Laporan Fisiologi Mata Fix 2003
-
Upload
reiza-primayana-vig -
Category
Documents
-
view
228 -
download
6
description
Transcript of Laporan Fisiologi Mata Fix 2003
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARANBLOK NEUROLOGY AND SPESIFIC SYSTEM (NSS)
Nama Asisten Dosen:Ridwan
G1A011026Anggota :
Farissa Utami
G1A012121Paramita Ardiyanti
G1A012122S. Liyaturrihanna Putri G1A012124Rendy Faris Anggono
G1A012134Siti Syifa Rabiah
G1A012147
Citra dewi
G1A012149Muhammad Reiza P
G1A012154Risma Pramudya
G1A010045KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERANJURUSAN KEDOKTERAN
2015
I. PENDAHULUAN
A. Judul PraktikumPemeriksaan Fungsi PendengaranB. Waktu, Tanggal Praktikum
Senin, 6 April 2015
C. Tujuan Praktikum1. Mengetahui dan melakukan pemeriksaan fungsi pendengaran secara langsung pada manusia2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pendengaran seseorang3. Mengetahui aplikasi klinis penurunan fungsi pendengaran4. Mengetahui cara pemeriksaan fungsi pendengaran dengan beberapa metode yang digunakan di klinisD. Dasar Teori1. Definisi PendengaranPendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi akibat kompresi/pemadatan molekul udara bergantian dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan/peregangan molekul udara. Suara ditandai oleh adanya (Sherwood, 2011) :a. Nada, ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20 sampai 20.000 siklus per detik tetapi paling peka untuk frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus per detik.
b. Intensitas/kekuatan suara bergantung pada amplitudo gelombang suara. Kekuatan suara diukur dalam desibel (dB). Suara yang lebih besar daripada 100 dB dapat merusak secara permanen perangkat sensorik sensitif di koklea.
c. Warna suara/kualitas suatu suara bergantung pada overtone, yaitu frekuensi tambahan yang mengenai nada dasar.2. Organ TelingaTelinga merupakan indera pendengaran dan keseimbangan. Masing-masing telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan. Telinga dalam berisi dua sistem sensorik berbeda, yaitu koklea (mengandung reseptor untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar) dan aparatus vestibularis (penting bagi sensasi keseimbangan) (Sherwood, 2011).Telinga terdiri dari beberapa bagian (Sherwood, 2011):
a. Telinga luarTelinga luar terdiri dari pinna aurikula (daun telinga), meatus auditorius eksternus (saluran telinga), dan membran timpani (gendang telinga). Pinna berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga dan berperan dalam menentukan lokasi suara. Meatus auditorius eksternus berfungsi untuk mengarahkan gelombang suara ke membran timpani dan mengandung rambut penyaring dan mengeluarkan serumen untuk menangkap partikel asing. Membran timpani, bergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang telinga tengah bergetar (Sherwood, 2011).b. Telinga tengahTelinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga dalam. Pemidahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus, incus dan stapes), yang dapat bergerak dan membentang di telinga tengah. Osikulus auditiva ini bergetar secarasinkron dengan getaran membran timpani dan memicu gerakan berbentuk gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama (Sherwood, 2011).c. Telinga dalamTelinga dalam terutama koklea, mengandung sistem sensorik untuk mendengar. Komponen koklea terdiri dari (Sherwood, 2011) : 1) Jendela oval, bergetar bersama dengan gerakan stapes, gerakan jendela oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak
2) Skala vestibuli, mengandung perilimfe yang digerakkan oleh gerakan jendela oval yang ditimbulkan oleh getaran tulang- tulang telinga tengah.
3) Skala timpani, mengandung perilimfe yang berhubungan dengan skala vestibuli
4) Duktus koklearis (skala media), mengandung endolimfe dan berisi membran basilaris.
5) Membran basilaris, bergetar bersama dengan gerakan perilimfe; mengandung organ corti, organ indera untuk mendengar
6) Organ Corti, mengandung sel rambut, reseptor untuk suara; sel rambut dalam mengalami potensial reseptor ketika rambutnya menekuk akibat gerakan cairan di koklea
7) Membran tektorium berfungsi sebagai bagian stasioner sehingga rambut sel reseptor dibengkokkan dan mengalami potensial aksi sewaktu membran basilaris bergerak relatif terhadap membran yang menggantung ini
8) Jendela bundar, bergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfe untuk meredakan tekanan di koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara.
