II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1...

12
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 Karakteristik Itik Cihateup Menurut Saraswati (2011), klasifikasi Itik Cihateup adalah sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Anseriformes Famili : Anatidae Subfamili : Anatinae Rumpun (tribe) : Anatini Genus : Anas Spesies : Anas platyrhynchos Itik Cihateup merupakan itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Raja, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Selain itu, Itik Cihateup juga dikembangkan di daerah Garut (Wulandari, 2005). Itik Cihateup memiliki potensi penghasil daging yang lebih baik dibandingkan dengan Itik Cirebon dan Mojosari. Bulu Itik Cihateup berwarna coklat, sedangkan paruh dan shanknya berwarna hitam. Warna itik jantan dewasa lebih gelap dan bulu di sekitar kepala mengarah kehitaman sedangkan itik betina memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan itik jantan. Ciri ciri fisik dari Itik Cihateup secara umum mirip dengan itik itik jawa lainnya, seperti Itik Karawang, Itik Tegal ataupun Itik Cirebon (Muzani, 2005). Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar dibandingkan dengan Itik Cirebon maupun Itik Mojosari, hal ini dapat menjadi indikator bahwa Itik

Transcript of II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1...

Page 1: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Itik Cihateup

2.1.1 Karakteristik Itik Cihateup

Menurut Saraswati (2011), klasifikasi Itik Cihateup adalah sebagai

berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Anseriformes

Famili : Anatidae

Subfamili : Anatinae

Rumpun (tribe) : Anatini

Genus : Anas

Spesies : Anas platyrhynchos

Itik Cihateup merupakan itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan

Raja, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Selain itu, Itik Cihateup juga

dikembangkan di daerah Garut (Wulandari, 2005). Itik Cihateup memiliki potensi

penghasil daging yang lebih baik dibandingkan dengan Itik Cirebon dan Mojosari.

Bulu Itik Cihateup berwarna coklat, sedangkan paruh dan shanknya berwarna

hitam. Warna itik jantan dewasa lebih gelap dan bulu di sekitar kepala mengarah

kehitaman sedangkan itik betina memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan

itik jantan. Ciri – ciri fisik dari Itik Cihateup secara umum mirip dengan itik – itik

jawa lainnya, seperti Itik Karawang, Itik Tegal ataupun Itik Cirebon (Muzani,

2005).

Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar dibandingkan dengan Itik

Cirebon maupun Itik Mojosari, hal ini dapat menjadi indikator bahwa Itik

Page 2: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

8

Cihateup dapat dijadikan sebagai itik penghasil daging yang baik (Muzani, 2005).

Itik jantan Cihateup memiliki kemampuan dalam mengkonversi ransum lebih baik

dibandingkan dengan Itik Cihateup betina. Bobot potong itik Cihateup jantan

berumur 14 minggu berkisar 1.470 – 1.550 g/ekor (Wulandari, 2005).

2.1.2 Kebutuhan Nutrien Itik Cihateup

Pakan merupakan bahan makanan tunggal atau campuran yang diberikan

kepada ternak untuk tumbuh, berkembang biak dan berproduksi. Pakan atau

makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan dapat digunakan

oleh ternak (Tillman dkk., 1989). Secara umum bahan makanan ternak adalah

bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan

ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak.

Kebutuhan nutrien setiap ternak unggas berbeda – beda dan sangat

bergantung pada jenis, bangsa, umur jenis kelamin dan tingkat produksi. Hal ini

sangat dibutuhkan dalam penyusunan formula pakan yang akan diberikan kepada

ternak unggas nantinya. Daftar kebutuhan nutrien yang dibutuhkan oleh ternak

unggas yang sangat diperhitungkan yaitu energi, protein, kalsium (Ca), fosfor (P)

dan asam – asam amino esensial seperti lisin dan metionin. Itik Cihateup dalam

fase grower berumur 14 minggu dengan berat badan rata-rata 1049,825 gram ±

48,6097 gram. Kebutuhan nutrien itik pada fase grower dapat dilihat pada Tabel

1.

Page 3: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

9

Tabel 1. Kebutuhan Nutrien Itik Fase Grower

Nutrien Kebutuhan Itik Grower*)

EM (Kkal/kg) 2800

PK (%) 16.00

Ca (%) 0.60

P (%) 0.60

Lisin (%) 0.90

Metionin (%) 0.56**)

Sumber: *) NRC (1984)

**) ARC (1984)

2.2 FOS

FOS adalah unit beta fruktosa yang yang merupakan bagian dari sukrosa.

