Sosial: sudah lumayan tertanam dalam diri peserta
didik, karena sebagian besar siswa di kelas IV (empat)selalu
memperhatikan beberapa siswa yang jarang membawa uang
jajan ke sekolah.
e. Peduli Lingkungan” sudah lumayan terlaksanakan, karena
mengngat tahun kemarin sekolah SDN 69 Kota Timur
mendapatkan penghargaan Adiwiyata yang dinilai berhasil
mendidik siswa menjadi individu yang cinta dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan hidup, walupun terkadang harus
menunggu aba-aba dari guru.
f. Peduli Lingkungan” sudah lumayan terlaksanakan, karena
mengngat tahun kemarin sekolah SDN 69 Kota Timur
mendapatkan penghargaan Adiwiyata yang dinilai berhasil
mendidik siswa menjadi individu yang cinta dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan hidup, walupun terkadang harus
menunggu aba-aba dari guru.
2. Kedala dan Upaya dalam menamkan nilai-nilai PAI yaitu:
a. Kendala yang dihadapi:
94
1) Peserta didik belum memahami sepenuhnya manfaat dan
kerugian dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama
Islam.
2) Beberapa peserta didik terutama yang susah diatur, belum
memilki kemauan untuk menamkan nilai-nilai PAI.
3) Kurangnya kejasama antar guru-guru/ masyarakat sekolah
dalam menanamkan nilai-nilai PAI.
95
b. Upaya yang dilakukan:
1) Komunikasi guru dan peserta didik (mengarahkan) lebih di
tingkatkan dalam membahas Penanam nilai-nilai PAI
sebelum atau setelah pembelajaran berakhir.
2) Guru menjadi ushatun hasanah( tauladan yang baik) bagi
peserta didik.
B. Saran
Bertitik tolak dari hasil penelitian di atas, terdapat beberapa
saran yang dapat dipertimangkan oleh pihak sekolah baik itu kepala
sekolah maupun guru-guru yang berada di SDN 69 Kota Timur yaitu:
1. Untuk guru-guru lebih meningkatkan kesadaran peserta didik
dalam hal yang berkaitan sikap peserta didik melalui
pembelajaran pendekatan agama islam.
2. Kepda kepala sekolah untuk terus mendukung peserta didik
dalam menanamkan karakter jujur,disiplin,bertanggung jawab,
peduli sosial, lingkungan atau yang dirangkum dengan istilah
“Murid Teladan“ agar dapat memberikan motivasi bagi peserta
didik untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi.
96
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Arif Muh,&Munira,Ilmu Pendidikan Islam,Gorontalo: Sultan Amai Pres
IAIN Sultan Amai Gorontalo,2013.
Arifin H.M,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta:PT Bumi Aksara,2003.
Gunawa Heri,Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi,Bandu
ng:Alfabeta, 2014.
Hamka,Ghirah Cemburu Karena Allah,Jakarta:Gema Insani,2015.
Ihsan Fuad,Dasar-dasar Kependidikan,Jakarta: Rineka Cipta,1997.
Jamaluddin Dindin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam,
Bandung:CV PUSTAKA SETIA,2013.
Kurniyawan Syamsul,Pendidikan Karakter,Jogjakarta: AR-Ruzz Medi
a, 2013.
Langgulung Hasan,Asas-asas Pendidikan Islam,Jakarta:
PT.Pustaka Al-Husna Baru,2003.
Moleong Lexy,Metode penelitian Kualitatif,Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2019.
Margono S.,Metodologi Penelitian Pendidikan,Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,2010.
97
Nata Abudin,Kapita Selekta Pendidikan Islam,Jakarta: Karisma Putra
Utomo,2013.
Nata Abudin, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana,2010.
Putra Haidar &Pasa Nugyaya,Pendidikan Islam Dalam Lintasan
Sejarah,Jakarta:Kencana,2013.
Ramayulis,Psikologi Agama,Jakarta: Pt Rader Jaya,2009.
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kalam Mulia,2002.
Rada & Soleh,ilmu Pendidikan Islam,Bandung: Alfabeta,2011.
Roqib Moh,Ilmu Pendidikan Islam,Yogyakarta: LkiS,2009.