3. Fisiologi Pendengaran
(Sherwood, 2011)
(Sherwood, 2011)Nervus kokhlearis berjalan di sepanjang kanalis auditorius internus bersama dengan nervus vestibularis, kemudian masuk ke batang otak tepat di belakang pedunkulus serebelaris inferior. Akson yang berasal dari nukleus kokhlearis ventralis menyilang garis tengah di dalam korpus tropozoideum. Impuls auditorik asendens kemudian berjalan melalui lemniskus lateralis ke kolikulus inferior. Sedangkan akson yang muncul dari nukleus kokhlearis dorsalis menyilang garis tengah di belakang pedunkulus serebelaris inferior, beberapa diantaranya di stria medularis dan yang lainnya melalui formasio retikularis, dan kemudian berjalan naik di lemniskus lateralis ke kolikulus inferior, bersama dengan akson dari nukleus kokhlearis ventralis. Kolikulus inferior mengandung relay sinaptik lanjutan ke neuron berikutnya pada jaras ini, yang kemudian berproyeksi ke korpus genikulatum mediale talami. Dari sini, impuls auditorik berjalan di dalam radiasio auditoria ke korteks auditorik primer di girus temporalis transversus (area Broadmann 41) (Baehr, 2010).
Gambar 1.1 Jaras Pendengaran (Baehr, 2010)
Hilangnya pendengaran atau tuli dibagi menjadi dua jenis, yaitu tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli konduktif terjadi jika gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui bagian luar dan tengah telinga untuk menggetarkan cairan di telinga dalam. Kemungkinan penyebab adalah penyumbatan fisik saluran telinga oleh serumen, pecahnya gendang telinga, infeksi telinga tengah disertai penimbunan cairan, atau restriksi gerakan osikulus akibat perlekatan tulang antara stapes dan jendela oval. Pada tuli sensorineural, gelombang suara ditransmisikan ke telinga dalam, tetapi tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diinterpretasikan oleh otak sebagai sensai suara. Defeknya dapat terletak di organ Corti atau nervus auditorius atau yang lebih jarang di jalur auditorius asendens atau korteks auditorius (Sherwood, 2011).Memastikan pendengaran manusia masih baik atau tidak, maka diperlukan tes pendengaran. Dengan perkembangan ilmu yang ada tercipta beberapa pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan mempergunakan garpu tala yaitu diantaranya tes rinne, tes weber dan tes schwabach dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai beberapa tes kualitatif yang disebutkan terdapat penjelasan mengenai metode -metode tersebut (Satyanegara, 2010).a. Tes rinne Uji rinne membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pendengaran pasien. Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien.(hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi terdengar, penala kemudian dipindahkan didekat telinga sisi yang sama (hantaran udara). Telinga normal masih akan mendengar penala melalui hantaran udara, temuan ini disebut rinne positif (AC>BC), pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural juga akan memberi rinne positif jika mendengar bunyi penala, sebab gangguan sensorineural seharusnya mempengaruhi baik hantaran udara maupun hantarantulang (AC>BC). Istilah rinne negatif dipakai bila pasien tidak dapat mendengar melalui hantaran udara setelah penala tidak lagi terdengar melalui hantaran tulang (ACHTNormal/gangguan sensorineuralTidak ada / Koklea retrokoklearis
Negatif HU25-40 dB: tuli ringan
>40-55 dB: tuli sedang
>55-70 dB: tuli sedang berat
>70-90 dB: tuli berat
> 90 dB: tuli sangat berat
E. Alat Bahan
Garputala 512 Hz
F. Cara KerjaPemeriksaan telinga (Garputala)Tanggal
