KATA PENGANTAR - ppid2.acehprov.go.id 2010.pdfLKPJ 2010 juga menjadi gambaran realisasi...
Transcript of KATA PENGANTAR - ppid2.acehprov.go.id 2010.pdfLKPJ 2010 juga menjadi gambaran realisasi...
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Mengawali pengantar ini, marilah kita mengucapkan puji dan rasa syukur
kepada Allah SWT, tuhan yang telah menjadikan alam beserta isinya yang menjadi
sumber kehidupan umat manusia. Selawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan
kita, nabi Muhammad SAW, rasul yang telah membawa risalah untuk pedoman hidup
kita di atas permukaan bumi ini. Dengan karunia Allah pulalah kami telah dapat
menyelesaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Aceh tahun
2010 untuk memenuhi kewajiban undang undang sesuai pasal 42 ayat (1) huruf f
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Hal ini juga
terkait pasal 16 dan pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Masyarakat.
Selain itu penyampaian LKPJ ini adalah kewajiban Pemerintah Aceh dalam
melaporkan implementasi Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2010
sebagai penjabaran dari RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Aceh. LKPJ
2010 juga menjadi gambaran realisasi program/kegiatan kerja pada tahun yang
bersangkutan, sebagai hasil kerja Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) dan instansi
vertikal di daerah selama tahun 2010. Program tersebut terdiri dari pelaksanaan urusan
wajib, urusan pilihan, dan urusan wajib lainnya.
Kami atas nama Pemerintah Aceh menyampaikan terima kasih serta memberikan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada pimpinan dan anggota DPRA atas kerjasamanya
selama ini. Hanya dengan kerjasama yang baik antara eksekutif dengan
legislatiflah maka sebuah pemerintahan akan stabil sehingga semua program kerja dapat
dilaksanakan. Demikian juga kepada Satuan Kerja Perangkat Aceh, instansi vertikal dan
pemerintah kabupaten/kota se Aceh yang telah memberikan konstribusi, mulai dari
tahapan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, sampai selesainya penyusunan laporan ini,
kami juga menyampaikan terima kasih.
Di samping, kita mengetahui bahwa rakyat merupakan komponen penting dalam
suatu negara atau daerah. Sebuah daerah yang mencapai kemajuan adalah daerah yang
tinggi tingkat partisipasi rakyatnya. Untuk itu pada tempatnyalah
kami menyampaikan penghargaan atas dukungan dan partisipasi seluruh rakyat dalam
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
ii
penyelenggaraan Pemerintahan Aceh selama tahun 2010. Partisipasi rakyat inilah yang
telah membangkitkan spirit dan inspirasi bagi gubernur dan seluruh jajarannya dalam
memimpin rakyat dan melaksanakan pemerintahan.
Selama kepemimpinan kami yang tenggang waktunya lima tahun, sudah empat
kali kami menyampaikan LKPJ sebagai tanggungjawab konstitusi dan tanggungjawab
moral yang kami sampaikan di depan sidang Dewan yang terhormat. Harapan kami,
hendaknya laporan ini dapat menjadi katalisator sinergisitas serta
terbentuknya garis koherensi antara Gubernur Aceh dengan DPRA dalam pelaksanaan
pemerintahan di daerah. Kerjasama ini sangat penting maknanya bagi kepentingan
daerah ke depan. Kita berharap agar ke depan kerjasama seperti ini senantiasa terbuka
ke arah yang lebih baik, sehingga muncul pula gagasan dan ide baru untuk
penyempurnaan tata hubungan kemitraan antara legislatif dan eksekutif, sebagai bagian
tak terpisahkan dari sistem pemerintahan sesuai dengan amanat UU Nomor 11 tahun
2006. Dengan baiknya hubungan dan kemitraan antara dua lembaga ini, semua program
pembangunan dapat terlaksana dengan maksimal. Dengan demikian tekad kita untuk
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Aceh akan terlaksana dengan
baik pula.
Meskipun laporan ini telah dijadikan sebuah buku yang berisi narasi dan angka-
angka, namun kekurangannya baik bentuk maupun isi tidak dapat kami elakkan.
Betapapun kami telah berusaha untuk lebih baik, namun apa yang kita capai tidaklah
sesempurna yang direncanakan. Tidak satu pun yang sempurna di dunia ini, kecuali
yang datang dari Allah SWT pemilik kesempurnaan itu. Maka, pada tempatnyalah atas
semua yang kita peroleh, kita selalu bersyukur dan berserah diri kepada Allah SWT.
Sekali lagi, taufiq dan hidayah Nya senantiasa kita harapkan. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Banda Aceh, 31 Maret 2011
GUBERNUR ACEH,
IRWANDI YUSUF
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
A. DASAR HUKUM ...........................................................................................................
B. GAMBARAN UMUM DAERAH ..................................................................................
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH ...................................................
A. VISI DAN MISI ..............................................................................................................
B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH ......................................................
C. PRIORITAS DAERAH ..................................................................................................
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ..............
A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH ..............................................................
B. PENGELOLAAN BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH .................................
BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH ..............
A. URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN .............................................................
B. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN .........................................................
BAB V PENELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN ............................................
A. TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA .............................................................
B. TUGAS PEMBANTUAN YANG DIBERIKAN ...........................................................
BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN .....................
A. KERJASAMA ANTAR DAERAH ................................................................................
B. KERJASAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA ................................................
C. KOORDINASI DENGAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH ...............................
D. PEMBINAAN BATAS WILAYAH ..............................................................................
E. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA .......................................
F. PENGELOLAAN KAWASAN KHUSUS .....................................................................
G. PENYELENGGARAAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM ...............
BAB VII PENUTUP ..........................................................................................................
24
7
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. DASAR HUKUM
Provinsi Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
1956 memiliki kewenangan yang luas dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh memberikan
kewenangan kepada Pemerintahan Aceh untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam semua sektor publik kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah. Kewenangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh
harus dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Pasal 42 ayat (1)
huruf f menegaskan salah satu tugas dan wewenang gubernur adalah: “memberikan
laporan keterangan pertanggungjawaban mengenai penyelenggaraan pemerintahan
kepada DPRA”.
Penyelenggaraan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban mengenai
penyelenggaraan Pemerintahan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
(LKPJ) disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) yang
merupakan penjabaran tahunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD), dan disampaikan kepada DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
2
anggaran berakhir. Oleh karena itu LKPJ Gubernur Aceh tahun 2010 ini didasarkan
pada RKPA tahun 2010 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Aceh
Nomor 69 Tahun 2009 tentang Rencana Kerja Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2010.
Dasar hukum penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
Gubernur Aceh Tahun 2010 ini sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom
Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Propinsi Sumatera Utara;
2. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan
Provinsi Daerah Istimewa Aceh;
4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Retribusi Dasar;
5. Undang-Undang 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-Undang;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
Keuangan dan tanggungjawab Keuangan Negara;
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah;
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
13. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Tahun 2005-2025;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang
Dana Perimbangan;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
3
17. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan
Piutang Negara/Daerah;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Masyarakat;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang
Negara/Daerah;
30. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010-2014;
31. Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Tahun 2010;
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
33. Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
4
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja.
34. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 Tahun 2002 tentang Dana
Perimbangan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota.
35. Qanun Aceh Nomor 1 tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh.
36. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 21 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 2007-2012;
37. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 69 Tahun 2009 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Aceh (RKPA) Tahun 2010.
II. GAMBARAN UMUM DAERAH
1. Kondisi Georafis Daerah
Secara Geografis Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera, yaitu pada posisi
20-60 lintang utara dan 950-980 Bujur Timur. Posisi tersebut sangat strategis sebagai
pintu gerbang lalu lintas perdagangan dan kebudayaan yang menghubungkan
belahan dunia timur dan barat. Ibu Kota Aceh adalah Banda Aceh dengan luas
wilayah 57.948,94 Km2 (12,26% dari luas pulau Sumatera), dengan batas
wilayahnya sebagai berikut:
- Sebelah utara dengan Selat Malaka,
- Sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara,
- Sebelah barat dengan Samudera Indonesia, dan
- Sebelah timur dengan Selat Malaka.