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif,Bandung:Alfabeta,2010.
Taqdir Muhammad,Revitalisasi Pendidikan Berbasis
Moral,Jogjakarta: AR-Ruzz Media,2012.
Umar Bukhari,Ilmu Pendidikan Islam,Jakart: Amzah,2011.
Wiyani Ardy Novan,Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan
Karakter,Bandung:Alfabeta,2013.
Yusuf Syamsu,Psikologi Perkembangan AnakDan Remaja,Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2003.
98
B. Sumber Internet/Online
Http://kbbi.web.id/internalisasi
Http://googleweblight.com/?lipteurl=http://muammarkhadafie.blogspot
.com/2011/11/pengertian-internalisasi-nilai-nilai.html
http://aminah2511.blogspot.com/2016/06/hadits-tentang-kepedulian-
sosial-dan.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&uri=http:/eprint
s.uny.ac.id/55047/1/SKRIPSI.pdf&ved
https://manfaat.co.id/manfaat-disiplin-di-sekolah
99
100
101
102
103
104
105
106
107
Nama: Nur Azmi A Husna
Instrumen Pertanyaan Untuk Perwalian
Judul: Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik Kelas IV( empat) di SDN 69 Kota Timur
Variabel Dasar Teori Konsep
Definisi Operasional
Pertanyaan
Internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Thomas Lickona
1. Menanamkan Nilai-nilai kejujuran
1. Apakah peserta didik mengakui kesalahannya ketika terlambat masuk kelas? 2. Bagaimana perilaku peserta didik ketika menemukan barang temuan? 3.Apakah peserta didik melakukan kerja sama saat ulangan berlangsung?
2. Menanamkan nilai disiplin
1. Apakah peserta didik kelas IV (empat) selalu datang ke sekolah tepat waktu? 2. Apakah peserta didik mengerjakan tugas rumah dengan tepat waktu? 3.Apakah peserta didik mengenakan seragam sekolah sesuai dengan aturan yang di sepakati oleh pihak sekolah?
3. Menanamkan Nilai-nilai Tangung jawab
1. Apakah peserta didik mengerjakan piket kebersihan kelas? 2. Apakah peserta didik bersedia menerima sanksi apabila melanggar peraturan ?
108
4. Menanamkan Nilai-nilai Peduli Sosial
1. Apakah peserta didik membantu menjelaskan materi kepada temannya yang kesusahan dalam belajar? 2. Apakah peserta didik memberikan bantuan berupa makanan/uang kepada temannya yang membutuh kan?
5. Menanamkan Nilai-nilai Peduli Lingkungan
1. Apakah peserta didik membuang sampah pada tempatnya? 2. Apakah peserta didik menjaga kebersihan sekolah/kelas sampai dengan jam pulang? 3. Apakah peserta didik menjaga tanaman/menyiram tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah?
1.Apa kendala dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama islam pada peserta didik? 2. Apa upaya dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam?
Nama: Nur Azmi A Husna
109
Instrumen Pertanyaan Untuk Peserta Didik
Judul: Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik Kelas IV( empat) di SDN 69 Kota Timur
Variabel Dasar Teori Konsep
Definisi Operasional
Pertanyaan
Internalisasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Thomas Lickona
1. Menanamkan Nilai-nilai kejujuran
1. Apa yang akan kamu lakukan jika menemukan barang yang bukan milikmu? 2. jika saat ulangan kamu tidak mengetahui jawabannya, apa yang akan kamu lakukan?
2. Menanam Kan nilaiDisiplin
1. berapa kali kamu terlambat ke sekolah dalam sepekan? 2. Apakah kamu menggunakan atribut lengkap saat upacara
.3. Menanamkan Nilai-nilai Tangung jawab
1. Jika kamu melakukan kesalahan, apa yang akan kamu lakukan? 2. Apakah kamu menjaga ketertiban kelas saat tidak ada guru?
4. Nilai-nilai Sosial
1. Apa yang kamu lakukan jika ada temanmu yang sakit? 2. Apakah kamu bermain dengan teman-teman saat jam istirahat? 3. Apa yang akan kamu lakukan jka melihat temanmu berkelahi?