: 6 April 2015 Waktu & Tempat: 15.00, Lab Fisiologi FKUNSOED
Probandus
: Reiza primayana
Alat dan Bahan: Garputala 512 Hz
Cara kerja
:1. Tes Rinne
Bunyikan garpu tala frek 512 Hz, letakkkan tangkainya tegak lurus mastoid (posterior MAE) sampai penderita tidak mendengar kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita Apabila penderita masih mendengar: Rinne (+) Apabila penderita tidak mendengar: Rinne ()2. Tes webber
Garpu tala frek 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan digaris tegak lurus median(vertex, dagu, atau gigi incisivus) , Penderita diminta menunjuk telinga mana yang mendengar lebih keras, Bila mendengar paa satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut, Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar disebut tidak ada lateralisasi
Intepretasi
Normal: tidak ada lateralisali
Tuli konduksi: mendengar lebih keras di telinga yang sakit
Tuli sensori neural: mendengar lebih keras di telinga yang sehat
3. Tes Scwabach
Garpu tala frek 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus paa planum mastoid pemeriksa bila pemeriksa sudah tidak mendengar secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita, Bila penderita masih mendengar : Scwabach memanjang, Bila penderita tidak mendengar: Scwabach memendek atau normal
Intepretasi
Normal: Scwabach normal
Tuli konduksi: Scwabach memanjang
Tuli sensori neural : Scwabach memendekII. HASIL DAN PEMBAHASAN
Waktu praktikum: Senin, 7 April 2015
Tempat praktikum: Laboratorium Fisiologi Kedokteran Unsoed
Probandus
: M. Reiza Primayana
Usia
: 21 tahun
A. Hasil dan Pembahasan
1. Tes Rinne
Ketika probandus diuji pendengarannya dengan tes Rinne maka probandus mendengar getaran garpu tala baik saat garpu tala tersebut diletakkan di prosessus mastoid dan dipindahkan ke depan liang telinga probandus. Oleh karena itu, interpretasi dari hasil tes Rinne adalah positif (+)
2. Tes Weber
Garpu tala digetarkan kemudian diletakkan di bagian median tubuh, dalam percobaan kemaren kelompok kami meletakkan garpu tala tersebut di glabela atau dahi probandus. Hasilnya adalah probandus tidak dapat membedakan getaran garpu tala di telinga kanan maupun kiri. Suara yang didengarkan sama-sama jelas. Interpretasi dari tes Weber adalah simetris.
3. Tes Schwabach
Pada tes scwabach ini, dipastikan terlebih dahulu bahwa pemeriksa normal sehingga hasilnya bisa dibandingkan apakah probandus terdapat kelainan atau tidak. Ketika garpu tala digetarkan dan probandus memberikan kode bahwa dia tidak lagi mendengar suara getaran garpu tala, pemeriksa memindahkan garpu tala tersebut ke depan liang telinga pemeriksa. Hasilnya, pemeriksa juga tidak lagi mendengar adanya suara getaran. Untuk memastikan, maka pemeriksaan ini dibalik, yaitu dimulai dari pemeriksa terlebih dahulu. Ketika pemeriksa sudah tidak mendengar lagi suara getaran, probandus juga tidak mendengar adanya suara getaran. Interpretasi dari tes Schwabach ini adalah sama karena tidak didapatkan pemendekan maupun pemanjangan pendengaran suara getaran garpu tala.
Tes RinneTes WeberTes Schwabach
+ (Positif)SimetrisSama
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Tes Garpu Tala
Jika merujuk pada tabel .... (di bawah ini), interpretasi pendengaran probandus adalah Normal.
Tes RinneTes WeberTes SchwabachInterpretasi
+ (Positif)SimetrisSamaNormal
- (Negatif)Lateralisasi ke sisi sakitMemanjangConductive hearing loss (CHL)
+ (Positif)Lateralisasi ke sisi sehatMemendekSensoryneural hearing loss (SNHL)
Tabel 5. Panduan interpretasi hasil pemeriksaan garputala (Bagai, 2006).
B. Aplikasi Klinis1. Otitis MediaOtitis media adalah infeksi atau inflasmasi di telinga tengah. Kejadian ini terjadi diawali dari flu atau kondisi lain masalah pernafasan yang dapat menyebar hingga ke telinga sehingga terjadi otitis media. Penyebaran ini biasanya terjadi melewati tuba eustasia yakni tuba yang menghubungkan antara hidung dan telinga. (American speech-language-hearing association, 2015)Telinga tengah terdiri atas tulang pendengaran yang akan menghantarkan getaran dari membrane timpani ke telinga dalam. Ketikat terjadi peradangan di daerah telinga tersebut, getaran suara tidak dapat dihantarkan secara efisien sehingga sebagian besar energi getaran suara tersebut tidak dapat dihantarkan yang menyebabkan gangguan pendengaran. (American speech-language-hearing association, 2015)Tipe gangguan suara ini adalah konduksi dan bersifat sementara. Tetapi jika kejadian otitis media ini berlangsung secara terus menerus dapat merusak membrane timpani, tulang pendengaran, hingga nervus pendengaran yang dapat menjadi gangguan pendengaran sensorineural (American speech-language-hearing association, 2015)2. PresbikusisPresbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara progresif lambat dan dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi, bersifat simetris, dan tidak memiliki kelainan penyebab lain selain penuaan (Soesilorini, 2011).Schuknect menerangkan keadaan ini dimulai dari degenerasi atrofi di bagian epitel dan saraf pada organ corti lalu diikuti dengan degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan pemahama bicara (Soesilorini, 2011).Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya degenerasi pada stria vaskularis (tersering). Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi kemudain meluas ke region koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi sel marginal dan intermedia pada stria vaskularis terjadi secara sistemik, serta terjadi kehilangan Na+K+ATPase. Kejadian ini menyebabkan gangguan depolarisasi untuk menghasilkan enzim cascade melepaskan transmitter kimia untuk mengaktivasi serabut saraf pendengaran. (Soesilorini, 2011)Degenerasi stria vaskularis akibat penuaan berefek pada potensial endolime yang akan berkuang secara signifikan sehingga memengaruhi amplifikasi koklea. Jika hal ini memengaruhi lebih dari 50% maka nilai potensial endolimfe akan menurun drastic. Gambaran khas pada degenerasi ini yang telah dicoba pada hewan terdapa penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB dan potensial endolimfe menjadi 20mV dari normal 90mV. (Soesilorini, 2011)Degenerasi sekunder terjadi akibar degenerasi sel organ corti dan saraf-saraf yang dimulai pada bagian basal koklea hingga apeks. Perubahan yang terjadi akibat hilangnya funsgi nervus auditorius akan meningkatan nilai ambang CAP dari nervus. Pengurangan amplitude dari potensial aksi yang terekam pada proses peuaan menungkinkan terjadinya asinkronisasi aktfitas nervus auditorius. Keaadan ini mengakibatkan penderita mengalami kurang pendengaran dengan pemahaman bicara yang buruk. (Soesilorini, 2011)III. KESIMPULAN1. Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf yang ditandai oleh adanya, Nada, Intensitas/kekuatan suara, Warna suara/kualitas2. Telinga merupakan organ pendengaran yang terdiri dari beberapa bagian diantaranya telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
3. Pemeriksaan fungsi pendengaran bisa dilakukan dengan berbagai teknik diantaranya dengan menggunakan tes garpu tala, tes berbisik dan audiometri murni.
4. Pada praktikum tersebut hanya dilakukan pemeriksaan garpu tala dimana interpretasi dinyatakan normal apabila Tes Rinne (+), Tes Scwabach tidak memanjang atau memendek dan Tes Weber tidak ada lateralisasi baik ke telingan kanan maupun kiri.DAFTAR PUSTAKABickley L.S. 2012. Bates Guide to Physical Examination & History Taking 11th edition. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins.Baehr, Mathias. 2010. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta : EGC.Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.FK UI. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.Adams B. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : EGC. Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC.Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi 4. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.Burnside, John W. Diagnosis Fisik. Ed.17.Jakarta :EGC,1995 Bagai A., P. Thavendiranathan, A.S. Detsky. 2006. Does this patient have hearing impairment?.JAMA295(4): 41628.Soesilorini, M. 2011. Presbikusis. Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/31380/3/Bab_2.pdf (diakses pada 11 April 2015)American Speech-Language-Hearing Association. 2015. Causes of Hearing Loss in Children Otitis Media. Tersedia di http://www.asha.org/public/hearing/Causes-of-Hearing-Loss-in-Children/ (diakses pada 11 April 2015)Getaran membran basilaris
Gerakan cairan dalam koklea
Getaran tulang telinga tengah
Getaran membran timpani
Gelombang suara
Pembuyaran energi (tidak ada persepsi suara)
Getaran jendela oval
Getaran jendela bundar
Menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalam organ Corti sewaktu getaran membran basilaris menggeser rambut-rambut ini secara relatif terhadap membran tektorium di atasnya yang berkontak dengan rambut tersebut
Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara
Perubahan potensial berjenjang di sel reseptor
Perubahan frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius
Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara
17