Isu 3

41
RESIN KOMPOSIT OLEH: Paulina Sabu Kedang 10611056 Maria Anggelina Du’a Goan 10611024 Purnamawati 10610031 Desyilia Tanjung K.P 10611021 Alfin Reza Bahida 10611007 Dwi Wahyu Arsita 10611023 Arum Dewi R.H 10611012 Ahmad Woro Nur Wahid 10611005 Afiyan Majid 10611003 Heidar Vitalaya S.H 10611033 Rezki Afrianda Akbar 10610033 Trisakti Sunda Romdoni 10611067 Febriawan 10611026 Anna Fitriyah 10611010 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

description

makalh isu 3

Transcript of Isu 3

Page 1: Isu 3

RESIN KOMPOSIT

OLEH:

Paulina Sabu Kedang 10611056

Maria Anggelina Du’a Goan 10611024

Purnamawati 10610031

Desyilia Tanjung K.P 10611021

Alfin Reza Bahida 10611007

Dwi Wahyu Arsita 10611023

Arum Dewi R.H 10611012

Ahmad Woro Nur Wahid 10611005

Afiyan Majid 10611003

Heidar Vitalaya S.H 10611033

Rezki Afrianda Akbar 10610033

Trisakti Sunda Romdoni 10611067

Febriawan 10611026

Anna Fitriyah 10611010

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2013

Page 2: Isu 3

KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena setelah mengalami

beberapa tahap pemahaman dan pencarian referensi, akhirnya makalah selesai sebagai tugas

diskusi blok 10 dengan judul “RESIN KOMPOSIT”. Dalam penyajiannya, disusun setiap bab

dengan uraian singkat, pembahasan, serta kesimpulan akhir.

Menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu diharapkan saran dan

kritik yang sekiranya dapat membangun agar penyusunan makalah ini dan dalam penyusunan

makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak khususnya dapat menanambah wacana dan pengetahuan mahasiswa.

Kediri, 14 juli 2013

Page 3: Isu 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahan resin komposit diperkenalkan dalam profesi kedokteran gigi pada awal tahun

1960. Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta

memodifikasi warna dan kontur gigi, serta menambah estetis. Bahan resin komposit sudah

sangat luas digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai bahan tumpatan yang mementingkan

estetik (restorative esthetic material). Pada umumnya resin komposit yang dipasarkan adalah

bahan universal yang berarti dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior.

Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin komposit

condensable. Resin komposit packable merupakan resin komposit dengan viskositas yang

tinggi. Resin komposit packable direkomendasikan untuk restorasi klas I, II dan MOD.

Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada

penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit

digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga

akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen

utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling.

Resin komposit termasuk bahan tumpatan langsung yang sewarna dengan gigi. Resin

komposit digunakan untuk menggati struktur gigi yang hilang, memodifikasi warna gigi dan

kontur sehingga menambah estetika wajah.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu resin komposit dan komposisinya

2. Apa sajakah macam dari resin komposit

3. Bagaimana sifat dan aplikasi resin komposit dalam kedokteran gigi

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan mengenai resin komposit beserta komposisinya

2. Menjelaskan macam dari resin komposit

3. Menjelaskan sifat dan aplikasi dari resin komposit

Page 4: Isu 3

1.4 Hipotesa

Restorasi dengan resin komposit dapat memberikan nilai estetik yang baik serta

ketahanan yang cukup pada penambalan gigi dengan kaivitas kecil hingga sedang.

Page 5: Isu 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit

Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan

berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Perkembangan

komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika

Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi.

Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan berubah

warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini

menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin

suatu komposit gigi ().

2.1.1 Komposisi Resin Komposit

a. Bahan utama / Matriks Resin

Kebanyakan resin komposit menggunakan campur an monomer aromatic dan atau

alip hatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS - GMA), selain

itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan

urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam

komposit gigi. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir

tahun 1950- an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin

epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan

dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan

epoksi (CH-O- CH2) dan akrilat (CH2 =CHCOO-). Percobaan- percobaan ini menghasilkan

pengembangan molekul BIS- GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin

suatu komposit gigi.

