jurnal.doc

19
Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN DIET DAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Sri Utami, M.Kes 1 Abstrak Penyakit ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan design Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah pasien rata-rata perhari 35–40 orang pasien. dengan tehnik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X 2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X 2 hitung = 1,125 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan tidak ada pengaruh antara umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X 2 hitung = 7,731 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X 2 hitung = 6,013 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X 2 hitung = 6,484 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan 1 Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan 1

Transcript of jurnal.doc

Page 1: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN DIET DAN ASUPAN CAIRAN PADA PASIEN

GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Sri Utami, M.Kes1

Abstrak

Penyakit  ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan design Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan jumlah pasien rata-rata perhari 35–40 orang pasien. dengan tehnik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 1,125 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan tidak ada pengaruh antara umur terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 7,731 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara sikap terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 6,013 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan ; pengaruh kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 6,484 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan df = 1 sehingga dinyatakan ada pengaruh antara kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan dan mayoritas responden mempunyai kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan, sedangkan hanya minoritas responden dengan kategori tidak patuh. Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang telah ditetapkan.

Kata Kunci : Kepatuhan, diet, asuhan cairan

1 Staf Pengajar Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

1

Page 2: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Pendahuluan

Penyakit  ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi kesehatan masyarakat di

dunia. Menurut WHO (2002) dan Global Burden of Disease (GDB), penyakit ginjal dan saluran

kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke

12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Saat ini terdapat satu juta

penduduk dunia yang sedang menjalani terapi pengganti ginjal dan angka ini terus bertambah

sehingga diperkirakan pada 2010 terdapat dua juta  orang yang menjalani terapi ginjal. (I Gde Raka

Widiana, 2007http://www.majalah-farmacia.com/)

Sedangkan menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2005)

diperkirakan 20 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik. Data tahun

1995-1999 menunjukkan insidens PGK (penyakit ginjal kronik) mencapai 100 kasus per juta

penduduk per tahun di Amerika Serikat. Prevalensi PGK atau yang disebut juga Chronic Kidney

Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya. CDC (Centers for Disease Control) melaporkan bahwa

dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20

tahun, mengalami PGK (penyakit ginjal kronik). Persentase ini meningkat bila dibandingkan data

pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Di negara-negara berkembang, insiden ini diperkirakan

sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian

nefrologi, diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai

200-250 kasus per juta penduduk. (Bakri, 2005). PGK (Penyakit Ginjal Kronik) yang tidak

ditatalaksana dengan baik dapat memburuk ke arah penyakit ginjal stadium akhir atau dikenal

sebagai ESRD (End Stage Renal Disease). Stadium akhir ini yang juga disebut sebagai gagal ginjal,

membutuhkan terapi pengganti ginjal permanen berupa dialysis (Hemodialisa dan Peritoneal

Diaslisis) atau transplantasi ginjal.

Hemodialisa merupakan pengobatan untuk mengganti sebagian faal ginjal pada keadaan

gagal ginjal, sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup

pada penderita gagal ginjal kronik. Pada proses ini zat-zat yang tidak diperlukan tubuh, yang dapat

meracuni tubuh dan seharusnya dapat keluar bersama urin, “dibersihkan” melalui penggunaan mesin

dan ginjal buatan (dialiser).

Hemodialisa dapat digunakan untuk gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik. Bagi

penderita gagal ginjal kronik hemodialisa akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa

tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya

2

Page 3: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

aktifitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta

terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang

hidupnya (biasanya 2-3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai

mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. (Brunner, 2001;1398).

Gagal ginjal kronik berat yang mulai perlu dialisa/dialysis adalah penyakit ginjal kronik yang

mengalami penurunan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 15 ml/menit.

Sedangkan yang belum perlu dialysis adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami penurunan

fungsi ginjal dengan LFG 15-30 ml/menit. Pada keadaan ini pasien hanya mendapat pengobatan

berupa diet dan medikamentosa agar fungsi ginjal dapat dipertahankan dan tidak terjadi akumulasi

toksin sisa metabolisme dalam tubuh. (Cahyaningsih, 2008)

Menurut Bakri dalam Jurnal Medika Nusantara tahun 2005, diseluruh dunia, terdapat sekitar

satu juta orang penderita PGK yang menjalani terapi pengganti ginjal (dialisis atau transplantasi)

pada tahun 1996. Jumlah ini akan meningkat menjadi dua juta orang pada tahun 2010. Laporan

USRDS (The United States Renal Data System) pada tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan

populasi penderita dengan ESRD di Amerika Serikat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Prevalensi penderita ESRD pada tahun 2005 mencapai 1.569 orang per sejuta penduduk. Nilai ini

mencapai 1.5 kali prevalensi penderita ESRD pada tahun 1995.

