Laporan Jaring-jaring Makanan
description
Transcript of Laporan Jaring-jaring Makanan
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
KAJIAN EKOSISTEM DAN JARING-JARING MAKANAN
Oleh :
Nama : Rissa Rochimah
NIM : 1147020056
Kelompok : 5
Dosen : Rahmat Taufiq M.A., S.Si.
Asisten : Muhammad Ali
Tanggal Praktikum : 12 Februari 2016
Tanggal Masuk Laporan : 4 Maret 2016
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
A. LATAR BELAKANG
Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik
itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik). Dengan
interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang
sehingga menimbulkan perubahan ekosistem.
Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks.
Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis
deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan
hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis.
Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan abiotik.
Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan nutrient.
Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik yakni
semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu.
Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau
komunitas. Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor
serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada
tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : di padang rumput hidup
sekelompok kelinci dan sekelompok srigala. Jumlah anggota populasi dapat
mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi ( emigrasi dan
imigrasi). Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di
suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu
padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan
populasi serigala. Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup
tertentu yang disebut habitat.
B. TUJUAN
- Mahasiswa dapat mengetahui kondisi faktor lingkungan suatu ekosistem
- Mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun suatu ekosistem
- Mahasiswa dapat menggambarkan jarring-jaring makanan secara detail
- Mahasiswa dapat mengetahui alasan hewan makan makanan tertentu
- Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan
C. TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup Sebagai
contoh, ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidup bersama-sama.
Pada ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi, belalang, ulat, tikus,
burung pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam ekosistem, terdapat
satuan-satuan makhluk hidup. Individu, populasi, komunitas, biosfer yang merupakan
satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem, dan sinar matahari sangat berperan
terhadap kelangsung-an hidup satuan-satuan ekosistem tersebut ( Sowarno, 2009 ).
Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan.
Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang
merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat
disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Campbell.,
2010).
Komponen-komponen pembentuk ekosistem meliputi komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik terdiri dari 1) Komponen autotrof Terdiri dari
organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik dengan
bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan kimia (khemo-
autotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Organisme autotrof adalah
tumbuhan berklorofil, seperti padi sawah. Produsen adalah organisme yang dapat
menghasilkan makanan dan penyedia makanan untuk makhluk hidup yang lain. 2)
Konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri dan
bergantung pada organisme lain dalam hal makanan. 3) Pengurai adalah organisme
yang menguraikan organisme mati. Contoh pengurai adalah jamur danbakteri
(Hermawati, 2007).
Ekosistem dibedakan menjadi dua macam, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan. Ekosistem alami merupakan ekosistem yang dalam proses
terbentuknya tanpa ada campur tangan manusia atau alami, seperti ekosistem gurun
dan ekosistem hutan hujan tropis. Sementara, ekosistem buatan adalah ekosistem yang
terbentuk karena adanya campur tangan manusia, contohnya sawah, kebun, waduk,
dan akuarium. Ekosistem terdiri atas kumpulan tumbuhan dan hewan yang saling
berinteraksi. Interaksi yang terjadi menghasilkan proses makan dan dimakan yang
akan membentuk rantai makanan. Rantai makanan merupakan perpindahan energi
makanan dari sumber tumbuhan melalui organisme atau jenjang makanan. Rantai
makanan memiliki dua tipe dasar. Pertama, rantai makanan yang berasal dari rumput-
rumputan. Kedua, rantai makanan dari sisa (detritus food chain) mikroorganisme
(Djamal, 1992).
Rantai-rantai diatas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan
lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan. Beberapa ekosistem sangat
sederhana sehingga ekosistem tersebut dicirikan oleh suatu rantai makanan tunggal
yang tudak bercabang beberapa jenis konsumen primer umumnya memakan spesies
tumbuhan yang sama dan satu spesies konsumen primer biasa memakan beberapa
tumbuhan yang berbeda. Percabangan rantai makanan seperti itu terjadi juga pada
tingkat tropic lainnya. Sebagai contoh, katak dewasa yang merupakan konsumen
sekunder, memakan beberapa spesies serangga yang juga dapat dimakan oleh
berbagai jenis jenis burung, selain itu beberap konsumen memakan beberapa tropic
yang berbeda. konsumen sekunder dan konsumen primer. Rantai produsen dengan
demikian hanya merupakan penyederhanaan dari beberapa permutasi yang dapat
dimiliki oleh hubungan makan-memakan (Soetjipta, 1993).
Rantai makanan yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan
dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat
trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat
makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau
atau produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan
pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen
primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Ada dua
tipe dasar rantai makanan rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya:
tumbuhan-herbivora-carnivora dan rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan
mati mikroorganisme (detrivora = organisme pemakan sisa) predator. Sedangkan
macam-macam rantai makanan, para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai
pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit ()
D. METEDOLOGI
1. Alat dan bahan
No Alat Jumlah Bahan Jumlah
1. Alat tulis 1 buah Lalat 1 ekor
2. Termometer 1 buah Ulat bulu 1 ekor
3. Hygrometer 1 buah Kumbang 1 ekor
4. Luxmeter 1 buah Lebah 1 ekor
5. Anemometer 1 buah Capung 1 ekor
6. Kamera 1 buah Kupu-kupu 1 ekor
7. Belalang 1 ekor
8. Ayam 1 ekor
9. Cicak 1 ekor
10
.
Cacing 1 ekor
11
.
Rayap besar 1 ekor
12
.
Semut 1 ekor
13
.
Tumbuhan yang
disekitar lingkungan
disesuaikan
2. Cara kerja
Pilih ekosistem ekosistem alami di lapangan Pertamina seperti ekosistem
kebun, taman lalu mencatat beberapa jenis tumbuhan yang mendominasi
ekosistemnya dan hewannya kemudian ukur suhu dan kelembapan udara dengan
menggunakan hygrometer, ukur kadar keasaman dan kelembapan tanah, ukur
kecepatan angina dengan anemometer, dan ukur intensitas cahaya dengan lux
meter setelah itu catat komponen biotik yang menyusun komponen ekosistem
kebun dan menentukan peran masing-masing komponen biotik serta buat rantai
makanan dan jaring-jaring makanannya.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan faktor lingkungan
No Faktor Abiotik Pengulangan
1 2 3 rata-rata
1. Intensitas cahaya 1,2 lux 0,3 lux 0,3 lux 0,6 lux
2. Kecepatan angin 935
km/jam
1004
km/jam
982
km/jam
973
km/jam
3. Kelembapan udara kering 52oC 32 oC 33 oC 32,3oC
4. Kelembapan udara basah 24 oC 27 oC 28 oC 26,3 oC
5. Suhu 34 oC 33 oC 34 oC 33,6 oC
2. Tabel peran komponen penyusun ekosistem
No Faktor Biotik
Produsen Konsumen 1 Konsumen 2 Detritivor Dekomposer
1. Adam hawa Lalat Ayam Cacing Bakteri
2. Anggrek Ulat bulu Cicak Rayap
besar
3. Babandotan Kumbang Semut
4. Bunga kertas Lebah
5. Cabe Capung
6. Kamboja Kupu-kupu
7. Kersen Belalang
8. Kuping gajah
9. Leunca
10. Pepaya
11. Putri malu
12. Rumput-
rumputan
13. Sirih hijau
14. Terong hias
15. Paku-pakuan
16. Trimezia
3. Jaring-jaring makanan
Produsen
Ulat bulu Lalat Kumbang Lebah Capung Kupu-kupu
Belalang Laba-laba
CicakAyam
Capung Rayap Semut
Dekomposer
4. Rantai Makanan
Konsumen II :
Ayam
Burung
Detritivor :
Cacing
Semut
Rayap
Dekomposer :
Bakteri
Produsen :
Adam hawa, Anggrek,
Babandotan, Bunga
Kertas, Cabe, Kamboja,
Kersen, Kuping gajah,
Leunca, Paku-pakuan,
Pepaya, Putri malu,
Terong hias, Trimezia
Konsumen I :
Belalang, Kupu-
kupu, Capung,
Cicak, Ulat bulu,
Lalat, Kumbang
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu kajian ekosistem dan jarring-jaring makanan,
kami melakukan praktikum ini di lapangan Pertamina dengan mengamati ekosistem
disekitar seperti hewan dan tumbuhan. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi faktor lingkungan suatu ekosistem, untuk mengetahui komponen penyusun
suatu ekosistem, untuk menggambarkan jaring-jaring makanan secara detail, untuk
mengetahui alasan hewan makan makanan tertentu, untuk mengetahui cara
penggunaan alat-alat pengukur faktor lingkungan.
