Laporan #1 - Kelompok B.1.1.02 Ryan

download Laporan #1 - Kelompok B.1.1.02 Ryan

of 41

description

fdgdfgd

Transcript of Laporan #1 - Kelompok B.1.1.02 Ryan

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    1 dari 41

    TK-4094 PERANCANGAN PABRIK KIMIA

    LAPORAN I BASIS PERANCANGAN

    12/02/2014 MJ KR RHL DAW

    TANGGAL DISIAPKAN

    OLEH PENJELASAN CHECK APPR. PEMBIMBING

    PRODUKSI DME (DIMETHYL-ETHER) MELALUI INDIRECT SYNTHESIS

    B.1.1.02 Mirna Jatiningrum 13010043

    Kukuh Rahmanto 13010051

    Ryan Hansel Limawan 13010083

    Revisi ke- :

    LAPORAN I 0 38

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    2 dari 41

    LEMBAR REVISI

    No. Rev. Tanggal Halaman Penjelasan Revisi

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    3 dari 41

    Daftar Isi

    LEMBAR REVISI 2

    1. INFORMASI UMUM 5

    1.1 PENGANTAR 5

    1.2 NAMA PROJEK 5

    1.3 LOKASI 5

    1.4 RUANG LINGKUP 5

    1.5 FILOSOFI PERANCANGAN 5

    1.6 DATA LOKASI UMUM 5

    1.6.1 KOORDINAT DAN LINGKUNGAN SEKITAR 5

    1.6.2 PETA 6

    1.7 DATA METEOROLOGI 7

    2 DATA PERANCANGAN PROSES 7

    2.1 UMPAN 7

    2.1.1 KETERSEDIAAN BAHAN BAKU 7

    2.1.2 KOMPOSISI UMPAN 8

    2.1.3 KONDISI UMPAN 8

    2.2 PRODUK 9

    2.2.1 SPESIFIKASI PRODUK 9

    2.2.2 SPESIFIKASI PRODUK SAMPING 9

    2.2.3 SPESIFIKASI LIMBAH BUANGAN 10

    2.3 SISTEM UTILITAS 10

    2.3.1 SISTEM PENYEDIAAN PANAS 10

    2.3.2 SISTEM PENYEDIAAN AIR 10

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    4 dari 41

    2.3.3 STANDART KUALITAS AIR PROSES 10

    2.3.4 MEDIA PENDINGIN 11

    2.3.5 MEDIA PEMANAS 11

    3 INFORMASI LINGKUNGAN 11

    3.1.1 GAS BUANG 11

    3.1.2 LIMBAH CAIR 12

    3.1.3 LIMBAH PADAT 12

    4 BASIS PEMILIHAN BAHAN 12

    5 PERHITUNGAN KEEKONOMIAN SEDERHANA (GPM) 13

    6 NERACA MASSA & ENERGI (BFD) 14

    LAMPIRAN A LOKASI 16

    LAMPIRAN B-BASIS DAN FILOSOFI PERANCANGAN 18

    B.1. BASIS PERANCANGAN 18

    B.2 FILOSOFI PERANCANGAN 21

    LAMPIRAN C-KETERSEDIAAN BAHAN BAKU 23

    LAMPIRAN D- PENAWARAN DAN PERMINTAAN DME 24

    LAMPIRAN E-KEEKONOMIAN 27

    LAMPIRAN F-TEKNOLOGI PEMBUATAN DME MELALUI INDIRECT SYNTHESIS 30

    F.1. GASIFIKASI BATUBARA MENJADI SYNGAS, 30

    F.2. PEMBERSIHAN SYNGAS 36

    F.3. WATER GAS SHIFT CONVERSION 38

    F.4. SINTESIS METANOL DENGAN SYNGAS, 38

    F.5. DEHIDRASI METANOL MENJADI DME 39

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    5 dari 41

    1 INFORMASI UMUM

    1.1 Pengantar

    Basis perancangan ini disusun sebagai basis studi konseptual perancangan Pabrik Dimetil Eter

    dengan Indirect Synthesis sebagai bahan campuran LPG.

    1.2 Nama Projek

    Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    1.3 Lokasi

    Lokasi pabrik berada pada Wilayah Industri Katibung, Desa Tarahan, Kecamatan Katibung,

    Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.

    1.4 Ruang Lingkup

    Basis perancangan ini meliputi:

    1. Studi ketersediaan dan spesifikasi bahan baku

    2. Studi basis dan filosofi konseptual perancangan

    3. Kajian keekonomian sederhana atau Gross Profit Margin (GPM)

    4. Penyediaan utilitas

    5. Pengelolaan lingkungan

    6. Pemilihan material

    7. Diagram blok proses dan Neraca Massa dan Energi

    1.5 Filosofi Perancangan

    Umur Pabrik : 10 tahun

    Rasio turndown : 0,6

    Mode Operasi : Kontinu

    Filosofi perancangan lebih detail akan diberikan pada Lampiran B.

    1.6 Data Lokasi Umum

    1.6.1 Koordinat dan Lingkungan Sekitar

    Wilayah Industri Katibung, Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan

    berada pada koordinat 105o 14 sampai dengan 105o 45 Bujur Timur dan 5o 15 sampai dengan

    6o Lintang Selatan. Lokasi Tarahan terletak 20 km dari Bandar Lampung. Wilayah ini berada di

    pinggir Teluk Lampung dan memiliki 1 buah dermaga besar yaitu Pelabuhan Panjang. Terdapat

    1 buah PLTU, dan tersedia sarana angkutan kereta api di Tarahan. Wilayah Industri Katibung

    dilewati 1 daerah aliran sungai (DAS) Way Katibung. Tarahan merupakan lokasi distribusi bahan

    baku DME, yakni batubara yang diperoleh dari PT Bukit Asam (PTBA). Lokasi Tarahan di Teluk

    Lampung memudahkan distribusi bahan baku dan produk DME menuju Jawa dan Lokasi

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    6 dari 41

    Penyimpanan Sementara Pertamina, yakni Teluk Semangka. Hal detail tentang pemilihan lokasi

    dapat disampaikan pada Lampiran A.

    1.6.2 Peta

    Peta wilayah pembangunan Pabrik DME, Wilayah Industri Katibung, Desa Tarahan, Kecamatan

    Katibung, Lampung Selatan, Lampung diperlihatkan pada Gambar 1.1. dan Gambar 1.2.

    Gambar 1.1. Peta Wilayah Lampung Selatan

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    7 dari 41

    Gambar 1.2. Lokasi Tarahan, Kecamatan Katibung

    1.7 Data Meteorologi

    Temperatur rata-rata wilayah Tarahan adalah 28oC, hal ini dipengaruhi oleh udara tropikal pantai

    dan daratan. Curah hujan rata-rata wilayah Tarahan adalah 3000 mm per tahun, terutama pada

    wilayah yang bentuk fisiografi wilayahnya berbukit dan bergunung.

    2 Data Perancangan Proses

    2.1 Umpan

    2.1.1 Ketersediaan bahan baku

    Bahan baku batubara diperoleh dari PT Bukit Asam (PTBA). Jumlah produksi batubara PTBA

    mencapai 13.966.834 ton pada tahun 2012. Selain itu PTBA juga membeli batubara dari

    perusahaan lain, seperti PT Bukit Asam Prima, sebanyak 1.495.296 ton pada tahun 2012. Total

    produksi dan pembelian batubara PTBA mencapai 15.462.130 ton. Dari total produksi dan

    pembelian tersebut, 8.435.302 ton batu bara dijual di pasar domestik dan 6.900.581 ton batubara

    diekspor ke luar negeri. Total ekspor batubara PTBA ini meningkat setiap tahunnya seiring

    dengan peningkatan produksi dan pembeliannya. PTBA saat ini memiliki sumberdaya batubara

    sekitar 7,30 milyar ton dan cadangan tertambang 1,99 miyar ton. Dengan asumsi produksi PTBA

    20 juta ton per tahun, maka ketersediaan batu bara PTBA masih cukup hingga 465 tahun

    mendatang.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    8 dari 41

    2.1.2 Komposisi Umpan

    Komposisi batubara PT Bukit Asam berdasarkan analisis proksimat ditunjukkan oleh Tabel 2.1 dan

    berdasarkan analisis ultimat ditunjukkan oleh Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Komposisi batubara PTBA berdasarkan analisis proksimat

    Parameter Nilai

    Calorific Value

    4550-5500 kcal/kg ,ar

    Total Moisture 0.5%vol, ar

    Ash 8%, adb

    Volatile Matter 39%, adb

    Fixed Carbon 38%, adb

    Internal Moisture 15%, adb

    Gas sintesis yang akan dijadikan memiliki komposisi tertentu dan rasio tertentu. Rasio hidrogen terhadap karbon monoksida adalah sebesar 2. Komposisi gas sintesis yang akan dijadikan metanol dan komposisi metanol umpan reaktor dehidrasi disajikan pada Tabel 2.2 dan 2.3.