Sedangkan data yang diperoleh dari RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien yang

menjalani hemodialisa pada tahun 2007 berjumlah 127 orang, tahun 2008 berjumlah 166 orang, serta

bulan januari-februari tahun 2009 berjumlah 196 orang.

Meskipun pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awal menjalani hemodialisa (HD) sudah

diberikan penyuluhan kesehatan mengenai pembatasan diet dan asupan cairan, akan tetapi pada

terapi HD berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan keluhan sesak napas (akibat

kelebihan volume cairan tubuh yaitu kenaikan berat badan melebihi 5 % dari berat badan kering

pasien/Dry Weight : berat badan dimana pasien merasa enak, tidak ada edema ekstremitas, tidak

merasa melayang dan tidak merasa sesak ataupun berat, nafsu makan baik, tidak anemis) dan gejala

uremik (mual serta muntah, anoreksia berat, peningkatan latergi, konfusi mental).

Menurut Neil Niven yang dikutip dari Dunbar & Stunkard (1979) mengemukakan bahwa

saat ini ketidakpatuhan pasien telah menjadi masalah serius yang dihadapi tenaga kesehatan

professional. Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif

atau prefentif, jangka panjang atau jangka pendek.

3

Page 4: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik

dengan hemodialisa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh,

dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang cepat (melebihi 5 %), edema, ronkhi basah dalam

paru-paru, kelopak mata yang bengkak dan sesak nafas yang diakibatkan oleh volume cairan yang

berlebihan dan gejala uremik. (Brunner, 2002)

Dari hasil penelitian Akhmad Sapri (2008) bahwasanya 67,3 % penderita yang patuh dan

32,7 % penderita yang tidak patuh dalam mengurangi asupan cairan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti selama sehari pada tanggal 10 juni

2010, di ruangan Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, ditemukan 3 dari 10 orang pasien

mengalami berat badan berlebih/naik dan 1 orang mengalami gejala uremik yang mengakibatkan

jadwal hemodialisis biasanya seminggu 2 kali, meningkat menjadi 3 kali seminggu. Enam orang

pasien mengalami berat badan tetap. Sedangkan untuk usia pasien yang menjalani hemodialisa

berkisar dari 40 tahun sampai 60 tahun keatas. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat

ruang hemodialisa diketahui bahwa kepatuhan pasien dalam pembatasan diet dan asupan cairan

dirasakan masih kurang. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik meneliti faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang mungkin

timbul antara orang dengan latar belakang atau karakteristik fisiologis yang berbeda, sebagai

sumbangan alternatif pemecahan masalah pada pasien.

Metode Penelitian

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUP Haji Adam Malik Medan

tahun 2010.

4

Page 5: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Variabel Independen Variabel Dependen

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil UkurSkala Ukur

1.Independena.Pendidikan

kesehatanPemberian informasi kesehatan tentang pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani hemodialisa yang diberikan oleh tenaga kesehatan profesional

Kuesioner Mengisi kuesioner

-Mengerti baik 76%-100%

-Cukup mengerti 56%-75%

-Kurang mengerti <56%

Ordinal

b.Umur Lamanya hidup pasien yang menjalani hemodialisa dari lahir hingga sekarang berdasarkan tanggal kelahiran

Identitas responden

Mengisi lembar identitas

-40-50 tahun- > 50 tahun

Nominal

c.Sikap Pergerakan seseorang untuk bertindak dalam mematuhi pembatasan diet dan asupan cairan

Kuesioner Mengisi kuesioner

-Positif >50%-Negatif ≤50%

Nominal

d.Dukungan keluarga

Peran serta keluarga dalam pelaksanaan program pembatasan diet dan asupan cairan

Kuesioner Mengisi kuesioner

- Baik apabila responden menjawab Ya >50%

- Buruk apabila responden menjawab Ya ≤50%

Nominal

e.Kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan

Gambaran hubungan pasien dengan tenaga kesehatan

Kuesioner Mengisi kuesioner

- Baik apabila responden men-jawab Ya >50%

- Buruk apabila responden menjawab Ya ≤50%

Nominal

2.Dependena.Kepatuhan Perilaku pasien GGK

dengan hemodialisa dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang sesuai dengan

Kuesioner Mengisi kuesioner

- Patuh apabila responden menjawab Ya 100%

- Tidak patuh

Nominal

5

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada penderita GGK yang menjalani hemodialisis : Pendidikan kesehatan Usia/Umur Sikap Dukungan Keluarga Kualitas Interaksi dengan tenaga

Kesehatan

Kepatuhan dalam pembatasan Diet dan Asupan Cairan.

Page 6: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil UkurSkala Ukur

ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan dan rutin menjalaninya

apabila responden menjawab Ya < 100%

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional yaitu suatu

metode yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan

pada saat bersamaan (sekali waktu) dengan jenis penelitian deskriptif analitik yang

mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal

kronik di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan.

Penelitian dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan dilakukan

mulai bulan Juli 2010.

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu.

(Sastroasmoro, 2008)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa pada bulan Juli 2010 di Ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan, dengan

jumlah pasien rata–rata perhari 35-40 orang pasien.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap

dapat mewakili populasinya. (Sastroasmoro, 2008)

Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Purposive sampling yaitu suatu tekhnik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti, yaitu dibatasi waktu pada bulan juli 2010 dengan jumlah target responden 40 orang

pasien.

Kriteria sampel :

a. Pasien gagal ginjal kronik dengan GFR (Glomerular Filtration Rate) < 15 ml/mnt-5 ml/mnt

yang sudah menjalani hemodialisa > 1 kali.

b. Umur ≥ 40 tahun

c. Bisa diajak berkomunikasi dengan baik.

Adapun penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus :

n =

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

6

Page 7: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

d = Tingkat signifikansi/tingkat kesalahan yang dipilih (d= 0,05)

Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan

sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti terhadap

sasarannya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Litbang Keperawatan, Medikal Record,

di RSUP H. Adam Malik Medan.

Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dalam penelitian ini merupakan data

primer. Sebelum responden mengisi kuesioner, responden diminta kesediaannya untuk

menyatakan persetujuannya menjadi responden dalam penelitian ini, yang dilampirkan bersama

dengan kuesioner yang dibagikan. Setelah semua pertanyaan dijawab, peneliti mengumpulkan

kembali lembar jawaban responden dan mengucapkan terima kasih atas kesediaannya menjadi

responden.

Setelah data terkumpul dilakukan beberapa proses yaitu :

1. Editing

Yaitu dilakukan pengecekan kelengkapan pada data yang telah terkumpul. Bila terdapat

kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksanya

dan melakukan pendataan ulang.

2. Coding

Yaitu pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk mempermudah

dimasukkan ke dalam tabel.

3. Tabulating

Yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan data, serta pengambilan kesimpulan,

data dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4. Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis ini untuk mendiskripsikan atau menjelaskan distribusi masing-masing variabel

yang diteliti yaitu ; pendidikan kesehatan, umur, sikap, dukungan keluarga, kualitas

interaksi dengan tenaga kesehatan, serta kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan

cairan dalam bentuk distribusi.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam

pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisa. Uji

yang digunakan adalah uji statistic Chi-Square dengan batas kemaknaan α = 0,05.

Apabila nilai p < α maka penghitungan statistik bermakna, dan apabila p > α maka

penghitungan statistik tidak bermakna (Notoatmodjo, 2006: 188)

7

Page 8: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Hasil Dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian kepada 40 responden pasien gagal ginjal kronik dari tanggal

12 Juli sampai dengan 31 Juli 2010. Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal

kronik di ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Kesehatan di Ruang

Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010

Pendidikan Kesehatan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

MengertiCukup mengerti

328

8020

Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa mayoritas responden telah mengerti tentang

pembatasan diet dan asupan cairan.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010

UmurFrekuensi

(n)Persentase

(%)40-50 tahun>50 tahun

1822

4555

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa lebih banyak responden yang berumur diatas 50 tahun

dibandingkan responden yang berumur dibawah 50 tahun.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)PositifNegatif

355

87,512,5

Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa mayoritas responden bersikap Positif tentang

pembatasan diet dan asupan cairan.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010

Dukungan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

8

Page 9: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

BaikBuruk

364

9010

Dari tabel 4 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai dukungan

keluarga yang baik dalam pembatasan diet dan asupan cairan.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Interaksi Dengan Tenaga Kesehatan di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010

Kualitas Interaksi dengan Tenaga

Kesehatan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Baik 33 82,5Buruk 7 17,5

Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai kualitas interaksi

dengan tenaga kesehatan baik dalam pembatasan diet dan asupan cairan.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010

Kepatuhan Dalam

Pembatasan Diet dan Asupan

Cairan

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Patuh 23 57,5Tidak Patuh 17 42,5

Dari tabel 6 diatas diketahui bahwa mayoritas responden patuh dalam pembatasan diet

dan asupan cairan.