Struktur kimia dari FOS tidak dapat dicerna oleh asam lambung maupun enzim

yang dihasilkan dari pankreas (Cummings dkk., 2001). Frukto-oligosakarida

(FOS) merupakan prebiotik yang diperoleh dengan cara menghidrolisis inulin.

FOS biasa dikenal dengan nama frukto oligomers dan merupakan inulin-type

oligosaccaharides. FOS terbentuk dari beberapa oligosakarida homolog dari

derivat sukrosa yang digambarkan dengan formula GFn yang penyusun utamanya

GF2, GF3 dan GF4 dan terikat pada ikatan β-2,1. Struktur kimia GF2, GF3 dan

GF4 dapat dilihat pada Ilustrasi 1 (Lee dkk., 1999).

Ilustrasi 1. Struktur 1-kestose (GF2, kiri), nystose (GF3, tengah), dan

fructofuranosyl nystose (GF4, kanan)

Page 4: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

10

FOS dapat ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran dan madu. FOS

merupakan bagian dari oligomer dan polimer fruktosa yang berasal dari sukrosa.

FOS akan ditemukan dalam jumlah yang banyak pada tanaman yang mengandung

karbohidrat tinggi. Sumber FOS yang sudah banyak dikenal antara lain

asparagus, bawang putih, bawang merah, gandum, madu, pisang, dan tomat

(Sangeetha dkk., 2005; Mussatto dan Mancilha, 2007).

FOS adalah salah satu prebiotik yang menguntungkan bagi perkembangan

populasi mikroba di dalam saluran pencernaan dan dapat mencegah perpindahan

bakteri patogen ke dalam saluran pencernaan (Propst dkk., 2003). FOS secara

selektif dapat memacu pertumbuhan bakteri seperti Bifidobacterium dan

Lactobacillus. Selain dapat memacu pertumbuhan bakteri, prebiotik juga dapat

menekan pertumbuhan bakteri patogen seperti E.coli, Clostridia, dan

Enterobacter.

FOS juga dapat memperbaiki integritas epitel usus halus, karena SCFA

(Short Chain Fatty Acid) sebagai hasil fermentasi prebiotik merupakan bahan

penting untuk metabolisme sel epitel usus sehingga fungsi saluran cerna dan

absorbsi nutrien dapat meningkat. Fermentasi tersebut sangat erat hubungannya

dengan Gut-Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang merupakan jaringan

terbesar dari sistem imun yaitu sekitar 60% dari total limfosit dalam tubuh

(Delgado dkk., 2011; Saad dkk., 2013).

2.3 Stres Panas dan Mekanismenya

Stres dapat didefinisikan sebagai setiap respons biologis yang dapat

menimbulkan ancaman dan mengganggu homoestasis pada hewan, bahkan setiap

stresor yang menyebabkan dampak negatif pada kesejahteraan pada hewan dapat

dikategorikan sebagai stres (Moberg, 2000). Setiap ternak memilik zona

Page 5: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

11

nyamannya masing-masing yang disebut dengan Thermoneutral Zone (TNZ).

Zona ini akan terganggu apabila terjadi stres dan tubuh akan mengembalikan ke

kondisi sebelum terjadi stres. Itik akan membuang kelebihan panas yang diterima

dengan cara radiasi, konveksi dan konduksi pada kisaran suhu lingkungan normal.

Itik akan mengalami stres pada saat suhu naik melebihi TNZ. Ternak unggas

yang stres memiliki ciri-ciri gelisah, banyak minum, dan feed intake menurun

(Tamzil, 2014). Ternak yang menderita stres akan mengalami panting dengan

frekuensi yang berbanding lurus dengan tingkat stres. Panting merupakan tanda

klinis yang khas pada golongan unggas yang menderita heat stres secara

bersamaan akan terjadi gangguan fungsi normal tubuhnya (Moares dkk., 2003).