    Tabel 2.2 Komposisi Gas Sintesis Umpan Reaktor Sintesis Metanol

    Senyawa Persen Mol

    CO 30.29%

    H2 64.41%

    CO2 0.60%

    H2O 4.64%

    CH4 0.06%

    Tabel 2.3 Komposisi Metanol Umpan Reaktor Dehidrasi Metanol

    Senyawa Persen Mol

    CO 0.40%

    H2 1.22%

    CO2 0.35%

    H2O 12.02%

    CH4 0.02%

    CH3OH 85.98%

    2.1.3 Kondisi Umpan

    Umpan batubara yang dipakai berjenis low rank coal yang mengandung kadar air yang cukup

    banyak. Umpan yang digunakan dalam proses gasifikasi memiliki spesifikasi sebagai berikut:

    Kadar air : 30%

    Temperatur : ambien

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    9 dari 41

    Tekanan : 1 atm

    Ukuran :

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    10 dari 41

    H2

    CO2

    2.2.3 Spesifikasi Limbah Buangan

    Limbah yang terbentuk selama proses pembuatan DME adalah

    Partikulat : Max 400 mg/m3

    SOx di udara : Max 1500 mg/m3

    NOx di udara : Max 1700 mg/m3

    Amonia : Max 1 mg/m3

    Abu Batubara

    Tar

    Metanol (terlarut dalam air, tumpahan, uap)

    DME (uap, tumpahan, out of spec)

    2.3 Sistem Utilitas

    2.3.1 Sistem penyediaan panas

    Kebutuhan panas dipasok dari batubara dan syngas hasil proses gasifikasi.

    Sumber penyediaan panas Syngas hasil gasifikasi yang tidak bereaksi (purge gas), pembakaran batubara pada boiler

    Sumber penyediaan panas start-up Burner pada Gassifier Unit dengan bahan bakar batubara

    Batubara yang digunakan 10% dari total batubara yang digunakan dalam proses

    2.3.2 Sistem penyediaan air

    Kebutuhan air diperoleh dari sungai dan laut.

    Sumber air : Air sungai

    Lokasi : Way Katibung dan air laut dari Selat Lampung

    2.3.3 Standart Kualitas Air Proses

    Tabel 2.3. menunjukkan kualitas air de-mineralisasi untuk kebutuhan BFW.

    Table 2.3. Kualitas De-mineralized Water

    No. Parameter Nilai

    1. Conductivity @25oC (after ion exchange) Max 0,2 S/cm

    2. pH 6-8

    3. Hardness Max 10 ppm(w) CaCO3

    4. Turbidity Max 3

    No Parameter Nilai

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    11 dari 41

    5. Chloride Max 0,02 ppm(w) Cl

    6. Silica Max 20 ppb(w) SiO2

    7. Total Iron / Total Copper / Permanganate Trace

    8. Oxygen Max 0.1 ppm(w) O3

    2.3.4 Media Pendingin

    Media pendingin yang digunakan adalah air yang diperoleh dari sungai dan laut.

    Pendingin Syngas : air pendingin

    Pendingin proses dehidrasi metano l : air pendingin

    2.3.5 Media Pemanas

    Media pemanas yang digunakan diperoleh dari pemanfaatan panas reaksi eksotermis dehidrasi

    metanol, gas cerobong, dan steam.

    Pemanfaatan gas cerobong

    Steam dehidrasi metanol

    Pemanfaatan Panas Keluaran Reaktor atau Distilasi (Heat Integration)

    3 INFORMASI LINGKUNGAN

    3.1.1 Gas Buang

    Emisi yang dihasilkan dari proses pembuatan DME dari batubara dengan Indirect Process

    disajikan dalam Tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Gas Effluent dan Batas Emisi

    Sumber Metode Pengolahan Batas Emisi/Regulasi

    Gas cerobong pembakaran

    batubara

    Dibuang ke atmosfer Kepmen LH No.13/1995

    Purging gas, pemisahan

    syngas

    Scrubber

    Uap Metanol dan DME Dibuang ke lingkungan Peraturan Pemerintah No.32/2001

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    12 dari 41

    3.1.2 Limbah Cair

    Limbah cair yang dihasilkan dari proses disajikan dalam Tabel 3.2

    Tabel 3.2 Liquid Effluent dan Batas Emisi

    Sumber Metode Pengolahan Batas Emisi/Regulasi

    Quenching dari Gasifier dan

    scrubber Diolah di WTP Peraturan Pemerintah No.82/2001

    Tar removal

    Diolah di WTP dengan

    biological treatment, atau

    dimasukkan kembali ke

    kolom gasifikasi.

    Peraturan Pemerintah No.32/2001

    Air utilitas, blowdown boiler Diolah di WTP Kepmen LH No.110/2003

    Tumpahan Metanol dan

    DME Ditampung dalam WTP Peraturan Pemerintah No.32/2001

    3.1.3 Limbah Padat

    Limbah padat yang dihasilkan dari proses disaikan dalam Tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Solid Effluent dan Batas Emisi

    Sumber Metode Pengolahan Batas Emisi/ Regulasi

    Abu Batubara Ditimbun, dijual, dijadikan

    penguat aspal Peraturan Pemerintah

    No.32/2001 Katalis sisa

    Diolah oleh Lembaga

    Pengelolaan B3

    4 BASIS PEMILIHAN BAHAN

    Senyawa yang akan diolah adalah Batubara, syngas, metanol, dan DME. Sifat bahan yang diolah

    selama proses diberikan pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Sifat Bahan sebagai Acuan Pemilihan Material

    Sifat/Bahan Batubara Syngas Metanol DME

    Fasa Padat Gas Cair Gas

    Sifat Korosi

    Tidak korosif,

    kecuali

    kandungan sulfur

    dalam batubara

    Tidak korosif Tidak korosif Tidak korosif

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    13 dari 41

    Sifat bahan bahan yang digunakan tidak memiliki potensi tinggi untuk mengakibatkan korosi, kecuali

    pada pengolahan batubara hingga sulfur dan air dihilangkan. Oleh sebab itu, bahan yang dipilih

    pada proses yang melibatkan bahan korosif adalah stainless steel, sedangkan material lain yang

    digunakan dalam proses yang tidak korosif adalah carbon steel (CS1080 dengan Tensile Strength

    800-1310 MPa).

    5 PERHITUNGAN KEEKONOMIAN SEDERHANA (GPM)

    Perhitungan keekonomian sederhana pabrik DME dilakukan dengan menghitung total penjualan

    DME (DME Sales) dikurangi dengan total pengeluaran pabrik (Total Expense). Total Expense

    dihitung dari penjumlahan Raw Material Expense dan Personnel Cost. Perhitungan keekonomian

    sederhana pabrik DME dapat dilihat pada Tabel 5.1.

    Tabel 5.1. Perhitungan Keekonomian Sederhana Pabrik DME

    RAW MATERIAL EXPENSE

    Raw Coal Price USD/ton 48,67

    Raw Coal Rate ton/yr 602250

    Expense for Raw Coal MMUSD/yr 29,31

    PERSONNEL COST

    Standard Operator Cost USD/operator.yr 2000

    Crusher Operators operator/shift 0,50

    Gasifier Operators operator/shift 0,50

    Separator Operators operator/shift 0,35

    Reactor Operators operator/shift 0,50

    Total Shift per Year shift 245

    Total Personnel Cost MMUSD/yr 1,15

    OTHER COSTS MMUSD/yr

    TOTAL OPERATING EXPENSE MMUSD/yr 30,46

    DME SALES

    DME Price USD/ton 1000,00

    DME Product Rate ton/yr 400000

    DME Sales MMUSD/yr 400,00

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    14 dari 41

    DME Sales - Total Expense MMUSD/yr 369,54

    Dari perhitungan keekonomian sederhana ini dapat disimpulkan bahwa pabrik DME yang akan

    dirancang menggunakan bahan baku dari PTBA menguntungkan secara ekonomi.

    6 NERACA MASSA & ENERGI (BFD)

    Unit operasi yang terdapat pada pabrik DME diantaranya pretreatment batubara, gasifier, separator,

    reaktor, dan distilasi. Diagram alir blok pabrik DME dari metanol disajikan pada gambar 6.1

    Gambar 6.1 Diagram Alir Blok Proses Produksi Dimetil Eter (DME) dari Batubara

    Umpan batubara kelas rendah sebanyak 209 ton/jam dengan kadar air tinggi dimasukkan ke dalam

    unit pretreatment and crushing yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air dari batubara dan

    memperkecil ukuran batubara menjadi serbuk. Setelah itu, batubara dimasukkan ke dalam gasifier

    untuk melangsungkan proses gasifikasi menjadi gas sintesis pada temperatur 1037oC dan tekanan

    1 bar.

    Ke dalam gasifier dimasukkan oksigen dan kukus sebagai reaktan untuk melangsungkan reaksi.

    Produk yang terbentuk yaitu gas sintesis, abu, dan tar. Tar dikeluarkan melalui bagian bawah

    reaktor sedangkan abu dan gas sintesis dipisahkan melalui separator padat gas. Gas sintesis yang

    terbentuk memiliki rasio mol hidrogen dan karbon monoksida sebesar 0.56. Untuk meningkatkan

    rasio hidrogen dan karbon monoksida, dilakukan proses water gas shift pada temperatur 391oC dan

    tekanan 19.61 bar dengan konversi reaksi 50%.

    Gas sintesis yang sudah bebas pengotor dimasukkan ke dalam reaktor sintesis metanol. Reaksi

    yang dilangsungkan bersifat eksoterm sehingga diperlukan pendingin agar temperatur reaksi

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    15 dari 41

    berlangsung pada 260oC. Reaksi dilangsungkan pada reaktor unggun tetap dan reaksi berfasa gas.

    Katalis yang digunakan adalah berbasis tembaga. Konversi kesetimbangan yang dapat dicapai

    adalah sekitar 75%. Tekanan reaksi yang dilangsungkan adalah 107 bar.

    Produk metanol dari reaktor sintesis metanol kemudian dipisahkan dari gas sintesis dengan

    menggunakan separator. Metanol cair kemudian dimasukkan ke dalam reaktor dehidrasi metanol

    dengan kemurnian 85%. Reaktor ini berjenis unggun tetap adiabatik yang dilengkapi dengan

    pendingin. Reaksi dilangsungkan pada tekanan 107 bar dan temperatur 280oC dengan

    menggunakan katalis zeolite. Konversi kesetimbangan yang dapat dicapai mencapai 85%.

    Produk dimetil eter (DME) yang berfasa gas kemudian diturunkan temperaturnya menjadi 150oC

    dam tekanannya menjadi 35 bar. Produk kemudian dipisahkan dengan cara distilasi sebanyak 2

    tahap. Tahap pertama, proses distilasi memisahkan DME dengan air dan metanol. DME keluaran

    kolom distilasi memiliki kemurnian 99.5%vol dengan kapasitas 50000 ton/jam. Tahap kedua, air dan

    metanol yang keluar dari bottom didistilasi. Distilat yang terbentuk adalah metanol dengan

    kemurnian 98% dan bottom yang terbentuk adalah air.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    16 dari 41

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ahlers, B. 2013. Cooled reactor for the production of dimethyl ether from methanol. WO

    2013041516 A2. Patent.

    2. Babbitt, Robert P. Coal Gasification Process. US 4,013,428, 1977.

    3. Bayuseno, A.P. Sulistyo. 2008. Pengaruh Sifat Fisik dan Struktur Mineral Batu Bara Lokal Terhadap

    Sifat Pembakaran. Semarang : Universitas Diponegoro.

    4. Bland, Alan E. dkk. Efficient Low Rank Coal Gasification, Combustion, and Processing System and

    Methods. US0056431, 2012.

    5. Breault, R.W. 2010. Gasification Processes Old and New: A Basic Review of the Major

    Technologies. Energies (3) 216-240.

    6. Haugaard, Jesper; Voss, Bodil. Process For The Synthesis of A Methanol/Dimethyl Ether Mixture

    From Synthesis Gas. US 6,191,175 B1, 2001.

    7. Japan DME Forum. 2007. DME Handbook. Japan: Ohmsha Ltd

    8. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. 2013. Standar dan Mutu

    (Spesifikasi) Bahan Bakar Gas Jenis Dimetil Eter Untuk Rumah Tangga dan Industri Yang

    Dipasarkan di Dalam Negeri. ESDM

    9. Larson, Eric D; Tingjin, Ren. Synthetic Guel Production By Indirect Coal Liquefaction, Energy for

    Sustainable Development 7(4), 2013, 79-102.

    10. New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), 2006. Clean coal

    technologies in Japan. Tokyo: NEDO.

    11. Ohno, Yotaro. A New DME Production Technology and Operation Result, Japan: NKK Corporation

    12. Priyanto, Unggul. Current Status of Dimethyl Ether (DME) As Fuel In Indonesia. Badan Pengkajian

    dan Penerapan Teknologi

    13. PT. Bukit Asam. 2012. Laporan Tahunan 2012: Mempertajam Keunggulan. PT. Bukit Asam

    14. Speight, James G. 2013. The Chemistry and Technology of Coal. USA: CRC Press

    15. Taryono. 2013. The Challenges of Infrastructures and Distribution of the Kerosene to LPG

    Conversion Program in Indonesia. Jakarta: PT Pertamina

    16. Tirtosoeketjo, Soedjoko. 2006. Low Rank Coal and Its Contribution to the Energy Development in

    Indonesia. Indonesian Coal Mining Association.

    17. Winarto, Tri. Drebenstedt, Carsten. 2014. Opportunity of Low Rank Coal Development in Indonesia.

    18. Visagie, J.P. 2008. Generic gassifier modelling: evaluating model by gassifier type. Dessertation.

    University of Pretoria.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    17 dari 41

    LAMPIRAN A Lokasi Pabrik

    Pertimbangan pemilihan Kawasan Industri Wilayah Industri Katibung, Desa Tarahan, Kecamatan

    Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung memperhatikan aspek-aspek berikut.

    a. Bahan Baku

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan DME adalah batubara peringkat rendah yang

    dipasok dari Bukit Asam Lampung Selatan. PT.Bukit Asam terletak 6 km dari Kawasan Industri

    Katibung dan dapat dicapai selama 10 menit dengan kendaraan darat (truk). Pengangkutan

    bahan baku juga dapat dilakukan dengan menggunakan konveyor dari dermaga.

    b. Utilitas

    Tarahan dilewati daerah aliran sungai (DAS) Way Katibung, dan berada pada selat Lampung.

    Tersedia 1 PDAM dan 1 PLTU di wilayah tersebut. Untuk kebutuhan utilitas lain seperti BFW,

    steam dan sebagainya, lokasi Tarahan strategis karena berada pada wilayah industri maritim

    yang terdiri atas Pabrik Pembuatan kapal, recycle kapal, tempat penampungan sementara

    minyak, batubara, dan sebagainya.

    c. Pasar

    DME yang dihasilkan dapat digunakan sebagai campuran bahan bakar LPG. Wilayah Tarahan

    berada pada Selat Lampung, sehingga memudahkan distribusi DME ke pasar. Pasar DME

    berada di Region II distribusi LPG pertamina, dan dapat dicampurkan di Tempat Penampungan

    Sementara LPG yang terletak di Kabupaten Tanggamus, Teluk Semangka, 100km melalui jalur

    darat.

    d. Fasilitas Pendukung

    Kabupaten Tanggamus memiliki 1 buah Pelabuhan, yaitu Pelabuhan Panjang. Disamping itu,

    wilayah perkotaan Tarahan memiliki sarana transportasi dan kondisi jalan yang baik, rel kereta

    api, mudah terjangkau, adanya Rumah Sakit, sekolah, dan tempat Ibadah, serta sarana

    rekreasi. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dapat dipasok dari 1 buah

    PDAM.

    e. Kondisi Terkait

    Kondisi ekonomi masyarakat sekitar Tarahan meningkat dari tahun ke tahun dengan populasi

    yang semakin tinggi. Wilayah Tarahan berlokasi di pinggir laut sehingga dapat dibuat dermaga

    untuk memudahkan transportasi bahan baku dan produk DME. Lokasi Tarahan yang berada di

    sekitar Selat Sunda merupakan lokasi strategis perdagangan dan industri.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    18 dari 41

    LAMPIRAN B-Basis dan Filosofi Perancangan

    B.1. Basis Perancangan

    B.1.1. Spesifikasi Umpan dan Produk

    Basis perancangan pabrik dimetil eter dari batubara terdiri dari spesifikasi produk dimetil eter

    (DME), spesifikasi umpan batubara, dan spesifikasi gas sintesis. DME produk dialirkan dalam fasa

    cair dan bertekanan 30 bar pada temperatur kamar 30oC. DME tersebut kemudian akan dicampur

    dengan LPG dengan persentase volum 20% DME dan 80% LPG. Spesifikasi tersebut disajikan

    pada tabel B1, B2, dan B3.

    Tabel B1. Spesifikasi Produk Dimetil Eter (DME)

    Parameter Nilai

    Kandungan DME

    99.5%vol

    Kandugan Metanol + Air

    0.5%vol

    Kapasitas Produksi 400000 ton/tahun

    Tabel B2. Spesifikasi Batubara Low Rank

    Parameter Nilai

    Calorific Value

    4550-5500 kcal/kg ,ar

    Total Moisture 0.5%vol, ar

    Ash 8%, adb

    Volatile Matter 39%, adb

    Fixed Carbon 38%, adb

    Komposisi

    C 60.83%wt, db

    H 4.45%wt, db

    N 1.08%wt, db

    Cl 0.15%wt, db

    S 1.08%wt, db

    O 15.82%wt, db

    Moisture 34.90%wt

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    19 dari 41

    Tabel B3. Spesifikasi Gas Sintesis hasil Gasifikasi

    Parameter Nilai

    C 0.46%mol

    O2 0%mol

    CO2 0.16%mol

    CO 63.05%mol

    H2 35.91%mol

    CH4 0.07%mol

    H2O 0.36%mol

    B.1.2. Spesifikasi Proses

    Spesifikasi proses produksi dimetil eter dari batubara terdiri dari penentuan kondisi-kondisi operasi

    untuk berbagai peralatan proses. Kondisi operasi reaktor-reaktor yang terdapat pada proses

    pembautan dimetil eter disajikan pada tabel

    Tabel B4. Kondisi Operasi Proses Gasifikasi

    Kondisi Operasi Nilai

    Temperatur 900-1037oC

    Tekanan 1-10 bar

    Tabel B5. Kondisi Operasi Proses Water Gas Shift

    Kondisi Operasi Nilai

    Temperatur 391-400oC

    Tekanan 19-20bar

    Konversi 50-60%

    Tabel B6. Kondisi Operasi Proses Sintesis Metanol

    Kondisi Operasi Nilai

    Temperatur 250-260oC

    Tekanan 80-107 bar

    Konversi 86%

    Tabel B7. Kondisi Operasi Proses Dehidrasi Metanol

    Kondisi Operasi Nilai

    Temperatur 280oC

    Tekanan 20-100 bar

    Konversi 85%

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    20 dari 41

    Spesifikasi proses lain yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

    Media pendingin yang digunakan adalah menggunakan air sungai atau udara yang mampu

    mendinginkan hingga 35oC.

    Rasio maksimum kompresor adalah sebesar 3-4 dengan efisiensi politropik 78.5%.

    Rasio hidrogen dan karbon monoksida adalah 2 3 untuk proses sintesis metanol.

    Turun tekan pada tube penukar panas adalah sebesar 5 psi dan pada shell sebesar 2 psi.

    Rasio purging yang ditetapkan adalah 5% dari total aliran.

    Minimum approach dari heat exchanger ditetapkan sebesar 10oC.

    B.1.3. Reaksi dan Katalis

    Reaksi yang terjadi pada proses pembuatan dimetil eter (DME) dibagi menjadi empat, diantaranya

    adalah reaksi gasifikasi, reaksi water gas shift, reaksi sintesis metanol, dan reaksi dehidrasi

    metanol. Reaksi gasifikasi terdiri dari empar reaksi, diantaranya reaksi oksidasi, gasifikasi kukus,

    bouduard, dan metanasi. Reaksi gasifikasi adalah sebagai berikut:

    Oksidasi : C+O2 CO2 (H298=-394 kJ/mol)

    Gasifikasi kukus : C+H2O CO+H2 (H298=131 kJ/mol)

    Reaksi Bouduard : C+CO2 2CO (H298=172 kJ/mol)

    Reaksi Metanasi : C+2H2 CH4 (H298=-74.8 kJ/mol)

    Reaksi water gas shift adalah reaksi pergeseran air pada temperatur 300-400oC dan tekanan 20 bar

    dengan bantuan katalis Fe2O3 atau Cr2O3. Karbon monoksida yang terbentuk dari proses gasifikasi

    akan dikonversikan menjadi karbon dioksida dan hidrogen sampai rasio H2/CO adalah 2. Reaksi

    water gas shift adalah sebagai berikut:

    CO+H2O CO2+H2 (H298=-41.2 kJ/mol)

    Reaksi yang terjadi pada sintesis metanol adalah reaksi fasa gas antara karbon monoksida dan

    hidrogen sehingga menghasilkan metanol. Reaksi ini adalah reaksi eksoterm dan terjadi dengan

    bantuan katalis berbasis tembaga. Konversi reaksi ini adalah 80-90%. Reaksi yang terjadi adalah

    sebagai berikut:

    CO+2H2 CH3OH (H298=-92 kJ/mol)

    Reaksi dehidrasi metanol adalah reaksi pelepasan molekul air dari senyawa metanol. Reaksi ini

    juga bersifat eksotermis dan berfasa gas. Konversi reaksi ini adalah 80-90%. Katalis yang

    digunakan dalam proses ini adalah katalis zeolite. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

    2CH3OH CH3OCH3 + H2O (H298=-23 kJ/mol)

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    21 dari 41

    B.2 Filosofi Perancangan

    Filosofi perancangan terdiri atas ugeran-ugeran yang digunakan untuk membantu dalam

    perancangan proses dan filosofi dari proses yang dilakukan untuk memproduksi dimetil eter.

    B.2.1. Ugeran-Ugeran (Heuristics)

    Ugeran adalah kaidah-kaidah yang digunakan untuk merancang proses pembuatan dimetil eter dari

    batubara. Ugeran yang ditentukan adalah dalam pemilihan bejana proses, bejana tekan, kompresor,

    penukar panas, dan distilasi. Ugeran-ugeran untuk proses adalah sebagai berikut:

    1. Bejana Proses

    Bejana cair biasanya berbentuk horizontal.

    Bejana gas biasanya berbentuk vertikal.

    Waktu holdup adalah 5 menit untuk half-full reflux.

    Kecepatan gas pada pemisah gas dan cair ditentukan dengan

    m/s dengan k adalah

    0.11 untuk sistem mesh deentrainer dan k=0.0305 tanpa mesh deentrainer.

    Siklon dapat memisahkan sampai 95% partikel berukuran 5 m.

    2. Bejana Tekan

    Temperatur desain bejana tekan antara -30oC dan 345oC adalah 25oC diatas kondisi temperatur

    maksimum.

    Tekanan desain adalah 10% atau 0.69-1.7 bar diatas tekanan maksimal operasi.

    Ketebalan dinding minimum adalah sebesar 6.4 mm (0.25 in) untuk diameter 1.07 m (42 in) dan

    kurang dari 8.1 mm (0.32 in) untuk diameter 1.07-1.52 m (42-60 in), dan 11.7 mm (0.38 in)

    untuk diameter lebih dari 1.52 m (60 in).

    Corrosion allowance ditetapkan sebesar 8.9 mm untuk kondisi yang korosif, 3.8 mm untuk

    aliran non-korosif, dan 1.6 mm untuk tangki kukus.

    3. Kompresor

    Rasio kompresi dari pengkompresian multi tahap adalah sama pada tiap tahapnya.

    Efisiensi dari kompresor reciprocating adalah 65% pada rasio kompresi 1.5, 75% pada rasio

    kompresi 2, dan 80-85% pada rasio kompresi 3-6.

    Efisiensi dari kompresor sentrifugal pada laju 2.83-47.2 m3/s pada suction adalah sebesar 76-

    78%.

    4. Penukar Panas

    Minimum temperature approach adalah 10oC untuk cairan dan 5oC untuk refiregeran.

    Temperatur masuk air pendingin adalah 30oC dan maksimum outlet 45oC.

    Koefisien perpindahan panas: water to liquid 850 W/m2oC, kondensor 850 W/m2oC, liquid to

    liquid 280 W/m2oC, liquid to gas 60 W/m2oC, gas to gas 30 W/m2oC, reboiler 1140 W/m2oC.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    22 dari 41

    5. Distilasi

    Rasio reflux optimum adalah pada rentang 1.2 1.5 kali rasio reflux minimum.