Tabel 4.7 Pengaruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan Juli 2010.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

KepatuhanJumlah

P valuePatuh Tidak Patuh

f % F % F %a. Pendidikan Kesehatan

MengertiCukup mengertiKurang mengerti

2210

552,50

1070

2517,5

0

3280

80200

0,004

Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 8,286 α = 0,05 df = 1

b. Umur40-50 Tahun> 50 Tahun

1211

3027,5

611

1527,5

1822

4555 0,289

9

Page 10: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 1,125 α = 0,05 df = 1

c. SikapPositifNegatif

230

57,50

125

3012,5

355

87,512,5 0,005

Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 7,731 α = 0,05 df = 1

d. Dukungan KeluargaBaikBuruk

230

57,50

134

32,510

364

9010 0,014

Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 6,013 α = 0,05 df = 1

e. Kualitas interaksi dengan tenaga kesehatanBaikBuruk 22

1552,5

116

27,515

337

82,517,5

0,011

Jumlah 23 57,5 17 42,5 40 100X2 = 6,484 α = 0,05 df = 1

Pembahasan

1. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Pendidikan Kesehatan

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai pendidikan kesehatan

baik, hanya minoritas responden yang mempunyai pendidikan kesehatan dengan kategori cukup.

Dari hasil signifikansi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet

dan asupan cairan diperoleh angka X2 hitung = 8,286 dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

dan df = 1 sehingga didapatkan X2 hitung > X2 tabel, dimana X2 tabel = 3,84 atau P < 0,05 maka

Ho ditolak, Ha diterima. Sehingga dinyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan.

2. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Umur

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur diatas 50 tahun, sedangkan

hanya minoritas responden yang berumur 40-50 tahun. Dengan demikian sebagian besar

umur pasien yang menjalani cuci darah yaitu diatas 50 tahun. Hal ini dikarenakan semakin

tua umur seseorang, maka fungsi organ-organ tubuhnya (ginjal) semakin berkurang.

3. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Sikap

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden bersikap positif dalam pembatasan

diet dan asupan cairan. Sedangkan hanya minoritas responden yang bersikap negatif. Dengan

demikian sebagain besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa bersikap

positif.

4. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Dukungan Keluarga

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapat dukungan keluarga dengan

kategori baik. Sedangkan hanya minoritas responden yang mendapat dukungan keluarga

10

Page 11: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

dengan kategori buruk. Dengan demikian sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa

di RSUP H. Adam Malik mempunyai dukungan keluarga yang baik.

5. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet dan Asupan Cairan Berdasarkan Kualitas Interaksi

Dengan Tenaga Kesehatan

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai kualitas interaksi dengan

tenaga kesehatan baik, dan hanya minoritas responden dengan kategori buruk. Dengan

demikian sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisa mempunyai kualitas interaksi

yang baik dengan tenaga kesehatan di ruang hemodialisa RSUP H. Adam Malik Medan.

6. Kepatuhan Dalam Pembatasan Diet Dan Asupan Cairan

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai kepatuhan dalam

pembatasan diet dan asupan cairan, sedangkan hanya minoritas responden dengan kategori

tidak patuh. Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa

di RSUP H. Adam Malik Medan patuh dalam pembatasan diet dan asupan cairan yang telah

ditetapkan.

Kesimpulan Dan SaranKesimpulan 1. Faktor pendidikan kesehatan mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan

asupan cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik

Medan.

2. Faktor umur tidak mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan

cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Faktor sikap mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan cairan

pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Faktor dukungan keluarga mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan

asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUP H. Adam

Malik Medan.

5. Faktor kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan mempengaruhi terhadap kepatuhan dalam

pembatasan diet dan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa di RSUP H. Adam Malik Medan.

Saran

1. Petugas medis ataupun perawat di ruang hemodialisa agar dapat mempertahankan dan

meningkatkan pendidikan kesehatan secara kontinue, serta mampu mempertahankan kualitas

interaksi / komunikasi terapeutik yang telah dijalin dengan pasien secara profesional.

11

Page 12: jurnal.doc

Kultura Volume: 12 No. 1 September 2011

2. Kepada keluarga untuk terus dapat memberikan dukungan baik moril maupun materil serta

respon yang positif kepada pasien.

3. Kepada peneliti lanjutan diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah

responden yang lebih banyak dan dengan tambahan karakteristik umur dibawah 40 tahun.

Daftar Pustaka

Alimun H. Aziz. 2007. Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta.

.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Rineka Cipta. Jakarta

Brunner dan Suddarth, 2005. Keperawwatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2, EGC Jakarta.

Hawari, D. 2001. Manajemen stress, cemas Dan Depresi. FKUI. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Stuart and Sundden, 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi II. EGC. Jakarta.

Sudjana, 2002. Riset Keperawatan. Rineka Cipta. Bandung.

Ocallaghan Chris, 2007. Sistem Ginjal, Edisi II, Penerbit Erlangga, Jakarta

W.Sudoyo, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Politeknik Kesehatan, 2006. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah KTI, Medan.

http ://www.Indonesia.Com.Depresi Gagal Ginjal, Sriwijaya, 2003

http://www.aa-Ginjal.Blogspot.com.2009-08-01-archive.

http://www.Suara_merdeka.Com.Hemodialisa, 2004

12