Stres panas merupakan kombinasi antara suhu dan kelembaban lingkungan

yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan tingginya angka morbiditas dan

menurunnya produktivitas ternak, bahkan dalam keadaan yang ekstrim dapat

mengakibatkan mortalitas (Djoko dkk., 2010). Stres panas pada ternak unggas

yang muncul dapat menjadi pemicu berbagai macam penyakit, laju pertumbuhan

dan produksi menurun. Penurunan produksi antara lain disebabkan oleh

berkurangnya retensi nitrogen dan berlanjut ke penurunan daya cerna protein dan

beberapa asam amino (Tabiri dkk., 2000).

Itik Cihateup merupakan jenis unggas yang menghabiskan sebagian besar

waktunya di air. Pemeliharaan minim air akan menyebabkan stres panas pada itik

karena salah satu cara itik untuk membuang panas dalam tubuh adalah dengan

cara berenang. Kemampuan thermoregulasi itik menjadi rendah karena itik

terbiasa dengan kolam air. Hal ini diperparah apabila suhu lingkungan yang

terlalu tinggi melebihi TNZ itik yaitu 17-250 C.

Page 6: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

12

Suhu lingkungan tinggi akan mempengaruhi tingkah laku ternak serta

fungsi beberapa organ tubuh, seperti jantung dan alat pernapasan. Stres panas

secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan hormon kortikosteron dan

cortisol, menurunnya hormon adrenalin dan tiroksin dalam darah (Sohail dkk.,

2010). Kenaikan suhu lingkungan secara langsung akan mengaktifkan

mekanisme dingin di hipotalamus melalui sistem saraf pusat ditandai dengan

peningkatan tekanan darah, otot, sensivitas saraf, gula darah dan respirasi.

Rangkaian proses tersebut dikenal dengan nama homeostasis.

Pada suhu lingkungan yang terlalu tinggi dan mekanisme dingin tidak

dapat mengatasinya, tubuh akan mengaktifkan hypothalamuz-pituitary-adrenal

cortical system. Stres menyebabkan hipotalamus menghasilkan corticotrophin-

releasing factor (CRF) dan merangsang kelenjar pituitari anterior untuk

menghasilkan hormon (ACTH). Sekresi ACTH menyebabkan sel-sel jaringan

korteks adrenal berproliferasi mengeluarkan kortikosteroid. Hormon ini

kemungkinan difasilitasi oleh aksi katekolamin yang menyebabkan katekolamin

merangsang CRF yang dibebaskan dari hipotalamus, ACTH yang dibebaskan dari

pituitari anterior dan korkosteroid yang dibebaskan dari korteks adrenal (Virden

dan Kidd., 2010). Hormon ini berfungsi untuk membantu proses glukoneogenesis

(Ewing dkk., 1999). Tingginya kadar hormon ini menyebabkan metabolisme

tubuh menjadi menurun karena kortikosteroid merupakan hormon anti

anabolisme. Kehadiran hormon kortikosteroid dapat menganggu fungsi kekebalan

tubuh, dan jaringan limfoid ditandai dengan peningkatan rasio heterofil-limfosit

dalam darah (Davis dkk., 2008; Tamzil dkk., 2014).

Page 7: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

13

2.4 Sistem Pencernaan Itik

Menurut Srigandono (1997), secara fisiologis sistem pencernaan itik

adalah sebagai berikut:

1) Mulut

Mulut yang terdiri dari paruh dan ruang paruh serta lidah. Lidah

berfungsi untuk mendorong makanan masuk ke dalam faring. Pada

mulut itik terdapat lamella paralel yang berfungsi untuk menyaring

makanan yang terapung di air pada saat ditelan.

2) Faring

merupakan saluran penghubung antara mulut dan oesophagus.

Gerakan peristaltik tidak terjadi pada saat proses menelan karena itik

tidak memiliki muskulus konstriktor pada faringnya.

3) Oesophagus

Makanan dan air masuk ke Oesephagus karena adanya gaya gravitasi

dan tekanan yang lebih rendah di dalam ruang oesophagus oleh leher

yang dijulurkan ke atas.

4) Crop/ Tembolok

Crop merupakan pelebaran dari dinding oesophagus. Crop pada itik

tidak berkembang dengan sempurna apabila dibandingkan dengan

ayam atau burung-burung pemakan rumput. Crop berfungsi sebagai

penampung sementara bagi makanan. Saliva dari mulut, oesophagus

dan crop sendiri membantu dalam proses pelunakan makanan.

5) Proventrikulus

Proventrikulus disebut juga dengan perut kelenjar yang mensekresikan

enzim-enzim untuk mencerna zat-zat makanan dan HCl.

Page 8: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

14

6) Ventrikulus, tempat terjadinya proses pencernaan makanan baik secara

mekanis ataupun kimiawi.

7) Usus Halus

a. Duodenum terdapat pada bagian paling awal dari usus halus dan

memiliki panjang antara 22 sampai 38 cm. Pada bagian ini terjadi

pencernaan paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar

berupa pati, lemak dan protein. Duodenum merupakan tempat

sekresi enzim dari pancreas dan getah empedu dari hati.

b. Jejenum dan Ileum merupakan kelanjutan dari duodenum dan

memiliki fungsi yang sama dengan duodenum. Jejenum dan ileum

memiliki panjang sekitar 105 cm dan 15 cm. Pada bagian ini

terjadi proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum

terselesaikan pada duodenum.

8) Kolon

Terdapat 2 sekum yang memiliki panjang antara 10 cm sampai 20 cm.

9) Rectum

10) Kloaka

2.5 Jaringan Epitel pada Usus

Epitel mukosa usus merupakan epitel silindris, tetapi berbada dengan

epitel yang berada di permukaan lambung. Epitel pada usus terdiri dari berbagai

macam sel, yaitu:

1) Sel-sel Tunas

Sel ini terletak di dasar kripta usus halus mengandung populasi sel-sel

pluripoten yang berhubungan langsung dengan kehidupan dari ternak.

Sel-sel ini melalui bagian-bagian penting yang ada di dalam usus halus

Page 9: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

15

dan menstimulasi perkembangan sel-sel di kripta. Sel-sel sekretori,

sel-sel goblet, sel-sel enteroendokrin dan sel-sel paneth yang tumbuh

dari sel-sel tunas ini. Sel-sel tunas tidak berpindah dari dasar kripta

usus halus.

2) Sel-sel Enterosit

Sebagian besar sel-sel yang berada pada kripta usus halus adalah sel-

sel enterosit. Sel-sel ini memiliki vili-vili pada permukaan atasnya

sehingga luas permukaannya meningkat secara cepat. Fungsi utama

dari sel ini adalah mensekresikan klorida, sodium dan air ke dalam

lumen dan menjadi fasilitator dalam penyerapan di dalam vili usu

halus.

3) Sel-sel Goblet

Merupakan sel-sel penghasil mucus dan tersebar diantara sel-sel

silindris. Sel- sel goblet merangsang pembentukan vili pada usus

halus. Sel-sel ini jumlahnya makin bertambah dari duodenum ke

ileum.

4) Sel-sel Enteroendokrin

Sel-sel ini terletak di dekat dasar kripta dan berhubungan langsung

dengan lumen kripta di permukaannya. Sel-sel ini berfungsi untuk

mengatur pH, osmolaritas dan mengeluarkan peptida yang

berhubungan dengan sekeresi lambung.

5) Sel-sel Paneth

Sel-sel ini terletak di dasar kripta usus halus dan letaknya tidak

berpindah-pindah. Sel-sel ini memiliki daya hidup yang panjang dan -

menjadi proteksi untuk sel-sel tunas. Sel-sel ini memproduksi

Page 10: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

16

substansi antimikrobial seperti lisozim, dan phospholipase. Sel sel ini

melindungi usus dari serangan bakteri, jamur bahkan beberapa virus

6) Sel-sel M atau Sel-sel Silindris

Sel-sel ini tidak dibentuk di kripta usus halus dan asalnya belum

diketahui. Sel-sel ini dapat ditemukan diantara sel enterosit dan

diantara permukan vili. Sel-sel ini terletak diatas plak peyeri. Sel M

ini merupakan salah satu respon imun dalam tubuh. Sel-sel ini akan

menangkap benda asing (bakteri dan virus) dan memindahkannya ke

sel limfosit yang terletak di lamina propria.

7) Lamina Propria

Lamina propria terdapat pada usus halus terdiri dari jaringan

penyambung, pembuluh darah, limfe, serabut-serabut saraf dan sel-sel

otot polos yang secara bersamaan masuk ke dalam inti usus halus.

Tepat di bawah lamina basal, terdapat membran basal yang terdiri dari

sel-sel limfoid penghasil antibodi dan makrofag. Lamina propria

mengandung kelompok limfonodulus yang dikenal sebagai plak

peyeri.

