LAPORAN PENDAHULUAN

27
LAPORAN PENDAHULUAN “HIPERTENSI EMERGENCY” LAPORAN PENDAHULUAN “HIPERTENSI EMERGENCY” 1. Definisi Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia, 2010). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah darah (Hani, 2010) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing – masing : a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring > 130/90 mmHg. b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90 mmHg c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi (Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18). Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan >220/140. 2. Jenis Hipertensi Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis : a) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia

description

fgjuyh

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN

  • LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI EMERGENCY

    LAPORAN PENDAHULUAN

    HIPERTENSI EMERGENCY

    1. Definisi

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan

    darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga

    bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140

    mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg,

    saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wikipedia, 2010).

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.

    Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan

    resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah darah (Hani,

    2010)

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau pembuluh darah yang

    ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),

    memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau

    diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan jenis kelamin memilki batasan masing

    masing :

    a. Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring

    > 130/90 mmHg.

    b. Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90 mmHg

    c. Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi

    (Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 18).

    Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak (sistolik 180 mm

    Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif,

    sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah

    yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan

    segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan

    darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan

    referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

    2. Jenis Hipertensi

    Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :

    a) Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi 180/120

    mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia

  • atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang

    sudah nyata timbul.

    b) Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada gejala

    seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan

    hitungan hari dengan obat oral.

    Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :

    a) Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi essensial).

    Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi.

    Sebagian besar (90 95%) penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga didapat

    terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.

    b) Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lainnya,

    misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama ginjal, dan penyakit

    sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 10% penderita hipertensi sekunder

    disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau

    pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009 : 114 ).

    3. Klasifikasi Hipertensi

    Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

    Kategori

    Tekanan Darah Sistolik

    Tekanan Darah Diastolik

    Normal

    Dibawah 130 mmHg

    Dibawah 85 mmHg

    Normal tinggi

    130-139 mmHg

    85-89 mmHg

    Stadium 1

    (Hipertensi ringan)

    140-159 mmHg

    90-99 mmHg

    Stadium 2

    (Hipertensi sedang)

  • 160-179 mmHg

    100-109 mmHg

    Stadium 3

    (Hipertensi berat)

    180-209 mmHg

    110-119 mmHg

    Stadium 4

    (Hipertensi maligna)

    210 mmHg atau lebih

    120 Hg atau lebih

    Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan gawat

    darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis Hipertensi, dan

    banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada

    penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan

    teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

    4. Etiologi

    Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi kondisi peningkatan

    tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan organ target yang progresif.

    Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf

    yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid,

    perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi

    ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut,

    retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.

    Faktor Resiko Krisis Hipertensi

    1. Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.

    2. Kehamilan

    3. Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.

    4. Pengguna NAPZA

  • 5. Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit vaskular/

    kolagen)

    5. Manifestasi Klinis

    Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya

    nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla

    mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut

    pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah

    umumnya.

    Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.

    Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5

    Tekanan darah

    Funduskopi

    Status neurologi

    Jantung

    Ginjal

    Gastrointestinal

    > 220/140 mmHg

    Perdarahan, eksudat, edema papilla

    Sakit kepala, kacau, gangguan kesadaran, kejang.

    Denyut jelas, membesar, dekompensasi, oliguria

    Uremia, proteinuria

    Mual, muntah

    Table 3. Hipertensi Emergensi (darurat)

    Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari tingkatan TD

    aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD, bangsa, seks dan usia

    penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding

    dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi

  • ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140

    mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan

    penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,

    hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.

    6. Patofisiologi

    Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat dengan

    mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat sampai di

    atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang

    lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan

    patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan

    eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan

    ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.

    Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan tekanan

    darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah

    melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah

    maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya

    pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.

    Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan after load,

    sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat

    karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi

    pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

    Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi

    Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila Mean Arterial

    Pressure ( MAP ) 120 mmHg 160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP

    diantara 60 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan

    batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak

    akan mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa

    terjadi melalui beberapa cara:

    a) Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih banyak

    cairan pada setiap detiknya.

    b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat

    mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada

    setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan

    menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah

    menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat

    pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

    karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

  • c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini

    terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air

    dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

    Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak

    cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

    Pathway :

    Kelebihan volume cairan

    Jenis kelamin

    umur

    Gaya hidup

    obesitas

    hipertensi

    Kerusakan vaskuler pembuluh darah

    Perubahan struktur

    Penyumbatan pembuluh darah

    vasokonstriksi

    Gangguan sirkulasi

    otak

    ginjal

    Pembuluh darah

    Retina

  • Nyeri kepala

    Gangguan pola tidur

    Suplai O2 otak menurun

    sinkop

    Gangguan perfusi jaringan

    Vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

    Blood flow munurun

    Respon RAA

    Rangsang aldosteron

    Retensi Na

    edema

    sistemik

    vasokonstriksi

    Afterload meningkat

    Penurunan curah jantung

    Fatique

    Intoleransi aktifitas

    koroner

    Iskemi miocard

    Nyeri dada

    Spasme arteriole

    diplopia

    Resti injuri

    Resistensi pembuluh darah otak

  • Elastisitas , arteriosklerosis

    7. Penatalaksanaan Hipertensi emergency

    Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah secepat dan

    seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan biasanya diberikan

    secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah

    untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.

    Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat, mempunyai

    jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang dapat

    diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek

    samping minimal.

    Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru. Penurunan

    tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah

    harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2

    sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat

    yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,

    pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang

    dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol

    10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.

    Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

    Parameter

    Hipertensi Mendesak

    Hipertensi Darurat

    Biasa

    Mendesak

    Tekanan darah (mmHg)

    > 180/110

    > 180/110

    > 220/140

    Gejala

  • Sakit kepala, kecemasan; sering kali tanpa gejala

    Sakit kepala hebat, sesak napas

    Sesak napas, nyeri dada, nokturia, dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun

    Pemeriksaan

    Tidak ada kerusakan organ target, tidak ada penyakit kardiovaskular

    Kerusakan organ target; muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabil

    Ensefalopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung

    Terapi

    Awasi 1-3 jam; memulai/teruskan obat oral, naikkan dosis

    Awasi 3-6 jam; obat oral berjangka kerja pendek

    Pasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV

    Rencana

    Periksa ulang dalam 3 hari

    Periksa ulang dalam 24 jam

    Rawat ruangan/ICU

    Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency) dapat dilihat

    pada tabel 5.

    Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5

    Obat

    Dosis

    Efek / Lama Kerja

    Perhatian khusus

    Captopril

    12,5 - 25 mg PO; ulangi per 30 min ; SL, 25 mg

    15-30 min/6-8 jam ; SL 10-20 min/2-6 jam

    Hipotensi, gagal ginjal, stenosis arteri renalis

    Clonidine

  • PO 75 - 150 ug, ulangi per jam

    30-60 min/8-16 jam

    Hipotensi, mengantuk, mulut kering

    Propanolol

    10 - 40 mg PO; ulangi setiap 30 min

    15-30 min/3-6 jam

    Bronkokonstriksi, blok jantung, hipotensi ortostatik

    Nifedipine

    5 - 10 mg PO; ulangi setiap 15 menit

    5 -15 min/4-6 jam

    Takikardi, hipotensi, gangguan koroner

    SL, Sublingual. PO, Peroral

    Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian parenteral,

    daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel 6.

    Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5

    Obat

    Dosis

    Efek / Lama Kerja

    Perhatian khusus

    Sodium nitroprusside

    0,25-10 mg / kg / menit sebagai infus IV

    langsung/2-3 menit setelah infus

    Mual, muntah, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan keracunan tiosianat,

    methemoglobinemia, asidosis, keracunan sianida.

    Selang infus lapis perak

    Nitrogliserin

    500-100 mg sebagai infus IV

  • 2-5 min /5-10 min

    Sakit kepala, takikardia, muntah, , methemoglobinemia; membutuhkan sistem pengiriman khusus

    karena obat mengikat pipa PVC

    Nicardipine

    5-15 mg / jam sebagai infus IV

    1-5 min/15-30 min

    Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

    Klonidin

    150 ug, 6 amp per 250 cc Glukosa 5% mikrodrip

    30-60 min/ 24 jam

    Ensepalopati dengan gangguan koroner

    Diltiazem

    5-15 ug/kg/menit sebagi infus IV

    1-5 min/ 15- 30 min

    Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

    Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi dengan

    penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak memperparah

    keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel 7.

    Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5

    Komplikasi

    Obat Pilihan

    Target Tekanan Darah

    Diseksi aorta

    Nitroprusside + esmolol

    SBP 110-120 sesegera mungkin

    AMI, iskemia

    Nitrogliserin, nitroprusside, nicardipine

  • Sekunder untuk bantuan iskemia

    Edema paru

    Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol

    10% -15% dalam 1-2 jam

    Gangguan Ginjal

    Fenoldopam, nitroprusside, labetalol

    20% -25% dalam 2-3 jam

    Kelebihan katekolamin

    Phentolamine, labetalol

    10% -15% dalam 1-2 jam

    Hipertensi ensefalopati

    Nitroprusside

    20% -25% dalam 2-3 jam

    Subarachnoid hemorrhage

    Nitroprusside, nimodipine, nicardipine

    20% -25% dalam 2-3 jam

    Stroke Iskemik

    Nicardipine

    0% -20% dalam 6-12 jam

    AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

    Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

    Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari

    apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai

    dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan

    diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).

    1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun venous. Secara i.

    V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 2 dosis 1 6 ug / kg / menit. Efek samping :

    mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

  • 2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan dosis tinggi

    sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 5 menit, duration of action 3 5 menit.

    Dosis : 5 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.

    3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V bolus. Onset of

    action 1 2 menit, efek puncak pada 3 5 menit, duration of action 4 12 jam. Dosis permulaan :

    50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek

    samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.

    4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 1 jam, i.v : 10 20

    menit duration of action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg i.v bolus : 10 40 mg i.m Pemberiannya

    bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi

    dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi,

    meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.

    5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 60 menit.

    Dosis 0,625 1,25 mg tiap 6 jam i.v.

    6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama untuk

    mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset

    of action 11 2 menit, duration of action 3 10 menit.

    7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi sistem simpatis

    dan parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit secara infus i.v. Onset of action : 1 5 menit. Duration of

    action : 10 menit. Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma,

    hipotensi, mulut kering.

    8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 80 mg secara i.v.

    bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 10 menit Efek samping :

    hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk

    oral dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons

    unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.

    9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf simpatis.

    Dosis : 250 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 60 menit, duration of action kira-

    kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal

    sindrome dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini

    kurang disukai untuk terapi awal.

    10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-pelan dalam 10 cc

    dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action 5 10

    menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk,

    sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat

    menimbulkan sindroma putus obat.

    Pengobatan khusus krisis hipertensi

    1. Ensefalopati Hipertensi

  • Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari hipertensi esensial atau

    hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya tekanan darah naik dengan cepat,

    dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan

    penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma,

    kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan

    Trimetapan.

    2. Gagal Jantung Kiri Akut

    Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari bertambahnya

    beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi telah terkontrol.

    Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan mempercepat

    perbaikan

    3. Feokromositoma

    Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat kenaikan tekanan

    darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat

    pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

    4. Deseksi Aorta Anerisma Akut

    Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila terjadi ruptur

    maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar

    ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau

    cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan,

    dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau

    Sodium Nitroprusid.

    6. Toksemia Gravidarum

    Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin kemudian

    dilanjutkan dengan klonidin.

    7. Perdarahan Intrakranial

    Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena penurunan tekanan

    yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar tempat perdarahan, yang justru

    akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik

    dipertahankan sekitar 110-120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

    (Sumber : Dewi dan Familia, 2010 : 100).

    8. Pemeriksaan penunjang

    a) Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

    b) Pemeriksaan retina

  • c) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung

    d) EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

    e) Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

    f) Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal

    terpisah dan penentuan kadar urin.

    g) Foto dada dan CT scan

    9. Komplikasi

    Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung

    kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya

    meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan

    mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20

    tahun.

    Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah

    menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah

    penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.

    Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi.

    Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak.

    Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal

    jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner

    dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma

    yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli

    dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai

    sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

    Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan

    darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti

    merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada

    individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu

    dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko

    penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al, 2009).

    10. Diagnosis

    Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung

    kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh

    walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.

    Anamnesis

    Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting ditanyakan :

    a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.

  • b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

    c. Usia, sering pada usia 30 70 tahun.

    d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).

    e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )

    f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada ).

    g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.

    h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

    11. PENGKAJIAN

    Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.

    Tanda dan Gejala

    Tanda umum adalah:

    Sakit kepala hebat

    nyeri dada

    pingsan

    tachikardia > 100/menit

    tachipnoe > 20/menit

    Muka pucat

    Tanda Ancaman Kehidupan

    Gejala KH:

    Sakit Kepala Hebat

    nyeri dada

    peningkatan tekanan vena

    shock / Pingsan

  • Pengkajian

    Pengkajian dengan pendekatan ABCD.

    Airway

    yakinkan kepatenan jalan napas

    berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

    jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke

    ICU

    Breathing

    kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk mempertahankan saturasi >92%.

    Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.

    Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan bag-valve-mask ventilation

    Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2

    Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan

    Lakukan pemeriksan system pernapasan

    Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru

    Circulation

    Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop

    Kaji peningkatan JVP

    Monitoring tekanan darah

    Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:

    Sinus tachikardi

    Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3

    right bundle branch block (RBBB)

    right axis deviation (RAD)

    Lakukan IV akses dekstrose 5%

    Pasang Kateter

    Lakukan pemeriksaan darah lengkap

    Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual

  • Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid

    Disability

    a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU

    b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan membutuhkan

    pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.

    Exposure

    selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan KP

    jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.

    Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

    a. Aktivitas / istirahat

    Gejala :

    Kelemahan

    Letih

    Napas pendek

    Gaya hidup monoton

    Tanda :

    Frekuensi jantung meningkat

    Perubahan irama jantung

    Takipnea

    b. Sirkulasi

    Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit

    serebrovaskuler

    Tanda :

    Kenaikan TD

    Nadi : denyutan jelas

    Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

  • Bunyi jantung : murmur

    Distensi vena jugularis

    Ekstermitas

    Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

    c. Integritas Ego

    Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (

    hubungsn, keuangan, pekerjaan ).

    Tanda :

    Letupan suasana hati

    Gelisah

    Penyempitan kontinue perhatian

    Tangisan yang meledak

    otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

    Peningkatan pola bicara

    d. Eliminasi

    Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )

    e. Makanan / Cairan.

    Gejala :

    Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.

    Mual

    Muntah

    Riwayat penggunaan diuretic

    Tanda :

    BB normal atau obesitas

    Edema

    Kongesti vena

    Peningkatan JVP

  • Glikosuria

    f. Neurosensori

    Gejala :

    Keluhan pusing / pening, sakit kepala

    Episode kebas

    Kelemahan pada satu sisi tubuh

    Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

    Episode epistaksis

    Tanda :

    Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )

    Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

    Perubahan retinal optic

    g. Nyeri/ketidaknyamanan

    Gejala :

    nyeri hilang timbul pada tungkai

    sakit kepala oksipital berat

    nyeri abdomen

    h. Pernapasan

    Gejala :

    Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

    Takipnea

    Ortopnea

    Dispnea nocturnal proksimal

    Batuk dengan atau tanpa sputum

    Riwayat merokok

    Tanda :

    Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

    Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

  • Sianosis

    i. Keamanan

    Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

    Tanda : Episode parestesia unilateral transien

    j. Pembelajaran / Penyuluhan

    Gejala :

    Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit

    serebrovaskuler, ginjal

    Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

    Penggunaan obat / alcohol

    12. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia

    miokard, hipertropi ventricular

    Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

    24 jam.

