KEBENARAN ILMIAH.pdf

download KEBENARAN ILMIAH.pdf

of 26

Transcript of KEBENARAN ILMIAH.pdf

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    1/26

    1

    TUGAS MATA KULIAH

    FILSAFAT ILMU

    “KEBENARAN ILMIAH”

    NAMA : IFTITAH INDRIANI

    NPM : 1114500081

    SEMESTER/KELAS : 3/C

    YAYASAN PENDIDIKAN PANCASAKTI TEGAL

    UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGALFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

    Jalan Halmahera KM. 1 

    (0283) 357122

    2015

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    2/26

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena saya

    dapat menyelesaikan makalah ini yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata

    kuliah Filsafat Ilmu.

    Saya ucapkan terima kasih kepada Yth. Bapak Dr. H. Maufur, M.Pd

    selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah membimbing saya agar dapat

    menyelesaikan penyusunan makalah ini.

    Akhirnya saya menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh

    karena itu, dengan segala kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran agar

    penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu saya mengucapkan

    terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi saya dan bagi pembaca.

    Tegal, 24 November 2015

    IFTITAH INDRIANI

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    3/26

    3

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

    DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 2

    1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 2

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1 Pengertian Kebenaran ................................................................................... 3

    2.2 Teori Kebenaran............................................................................................ 7

    2.3 Keterkaitan Antara Fakta dengan Kebenaran................................................14

    2.4 Kesenjangan Antara Kebenaran dan Fakta ...................................................18

    2.5 Cara Menemukan Kebenaran........................................................................19

    BAB III PENUTUP

    3.1 Kesimpulan ...................................................................................................22

    3.2 Saran .............................................................................................................22

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................23

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    4/26

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh

    untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para

    rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang

    diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip melalui penalaran rasional,

    kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan

    harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan

    yang patuh pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul.

    Pendidikan pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya

    mengemban tugas utama untuk menemukan, pengembangan, menjelaskan,

    menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Semua orang yang berkeinginan untuk 

    menjadi benar, bertindak sesuai dengan kebenaran. Kebenaran adalah satu nilai

    utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi

    rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human

    dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Kebenaran sebagai ruang

    lingkup dan obyek pikir manusia sudah lama menjadi penyelidikan manusia.

    Manusia sepanjang sejarah kebudayaannya menyelidiki secara terus menerus

    apakah hakikat kebenaran itu.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    5/26

    5

    1.2. Rumusan Masalah

    1) Apa pengertian kebenaran?

    2) Bagaimana teori kebenaran?

    3) Apa keterkaitan antara fakta dengan kebenaran?

    4) Apa kesenjangan kebenaran dan fakta?

    5) Bagaimana cara menemukan kebenaran?

    1.3. Tujuan

    1) Agar mengetahui kebenaran.

    2) Agar memahami teori kebenaran.

    3) Agar mengetahui keterkaitan antara fakta dengan kebenaran.

    4) Agar mengetahui kesenjangan kebenaran dan fakta.

    5) Agar mengetahui dan memahami cara menemukan kebenaran.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    6/26

    6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Pengertian Kebenaran

    Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai

    nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau

    martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu

    kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna

    dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh

    manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-

    tahap metode ilmiah.

    Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan

    realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam

    lingkup agama, metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Maka

    perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia

    dalam dunianya. Dapat dipahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan

    diletakkan dengan ukuran. Pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu

    pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai

    produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus

    terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang akan diteliti atau

    dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu,

    sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan sistem.

    Anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah

    mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya

    bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang

    untuk menolak atau menerima suatu pemikiran manusia. Maksud dari hidup ini

    adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata:

    “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tidak bersamaan, bahkan jauh

     belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    7/26

    7

    bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein)

    terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan).

    Dalam bahasan, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna

    “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak  dan tidak sama ataupun

    selamanya, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya

    merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu

    efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran

    merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu

    secara netral, tidak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga

    ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah

    semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran.

    Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral,

    kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan

    etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita

    rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi,

    yang merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran

    metafisik berkaitan dengan yang ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena

    yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi yang ada merupakan dasar dari

    kebenaran, dan akal budi yang menyatakannya.

    Dalam kehidupan sehari-hari, persoalan atau masalah sering muncul akibat

    beberapa pihak mempertahankan yang menurut pendapatnya merupakan suatu

    kebenaran, dan kebenaran yang muncul satu dengan yang lain secara kebetulan

    atau tidak ternyata berbeda. Menurut Jaaspers, sengketa merupakan situasi batas.

    Setiap orang potensial menghadapi sengketa karena pendapatnya tidak selalu

    sama dengan pendapat orang lain adalah suatu kemungkinan yang tidak bisa

    dilawannya (Fuad Hasan, 1992).

    Kebenaran Ilmu

    Ilmu pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan

    berbagai fenomena empiris yang terjadi di alam ini, tujuan dari upaya tersebut

    adalah untuk memperoleh suatu pemahaman yang benar atas fenomena tersebut.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    8/26

    8

    Terdapat kecenderungan yang kuat sejak berjayanya kembali akal pemikiran

    manusia adalah keyakinan bahwa ilmu merupakan satu-satunya sumber

    kebenaran, segala sesuatu penjelasan yang tidak dapat atau tidak mungkin diuji,

    diteliti, atau diobservasi adalah sesuatu yang tidak benar, dan karena itu tidak 

    perlu dipercayai.

    Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa tidak semua masalah dapat

    dijawab dengan ilmu, banyak sekali hal-hal yang merupakan konsern manusia,

    sulit, atau bahkan tidak mungkin dijelaskan oleh ilmu seperti masalah Tuhan,

    Hidup sesudah mati, dan hal-hal lain yang bersifat nonempiris. Oleh karena itu

    apabila manusia hanya mempercayai kebenaran ilmiah sebagai satu-satunya

    kebenaran, maka ia telah mempersempit kehidupan dengan hanya mengikatkan

    diri dengan dunia empiris, untuk itu diperlukan pemahaman tentang apa itu

    kebenaran baik dilihat dari jalurnya (gradasi berfikir) maupun macamnya.

    Apabila dilihat dari gradasi berfikir kebenaran dapat dikelompokan ke dalam

    empat gradasi berfikir yaitu :

    1. Kebenaran Biasa, yaitu kebenaran yang dasarnya adalah common sense atau

    akal sehat. Kebenaran ini biasanya mengacu pada pengalaman individual tidak 

    tertata dan sporadis sehingga cenderung sangat subjektif sesuai dengan variasi

    pengalaman yang dialaminya. Namun demikian seseorang bisa

    menganggapnya sebagai kebenaran apabila telah dirasakan manfaat praktisnya

    bagi kehidupan individu atau orang tersebut.

    2. Kebenaran Ilmu, yaitu kebenaran yang sifatnya positif karena mengacu pada

    fakta-fakta empiris, serta memungkinkan semua orang untuk mengujinya

    dengan metode tertentu dengan hasil yang sama atau paling tidak relatif sama.

    3. Kebenaran Filsafat, yaitu kebenaran ini sifatnya spekulatif, mengingat sulit

    atau tidak mungkin dibuktikan secara empiris, namun apabila metode

    berfikirnya dipahami maka seseorang akan mengakui kebenarannya. Satu hal

    yang sulit adalah bagaimana setiap orang dapat mempercayainya, karena cara

    berfikir dilingkungan filsafatpun sangat bervariasi.

    4. Kebenaran Agama, yaitu kebenaran yang didasarkan kepada informasi yang

    datangnya dari Tuhan melalui utusannya, kebenaran ini sifatnya dogmatis,

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    9/26

    9

    artinya ketika tidak ada kepahaman atas sesuatu hal yang berkaitan dengan

    agama, maka orang tersebut tetap harus mempercayainya sebagai suatu

    kebenaran.

    Dari uraian di atas bahwa masalah kebenaran tidaklah sederhana, tingkatan-

    tingkatan atau gradasi berfikir akan menentukan kebenaran apa yang dimiliki atau

    diyakininya, demikian juga sifat kebenarannya juga berbeda. Hal ini menunjukan

    bahwa apabila seseorang berbicara mengenai sesuatu hal, dan apakah hal itu benar

    atau tidak, maka perlu dianalisis tentang tataran berfikirnya, sehingga tidak serta

    merta menyalahkan atas sesuatu pernyataan, kecuali apabila pembicaraannya

    memang sudah mengacu pada tataran berfikir tertentu.

    Dalam konteks Ilmu, kebenaran pun mendapatkan perhatian yang serius,

    pembicaraan masalah ini berkaitan dengan validitas pengetahuan atau ilmu,

    apakah pengetahuan yang dimiliki seseorang itu benar atau tidak, untuk itu para

    ahli mengemukakan berbagai teori kebenaran (Theory of Truth), yang dapat

    dikategorikan ke dalam beberapa jenis teori kebenaran yaitu :

    1. Teori korespondensi (The Correspondence theory of truth). Menurut teori ini

    kebenaran, atau sesuatu itu dikatakan benar apabila terdapat kesesuaian antara

    suatu pernyataan dengan faktanya (a proposition - or meaning - is true if there

    is a fact to which it correspond, if it expresses what is the case). Menurut

    White Patrick “truth is that which conforms to fact, which agrees with reality,

    which corresponds to the actual situation. Truth, then can be defined as fidelity

    to objective reality”. Sementara itu menurut Rogers, keadaan benar

    (kebenaran) terletak dalam kesesuaian antara esensi atau arti yang kita berikan

    dengan esensi yang terdapat di dalam objeknya. Contoh: jika seseorang

    menyatakan bahwa Kuala lumpur adalah ibukota Malaysia, maka pernyataan

    itu benar jika dalam kenyataannya memang ibukota Malayasia itu Kuala

    lumpur.

    2. Teori Konsistensi (The coherence theory of truth). Menurut teori ini

    kebenaran adalah keajegan antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    10/26

    10

    yang sudah diakui kebenarannya, jadi suatu proposisi itu benar jika sesuai/ajeg

    atau koheren dengan proposisi lainnya yang benar. Kebenaran jenis ini

    biasanya mengacu pada hukum-hukum berfikir yang benar. Misalnya semua

    manusia pasti mati, Roy adalah Manusia, maka Roy pasti mati, kesimpulan

    Roy pasti mati sangat tergantung pada kebenaran pernyataan pertama (semua

    manusia pasti mati).

    3. Teori Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Menurut teori ini kebenaran

    adalah sesuatu yang dapat berlaku, atau dapat memberikan kepuasan, dengan

    kata lain sesuatu pernyataan atau proposisi dikatakan benar apabila dapat

    memberi manfaat praktis bagi kehidupan, sesuatu itu benar apabila berguna.