110
5. Menanam kan Nilai-nilai Peduli Lingkungan
1. Apa yang akan kamu lakukan jika ada ada sampah yang berserakan? 2. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat teman yang membuang sampah sembarangan?
111
Nama: Nur Azmi A Husna
Instrumen Pertanyaan Untuk Peserta Didik
Judul: Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Pada Peserta Didik Kelas IV( empat) di SDN
69 Kota Timur
Variabel Dasar Teori
Konsep
Definisi Operasiona
l
Pertanyaan
Internalisasi nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam
Thomas Lickona
1.
Menanamkan Nilai-nilai kejujuran
1. Apa yang akan kamu lakukan jika menemukan barang yang bukan milikmu? 2. jika saat ulangan kamu tidak mengetahui jawabannya, apa yang akan kamu lakukan?
2. Menanam kan Nilai-nilai Disiplin
1. berapa kali kamu terlambat ke sekolah dalam sepekan? 2. Apakah kamu menggunakan atribut lengkap saat upacara
3. Menanam kan Nilai-nilai Tangung jawab
1. Jika kamu melakukan kesalahan, apa yang akan kamu lakukan? 2. Apakah kamu menjaga ketertiban kelas saat tidak ada guru?
112
4. Nilai-nilai Sosial
1. Apa yang kamu lakukan jika ada temanmu yang sakit? 2. Apakah kamu bermain dengan teman-teman saat jam istirahat? 3.. Apa yang akan kamu lakukan jka melihat temanmu berkelahi?
5. Menanam kan Nilai-nilai Peduli Lingkungan
1. Apa yang akan kamu lakukan jika ada ada sampah yang berserakan? 2. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat teman yang membuang sampah sembarangan?
113
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama: Serly Manopo.
Umur: 49 Tahun.
Profesi: Perwalian Kelas IV (empat)
Dari hasil wawancara, beliau mengatakan : ” Dari segi kejujuran sudah lumayan baik, hal dikarenakan ada beberapa peserta didik mengaku terlambat saat masuk kelas, memberikan barng temuan kepada saya saat tidak ada peserta didik yang merasa kehilangan barang tersebut, walaupun beda halnya lagi ketika ulangan sedang berlangsung, sebagian besar peserta didik bertanya kepada teman yang ada di dekatnya saat tidak mengetahui jawabannya.
Dari segi kedisiplinan masih kurang, karena masih banyak peserta didik yang terlambat saat ke sekolah, masih sedikit peserta didik yang mengejkan tugas rumah tepat waktu dan masih ada beberapa peserta didik yang lupa mengenakan atribut sekolah terlebih pada saat upacara.
Mengenai Tanggung jawab yang dimiliki peserta didik sudah baik. Hal in dapat dilihat dari tingkah laku peserta didik yang sebagian besar selalu mengerjakan piket kebersihan kelas dan peserta didik mau menerima hukuman dari guru apabila melanggar peraturan.
Jika berkaitan dengan Peduli Sosial sudah lumayan baik, hal ini bisa di lihat dari perilaku peserta didik yang bersedia memberikan makanan maupun uang kepada temannya yang membutuhkan, walaupun masih sedikit peserta didik yang mau membantu menjelaskan materi kepada temannya yang susah dalam belajar.
Dari segi Peduli Lingkungan sudah lumayan bagus, karena sebagian besar peserta didik sudah membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas sampai dengan jam pulang, walaupun terkadang peserta didik harus di perintah untuk menyiram tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah. Adapun kendala yang dihadapi dalam menenamkan nilai-nilai ajaran agama islam yaitu peserta didik belum memahami sepenuhnya manfaat dan kerugian dalam melaksanakan Nilai-nilai ajaran islam berupa kejujuran, kedisiplinkan,
114
tanggung jawab, peduli sosial dan juga peduli lingkungan. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Ibu Serly Manopo S, Pd yaitu: Terus mengingatkan kepada peserta didik tentang manfaat dan kerugian dalam menanmkan nilai-nilai kejujuran,kedisiplinan, tanggung jawab, peduli sosial, dan peduli lingkungan.