Aceh terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, dengan perincian 276 kecamatan, 754
mukim dan 6.423 gampong. Secara Topografi Aceh terdiri dari 47,58% wilayahnya
bergunung, 24,63% dataran, 10,25% berbukit, 10,55% berombak dan selebihnya
bergelombang. Kalau diklasifikasan dalam bentuk slope (kelerengan), maka
persentasenya adalah : < 2% dataran, 2-8% berombak, 8-15% bergelombang, 15-25
% berbukit dan > 25% bergunung. Adapun luas daratan Aceh menurut penggunaan
lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
5
Tabel 1
Luas Daratan Aceh Menurut Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase
1 2 3 4
1 Perkampungan 117.589 2,03
2 Industri 3.928 0,07
3 Pertambangan 115.049 1,99
4 Persawahan 311.872 5,38
5 Pertanian tanah kering semusim 137.672 2,38
6 Kebun 305.599 5,27
7 Perkebunan
- Perkebunan Besar
- Perkebunan Rakyat
200.680
699.401
3,46
12,07
8 Padang
(padang Rumput, alang-alang,
semak)
229.726
3,96
9 Hutan (Lebat,belukar,sejenis) 2.483.080 42,85
10 Perairan Darat
(Kolam air tawar, tambak,
Penggaraman, waduk, danau,
rawa)
204.292
3,53
11 Tanah terbuka (tandus, rusak,
land clearing)
44.439 0,77
12 Lain-lain 941.567 16,25
Jumlah 5.794.894 100 Sumber :
1. Badan Pertanahan Nasional Aceh (2009)
2. Badan Pusat Statistik Aceh (BPS), Aceh Dalam Angka, 2010
2. Gambaran Umum Demografis
Jumlah penduduk Aceh berdasarkan proyeksi tahun 2010 adalah sebesar
4.951.630 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah
Kabupaten Aceh Utara yaitu 538.999 jiwa dan yang memiliki jumlah penduduk
terkecil adalah Kota Sabang yaitu 37.427 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di Aceh bervariasi, Kota Banda Aceh memiliki
tingkat kepadatan tertinggi yaitu 3.459 jiwa/km2, sedangkan Kabupaten Gayo Lues
memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu 13 jiwa/km2. Secara rinci tingkat
kepadatan penduduk Aceh dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
6
Tabel 2
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Aceh
No Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(Ha)*)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)*)
Kepadatan
(Jiwa/Km)
1 2 3 4 5
1 Aceh Selatan 385.169 212.150 56
2 Aceh Tenggara 423.141 211.831 42
3 Aceh Timur 604.060 407.711 56
4 Aceh Tengah 431.514 197.258 44
5 Aceh Barat 292.795 174.415 54
6 Aceh Besar 296.900 361.383 105
7 Pidie 285.652 444.570 135
8 Aceh Utara 328.883 538.999 165
9 Simeulue 167.800 87.345 40
10 Aceh Singkil 259.700 117.157 39
11 Bireuen 194.696 402.040 189
12 Aceh Barat Daya 233.401 130.818 53
13 Gayo Lues 571.957 149.158 13
14 Aceh Jaya 381.700 83.043 22
15 Nagan Raya 333.124 147.724 32
16 Aceh Tamiang 193.972 283.857 125
17 Bener Meriah 145.734 149.158 79
18 Pidie Jaya 43.812 148.902 236
19 Banda Aceh 6136 226.701 3.459
20 Sabang 23.800 37.427 191
21 Lhokseumawe 25.607 181.167 879
22 Langsa 26.241 181.424 535
23 Sabulussalam 139.100 77.392 66
Jumlah 5.794.894 4.951.630 75 Sumber : * Kantor Gubernur Aceh
3. Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Daerah
Secara geografis, Aceh memiliki posisi letak yang sangat strategis yaitu
gerbang Selat Malaka yang merupakan jalur lintas perdagangan laut
Internasional terpadat kedua di dunia. Posisi Aceh juga sangat dekat dengan
negara Malaysia, Thailand, India, dan negara-negara Timur Tengah. Oleh
karena itu Aceh dari aspek ekonomi memiliki keuntungan komparatif letak,
karena mudah membuka akses perdagangan Internasional secara langsung. Di
samping itu, Aceh juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat
potensial dan beragam. Luas areal daratan Aceh adalah 57.948,94 km2, dengan
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
7
panjang garis pantai sekitar 1.660 km serta luas perairan lautnya sekitar
295.370 km2, terdiri dari perairan teritorial dan perairan kepulauan seluas
56.563 km2 dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 238.807 km2 dengan jumlah
pulau sebanyak 119 buah.
Berdasarkan sumber daya alam yang dimiliki Aceh serta tinjauan
dukungan aspek topografi dan agroklimat, ada beberapa sektor yang dapat
dijadikan unggulan diantaranya sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, pertambangan, dan pariwisata. Saat ini di sektor pertanian dan
perkebunan, ada beberapa komoditi yang menjadi unggulan daerah diantaranya
padi, kedelai, kacang tanah, kopi, kakao, nilam, kelapa sawit, kelapa, karet dan
pinang. Di sektor Perikanan, komoditi yang menjadi unggulan adalah kerapu,
bandeng, Udang, lobster, dan kelompok ikan pelagis seperti tuna, tongkol,
cakalang, kembung, selar, tenggiri dan layang. Sedangkan di sektor
pariwisata, wisata bahari, agrowisata, historis, petualang, pemburuan (hama
babi) sangat potensial untuk dikembangkan dimasa yang akan datang,
demikian pula di sektor pertambangan masih banyak jenis-jenis bahan tambang
yang belum dieksplorasi secara optimal.
Perkembangan produksi komoditi pertanian tanaman pangan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Perkembangan Produksi Tanaman Pangan menurut Komoditi Aceh
Tahun 2007–2010
No Komoditi Produksi (Ton)
Perkembangan
2009 – 2010*
2007 2008 2009 2010*) (%)
1 Padi 1.533.369 1.402.288 1.556.859 1.627.545 4,54
2 Jagung 125.155 112.894 137.753 156.901 13,90
3 Kedelai 19.029 43.885 63.538 55.475 -12,69
4 Kacang Tanah 7.971 6.322 5.926 7.034 18,70
5 Kacang Hijau 3.365 1.777 1341 1120 -16,48
6 Ubi Kayu 41.558 38.402 49.839 45.580 -8,55
7 Ubi Jalar 15.188 13.172 15.298 12.847 -16,02
Sumber: BPS Aceh Tahun 2009.
* Angka Ramalan III/2009
Sektor perkebunan besar memiliki luas areal mencapai 200.680 Ha.
Kelapa Sawit masih mendominasi luas areal perkebunan di Aceh, yakni
173.370 Ha yang diikuti oleh Karet 23.590 Ha, Kakao 3.674 Ha, Kopi 25 Ha,
serta Kemiri 21 Ha. Begitu juga pruduktivitasnya dimana kelapa sawit berada
pada urutan tertinggi diantara komoditi perkebunan lainnya yaitu sebesar
670.492 ton TBS; dapat menghasilkan minyak sebesar 286.452 ton dan CPO
sebesar 129.412 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel di bawah
ini:
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
8
Tabel 4
Rekapitulasi Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan Besar Aceh
No. Komoditi Produksi Jumlah
(Ha)
Produksi
(Ton)
Ket TBM TM TR
1 Karet 1.635 20.774 1.181 23.590 7.031
2 Kelapa Sawit 31.717 127.677 13.976 173.370 286.452
129.412
Minyak
Inti
3 Kakao 1.569 1.998 107 3.674 1.598
4 Kemiri - 21 - 21 -
5 Kopi - - 25 25 -
Jumlah 34.921 150.470 15.289 200.680 424.493
Sumber: BPS Aceh Tahun 2110. Keterangan:
TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan
TR = Tanaman Rusak
Tabel 5
Rekapitulasi Perkembangan Areal dan Produksi Komoditi
Perkebunan Rakyat
No. Komoditi Produksi Jumlah
(Ha)
Produksi
(Ton)
Rata-Rata
Produktivitas
(Kg/Ha)
Jumlah
Petani
(KK)
Ket TBM TM TR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NASIONAL
1 Karet 23.959 69.074 16.071 109.104 63.603 921 88.953
2 Kelapa Dalam 10.657 75.325 15.769 101.751 56.875 755 152.503
3 Kelapa
Hibryda
- 1.691 518 2.209 1.133 670 5.253
4 Kelapa Sawit 44.597 84.077 11.767 140.442 181.633 2.160 85.162
5 Kopi: Robusta
Arabica
8.844
-
17.941
58.984
7.595
21.073
34.379
87.534
8.598
41.592
479
705
43.813
60.706
6 Kakao 33.239 36.151 5.740 75.131 26.466 732 100.194
7 Cengkeh 3.233 6.523 12.361 22.117 714 109 21.918
8 Lada 391 483 148 1.022 217 449 2.280
9 Jambu Mete - - 12 12 - - 129
10 Tebu 2.213 4.488 5 6.706 33.349 7.431 8.131
11 Tembakau 377 558 8 943 316 566 1.478
DAERAH
1 Pala 10.620 7.406 2.230 20.256 5.458 737 27.074
2 Pinang 7.643 28.470 1.782 37.896 22.396 787 71.733
3 Kapuk/ Randu 183 1.287 324 1.793 869 676 8.077
4 Kemiri 944 18.175 2.537 21.656 14.758 812 23.997
5 Sagu 2.687 4.707 954 8.348 703 149 21.348
6 Aren 615 1.911 193 2.719 1.101 576 7.890
7 Cassiavera 330 796 53 1.179 640 804 3.188
8 Gambir 5 180 15 200 78 432 282
9 Nilam 2.301 1.902 43 4.246 142 75 11.137
10 Serewangi 1.094 17.025 288 18.407 2.179 128 17.920
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
9
11 Jarak 285 - 11 296 - - 401
12 Kunyit 78 361 7 446 768 2.127 944
13 Jahe 287 298 24 609 2.589 8.688 4.651
Jumlah 162.056 437.812 99.527 699.401 466.177 1.065 769.162
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten/kota
(Angka Tetap 2009) Keterangan:
TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan
TR = Tanaman Rusak
Di sektor perikanan, secara keseluruhan pertumbuhan rata-rata produksi
perikanan selama 2007-2010 adalah sebesar 14,59% dengan perincian
pertumbuhan produksi perikanan tangkap sebesar 15,27% dan perikanan
budidaya sebesar 12,09%. Produksi perikanan tangkap umumnya didominasi
oleh kelompok ikan pelagis seperti tuna, tongkol, kembung, cakalang, selar,
tenggiri dan layang. Kelompok udang dan bandeng memberi sumbangan
terbesar dari subsektor budidaya perikanan.
Tabel 5
Produksi Perikanan di Aceh Tahun 2007-2010
No
Klasifikasi Jumlah Produksi (Ton)
2007 2008 2009 2010*
1. Perikanan Tangkap 129.730,9 112.661,8 140.404,9 149.547,2
2. Perikanan Budidaya 35.665,7 32,264,9 38.076,2 39.976,5
Total 165.396,6 144.926,7 178.481,1 189.523,7
Pertumbuhan (%) 5,20 -12,38 23,15 6,19 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh 2010
Badan Pusat Statistik Aceh (Buku Aceh Dalam Angka 2010)
*Angka Sementara dan akan divalidasi kembali di bulan Maret 2011
b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB (tiga tahun terakhir)
Salah satu indikator ekonomi makro yang dapat mencerminkan
perkembangan ekonomi daerah secara keseluruhan adalah perkembangan
PDRB/pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pengukuran terhadap kenaikan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik dengan migas maupun tanpa
migas atas dasar harga konstan pada tahun 2000, bahwa pertumbuhan ekonomi
Aceh selama tiga tahun terakhir (2007-2010) mengalami penurunan seperti
yang terlihat pada Tabel 6. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Aceh
mengalami penurunan sebesar -2,36 persen, pada tahun 2008 dan 2009 juga
mengalami pertumbuhan negatif yakni masing-masing sebesar -5,27 persen dan
-5,51 persen. Namun, pada tahun 2010 pertumbuhan di Aceh mengalami
kenaikan mencapai 2,64 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa
migas pada tahun 2007 tumbuh sebesar 7,23 persen, pada tahun 2008 tumbuh
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
10
1,88 persen, tahun 2009 tumbuh sebesar 3,92 persen serta pada tahun 2010
sebesar 5,32 persen.