    Teori-teori kebenaran tersebut pada dasarnya menunjukan titik berat kriteria

    yang berbeda, teori korespondensi menggunakan kriteria fakta, oleh karena itu

    teori ini bisa disebut teori kebenaran empiris, teori koherensi menggunakan

    dasar fikiran sebagai kriteria, sehingga bisa disebut sebagai kebenaran rasional,

    sedangkan teori pragmatis menggunakan kegunaan sebagai kriteria, sehingga

    bisa disebut teori kebenaran praktis.

    2.2. Teori Kebenaran

    Kebenaran merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh filsafat maupun

    ilmu pengetahuan. Kebenaran memiliki anggapan dasar (asumsi) bahwa

    kebenaran itu berlaku atau diakui, karena ia memang menggambarkan

    menyatakan realitas yang sesungguhnya.

    Menurut A.M.W. Pranarka (1987), yang perlu kita sadari bahwa konformitas

    antara obyek dan subyek bukan konformitas yang tuntas paripurna, tetapi parsial

    dan relatif. Karena jika telah mutlak maka kita sudah tidak bisa mendiskusikan

    tentang kebenaran lagi.

    Ada beberapa rumusan tentang kebenaran, diantaranya dikemukakan oleh

    Michael Williams, yaitu;

    a) Kebenaran Koherensi

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    11/26

    11

    Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan bersifat

    koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap

    benar. Contoh sebagai berikut: Bila kita beranggapan bahwa semua manusia pasti

    akan mati adalah pernyataan yang selama ini memang benar adanya. Karena si

    Fullan adalah manusia, maka pernyataan si Fullan pasti akan mati, merupakan

    pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan

    yang pertama.

    b) Kebenaran Korespondensi

    Teori ini berpedoman bahwa suatu pernyataan adalah benar jika materi

    pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan)

    dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Contoh: Jika seseorang

    menyatakan bahwa “Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah”, pernyataan

    itu benar karena pernyataan tersebut berkoresponden dengan obyek yang bersifat

    faktual, yakni Semarang memang menjadi ibukota Provinsi Jawa Tengah.

    c) Kebenaran Pragmatis

    Bagi para pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan

    menggunanakan kriteria fungsional. Suatu pernyataan benar, jika pernyataan

    tersebut memiliki fungsi atau kegunaan dalam kehidupan praktis. Contoh: Jika

    ada pernyataan bahwa “Teori titik ba dapat mempercepat peningkatan pemahaman

     peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran matematika”. Pernyataan itu

    benar, jika secara ilmiah diteliti ternyata terbukti memang mampu meningkatkan

    kemampuan belajar siswa. Oleh karena itu teori titik ba fungsional dan memiliki

    kegunaan.

    d) Kebenaran Performatif 

    Oleh teori ini suatu pernyataan kebenaran bukanlah kualitas atau sifat sesuatu,

    tetapi sebuah tindakan/berbicara (performatif).

    e) Kebenaran Proposisi

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    12/26

    12

    Menurut teori ini, suatu pernyataan disebut benar apabila sesuai dengan

    pernyataan materiilnya suatu proposisi, bukan pada syarat formal proposisi.

    Contoh: Jika sebuah tabung diisi yang hanya setengah bagian, maka orang bisa

    mengatakan bahwa isi tabung yang hanya setengah sama dengan isi tabung yang

    kosong. Pernyataan tersebut secara formal benar, tetapi tidak secara materiil.

    Karena secara materiil isi tidak sama dengan kosong.

    f) Kebenaran Sintaksis

    Penganut aliran ini berpangkal pada ketarturan atau grametika yang dipakai

    oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekatnya, dengan demikian suatu

    pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan-aturan

    sintaksis yang baku.

    Dasar Pembenaran

    Dasar pembenaran yang akan kita gunakan mengharuskan seluruh cara

    kerja ilmiah yang diarahkan untuk mendapatkan derajat kepastian yang

    semaksimal mungkin dari pengetahuan yang dihasilkan. Hal demikian

    mengandung pengertian sebagai berikut:

    Pertama, pemahaman yang akan diuji dalam suatu cara kerja ilmiah haruslah

    dapat dibenarkan secara a priori (sebelum teruji melalui metode ilmiah).

    Kedua, cara pengujian itu sendiri harus memiliki dasar pembenaran yang sudah

    teruji, sehingga dapat disebut sebagai metode ilmiah.

    Ketiga, setelah teruji melalui metode ilmiah, pemahaman tadi menjadi

    pengetahuan ilmiah atau ilmu, seyogyanya dapat dibenarkan secara a postereori

    (setelah teruji melalui metode ilmiah).

    Dalam banyak situasi, pemahaman yang dapat dibenarkan secara a priori

    yaitu, pemahaman yang akan diuji melalui suatu metode ilmiah, adalah hasil

    kajian cara berfikir deduktif atau induktif dari berbagai pengetahuan yang telah

    memiliki kadar kebenaran tertentu, dan karenanya pemahaman itu sendiri sering

    sudah merupakan pengetahuan atau pemahaman a posteori pada kesempatan lain.

    Cara-cara bertingkat itu akan berlangsung terus menerus dan dengan demikian

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    13/26

    13

    paing sedikit akan menjadikan: Pertama, makin tingginya tingkat kepastian suatu

    kebenaran ilmiah. Kedua, makin berkembang dan bervariasinya ilmu karena

    potensi besar ke arah itu yang boleh dikatakan dimiliki oleh setiap ilmu.

    Beberapa Macam Kebenaran

    1) Kebenaran Relatif 

    Relativitas adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa

    kebenaran itu ada, akan tetapi kebenaran itu tidak mempunyai sifat mutlak.

    Kebenaran yng bersifat relatif dapat dibedakan ke dalam 3 jenis kebenaran:

    • Kebenaran epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan

    pengetahuan manusia.

    • Kebenaran ontologism adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang

    melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan.

    • Kebenaran semantic, kebenaran ini adanya melekat dalam tutur kata

    dan bahasa, yang sering orang menggunakan istilah sintaksis.

    2) Kebenaran Absolut

    Kebenaran absolut adalah kebenaran yang sifatnya mutlak, yakni memiliki

    ciri benar dengan sendirinya, karena memang begitu adanya, sehingga tidak 

    membutuhkan pengakuan dari siapa pun dan dari pihak manapun.

    3) Kebenaran Normatif 

    Kebenaran normatif adalah kebenaran yang mendasarkan pada sistem sosial

    yang berlaku secara adat kebiasaan, atau kesepakatan sosial yang telah lama

    dianut oleh sekelompok masyarakat yang bersangkutan.

    4) Kebenaran Religius

    Kebenaran religius adalah kebenaran yang mendasarkan kepada keyakinan

    atas dasar ajaran dan nilai-nilai yang berlaku dalam agama yang dianutnya.

    5) Kebenaran Filosofis

    Kebenaran filosofis adalah kebenaran yang diperoleh berdasarkan hasil dari

    perenungan yang mendalam dan refleksi para filosof (ahli filsafat) atau ahli

    pikir tentang hakikat sesuatu.

    6) Kebenaran Pragmatis

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    14/26

    14

    Kebenaran pragmatis adalah kebenaran yang mendasarkan pada manfaat

    atau faedah dari sesuatu terhadap individu maupun kelompok orang.

    7) Kebenaran Spekulatif 

    Kebenaran spekulatif adalah kebenaran yang didapat mendasarkan

    perkembangan atau perhitungan rasio yang logis.

    8) Kebenaran Estetis

    Kebenaran estetis adalah kebenaran yang berdasarkan pada kriteria sesuatu

    dipandang indah atau buruk.

    9) Kebenaran Ilmiah

    Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang telah memenuhu persyaratan

    sesuatu dapat dikategorikan ilmiah.

    10) Kebenaran Konstitusional

    Kebenaran konstitusional adalah kebenaran sesuatu berdasarkan kesesuaian

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    11) Kebenaran Ideologis

    Kebenaran ideologis hampir mirip dengan kebenaran religius, bedanya

    kebenaran ideologis mendasarkan pada firman Tuhan yang tertuang dalam

    kitab suci.

    12) Kebenaran Logis

    Kebenaran logis adalah kebenaran yang didapat berdasarkan lurusnya

    berfikir, biasanya dalam bentuk definisi atau pengertian-pengertian.

    Ukuran Kebenaran

    Bila dalam filsafat bersifat logis tidak empiris atau logis dan logis saja,

    maka ukuran kebenarannya adalah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis

    maka dipandang benar, dan bila tidak logis maka salah. Sementara itu dalam ilmu

    bersifat logis empiris.

    Ukuran kebenaran dalam ilmu pengetahuan, filsafat, dan mistis juga memiliki

    kriteria yang berbeda. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori

    itu akan terlihat pada argumen yang menghasilkan simpulan atau teori tersebut.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    15/26

    15

    Oleh karena itu pada kebenaran filsafat tidak diperlukan menuntut bukti empiris,

    karena kebenaran filsafat cukup logis san logis saja.

    Berbeda pula dengan ukuran kebenaran penegtahuan mistis. Pengetahuan

    mistis memiliki berbagai ukuran. Pertama,  jika pengetahuan tersebut dari Tuhan,

    maka ukurannya teks Tuhan yang ada dalam kitab suci. Bila teksnya menyebutkan

    demikian, yaitulah ukuran kebenatannya. Kedua, adakalanya ukuran kebenaran

    mendasarkan kepada kepercayaan. Sesuatu dianggap benar karena kita

    mempercayainya bahwa itu benar. Misal, kita percaya bahwa jin (tuyul) dapat

    disuruh mencari atau mencuri uang, maka kepercayaan kitalah ukuran

    kebenarannya. Ketiga, kadang ukuran kebenaran mistis juga menuntut bukti

    empiris, maka dalam hal ini bukti empiris itulah kebenarannya. Misal, mulut

    seseorang yang tidak merasa sakit atau tidak luka ketika kedua pipinya ditembus

    kawat, atau justru pipinya tidak tembus ditusuk jarum yang runcing. Meskipun

    yang bersangkutan pun tidak dapat menjelaskan secara rasional hubungan sebab

    akibat yang ada dalam peristiwa itu. Oleh karena itu pada segi-segi tertentu cukup

    merepotkan memahami atau menjelaskan pengetahuan mistis bila teori itu tidak 

    punya bukti empirik atau secara rasional tidak terbukti dan bukti empirik tidak 

    ada.

    Sifat-sifat Kebenaran

    Kebenaran berbeda dalam lingkup rasional antara subyek dan obyek. Oleh

    karena itu menurut A.M.W. Pranarka (1978) perlu kita pahami sifat kebenaran

    dari aspek subyek dan obyeknya. Kebenaran ditinjau dari aspek obyeknya, akan

    berarti kebenaran epistemologikal yang tidak tuntas. Hal ini mengingatkan bahwa

    obyek itu sendiri adalah suatu totalitas yang kompleks, banyak aspek dan seginya.

    Kebenaran dalam arti formal adalah apabila pengetahuan benar tersebut telah

    memenuhi hakikat ataupun pengertian dasar dari kebenaran epistemolokal, yakni

    secara defacto ada conformitas antara terminus a quo dan terminus ad quem

    didalam pengetahuan. Jika konformitas itu ada, maka secara formal pengetahuan

    tersebut telah memenuhi hakikat kebenaran, terlepas dari subyeknya ataupun

    totalitas obyeknya. Istilah yang lazim disebut veritas formaliter spectata.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    16/26

    16

    Kebenaran ini sifatnya mutlak, tidak berubah-ubah, tidak dapat ditambah-tambah

    maupun dikurangi. Berlaku dimana dan kapan saja secara formal ia adalah benar.

    Menurut Gordon (1980), dalam masyarakat modern, politik cukup

    berpengaruh terhadap kebenaran atau pembenaran dengan karakteristik sebagai

    berikut:

    1. Kebenaran difokuskan pada wacana ilmiah serta institusi-institusi yang

    menghasilkannya.

    2. Kebenaran tunduk kepada pengarahan pihak-pihak yang berperan dalam

    ekonomi dan politik.

    3. Kebenaran berkembang melalui institusi pendidikan dan informasi yang

    terdapat dalam masyarakat.

    4. Kebenaran dihasilkan serta disebarluaskan dibawah kontrol atau dominasi

    segelintir aparat politik dan ekonomi.

    5. Kebenaran menjadi isu semua kebenaran politik dan pertentangan atau

    perdebatan ideology dan social.

    Relativitas Kebenaran

    Relativitas adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa

    kebenaran iti tidak mmpunyai sifat mutlak. Tentu ini berbeda dengan aliran

    skeptisme yang mengajarkan bahwa kebenaran itu tidak pernah ada. Oleh karena

    itu, orang-orang yang menyatakan bahwa kebenaran bersifat tetap dan tidak dapat

    berubah serta mengaku-ngaku telah memiliki kuncinya, pada hakikatnya mereka

    termasuk orang-orang yang telah dibohongi oleh banyak kebenaran dan

    dibenturkan dengan multi realitas. Karena kebenaran hanya merupakan pedoman

    prinsip, sistem aksioma, kerangka acuan untuk melihat sesuatu dan dasar

    pemikiran untuk meneliti.

    Jenis Kebenaran

    Kebenaran yang bersifat relatif dapat dibedakan ke dalam 3 jenis sebagai berikut:

    1. Kebenaran Epistemologis adalah kebenaran yang berhubungan dengan

    pengetahuan manusia.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    17/26

    17

    2. Kebenaran Ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada

    hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan.

    3. Kebenaran Sementis, kebenaran ini adanya melekat dalam tutur kata dan

    bahasa, yang sering orang menggunakan istilah sintaksis.

    Julianne Ford (Lincoln & Guba, 1985) mengemukakan empat jenis kebenaran

    yang berbeda, yakni:

    1. Kebenaran empiris adalah kebenaran yang sudah biasa digunakan oleh para

    ilmuwan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis untuk menerima atau

    menolak sesuatu sebagai kebenaran.

    2. Kebenaran logis merupakan pernyataan hipotesis yang secara logis atau

    matematis sejalan dengan pernyataan lain yang telah diketahui sebagai sesuatu

    kebenaran.

    3. Kebenaran etis menyatakan kebenaran adalah benar jika yang menyatakan

    berbuat sesuai dengan ukuran (standart) pelaksanaan yang bersifat moral atau

    professional.

    4. Kebenaran metafisis (kepercayaan dasar) merupakan kepercayaan yang harus

    diterima sebagaimana adanya. Kebenaran ini tidak dapat dibuktikan dengan

    ketidakbenaran karena kebenaran ini menghadirkan batas akhir yang berbeda

    dengan segala yang teruji.

    2.3. Keterkaitan Antara Fakta dengan Kebenaran

    Kebenaran adalah sesuatu yang ada secara objektif, logis, dan merupakan

    sesuatu yang empiris. Sedangkan fakta merupakan kenyataan yang terjadi yang

    dapat diterima secara logis dan dapat diamati secara nyata dengan panca indra

    manusia.

    Kasus jatuhnya pesawat Mandala di Medan beberapa tahun yang lalu

    merupakan contoh suatu fakta yang terjadi di lapangan. Kenyataan berupa kasus

     jatuhnya pesawat tersebut merupakan sesuatu kasus yang benar adanya. Dengan

    kebenaran atas terjadinya kecelakaan pesawat merupakan suatu fakta yang tidak 

    bisa dibantah lagi atas kebenarannya, baik secara logika maupun secara empiris.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    18/26

    18

    Contoh lain shalat dapat mencegah manusia kepada kemungkaran merupakan

    suatu kebenaran wahyu yang tidak dapat dibantah lagi, baik secara logika maupun

    secara empiris, karena dalam kenyataanya apabila orang shalatnya baik dan benar

    maka perilakunya menjadi bagus di masyarakat.

    Dari uraian dan kedua contoh diatas, menunjukan bahwa antara kebenaran dan

    fakta merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

    Dengan kata lain, antara fakta dan kebenaran, dan antara kebenaran dengan fakta

    merupakan dua hal yang berkaitan sangat erat.

    Hubungan Antara Metode dengan Kebenaran

    Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu

    kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus

    dilalui untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Secara metafisis kebenaran ilmu

    bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian dengan dukungan metode serta

    sarana penelitian maka diperoleh suatu pengetahuan. Semua objek ilmu benar

    dalam dirinya sendiri, karena tidak ada kontradiksi di dalamnya. Kebenaran dan

    kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan fakta.

    Bangunan suatu pengetahuan secara epistemologis bertumpu pada suatu

    asumsi metafisis tertentu, dari asumsi metafisis ini kemudian menuntut suatu cara

    atau metode yang sesuai untuk mengetahui objek. Dengan kata lain metode yang

    dikembangkan merupakan konsekuensi logis dari watak objek. Oleh karena itu

    pemaksaan standar tunggal pengetahuan dengan paradigma (metode, dan

    kebenaran) tertentu merupakan kesalahan, apapun alasannya, apakah itu demi

    kepastian maupun objektivitas suatu pengetahuan. Secara epistemologis

    kebenaran adalah kesesuaian antara apa yang diketahui dengan kenyataan yang

    sebenarnya yang menjadi objek pengetahuan. Kebenaran terletak pada kesesuaian

    antara subjek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana

    adanya.

    Setiap tradisi epistemologi beranggapan bahwa kebenaran suatu pengetahuan

    dapat diperoleh berkat metode yang dipergunakannya, adapun metode-meode

    tersebut adalah sebagai berikut:

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    19/26

    19

    1) Empirisme

    Empirisme sangat menghargai pengamatan empiris dan cara kerja Empirisme

    bertitik tolak dari adanya kualitas antara pengenal dan apa yang dikenal.

    Mereka menginginkan agar apa yang terdapat dalam pengetahuan pengenal

    bersesuaian dengan kenyataan yang ada di luarnya. Mereka memberi peran

    yang besar pada objek yang mau dikenal, sedang pengenal bersifat pasif. Teori

    Kebenaran Korespondensi adalah sarana bagi mereka untuk menguji hasil

    pengetahuan, menurut teori ini suatu pernyataan dikatakan benar apabila sesuai

    dengan fakta empiri yang menjadi objeknya. Menurut Abbas, teori kebenaran

    korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat

    digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal

    (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai

    dengan kenyataan yang diketahuinya.

    Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena

    kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi. Disamping itu

    teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang

    nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu

    adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta

    yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang

    benar-benar lepas dari kenyataan subjek.

    2) Rasionalisme

    Spinoza dan Hegel menekankan pada pengenal dibanding dengan apa yang

    dikenal sebagai suatu kenyataan, mereka adalah tokoh yang menekankan

    dibangunnya pengetahuan yang bersifat a priori sebagaimana ilmu falak dan

    mekanika. Ilmu falak dan mekanika tidak bisa memakai kenyataan objektif 

    untuk mendukung pernyataan-pernyataan teoritisnya, karena menurutnya ilmu

    cukup bertumpu pada kerangka teoritis yang bersifat a priori. Mereka

    menggunakan Teori Kebenaran Koherensi dalam menguji produk 

    pengetahuannya. Teori Kebenaran Koherensi berpandangan bahwa suatu

    pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian antara pernyatan satu

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    20/26

    20

    dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam suatu sistem pengetahuan

    yang dianggap benar.

    Sebab sesuatu adalah anggota dari suatu sistem yang unsur-unsurnya

    berhubungan secara logis. Teori kebenaran koherensi tergolong dalam teori

    kebenaran yang tradisional. Selain melalui hubungan gagasan-gagasan secara

    logis sistemik, ada beberapa cara pembuktian dalam berpikir rasional, yaitu

    melalui hukum-hukum logika dan perhitungan matematis. Kebenaran

    koherensi mempunyai kelemahan mendasar, yaitu terjebak pada penekanan

    validitas, teorinya dijaga agar selalu ada koherensi internal. Suatu pernyataan

    dapat benar dalam dirinya sendiri, namun ada kemungkinan salah jika

    dihubungkan dengan pernyataan lain di luar sistemnya. Hal ini bisa mengarah

    pada relativisme pengetahuan. Misal pada zaman pertengahan ilmu bertumpu

    pada mitos dan cerita rakyat, kebenaran argumen tidak pernah bertumpu pada

    pengalaman dunia luar.

    3) Induktivisme

    Induktivisme berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah bertolak dari observasi,

    dan observasi memberikan dasar yang kokoh untuk membangun pengetahuan

    ilmiah di atasnya, sedangkan pengetahuan ilmiah disimpulkan dari keterangan-

    keterangan observasi yang diperoleh melalui induksi. Hal itu berarti bahwa

    pengetahuan ilmiah bukanlah pengetahuan yang telah dibuktikan, melainkan

    pengetahuan yang probabel benar. Makin besar jumlah observasi yang

    membentuk dasar suatu induksi, dan makin besar variasi kondisi di mana

    observasi dilakukan, maka makin besarlah pula probabilitas hasil generalisasi

    itu benar.

    Namun kebenaran ilmu akan mundur menuju ke arah probabilitas. Kebenaran

    yang bertumpu pada pola induksi adalah selalu dalam kemungkinan, dengan

    kata lain produk ilmu bersifat tentatif, ia benar sejauh belum ada data yang

    menunjukkan pengingkaran terhadap teori.

    2.4. Kesenjangan Antara Kebenaran dan Fakta

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    21/26

    21

    Di zaman dahulu, nilai-nilai kebenaran sangat dijunjung tinggi oleh para orang

    tua, pendidik, ulama dan anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Prinsip satu kata dengan perbuatan atau

    perilaku masih terwujud dalam fakta yang dapat diamati. Sebagai contoh,

    keluarga kaum ulama pada zaman dahulu masih konsisten dalam menjalankan

    ajaran agama Islam tentang etika bergaul antara pria dan wanita, etika tata cara

    berpakaian menurut Islam bagi kaum pria dan wanita, serta etika-etika lainnya

    yang semuanya telah diatur dalam Alquran dan Alhadist. Ajaran-ajaran dalam

    Islam tersebut merupakan suatu kebaikan dan kebenaran yang sifatnya mutlak.

    Karena itu, tata cara bergaul antara pria dan wanita serta tata cara berpakaian

    antara pria dan wanita Islam di zaman praglobalisasi penuh dengan nilai-nilai

    serta etika tentang sopan santun. Fenomena ini terwujud dalam fakta di

    masyarakat yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.

    Sebaliknya, di era globalisasi nilai-nilai kebenaran khususnya kebenaran etika

    bergaul dan berpakaian antara pria dan wanita menurut Islam sudah mulai

    ditinggalkan oleh sebagian anggota masyarakat remaja yang terwujud dalam

    fakta. Sebagai contoh ajaran islam (larangan mendekati zina) sebagai suatu ajaran

    yang mengandung nilai kebenaran mutlak, kini telah ditinggalkan oleh sebagian

    remaja yang berpola pikir kebarat-baratan. Islam juga mengajarkan nilai sopan

    santun yang mengandung nilai kebenaran tentang keharusan kaum wanita untuk 

    menutup aurat, namun dalam faktanya, sebagian remaja kita telah menganggap

    ajaran itu tidak benar atau kuno, sehingga mereka berpakaian sangat seksi. Karena

    itu dapat disimpulkan bahwa nilai kebenaran agama mengalami krisis dan

    kesenjangan dengan kenyataan atau fakta yang diamati dalam kehidupan sehari-

    hari di masyarakat.

    2.5. Cara Menemukan Kebenaran

    Seperti halnya bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan, maka

    cara-cara memperoleh kebenaran pun memiliki kesamaan, disamping tentu ada

    perbedaannya. Adapun beberapa cara menemukan kebenaran antara lain:

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    22/26

    22

    1) Secara Kebetulan

    Disebut secara kebetulan karena memang menemukannya tidak sengaja atau

    direncanakan, tetapi memiliki kegunaan bagi manusia. Seperti halnya

    ditemukannya kina sebagai obat malaria.

    2) Secara Coba-coba (Trial and Error)

    Aktifitas mencari kebenaran dilakukan secara spekulasi, tidak dapat dipastikan

    dapat tidaknya. Biasanya memerlukan waktu yang lama, tetapi tidak menutup

    kemungkinan justru lebih cepat dibanding cara lain.

    3) Melalui Otoritas atau Kewibawaan

    Meski tidak berdasarkan pembuktian secara ilmiah, tetapi seringkali pendapat

    orang-orang yang memiliki kewibawannya karena kedudukannya, diterima

    sebagai kebenaran.

    4) Penemuan Kebenaran Secara Spekulatif 

    Cara ini memiliki persamaan dengan coba-coba, perbedaannya adalah memiliki

    sejumlah alternatif. Maka alternatif yang dipilih adalah yang memiliki tingkat

    keberhasilan yang paling memungkinkan.

    5) Melalui Berfikir Kritis dan Rasional

    Dengan kemampuan berfikirnya yang kritis, dan tingkat rasionalitasnya yang

    terlatih, serta pemahamannya atas berbagai pengalaman yang dimiliki,

    seseorang dapat menemukan kebenaran tanpa harus mengadakan penelitian

    secara ilmiah.

    6) Melalui Penelitian Ilmiah

    Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian ilmiah biasanya memiliki

    akuratisasi atau obyektifitas yang memadai, karena dilakukan dengan prosedur

    atau langkah-langkah yang standart, dan dengan metodologi yang dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Cara Menemukan Kebenaran Menurut Ilmu, Filsafat, dan Agama

    Menurut perspektif sains atau ilmu pengetahuan, kebenaran dapat diperoleh

    melalui ilmu penyelidikan dengan menggunakan metode ilmiah, logis untuk 

    mencari bukti empiris dalam upaya untuk menguji hipotesis menjadi tesis atau

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    23/26

    23

    tidak dan untuk menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Dengan kata

    lain, kebenaran menurut ilmu pengetahuan dapat di cari dan ditemukan melalui

    cara-cara yang ilmiah dengan prosedur yang sistematis dan ilmiah dalam

    melakukan penyelidikan empiris untuk menarik kesimpulan sebagai suatu

    kebenaran. Jadi kebenaran ilmiah dapat dicari dan ditemukan dengan data yang

    logis dan empiris.

    Kebenaran yang diperoleh melalui data ilmiah yang penuh dengan logika dan

    bukti-bukti empiris untuk menemukan suatu kesimpulan sebuah kebenaran

    merupakan kebenaran yang ilmiah. Kebenaran ilmiah dapat menjadi sebuah teori

    ilmiah yang membangun ilmu penetahuan. Salah satu contoh tentang cara mencari

    kebenaran menurut perspektif ilmu pengetahuan ialah dengan melakukan

    penyelidikan untuk mencari dan menemukan data empiris dengan menggunakan

    metode dan prosedur yang ilmiah. Sebagai contoh sederhana adalah, apakah benar

    pemberian pupuk dapat menyuburkan pertumbuhan tanaman, maka dilakukan

    eksperimen dengan membentuk dua kelompok objek penelitian yaitu sekelompok 

    tanaman diberikan pupuk secukupnya dalam jangka waktu tertentu dengan

    metode ilmiah, sedangkan kelompok lain tidak diberikan pupuk, maka dapat

    dilihat hasil yang diperolehnya.

    Dari hasil eksperimen yang dilakukan diatas, dapat diperoleh kesimpulan

     bahwa; “ada pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman”, merupakan sebuah

    kebenaran ilmiah yang diperoleh dengan bukti empiris melalui hasil penyelidikan

    berupa eksperimen dilapangan. Survei tentang jumlah penduduk disuatu negara

    dan jenis-jenis pekerjaan yang dijalani juga merupakan cara mencari kebenaran

    tentang data kependudukan. Kesimpulan hasil survei tersebut adalah juga

    merupakan sebuah kebenaran ilmiah.

    Menurut perspektif agama, suatu kebenaran dapat dicari dan ditemukan, serta

    diterima melalui proses ilmiah sebagai basis yang utama. Namun demikian, proses

    aqliah atau pikiran (logika) juga dapat digunakan sebagai alat penunjang proses

    imaniah untuk memperkuat kebenaran wahyu sebagai proses imaniah. Contoh

    kebenaran wahyu atau agama yang hanya dapat diterima melalui proses imaniah

    ialah peristiwa isra mi’raj nabi besar Muhammad Saw kesitratul muntaha.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    24/26

    24

    Peristiwa ini tidak dapat diterima melalui proses logika, namun ini sebuah fakta

    dan kebenaran yang hanya dapat diterima melalui proses imaniah.

    Menurut perspektif filsafat, suatu kebenaran dapat dicari, ditemukan, dan

    diterima melalui proses logika. Dengan kata lain, filsafat ialah kebenaran yang

    dihasikan melalui berpikir radikal. Bukti empiris tidak diperlukan dalam mencari,

    menemukan, dan menerima suatu kebenaran melainkan proses pikir dan hasil

    pikir yang logis merupakan ukuran dalam mencari, menemukan, dan menerima

    suatu kebenaran. Karena itu, hakikat kenyataan secara total (ontologi), hakikat

    mengetahui kenyataan (epistemologi), dan hakikat menilai kenyataan (aksiologi)

    yang berhubungan dengan etika dan estetika menjadi objek dari filsafat.

    Sifat Kebenaran Menurut Pespektif Ilmu, Agama, dan Filsafat

    Kebenaran yang ditemukan berdasarkan perspektif agama adalah kebenaran

    yang bersifat mutlak dan tidak perlu disangsikan kebenarannya karena merupakan

    kebenaran wahyu yang diterima melalui proses imaniah dan logika sebagai proses

    pikir penunjang. Kebenaran yang ditemukan berdasarkan perspektif sains atau

    ilmu adalah kebenaran yang bersifat relatif dan masih perlu disangsikan

    kebenarannya, melalui penelitian ilmiah hanya sekitar 95% sampai 99% atau

    sifatnya tidak mutlak. Sedangkan kebenaran yang ditemukan berdasarkan

    perspektif filsafat juga merupakan kebenaran yang tidak bersifat mutlak dan

    masih perlu disangsikan kebenarannya melalui proses logika yang lebih radikal.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    25/26

    25

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai

    nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Kebenaran merupakan tujuan

    yang hendak dicapai oleh filsafat maupun ilmu pengetahuan. Kebenaran memiliki

    anggapan dasar (asumsi) bahwa kebenaran itu berlaku atau diakui, karena ia

    memang menggambarkan menyatakan realitas yang sesungguhnya.

    Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu

     berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak 

    bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat

    digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk 

    mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.

    3.2. Saran

    Dengan memahami tentang kebenaran ilmiah dapat menjadi manusia yang

    selalu berusaha menemukan kebenaran, melalui beberapa cara yang ditempuh

    untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para

    rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris.

  • 8/16/2019 KEBENARAN ILMIAH.pdf

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Dr. Maufur. 2012. Filsafat Ilmu. Bandung: CV Bintang WarliArtika.

    Dr. Maufur. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: CV Bintang WarliArtika.

    Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi aksara.

    Katsoff, Louis O. 1987. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Medio Agustus.

    Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka cipta.

    http://makalahmeza.blogspot.co.id/2012/04/makalah-filsafat-ilmu-tentang-

    teori.html. Diunduh pada tanggal 23 November 2015. Pukul 09.23 WIB.