115
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama: Lusyan Usman, S.Pd.I
Umur: 42 Tahun.
Profesi: Guru Agama .
Berdasarkan hasil wawancara, beliau mengatakan bahwasanya : “Penanaman nilai-nilai ajaran islam sudah saya ajarkan sejak masih duduk di bangku kelas satu SD, melalui aspek pembiasaan kegiatan ekstrakurikuler seperti yang setiap hari di lakukan oleh peserta didik di SDN 69 Kota Timur saat sebelum sholat dzuhur dimulai, mereka dibiasakan untuk melafaskan sepuluh surah di atas surah an-nas dan di lanjutkan dengan surah An-naba.bukan hanya itu saja, setiap sebulan sekali peserta didik melaksanakan sholat dhuhah berjama’ah atau melaksanakan dzikir bersama dengan guru-guru yang ada di SDN 69 Kota Timur. Dalam penenaman akhlak mulia dapat di terapkan melalui kegiatan Intrakurikuler dalam pembelajaran di kelas. Contohnya khusus untuk kelas IV (empat) pelajaran pendidikan agama Islam pada materi Meneladani kisah teladan nabi yang terdiri dari Nabi Ayyub, Nabi Musa dan Nabi Harun. Materi mengenai keteladanan yang ada para nabi berupa kesabaran yang di miliki oleh Nabi Ayyub saat di uji oleh Allah SWT, berupa Penyakit kusta, anaknya meninggal, istrinya pergi meninggalkan nabi Ayyub seorang diri, hartanya ludes, dan bahkan cacian sering di lontarkan kepada Nabi Ayyub, Namun Nabi Ayyub tetap sabar menghadapi cobaan tersebut tanpa menyalahkan ketentuan yang Allah berikan. Dari materi tersebut siswa dapat meyakini dan mengambil pelajaran bahwasanya Allah tidak akan membebani suatu kaum sesuai dengan kesanggupannya dan di balik cobaan yang di berikan Allah, pasti ada hikma yang dapat di petik atau di jadikan pembelajaran bagi Manusia. Terutama untuk peserta didik yang tengah duduk di bangku pendidikan.
Adapun kendala yang dialami oleh Ibu Lusyan Usman, S.Pd.I selaku guru agama yaitu : Kurangnya kerjasama antar guru-guru dalam menamkan nilai-nilai PAI, sehingga seolah-olah pembentukan akhlak yang baik bagi peserta didik
116
merupakan tugas dari guru agama saja, padahal peserta didik merupakan tanggung jawab dari seluruh guru yang di sekolah.
Upaya yang dilakukan oleh Ibu Lusyan yaitu : Selalu memberikan arahan yang baik, dan selalu memberikan arahan agar peserta didik bisa meninggalkan hal-hal negatif di setiap mengakhiri proses pembelajaran.
117
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama: Dany
Umur:
Profesi: Peserta didik kelas kelas IV(empat)
Dari haslil wawancara, Dany mengatakan jika ia menemukan barang yang bukan miliknya, ia akan menanyakan terlebih dahulu kepada teman-temannya yang ada di kelas, setelah itu langsung memberikannya kepada perwalian kelas empa dan jika saat ulangan Dany tidak mengetahui jawabannya, maka ia akan menjawab sendiri walaupun salah. Hal ini menun jukkan bahwasanya kejujuran Dany sudah bagus.
Mengenai kedisiplinan, dalam sepekan Dany tidak pernah terlambat, dan ketika upacara ia sering menggunakan atribut lengkap. Hal ini menunjukkan bahwasanya kedisipli nan Dany sudah baik.
Dalam hal tanggung jawab, Dany mengakui kesalahannya dengan meminta maaf saat berbuat salah, namun ketika guru tidak di kelas Dany lebih suka membaca kumpulan pantun miliknya. Hal ini menunjukkan bahwasanya ia memilki tanggung jawab yang baik.
Ketika berkaitan dengan Sosial, Dany memanfaatkan jam istirahat untuk bermain dengan teman-temannya dan jika terjadi perkelahian di depannya, ia akan
118
menegur dan melaporkan nya kepada perwalian. dan jika ada temannya yang sakit, ia akan mendoa’akan agar temannya cepat sembuh, Hal ini menyebabkan Dany memiliki kepedulian Sosial sudah bagus.
Mengenai kepedulian lingkungan, jika ada ada sampah yang berserakan maka Dany akan membuangnya ke tempat sampah yang ada di depan kelas, dan jika ia melihat temannya membuang sampah sembarangan, maka ia akan menegurnya dan melaporkannya kepada perwalian kelas IV (empat).
119
TRANSKIP HASIL WAWANCARA
Nama: Rizky
Umur:
Profesi: Peserta didik kelas kelas IV(empat)
Dari haslil wawancara, Rizky mengatakan jika ia menemukan barang yang bukan miliknya, ia akan menanyakan terlebih dahulu kepada teman-temannya yang ada di kelas, setelah itu langsung memberikannya kepada perwalian kelas empat dan jika saat ulangan Rizky tidak mengetahui jawabannya, maka ia akan bertanya kepada teman yang berada di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwasanya kejujuran Rizky masih kurang.
Mengenai kedisiplinan, dalam sepekan Rizky pasti terlambat, hal ini di karenakan ia sering begadang nonton TV dan ketika upacara sering tidak menggunakan atribut lengkap dengan alasan lupa. Hal ini menunjukkan bahwasa nya kedisiplinan Rizky masih kurang.
Dalam hal tanggung jawab, Rizky mengakui kesalahannya dengan meminta maaf saat berbuat salah, namun ketika guru tidak di kelas, Rizky mengajak teman-temannya untuk bermain. Hal ini menunjukkan bahwasanya ia memilki tanggung jawab yang masih kurang.
Ketika berkaitan dengan Sosial, Rizky memanfaatkan jam istirahat untuk bermain dengan teman-temannya, Namun jika terjadi perkelahian di depannya, ia hanya diam dan membiarkan temannya berkelahi. jika ada temannya yang sakit, ia akan mendoa’akan agar temannya cepat sembuh, Hal ini menyebabkan Rizky memiliki kepedulian Sosial yang masih kurang.
120
Mengenai kepedulian lingkungan, jika ada ada sampah yang berserakan maka Rizky akan membuangnya ke tempat sampah yang ada di depan kelas, dan jika ia melihat temannya membuang sampah sembarangan, maka ia akan membiar kannya. Hal ini menunjukkan kepe dulian lingkungan Rizky masih kurang.
CATATAN PENGAMATAN
Nama : Nur Azmi A Husna
Hari/tanggal : 20 Februari 2019
Obyek pengamatan : Kondisi sosial masyarakat sekolah
Deskriptif 1
Pukul 07:20 penulis pergi ke sekolah dasar 69 Kota Timur yang berada dekat dengan kampus hijau IAIN Gorontalo, saking dekat jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sesampai disana penulis melihat guru-guru maupun kepala sekolah yang sduah tiba di sekolah berdiri di depan gerbang menunggu peserta didik dengan bersaliaman layaknya oang tua dan anak.
Sesampai di sekolah, peserta didik yang piket kebersihan pada saat itu membersihkan kelas, dari menata rapi meja dan kursi, menghapus papan tulis, membuang sampah yang terletak di depan kelas tepatnya di pojok dekat dengan pintu kelas, dan bagi peserta didik yang bukan jadwal piket pada hari itu, lebih suka di luar kelas bercerita dengan peserta didik yang lain. Ketika bel berbunyi, peserta didik berbaris di depan halaman sekolah tepatnya di depan kelas IV (empat), dan guru yang piket pada saat itu memberikan penyampaian berupa informasi atau sekedar mengingatkan tentang kebersihan sekolah yang harus di jaga bersama-sama.
Deskriptif 2
Pukul 08.00 penulis melanjutkan pengamatan didalam kelas IV (empat), didalamnya terdapat satu buah lemari besar yang terdapat buku paket untuk siswa
121
dan juga guru, 22 meja dan kursi, 21 untuk peserta didik, dan yang satunya lagi untuk guru. kelas tersebut dihiasi dengan gambar garuda yang di dampingi oleh pak presiden dan wakil presiden, yang terletak di dinding depan kelas, selain itu terdapat gambar walisongo, para pahlawan nasional, dan 21 portofolio yang didalamnya terdapat tugas dari peserta didik,selain itu di depan kelas terdapat tanaman bunga yang tertata rapi dengan pot yang ukuran sedang.
Deskriptif 3
Pukul 10.00 istirahat pertama dimulai, ada guru yang makan di kantin sekolah, ada yang di ruangan kelas dan ada yang di dewan guru, beda halnya lagi dengan peserta didik yang melakukan melakukan aktivitas yang beranekaragam, ada yang menuju ke kantin sekolah yang berdampingan dengan ruangan Paud, ada yang bermain bola walau bukan jam olahraga, ada yang makan di kelas karena sudah membawa bekal dari rumah, dan ada yang bercanda dengan teman-temannya baik yang sekelas maupun yang tidak sekelas, dan ada yang berlarian di linkungan sekolah.
Pada pukul 12.00 saat istirahat ke-2 tiba, seluruh peserta didik di arahkan oleh guru agama untuk berwudhu di tempat biasa mereka berwudhu, yakni di depan ruangan serba guna yang di dalamnya terdapat peralatan olahraga, senjutnya menuju ke mushola skolah yang terlatak di depan kelas VI (enam) dan berdampingan dengan kelas-1, mushola tersebut selalu penuh dengan peserta didik, bahkan terkadang ada beberapa peserta didik perempuan yang memilih untuk sholat di perpust karena musholah tersebut sudah penuh. Setelah itu guru agama mengarahkan peserta didik untuk muro’ah surah-surah pendek sebelum sholat dzuhur di mulai sambil menunggu peserta didik yang lagi mengambil air wudhu.
Deskriptif 4
Pada pukul 13.00 peseta didik kembali ke rumahnya, sebelum mereka pelung, setiap perwalian mengarahkan peserta didik yang piket besok agar langsung menyapu kelas, agar besok tidak terlalu banyak yang di kerjakan. Saat peserta didik pulang, ada yang dijemput oleh orang tuanya dengan motor, maupun bentor, ada yang jalan kaki karena rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah, ada yang menggunakan sepeda, Namun guru-guru tetap berada di lingkungan sekolah hingga dengan pukul 15.00 sore.
122
Catatan Reflektif
Disekolah SDN 69 Kota Timur menunjukkan bahwa kondisi sosialnya sudah terlihat baik, mulai dari kegiatan pagi yang di awali dengan salaman sebelum masuk ke sekolah, kemudian interaksi sesama peserta didik lumayan baik. Kemudian kegiatan didalam kelas terjadiinteraksi antara peserta didik dengan kawannya,mereka saling menjaga kebersihan kelas. Kemudian saat istrahat peserta didik saling berinteraksi dengan kawannya dengan cara melakukan permainan, dan pada sholat dzuhur peserta didik dengan guru agama memorojaah hapalan surah pendek.
123
Nama : Nur Azmi A Husna
Hari/tanggal : 21 Februari 2019
Obyek Pengamatan : Aktifitas Guru Agama
Catatan Deskriptif. 1
Pagi itu guru agama tiba di sekolah pada pukul 07:47, Setelah itu beliau menuju ke kelas IV(empat) karena pada saat beliau memilki jam mengajar di kelas tersebut, sebelum memulai pembelajaran, beliau mengecek kehadiran peserta didik, setelah itu meminta tolong kepada ketua kelas dan satu kawannya untuk mengambil buku paket yang ada di perpust lalu membagikannya kepada peserta didik yang ada di kelas, pada saat itu beliau mengajarkan materi mengenai Keteladanan Nabi Ayyub A.S, sebelum memulai pembelajaran beliu meminta ketua kelas untuk memimpin do’a sebelum belajar. Pada saat memberikan materi, beliau menceritakan sedikit mengenai kisah nabi ayyub, dan di akhiri dengan kuis sambil menunggu waktu istirahat pertama. Saat istirahat pertama tiba, beliau pergi di dewan guru untuk menyantap makanan yang di bawah dari rumah dan Ketika beliau tidak memiliki jam untuk mengajar maka beliau berada di perpustakaan sekolah.