    Kriteria hasil :

    Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

    Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima

    Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

    Intervensi :

    a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat

    b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

    c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

    d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

    e. Catat edema umum

    f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.

    g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi

    h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

  • i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat

    tidur.

    j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan

    k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

    l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

    m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

    n. Diuretik Tiazid misalnya klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ),

    bendroflumentiazid ( Naturetin )

    o. Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex )

    p. Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ),

    amilioride ( midamor )

    q. Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol ( tenormin

    ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres )

    r. Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium (

    nivedipin, verapamil )

    s. Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )

    t. Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin (

    Serpasil )

    u. Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz (

    wytension ), metildopa ( aldomet )

    v. Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten

    w. Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid (

    nipride, nitropess )

    x. Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor ( captopril,

    captoten )

    2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

    Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

    selama 2 x 24 jam

    Kriteria hasil :

    Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala

    Pasien tampak nyaman

    TTV dalam batas normal

  • Intervensi :

    a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan

    b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

    c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

    d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

    e. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada

    dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi

    f. Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya

    mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk

    g. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,

    diazepam, valium )

    3. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya

    tahanan pembuluh darah

    Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.

    Kriteria hasil :

    Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD

    dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium

    dalam batas normal.

    Haluaran urin 30 ml/ menit

    Tanda-tanda vital stabil

    Intervensi :

    a. Pertahankan tirah baring

    b. Tinggikan kepala tempat tidur

    c. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan

    arteri jika tersedia

    d. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan

    e. Amati adanya hipotensi mendadak

    f. Ukur masukan dan pengeluaran

  • g. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program

    h. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

    4. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output

    Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

    Kriteria hasil :

    Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari hari

    Menunjukkan penurunan gejala gejala intoleransi aktifitas

    Intervensi :

    a. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan

    bantuan sesuai kebutuhan

    b. Instruksikan pasien tentang penghematan energy

    c. Kaji respon pasien terhadap aktifitas

    d. Monitor adanya diaforesis, pusing

    e. Observasi TTV tiap 4 jam

    f. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak

    terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

    5. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala

    Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24

    jam

    Kriteria hasil :

    Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 8 jam per hari

    Tampak dapat istirahat dengan cukup

    TTV dalam batas normal

    Intervensi :

    a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman

    b. Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur

    c. Evaluasi tingkat stress

    d. Monitor keluhan nyeri kepala

    e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur

  • f. Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat

    g. Lakukan masase punggung

    h. Putarkan musik yang lembut

    i. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

    6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik

    Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.

    Kriteria hasil :

    Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan

    Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

    Intervensi :

    a. Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri

    b. Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas

    c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

    d. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas

    keberhasilannya

    7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita

    klien

    Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24

    jam.

    Kriteria hasil :

    Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang

    Ekspresi wajah rileks

    TTV dalam batas normal

    Intervensi :

    a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan

    menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

    b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang,

    penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah.

  • c. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk

    mengatasinya.

    d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam

    rencana pengobatan.

    e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.

    f. Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal

    g. Observasi TTV tiap 4 jam.

    h. Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya

    i. Berikan support mental pada klien.

    j. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

    8. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

    Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan

    selama 1 x 24 jam

    Kriteria hasil:

    Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi

    Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program

    Intervensi :

    a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

    b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

    c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping

    atau efek toksik

    d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter

    e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala,

    pusing, pingsan, mual dan muntah.

    f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

    g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat

    h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program

    i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang

    diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol.

    j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.

  • k. Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

    DAFTAR PUSTAKA

    Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office Pract

    2010;33:613-23.

    Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician 2009:43-50

    Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi

    Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni

    2008. Diakses 20 Februari 2011 : Http://yayanakhyar.wordpress.com

    Baike (2010). Hubungan genetik terhadap penyakit kardiovaskuler. Diakses 20 februari 2011 :

    http://baike.baidu.com/view/2130696.htm

    Depkes RI (2011). Epidemologi Penyakit Hipertensi. Diakses 12 April 2011: http: //www.depkes.org.

    Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books, Yogyakarta

    Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on Hypertension. Diakses

    20 Desember 2010 : http://www.dinkesjatengprov.go.id

    Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, & Serangan

    Jantung. Araska, Yogyakarta

    Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta