Kajian Filsafat Lagu Anak

2
KAJIAN FILSAFAT LAGU ANAK-ANAK “GUNDUL-GUNDUL PACUL” KAJIAN ONTOLOGI Secara ontologis, Lirik Lagu “Gundul-gundul Pacul” sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar atau maksud dibalik makna dari baris lirik yang ada pada lagu “Gundul-gundul pacul”. Lagu “Gundul-gundul pacul” terdiri atas 8 baris sajak yang memiliki satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap baris sajak bukan merupakan sajak yang berdiri sendiri-sendiri. Gundul Gundul Pacul yang bermelodi gembira dan hidup diciptakan oleh Sunan Kalijaga bersama teman-temannya pada saat umur Beliau masih remaja sekitar tahun 1400an. Makna filosofis tiap liriknya sebagai berikut. 1. 'Gundul' adalah 'kepala botak tanpa rambut' dan kepala merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut adalah 'mahkota'nya dan keindahannya. 'Gundul' di lagu ini, berarti "kehormatan tanpa mahkota." 2. 'Pacul' adalah cangkul, yaitu alat bertani. Pacul di lagu ini melambangkan rakyat dari kalangan rendah, mayoritas para petani. 3. Jadinya, "Gundul Pacul" sebetulnya berarti "seorang pemimpin sejati bukanlah orang yang diberikan mahkota, namun ia adalah orang yang membawa pacul, bekerja keras untuk kemakmuran rakyatnya atau orang banyak. Menurut orang Jawa, 'pacul' adalah 'papat kang ucul' (empat yang lepas). Kemuliaan seseorang dinilai dari 4 hal, yaitu: a. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat b. Telinga digunakan untuk mendengarkan nasehat c. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan d. Mulut digunakan untuk berbicara yang adil.

description

tentang kandungan filsafat dari lagu anak gundul gundul pacul

Transcript of Kajian Filsafat Lagu Anak

Page 1: Kajian Filsafat Lagu Anak

KAJIAN FILSAFAT LAGU ANAK-ANAK “GUNDUL-GUNDUL PACUL”

KAJIAN ONTOLOGI

            Secara ontologis, Lirik Lagu “Gundul-gundul Pacul” sebagai filsafat dimaksudkan

sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar atau maksud dibalik makna dari baris lirik yang

ada pada lagu “Gundul-gundul pacul”. Lagu “Gundul-gundul pacul” terdiri atas 8 baris sajak

yang memiliki satu kesatuan dasar ontologis maksudnya setiap baris sajak bukan merupakan

sajak yang berdiri sendiri-sendiri.

Gundul Gundul Pacul yang bermelodi gembira dan hidup diciptakan oleh Sunan Kalijaga

bersama teman-temannya pada saat umur Beliau masih remaja sekitar tahun 1400an. Makna

filosofis tiap liriknya sebagai berikut.

1. 'Gundul' adalah 'kepala botak tanpa rambut' dan kepala merupakan lambang

kehormatan dan kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut adalah 'mahkota'nya dan

keindahannya. 'Gundul' di lagu ini, berarti "kehormatan tanpa mahkota."

2. 'Pacul' adalah cangkul, yaitu alat bertani. Pacul di lagu ini melambangkan rakyat

dari kalangan rendah, mayoritas para petani.

3. Jadinya, "Gundul Pacul" sebetulnya berarti "seorang pemimpin sejati bukanlah

orang yang diberikan mahkota, namun ia adalah orang yang membawa pacul, bekerja

keras untuk kemakmuran rakyatnya atau orang banyak.

Menurut orang Jawa, 'pacul' adalah 'papat kang ucul' (empat yang lepas).

Kemuliaan seseorang dinilai dari 4 hal, yaitu:

a. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat

b. Telinga digunakan untuk mendengarkan nasehat

c. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan

d. Mulut digunakan untuk berbicara yang adil.

4. Jika keempat-empat hal di atas terlepas dari manusia, mereka menjadi

'gembelengan', yang artinya sombong, besar kepala, dan bermain-main atau tidak

serius pada saat menggunakan kehormatannya.

5. 'Nyunggi wakul' memiliki arti 'menjunjung amanah rakyat.

6. 'wakul ngglimpang' artinya 'amanah yang jatuh tidak bisa dipertahankan.

7. 'segane dadi sak latar' artinya berantakan sia-sia, tidak berguna untuk rakyat.

Jika disatukan kembali kalimat-kalimat ini menjadi lagu menjadi seperti berikut..

Gundul-gundul pacul cul

Gembelengan

Nyunggi-nyunggi wakul kul

Gembelengan

Wakul ngglimpang

Segane dadi sak latar

Wakul ngglimpang

Page 2: Kajian Filsafat Lagu Anak

Segane dadi sak latar

Jadi, seluruh lagu bermakna:

Menjadi pemimpin itu harus mau bekerja keras dan berkorban untuk rakyat, segala

panca indera digunakan untuk membangun negeri, karena kalau kita sudah

mendapatkan posisi kekuasaan dan kita permainkan kekuasaan kita seenak kita, kita

menjadi tak ada gunanya untuk rakyat kita.