Laporan Pendahuluan Peritonitis

19
Laporan Pendahuluan Post Laparatomi Peritonitis A. Konsep Dasar 1. Definisi Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membran serosa rongga abdomen dan meliputi visera (Brunner & Suddarth, 2002). Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga abdomen (Corwin, 2009). Peritonitis adalah peradangan / inflamasi membran peritoneal, yaitu kantong dua lapis semi permeabel yang berisi kira-kira 1500 ml cairan yang menutupi organ di dalam rongga abdomen (Monica Ester, 2002). Salah satu tindakan yang dilakukan pada peritonitis ialah dengan pembedahan yaitu laparatomy. Laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi (Ramali Ahmad, 2000). Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus, yang mana tujuan prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen adalah untuk eksplorasi (Arif Mansjoer, 2000). Ada 4 cara pembedahan laparatomy yaitu; a. Midline incision b. Paramedian, yaitu 2,5 cm), panjang (12,5 cm).; sedikit ke tepi dari garis tengah c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy. d. Transverse lower 4 cm diabdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

description

peritonitis

Transcript of Laporan Pendahuluan Peritonitis

Page 1: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Laporan Pendahuluan Post Laparatomi Peritonitis

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membran serosa rongga abdomen

dan meliputi visera (Brunner & Suddarth, 2002).

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga

abdomen (Corwin, 2009).

Peritonitis adalah peradangan / inflamasi membran peritoneal, yaitu kantong dua

lapis semi permeabel yang berisi kira-kira 1500 ml cairan yang menutupi organ di dalam

rongga abdomen (Monica Ester, 2002).

Salah satu tindakan yang dilakukan pada peritonitis ialah dengan pembedahan yaitu

laparatomy. Laparatomy yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan

operasi (Ramali Ahmad, 2000).

Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya

perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus, yang mana tujuan prosedur

tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen adalah untuk eksplorasi (Arif

Mansjoer, 2000).

Ada 4 cara pembedahan laparatomy yaitu;

a. Midline incision

b. Paramedian, yaitu 2,5 cm), panjang (12,5 cm).; sedikit ke tepi dari garis tengah

c. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya

pembedahan colesistotomy dan splenektomy.

d. Transverse lower 4 cm diabdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian bawah

atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi appendictomy.

2. Etiologi

Etiologi sehingga di lakukan laparatomy adalah karena di sebabkan oleh beberapa

hal (Smeltzer, 2001) yaitu;

a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak

diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk

(Ignativicus & Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :

Page 2: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) yang

disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritoneum) yang

dapat disebabkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk

pengaman (sit-belt).

b. Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen,

yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat

disebabkan oleh spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis.

Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster dan

penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara

proses pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.

c. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon

sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi

justru mengenai usus halus.

Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis

dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya

dapat berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh

secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi

(salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya

akibat penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyai mesocolon

dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan

menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia (protrusi usus melalui

area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang

ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan

tekanan pada dinding usus).

d. Apendisitis mengacu pada radang apendiks

Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior

dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh

fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan

inflamasi.

Page 3: Laporan Pendahuluan Peritonitis

e. Tumor abdomen

f. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)

g. Abscesses (a localized area of infection)

h. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)

i. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the intestines)

j. Intestinal perforation

k. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)

3. Manifestasi Klinik

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :

Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan

Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.

Kelemahan

Mual, muntah, anoreksia

Konstipasi

4. Komplikasi

a. Syok

Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan

ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.

Manifestasi Klinis :

- Pucat

- Kulit dingin dan terasa basah

- Pernafasan cepat

- Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

- Nadi cepat, lemah dan bergetar

- Penurunan tekanan nadi

- Tekanan darah rendah dan urine pekat.

b. Hemorrhagi

- Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan

- Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan

darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman

dari pembuluh darah yang tidak terikat

Page 4: Laporan Pendahuluan Peritonitis

- Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena

pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami

erosi oleh selang drainage.

Manifestasi Klinis Hemorrhagi :

- Gelisah

- Terus bergerak

- Merasa haus

- Kulit dingin-basah-pucat

- Nadi meningkat

- Suhu turun

- Pernafasan cepat dan dalam

- Bibir dan konjungtiva pucat

- Pasien melemah

5. Pemeriksaan Diagnostik

Praktik standar pada pembedahan mengharuskan agar beberapa tes laboratorium

(jumlah darah lengkap, analisa air kemih, serologi, analisa darah), elektrokardiogram,

dan penyinaran sinar X pada dada dilakukan pada semua penderita dewasa sebelum

pembedahan dilakukan :

a) Penyinaran dengan sinar X

Penyinaran dengan sinar X pada dada hanya dilakukan kalau pada anamnesa

dan gambaran klinik yang ditemukan mencurigakan.

b) Pemeriksaan lainnya

Elektrokardiogram (EKG), tidak dibutuhkan secara rutin pada orang muda yang

harus menjalani prosedur pembedahan yang tidak berat.