Menurunnya pertumbuhan ekonomi Aceh selama periode 2007-2009
tersebut terutama disebabkan oleh semakin menurunnya secara signifikan
lifting migas Aceh disamping akibat turunnya nilai ekspor Aceh pada tahun
2009 sebagai konsekuensi turunnya harga beberapa komoditi di pasaran dunia
termasuk minyak dan gas bumi. Sebagaimana diketahui bahwa sampai dengan
tahun 2009 kontribusi sektor migas masih dominan terhadap pembentukan
PDRB Aceh, sehingga penurunan volume dan nilai jual produksi dari sektor
tersebut memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Aceh secara keseluruhan. Sedangkan kenaikan pada tahun 2010 terutama
disebabkan oleh semakin meningkatnya nilai tambah yang berasal dari sektor
pertanian.
Tabel 6
Pertumbuhan Ekonomi Aceh Menurut Sektor 2007-2010
(Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000)
No Sektor
Tahun
2007
(%)
2008
(%)
2009*
(%)
2010**
(%)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,62 0,81 2,56 5,02
2 Pertambangan dan Penggalian -21,10 -27,31 -47,28 -6,72
3 Industri Pengolahan -10,10 -7,73 -7,85 -8,00
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 23,70 12,73 13,79 16,97
5 Kontruksi (Bangunan) 13,93 -0,85 3,13 5,11
6 Perdag, Hotel dan Restoran 1,70 4,59 4,94 6,36
7 Transport dan Komunikasi 10,95 1,38 4,88 6,57
8 Keuangan dan Perbankan 6,02 5,16 7,83 5,54
9 Jasa-Jasa 14,30 1,21 4,02 3,62
Pertumbuhan Ekonomi dengan Migas -2,36 -5,27 -5,51 2,64
Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas 7,23 1,88 3,97 5,32
Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Adapun nilai PDRB Aceh sebagaimana yang disajikan pada Tabel 7
menunjukkan bahwa dengan migas berdasarkan harga berlaku tahun 2007
adalah sebesar Rp 71,09 triliun, tahun 2008 sebesar Rp 73,53 triliun dan tahun
2009 sebesar Rp 71,69 triliun serta tahun 2010 sebesar Rp 77,51 triliun. Jika
dilihat nilai PDRB Aceh tanpa migas pada tahun 2007 adalah sebesar
Rp 49,72 triliun, tahun 2008 sebesar Rp. 54,19 triliun, dan tahun 2009 sebesar
Rp 58,62 triliun serta tahun 2010 sebesar Rp.64,61 triliun.
Sebaliknya, harga konstan dengan migas pada tahun 2007 adalah sebesar
Rp 35,98 triliun, tahun 2008 sebesar Rp 34,09 triliun dan tahun 2009 sebesar
Rp 32,22 triliun serta tahun 2010 sebesar Rp 33,07 triliun. Jika dilihat nilai
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
11
PDRB Aceh tanpa migas pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 26,02 triliun,
tahun 2008 sebesar Rp 32,18 triliun, dan tahun 2009 sebesar Rp 27,58 triliun
serta tahun 2010 sebesar Rp 29,04 triliun.
Tabel 7
Perkembangan Nilai PDRB Aceh Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Tahun 2000 selama periode 2007-2010
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku
(triliun rupiah)
Atas Dasar Harga Konstan 2000
(triliun rupiah)
Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas
2007 71,09 49,72 35,98 26.02
2008 73,53 54,19 34,09 32,18
2009* 71,69 58,62 32,22 27,58
2010** 77,51 64,61 33,07 29,04
Sumber BPS
*Angka sementara
** Angka sangat sementara
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
12
BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
A. Visi
Terwujudnya perubahan yang fundamental di Aceh dalam segala sektor kehidupan
masyarakat Aceh dan pemerintahan, yang menjunjung tinggi asas transparansi dan
akuntabilitas bagi terbentuknya suatu pemerintahan Aceh yang bebas dari praktik
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh
menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran.
Misi
a. Kepemimpinan yang aspiratif, inovatif, dan intuitif
1) Membangun suatu mekanisme kontrol yang ketat agar para pemimpin formal dari
level tertinggi sampai level yang terendah memperlihatkan keteladanan yang
baik, taat beragama, hidup sederhana, menegakkan keadilan, taat pada hukum,
tidak melakukan KKN dalam bentuk apapun, sehingga memberi contoh
keteladanan bagi masyarakat.
2) Pemimpin harus memiliki sikap inovatif dan intuitif yang tinggi dalam
menciptakan dan melaksanakan kebijakan agar selalu dalam koridor kepentingan
rakyat. Pemimpin dan pejabat negara adalah "Orang Besar", namun kebesarannya
bukan karena dia berpangkat tinggi, kaya raya atau berketurunan bangsawan
tetapi karena dia dengan setia telah menjadi pelayan rakyatnya.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
13
b. Aparatur pemerintah yang bersih, kompeten dan berwibawa, bebas dari korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan
1) Memperbaiki kesejahteraan PNS/pejabat negara sebagai prioritas utama, melalui
pendapatan dan gaji yang layak.
2) Memberikan reward bagi PNS/pejabat negara yang berprestasi dan punishment (sanksi/hukuman) bagi mereka yang melalaikan tugasnya.
3) Memperbaiki kembali sistem penerimaan PNS dimana akan dilakukan secara
lebih ketat sehigga diperoleh PNS yang berkualitas dan tidak mengandung unsur
KKN.
c. Penegakan hukum
1) Pemerintah Aceh terus berusaha sekuat tenaga membantu agar pengadilan dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Walaupun bidang kehakiman menjadi
wewenang Pemerintah Indonesia, Pemerintah Aceh akan berusaha agar pejabat
dan PNS yang berdinas di Aceh dalam bidang penegakan hukum akan mendapat
fasilitas yang sama dengan pejabat dan PNS yang berada di bawah Pemerintah
Aceh.
2) Pemerintah Aceh bekerjasama dengan aparat penegak hukum akan membangun
mekanisme agar rakyat pencari keadilan dapat dan berani mengawasi proses
hukum yang terjadi di dalam dan di luar pengadilan dan mengawasi perilaku para
hakim serta aparat penegak hukum lainnya.
d. Pengembangan sumberdaya manusia
1) Pendidikan harus menjadi media pemerataan kesempatan untuk berkembang
(mobilitas vertikal) bagi semua lapisan masyarakat, terutama masyarakat lapisan
bawah.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
14
2) Kualitas dan mutu sekolah di seluruh Aceh terus ditingkatkan baik kualitas fisik
bangunannya maupun kualitas para pendidik terutama administrasinya.
3) Pemerintah Aceh memberikan subsidi untuk universitas-universitas atau
perguruan tinggi di Aceh guna meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan
fasilitas pendidikan (sarana penunjang).
4) Pemerintah Aceh mengusahakan pendidikan gratis minimal bagi murid sekolah
dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA/MA) Sekolah akan
dibersihkan dari pungutan yang membebani orang tua siswa.
5) Pemerintah Aceh berupaya sesuai dengan kemampuan ekonomi Pemerintah
Aceh pembebasan biaya pendidikan bagi semua anak yatim korban konflik dan
korban tsunami sampai tamat Perguruan Tinggi (S1).
6) Pemerintah Aceh terus mengusahakan (sesuai kemampuan pemerintahan Aceh)
pembebasan uang kuliah atau sekurang-kurangnya akan dikembangkan sistem
subsidi yang adil untuk semua program studi S1 yang memenuhi criteria dan
kualifikasi tertentu.
7) Pemerintah Aceh terus mengupayakan institusi-institusi/lembaga pendidikan
pencetak tenaga pendidik untuk meningkatkan standar mutu penerimaan calon
tenaga pendidik dengan menaikkan rating kualifikasi penerimaan mahasiswa
baru. Institusi ini mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Aceh.
8) Institusi-institusi pendidikan agama seperti dayah telah mendapat perhatian
serius dari Pemerintah Aceh.
9) Pemerintah Aceh terus memberikan perhatian khusus dalam bentuk program-
program beasiswa secara luas untuk mahasiswa cerdas dan berprestasi untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2 dan S3 di universitas-universitas
terkemuka di luar negeri.
10) Dalam rangka pemerataan kesempatan pendidikan, Pemerintah Aceh harus
mengembangkan sistem subsidi/beasiswa kepada mereka yang secara ekonomi
tidak mampu namun memiliki keinginan dan kemampuan kecerdasan untuk
melanjutkan pendidikan.
11) Di daerah-daerah tertentu dikembangkan sekolah-sekolah kejuruan (vocational). 12) Sekurang-kurangnya 30% APBD digunakan untuk pendidikan.
13) Pemerintah Aceh terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
14) Pemerintah Aceh bertekad memberantas penyakit-penyakit menular klasik
seperti Malaria, TBC, DBD, Lepra, dan sebagaimana.
15) Pemerintah Aceh terus berupaya memberikan pelayanan medis gratis bagi ibu
hamil dan anak.
16) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak dalam berbagai bidang
khususnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum, politik, adat istiadat dan
agama.
e. Perekonomian
1) Membangun kembali infrastruktur perekonomian di seluruh Aceh sehingga
akhirnya seluruh teritorial Aceh dapat menjadi satu kesatuan politik dan satu
kesatuan ekonomi.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
15
2) Pemerintah Aceh memperlakukan pelaku ekonomi sebagai partner
pembangunan.
3) Pemerintah Aceh terus memberikan perhatian serius pada pengembangan
ekonomi kerakyatan untuk mencapai keadilan di bidang ekonomi.
4) Pemerintah Aceh secara proaktif terus mengidentifikasi semua sumber ekonomi
yang berbiaya tinggi (high cost economy) untuk mengatasi dan mencari jalan keluarnya.
5) Pemerintah Aceh terus mendorong bangkitnya kembali semangat kewirausahaan
rakyat Aceh seperti yang pernah kita saksikan pada periode tahun 1940-an sampai
dengan tahun 1980-an. Pengusaha Aceh harus dapat bangkit kembali menjadi
masyarakat ekonomi yang handal.
6) Perdagangan luar negeri, terutama dengan Malaysia, Singapura, Thailand, India,
dan lain-lain kembali digalakkan.
7) Produksi agrobisnis tradisional masyarakat memperoleh pasar yang layak, yaitu
dengan membuka pemasaran ke luar negeri.
8) Di setiap kabupaten terus dibangun kebun-kebun percobaan dan percontohan
(pilot project) agar rakyat dapat memperoleh penyuluhan dan dapat memperoleh bibit unggul sesuai dengan kondisi alam di tempat itu.
9) Para mantan kombatan GAM dan korban konflik terus diperhatikan secara serius
untuk memperoleh kehidupan ekonomi yang layak melalui penyediaan modal
dan lapangan kerja yang memadai.
10) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan
berkesadaran resiko bencana.
11) Keberhasilan transisi dari rehabilitasi dan rekonstruksi dampak tsunami terus
ditingkatkan.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
16
f. Politik
1) Pemerintah Aceh terus berusaha sekuat tenaga agar seluruh Rakyat Aceh
mendapat perlakuan yang adil, baik dalam bidang politik dan hukum maupun
dalam bidang ekonomi, dengan memperhatikan potensi dan karakteristik masing-
masing.
2) Kepala dan Wakil Kepala Pemerintahan di setiap level menjadi satu kesatuan
yang saling mengisi dengan pembagian tugas yang jelas. Sementara
Bupati/Walikota menjadi mandataris rakyat di daerahnya masing-masing.
3) Semua lembaga politik, lembaga adat, dan lembaga keagamaan dapat menjalankan
kegiatannya berdasarkan fungsi masing-masing dan tidak akan ada tumpang
tindih dalam hal fungsi dan wewenang.
4) Partai lokal menjadi sarana demokrasi yang menciptakan kestabilan politik,
kemandirian, dan kemakmuran bagi Rakyat Aceh.
g. Sumber Daya Alam
1) Penerimaan Pemerintah Aceh yang berasal dari bagi hasil kekayaan alam akan
digunakan secara adil, efisien, dan bertanggungjawab untuk kesejahteraan dan
kemakmuran seluruh Rakyat Aceh.
2) Pemerintah Aceh meninjau kembali Hak Pengelolaan Hutan (HPH). Jika selama
ini HPH hanya diberikan kepada pengusaha, maka dimasa mendatang,
Pemerintah Aceh menciptakan sistem pengelolaan hutan yang dikelola sendiri
oleh rakyat secara lestari, berkesinambungan dan bertanggung jawab untuk
kepentingah rakyat Aceh sendiri.
3) Pemerintah Aceh melarang dan membatasi penebangan hutan yang dilakukan
secara liar, kecuali untuk keperluan domestik rakyat yang dilakukan secara
terkontrol.
4) Pemerintah Aceh melakukan eksploitasi dan eksplorasi sumber kekayaan alam
lainnya, terutama pertambangan, dengan mempertimbangkan secara serius
kelestarian ekosistem.
h. Adat Istiadat, Kebudayaan, dan Olahraga
1) Pemerintah Aceh memberi perhatian lebih secara seksama dan mendukung
upaya-upaya untuk mengembangan adat istiadat dan budaya Aceh, antara lain
dengan mendorong rakyat untuk menghidupkan kembali pendidikan tatacara
sopan-santun ke-Acehan dalam keluarga serta akan menyelenggarakan secara
reguler festival dan seni Aceh.
2) Pemerintah Aceh terus membangun sarana olahraga dan seni yang merata di
seluruh Aceh dan terus mendukung partisipasi Aceh dalam event olahraga dan
seni secara lokal, nasional, dan internasional.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
17
B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah
Perumusan strategi pembangunan didasarkan pada kerangka analisis terhadap faktor
lingkungan strategis. Proses perumusan strategi perlu dilakukan mengingat faktor
strategis lingkungan terus menentukan keberhasilan pelaksanaan visi dan misi yang
ditetapkan. Keberadaan faktor-faktor lingkungan strategis yang dimaksud terdiri dari
faktor lingkungan internal strategis dan faktor lingkungan eksternal strategis yang
merupakan kerangka dasar, mengingat pada faktor tersebut dapat ditemukan berbagai
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan. Analisis faktor lingkungan internal
strategis dan faktor eksternal strategis mengisyaratkan bahwa implementasi strategi
yang tepat dapat mewujudkan peningkatan dan optimalisasi setiap program dan
kegiatan secara menyeluruh.
Berdasarkan UU No 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, penyelenggaraan
pemerintahan daerah adalah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
menyeluruh. Untuk itu pemerintah daerah mempunyai peluang yang besar untuk
melakukan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental dalam segala aspek
kehidupan masyarakat yang di implimentasikan melalui berbagai kebijakan umum
pemerintah daerah.
Arah kebijakan umum Pemerintah Aceh selama jangka waktu 2007-2012 adalah
sebagai berikut :
1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan
Penanggulangan Kemiskinan
Arah kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh pada dasarnya adalah dalam
rangka mewujudkan peningkatan aktivitas perekonomian daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui upaya peningkatan
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
18
pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 5 s/d 6 persen, penurunan tingkat
kemiskinan menjadi sekitar 16 persen dan tingkat pengangguran mampu ditekan
menjadi 7,6 persen.
Adapun untuk mencapai hal sebagaimana tersebut diatas maka perlu ditempuh
beberapa kebijakan sebagai berikut :
a. Peningkatan pengelolaan potensi pertanian dan perikanan seoptimal mungkin
dengan prinsip-prinsip agribisnis sebagai tulang punggung ekonomi daerah
yang berkelanjutan.
b. Pengembangan komoditi unggulan daerah melalui pola kluster dengan
memperkuat sistim mata rantai produksi (supply chain).
c. Pembangunan dan peningkatan kapasitas sarana dan prasarana pendukung
produksi termasuk prioritas fungsionalisasi aset, terutama di kawasan-kawasan
sentra produksi pertanian, perikanan, industri, dan perdagangan.
d. Percepatan pemanfaatan mekanisasi di sektor industri kerajinan, pertanian dan
perikanan, termasuk motorisasi armada perikanan dalam upaya meningkatkan
daya jelajah dan produktivitas nelayan.
e. Pengembangan dan peningkatan kapasitas unit penyedia sarana produksi serta
peningkatan pengendalian dan pengawasan distribusi sarana produksi sehingga
mudah dapat diakses oleh masyarakat.
f. Peningkatan produktivitas lahan budidaya pertanian dan perikanan melalui
upaya intensifikasi, diversifikasi, optimalisasi termasuk peningkatan Indeks
Penanaman (IP), dan rehabilitasi lahan-lahan yang terlantar.
g. Mengupayakan tumbuhnya dan berkembangnya industri pengolahan hasil,
terutama yang berbasis bahan baku lokal di kawasan-kawasan sentra produksi.
h. Peningkatan kompetensi tenaga kerja formal dan informal, serta pelaku UMKM
melalui pengembangan dan peningkatan kapasitas Balai Latihan Kerja serta
pelatihan-pelatihan kejuruan.
i. Melakukan pembinaan dan pengawasan penggunaan dan penyaluran tenaga
kerja untuk kebutuhan lokal maupun luar negeri.
j. Percepatan aplikasi teknologi di sektor pertanian dan perikanan melalui
penguatan kelembagaan dan sistem penyuluhan.
k. Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat dengan sasaran utama usaha-
usaha kelompok dan koperasi.
l. Memfasilitasi peningkatan jalinan kemitraan usaha yang lebih luas antara
kelompok usaha besar dengan pelaku UMKM dan industri rumah tangga.
m. Mengupayakan peningkatan fungsi intermediasi perbankan, terutama
penyaluran kredit bagi pelaku UMKM dan industri rumah tangga.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
19
n. Pencegahan penebangan dan perdagangan kayu illegal melalui penguatan dan
pembinaan satuan pengamanan hutan dalam rangka terciptanya hutan lestari
dan pengembangan ekonomi berkelanjutan.
o. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan
melalui pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pengembangan hutan rakyat.
p. Meningkatkan kemandirian pangan bagi masyarakat di kawasan-kawasan yang
teridentifikasi rawan pangan, serta peningkatan penganekaragaman pangan
berbasis sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal.
q. Melakukan pengendalian dan pengawasan distribusi bahan pangan, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam,
bergizi seimbang dan aman.
r. Penyediaan fasilitas pemukiman baru pada kawasan-kawasan potensi dan
memberikan bantuan stimulasi untuk pengembangan usaha ekonomi bagi
penduduk yang dimukimkan berbasis potensi lokal.
s. Pengembangan sistem informasi dan promosi yang dapat menarik investasi
untuk menanamkan modalnya di daerah, baik PMA maupun PMDN.
t. Mengupayakan terjadinya peningkatan aktivitas perdagangan dalam daerah
hingga terjadinya pasar sempurna, termasuk melakukan pengawasan dan
pengendalian distribusi barang serta pengembangan dan peningkatan sarana
dan prasarana pemasaran.
u. Melakukan upaya meningkatnya ekspor daerah baik peningkatan volume
maupun nilai, terutama komoditi-komoditi yang memiliki nilai tambah tinggi
bagi daerah
2. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber Daya Energi
Pendukung Investasi
Untuk tercapainya tujuan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan
Sumber Daya Energi Pendukung Investasi sesuai dengan strategi yang telah
ditetapkan, maka perlu adanya dukungan kebijakan pembangunan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan yang dilaksanakan.
