Katarak Senilis

21
Katarak Senilis Adatya Stevani P Putuhena 10-2010-253 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna no.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, no.Telp. 021-56942061 [email protected] Pendahuluan Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, inggris Cataract, dan latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, terjadi akibat kedua- duanya. Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (katarak senilis), akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. 1 BLOK 23 SPESIAL SENSE P a g e 1 | 21

Transcript of Katarak Senilis

Page 1: Katarak Senilis

Katarak SenilisAdatya Stevani P Putuhena

10-2010-253

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna no.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, no.Telp. 021-56942061

[email protected]

Pendahuluan

Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, inggris Cataract, dan latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup

air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang

dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, terjadi akibat kedua-duanya.

Katarak umumnya terjadi pada usia lanjut (katarak senilis), akan tetapi dapat juga akibat

kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata local seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan

retinitis pigmentosa.

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan

yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan,

sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.1

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan

tertentu dengan penolong pasien, terdiri dari:

1. Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari

secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan

keterangan lain mengenai identitas pasien.

2. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).

Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah, perubahan daya lihat warna.

Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film, diplopia.

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 1 | 13

Page 2: Katarak Senilis

Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan

mata.

Lampu dan matahari sangat mengganggu, hipermetropia.

Sering meminta ganti resep kaca mata.

3. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti

diabetes mellitus, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya

memicu resiko katarak, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,

ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /

toksisitas fenotiazin, riwayat alergi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat katarak dalam keluarga. 2

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

- TTV (terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau tidak).

- Pemeriksaan mata dasar

Pada pasien katarak mata tidak mengalami iritasi. Sehingga secara umum pada

pemeriksaan fisik mata dari luar tidak ditemukan kelainan. Yang lebih dikeluhan pasien ialah

berkurangannya kemampuan akomodasi. Hilangnya transparansi lensa ini dapat

menyebabkan penglihatan menjadi kabur, baik penglihatan jauh maupun dekat namun tidak

disertai dengan rasa nyeri. Pada pasien katarak tidak ditemukan adanya tanda peradangan

baik pembengkakan, eritema, panas dan nyeri tekan.

Secara makroskopi pada katarak yang matur dapat terlihat adanya kekeruhan di daerah

belakang pupil yang umumnya berwarna putih keabu-abuan. Karena didapati penurunan

ketajaman penglihatan pada katarak, maka pemeriksaan visus dengan menggunakan uji

ketajaman penglihatan Snellen diperlukan. Secara umum didapatkan korelasi antara

penurunan ketajaman penglihatan dengan tingkat kepadatan katarak.3

Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:

1. Ketajaman visus /VA

Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter. Masing-

masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole

untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur dari barisan

terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai normal visus adalah

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 2 | 13

Page 3: Katarak Senilis

6/6. Apabila pasien hanya bisa membedakan gerakan tangan pemeriksa maka visusnya adalah

1/300. Jika pasien hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.

2. Gerak bola mata (ocular motility)

Ocular motility merupakan pemeriksaan untuk mengetahui fungsi otot-otot mata serta

inervasiya. Penyakit katarak memang tidak mempengaruhi ocular motility pada umumnya.

3. Tes lapangan pandang

Pemeriksaan ini berutjuan mengetahui gangguan lapang pandang. Dasar pemeriksaan ini

adalah membandingkan lapang pandang penderita dengan pemeriksa. Jika penderita dan

pemeriksa sama-sama dapat melihat jari atau benda berarti lapang pandang penderita sama

dengan pemeriksa.

Jika pasien terlambat melihat jari atau benda, maka lapang pandang pasien lebih sempit.

Lapang pandang pemeriksa harus normal & tes dilakukan untuk mengetahui hemianopia

temporal.

4. Uji bayangan iris

Bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Senter disinarkan pada pupil dengan

membuat sudut 45° dengan dataran iris& melihat bayangan iris  pada lensa. Bila

bayangan iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa belum keruh

seluruhnya atau disebut uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil atau dekat pada

pupil maka disebut sebagai uji bayangan iris negative.

5. Tekanan bola mata (Tonometri digital)

Pemeriksaan bertujuan untuk membandingkan tekanan bola mata penderita dengan tekanan

bola mata pemeriksa. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara penderita melihat kearah bawah

lalu kedua telunjutk pemeriksa diletakkan diatas kelopak mata atas + diatas sclera & ditekan

secara lembut, rasakan tekanan bola mata pasien.

6. Funduskopi

Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen anterior

(termasuk lensa) maupun fundus. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat katarak juga dapat

diperlihatkan pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Indikator lainnya pada oftalmoskopi

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 3 | 13

Page 4: Katarak Senilis

direk untuk penderita katarak adalah berkurangnya reflex merah. Refleks ini merupakan

perubahan warna pupil menjadi jingga kemerahan yang lebih terang dan homogen jika

cahaya pemeriksa tepat sejajar dengan sumbu visual yaitu saat pasien melihat ke arah cahaya

oftalmoskop. Adanya kekeruhan pada lensa dapat menghalangi seluruh atau sebagian reflex

cahaya dan menyebabkan tampaknya bintik atau bayangan gelap. Bila hal ini terjadi pasien

dapat disuruh melihat ke tempat lain sejenak kemudian kembali melihat cahaya, bila

kekeruhan ini bergerak maka kemungkinan letaknya ada dalam vitreus. Sedangkan bila tidak

bergerak kemungkinan kekeruhan ini berasal dari lensa. Pada stadium inpisien dan imatur

tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada stadium matur

haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang merah jambu, lensa sudah

keruh. 3

Diagnosis Utama

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di

atas lima puluh tahun. Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui secara

pasti. Namun banyak kasus katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor

keturunan, maka riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan.Katarak secara klinik dikenal

dalam lima stadium yaitu insipien, imatur, intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.3

Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :

1. Nuclear sclerosis, merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras

dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan

dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita

juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru

2. Kortikal, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau

terutama bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk

jeruji menuju korteks anterior dan posterior

3. Posterior subcapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa.

Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta

pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan

trauma.

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 4 | 13

Page 5: Katarak Senilis

Pada akhirnya, seluruh lensa akan menjadi keruh. Lensa mungkin kemudian membengkak

(katarak intumescent). Materi kortikal akan mencair (katarak Morgagnian) dan kemudian

diabsorbsi kembali menyebabkan nukleus yang padat menjadi “tenggelam” ke bawah

kantung kapsular.

Katarak dibagi menjadi 4 stadium:

1. Stadium insipient stadium paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.

Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian

perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda), terutama mengenai korteks

anterior, sedang aksis relatif masih jernih. Gambaran inilah yang disebut spokes of a

wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan. Pada stadium yang lanjut, gambaran baji dapat

dilihat pula pada pupil normal.

2. Stadium imatur kekeruhan belum mengenai seluruh lensa. Kekeruhan itu terutama

terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada

kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanoa ada yang dipantulkan.

Oleh karena kekeruhan di bagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian

yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, dilihat di pupil, ada

daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan

daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini

disebut shadow test (+).

3. Stadium matur pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua

sinar yang mengenai pupil akan dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak

ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow

test membedakan stadium matur dari imatur dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut

dengan midriatika, oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test

yang (-), oleh karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan

tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang,

walaupun masih stadium imatur (shadow test (+)), dengan koreksi, visus tetap buruk,

hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau 1/∞, hanya ada

persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan ini disebut

stadium vera matur.

4. Stadium hipermatur (katarak Morgagni) korteks lensa yang konsistensinya seperti

bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun ke bawah oleh karena daya beratnya.

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 5 | 13

Page 6: Katarak Senilis

Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran

di bagian bawah, dengan warna yang lain, dari pada bagian yang di atasnya yaitu

kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih

permeable, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di

bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni. Pada

pemeriksaan, didapatkan iris yang tremulans, di mana camera oculi anterior (coa) menjadi

dalam sekali dan iris yang membentuk sudut coa, sekarang tergantung bebas, tak

menempel pada lensa, sehingga pada pergerakan bola mata, iris bergetar.

Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan, yang disebut

intumesensi, yaitu penyerapan cairan akuos oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan

iris terdorong ke depan, coa menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi. Pada umumnya

terjadi pada stadium II. 3,4

Pada akhirnya, seluruh lensa akan menjadi keruh. Lensa mungkin kemudian membengkak

(katarak intumescent). Materi kortikal akan mencair (katarak Morgagnian) dan kemudian

diabsorbsi kembali menyebabkan nukleus yang padat menjadi “tenggelam” ke bawah

kantung kapsular.

Diagnosis pembanding

1. Katarak komplikata

Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi

seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intraocular, iskemia ocular,

nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak

komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus,

hipoparatiroid, galaktosemia,dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena,

steroid local lama, steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase). Katarak

komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya didaerah bawah

kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata, linear, rosete, reticulum dan

biasanya terlihat vakuol. Dikenal dua bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada

polus posterior mata dan polus anterior bola mata.

Katarak pada polus posterior mata terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis

pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang mengakibatkan kelainan

badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial dan tidak berjalan cepat didalam nukleus,

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 6 | 13

Page 7: Katarak Senilis

sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi

retina memberikan gambaran agak berlainan.

Katarak pada polus anterior bola mata biasanya diakibatkan oleh kelainan kornea

berat, iridoksiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridoksiklitis akan

mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan terlihat

katarak disiminata pungtata subkapsular anterior (katarak Vogt).

Katarak komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile,

hipoparatiroidisma. Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu – waktu

menjadi katrak lamellar. Pada pemeriksaan darah terlihat kadar kalsium turun.1

2. Katarak sekunder

Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisi lensa yang tertinggal setelah

ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK) atau pasca trauma yang memecah lensa. Bentuk

lainnya adalah profilerasi epitel lensa berupa mutiara Elsching dan cincin Sommering.

Mutiara Elsching adalah epitel subscapular yang berproliferasi dan membesar

sehingga tampak sebagai busa atau telur kodok dan bisa menghilang dalam beberapa tahun

oleh karena pecah dindingnya. Cincing Soemering terjadi akibat kapsul anterior yang pecah

dan traksi kearah pingir-pingir melekat pada kapsula posterior menimbulkan daerah yang

jernih ditengah. Cincin ini dapat bertambah besar karena daya regenerasi epitel didalamnya.

Katarak ini diobati dengan cara pembedahan seperti disisio katarak sekunder,

kapsulotomi, membranektomi atau mengeluarkan seluruh membran keruh.1

3. Katarak diabetes

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus dan

biasanya bilateral. Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk.

Pertama pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan

terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi

kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila tejadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

Bentuk kedua, pasien diabetes juvenil dan tua yang tidak terkontrol, dimana terjadi katarak

serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau bentuk piring

subkapsular. Bentuk ketiga, katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara

histopatologi dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat

penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat peningkatkan insidens B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 7 | 13

Page 8: Katarak Senilis

maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic” katarak.

Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagian jernih dengan

pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa untuk

menegakkan diagnosis.1

Etiology

Penyebab katarak dapat berupa bermacam- macam. Salah satu penyebabnya yang

paling umum adalah faktor usia dimana biasanya katarak timbul pada orang- orang lanjut

usia. Katarak juga dapat dihubungkan dengan penyakit sistemik dan okular lain seperti

diabetes. Juga dapat disebabkan trauma dan benda asing serta dapat juga terjadi karena

kelainan herediter.1

Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi katarak juga dapat

disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti katarak traumatik yang disebabkan oleh

riwayat trauma/cedera pada mata, katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain,

seperti penyakit atau gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes

mellitus, katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi, katarak kongenital yang

dipengaruhi oleh faktor genetik, kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol,

kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E, katarak yang disebabkan oleh

penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti seperti obat-obat golongan statin dan

squalene synthase inhibitor. Squalene merupakan enzim yang terdapat dalam tubuh dan

berperan dalam metabolisme kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzimsqualene synthase

akibat penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak.

Epidemiologi

Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan.

Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-74

tahun adalah terbanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75

tahun. Di seluruh dunia lebih dari 20 juta pasien menjadi buta karena katarak padat bilateral.

Ini mempresentasikan penyebab kebutaan yang dapat di cegah karena katarak. Organisasi

kesehatan dunia (WHO) telah membuat project 2020 untuk mengatasi masalah ini, tujuannya

untuk menghilangkan katarak sebagai penyebab kebutaan pada tahun 2020. Katarak

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 8 | 13

Page 9: Katarak Senilis

merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di Indonesia dan Negara lainnya. Di

ketahui bahwa prevalensii kebutaan di Indonesia sekitar 1.2% dari jumlah penduduk di

Indonesi. Dari angka tersebut prosentase kebutaan utama ialah: katarak 0.70%.5

Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada katarak meliputi:

