jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002). Tekanan darah arteri adalah tekanan lateral yang disebabkan oleh kolom darah pada dinding pembuluh darah. Ia merupakan hasil curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi. Tekanan darah dalam arteri berubah-ubah secara berirama sejalan dengan denyut jantung yang mencapai maksimum saat ventrikel kiri mengeluarkan darah ke dalam aorta dan turun kembali selama diastolik, yang mencapai minimum tepat sebelum denyut jantung berikutnya. Tekanan darah tergantung pada volume darah yang diejeksikan, kecepatannya, distensibilitas dinding arteri, viskositas darah dan tekanan di dalam pembuluh setelah ejeksi terakhir (Swarts, 1995). Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul 9

description

medical

Transcript of jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

Page 1: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

9

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung,

ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan

darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung

beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan

sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar

dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal

biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2002).

Tekanan darah arteri adalah tekanan lateral yang disebabkan oleh

kolom darah pada dinding pembuluh darah. Ia merupakan hasil curah jantung

dan tahanan pembuluh darah tepi. Tekanan darah dalam arteri berubah-ubah

secara berirama sejalan dengan denyut jantung yang mencapai maksimum saat

ventrikel kiri mengeluarkan darah ke dalam aorta dan turun kembali selama

diastolik, yang mencapai minimum tepat sebelum denyut jantung berikutnya.

Tekanan darah tergantung pada volume darah yang diejeksikan, kecepatannya,

distensibilitas dinding arteri, viskositas darah dan tekanan di dalam pembuluh

setelah ejeksi terakhir (Swarts, 1995).

Menurut Martuti (2009), secara umum ada dua komponen tekanan

darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul

9

Page 2: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

10

 

akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan

tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan

penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung

dalam keadaan mengembang (saat beristirahat).

Tekanan darah normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk

mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-

zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah, sedangkan tekanan darah

tertinggi ada dalam arteri terbesar (Martuti, 2009).

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih besar dari tekanan yang

diperlukan untuk memelihara aliran darah yang tetap. Saat tekanan darah di

atas normal, saat itu volume darah meningkat dan saluran darah terasa lebih

sempit sehingga untuk dapat menyuplai oksigen dan zat-zat makanan ke setiap

sel di dalam tubuh, jantung harus memompa lebih keras. Progresifitas

hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan

meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien

umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi

hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan

komplikasi pada usia 40-60 tahun (Martuti, 2009).

Menurut Martuti (2009), secara umum tekanan darah yang ideal

adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik). Batas normal adalah bila tekanan

sistolik tidak lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90

mmHg. Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari

160 mmHg dan diastolik di atas 99 mmHg, dalam 3 kali pemeriksaan berturut-

Page 3: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

11

 

turut selama selang waktu 2-8 minggu. Menurut WHO, tekanan darah dianggap

normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari

140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut digolongkan normal tinggi.

Klasifikasi tekanan darah bagi orang dewasa usia 18 tahun ke atas

yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita

penyakit serius dalam jangka waktu tertentu menurut Seventh Report of the

Joint National Committe VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Pressure adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85 Normal-tinggi 130 – 139 85 – 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99 Derajat 2 160 – 179 100 - 109 Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110

Menurut Kaplan yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Penyakit Dalam

memberikan klasifikasi tekanan darah dengan membedakan usia dan jenis

kelamin. Seorang wanita dikatakan hipertensi jika mempunyai tekanan darah

>160/95 mmHg. Untuk pria, jika usianya <45 tahun, dikategorikan hipertensi

bila tekanan darah pada waktu berbaring 130/90 mmHg, dan bagi yang berusia

>45 tahun, dikategorikan hipertensi apabila tekanan darahnya >145/90 mmHg.

Berdasar data Pusat Kesehatan Jantung, Paru-paru, dan Darah

(NHLBI) di Amerika, bahwa tekanan darah 140/90 mmHg dan selebihnya

Page 4: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

12

 

tergolong tinggi, sedangkan antara 120/80 dan 139/89 mmHg dikatakan

prahipertensi.

Aliran darah berkorelasi secara langsung dengan perbedaan tekanan

darah antara dua titik dalam sirkulasi. Jika tekanan darah naik, aliran darah

tambah cepat dan bila tekanan darah turun, aliran darah melambat

(Tambayong, 1999).