Arah Kebijakan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber Daya
Energi Pendukung Investasi tahun 2007 - 2012 sebagai berikut :
a. Sumber Daya Air
Kebijakan pembangunan sumber daya air dilakukan dengan 9 (sembilan)
pendekatan pokok, yaitu:
1) Terkelolanya penyelenggaraan konservasi sumber daya air demi terjaganya
kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber
daya air.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
20
2) Terkelolanya penyelenggaraan pendayagunaan sumber daya air demi
terwujudnya pemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan dengan
mengutamakan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil.
3) Terkelolanya penyelenggaraan pengendalian daya rusak air demi
terwujudnya rasa aman masyarakat terhadap daya rusak air.
4) Terkelolanya sistem informasi sumber daya air demi terwujudnya jaringan
informasi sumber daya air yang tersebar dan dapat diakses oleh berbagai
pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air.
5) Terbangunnya jaringan irigasi baru Wilayah Pantai Barat-Selatan di 4
daerah irigasi dan di 5 daerah rawa; Wilayah Pantai Utara-Timur di 4
daerah irigasi.
6) Terperbaikinya jaringan irigasi berdasarkan kewenangan nasional seluas
146.536 ha (15 DI), kewenangan provinsi seluas 69.354 ha (40 DI) dan
kewenangan Kabupaten/Kota seluas 127.706 ha (652 DI).
7) Tersedianya air baku untuk irigasi dengan membangun dan meningkatkan
fungsi waduk sebanyak 4 unit, embung sebanyak 3 unit dan situ sebanyak 9
unit.
8) Memfungsikan kembali DI yang rusak : DI Jambo Aye (19.360 ha) dan DI.
Pante Lhong (6.562 ha) serta optimalisasi daerah irigasi sebanyak 9 DI.
9) Terkendalinya banjir dan pengamanan pantai secara selektif terutama pada
areal produktif.
b. Bina Marga dan Cipta Karya
Kebijakan pembangunan kebinamargaan dan keciptakaryaan dilakukan dengan
10 (sepuluh) pendekatan pokok, yaitu:
1) Terbukanya aksesibilitas daerah terpencil/terisolir, perbatasan dan
kepulauan dengan menyediakan jaringan jalan dan jembatan untuk
mendukung kawasan yang berpotensi dan cepat tumbuh.
2) Terselenggaranya peningkatkan pelayanan prasarana jalan yang terintegrasi
dengan standar minimal MST 10 ton pada ruas jalan nasional dan provinsi
serta MST 8 ton pada ruas-ruas jalan strategis.
3) Terlaksananya rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana jalan sehingga
tercapai fungsional jalan nasional sepanjang 1.782,78 km dan jalan provinsi
sepanjang 1.701,82 km dapat tercapai.
4) Terlaksananya pembangunan dan peningkatan ruas-ruas jalan nasional
lintas timur sepanjang 55 km, lintas barat sepanjang 30 km, lintas tengah
sepanjang 11 km. Selanjutnya pembangunan dan peningkatanruas-ruas
jalan provinsi sepanjang 95 km, serta jalan strategis lainnya termasuk jalan
desa sepanjang 10 km.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
21
5) Terwujudnya pembangunan jalan yang menghubungkan Pantai Barat-
Tengah-Pantai Timur untuk menghilangkan disparitas antar wilayah.
6) Terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi rumah korban
bencana/dhuafa sebanyak 500 unit serta penyediaan prasarana dan sarana
dasar permukiman.
7) Terbangunnya prasarana air minum dan sanitasi baik di perkotaan maupun
di pedesan sebanyak 500 unit.
8) Terselenggaranya pembinaan tata bangunan dan pemberdayaan jasa
konstruksi.
9) Terpadunya tata ruang provinsi dengan tata ruang kabupaten/kota, dengan
titik berat pada penanganan kawasan-kawasan strategis/prioritas dan
kawasan lintas kabupaten.
10) Terbangunnya kawasan perbatasan dan terisolir dalam rangka peningkatan
ekonomi masyarakat.
c. Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika
Kebijakan pembangunan perhubungan, komunikasi, informasi dan telematika
dilakukan dengan 10 (sepuluh) pendekatan pokok, yaitu :
1) Terlaksananya pembangunan, pengembangan sarana dan prasarana
transportasi, pos dan telekomunikasi di wilayah perbatasan dan terisolir
serta terehabilitasinya sarana dan prasarana transportasi, pos dan
telekomunikasi yang hancur akibat gempa tektonik dan tsunami.
2) Terlaksananya pengembangan sistem transportasi wilayah terpadu,
harmonis dan sinergi serta aparatur yang mandiri.
3) Terindentifikasi inventarisasi data dan penyebaran informasi pembangunan
dengan melakukan peningkatan kerjasama pemerintah daerah dengan
organisasi, lembaga pers dan media massa.
4) Terjalinnya hubungan kerjasama penyebarluasan informasi melalui TVRI
dan RRI serta melakukan pengawasan terhadap penyiaran media informasi
swasta.
5) Terbangunnya fasilitas e-Government Pemerintah Aceh guna
meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi Pemerintahan Aceh
yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi dalam rangka
memberikan pelayanan informasi kepada publik secara transparan dan
akuntabel.
6) Terselenggaranya pembinaan sumberdaya aparatur Pemerintah Aceh yang
memiliki pengetahuan dan keahlian dalam mengelola teknologi komunikasi
dan sistem informasi.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
22
7) Terbangunnya sarana angkutan kereta api diwilayah pesisir timur Aceh
yang menghubungkan Aceh ke batas Sumatera Utara sepanjang 486 Km.
8) Terbangunnya pelabuhan baru di wilayah Pantai Barat-Selatan dan pantai
Utara -Timur dengan kapasitas 10.000 DTW.
9) Terlaksnanya pengembangan pelabuhan Malahayati untuk mendukung
Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam.
10) Terlaksananya pembangunan dan pengembangan bandara untuk melayani
penerbangan Domestik dan Internasional serta meningkatkan pelayanan
trasportasi udar antar kabupaten/Kota.
d. Lingkungan Hidup
Kebijakan pembangunan lingkungan hidup dilakukan dengan 6 (enam)
pendekatan pokok, yaitu:
1) Terkendalinya pencemaran lingkungan melalui pencegahan dan
pengendalian dampak dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
2) Tersedianya peralatan dan sumber daya aparatur dalam pengendalian
dampak lingkungan dengan memanfaatkan media massa untuk pelayanan
informasi lingkungan hidup kepada masyarakat.
3) Melakukan optimalisasi bentuk dan kinerja institusi pengelolaan
lingkungan serta peningkatan koordinasi antar pemangku kepentingan
dalam pengelolaan lingkungan hidup.
4) Terkendalinya pengelolaan Kawasan Ekosistem Lauser (KEL) secara
berkelanjutan dalam menjaga keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi
antara kawasan lindung dan budidaya.
5) Terpeliharanya terumbu karang, manggrove dan konservasi daerah aliran
sungai dalam rangka memulihkan kembali daya dukung lingkungan dan
antisipasi ancaman terhadap abrasi pantai dan sungai.
6) Terbangunnya ruang terbuka hijau dan desa model yang ramah lingkungan
di setiap kabupaten/kota.
e. Pertanahan
Kebijakan pembangunan pertanahan dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan
pokok, yaitu:
1) Terselenggaranya peningkatan kualitas pelayanan dan administrasi
pertanahan serta penyediaan informasi pertanahan bagi keperluan
pembangunan dan investasi.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
23
2) Terlaksananya penataan dan pengendalian penguasaan, penggunaan,
pemanfaatan dan pemilikan tanah serta pengembangan dan penguatan
lembaga pertanahan.
3) Menyelesaikan sengketa pertanahan, penyusunan neraca penggunaan
tanah, pemetaan/revisi penatagunaan tanah, konsolidasi tanah, identifikasi
dan penegasan tanah negara serta penertiban administrasi land reform.
f. Energi dan Sumber Daya Mineral
Kebijakan pembangunan energi dan sumber daya mineral dilakukan dengan 9
(sembilan) pendekatan pokok, yaitu:
1) Terealisasinya peningkatan peluang eksploitasi pertambangan skala besar,
menengah dan kecil serta membina, mengawasi dan menertibkan usaha
pertambangan yang berpotensi merusak lingkungan.
2) Terlaksananya peningkatkan keterampilan sumber daya aparatur dalam
pengelolaan dan pengawasan usaha pertambangan.
3) Terlaksananya peningkatan pemahaman masyarakat penambang dan dunia
usaha terhadap peraturan dan perundang-undangan di bidang
pertambangan.
4) Terselenggaranya peningkatan pelayanan dan informasi pertambangan,
termasuk informasi kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana
geologi.
5) Tersedianya data potensi sumber-sumber energi baru sebagai energi
alternatif dan potensi pertambangan.
6) Terbangunnya sarana dan prasarana sumber-sumber air bawah tanah yang
memenuhi standar kesehatan di kawasan krisis air.
7) Tersedianya perangkat hukum di bidang energi, mineral, batubara, panas
bumi dan air bawah tanah.
8) Terlaksananya pembangunan PLTMH baik skala besar maupun kecil
terutama untuk pedesaan/kawasan yang tidak terjangkau jaringan listrik
PLN.