Penglihatan yang kabur dan penurunan daya penglihatan yagn terjadi secara berangsur-

angsur tanpa rasa nyeri sebagai akibat kekeruhan lensa

Pupil yang bewarna putih seperti susu akibat kekeruhan lensa

Penurunan penglihatan akibat bayangan pada retina yang kurang jelas

Penglihatan yang lebih baik pada cahaya redup daripada cahaya terang bagi pasien yang

mengalami opasitas sentral; ketika pupil berdilatasi, pasien dapat melihat objek sekitar di

opasitas. 6

Patofisiologi

Patofisiologi di belakang katarak senilis merupakan suatu hal yang kompleks dan

belum sepenuhnya dimengerti. Pada semua kemungkinan, pathogenesis katarak senilis

merupakan multifactorial yang berkaitan dengan interaksi kompleks antara berbagai proses

fisiologik. Seiring dengan lensa semakin menua, berat dan ketebalannya meningkat

sementara kekuatan akomodasinya berkurang. Seiring dengan lapisan kortikal baru

ditambahkan pada pola yang konsentris, nucleus sentral dikompresi dan diperkeras dalam

proses yang disebut sclerosis nuclear

Banyak mekanisme berkontribusi kepada progresivitas hilangnya transparansi lensa.

Lapisan epitel lensa dipercaya melewati perubahan yang berkaitan dengan usia, terutama

penurunan densitas sel epitel lensa dan penyimpangan dari diferensiasi sel serat lensa.

Meskipun lapisan epitel dari lensa yang mengalami katarak mengalami laju kematian

apoptosis yang rendah, dimana tidak mungkin menyebabkan penurunan densitas sel yang

siknifikan, akumulasi dari skala kecil kehilangan sel epithelial dapat menyebabkan perubahan

dari formasi serat lensa dan homeostasis, dan yang terparah mengarah ke kehilangan

transparansi lensa mata. Lebih dari itu, seiring lensa menua, reduksi dari kecepatan dimana

air dan bahkan metabolit yang mengandung air dengan berat molecular rendah dapat masuk

ke sel lensa melalui epitel dan korteks terjadi dengan penurunan dari kecepatan transpotasi

air, nutrisi, dan antioksidan.

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 9 | 13

Page 10: Katarak Senilis

Progresifitas serangan oksidatif kepada lensa karena penuaan menjadi terjadi,

menyebabkan perkembangan katarak senilis. Beberapa studi menunjukkan peningkatan

produk dari oksidasi (contoh glutation teroksidasi) dan penurunan vitamin antooksidan dan

dismutase ensim superoksida menekankan akan pentingnya peranan dari proses oksidai pada

kataraktogenesis.

Mekanisme lain yang berkaitan adalah konversi dari protein sitoplasma lensa yang

bersifat larut dan dengan berat molekul rendah, fase tidak larut, dan matriks membrane

protein yang tidak larut. Perubahan protein yang terjadi menyebabkan fluktuasi tiba-tiba pada

indeks refraksi mata, menghamburkan pancaran cahaya dan mengurangi transparansi. Daerah

lain yang diperiksa termasuk peran nutrisi dalam perkembangan katarak, terutama

menyangkut glukosa dan bekas mineral dan vitamin. 6

Katarak senilis dapat dibedakan menjadi 3 tipe utama: katarak nuclear, katarak

kortikal, dan katarak posterior subcapsular. Katarak nuclear terjadi dari sclerosis nuclear yang

berlebihan dan menguning, dengan akibat pembentukan dari kekeruhanan lenticular sentral.

Pada beberapa individu, nucleus bisa menjadi sangat keruh dan coklat, disebut juga katarak

nuclear brunesens. Perubahan dari komposisi ion dari korteks lensa dan perubahan pada

hidrasi serat lensa menyebabkan katarak kortikal. pembentukan dari kekeruan yang granuler

dan menyerupai lempeng pada korteks subkapsular posterior sering menyebabkan

pembentukan katarak subkapsular posterior.2

Penatalaksanaan

Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan namun bisa juga menggunakan

obatan jika katarak tidak terlalu mengganggu. Pembedahan dilakukan atas tiga indikasi yaitu

indikasi social, medis dan optik. Indikasi sosial jika pasien mengeluh adanya gangguan

penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan. Indikasi medis bila ada komplikasi seperti

glaucoma dan indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3

m didapatkan hasil visus 3/60.

1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Ekstrasi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senile.

Lensa dan kapsul lensa diangkat dengan memutus zonula zinn yang telah mengalami

degenerasi.

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 10 | 13

Page 11: Katarak Senilis

Pada saat ini pembedahan intraskapuler jarang dilakukan. Kerugian ICCE adalah hanya dapat

dilakukan implantasi IOL yang dapat menimbulkan komplikasi terhadap kornea. Selain itu,

tidak adanya barrier segmen anterior dan posterior bola mata memudahkan timbulnya suatu

komplikasi. Keuntungan ICCE adalah tidak terjadinya katarak sekunder karena seluruh

komponen lensa diangkat. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila terjadi

subluksasio lensa atau dislokasi lensa.

2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsul lensa. Gelombang suara dengan frekuensi tinggi

(fakoemulsifikasi) bertujuan untuk memperlunak lensa sehingga memudahkan pengambilan

lensa melalui sayatan kecil.

Pembedahan dilakukan pada pasien katrak mudak pasien dengan kelainan endotel dan

keratoplasti, implantasi lensa intraokuler, pasca bedah ablasi. Penyulit yang timbul saat

pembedahan ini adlaah terjadinya katarak sekunder.

Komplikasi

I. Lens induced glaucoma

Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam tiga cara :

1. Phacomorphic glaucoma

Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan. Sudut

yang tertutup menghalangi jalur trabekular dan TIO meningkat. Ini merupakan

jenis glaukoma sudut tertutup sekunder.

2. Phacolytic glaucoma

Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan dimakan oleh

makrofag. Makrofag yang membengkak akan menyumbat jalur trabekular dan

mengakibatkan peninggian TIO. Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka

sekunder.

3. Phacotoxic Glaucoma

Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO

karena menutup pupil atau sudut bilik depan.

II. Lens Induced Uveitis

Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh mekanisme

imunitas tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan,

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 11 | 13

Page 12: Katarak Senilis

protein lensa akan dikenali sebagai benda asing dan mengakibatkan terjadinya

reaksi imun. Reaksi imun ini akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai

dengan adanya kongesti siliar, sel, dan fler pada humor aqueous.

III. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan rusak. Hal ini

menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula zinii tetap utuh dan terdapat

bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan

tidak ada sisa lensa.

Pencegahan

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.

Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah

berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan

berkembangnya katarak dengan:

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata

Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

** Vitamin A :dapat diperoleh dari hati, telur, dan sayur seperti wortel maupun bayam.

Vitamin A ini penting dalam fungsi retina, juga membantu, mata beradaptasi dengan cahaya

terang dan gelap. Vitamin A mengurangi risiko terbentuknya katarak dan degenerasi makular

terkait usia.

** Vitamin C : selain memperkuat tulang dan otot serta menjaga kesehatan gigi dan gusi,

vitamin C juga penting dalam menjaga kesehatan mata. Vitamin C mampu mengurangi risiko

katarak dan degenerasi makular. Sumber vitamin C dapat dijumpai padajeruk, stroberi,

brokoli, dan paprika.

** Vitamin E : dikaitkan juga dengan pencegahan katarak dan memperlambat perkembangan

katarak. Kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, serta produk yang diperkaya vitamin E

adalah sumber vitamin E yang baik.

** Selenium dan zinc :dua komponen ini menjadi mineral kunci untuk membantu proses

oksidasi. Mineral tersebut membantu tubuh menyerap antioksidan. Kecukupan mineral ini

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 12 | 13

Page 13: Katarak Senilis

dalam makanan sehari-hari juga membantu mencegah penyakit mata. Selenium dapat

dijumpai pada makaroni dan keju. Sementara zinc bisa diperoleh dari keju, yogurt, daging

merah, dan beberapa sereal yang diperkaya dengan mineral zinc. 2

Prognosis

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga

tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat

maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik. 2

Daftar Pustaka

1. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2006. h.8-9,200-11.

2. Lumbantobing S. Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai

PenerbitFKUI 2006. Hall 25-46.

3. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya

Medika; 2000.h.401-406.

4. Wevill M. Epidemiology, pathophysiology, causes, morphology, and visual effects of

cataract. Dalam: Yanoff M, Duker J S. Ophtalmology. Edisi 2. China: Mosby

Elsevier. 2009.

5. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2005.

6. Kowalak JP. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC, 2011. Hal.592-600.

B L O K 2 3 S P E S I A L S E N S E P a g e 13 | 13