    Tangki reflux biasanya adalah horizontal dengan holdup 5 menit.

    B.2.2. Filosofi Proses

    Dimetil eter yang diproduksi digunakan untuk dicampur dengan LPG sebanyak 20%. Kapasitas

    produksi dimetil eter adalah 400,000 ton per tahun. Angka kapasitas ini diambil berdasarkan jumlah

    impor LPG Indonesia yaitu sebesar 2.19 juta ton pada tahun 2013. Pencampuran DME dengan LPG

    tentunya akan mengurangi jumlah impor LPG Indonesia. Dengan pencampuran DME dan LPG,

    impor LPG akan berkurang menjadi 1.3-1.5 juta ton per tahun.

    Umur pabrik yang ditetapkan adalah 10 tahun disebabkan proyeksi peningkatan permintaan LPG

    Indonesia sampai 2020 sebagai bahan bakar sehingga kebutuhan dimetil eter pun akan meningkat.

    Proyeksi permintaan dan penawaran LPG di Indonesia disajikan pada gambar B1.

    Gambar B1. Proyeksi Permintaan dan Penawaran LPG di Indonesia (Taryono, 2013)

    Proses produksi dimetil eter dari batubara dilaksanakan pada konfigurasi kontinu disebabkan

    kapasitas produksi yang besar (400,000 ton/tahun) yang sangat tidak ekonomis jika dilaksanakan

    pada konfigurasi partaian. Rasio turndown yang ditetapkan adalah sebesar 0.6. Hal ini disebabkan

    pada proses produksi DME, digunakan kolom distilasi sieve tray yang memiliki rasio turndown

    sebesar 0.5. Untuk faktor keamanan, rasio ditambah 0.1 sehingga menjadi 0.6.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    23 dari 41

    LAMPIRAN C-Ketersediaan Bahan Baku

    Bahan baku yang digunakan untuk pabrik DME ini adalah low rank coal (LRC). LRC merupakan

    batubara yang memiliki jumlah kalori 6100 Kkal/kg) = 1.655 juta ton (5,9%)

    3. Medium Quality Coal (5100 6100 Kkal/kg) = 16.128 juta ton (57,5%)

    4. Low Rank Quality Coal (

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    24 dari 41

    LAMPIRAN D- Penawaran dan Permintaan DME

    Dimetil eter (DME) adalah senyawa eter paling sederhana yang memiliki rumus kimia CH3OCH3.

    Karakteristik dan sifat fisik dimetil eter disajikan pada tabel D1.

    Tabel D1. Karakteristik Dimetil Eter dan Propane (Ohno, 1999)

    Karakteristik DME Propana

    Titik Didih (oC) -25.1 -42

    Densitas cair (g/cm3 @20oC) 0.67 0.49

    Viskositas cair (kg/m.s @25oC) 0.12-0.15 0.2

    Specific gravity gas 1.59 1.52

    Tekanan uap (MPa @25oC) 0.61 0.93

    Batas ledakan (%) 3.4-17 2.1-9.4

    Angka setan 55-60 5

    Nilai kalor net (kcal/Nm3) 14200 21800

    Nilai kalor net (kcal/kg) 6900 11100

    DME pada umumnya digunakan sebagai pengganti LPG sebagai bahan bakar gas dan dapat

    digunakan pada mesin diesel. Dapat dilihat pada karakteristik DME, DME memiliki nilai kalor net

    yang lebih rendah daripada propana yaitu sekitar 14200 kcal/Nm3. Namun demikian, DME memiliki

    batas ledakan yang lebih besar daripada propana sehingga DME lebih aman dalam hal kebocoran

    (leakage). Penggunaan DME untuk menggantikan bahan bakar konvensional disajikan pada tabel

    D2.

    Tabel D2. Penggunaan DME pada Berbagai Sektor (Ohno, 1999)

    Sektor Bahan Bakar

    Konvensional

    Banhan Bakar Sintetik

    Rumah tangga dan

    komersial

    Batubara, kerosene, gas

    alam, LPG

    DME

    Transportasi Bensin, LPG, solar MTG, DTG, metanol,

    etanol. CNG, DME

    Pembangkit listrik Batubara, gas alam, LPG DME, metanol

    Berdasarkan gambar D3, impor LPG di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun

    ke tahun. Pada tahun 2013, total impor LPG di Indonesia mencapai 2.19 juta ton dan total jumlah

    LPG di Indonesia adalah 4.39 juta ton. Jumlah tersebut adalah sekitar 50% dari total seluruh LPG di

    Indonesia. Untuk mengurangi volume impor LPG, dapat dilakukan pencampuran LPG dengan DME

    sebanyak 15-20%vol (gambar D4). Volume impor LPG dengan mencapur DME dengan LPG

    sebanyak 20% dapat berkurang sebesar 36% (Priyanto, 2011).

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    25 dari 41

    Gambar D3. Produksi, Impor, Ekspor, dan Konsumsi dari LPG di Indonesia (Priyanto, 2011)

    Gambar D4. Kurva Produksi LPG dan DME serta Impor LPG (Priyanto, 2011)

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    26 dari 41

    Gambar D5. Kurva Nilai Bakar LPG terhadap Persentase DME dalam LPG (Priyanto, 2011)

    Pencampuran DME dengan LPG akan mengurangi nilai kalor pembakaran. Pada komposisi DME

    20%, nilai kalor pembakaran total adalah 10615 kcal/kg, lebih rendah dari kalor pembakaran LPG

    (11100 kcal/kg). Semakin tinggi persen DME, nilai kalor akan semakin menurun seperti yang

    ditampilkan pada gambar D5 (Priyanto, 2011). Namun pencampuran DME dengan LPG dapat

    memberikan manfaat diantaranya dapat mengurangi emisi CO2 sebanyak 30-80% dan mengurangi

    emisi NOx sebanyak 5-15% sebagai hasil pembakaran.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    27 dari 41

    LAMPIRAN E-Keekonomian

    Perhitungan keekonomian sederhana dilakukan dengan menghitung total penjualan DME (DME Sales)

    dikurangi dengan total pengeluaran pabrik (Total Expense). Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan

    secara dasar apakah suatu pabrik layak untuk dibangun atau tidak.

    E.1. Total Expense

    Expense for Raw Coal atau pengeluaran untuk bahan baku batubara dihitung dengan mencari

    harga batubara (Raw Coal Price) dan memperkirakan laju alir masukan batubara (Raw Coal Rate).

    Perhitungannya dilakukan menggunakan persamaan berikut.

    Di mana

    Expense for Raw Coal = Total pengeluaran untuk bahan baku (MMUSD/yr)

    Raw Coal Price = Harga batubara per satuan masa batubara (USD/ton)

    Raw Coal Rate = Laju alir masukan batubara (ton/yr)

    Contoh perhitungan Expense for Raw Coal

    Diketahui :

    Raw Coal Price = 48,67 USD/ton

    Raw Coal Rate = 602250 ton/y

    Maka perhitungan Expense for Raw Coalnya adalah

    Total Personnel Cost atau total pengeluaran untuk pekerja pabrik dihitung dengan mencari gaji

    standar seorang operator pabrik (Standard Operator Cost), menentukan alat alat apa yang akan

    digunakan di dalam pabrik, menentukan jumlah operator untuk masing masing alat per shift

    (Operators for Equipmentn), dan menentukan jumlah shift per tahun (Total Shift per Year).

    Perhitungannya dilakukan menggunakan persamaan berikut.

    (

    )

    Di mana

    Total Personnel Cost = Total pengeluaran untuk pekerja pabrik (MMUSD/yr)

    Standard Operator Cost = Gaji standar seorang operator pabrik (USD/operator.year)

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    28 dari 41

    Operators for Equipmentn = Jumlah operator untuk alat n per shift (operator/shift)

    Total Shift per Year = Jumlah shift per tahun (shift)

    Contoh Perhitungan Total Personnel Cost

    Diketahui :

    Standard Operator Cost = 2000 USD/operator.year

    Operators for Crusher = 0,50 operators/shift

    Operators for Gasifier = 0,50 operators/shift

    Operators for Separator = 0,35 operators/shift

    Operators for Reactor = 0,50 operators/shift

    Total Shift per Year = 245 shift

    Maka perhitungan Total Personnel Costnya adalah

    ( )

    Other Costs atau pengeluaran lainnya dihitung apabila ada pengeluaran lain yang perlu

    ditambahkan. Namun karena untuk saat ini belum ada pengeluaran lain yang perlu ditambahkan

    maka Other Costs untuk pabrik DME ini tidak ditambahkan.

    Total expense atau total pengeluaran pabrik dihitung dengan menambahkan total pengeluaran

    untuk bahan baku batubara (Expense for Raw Coal), pengeluaran untuk pekerja pabrik (Total

    Personnel Cost), dan pengeluaran lainnya (Other Costs). Berikut persamaan yang digunakan.

    Di mana

    Total Expense = Total pengeluaran pabrik (MMUSD/yr)

    Expense for Raw Coal = Pengeluaran untuk bahan baku batubara (MMUSD/yr)

    Total Personnel Cost = Total pengeluaran untuk pekerja pabrik (MMUSD/yr)

    Other Costs = Pengeluaran pengeluaran lainnya (MMUSD/yr)

    Contoh Perhitungan Total Expense

    Diketahui :

    Expense for Raw Coal = 29,31 MMUSD/yr

    Total Personnel Cost = 1,15 MMUSD/yr

    Other Costs = 0

    Maka perhitungan Total Expensenya adalah

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    29 dari 41

    E.2. DME Sales

    Perhitungan DME Sales dilakukan dengan menghitung mencari harga DME dan memperkirakan

    total produksi pabrik DME yang akan dibuat. Perhitungannya dilakukan menggunakan persamaan

    berikut.

    Di mana

    DME Sales = Total harga penjualan DME (MMUSD/yr)

    DME Price = Harga DME per satuan massa DME (USD/ton)

    DME Product Rate = Perkiraan laju produksi pabrik DME (ton/yr)

    Contoh Perhitungan DME Sales

    Diketahui :

    DME Price = 241,5 USD/ton

    DME Product Rate = 400000 ton/yr

    Maka perhitungan DME Salesnya adalah

    E.3. Total Keuntungan

    Total keuntungan dihitung dari total penjualan DME (DME Sales) dikurangi dengan total

    pengeluaran pabrik (Total Expense). Berikut persamaan yang digunakan.

    Contoh Perhitungan Total Keuntungan

    Diketahui :

    DME Sales = 96,60 MMUSD/yr

    Total Expense = 30,46 MMUSD/yr

    Maka perhitungan total keuntungannya adalah

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    30 dari 41

    LAMPIRAN F-Teknologi Pembuatan DME melalui Indirect Synthesis

    Proses pembuatan DME dengan bahan baku batubara melalui Indirect synthesis dilakukan melalui

    3 tahapan proses utama:

    F.1. Gasifikasi batubara menjadi syngas,

    Gasifikasi dilakukan dengan mengubah batubara menjadi gas CO dan H2 pada temperatur tinggi

    (700-1200oC) dengan menggunakan media gasifikasi. Umumnya, media gasifikasi yang

    digunakan adalah udara, oksigen murni, atau steam. Berbeda dengan pembakaran, pada

    proses gasifikasi oksigen yang dipasok tidak berlebih, sehingga terjadi pirolisis bahan baku

    (batubara) yang digunakan. Reaksi yang dapat terjadi dalam proses gasifikasi diberikan pada

    poin-poin berikut.

    2 C + O2 2 CO C+ O2 CO2 C + CO2 2 CO (Boudoards reaction) CO + H2O CO2 + H2 (shift reaction) C + H2O CO + H2 (water gas reaction) C + 2 H2 CH4 2 H2 + O2 2 H2O CO + 2 H2 CH3OH CO + 3 H2 CH4 + H2O (methanation reaction) CO2 + 4 H2 CH4 + 2 H2O C + 2 H2O 2 H2 + CO2 2 C + H2 C2H2 CH4 + 2 H2O CO2 + 4 H2

    Pembakaran dengan oksigen dapat terjadi juga pada H2, CO, dan S yang merupakan hasil

    reaksi dan senyawa yang terkandung dalam batubara. Hal ini dapat mengakibatkan

    terbentuknya H2O, CO2, dan SO2 pada gas hasil gasifikasi. Untuk itu, rangkaian alat gasifikasi

    harus dilengkapi dengan pembersihan gas. Reaksi gasifikasi terjadi pada temperatur dan

    tekanan yang bervariasi bergantung pada teknologi. Pemilihan teknologi gasifikasi dilakukan

    dengan mempertimbangkan bahan baku yang digunakan, jenis reaktor, teknologi yang sudah

    ada, limbah yang dihasilkan, kemudahan operasi, dan keekonomian. Perbandingan antara 3

    jenis reaktor gasifikasi diberikan dalam Tabel F.1.

    Tabel F.1. Perbandingan jenis reaktor gasifikasi

    Jenis Gasifier: Fixed Bed Fluidized Bed Entrained Bed

    Tekanan Bergantung teknologi

    Temperatur (oC) 200-1200 800-1000 1400-1800

    Jenis Batubara Non-caking Non-caking Semua jenis

    Ukuran umpan (mm) 6-50

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    31 dari 41

    Karakteristik syngas yang dihasilkan dari masing-masing teknologi dapat dilihat pada Tabel F.4

    Tabel F.2. Karakteristik Syngas Berdasarkan Teknologi (Speight, 2013)

    Proses Komposisi Gas (% v/v)

    CO H2 CO2 H2O CH4 H2S H2/CO

    Lurgi 9,2 20,1 14,7 50,2 4,7 0,3 2,2

    Koppers-Totzek 50,4 33,1 5,6 9,6 0 0,3 0,66

    Winkler 25,7 32,2 15,8 23,1 2,4 0,3 1,3

    Synthane 10,5 17,5 18,2 37,1 15,4 0,3 1,7

    Bi-Gas 22,9 12,7 7,3 48,0 8,1 0,7 0,55

    CO2 acceptor 14,1 44,6 5,5 17,1 17,3 0,03 3,2

    HYGAS-steam oxygen 18,0 22,8 18,5 24,4 14,1 0,9 1,3

    HYGAS-steam-iron 7,4 22,5 7,1 32,9 26,1 1,5 3,0

    Dari tiga jenis reaktor gasifikasi yang dapat digunakan (Fixed Bed, Fluidized Bed, dan Entrained

    Bed) akan dibandingkan 3 teknologi yang umum digunakan untuk gasifikasi batubara tingkat

    rendah. Ketiga teknologi tersebut adalah Lurgi Dry Ash, High Temperature Winkler, dan

    Koppers-Totzek.

    A. Lurgi Dry Ash (Fixed bed/Moving Bed Reactor)

    Reaksi gasifikasi terjadi pada 4 zona dalam reaktor fixed bed, yaitu zona penguapan (100-

    250oC), zona pirolisis (250-500oC), zona oksidasi (900-1400oC), dan zona reduksi (~900oC).

    Keunggulan dari fixed bed dibandingkan reaktor lain adalah kemudahan dalam operasi dan

    harga yang murah. Disamping itu berbagai teknologi menyediakan keunggulan

    pembentukan tar yang rendah dalam gas hasil dan pengolahan limbah yang lebih mudah.

    Fixed bed umumnya digunakan pada kapasitas produksi yang rendah. Teknologi proses

    gasifikasi dengan fixed bed reactor yang telah banyak digunakan antara lain Lurgi (slagging

    dan dry ash), Wellman-Galusha, Foster-Wellerstoic, Slagging Fixed bed, dan Woodal

    Duckham.

    Lurgi merupakan teknologi yang paling sering digunakan untuk proses gasifikasi batubara

    tingkat rendah.

    Tabel F.3. Karakteristik Teknologi Lurgi Dry Ash (Speight, 2013)

    Karakteristik Lurgi Dry Ash

    Tekanan, Mpa

    Temperatur, oC

    Zona Pembakaran

    Zona Gasifier

    Gas Keluar

    Steam/O2 (kg/kg)

    O2 (kg/GJ gas)

    Kecepatan Bed (m/jam)

    Waktu Tinggal (jam)

    2,5

    980-1370

    650-815

    370-540

    4

    17

    4

    1

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    32 dari 41

    Gambar F.1. Gassifier Lurgi Dry Ash

    Gambar F.2. Proses Lurgi Dry Ash

    Teknologi Lurgi merupakan moving bed reaktor dengan kondisi operasi seperti ditampilkan

    pada Tabel F.3. Steam digunakan untuk memberikan supply hidrogen untuk pembentukan

    H2 dan berfungsi sebagai pemasok panas. Disamping itu, panas dihasilkan dari karbon yang

    terbakar dalam reaktor. Ayakan berputar (grate) pada dasar reaktor, seperti ditunjukkan

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    33 dari 41

    pada Gambar F.1. berfungsi untuk mensupport batubara, memisahkan abu, mensupply

    steam dan oksigen. Dibandingkan dengan teknologi lain, lurgi menghasilkan banyak metana

    dalam syngas. Raw syngas masih mengandung tar, minyak,fenol, amoniak, debu batubara,

    dan abu. Dalam teknologi ini, diharapkan tidak terbentuk cake pada abu batubara karena

    akan sulit untuk dibersihkan. Untuk mencegah pembentukan slag temperatur operasi Lurgi

    Dry ash dijaga rendah. Temperatur rendah akan menimbulkan adanya tar dan minyak berat,

    sehingga perlu adanya pembersihan syngas lebih lanjut. Gambar F.2. menunjukkan proses

    gasifikasi Lurgi dengan proses pembersihan syngas. Beberapa variasi Lurgi dry ash adalah

    adanya pengaduk dalam reaktor sehingga mempercepat proses gasifikasi.

    B. High Temperature Winkler (fluidized bed reactor)

    Berbeda dengan fixed bed, temperatur sepanjang reaktor fluidized bed memiliki

    kecenderungan untuk seragam sepanjang reaktor. Dalam reaktor fluidized bed, batubara

    atau sumber karbon yang difluidisasi hanya berkisar 5-10% dari total kolom, sisanya

    digunakan packing berupa pasir silika yang memiliki konduktivitas panas yang baik sehingga

    dapat menjaga keseragaman temperatur sepanjang kolom. Abu hasil pembakaran memiliki

    kadar silika yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai packing. Temperatur dalam

    fluidized bed umumnya berkisar antara 800-1000oC bergantung pada teknologinya.

    Reaktor fluidized bed dapat digunakan secara kontinu dengan kapasitas besar. Karbon yang

    terkonversi cukup tinggi, sekitar 80%, dan dapat lebih tinggi dengan adanya recycle

    abu/karbon yang tidak tergasifikasi. Teknologi fluidized bed reactor untuk gasifikasi yang

    telah diterapkan antara lain Winkler, Hydarane, Hygas, Synthane, U-gas, Union Carbide

    (Coalcon), Westinghouse Pressurized, Carbon Dioxide Acceptor, Agglomerating Burner, dan

    COED/COGAS.

    Untuk batubara peringkat rendah, teknologi High Temperature Winkler merupakan teknologi

    yang paling banyak dipakai. Karakteristik HTW diberikan pada Tabel F.4. Pada proses

    Winkler, batubara yang telah digerus dikontakkan dengan steam atau oksigen yang disupply

    dari bagian bawah reaktor, seperti ditunjukkan pada Gambar F.4. Di dalam reaktor, terdapat

    bed yang terfluidakan dengan tekanan di atas tekanan atmosferik. Gas yang dihasilkan

    mengandung lebih sedikit tar dan minyak rantai panjang apabila dibandingkan dengan fixed

    bed. Abu yang terbentuk sebanyak 70% terbawa oleh aliran gas, dan sisanya dihilangkan

    melalui dasar reaktor. Sisa karbon tidak terbakar akan langsung dikonsumsi oleh steam dan

    oksigen yang berada pada dasar reaktor.

    Tabel F.4. Karakteristik Teknologi Winkler

    Karakteristik Winkler

    Tekanan, MPa

    Temperatur, oC

    Reaktor

    Gas Keluar

    Steam/Oksidan (kg/kg)

    Oksidan (kg/GJ gas)

    Waktu Tinggal (jam)

    Efisiensi gas dingin (%)

    0,1

    980

    790

    0,4-0,6

    28

    ~3

    72

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    34 dari 41

    Gambar F.3. Gassifier High Temperatur Winkler

    Gambar F.4. Proses High Temperature Winkler

    Gambar F.4. menunjukkan proses gasifikasi Winkler disertai dengan pembersihan syngas.

    Urutan pembersihan syngas dilakukan dengan 1. Pendinginan syngas dengan heat

    exchanger, 2. Pemanfaatan panas dalam Waste Heat Boiler, dan siklon. Selanjutnya

    dilakukan pemberihan dengan scrubber, electrostatuc precipitator, dan penghilangan sulfur.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    35 dari 41

    C. Koppers-Totzek (entrained bed reactor)

    Gasifikasi dengan entrained bed reactor terjadi pada temperatur sangat tinggi yakni 1400-

    1800oC dalam waktu yang singkat, . Seperti dalam fluidized bed, temperatur dalam entrained

    bed seragam sepanjang reaktor. Efisiensinya bagus, hampir 100% dengan kapasitas yang

    tinggi. Kelebihan entrained bed adalah karena temperaturnya yang sangat tinggi, reaktor ini

    toleran terhadap kadar moisture dalam umpan, dapat memecah tar menjadi senyawa yang

    lebih pendek, dan dapat menghindari pembentukan metana. Kelemahan proses dengan

    entrained bed adalah biayanya yang cukup mahal dan operasional yang sulit. Selain itu perlu

    adanya umpan yang banyak dan recovery panas yang dihasilkan.

    Teknologi gasifikasi dengan entrained bed antara lain adalah Koppers-Totzek, Bi-Gas,

    Combustion Engineering Entrained Bed, dan Texaco. Gasifikasi dengan entrained bed

    umumnya dapat digunakan untuk semua jenis batubara, akan tetapi dengan temperatur

    yang sangat tinggi gasifier ini berbahaya untuk digunakan pada batubara yang sangat

    reaktif.

    Teknologi yang telah digunakan pada batubara tingkat rendah adalah Koppers Totzek.

    Kondisi operasi reaktor K-T ditunjukkan pada Tabel F.5.

    Tabel F.5. Karakteristik Koppers Totzek

    Karakteristik Winkler

    Tekanan, MPa

    Temperatur, oC

    Reaktor

    Gas Keluar

    Steam (kg/kg batubara)

    Oksidan (kg/kg batubara)

    Waktu Tinggal (detik)

    Efisiensi gas dingin (%)

    Atm

    1925

    1500

    0,3-0,34

    0,7-0,75

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    36 dari 41

    Gambar F.5. Gassifier Koppers-Totzek

    Gambar F.6. Proses Koppers-Totzek

    F.2. Pembersihan syngas

    Syngas yang telah dihasilkan dari proses gasifikasi masih mengandung produk samping

    yang dapat menimbulkan korosi, slagging, atau pencemaran lingkungan sehingga perlu

    dihilangkan. Terdapat berbagai metode penghilangan pengotor syngas, seperti ditunjukkan

    pada Tabel F.6.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    37 dari 41

    Tabel F.6. Produk Samping Gasifikasi Batubara dan Cara Pembersihan

    Produk Samping Proses Penghilangan

    CO2 Scrubbing

    H2S Scrubbing, Stertford process, treatment amina, rectisol process

    COS,CS Dihilangkan dengan H2S

    NH3 Scrubbing, Ammonia stripping

    HF,HCl,HCN Scrubbing

    Abu Dihilangkan dari Gassifier dan dibuang ke landfill

    Partikel tersuspensi Siklon, electrostatic precipitator, scrubbing

    Tar, minyak Scrubbing

    A. Pemisahan abu

    1. Pemisahan dengan siklon

    Abu yang terbawa dalam aliran syngas dipisahkan dalam siklon dengan prinsip gaya

    sentrifugasi. Abu yang dihasilkan dapat dikumpulkan dan ditangani dalam sistem

    pengolahan limbah, atau direcycle kembali ke dalam reaktor, karena masih dimungkinkan

    adanya sisa karbon yang belum tergasifikasi.

    2. Pemisahan dengan quenching

    Pemisahan abu dengan quenching dilakukan dengan menyemprotkan air dingin ke dalam

    syngas panas. Perbedaan temperatur yang tinggi dapat mengagetkan partikel sehingga

    terbentuk padatan dan jatuh pada dasar gassifier maupun pada siklon.

    3. Pemisahan dengan scrubber

    Hampir sama dengan quenching, dalam scrubber air atau aliran yang digunakan dalam

    scrubber dialirkan dalam reaktor sehingga terbentuk kontak permukaan yang luas, sehingga

    abu akan basah dan jatuh ke bagian bawah reaktor dan siklon/scrubber.

    B. Pendinginan Syngas

    Pendinginan syngas dilakukan dengan menggunakan air pendingin. Syngas yang dipisahkan

    dalam siklon merupakan syngas panas dengan temperatur 800-900oC. Pada temperatur

    tersebut uap dan senyawa volatil masih berbentuk gas yang terbawa oleh syngas. Pada

    temperatur kurang dari 180-200oC tar dan minyak berat akan memiliki wujud cair sehingga

    dapat dipisahkan dari syngas. Pada temperatur yang lebih rendah, yakni kurang dari 100oC

    air akan menjadi cair, sehingga dapat dipisahkan sebelum memasuki reaktor metanol.

    Pendinginan syngas dapat dilakukan dengan heat exchanger maupun boiler apabila panas

    yang dihasilkan memenuhi kebutuhan produksi steam dengan boiler.

    C. Acid gas removal

    Asam yang ada dalam batubara dan mungkin terbentuk selama proses gasifikasi adalah

    CO2, H2S, dan dalam jumlah kecil NOx, COS, CS, NH, HF, HCl, serta HCN. Penghilangan

    asam dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti ditunjukkan pada Tabel F.7

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    38 dari 41

    Tabel F.7. Metode Penghilangan Asam

    Solven/Reaktan Gas yang dihilangkan Proses

    A. Absorbsi dengan Solven

    20-30% kalium karbonat dalam

    larutan air panas dan katalis

    15% monoetanolamin dalam air

    Metanol dingin

    H2S, CO2

    Benfield

    Amina

    Rektisol

    B. Adsorbsi padat

    Karbon

    Logam besi

    H2S

    Karbon teraktivasi

    Penyerapan besi

    C. Reaksi Kimia gas asam

    Besi oksida

    Zink oksida

    H2S

    Sponge besi

    Zink oksida

    Pengelolaan gas buang dapat juga dilakukan selama keberjalanan proses. Pada reaktor

    fluidized bed, untuk mengurangi kandungan SOx dalam syngas, dapat ditambahkan CaCO3

    dalam unggun pasir. Reaksi yang terjadi diberikan pada persamaan berikut.

    CaCO3+SO2 CaSO3 + CO2

    F.3. Water Gas Shift Conversion

    Pada Tabel B.3 diperoleh hasil syngas yang dihasilkan dari proses gasifikasi. Spesifikasi syngas

    yang digunakan dalam sintesis metanol memiliki perbandingan H2/CO sebesar 2:1. Untuk

    menghasilkan kompsosisi syngas sesuai dengan spesifikasi, dilakukan reaksi Water Gas Shift

    Conversion (WGS) dengan mereaksikan CO dan H2O menjadi H2 dan CO2.Reaksi yang terjadi

    ditunjukkan pada persamaan berikut.

    CO + H2O CO2 + H2 (H298=-41.2 kJ/mol)

    Reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan yang eksotermis, sehingga temperatur yang

    tinggi dapat menurunkan konversi reaksi. Akan tetapi, untuk mengimbangi kinetika reaksi,

    digunaan temperatur yang tinggi agar reaksi berjalan dengan cepat. Reaksi dilangsungkan pada

    temperatur 300-400oC dan tekanan 20 bar. Temperatur yang dipilih harus lebih tinggi daripada

    Dew Temperature campuran air dan syngas, yakni 180oC. Katalis yang dapat digunakan pada

    reaksi ini adalah besi kromia (Fe3O4/Cr2O3) berbentuk padatan yang ditumpukkan sebagai

    unggun. Dari spesifikasi syngas yang dihasilkan dalam proses gasifikasi, penggunaan satu

    temperatur (temperatur tinggi) sudah mencukupi kebutuhan konversi syngas.

    Terdapat dua teknologi untuk sintesis Metanol dari syngas dan dehidrasi metanol, diantaranya adalah

    teknologi Haldor Topsoe dan teknologi MGC.

    F.4. Sintesis metanol dengan syngas (Haldor Topsoe)

    Syngas dengan perbandingan H2/CO 2:1 dan telah dihilangkan dari CO2 dan air digunakan

    dalam sintesis metanol. Reaksi yang terjadi pada sintesis metanol ditunjukkan pada persamaan

    berikut.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    39 dari 41

    CO+2H2 CH3OH (H298=-92 kJ/mol)

    Reaksi ini merupakan reaksi yang eksotermis, sehingga konversi akan lebih besar terjadi pada

    temperatur rendah. Tekanan mempengaruhi reaksi karena reaksi terjadi pada fasa gas. Semakin

    tinggi tekanan, reaksi akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi. Dalam proses ini dipilih

    tekanan reaktor sebesar 107 bar dengan temperatur 260oC. Kondisi ini menghasilkan metanol

    dengan konversi 86%. Syngas yang sudah tidak digunakan direcycle kembali dan sebagian

    dibuang untuk menghindari akumulasi gas pengotor. Katalis yang digunakan dalam reaksi ini

    adalah tembaga.

    F.5. Dehidrasi metanol menjadi DME (Haldor Topsoe)

    Reaksi selanjutnya adalah reaksi dehidrasi metanol menjadi DME. Metanol yang terbentuk pada

    proses sebelumnya dipisahkan dari syngas dengan kolom separator. Kemurnian metanol yang

    diperoleh adalah 99,7%. Metanol kemudian diumpankan menuju reaktor dehidrasi untuk

    pembentukan DME. Reaksi yang terjadi dalam pembentukan DME ditunjukkan pada persamaan

    berikut.

    2CH3OH CH3OCH3 + H2O (H298=-23 kJ/mol)

    Reaksi ini merupakan reaksi yang eksotermis, sehingga untuk menanggulangi temperatur reaksi

    yang tinggi, reaktor dapat dilangsungkan pada reaktor unggun tetap adiabatik. Reaksi

    dilangsungkan pada tekanan 107 bar dan temperatur 280oC. Katalis yang digunakan dalam

    reaksi ini adalah zeolit atau gamma alumina. DME yang terbentuk pada kondisi ini memiliki fasa

    gas. Waktu tinggal dalam reaktor adalah 3-7 detik untuk menghindari reaksi lebih lanjut.

    Proses pemurnian DME dilakukan dengan dua kali distilasi, yaitu untuk memisahkan DME dari

    metanol, dengan kondisi tekanan 35 bar dan temperatur 150oC, dan untuk memisahkan metanol

    dan air. DME produk memiliki kemurnia 99,8%, sedangkan metanol yang dipisahkan memiliki

    kemurnian 98%. Metanol kemudian didaur ulang menuju reaktor dehidrasi. Skema reaktor

    sintesis metanol dan dehidrasi metanol teknologi Haldor Topsoe disajikan pada gambar F.7.

    Reaktor R1 pada gambar F.7 adalah reaktor sintesis metanol dan reaktor R2 adalah reaktor

    dehidrasi metanol. DME keluaran dipisahkan dengan separator dan syngas didaur ulang ke

    reaktor R1 dan produk DME keluar dari bawah separator.

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    40 dari 41

    Gambar F.7 Skema Reaktor Sintesis dan Dehidrasi Metanol Teknologi Haldor Topsoe (Haugard, 2001)

    F.6. Sintesis metanol dengan syngas (MGC)

    Sintesis metanol dilakukan dengan menggunakan katalis berbasis tembaga dengan temperatur

    200-300oC dan tekanan 5-15 MPa. Umur katalis diperkirakan 4-6 bar. Reaksi dilangsungkan

    pada reaktor pipa ganda (Super Converter henceforth SPC) (Japan DME Forum, 2007).

    Konfigurasi reaktor sintesis metanol disajikan pada gambar F.8.

    Gambar F.8 Skema Reaktor Sintesis Metanol Teknologi MGC (Japan DME Forum)

  • B.1.1.02 Produksi DME (dimethyl-ether) Melalui Indirect Synthesis

    41 dari 41

    F.7. Dehidrasi metanol menjadi DME (MGC)

    Reaksi dilangsungkan dengan bantuan katalis gamma alumina yang memiliki selektivitas dan

    aktivitas yang tinggi. Kapasitas DME dari reaktor ini adalah menghasilkan 6000 ton/tahun DME.

    Reaksi dilangsungkan pada temperatur 250-400oC dan tekanan 1-2.5 MPa. Umur katalis

    diperkirakan 4-6 tahun. Reaktor dehidrasi metanol dilangsungkan pada reaktor adiabatik karena

    panas reaksi dehidrasi lebih kecil dibandingkan reaksi sintesis metanol. Katalis alumina juga

    memiliki resistansi terhadap panas yang lebih baik daripada katalis tembaga (Japan DME Forum,

    2007). Skema reaktor dehidrasi metanol disajikan pada gambar F.8.

    Gambar F.9 Skema Reaktor Sintesis Metanol Teknologi MGC (Japan DME Forum, 2007)