9) Terealisasinya penambahan pembangkit listrik non diesel dengan
memanfaatkan potensi energi primer pada sub-sistem isolated dengan
sasaran pengurangan biaya pokok penyediaan (BPP) yang berpengaruh
terhadap usaha menekan biaya operasional pada sektor pembangkitan dan
harga tarif (Rp/kWh) penjualan energi listrik. Pembangkit-pembangkit
dimaksud adalah:
PLTU batubara di Kabupaten Nagan Raya dengan total kapasitas 2 x 100
MW yang direncanakan beroperasi pada akhir tahun 2011 (tahap
konstruksi).
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
24
PLTP Seulawah di Kabupaten Aceh Besar dengan total kapasitas 2 x 20
MW yang akan beroperasi pada akhir tahun 2012. Pre-feasibility (FS)
telah dilakukan pada tahun 2008 dan saat ini dalam proses pelelangan
WKP oleh Pemerintah Aceh.
PLTA Peusangan I dan II di Kabupaten Aceh Tengah dengan total
kapasitas 2 x 43 MW dibiayai dari Loan JBIC (Japan Bank International
Company) dan direncanakan beroperasi pada tahun 2011 dan 2013.
Contract Loan Aggreement dengan pihak JBIC telah ditandatangani
pada 29 Maret 2006.
PLTA Lawe Mamas di Kabupaten Aceh Tenggara dengan total kapasitas
3 x 30 MW yang direncanakan beroperasi pada tahun 2015. Saat ini
masih dalam Pre-FS dan MoU.
3. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan Belajar
Menindaklanjuti strategi Pembangunan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar baik pendidikan formal maupun
pendidikan non formal bagi peserta didik dan anggota masyarakat melalui
perbekalan ilmu pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (life skills). Pemberantasan buta aksara (illiteracy) perlu dilakukan secara serius sebagai upaya untuk mencerdaskan seluruh rakyat dan mendukung pembelajaran sepanjang
hidup (life long learning) maka kebijakan yang ditempuh sebagai berikut:
a. Pemerataan dan Perluasan Akses
1) Tersedianya beasiswa dan bantuan biaya pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, menengah, dayah dan luar sekolah.
2) Terlaksananya efektivitas internal dan tingkat kelangsungan sekolah di
setiap jenjang pendidikan.
3) Terciptanya partisipasi yang lebih besar dari masyarakat dan dunia usaha.
4) Tersedianya fasilitas pendidikan yang fokus dalam rangka menghapus
hambatan kesempatan belajar dan perluasan akses penyediaan pendidikan
dasar dan menengah di daerah-daerah terpencil, pemukiman terpencar dan
daerah kepulauan.
5) Terciptanya pengembangan Perguruan Tinggi sesuai dengan prioritas dan
arah pengembangan daerah.
6) Tersedianya fasilitas dayah dalam menunjang pelayanan pendidikan yang
bermutu.
b. Mutu, Relevansi dan Daya Saing
1) Terciptanya kinerja pelayanan pendidikan pada semua jenjang pendidikan.
2) Terwujudnya desentralisasi sekolah/manajemen kelembagaan, dan
manajemen perencanaan pengembangan guru.
3) Tersedianyan kurikulum dan bahan ajar sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
25
4) Terlaksananya monitoring kinerja sekolah/kelembagaan dan prestasi siswa.
5) Tersedianya sarana penunjang pembelajaran yang bermutu dan berkualitas.
6) Terwujudnya pendidikan unggulan pada jenjang pendidikan dasar,
menengah dan dayah.
7) Terlaksananya pembinaan dan pengembangan kelembagaan, kurikulum,
manajemen, serta akreditasi dayah.
8) Terlaksananya penelitian dan pengembangan pendidikan secara optimal.
c. Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik
1) Tersedianya sistem perencanaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi.
2) Tersedianya sistem manajemen kelembagaan dan sekolah.
3) Terlaksananya tata kelola yang akuntabel dan transparan.
4) Terlaksananya koordinasi antar PT/PTS dan Akreditasi pendidikan.
d. Penerapan Sistem Pendidikan Bernuansa Islami
1) Terlaksananya koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam rangka
penerapan syari’at Islam.
2) Tersedianya sarana peribadatan, media pembelajaran dan penerapan budaya
yang menunjang pendidikan bernuansa Islami.
3) Terciptanya kualitas guru dalam metode internalisasi nilai-nilai Islami.
4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan sistem pendidikan yang
bernuansa Islami secara berkala.
5) Terlaksananya penambahan jam pelajaran agama di sekolah dan pelatihan
tentang pemahaman Al-Qur’an.
4. Peningkatan Mutu dan Pemerataan Pelayanan Kesehatan
Menindaklanjuti strategi Pembangunan dalam rangka peningkatan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan yang meliputi aspek status kesehatan (umur
harapan hidup, angka kematian ibu dan angka kematian bayi, angka kesakitan,
status gizi), pelayanan kesehatan, kondisi kesehatan lingkungan, pembiayaan
kesehatan, fasilitas kesehatan dan sumber daya kesehatan maka kebijakan umum
yang ditempuh sebagai berikut:
a. Terbangunnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan
pelayanan kesehatan khusus.
b. Tersedianya tenaga kesehatan sesuai kebutuhan daerah dalam rangka
penyediaan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
c. Tersedianya fasilitas kesehatan kepada masyarakat yang mudah dijangkau.
d. Terlaksananya sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyakit serta
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
e. Terciptanya mekanisme rujukan yang baik antar institusi pelayanan kesehatan.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
26
f. Bertambahnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan diseluruh lapisan
masyarakat.
g. Tersedianya arah dan kebijakan yang jelas dalam hal pelayanan kesehatan.
h. Terlaksananya penerapan pola BLU Rumah Sakit di Kabupaten/Kota.
i. Terlaksananya koordinasi lintas sektor, LSM lokal maupun luar negeri dalam
rangka pelayanan kesehatan.
j. Terbangunnya fasilitas pendidikan yang memadai dalam rangka peningkatan
pengetahuan tenaga medis.
k. Terwujudnya pelaksanaan program JKA dalam rangka pelayanan kesehatan
yang baik, berkualitas secara gratis kepada masyarakat miskin.
5. Pembangunan Syariat Islam, Sosial dan Budaya
Pelaksanaan Syari`at Islam di Aceh yang menjadi sumber nilai dan sumber
penuntun perilaku dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tataran kehidupan
pribadi, kehidupan bermasyarakat, maupun dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kebijakan umum yang ditempuh dalam pelaksanaan pembangunan syari’at Islam
secara kaffah di Aceh sebagai berikut:
1) Terpadunya pelaksanaan kegiatan pelayanan keagamaan antara pemerintah,
ulama dan masyarakat secara optimal.
2) Terkoordinasinya kerja sama keagamaan baik dengan instansi terkait maupun
lembaga keagamaan tingkat Nasional dan Internasional.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
27
3) Terlaksananya pendidikan agama di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang
berkualitas.
4) Terjadinya peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat
tentang pelaksanaan syari’at Islam.
5) Terlaksananya pengawasan syari’at Islam secara kaffah dalam masyarakat.
6) Terlaksananya pemberdayaan lembaga keagamaan dalam melakukan sertifikasi,
penatausahaan, pengelolaan dan pemberdayaan harta agama.
7) Terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial yang berkualitas di seluruh Aceh.
8) Terlaksananya peningkatan dan pengembangan potensi sumber daya sosial.
9) Terbangun dan berkembangnya ekonomi masyarakat pedesaan dalam rangka
pengentasan kemiskinan.
10) Terlaksananya peningkatan dan penguatan kelembagaan pengarusutamaan
gender dan anak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan.
11) Terlaksananya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan hukum terhadap
perempuan dan anak.
12) Terlaksananya peningkatan terhadap peran dan hubungan antar lembaga
pemuda serta pengembangan sistem kaderisasi organisasi kepemudaan.
13) Terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan pemuda dalam rangka
menanggulangi dampak demoralitas pemuda.
14) Terciptanyan hidup yang sehat dalam masyarakat melalui kegiatan olahraga.
15) Termotivasinya penguatan institusi keolahragaan di daerah melalui
bantuan/subsidi.
16) Terjadinya peningkatan dan penguatan peran kelembagaan adat dalam
masyarakat.
17) Terjadinya peningkatan peran dan koordinasi antar lembaga adat dengan
pihak-pihak yang terkait secara maksimal.
18) Terwujudnya pengembangan apresiasi budaya, kesenian, bahasa dan adat
istiadat.
19) Terwujudnya pelestarian dan pemeliharaan situs dan cagar budaya.
20) Terjadinya peningkatan jumlah wisatawan dalam dan luar negeri dengan
mengikutsertakan masyarakat.
21) Terwujudnya pertumbuhan kultur demokrasi yang sehat, kompetitif dialogis
dan rasional.
22) Terciptanya penghargaan terhadap nilai-nilai kepahlawanan para pejuang.
23) Terbinanya kekayaan adat istiadat, seni, budaya dan bahasa dalam kehidupan
masyarakat.
24) Terjadinya peningkatan penguatan fungsi meunasah sebagai pusat
pemberdayaan masyarakat.
25) Terlaksananya penegakan hukum adat di tingkat gampong dan kemukiman.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
28
6. Penciptaan Pemerintah Yang Baik dan Bersih Serta Penyehatan Birokrasi
Pemerintahan
Untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih sebagaimana yang
diharapkan oleh masyarakat mulai dari pemerintah gampong, mukim, kecamatan,
kabupaten dan provinsi dilakukan melalui kebijakan sebagai berikut:
1) Terwujudnya pemerintahan yang transparan, partisipatif dan akuntabel.
2) Terbangunnya kelembagaan pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan.
3) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkah dalam rangka
pencapaian target kinerja.
4) Terselenggaranya kewenangan antara pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan gampong.
5) Terfasilitasi penyelesaian masalah tata ruang dan batas wilayah administrasi
bagi kabupaten/kota.
6) Terlaksananya pemetaan, pemberian nama-nama, toponomi pulau kecil dan
terluar.
7) Tertatanya batas wilayah administrasi, titik kordinat, dan penguasaan wilayah
secara ekonomi dan sosial budaya.
8) Tersedianya kapasitas sumber daya aparatur.
9) Terwujudnya revitalisasi baperjakat dalam penempatan dan penjenjangan karir
aparatur.
10) Terlaksananya penghargaan dan sanksi kepada aparatur secara adil.
11) Terlaksananya penerapan sistem birokrasi pemerintahan yang baik dan bersih.
12) Terlaksananya peningkatan pemahaman berbangsa dan bernegara dalam rangka
memeliharan keutuhan NKRI.
13) Terlaksananya peningkatan pengetahuan kader politik yang bebas, adil dan
islami serta memihak kepentingan masyarakat.
14) Terjaminnya perbedaan berpendapat dan berpolitik.
15) Terselenggaranya peningkatan etika dan pendidikan politik yang sehat melalui
rasa saling percaya dan menghargai (sportifitas) di dalam kelompok masyarakat.
16) Terselenggaranya peningkatan pemahaman terhadap hukum di Aceh dan
Pengkajian materi hukum sesuai dengan amanah UUPA.
17) Terselenggaranya peningkatan kapasitas dan sumber daya aparat penegak
hukum serta dukungan sarana dan prasarana.
18) Terlaksananya pemberian bantuan hukum dalam kasus prodeo dan
Peningkatan penyuluhan hukum kepada masyarakat.
19) Terlaksananya inventarisasi kebijakan kabupaten/kota yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan ketentuan perundang-undangan lebih tinggi.
20) Terlaksananya peningkatan kapasitas aparatur dan penyediaan fasilitas sarana,
prasarana Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
29
7. Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana
Penanganan dan pengurangan risiko bencana merupakan tanggungjawab
pemerintah, masyarakat dan lembaga - lembaga kemasyarakatan yang
dilaksanakan secara bersama - sama dengan prinsip kemitraan dan kesejajaran
peran, maka diperlukan kebijakan dalam penanganannya.
Arah Kebijakan Penanganan dan Pengurangan Resiko Bencana yang telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi ancaman bahaya melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan
kearifan lokal dengan tetap memperhatikan perubahan - perubahan global yang
berdampak pada kondisi lokal.
b. Mengurangi kerentanan masyarakat di daerah ancaman bahaya dengan cara
memberikan pengetahuan yang memadai tentang ancaman mendasarkan pada
analisis risiko.
c. Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pendidikan, pelatihan dan
pemberdayaan secara terus menerus khususnya di daerah ancaman.
d. Mengedepankan keterbukaan dengan pola kemitraan dalam penyelenggaraan
Pengurangan Risiko Bencana melalui keterbukaan tatakelola termasuk
penyediaan informasi yang berimbang bagi masyarakat.
e. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pemerintah lokal dengan
mengoptimalkan potensi, sumber daya dan kearifan local melalui optimalisasi
peran birokrasi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat serta pimpinan
informal lain yang berkembang dalam masyarakat.
f. Mendorong dan meningkatkan peran dan partisipasi perempuan dalam
pengurangan risiko bencana baik dalam ranah domestic(rumah tangga) maupun
diluar rumah tangga melalui pengarus utamaan gender dalam semua kegiatan
yang melibatkan masyarakat.
A. PRIORITAS DAERAH
Visi dan misi Pemerintah Aceh diwujudkan melalui pelaksanaan 7 (tujuh) prioritas
pembangunan secara proporsional yaitu: 1) Pemberdayaan ekonomi masyarakat,
perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, 2) Pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur dan sumber daya energi pendukung investasi, 3).
Peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar, 4). Peningkatan
mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, 5). Pembangunan syariat islam sosial dan
budaya, 6). Penciptaan pemerintah yang baik dan bersih serta penyehatan birokrasi
pemerintaan, 7). Penanganan dan pengurangan resiko bencana.
1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Perluasan Kesempatan Kerja dan
Penanggulangan Kemiskinan
Pembangunan perekonomian Aceh tidak terlepas sebagai upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
30
kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga
prioritas tersebut sangat ditentukan oleh tiga aspek ekonomi makro yaitu
pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka.
Pertumbuhan ekonomi Aceh saat ini telah menunjukkan perkembangan yang
positif, namun kondisi tersebut masih dibawah rata-rata nasional. Demikian pula
halnya dengan tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran yang semakin
menurun, hal tersebut masih berada diatas rata-rata nasional. Dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurunkan tingkat kemiskinan dan
tingkat pengangguran hingga mencapai kondisi yang lebih baik, maka strategi
yang ditempuh adalah:
a. Peningkatan serta percepatan upaya revitalisasi pertanian dan perikanan
sehingga menjadi sektor ekonomi andalan yang berkelanjutan.
b. Meningkatkan produksi sektor ril baik secara kuantitas maupun kualitas,
terutama fokus pada komoditi-komoditi unggulan yang berorientasi pasar.
c. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana
pendukung produksi serta pemasaran secara terintegrasi.
d. Membangun serta mendorong pengembangan unit-unit penyedia sarana
produksi.
e. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pendistribusian sarana
produksi bagi masyarakat.
f. Mendorong tumbuhnya industri-industri pengolahan terutama yang berbasis
bahan baku local.
g. Pemberdayaan UMKM, koperasi, serta memfasilitasi terjalinnya kemitraan
dengan kelompok usaha besar.
h. Mendorong terjadinya peningkatan realisasi investasi swasta baik nasional
maupun asing.
i. Mendorong terjadinya peningkatan aktivitas perdagangan dalam dan luar
negeri.
j. Mendorong peningkatan kapasitas sektor finansial serta peningkatan fungsi
intermediasi perbankan.
k. Peningkatkan kualitas sumber daya petani, nelayan, dan kompetensi tenaga
kerja.
l. Pengembangan kawasan-kawasan potensial dan cepat tumbuh melalui
pembangunan pemukiman baru.
m. Peningkatan ketahanan dan keamanan pangan serta perbaikan gizi
masyarakat.
n. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di kawasan sekitar hutan,
serta pengembangan hutan tanaman rakyat.
o. Pelestarian sumber daya hutan dan pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS).
p. Mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka
kemandirian dan kesinambungan pembiayaan pembangunan.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
31
q. Meningkatkan kerjasama pembanguanan ekonomi baik secara kelembagaan
maupun kawasan.
2. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur dan Sumber Daya Energi
Pendukung Investasi
Dalam rangka penyediaan infrastruktur dan sumber daya energy pendukung
investasi diperlukan strategi yang diselaraskan dengan prioritas pembangunan
Pemerintah Aceh sesuai dengan kondisi dan potensi daerah. Sarana dan prasarana
pendukung investasi yang belum memadai menyebabkan masih adanya daerah
terpencil dan terisolir. Pembangunan Bidang Sarana dan Prasarana memegang
peranan penting untuk menghilangkan disparitas antar wilayah, maka diperlukan
langkah-langkah atau strategi sebagai berikut :
a. Sumber Daya Air
Strategi Pembangunan Bidang Sumber Daya Air Tahun 2007–2012 adalah:
1) Menyusun pola terpadu pengembangan pengelolaan sumber daya air
sebagai kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
2) Menyusun pola pengelolaan aset irigasi untuk mengetahui kondisi kinerja
masing-masing jaringan irigasi dengan membentuk Dewan Sumber Daya
Air Aceh dan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) di
masing-masing Wilayah Sungai.
3) Membangun waduk dan embung beserta sarana dan prasarana yang
berfungsi sebagai pengawaten air, sumber daya air, dan pengendali daya
rusak air, yang dibarengi dengan kegiatan konservasi DAS.
4) Membuat perangkat hukum yang berhubungan dengan sumber daya air di
Aceh.
5) Memelihara dan meningkatkan fungsi sarana dan prasarana konservasi
sumber daya air dan jaringan irigasi yang telah ada, melalui kegiatan
operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi dan membangun laboratorium
konservasi pada DAS.
6) Mengoptimalkan fungsi dan peran Perkumpulan Petani Pemakai Air
(P3A)/Kejruen Blang, dengan membentuk Komisi Irigasi (Komir) Aceh.
7) Membangun dan meningkatkan irigasi teknis pada lahan-lahan potensial
serta membangun sarana dan prasarana pemanfaatan air tanah secara
terkendali.
8) Memelihara dan meningkatkan fungsi konstruksi sungai, muara, dan pantai
yang berfungsi sebagai pengendali daya rusak air.
9) Membangun konstruksi pengendali daya rusak air di sungai, muara, dan
pantai serta fasilitas sarana peringatan dini banjir kiriman sungai.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
32
b. Bina Marga dan Cipta Karya
Strategi pembangunan bidang kebinamargaan dan keciptakaryaan adalah:
1) Pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan nasional lintas Timur,
lintas Barat, lintas tengah, pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan
jalan provinsi, jalan kabupaten/Kota, jalan menuju sentra produksi dan
jalan strategis lainnya.
2) Mendukung pembangunan kawasan yang berpotensi dan cepat tumbuh
dengan menyediakan jaringan jalan dan jembatan yang memenuhi
kebutuhan pergerakan barang dan jasa di seluruh wilayah kawasan.
3) Membuka dan meningkatkan aksesibilitas daerah terpencil/terisolir,
perbatasan dan kepulauan untuk mengurangai kesenjangan antar daerah.
4) Meningkatkan penguasaan teknologi tepat guna di bidang prasarana jalan.
5) Meningkatkan daya dukung, kapasitas, dan geometrik jalan.
6) Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam pemanfaatan
prasarana jalan.
7) Pembangunan jalan highway lintas Timur dari Banda Aceh ke perbatasan
Sumatra Utara dimulai dengan penentuan alignment jalan highway, studi
Amdal, dan pembebasan tanah.
8) Menyediakan sarana dan prasarana dasar pemukiman, air bersih, sanitasi,
fasilitas umum bagi masyarakat, dengan berpedoman kepada tata ruang
serta tata bangunan yang mempertimbangkan resiko bencana sesuai
dengan aturan yang sudah ditetapkan termasuk pembangunan kawasan
perbatasan dan terisolir.
9) Menyediakan rumah sederhana bagi kaum dhuafa/korban kerusuhan/
bencana alam.
10) Menyiapkan/memberikan informasi pembangunan infrastruktur/
permukiman kepada pihak swasta dan masyarakat.
11) Mendorong peningkatan kemampuan SDM jasa konstruksi.
12) Meningkatkan dukungan terhadap pengembangan teknologi permukiman
yang berorientasi terhadap faktor alam.
c. Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan Telematika
Strategi Pembangunan Bidang Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan
Telematika Tahun 2007 - 2012 adalah:
1) Melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana transportasi
darat dan penyeberangan, pelabuhan laut, pelabuhan rakyat, bandar udara
yang hancur akibat gempa tektonik dan gelombang tsunami sehingga
pelayanan terhadap masyarakat dapat pulih kembali.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
33
2) Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat dan
penyeberangan, pelabuhan laut, pelabuhan rakyat, bandar udara sehingga
memberikan akses transportasi yang lebih baik bagi masyarakat.
3) Melakukan penambahan armada ferry dan lintasan baru sebagai upaya
penyediaan sarana transportasi bagi masyarakat kepulauan.
4) Meningkatkan pelayanan dan menekan angka kecelakaan lalu lintas bagi
pengguna kendaraan di jalan raya.
5) Mempertahankan subsidi angkutan perintis penyeberangan sebagai upaya
membuka isolasi daerah dan memacu perkembangan perekonomian
wilayah.
6) Mengembangkan angkutan kereta api sebagai angkutan massal yang cepat,
murah, hemat energi, berwawasan lingkungan untuk meningkatkan
mobilitas barang dan penumpang.
7) Membangun pelabuhan baru dengan kapasitas >10.000 DWT di wilayah
pantai Barat-Selatan dan pantai Utara-Timur sehingga dapat menjadi pusat
penyebaran (hub) dan pintu masuk bagi kegiatan ekspor-impor bagi
masing-masing wilayah tersebut sekaligus menghilangkan ketergantungan
terhadap pelabuhan Belawan (SUMUT).
8) Mengembangkan pelabuhan Sabang sebagai International Hub dan pintu
masuk Indonesia wilayah barat di masa depan.
9) Mengembangkan Pelabuhan Malahayati untuk mendukung Kawasan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Bandar Aceh Darussalam.
10) Membangun bandara baru dalam rangka menyediakan alternatif moda
transportasi yang cepat dan dapat membuka isolasi daerah serta
mengantisipasi terputusnya hubungan darat dan laut sebagai akibat
bencana seperti yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 dan gempa
tanggal 28 Maret 2005.
11) Mengembangkan Bandara Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh) sebagai
Bandara Internasional Hub dan Embarkasi Haji agar dapat didarati oleh
pesawat sejenis B747 serta pengembangan fasilitas pendukung lainnya.
12) Mengembangkan Bandara Maimun Saleh Sabang, Cut Nyak Dhien
Meulaboh, Lasikin Sinabang dan Rembele Takengon sebagai bandara
utama di Provinsi Aceh yang dapat didarati oleh pesawat sejenis F-28.
13) Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur telematika daerah
dalam rangka integrasi data dan pelayanan informasi kepada publik.
14) Menyediakan koneksi dengan menggunakan teknologi Wireless 5,8 Ghz
dari dishubkomintel dengan seluruh SKPA.
15) Menyediakan sarana dan prasarana jaringan di 23 kabupaten/kota masing-
masing berupa VSAT, 1 Noc dan 2 remote client, 3 BTS yang memiliki
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
34
Wireless Akses Point yang bisa di gunakan oleh masyarakat secara gratis, 8
unit personal komputer untuk telecenter bagi masyarakat, 8 unit telpon
analog berbasis Voip.
16) Penyediaan pusat informasi dan komunikasi Aceh dalam mewujudkan
Aceh Cyber Province melalui membangun Gedung Seuramo Aceh yang
berfungsi sebagai Media Center Aceh.
17) Penyediaan sistem telekomunikasi dengan dasar BWA (Broadband
Wireless Access) yang bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sistem
tekhnologi informasi/ komunikasi oleh seluruh kalangan masyarakat di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
i. d. Lingkungan Hidup
Strategi pembangunan bidang lingkungan hidup tahun 2007 - 2012 adalah:
1) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup secara merata dengan
melibatkan partisipasi semua stake holders dan penegakan hukum dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
2) Melakukan penelitian dampak lingkungan penggunaan mercury,
khususnya di kawasan pertambangan emas Gunong Ujeun Kabupaten
Aceh Jaya; Sawang Kabupaten Aceh Selatan dan Geumpang Kabupaten
Pidie, serta Valuasi Ekonomi Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah
dan Aneuk Laot di Kota Sabang.
3) Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang meliputi antara lain
pengendalian konflik satwa, penetapan tapal batas antara Kawasan
Ekosistem Leuser (KEL) dan diluar KEL.
4) Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang dan Mangrove 35 ha di
Kabupaten Aceh Besar dan Pidie Jaya.
5) Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 5 - 10 ha masing-masing
di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kota Lhokseumawe, Kota
Langsa, Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Barat.
6) Pengembangan desa model yang ramah lingkungan merupakan prioritas
untuk dijadikan pilot project pada masing-masing Kabupaten/Kota.
7) Konservasi sumberdaya air dan pengendalian kerusakan sungai Alas
Kabupaten Aceh Singkil.
e. Pertanahan
Strategi Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2007 - 2012 adalah:
1) Menginventarisasi penguasaan, pemilikan, pemanfaatan dan penggunaan
tanah (P4T) serta menyediakan sertifikat tanah bagi masyarakat ekonomi
lemah dan wilayah perbatasan.
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
35
2) Pecepatan pelimpahan Badan pertanahan menjadi Badan Otonomi di
Daerah.
f. Energi dan Sumber Daya Mineral
Strategi Pembangunan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2007 -
2012 adalah:
1) Mengupayakan percepatan pembangunan pusat-pusat pembangkit yang
akan diinterkoneksikan ke sistem 150 kV Sumut-Aceh, dimana saat ini
sedang dalam pelaksanaan (committed) yaitu:
PLTU Batubara di Kabupaten Nagan Raya dengan total kapasitas 2 x
100 MW yang direncanakan beroperasi pada akhir tahun 2011 (tahap
konstruksi).
PLTP Seulawah di Kabupaten Aceh Besar dengan total kapasitas 2 x 20
MW yang akan beroperasi pada akhir tahun 2012.
PLTA Peusangan I dan II di Kabupaten Aceh Tengah dengan total
kapasitas 2 x 43 MW dibiayai dari Loan JBIC (Japan Bank International
Company) dan direncanakan beroperasi pada tahun 2011 dan 2013.
PLTA Lawe Mamas di Kabupaten Aceh Tenggara dengan total
kapasitas 3 x 30 MW yang direncanakan beroperasi pada tahun 2015.
2) Meningkatkan pengembangan pembangkit di system isolated yang
memiliki kapasitas terpasang sebesar 146,5 MW, dimana saat ini dengan
daya mampu sebesar 96 MW.
3) Pengembangan system transmisi 150 kV Tahun 2011 adalah Brastagi-
Kutacane, Bireun-Takengon, Sidikalang-Subulussalam. Pada Tahun 2012
adalah Sigli-Meulaboh, Meulaboh-Blangpidie, Blangpidie-Tapaktuan,
Incomer GI Jantho, Incomer GI Panton Labu, Incomer GI Cot Trueng.
Pada tahun 2013 dilakukan pembangunan Incomer GI Samalanga dan pada
tahun 2014 pengembangan transmisi Jantho-Krueng Raya dan Kutacane-
Blangkejeren.
4) Penambahan kapasitas trafo gardu induk (GI) dilakukan sejak tahun 2010
sampai dengan 2019 sebesar 420 MVA dan GI uprating adalah sebesar 350
MVA.
5) Menyediakan dan mendayagunakan sumberdaya alam tambang yang
berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup serta
menyediakan informasi geologi dan sumber daya mineral.
3. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemerataan Kesempatan Belajar
Permasalahan pendidikan tidak hanya menyangkut penyediaan layanan
pendidikan formal bagi peserta didik, tetapi juga pembekalan ilmu pengetahuan
(knowledge) dan ketrampilan (life skills) bagi setiap anggota masyarakat melalui program Pendidikan Non Formal (PNF). Pemberantasan buta aksara (illiteracy)
-
LKPJ GUBERNUR ACEH TAHUN 2010
36
perlu dilakukan secara serius sebagai upaya untuk mencerdaskan seluruh rakyat
dan mendukung pembelajaran sepanjang hidup (life long learning).
Strategi pembangunan Pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar di Aceh
akan dilakukan melalui:
a. Pemerataan dan Perluasan Akses
Strategi utama untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan akses adalah:
1) Mengurangi hambatan biaya pada tingkat pendidikan usia dini,
pendidikan dasar, menengah, dayah dan luar sekolah.
2) Meningkatkan efektivitas internal dan tingkat kelangsungan sekolah di
setiap jenjang pendidikan.
3) Meningkatkan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat dan dunia
usaha.
4) Mengembangkan fasilitas pendidikan yang fokus dalam rangka menghapus
hambatan kesempatan belajar dan perluasan akses penyediaan pendidikan
dasar dan menengah di daerah-daerah terpencil, pemukiman terpencar
dan daerah kepulauan.
5) Meningkatkan pengembangan Perguruan Tinggi sesuai dengan prioritas
dan arah pengembangan daerah.
6) Pengembangan fasilitas dayah dalam menunjang pelayanan pendidikan
yang bermutu.
b. Mutu, Relevansi dan Daya Saing
Strategi utama untuk meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing adalah: