Isu 3
description
Transcript of Isu 3
RESIN KOMPOSIT
OLEH:
Paulina Sabu Kedang 10611056
Maria Anggelina Du’a Goan 10611024
Purnamawati 10610031
Desyilia Tanjung K.P 10611021
Alfin Reza Bahida 10611007
Dwi Wahyu Arsita 10611023
Arum Dewi R.H 10611012
Ahmad Woro Nur Wahid 10611005
Afiyan Majid 10611003
Heidar Vitalaya S.H 10611033
Rezki Afrianda Akbar 10610033
Trisakti Sunda Romdoni 10611067
Febriawan 10611026
Anna Fitriyah 10611010
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2013
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena setelah mengalami
beberapa tahap pemahaman dan pencarian referensi, akhirnya makalah selesai sebagai tugas
diskusi blok 10 dengan judul “RESIN KOMPOSIT”. Dalam penyajiannya, disusun setiap bab
dengan uraian singkat, pembahasan, serta kesimpulan akhir.
Menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu diharapkan saran dan
kritik yang sekiranya dapat membangun agar penyusunan makalah ini dan dalam penyusunan
makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya dapat menanambah wacana dan pengetahuan mahasiswa.
Kediri, 14 juli 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahan resin komposit diperkenalkan dalam profesi kedokteran gigi pada awal tahun
1960. Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta
memodifikasi warna dan kontur gigi, serta menambah estetis. Bahan resin komposit sudah
sangat luas digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai bahan tumpatan yang mementingkan
estetik (restorative esthetic material). Pada umumnya resin komposit yang dipasarkan adalah
bahan universal yang berarti dapat digunakan untuk restorasi gigi anterior maupun posterior.
Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin komposit
condensable. Resin komposit packable merupakan resin komposit dengan viskositas yang
tinggi. Resin komposit packable direkomendasikan untuk restorasi klas I, II dan MOD.
Dalam ilmu kedokteran gigi istilah resin komposit secara umum mengacu pada
penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan dentin. Resin komposit
digunakan untuk mengganti struktur gigi dan memodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga
akhirnya dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit dibentuk oleh tiga komponen
utama yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi, dan bahan coupling.
Resin komposit termasuk bahan tumpatan langsung yang sewarna dengan gigi. Resin
komposit digunakan untuk menggati struktur gigi yang hilang, memodifikasi warna gigi dan
kontur sehingga menambah estetika wajah.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu resin komposit dan komposisinya
2. Apa sajakah macam dari resin komposit
3. Bagaimana sifat dan aplikasi resin komposit dalam kedokteran gigi
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mengenai resin komposit beserta komposisinya
2. Menjelaskan macam dari resin komposit
3. Menjelaskan sifat dan aplikasi dari resin komposit
1.4 Hipotesa
Restorasi dengan resin komposit dapat memberikan nilai estetik yang baik serta
ketahanan yang cukup pada penambalan gigi dengan kaivitas kecil hingga sedang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Komposit
Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan
berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Perkembangan
komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika
Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi.
Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan berubah
warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini
menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin
suatu komposit gigi ().
2.1.1 Komposisi Resin Komposit
a. Bahan utama / Matriks Resin
Kebanyakan resin komposit menggunakan campur an monomer aromatic dan atau
alip hatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS - GMA), selain
itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan
urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam
komposit gigi. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir
tahun 1950- an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin
epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan
dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan
epoksi (CH-O- CH2) dan akrilat (CH2 =CHCOO-). Percobaan- percobaan ini menghasilkan
pengembangan molekul BIS- GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin
suatu komposit gigi.
BIS- GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan
dari dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk
menghasilkan cairan resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya
yang lain yaitu sulit melakuka n sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang
melekat dengan baik terhadap struktur gigi.
b. Filler
Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat
material. Beberapa jenis fille r yang sering dijumpai adalah berbentuk manik - manik kaca
dan batang, partikel seramik seperti quartz (SiO 2 ), litium - aluminium silikat (Li2O.Al 2
O3.4S iO2) dan kaca barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi
radiopak.
Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15µm. Partikel yang
dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60µm pernah digunakan tetapi permukaan
tumpatan akan menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan pasien. Bentuk dari partikel
juga terbukti penting karena manik - manik bulat sering terlepas dari material mengakibatkan
permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai permukaan yang
lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin.
Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:
1 Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
2 Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
3 Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten
terhadap abrasi
c. Coupling Agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan
pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak berfungsi
dengan baik karena ik atan antara matriks dan filler adalah tidak kuat. Melapiskan partikel
filler dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan
matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara
bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini membolehkan lebih banyak matriks resin
memindahkan tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent
tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi
kehilangan awal d ari partikel filler diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan
filler.
Fungsi bagi coupling agent adalah:
1 Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin
2 Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler- resin
Gambar 1: Struktur komposit dengan matriks resin filler dan coupling agent
d. Bahan penghambat polimerisasi
Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer dimethacrylate
dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan penghambat (inhibitor).
Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone , tetapi bahan yang sering digunakan pada
saat ini adalah monometyhl ether hydroquinone .
e. Penyerap ultraviolet (UV)
Ini bertujuan meminimalkan per o bahan warna kar ena proses oksidasi.
Camphorquinone dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV.
f. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit terlihat
di dalam sinar - X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan aluminium
dioksida.
g. Pigmen warna
Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna yang
biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide , dan lain -lain.
Ferric oxide akan memberikan warna coklat - kemerahan. Cadmium black memberikan
warna kehitaman dan mercuric sulfide memberikan warna merah.
2.2 Klasifikasi Resin Komposit
Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler
dan menurut cara aktivasi.
2.2.1 Ukuran Filler
Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan atas
resin komposit tradisional , resin komposit mikrofiler, resin komposit hibrid dan resin
komposit partikel hibrid ukuran k ecil.
a. Resin Komposit Tradisional
Resin komposit tradisional j uga dikenal sebagai resin konvensional. Kompo sit ini
terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata - rata 10 - 20µm dan ukuran partikel
terbesar adalah 40µm. T erdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permu kaan
tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel filler menonjol
keluar dari permukaan.
Gambar 2: Partikel filler menonjol keluar permukaan tambalan.
b. Resin Komposit Mikrofiler
Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang mengandung
colloidal silica dengan rata - rata ukuran partikel 0.02µm dan antara ukuran 0.01 -
0.05µm. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish
hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang kecil
bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar dalam
kontak dengan resin.
c. Resin Komposit Hibrid
Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata- rata
berukuran 15- 20µm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran
partikel 0.01- 0.05µm. Perlu diketahui bahawa semua komposit pada masa sekarang
mengandung sedikit jumlah colloidal silica, tetapi tidak memp engaruhi sifat - sifat
dari komposit itu.
Gambar 3: Struktur komposit hibrid
d. Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil
Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah
dilakukan perbaikan metode dengan cara gr inding kaca. Ini menyebabkan kepada
pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang
dari 1µm, dan biasanya berukuran 0.1 - 1.0µm seperti terlihat pada gambar 4, yang
biasanya dikombinasi dengan colloidal silica . Partikel filler berukuran kecil
memungkinkan komposit dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata
dibanding partikel filler berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan
yang lebih rata karena setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler
ada lah lebih kecil dari partike l filler.
Gambar 4: Resin komposit partikel hibrid ukuran kecil.
Perbandingan ukuran filler:
Gambar 5: Perbandingan ukuran partikel filler pada komposit
2.2.2 Cara Aktivasi
Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara
khemis dan aktivasi mempergunakan cahaya.
a. Aktivasi secara khemis
Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung
benzoyl peroxide (BP) initiat or dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic
amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai -- O-- O-- putus dan elektron terbelah
diantara kedua molekul oksigen (O). Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing
pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan
pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal
bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian
dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe.
Gambar 6: Aktivasi benzoyl peroxide (BP)
b. Aktivasi menggunakan cahaya
Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar
ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang
menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak
biru yang telah diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai
kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang menggunakan aktivasi
sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara
khemis.
Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal
yang diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer,
Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400 - 500 nm dan amine
yang menginisiasi pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar
tampak biru (visible blue light, panjang gelombang -468nm) memproduksi fase
eksitasi dari photosensitizer, dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk
radikal bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan.
Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta
hanya dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta
dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru
dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras. Camphorquinone (CQ)
menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan
elektron seperti amine ( dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]). Setelah
diaktivasi, CQ memisahkan atom hidrogen daripada karbon - α yang bertentangan
dengan grup amine dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal bebas
CQ ini sudah bersedia untuk diaktivasi.
Gambar 7: Resin komposit diaktivasi oleh sinar
2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1. Aman untuk restorasi lesi kecil dan memiliki nilai estetik yang sangat bagus
2. Cukup untuk menerima tekanan oklusal yang sedang tapi lebih cepat
3. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
4. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
5. Lesi pada permukaan gigi premolar
6. Hilangnya sudut incisal gigi
7. Fraktur gigi anterior
8. Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang
9. Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior ( klas I & II)
10. Ikatan jangka panjang dengan dentin diragukan, untuk mengembangkan adhesi
dentin digunakan penghubung yaitu GIC
b. Kontra Indikasi :
1. lebih mahal dan kemampuan restorasi terbatas hanya pada kavitas extensif
2. Lesi distal dari premolar
3. Tambalan rutin untuk posterior
4. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga
5. Kemampuan untuk restorasi kavitas terbatas
6. Shrinkage relatif besar
7. Tidak resisten terhadap invasi bakteri
8. Berbahan dasar methil metacrylate yang merupakan alergen dan mengandung
material seperti HEMA yang merupakan reaksi alergi.
2.3 Sifat Resin Komposit
Sama halnya dengan bahan restorasi kedokteran gigi yang lain, resin komposit juga
memiliki sifat. Ada beberapa sifat – sifat yang terdapat pada resin komposit, antara lain:
a. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan
karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini7 .
Sifat-sifat fisik tersebut diantaranya:
1 Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh
oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit
dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan
minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari
penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi,
komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi
yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk
menyesuaikan dengan warna email dan dentin.
2 Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari
amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi
pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin
komposit berbeda.
3 Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik
sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting
bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan
pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik
selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving
dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.
b. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang
penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus
menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka
waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
1 Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak
disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda
tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi
diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara
resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan
terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup
baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan
resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin
komposit tersebut (dentin bonding agent).
2 Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul
dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap
fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan
sudut insisal. Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena
resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.
c. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian
reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul –
molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat
berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung – ujung rantai atau
pada ujung – ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang
pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA).
1 Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang
tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal
metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin)
dan dua gugus OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi
kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol
dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.
2.4 Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi
Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-
komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat
sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan
kovalen atau ion.
Selain secara kim ia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara mekanis atau
retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya tarik menarik
oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan penggunaan
skrup, baut atau undercut . Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan
gigi melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.
2.4.1 Teknik etsa asam
Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan ditambal
diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut
berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan menghasilkan
bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi ters ebut menghasilkan pori- pori
kecil pada permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila ditempatkan kedalam
kavitas.
Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara
permukaan email- resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Kekuatan ikatan
terhadap email teretsa sebesar 15- 25 MPa. Salah satu alasannya adalah bahwa asam
meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi
permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan
meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa
membentuk lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara
mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin “ tag ” kemudian menghasilkan
suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada
gigi anterior adalah 7- 25 µm.
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35 %-50 % adalah
tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat
monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini
dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah
dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email
minimal selama 15 - 20 detik.
Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan dikeringkan dengan
baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih seperti bersalju
menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih dan kering
sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa
meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin
yang sederhana.
2.4.2 Bahan Bonding
Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin dan juga
membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori didalam dentin
dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena matriks resin
bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian
hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian
hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin.
a. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.
Email terdir i atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun
dari jutaan kristal hydroksiapatit ( Ca10(PO4)6(OH)2) yang sangat kecil. Dimana t
ersusun secara rapat sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan
dengan matriks organik . Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang
dengan diameter sekitar 5 µm. K rital hidroksiapatit bentuknya heksagona l yang
tipis, karena strukrur seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan yang
sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air da n material organik .
Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS - GMA yang
encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding
email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa.
Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan
monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan
membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cendrung
meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum pada
email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan sistem
yang sama seperti yang digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena manfaat
dari bonding simultan pada enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan
bonding.
b. Bahan bonding dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir
diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan
matriks dentin. Ter susun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 %
materi air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5- 0,9 mm dibagian
dentino enamel jungsion dan 2- 3 mm diujung yang berhubungan dengan pulpa.
Jumlah tubuli dentin sekita r 15 - 20 ribu / mm2 didekat dentino enamel jungtion dan
sekitar 45 - 65 ribu dekat permukaan pulpa.
Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage
atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel.
Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum. Pengetsaan
asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding terdir i
dari :
1 Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear
layer yang terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang
termasuk dentin conditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam
phosric dan asam nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan
menghasilkan reaksi asam basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan
mengkibatkan larutnya hidroksiapatit yang menyebabkan terbukanya tubulus
dentin serta terbentuknya permukaan demineralisasi dan bi asanya memiliki
kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang digunakan semakin kuat pula
reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin conditioner mengandung
glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk penyambung kolagen.
Proses penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin yang lebih kuat
dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.
2 Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu
menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan
dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai
prantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan
yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang
memungkinkan penggabungan antara dua material yang berbeda. Secara
umum bahan pengikat pada dentin primer dapat diformulakan sebaagai
berikut:
M adalah gugus metakrilat yang memiliki kemampuan untuk berikatan
dengan komposit resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S adalah pembuat
celah yang biasanya meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R adalah
reactive group yang merupakan gugus polar atau gugus terakhir (membentuk
perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi
elektron yang asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat
berkombinasi dengan molekul polar lain di dalam dentin, seperti gugus
hidroksi dalam apatit dan gugus a mino dalam kolagen. Ikatan yang terjadi
banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam beberapa kasus terjadi
ikatan kimiawi.
Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang
paling banyak digunakan. HEMA memiliki kem ampuan untuk berpenetrasi
kedalam permukaan dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian
berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat
pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk
membuat hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan
kolagen.
3 Sealer (Bahan pengisi)
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-
GMA dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap
permukaan dentin.
2.4.3 Generasi Bonding
1 First generation
Pada tahun 1956, Buonocore dan rekannya menunjukkan bahwa penggunaan
asam glycerophosphoric dimetakrilat yang mengandung resin yang akan mengobligasi
asam sehingga mengakibatkan tergoresnya dentin. Obligasi ini diyakini karena
interaksi antara molekul resin bifungsional dengan ion kalsium hidroksiapatit.
Tentu saja, perendaman dalam air akan mengurangi ikatan ini. Sembilan tahun
kemudian Bowen mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan menggunakan N-
phenylglycine dan metakrilat glisidil, atau NPG-GMA.
NPG-GMA adalah molekul bifungsional atau coupling agent. Ini berarti
bahwa salah satu ujung molekul ini mengobligasi ke dentin sedangkan obligasi
lainnya (polimerisasi) ke resin komposit. Kekuatan ikatan tersebut dari sistem awal
hanya 1 sampai 3 megapascal.
2 Second generation
Seperti perbaikan dilakukan di agen kopling perekat untuk komposit, adhesi
ke dentin meningkat. Pada akhir 1970-an, sistem generasi kedua diperkenalkan.
Mayoritas ester halophosphorous dimasukkan resin berisi seperti bisphenol-A
metakrilat glisidil, atau bis-GMA, atau hidroksietil metakrilat, atau HEMA.
Sistem generasi kedua yang terikat dengan dentin harus melalui ikatan ion
kalsium oleh kelompok chlorophosphate. Ini adalah ikatan lemah (dibandingkan
dengan generasi kelima dan sistem generasi keenam) tetapi generasi tersebut adalah
perbaikan signifikan atas sistem generasi pertama.
Sebagai dentin bonding ditingkatkan, penghapusan lapisan smear menjadi
perlu, tetapi bukan tanpa kontroversi.Salah satu perhatian utama dengan sistem ini
adalah bahwa ikatan fosfat kalsium dalam dentin tidak cukup kuat untuk menahan
hidrolisis yang dihasilkan dari rendaman air. Hidrolisis ini, sehingga baik dari paparan
air liur atau kelembapan pada dentin sendiri, bisa mengakibatkan resin komposit
debonding dari dentin dan menyebabkan kebocoran mikro.
Karena dentin tidak terukir dalam sistem ikatan awal, banyak adhesi itu karena
ikatan ke lapisan smear. Beberapa sistem generasi kedua dianggap melembutkan
lapisan smear dan dengan demikian meningkatkan penetrasi resin. Namun, sistem ini
menghasilkan kekuatan ikatan dentin yang lemah dan tidak bisa diandalkan.
3 Third generation
Dengan sistem generasi ketiga, etsa asam dentin sebagian menghilangkan
dan / atau memodifikasi smear layer. Efek ini disebabkan oleh larutan primer. Asam
membuka tubulus dentin parsial dan meningkatkan permeabilitas mereka. Asam harus
dibilas sepenuhnya sebelum primer diterapkan. Primer mengandung monomer resin
hidrofilik yang meliputi hidroksietil trimelitat anhidrida, atau 4-META, dan
dimetakrilat bifenil, atau BPDM. Primer mengandung gugus hidrofilik yang infiltrat
lapisan smear, memodifikasi dan mempromosikan adhesi dentin, dan kelompok
hidrofilik primer menciptakan adhesi resin.
Setelah aplikasi primer, resin terisi ditempatkan pada dentin dan enamel.
Sistem-sistem adhesi generasi ketiga biasanya menggunakan primer dentin-resin
hidrofilik. Dentin primer mungkin 6 persen fosfat penta-akrilat, atau PENTA, 30
persen HEMA, dan etanol 64 persen. Setelah etsa dan aplikasi primer, perekat resin
terisi diterapkan pada dentin dan enamel.
Dalam sebagian besar sistem ini, primer fosfat memodifikasi smear layer
dengan melembutkan, setelah penetrasi, menyembuhkan, membentuk permukaan
yang keras. Perekat ini kemudian diterapkan, melampirkan primer sembuh dengan
resin komposit. Ikatan untuk mengolesi-lapisan yang tertutup dentin tidak sukses
sebelum tahun 1990.
4 Fourth generation
Penghapusan lapisan smear dicapai dengan sistem ikatan generasi keempat.
Fusayama dan rekannya mencoba untuk menyederhanakan ikatan dengan enamel dan
dentin dengan etsa persiapan dengan 40 persen fosfat acid.18 Sayangnya, hal tersebut
tidak dipahami bahwa prosedur ini overetched dentin dan mengakibatkan runtuhnya
serat kolagen terkena.
Pada tahun 1982, Nakabayashi dan rekannya melaporkan pembentukan
lapisan hibrida yang dihasilkan dari metakrilat dipolimerisasi dan dentin.9 Lapisan
hybrid didefinisikan sebagai "struktur terbentuk pada jaringan keras gigi (enamel,
dentin, sementum) oleh demineralisasi permukaan dan bawah permukaan , diikuti
oleh infiltrasi monomer dan polimerisasi berikutnya"
Penggunaan teknik total-etch adalah salah satu karakteristik utama dari
generasi keempat ikatan systems.Teknik total-etch memungkinkan etsa enamel dan
dentin secara simultan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20 detik.
Permukaan harus dibiarkan lembab ("ikatan basah"), namun, untuk menghindari
jatuhnya kolagen , penerapan solusi primer hidrofilik dapat menyusup ke jaringan
kolagen terkena membentuk lapisan hybrid .Sayangnya, "lembab dentin" tidak mudah
didefinisikan secara klinis dan dapat menyebabkan obligasi yang kurang ideal jika
dentin yang berlebihan.