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat spygmomanometer

(tensimeter) dan stetoskop. Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan

menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa

adalah jenis spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana

detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan

tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik.

Spygmomanometer aneroid prinsip penggunaannya yaitu menyeimbangkan

tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan

udara didalamnya. Spygmomanometer elekrtonik merupakan pengukur tekanan

darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang

menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga relatif rendah. Sebelum

mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu: jangan minum kopi

atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan, duduk bersandar

selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan

jantung (istirahat), memakai baju lengan pendek, kemudian buang air kecil

dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi

hasil pengukuran (Sustrani, 2004).

Page 5: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

13

 

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah

istirahat yang cukup, yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit.

Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali

atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus cocok dengan ukuran

lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80 % lengan atas dan lebar

manset paling sedikit 2/3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus

2 cm diatas fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop. Sebaiknya

disediakan barbagai ukuran manset untuk dewasa, anak dan orang gemuk.

Balon dipompa sampai ke atas tekanan diastolik kemudian tekanan darah

diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung.

Tekanan sistolik tercatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (kortokoff 1)

sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar lagi (kortokoff

V). Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan, pada

posisi berbaring atau duduk. (Arijatmo, 2001).

B. Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada

populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Sidabutar dan Wiguno (1990) hipertensi menurut

penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu: hipertensi essensial/primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak

Page 6: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

14

 

diketahui penyebabnya atau idiopatik. Hipertensi primer meliputi lebih kurang

90 % dari seluruh hipertensi dan 10 % merupakan hipertensi sekunder.

Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor

meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat

berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit

hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang terkadang muncul

menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama,

hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,

dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina

dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi

pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)

kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana

tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50

tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60

tahun (Sadabutar & Wiguno, 1990)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain faktor

yang dapat dimodifikasi (diubah) dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi

(diubah). Untuk faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain: faktor

genetik, umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi

(diubah) meliputi stress, obesitas, merokok dan kebiasaan minum alkohol,

kurang olah raga dan asupan garam (Sidabutar & Wiguno, 1990).

Page 7: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

15

 

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seseorang

dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita

mempunyai 25 % kemungkinan mendapatkannya pula (Sheps, 2005:25).

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.

Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh

degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Kumar &

Vausto, 2005)

Menurut Sarwono dan Waspadji (1998), wanita lebih banyak

mengalami hipertensi daripada laki-laki. Pada wanita hipertensi lebih banyak

disebabkan karena kurang gerak, cendrung lebih banyak diam di rumah.

Sampai usia 60 tahun wanita beresiko lebih tinggi terkena hipertensi

dibandingkan dengan laki-laki.

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivasi

syaraf simpatik yang akan meningkatkan tekanan darah secara intermitten

(tidak menentu). Meskipun dapat dikatakan bahwa stress benar-benar

meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang singkat, reaksi tersebut

lenyap kebali sering dengan menghilangnya penyebab stress. Yang menjadi

masalah adalah jika stress bersifat permanen, maka seseorang akan

mengalami hipertensi terus-menerus sehingga stress menjadi suatu resiko,

kemarahan yang ditekan dapat meningkatkan tekanan darah karena ada

pelepasan adrenalin tambahan oleh kelenjar adrenal yang terus menerus

dirangsang (Sarwono & Waspadji, 1998).

Page 8: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

16

 

Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor dari beberapa

penyakit degenerasi dan metabolit. Lemak tubuh, khususnya lemak pada perut

berhunbungan erat dengan hipertensi. Obesitas merupakan ciri khas penderita

hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi

dan obesitas, namun terbukti bahwa obesitas dengan hipertensi lebih tinggi

daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal. Pada orang yang

terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung lebih tinggi karena seluruh organ

tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih

besar, dikarenakan banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar

lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi (Sarwono &

Waspadji, 1998).

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat

dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko

terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis (Sarwono &

Waspadji, 1998).

Minum alkohol lebih dari takaran yang sedang dapat meningkatkan

tekanan darah dan dapat mempercepat pengaruh penyakit tersebut.

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi

karena olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang

akan menurunkan tekanan darah. Kurang melakukan olah raga akan

meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan asupan garam juga

bertambah maka akan memudahkan terjadinya hipertensi. Olah raga yang

Page 9: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

17

 

teratur dalam jumlah sedang lebih baik daripaa olah raga berat tetapi hanya

sekali (Sarwono & Waspadji, 1998).

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium

di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan

intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi (Widayanto, 2008).

C. Kebiasaan Konsumsi Garam

Kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha

menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur perasaan

(Sunaryo, 2002 ).

Garam atau natrium klorida adalah zat yang penting bagi kesehatan.

Setiap sel dalam tubuh membutuhkan natrium untuk mengatur keseimbangan

cairan serta mengatur saraf dan otot agar berfungsi dengan baik Terlalu sedikit

garam dapat menyebabkan gangguan mental, ketidakmampuan berkonsentrasi

dan dalam kasus yang ekstrim bisa berakibat fatal mengalami hiponatremia.

Namun, terlalu banyak natrium dalam makanan dapat menyebabkan masalah

kesehatan. Ini adalah salah satu resiko yang berkontribusi terhadap tekanan

darah tinggi, yang secara substansi dapat meningkatkan penyakit jantung atau

stroke (Gustia, 2009) .

Page 10: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

18

 

Menurut Suhardjo dan Kusharto (1992), tubuh manusia mengandung

1,8 gram natrium (Na) perkilogram berat badan bebas lemak, dimana sebagian

besar terdapat dalam cairan ekstra seluler. Kandungan natrium dalam plasma

sekitar 300-355 mg/100 ml. Karena natrium merupakan keton utama dari

cairan ekstraseluler, pengontrolan osmolaritas dan volume cairan tubuh sangat

tergantung pada ion natrium dan rasio natrium terhadap ion lainnya.

Natrium mampu membuat membran sel menjadi permeabel,

sementara itu transmisi syaraf dan kontraksi otot melibatkan pertukaran

natrium ekstraseluler dan kalium ekstraseluler. Hanya sejumlah kecil natrium

berada dalam intraseluler. Dalam tulang natrium terikat pada semua

permukaan kristal tulang. Jumlah natrium dalam tulang kira-kira sebanyak 30–

40 % dari total natrium tubuh. Metabolisme natrium terutama diatur oleh

aldosteron suatu hormon korteks adrenal yang meningkatkan reabsorbsi

natrium dari ginjal. Bila hormon itu tidak ada maka ekskresi natrium

bertambah dan akan timbul tanda-tanda defisiensi. Bahan pangan nabati

mengandung lebih sedikit natrium dibandingkan bahan pangan hewani.

Pangan hasil olahan (processed foods) pada umumnya mengandung natrium

yang tinggi karena senyawa-senyawa natrium digunakan dalam pengawetan,

pengempukan dan pemberian rasa (Suhardjo & Kusharto, 1992).

Natrium tidak hanya berasal dari natrium yang terdapat secara alami

dalam makanan, tetapi juga berasal dari makanan yang diawetkan dan

makanan yang diproses dengan memasak. Kebanyakan orang menambahkan

Page 11: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

19

 

garam atau berbagai bentuk bumbu yang mengandung natrium untuk

penyedap rasa (Kim, et al., 2007).

WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur

hingga 6 gram sehari setara dengan 2400 mg Natrium (Atmatsier, 2004:64).

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah. Telah

ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah ketika semakin tua, yang

terjadi pada semua masyarakat, merupakan akibat dari banyaknya garam yang

dimakan. Masyarakat yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola

makannya juga adalah masyarakat dengan tekanan darah yang meningkat

seiring bertambahnya usia. Sebaliknya, masyarakat yang konsumsi garamnya

rendah menunjukkan hanya mengalami peningkatan tekanan darah yang

sedikit, seiring dengan bertambahnya usia. Terdapat bukti bahwa mereka yang

memiliki kecenderungan menderita tekanan darah tinggi secara keturunan

memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan garam dari

tubuhnya (Beevers, 2002: 35).

Beberapa bahaya konsumsi garam berlebih terutama pada penderita

tekanan darah tinggi antara lain: edema (penumpukan cairan di jaringan

tubuh) pada kegagalan jantung; nephritis, nephrosis, cirrhosis; premenstrual

tension (ketegangan premenstruasi) dan reducing diet (makanan untuk

menguruskan badan) (Liwijaya & Kuntaraf, 1997). Garam natrium terdapat

secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan pada waktu memasak

atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak

mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Garam

Page 12: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

20

 

Natrium yang ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan, yaitu:

natrium chlorida atau garam dapur, mono-natrium glutamat atau vetsin,

natrium Bikarbonat atau soda kue, natrium Benzoat untuk mengawetkan buah,

dan natrium bisulfit atau senyawa yang digunakan untuk mengawetkan daging

seperti corned beef (Kurniawan, 2002).

Darah mengandung 0,9% NaCl. Natrium bersama klorida yang

terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh

mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah.

Manusia memerlukan sekitar 200-500 mg natrium setiap hari untuk menjaga

kadar garam dalam darah agar tetap normal, sehingga tubuh tetap sehat.

Konsumsi garam berlebih dapat berakibat fatal, sebab natrium bekerja

menahan air di dalam tubuh, sehingga volume darah yang beredar akan

meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Garam bersifat

higroskopis atau mudah menyerap air, jika konsumsi berlebih, konsentrasi

garam dalam cairan akan meningkat (Widayanto, 2008).

Data menurut WHO menyebutkan, 100 juta orang di China mengidap

tekanan darah tinggi. Jumlah ini bertambah 3 juta orang setiap tahun, sekitar

15 juta orang dari mereka meninggal akibat penyakit jantung. Menurut

penelitian konsumsi garam tertinggi ditemukan di Jepang utara, yakni 28

gram/orang/hari sebanyak 38% penduduk mengalami tekanan darah tinggi.

Sebaliknya penduduk Alaska yang mengkonsumsi garam hanya 4 gram/hari

sangat jarang yang mengalami tekanan darah tinggi (Widayanto, 2008).

Page 13: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

21

 

Bukti yang melibatkan natrium diet dalam patogenesis tekanan darah

tinggi (Kaplan, 1991):

1) Dalam populasi dengan sedikit atau tanpa hipertensi, masukan natrium

rendah, kebanyakan di bawah 70 mEq/hari. Populasi berikut bertindak

sebagai contoh: Indian, Yanomamo Brazil (1 mEq/hari); pulau

Solomon (10-20 mEq/hari); Samburu, Uganda (50 mEq/hari).

2) Dalam populasi, prevalensi hipertensi cenderung berhubungan dengan

tingkat masukan natrium.

3) Konsentrasi natrium meningkat di dalam pembuluh darah dan sel darah

pasien hipertensi.

4) Awal perjalanan hipertensi primer, curah jantung cenderung meningkat,

yang dapat mencerminkan peningkatan volume cairan tubuh.

5) Pembatasan natrium akan merendahkan tekanan darah yang meningkat.

6) Pada hewan yang dipredisposisi secara genetic ke hipertensi, masukan

natrium meningkatkan tekanan darah lebih dini atau lebih besar

pemaparan, lebih besar kemungkinan hipertensi.

Penderita tekanan darah tinggi perlu membatasi asupan garam karena

kandungan mineral natrium (sodium) di dalamnya memegang peranan penting

terhadap timbulnya peningkatan tekanan darah. Natrium dan klorida

merupakan ion utama ion ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstra seluler meningkat.

Untuk mengembalikan konsentrasi normal, cairan intraseluler ditarik keluar,

sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Volume darah pun ikut

Page 14: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

22

 

meningkat sehingga meningkat pula kerja jantung yang berakibat pada

meningkatnya tekanan darah.

Di samping meningkatkan tekanan darah asupan garam berlebih juga

mempunyai efek merugikan lainnya. Asupan garam yang tinggi

membahayakan sistem kardiovaskuler diantaranya meningkatkan massa

ventrikel kiri, mengentalnya dan kekakuan saluran arteri dan resistensi

mengental dan mempersempit arteri, termasuk arteri koroner dan ginjal.

Kemudian menigkatkan jumlah stroke, tingkat keparahan gagal jantung, dan

mempercepat laju kerusakan ginjal. Efek dari asupan garam selain pada sistem

kardiovaskuler diantaranya pada metabolisme kalsium dan tulang, yang

mendasarai temuan bahwa pada wanita paska menopause asupan garam

mempengaruhi kepadatan tulang femur dan panggul. Diet garam dapat

mengendalikan kejadian karsinoma lambung dan ada beberapa bukti yang

menunjukkan bahwa garam berhubungan dengan tingkat keparahan asthma

pada laki-laki (Wardner & Gegor, 2002).

Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam

dapur), penyedap masakan (monosodium glutamat atau MSG), dan sodium

karbonat. Bahan makanan yang mengandung natrium tinggi antara lain keju,

margarine dan mentega. Konsumsi garam dapur (mengandung yodium) yang

dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.

Departemen Kesehatan RI menyarankan diet rendah garam dengan aturan: diet

ringan (konsumsi garam: 3,75–7,5 gram/hari), diet menengah 91,25-3,75

gram/hari), dan diet berat (kurang dari 1,25 gram/hari). Sedangkan menurut

Page 15: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

23

 

WHO, konsumsi natrium disarankan 2.400 mg/hari (setara dengan satu sendok

teh), dan menurut Dietary Approach for Stop Hypertension (DASH)

mengambil jalan tengah dengan menetapkan asupan natrium terbatas 1.500

mg/hari (Martuti, 2009).

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan

memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang

(merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung

sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa.

Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk

menghindari penggunaan garam yang berlebih (Martuti, 2009).

Kebiasaan konsumsi garam merupakan bentuk perilaku dan salah satu

faktor penyebab peningkatan tekanan darah yang dapat dimodifikasi (diubah).

Menurut teori model adaptasi Sr. Callista Roy, dalam Mubarak dan Chayatin,

(2005), model adaptasi merupakan filosofi yang menyebutkan tentang

bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatan dengan cara

mempertahankan perilaku adaptif. Manusia adalah holistic adaptive system

yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi

Menurut Callista Roy, dalam George (1995) model konseptual

keperawatan ada 4 elemen yang penting, yaitu manusia, lingkungan, kesehatan

dan keperawatan. Untuk elemen yang berpengaruh terhadap faktor kebiasaan

konsumsi garam adalah pada manusia. Karena kebiasaan merupakan suatu

bentuk perilaku manusia. Perilaku dari pandangan biologis adalah kegiatan

atau aktifitas manusia itu sendiri.

Page 16: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

24

 

1. Manusia

Roy mengatakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.

Manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif

yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.

Sistem model adaptif pada manusia mempunyai tiga tingkatan: fokal

stimulus, contekstual stimulus, dan residual stimulus. Fokal stimulus yaitu

stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan mempunyai

pengaruh kuat terhadap seseorang individu. Kontekstual stimulus

merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, baik stimulus internal

maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, diobservasi, dan diukur secara

subjektif. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri

tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian

dengan lingkungan yang sulit dilakukan observasi (George, 1995).

Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah

karakterisitik sistem. Jadi, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang

saling berhubungan antar unit fungsional secara secara keseluruhan atau

beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem,

manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses kontrol, output

dan umpan balik atau feedback (George, 1995).

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan

menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu

itu sendiri. Input termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan

baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal

Page 17: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

25

 

yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus

manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya

dilakukan (George, 1995).

Dalam George (1995) proses kontrol manusia sebagai suatu sistem

adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu: subsistem

regulator dan subsistem kognator. Subsistem regulator adalah gambaran

respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem syaraf, kimia tubuh,

dan sistem endokrin. Sedangkan subsistem kognator adalah gambaran

respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk di

dalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan

dan emosional yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari

bantuan. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam

hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Yang termasuk mode fungsi

fisiologi, yaitu yang berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy

mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi

untuk mempertahankan integritas, yaitu: oksigenasi, nutrisi, eliminasi,

aktifitas dan istirahat, proteksi atau perlindungan, perasaan, cairan dan

elektrolit, fungsi syaraf, fungsi endokrin. Mode Konsep diri berhubungan

dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan

spiritual manusia. Mode fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang

berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola

interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain. Interdependensi

Page 18: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

26

 

merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola kasih sayang, cinta

yang terjadi melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu

maupun kelompok.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon

adaptif dan respon maladaptif/inefektif. Respon-respon adaptif itu

mempertahankan atau meningkatkan integritas. Integritas manusia

ditunjukkan ketika manusia tersebut dapat mencapai tujuan dalam hal

kelangsungan kehidupan, pertumbuhan/perkembangan, reproduksi, dan

penguasaan. Sedangkan respon yang inefektif atau maladaptif itu dapat

mengganggu integritas (George, 1995).

Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih

lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sistem (George, 1995).

Salah satu faktor penyebab peningkatan tekanan darah yang dapat

dimodifikasi atau diubah adalah konsumsi garam. Kebiasaan konsumsi

garam pada manusia dapat dikendalikan melalui suatu proses yang adaptif

pada diri manusia itu sendiri (melalui fokal stimulus, kontekstual stimulus,

dan residual stimulus). Jika manusia mampu beradaptasi dengan koping

mekanisme yang adaptif (melalui subsistem regulator dan kognator) maka

akan dapat mempertahanakan atau meningkatkan integritas hidup seperti

dalam hal mempertahankan kehidupan dan mencapai status kesehatan yang

baik, salah satu contoh yaitu dalam mempertahankan tekanan darah yang

normal yaitu pembatasan konsumsi garam yang berlebih (output) (George,

1995).

Page 19: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

27

 

2. Lingkungan

Stimulus dari dalam manusia dan di luar manusia merupakan

elemen dari lingkungan. Menurut Roy, lingkungan adalah semua kondisi,

keadaan, dan pengaruh yang mengelilingi dan mempengaruhi

perkembangan dan perilaku manusia atau kelompok (George, 1995).

3. Kesehatan

Menurut Roy dalam George (1995), kesehatan didefinisikan

sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi

secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara

tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu

kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan

potensi manusia. Integritas manusia itu dinyatakan sebagai kemampuan

untuk memenuhi tujuan hidup, perkembangan, reproduksi dan penguasaan.

4. Perawatan

Menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek.

Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan

menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status

kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan

pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang.

Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek

dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan

untuk mempengaruhi kesehatan secara positif (George, 1995).

Page 20: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

28

 

Keperawatan terdiri dari dua yaitu: tujuan keperawatan dan

aktifitas keperawatan. Menurut Roy, tujuan dari keperawatan adalah

meningkatkan respon adaptif dihubungkan dengan empat mode adaptasi.

Respon adaptif merupakan pengaruh positif kesehatan. Stimulus dan

tingkat adaptasi manusia menentukan apakah suatu respon positif terhadap

stimulus internal maupun eksternal. Keperawatan berusaha mengurangi

respon inefektif dan meningkatkan respon adaptif sebagai output.

Sedangkan aktifitas keperawatan atau intervensi digambarkan oleh

meningkatnya respon adaptif pada manusia dalam situasi sehat atau sakit.

Sebagai aturan, pendekatan ini di identifikasi sebagai tindakan yang

dilakukan perawat untuk mengelola stimulus fokal, kontekstual, dan

residual (George, 1995).

Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon sekunder yang

tidak efektif pada rangsang yang sama pada keadaan tertentu. Perawat juga

dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan memperkuat

regulator, kognator dan mekanisme koping (George, 1995).

Page 21: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

29

 

E. Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang mempengaruhi

tekanan darah:

Keterangan:

Tidak diteliti

Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori

Modifikasi teori Sr. Callista Roy (Mubarok & Chayatin, 2009 ; Ailiyun,

2009).

Faktor nonadaptasi:

1. Usia

2. Keturunan

3. Jenis kelamin

Kebiasaan Konsumsi Garam Berlebih

Tekanan Darah

Faktor adaptasi :

1. Stress

2. Obesitas

3. Kurang olah raga

4. Merokok

5. Minuman Alkohol

6. Konsumsi garam

 

Page 22: jhptump-a-meidalaely-157-2-babii

30

 

F. Kerangka Konsep

Variabel independent

Variabel dependent

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal

yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut yang sering dituntut untuk

melakukan pengecekannya (Riwidikdo, 2009). Hipotesis penelitian ini adalah:

”Ada hubungan kebiasaaan konsumsi garam dan usia dengan tekanan darah di

desa Tipar Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas”.

Tekanan Darah

Kebiasaan Konsumsi Garam:

• Frekuensi konsumsi garam

• Jumlah konsumsi garam

Usia