BIS- GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan

dari dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk

menghasilkan cairan resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya

yang lain yaitu sulit melakuka n sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang

melekat dengan baik terhadap struktur gigi.

Page 6: Isu 3

b. Filler

Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat

material. Beberapa jenis fille r yang sering dijumpai adalah berbentuk manik - manik kaca

dan batang, partikel seramik seperti quartz (SiO 2 ), litium - aluminium silikat (Li2O.Al 2

O3.4S iO2) dan kaca barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi

radiopak.

Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15µm. Partikel yang

dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60µm pernah digunakan tetapi permukaan

tumpatan akan menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan pasien. Bentuk dari partikel

juga terbukti penting karena manik - manik bulat sering terlepas dari material mengakibatkan

permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai permukaan yang

lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.

Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:

1 Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi

2 Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal

3 Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten

terhadap abrasi

c. Coupling Agent

Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan

pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi

dengan baik karena ik atan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel

filler dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan

matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara

bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin

memindahkan tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent

tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi

kehilangan awal d ari partikel filler diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan

filler.

Fungsi bagi coupling agent adalah:

1 Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin

2 Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler- resin

Page 7: Isu 3

Gambar 1: Struktur komposit dengan matriks resin filler dan coupling agent

d. Bahan penghambat polimerisasi

Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylate

dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor).

Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone , tetapi bahan yang sering digunakan pada

saat ini adalah monometyhl ether hydroquinone .

e. Penyerap ultraviolet (UV)

Ini bertujuan meminimalkan per o bahan warna kar ena proses oksidasi.

Camphorquinone dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV.

f. Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat

di dalam sinar - X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium

dioksida.

g. Pigmen warna

Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang

biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide , dan lain -lain.

Ferric oxide akan memberikan warna coklat - kemerahan. Cadmium black memberikan

warna kehitaman dan mercuric sulfide memberikan warna merah.

Page 8: Isu 3

2.2 Klasifikasi Resin Komposit

Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler

dan menurut cara aktivasi.

2.2.1 Ukuran Filler

Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan atas

resin komposit tradisional , resin komposit mikrofiler, resin komposit hibrid dan resin

komposit partikel hibrid ukuran k ecil.

a. Resin Komposit Tradisional

Resin komposit tradisional j uga dikenal sebagai resin konvensional. Kompo sit ini

terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata - rata 10 - 20µm dan ukuran partikel

terbesar adalah 40µm. T erdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permu kaan

tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel filler menonjol

keluar dari permukaan.

Gambar 2: Partikel filler menonjol keluar permukaan tambalan.

b. Resin Komposit Mikrofiler

Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang mengandung

colloidal silica dengan rata - rata ukuran partikel 0.02µm dan antara ukuran 0.01 -

0.05µm. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish

hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang kecil

Page 9: Isu 3

bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar dalam

kontak dengan resin.

c. Resin Komposit Hibrid

Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata- rata

berukuran 15- 20µm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran

partikel 0.01- 0.05µm. Perlu diketahui bahawa semua komposit pada masa sekarang

mengandung sedikit jumlah colloidal silica, tetapi tidak memp engaruhi sifat - sifat

dari komposit itu.

Gambar 3: Struktur komposit hibrid

d. Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil

Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah

dilakukan perbaikan metode dengan cara gr inding kaca. Ini menyebabkan kepada

pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang

dari 1µm, dan biasanya berukuran 0.1 - 1.0µm seperti terlihat pada gambar 4, yang

biasanya dikombinasi dengan colloidal silica . Partikel filler berukuran kecil

memungkinkan komposit dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata

dibanding partikel filler berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan

yang lebih rata karena setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler

ada lah lebih kecil dari partike l filler.

Page 10: Isu 3

Gambar 4: Resin komposit partikel hibrid ukuran kecil.

Perbandingan ukuran filler:

Gambar 5: Perbandingan ukuran partikel filler pada komposit

2.2.2 Cara Aktivasi

Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara

khemis dan aktivasi mempergunakan cahaya.

a. Aktivasi secara khemis

Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung

benzoyl peroxide (BP) initiat or dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic

amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai -- O-- O-- putus dan elektron terbelah

Page 11: Isu 3

diantara kedua molekul oksigen (O). Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing

pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan

pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal

bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian

dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe.

Gambar 6: Aktivasi benzoyl peroxide (BP)

b. Aktivasi menggunakan cahaya

Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar

ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang

menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak

biru yang telah diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai

kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang menggunakan aktivasi

sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara

khemis.

Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal

yang diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer,

Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400 - 500 nm dan amine

yang menginisiasi pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar

tampak biru (visible blue light, panjang gelombang -468nm) memproduksi fase

eksitasi dari photosensitizer, dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk

radikal bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan.

Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta

hanya dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta

dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru

dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras. Camphorquinone (CQ)

Page 12: Isu 3

menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan

elektron seperti amine ( dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]). Setelah

diaktivasi, CQ memisahkan atom hidrogen daripada karbon - α yang bertentangan

dengan grup amine dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal bebas

CQ ini sudah bersedia untuk diaktivasi.

Gambar 7: Resin komposit diaktivasi oleh sinar

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

a. Indikasi

1. Aman untuk restorasi lesi kecil dan memiliki nilai estetik yang sangat bagus

2. Cukup untuk menerima tekanan oklusal yang sedang tapi lebih cepat

3. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior

4. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)

5. Lesi pada permukaan gigi premolar

6. Hilangnya sudut incisal gigi

7. Fraktur gigi anterior

Page 13: Isu 3

8. Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang

9. Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior ( klas I & II)

10. Ikatan jangka panjang dengan dentin diragukan, untuk mengembangkan adhesi

dentin digunakan penghubung yaitu GIC

b. Kontra Indikasi :

1. lebih mahal dan kemampuan restorasi terbatas hanya pada kavitas extensif

2. Lesi distal dari premolar

3. Tambalan rutin untuk posterior

4. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga

5. Kemampuan untuk restorasi kavitas terbatas

6. Shrinkage relatif besar

7. Tidak resisten terhadap invasi bakteri

8. Berbahan dasar methil metacrylate yang merupakan alergen dan mengandung

material seperti HEMA yang merupakan reaksi alergi.

2.3 Sifat Resin Komposit

Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga

memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:

a. Sifat fisik

Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman

digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan

karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini7 .

Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:

1 Warna

Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh

oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit

dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan

minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari

penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi,

komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi

yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk

menyesuaikan dengan warna email dan dentin.

Page 14: Isu 3

2 Strength

Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari

amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi

pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin

komposit berbeda.

3 Setting

Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik

sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting

bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan

pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik

selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving

dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.

b. Sifat mekanis

Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang

penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus

menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka

waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :

1 Adhesi

Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak

disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda

tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi

diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara

resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan

terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup

baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan

resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin

komposit tersebut (dentin bonding agent).

2 Kekuatan dan keausan

Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul

dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap

fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan

sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena

resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.

Page 15: Isu 3

c. Sifat khemis

Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian

reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul –

molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat

berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau

pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang

pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA).

1 Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang

tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal

metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin)

dan dua gugus OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi

kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol

dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.

2.4 Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi

Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-

komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat

sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan

kovalen atau ion.

Selain secara kim ia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis atau

retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik

oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan

skrup, baut atau undercut . Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan

gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.

2.4.1 Teknik etsa asam

Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal

diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut

berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan

bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi ters ebut menghasilkan pori- pori

kecil pada permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam

kavitas.

Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara

permukaan email- resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan

terhadap email teretsa sebesar 15- 25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam

Page 16: Isu 3

meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi

permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan

meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa

membentuk lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara

mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin “ tag ” kemudian menghasilkan

suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada

gigi anterior adalah 7- 25 µm.

Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah

tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat

monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini

dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah

dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email

minimal selama 15 - 20 detik.

Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan

baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju

menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering

sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa

meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin

yang sederhana.

2.4.2 Bahan Bonding

Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga

membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori didalam dentin

dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin

bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian

hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian

hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin.

a. Bahan bonding email

Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.

Email terdir i atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun

dari jutaan kristal hydroksiapatit ( Ca10(PO4)6(OH)2) yang sangat kecil. Dimana t

ersusun secara rapat sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan

dengan matriks organik . Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang

dengan diameter sekitar 5 µm. K rital hidroksiapatit bentuknya heksagona l yang

Page 17: Isu 3

tipis, karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan yang

sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air da n material organik .

Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS - GMA yang

encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding

email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa.

Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan

monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan

membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung

meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada

email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan sistem

yang sama seperti yang digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat

dari bonding simultan pada enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan

bonding.

b. Bahan bonding dentin

Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir

diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan

matriks dentin. Ter susun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 %

materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5- 0,9 mm dibagian

dentino enamel jungsion dan 2- 3 mm diujung yang berhubungan dengan pulpa.

Jumlah tubuli dentin sekita r 15 - 20 ribu / mm2 didekat dentino enamel jungtion dan

sekitar 45 - 65 ribu dekat permukaan pulpa.

Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage

atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel.

Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan

asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdir i

dari :

1 Dentin Conditioner

Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear

layer yang terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang

termasuk dentin conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam

phosric dan asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan

menghasilkan reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan

mengkibatkan larutnya hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus

dentin serta terbentuknya permukaan demineralisasi dan bi asanya memiliki

Page 18: Isu 3

kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang digunakan semakin kuat pula

reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin conditioner mengandung

glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk penyambung kolagen.

Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin yang lebih kuat

dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.

2 Primer

Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu

menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan

dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai

prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan

yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang

memungkinkan penggabungan antara dua material yang berbeda. Secara

umum bahan pengikat pada dentin primer dapat diformulakan sebaagai

berikut:

M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan

dengan komposit resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat

celah yang biasanya meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalah

reactive group yang merupakan gugus polar atau gugus terakhir (membentuk

perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi

elektron yang asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat

berkombinasi dengan molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus

hidroksi dalam apatit dan gugus a mino dalam kolagen. Ikatan yang terjadi

banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam beberapa kasus terjadi

ikatan kimiawi.

Page 19: Isu 3

Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang

paling banyak digunakan. HEMA memiliki kem ampuan untuk berpenetrasi

kedalam permukaan dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian

berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat

pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk

membuat hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan

kolagen.

3 Sealer (Bahan pengisi)

Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-

GMA dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap

permukaan dentin.

2.4.3 Generasi Bonding

1 First generation

Pada tahun 1956, Buonocore dan rekannya menunjukkan bahwa penggunaan

asam glycerophosphoric dimetakrilat yang mengandung resin yang akan mengobligasi

asam sehingga mengakibatkan tergoresnya dentin. Obligasi ini diyakini karena

interaksi antara molekul resin bifungsional dengan ion kalsium hidroksiapatit.

Tentu saja, perendaman dalam air akan mengurangi ikatan ini. Sembilan tahun

kemudian Bowen mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan N-

phenylglycine dan metakrilat glisidil, atau NPG-GMA.

NPG-GMA adalah molekul bifungsional atau coupling agent. Ini berarti

bahwa salah satu ujung molekul ini mengobligasi ke dentin sedangkan obligasi

lainnya (polimerisasi) ke resin komposit. Kekuatan ikatan tersebut dari sistem awal

hanya 1 sampai 3 megapascal.

2 Second generation

Seperti perbaikan dilakukan di agen kopling perekat untuk komposit, adhesi

ke dentin meningkat. Pada akhir 1970-an, sistem generasi kedua diperkenalkan.

Mayoritas ester halophosphorous dimasukkan resin berisi seperti bisphenol-A

metakrilat glisidil, atau bis-GMA, atau hidroksietil metakrilat, atau HEMA.

Sistem generasi kedua yang terikat dengan dentin harus melalui ikatan ion

kalsium oleh kelompok chlorophosphate. Ini adalah ikatan lemah (dibandingkan

dengan generasi kelima dan sistem generasi keenam) tetapi generasi tersebut adalah

perbaikan signifikan atas sistem generasi pertama.

Page 20: Isu 3

Sebagai dentin bonding ditingkatkan, penghapusan lapisan smear menjadi

perlu, tetapi bukan tanpa kontroversi.Salah satu perhatian utama dengan sistem ini

adalah bahwa ikatan fosfat kalsium dalam dentin tidak cukup kuat untuk menahan

hidrolisis yang dihasilkan dari rendaman air. Hidrolisis ini, sehingga baik dari paparan

air liur atau kelembapan pada dentin sendiri, bisa mengakibatkan resin komposit

debonding dari dentin dan menyebabkan kebocoran mikro.

Karena dentin tidak terukir dalam sistem ikatan awal, banyak adhesi itu karena

ikatan ke lapisan smear. Beberapa sistem generasi kedua dianggap melembutkan

lapisan smear dan dengan demikian meningkatkan penetrasi resin. Namun, sistem ini

menghasilkan kekuatan ikatan dentin yang lemah dan tidak bisa diandalkan.

3 Third generation

Dengan sistem generasi ketiga, etsa asam dentin sebagian menghilangkan

dan / atau memodifikasi smear layer. Efek ini disebabkan oleh larutan primer. Asam

membuka tubulus dentin parsial dan meningkatkan permeabilitas mereka. Asam harus

dibilas sepenuhnya sebelum primer diterapkan. Primer mengandung monomer resin

hidrofilik yang meliputi hidroksietil trimelitat anhidrida, atau 4-META, dan

dimetakrilat bifenil, atau BPDM. Primer mengandung gugus hidrofilik yang infiltrat

lapisan smear, memodifikasi dan mempromosikan adhesi dentin, dan kelompok

hidrofilik primer menciptakan adhesi resin.

Setelah aplikasi primer, resin terisi ditempatkan pada dentin dan enamel.

Sistem-sistem adhesi generasi ketiga biasanya menggunakan primer dentin-resin

hidrofilik. Dentin primer mungkin 6 persen fosfat penta-akrilat, atau PENTA, 30

persen HEMA, dan etanol 64 persen. Setelah etsa dan aplikasi primer, perekat resin

terisi diterapkan pada dentin dan enamel.

Dalam sebagian besar sistem ini, primer fosfat memodifikasi smear layer

dengan melembutkan, setelah penetrasi, menyembuhkan, membentuk permukaan

yang keras. Perekat ini kemudian diterapkan, melampirkan primer sembuh dengan

resin komposit. Ikatan untuk mengolesi-lapisan yang tertutup dentin tidak sukses

sebelum tahun 1990.

4 Fourth generation

Penghapusan lapisan smear dicapai dengan sistem ikatan generasi keempat.

Fusayama dan rekannya mencoba untuk menyederhanakan ikatan dengan enamel dan

dentin dengan etsa persiapan dengan 40 persen fosfat acid.18 Sayangnya, hal tersebut

Page 21: Isu 3

tidak dipahami bahwa prosedur ini overetched dentin dan mengakibatkan runtuhnya

serat kolagen terkena.

Pada tahun 1982, Nakabayashi dan rekannya melaporkan pembentukan

lapisan hibrida yang dihasilkan dari metakrilat dipolimerisasi dan dentin.9 Lapisan

hybrid didefinisikan sebagai "struktur terbentuk pada jaringan keras gigi (enamel,

dentin, sementum) oleh demineralisasi permukaan dan bawah permukaan , diikuti

oleh infiltrasi monomer dan polimerisasi berikutnya"

Penggunaan teknik total-etch adalah salah satu karakteristik utama dari

generasi keempat ikatan systems.Teknik total-etch memungkinkan etsa enamel dan

dentin secara simultan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20 detik.