5 Fifth generation
Untuk menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah-langkah
ikatan dan dengan demikian, waktu kerja, sistem yang lebih baik diperlukan. Juga,
dokter membutuhkan cara yang lebih baik untuk mencegah keruntuhan kolagen
demineralisasi dentin. Generasi kelima sistem ikatan dikembangkan untuk membuat
penggunaan bahan perekat lebih dapat diandalkan bagi para praktisi.
Generasi kelima terdiri dari jenis bahan perekat yang disebut "sistem satu
botol” Sistem satu botol. Untuk memudahkan penggunaan klinis, "satu-botol" sistem
gabungan primer dan perekat menjadi satu solusi yang akan diterapkan setelah etsa
enamel dan dentin secara bersamaan (teknik basah-ikatan total etch) dengan 35-37
persen asam fosfat selama 15 sampai 20 detik . Sistem ini menciptakan ikatan saling
mekanis dengan terukir dentin melalui tag resin, cabang samping perekat dan
pembentukan lapisan hibrida dan menunjukkan nilai obligasi kekuatan tinggi baik ke
enamel tergores dan dentin.
6 Sixth generation
Baru-baru ini, beberapa sistem ikatan dikembangkan dan diusulkan sebagai
generasi keenam bahan perekat. Sistem ini ikatan dicirikan oleh kemungkinan untuk
mencapai ikatan yang tepat untuk enamel dan dentin menggunakan hanya satu solusi.
Bahan-bahan ini harus benar-benar menjadi sistem ikatan satu langkah. Sayangnya,
evaluasi pertama sistem baru ini menunjukkan ikatan yang cukup untuk dentin
sedangkan ikatan dengan enamel kurang efektif. Hal ini mungkin disebabkan oleh
fakta bahwa sistem generasi keenam terdiri dari larutan asam yang tidak dapat
disimpan di tempat, harus di-refresh terus menerus. Namun, perbaikan ke arah
penyederhanaan prosedur klinis ikatan dapat membawa kita lebih dekat untuk
mencapai sistem ikatan yang ideal.
2.5 Polimerisasi Resin Komposit
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul
yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya, oksigen,
dan zat kimia. Resin dapat berpolimerisasi oleh karena bahan kimia atau cahaya. Polimerisasi
merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Ada dua tipe
polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi (Combe, 1992).
2.5.1 Reaksi Adisi
Pada reaksi adisi tidak ada perubahan komposisi selama polimerisasi tambahan/adisi.
Makromolekul dibentuk dari unit-unit yang kecil, atau monomer, tanpa perubahan dalam
komposisi, karena monomer dan polimer memiliki rumus empiris yang sama. Dengan kata
lain struktur monomer diulangi berkali-kali dalam polimer (Anusavice, 2004).
Pada proses polimerisasi polimetil metakrilat terjadi reaksi kimia berupa reaksi adisi.
Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap
sebagai berikut (Anusavice, 2004).:
a) Aktivasi dan Initiasi
Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu senyawa
kimia yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron ganjil (tidak
mempunyai pasangan). Radikal bebas tersebut dibentuk misalnya, dalam
penguraian peroksida, dimana satu molekul benzoil peroksida dapat membentuk
dua radikal bebas. Radikal bebas inilah yang menggerakkan terjadinya polimerisasi
dan disebut inisiator. Sebelum terjadi inisiasi, inisiatornya perlu diaktifkan dengan
penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet, panas atau dengan bahan
kimia lain seperti tertian amina.
Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:
- Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas
- Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.
b) Propagasi
Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer dan
mendorong terbentuknya rantai polimer. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah:
- Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas sehingga
monomer teraktifkan.
- Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain dan
seterusnya menjadi pertumbuhan rantai (Anusavice, 2004).
c) Terminasi
Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk suatu
molekul yang stabil. Pertumbuhan rantai polimer merupakan suatu proses random
yaitu sebagian rantai tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi sebelum yang
lainnya sehingga tidak semua rantai mempunyai panjang yang sama. Terjadi
pergerakan rantai polimer dari rantai yang satu ke rantai lainnya sewaktu menerima
beban stress, sehingga semakin panjang rantai polimer semakin sedikit monomer
sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih sempurna (Anusavice,
2004).
d) Pengalihan Rantai
Keadaan aktif diubah dari satu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak
aktif, dan tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya. Rantai yang telah
diakhiri dapat diaktifkan kembali dengan pemindahan rantai, dan rantai tersebut
akan terus tumbuh (Anusavice, 2004).
2.5.2 Polimerisasi resin komposit
BIS-GMA adalah bahan dasar resin komposit yang dimulai dari kombinasi cairan
bubuk poly (methyl methacrylate) yang dikeraskan melalui reaksi kimia.Bahan restorasi
komposit ini mengandung polimer atau resin matriks sebagai baban pengisi anorganik.
Matriks ini lebih banyak tersusun dari hasil reaksi bahan epoxide yang disebut Glycidyl
Methacrylate dengan campuran bahan organik yaitu BisphenolA yang bersama-sama
membentuk ikatan polymer yang dikenal dengan BIS-GMA atau resin Bowen (Amin, 2004).
Pada saat polimerisasi group methacrylate pacta organo silanes akan membentuk
ikatan kovalen dengan resin. Benzoin methyl berfungsi sebagai initiators pada polimerisasi
resin komposit saat dilakukan penyinaran radiasi ultra violet dan secara fotokimiawi struktur
diketone juga ditemukan sebagai initiators ketika sinar tampak diabsorpsi. Secara umum
initiators yang digunakan adalah benzoin methyl dengan panjang gelombang 365 mm.
Aktivasi sinar tampak ini lebih banyak dan activator yang digunakan sinar halogen adalah a -
ketone, aromatic ketone seperti comphoquinone dan biacetyl serta tertiary amines yang
memiliki panjang gelombang antara 440 - 480 mm. Untuk menjamin hasil polimerisasi yang
maksimal seharusnya digunakan unit penyinaran yang berintensitas tinggi akan tetapi
penggunaan sinar yang berintensintas tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bagian
retina jika sinar tersebut mengenai secara langsung (Amin, 2004).
BAB IV
PEMBAHASAN
Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan
berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri. Perkembangan
komposit sebagai bahan restorasi dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika
Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi.
Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan berubah
warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan ini
menghasilkan pengembangan molekul bis-GMA yang memenuhi persyaratan matriks resin
suatu komposit gigi.
Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler dan
menurut cara aktivasi. Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat
diklasifikasikan atas resin komposit tradisional , resin komposit mikrofiler, resin komposit
hibrid dan resin komposit partikel hibrid ukuran k ecil. Cara aktivasi dari resin komposit
dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis dan aktivasi mempergunakan
cahaya. Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa dan karakteristik
permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat mekanis pada
bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan
ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara
efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Resin gigi menjadi padat bila
berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau
polimer dibentuk dari sejumlah molekul – molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang
terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada
ujung – ujung rantai atau pada ujung – ujung rantai percabangan.
Etsa asam adalah larutan monomer pada permukaan dentin yang akan membentuk
suatu lapisan monomer resin untuk meningkatkan ikatan antara komposit dengan struktur
permukaan enamel. Pengetsaan email dilakukan untuk mendapatkan pori-pori yang dialiri
oleh resin yang belum mengeras dan berpolimerisasi didalam pori-pori tersebut sehingga
tercipta retensi mekanis yang cukup bagus. Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk
menggeser cairan dentin dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya
menembus pori didalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau
anorganik. Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung
hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada
permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1 Resin komposit komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan
berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.
2 Bahan etsa adalah larutan monomer pada permukaan dentin yang akan membentuk
suatu lapisan monomer resin untuk meningkatkan ikatan antara komposit dengan
struktur permukaan enamel.
3 Bahan bonding adalah bahan yang bersifat hidrofilik untuk menggeser cairan dentin
dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus pori
didalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik
5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran gigi IIK dapat mengetahui dan
memahami tentang resin komoposit, bahan etsa dan bahan bonding.