Catatan Deskriptif. 2
Pada pukul 12.00 guru agama mengarahkan peserta didik untuk segera berwudhu dan menuju ke musholah sambil memuroja’ah hafalan surah-surah pendek. Pada saat itu peserta didik terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut.
124
Catatan Deskriptif. 3
Pukul 13.00 setelah peserta didik pulang, beliu bersama guru-guru berkumpul sekedar bercerita di dewan guru, namun jika beliau mengantuk, maka beliau akan pergi ke perpustakaan, karena di situ terdapat satu kamar yang di lengkapi dengan peralatan tidur. Beliau pulang ke rumah di jemput oleh kedua anaknya dan suaminya yang sama-sana menjadi guru di area kota gorontalo dengan menggunakan mobil yang berwarna hitam.
Refletif
Dari catatan diatas menunjukkan aktifitas guru agama mempunyi peranan yg penting diskolah, terutama dalam memanamkan nilai-nilai agama islam, melalui pembelajran agama dan kegiatan ektra yang sering dilakukan setelah jam pelajaran selesai.
125
Nama : Nur Azmi A Husna
Hari/tanggal : 22 Februari 2019
Obyek Pengamatan : Aktifitas Perwalian kelas.
Catatan Deskriptif. 1
Pukul 07:13 perwalian kelas 4 sampai ke sekolah dengan menggunakan motor mio berwarna merah, Setelah itu beliau mengarahkan peserta didik kelas IV(empat) untuk kerja bakti di lingkungan sekolah yang di adakan 2 kali dalam sebulan,setelah itu beliau masuk ke kelas untuk melanjutkan pembelajaran tema kepada peserta didik. Sebelum beliau memulai pembelajaran beliau mengecek kehadiran dari peserta didik, selanjutnya beliau memerintakan ketua kelas untuk membagikan buku tema kepada peserta didik yang lain, dan di lanjutkan doa sebelum belajar yang di pimpin oleh peserta didik yang bernama Dany, Saat itu materinya membahas mengenai pentingnya menjaga kebersihan.beliau memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca materi tersebut, selanjutnya beliau menyuruh peserta didik untuk merangkum materi tersebut dan di lanjutkan dengan menjawab soal yang ad di buku tersebut. Ketika beliau tidak memiliki jam untuk mengajar maka beliau lebih memilih untuk berada di dewan guru untuk sekedar bercerita dengan guru yang tidak memiliki jam mengajar. Saat istirahat pertama tiba, beliau pergi di dewan guru untuk menyantap makanan yang di beli saat perjalanan menuju ke sekolah.
126
Catatan Deskriptif. 2
Pada pukul 12.00 pergi ke dewan guru untuk bercanda dengan guru-guru lainnya, dan setelah peserta didik selesai sholat dzuhur, beliau mengarahkan peserta didik untuk membersihkan kelas bagi yang piket besok harinya. Setelah itu, beliau kembali ke dewan guru untuk untuk bercanda dengan guru-guru yang lain. Pada pukul 13:35 beliau pergi ke sekolah SDN 65 untuk membawa salah satu peserta didik yang merupakan keponakannya sendiri untuk latihan menyanyi dalam lomba O2SN.
Reflektif
Dari catatan di atas menunjukkan aktifitas perwalian kelas IV (empat) dimulai dari mengarahkan peserta didik untuk kerja bakti, hingga pada saat pembelajaran di mulai dengan mengecek kehadiran peserta didik, kesiapan peserta didik, sampai dengan memberikan tugas kepada peserta didik yang berkaitan dengan Kebersihan dan terakhir mengawasi peserta didik dalam membersihkan kelas sebelum pulang sekolah dan menemani salah satu peserta didik untuk latihan vokalya di sekolah tetangga.
127
Dokumentasi Penelitian
Wawancara dengan perwalian kelas 4 Wawancara dengan guru Agama
Wawancara dengan siswa Wawancara dengan siswa
128
Wawancara dengan siswa Wawancara dengan siswa
Wawancara dengan siswa
129
130