Permukaan harus dibiarkan lembab ("ikatan basah"), namun, untuk menghindari

jatuhnya kolagen , penerapan solusi primer hidrofilik dapat menyusup ke jaringan

kolagen terkena membentuk lapisan hybrid .Sayangnya, "lembab dentin" tidak mudah

didefinisikan secara klinis dan dapat menyebabkan obligasi yang kurang ideal jika

dentin yang berlebihan.

5 Fifth generation

Untuk menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah-langkah

ikatan dan dengan demikian, waktu kerja, sistem yang lebih baik diperlukan. Juga,

dokter membutuhkan cara yang lebih baik untuk mencegah keruntuhan kolagen

demineralisasi dentin. Generasi kelima sistem ikatan dikembangkan untuk membuat

penggunaan bahan perekat lebih dapat diandalkan bagi para praktisi.

Generasi kelima terdiri dari jenis bahan perekat yang disebut "sistem satu

botol” Sistem satu botol. Untuk memudahkan penggunaan klinis, "satu-botol" sistem

gabungan primer dan perekat menjadi satu solusi yang akan diterapkan setelah etsa

enamel dan dentin secara bersamaan (teknik basah-ikatan total etch) dengan 35-37

persen asam fosfat selama 15 sampai 20 detik . Sistem ini menciptakan ikatan saling

mekanis dengan terukir dentin melalui tag resin, cabang samping perekat dan

pembentukan lapisan hibrida dan menunjukkan nilai obligasi kekuatan tinggi baik ke

enamel tergores dan dentin.

6 Sixth generation

Baru-baru ini, beberapa sistem ikatan dikembangkan dan diusulkan sebagai

generasi keenam bahan perekat. Sistem ini ikatan dicirikan oleh kemungkinan untuk

mencapai ikatan yang tepat untuk enamel dan dentin menggunakan hanya satu solusi.

Bahan-bahan ini harus benar-benar menjadi sistem ikatan satu langkah. Sayangnya,

Page 22: Isu 3

evaluasi pertama sistem baru ini menunjukkan ikatan yang cukup untuk dentin

sedangkan ikatan dengan enamel kurang efektif. Hal ini mungkin disebabkan oleh

fakta bahwa sistem generasi keenam terdiri dari larutan asam yang tidak dapat

disimpan di tempat, harus di-refresh terus menerus. Namun, perbaikan ke arah

penyederhanaan prosedur klinis ikatan dapat membawa kita lebih dekat untuk

mencapai sistem ikatan yang ideal.

2.5 Polimerisasi Resin Komposit

Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul

yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya, oksigen,

dan zat kimia. Resin dapat berpolimerisasi oleh karena bahan kimia atau cahaya. Polimerisasi

merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Ada dua tipe

polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi (Combe, 1992).

2.5.1 Reaksi Adisi

Pada reaksi adisi tidak ada perubahan komposisi selama polimerisasi tambahan/adisi.

Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau monomer, tanpa perubahan dalam

komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus empiris yang sama. Dengan kata

lain struktur monomer diulangi berkali-kali dalam polimer (Anusavice, 2004).

Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi kimia berupa reaksi adisi.

Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap

sebagai berikut (Anusavice, 2004).:

a) Aktivasi dan Initiasi

Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu senyawa

kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron ganjil (tidak

mempunyai pasangan). Radikal bebas tersebut dibentuk misalnya, dalam

penguraian peroksida, dimana satu molekul benzoil peroksida dapat membentuk

dua radikal bebas. Radikal bebas inilah yang menggerakkan terjadinya polimerisasi

dan disebut inisiator. Sebelum terjadi inisiasi, inisiatornya perlu diaktifkan dengan

penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan bahan

kimia lain seperti tertian amina.

Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:

- Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas

- Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.

Page 23: Isu 3

b) Propagasi

Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer dan

mendorong terbentuknya rantai polimer. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah:

- Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas sehingga

monomer teraktifkan.

- Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain dan

seterusnya menjadi pertumbuhan rantai (Anusavice, 2004).

c) Terminasi

Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk suatu

molekul yang stabil. Pertumbuhan rantai polimer merupakan suatu proses random

yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi sebelum yang

lainnya sehingga tidak semua rantai mempunyai panjang yang sama. Terjadi

pergerakan rantai polimer dari rantai yang satu ke rantai lainnya sewaktu menerima

beban stress, sehingga semakin panjang rantai polimer semakin sedikit monomer

sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna (Anusavice,

2004).

d) Pengalihan Rantai

Keadaan aktif diubah dari satu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak

aktif, dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya. Rantai yang telah

diakhiri dapat diaktifkan kembali dengan pemindahan rantai, dan rantai tersebut

akan terus tumbuh (Anusavice, 2004).

2.5.2 Polimerisasi resin komposit

BIS-GMA adalah bahan dasar resin komposit yang dimulai dari kombinasi cairan

bubuk poly (methyl methacrylate) yang dikeraskan melalui reaksi kimia.Bahan restorasi

komposit ini mengandung polimer atau resin matriks sebagai baban pengisi anorganik.

Matriks ini lebih banyak tersusun dari hasil reaksi bahan epoxide yang disebut Glycidyl

Methacrylate dengan campuran bahan organik yaitu BisphenolA yang bersama-sama

membentuk ikatan polymer yang dikenal dengan BIS-GMA atau resin Bowen (Amin, 2004).

Pada saat polimerisasi group methacrylate pacta organo silanes akan membentuk

ikatan kovalen dengan resin. Benzoin methyl berfungsi sebagai initiators pada polimerisasi

resin komposit saat dilakukan penyinaran radiasi ultra violet dan secara fotokimiawi struktur

diketone juga ditemukan sebagai initiators ketika sinar tampak diabsorpsi. Secara umum

initiators yang digunakan adalah benzoin methyl dengan panjang gelombang 365 mm.

Page 24: Isu 3

Aktivasi sinar tampak ini lebih banyak dan activator yang digunakan sinar halogen adalah a -

ketone, aromatic ketone seperti comphoquinone dan biacetyl serta tertiary amines yang

memiliki panjang gelombang antara 440 - 480 mm. Untuk menjamin hasil polimerisasi yang

maksimal seharusnya digunakan unit penyinaran yang berintensitas tinggi akan tetapi

penggunaan sinar yang berintensintas tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bagian

retina jika sinar tersebut mengenai secara langsung (Amin, 2004).

Page 25: Isu 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan

berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Perkembangan

komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika

Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi.

Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan berubah

warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini

menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin

suatu komposit gigi.

Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler dan

menurut cara aktivasi. Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat

diklasifikasikan atas resin komposit tradisional , resin komposit mikrofiler, resin komposit

hibrid dan resin komposit partikel hibrid ukuran k ecil. Cara aktivasi dari resin komposit

dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis dan aktivasi mempergunakan

cahaya. Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman

digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik

permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat mekanis pada

bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan

ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara

efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Resin gigi menjadi padat bila

berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau

polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang

terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada

ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan.

Etsa asam adalah larutan monomer pada permukaan dentin yang akan membentuk

suatu lapisan monomer resin untuk meningkatkan ikatan antara komposit dengan struktur

permukaan enamel. Pengetsaan email dilakukan untuk mendapatkan pori-pori yang dialiri

oleh resin yang belum mengeras dan berpolimerisasi didalam pori-pori tersebut sehingga

tercipta retensi mekanis yang cukup bagus. Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk

menggeser cairan dentin dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya

menembus pori didalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau

Page 26: Isu 3

anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung

hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada

permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin.

Page 27: Isu 3

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1 Resin komposit komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan

berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.

2 Bahan etsa adalah larutan monomer pada permukaan dentin yang akan membentuk

suatu lapisan monomer resin untuk meningkatkan ikatan antara komposit dengan

struktur permukaan enamel.

3 Bahan bonding adalah bahan yang bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin

dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori

didalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik

5.2 Saran

Diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran gigi IIK dapat mengetahui dan

memahami tentang resin komoposit, bahan etsa dan bahan bonding.