Seperti yang kita ketahui ekosistem adalah hubungan variasi organisme dengan
lingkungan sekitar. Dalam suatu ekosistem terdapat dua faktor yaitu faktor biotik, dan
faktor abiotik. Faktor biotik merupakan faktor yang hidup contohnya seperti
tumbuhan, makanan sedangkan faktor abiotiok merupakan faktor yang tidak hidup,
contohnya seperti pH, temperature, kelmbapan, udara, air, cahaya matahari.
Hal ini sesuai dengan Samsul (2010) menyatakan bahwa Ekosistem adalah
suatu kesatuan antara makhluk hidup dan lingkungannya, baik lingkungan biotik
maupun abiotiknya, yang saling bergantung dan mempengaruhi membentuk suatu
sistem. Menurut Campbell (2010) komponen abiotik meliputi 1) Suhu Proses biologi
dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi
temperatur dalam tubuhnya. 2) Air Ketersediaan air mempengaruhi distribusi
organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun. 3)
Garam Konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui
osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan
kandungan garam tinggi. 4) Cahaya matahari Intensitas dan kualitas cahaya
mempengaruhi proses fotosintesis.
Dalam ekosistem terdapat interaksi antara komponen biotik dan komponen
abiotik yang akan membentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Pada rantai
makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung dalam satu arah, hal ini
karena mereka telah menempati peran masing-masing. Sedangkan pada jarring-jaring
makanan proses makan dan dimakan tidak hanya berlangsung satu arah. Hal ini karena
jaring-jaring makanan merupakan penggabungan dari beberapa rantai makanan. Hal ini
juga menyebabkan organisme yang memiliki dua paranan dalam reaksi perputaran
energy yang terjadi. Dapat dilihat pada hasil pengamatan bahwa jaring-jaring makanan
pada ekosistem tersebut yang menunjukan proses makan dimakan tidak hanya
berlangsung dalam satu arah, tetapi dalam beberapa arah.
Hal ini sesuai dengan Carino (1979), dalam suatu ekosistem, energi matahari diubah oleh produsen menjadi makanan bagi konsumen primer. Oleh konsumen primer, makanan yang diperoleh diubah kembali menjadi energi. Konsumen sekunder juga melakukan hal yang sama setelah memakan konsumen primer. Namun, tidak semua makanan yang dikonsumsi diubah menjadi energi. Selama proses transfer energi, selalu terjadi pengurangan jumlah energi setiap melewati suatu tingkat trofik. Selama terjadi aliran energi dalam suatu rantai makanan, terjadi pula aliran materi. Materi berupa unsur- unsur dalam bentuk senyawa kimia yang merupakan materi dasar makhluk hidup dan tak hidup.
Terdapat komponen-komponen abiotik yang mempengaruhi ekosistem tersebut. Seperti suhu, air, cahaya matahari, angin, . Suhu udara pada ekosistem yang diukur dengan thermometer yaitu 33,6 oC, kelembapan udara basah dan kering pada ekosistem yang diukur dengan hygrometer yaitu 26,3 oC dan 32,3˚C, kecepatan angin pada
ekosistem yang diukur dengan anemometer yaitu 973 km/jam , dan intensitas cahaya nya adalah 0,6 lux. Menurut Polunin (1997) suhu normal untuk pertumbuhan dan persebaran tumbuhan yaitu 10 ˚C –
40 ˚C.
G. KESIMPULANDapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor abiotik yang
mempengaruhi ekosistem tersebut seperti kecepatan angin, suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan udara basah dan kering. Dalam suatu ekosistem itu terdapat produsen, konsumen 1 dan 2, detritivore, dan decomposer, sehingga dapat membentuk jarring-jaring makanan dan rantai makanan.
DAFTAR PUSTAKACampbell, Neil A. 2010. Biologi. Jakarta : Erlangga.Carino, F.O. 1979. The Farmcop suction sampler for hopper and
predator in flooded rice fields. England : Oxford. Djamal, Z. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Hermawati. 2007. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Erlangga.
Polunin, N. 1997. Teori Ekosistem dan Penerapannya. Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada.
Samsul. 2010. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Biologi. 2(1) : 100-112.
Soetjipta.1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Sugiri.
Subardi. 2009. Biologi. Jakarta : Usaha Makmur.
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta : Karya Mandiri Nusantara.