8) Plak Peyeri

Plak peyeri memiliki peranan penting terhadap sistem kekebalan

tubuh. Plak peyeri dapat kita temukan di dalam lamina propria. Plak

peyeri terletak di bawah sel M dan terdiri atas jalinan serat retikulin

dan pembuluh limfa yang merupakan kumpulan jaringan limfoid.

Limfonodulus ini berfungsi sebagai sistem pertahanan pertama karena

limfonodulus ini akan menghasilkan sel limfosit dan sel plasma.

Setiap plak ini terdiri dari 10-200 nodul dan tampak dengan mata

Page 11: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

17

telanjang (Junqueira dkk., 1997). Ekspresi plak peyeri dipengaruhi

oleh kinerja sel. Pada saat sel mengalami kerusakan, maka kerja

limfosit menjadi tidak beraturan. Sel-sel limfosit ini akan berubah

menjadi sel plasma sehingga sel plasma yang dihasilkan akan lebih

banyak. Semakin banyak sel plasma yang dihasilkan maka jumlah dan

ukuran plak peyeri akan semakin menurun dikarenakan plak peyeri

merupakan kumpulan dari sel-sel limfosit.

2.6 Sistem Limfoid

Sel merupakan kekuatan utama dalam sistem pertahanan tubuh. Sel-sel

tersebut banyak dijumpai pada organ limfoid dan dapat pula ditemukan dalam

keadaan tersebar pada seluruh jaringan tubuh kecuali pada Central Nervous

System (Mushawwir, 2014). Respon imun terjadi karena adanya suatu antigen dan

Immunogen yang merupakan molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi dan

sel T (Roitt, 2003).

Sistem imun harus mampu merespon antigen asing yang memiliki

keragaman molekul yang besar. Sistem imun memiliki kerja yang sangat unik

meliputi :

1) Pertama, sistem imun akan bekerja sama dengan sel-sel lain untuk

mengenali antigen dan berkembang menjadi sel efektor.

2) Kedua, sistem imun mampu keluar masuk sirkulasi dan jaringan,

mmpunyai daya migrasi ke jaringan terinfeksi dan menetap pada

daerah yang terinfeksi.

3) Ketiga, limfosit yang spesifik harus mampu menerima stimuli dan

melakukan kloning terhadap antigen yang sesuai.

Page 12: II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Itik Cihateup 2.1.1 ...media.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120301_2_1947.pdf · Itik Cihateup memiliki lingkar dada lebih besar ... tidak berkembang

18

4) Keempat, Limfosit menempati organ yang menguntungkan untuk

bertemu dengan antigen dan juga mendukung perkembangan dan

diferensiasinya.

Limfosit merupakan sel yang berada pada tubuh hewan yang mampu

mengenal dan menghancurkan berbagai determinan antigenik dan memiliki dua

sifat pada respon imun khusus, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit memiliki

beberapa subset dengan fungsi dan dan jenis protein yang berbeda namun

morfologinya sulit dibedakan (Abbas dkk., 2000). Limfosit berperan spesifik

terhadap respon imun karena setiap individu limfosit dewasa memiliki sisi ikatan

khusus sebagai varian dari prototipe reseptor antigen. Reseptor antigen pada

limfosit B adalah bagian membran yang berikatan dengan antibodi yang

disekresikan setelah limfosit B yang mengalami perubahan menjadi sel plasma,

yaitu sel plasma yang disebut sebagai membran imunoglobulin. Reseptor antigen

pada limfosit T bekerja mendeteksi bagian patogen asing yang masuk ke inang.

Sel- sel limfosit dihasilkan di sumsum tulang belakang. Sel pluripoten

membelah menjadi dua tipe sel tunas salah satunya adalah limfoid progenitor yang

berkembang menjadi sel T dan sel B. Limfosit T dan B mempunyai tempat

diferensiasi yang berbeda. Limfosit T berdiferensiasi pada timus sedangkan

limfosit B berdiferensiasi pada sumsum tulang belakang (Campbell dkk., 2003).

Sel-sel plasma dan limfosit dapat ditemukan pada serum darah, urin, sumsum

tulang belakang, kelenjar limfa, spleen, cairan dan jaringan tubuh dan peyer

patches (O’Neil dkk., 2001; Campbell dkk., 2003).