6. Penatalaksanaan Keperawatan

Perawatan pasca pembedahan 

a. Tindakan keperawatan post operasi

o Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output

o Observasi dan catat sifat darai drain (warna, jumlah) drainage.

o Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai

drain tercabut.

Page 5: Laporan Pendahuluan Peritonitis

o Perawatan luka operasi secara steril.

b. Makanan

Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan

makanan sesudah pembedahan. makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi

adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses

penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu

meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. pembatasan diit yang

dilakukan adalah NPO (nothing peroral).

Biasanya makanan baru diberikan jika:

- Perut tidak kembung

- Peristaltik usus normal

- Flatus positif

- Bowel movement positif

c. Mobilisasi

Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya

stabil. Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan

perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan

abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini. 

d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi

Sistem Perkemihan.

- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia

inhalasi, IV, spinal.  

- retensio urine. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi abdomen bawah (distensi

buli-buli).

- Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi kaji warna, jumlah urine, out put urineà-

Dower catheter  <  komplikasi ginjal 30 ml / jam 

Sistem Gastrointestinal.

- 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapatàMual muntah  menyebabkan

stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan

leher serta TIO meningkat.

- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus, suara usus (-), distensi

abdomen, tidak flatus.

- Kaji paralitic ileus 

- jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.

Page 6: Laporan Pendahuluan Peritonitis

- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan

decompresi dan drainase lambung.

Meningkatkan istirahat.

Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.

Memonitor perdarahan.

Mencegah obstruksi usus.

Irigasi atau pemberian obat

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada klien post laparatomy meliputi :

a) Biodata

Identitas Klien,meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

alamat, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa

medis, tindakan medis.

Identitas Penanggungjawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien, sumber biaya.

b) Lingkup Masalah Keperawatan

Keluhan utama : klien dengan post laparatomy ditemukan adanya keluhan nyeri pada

luka post operasi, mual, muntah, distensi abdomen, badan terasa lemas.

c) Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang. Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat

pengkajian yang dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik

PQRST, yaitu :

- P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal yang dapat mengurangi atau memperberat.

Biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri bertambah

bila klien bergerak atau batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak

bergerak atau beristirahat dan setelah diberi obat.

- Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau

terdengar, dan sejauh mana klien merasakan keluhan utamanya. Nyeri dirasakan

seperti ditusuk-tusuk dengan skala ≥ 5 (0-10) dan biasanya membuat klien

kesulitan untuk beraktivitas.

- R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar? Nyeri

dirasakan di area luka post operasi, dapat menjalar ke seluruh daerah abdomen.

Page 7: Laporan Pendahuluan Peritonitis

- S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai mengganggu

aktivitas atau tidak. Biasanya aktivitas klien terganggu karena kelemahan dan

keterbatasan gerak akibat nyeri luka post operasi.

- T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa lama nyeri

itu hilang selama periode akut. Nyeri dapat hilang timbul maupun menetap

sepanjang hari.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi.

Biasanya klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

3) Riwayat kesehatan Keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan klien,

penyakit turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.

d) Riwayat Psikologi

Biasanya klien mengalami perubahan emosi sebagai dampak dari tindakan

pembedahan seperti cemas.

e) Riwayat Sosial

Kaji hubungan klien dengan keluarga, klien lain, dan tenaga kesehatan. Biasanya

klien tetap dapat berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.

f) Riwayat Spiritual

Pandangan klien terhadap penyakitnya, dorongan semangat dan keyakinan klien

akan kesembuhannya dan secara umum klien berdoa untuk kesembuhannya.

Biasanya aktivitas ibadah klien terganggu karena keterbatasan aktivitas akibat

kelemahan dan nyeri luka post operasi.

g) Kebiasaan Sehari-hari

Perbandingan kebiasaan di rumah dan di rumah sakit, apakah terjadi gangguan

atau tidak. Kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi : makan, minum, eliminasi

Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), istirahat tidur, personal hygiene,

dan ketergantungan. Biasanya klien kesulitan melakukan aktivitas, seperti makan dan

minum mengalami penurunan, istirahat tidur sering terganggu, BAB dan BAK

mengalami penurunan, personal hygiene kurang terpenuhi.

Page 8: Laporan Pendahuluan Peritonitis

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi

penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada komplikasi

lebih lanjut, badan tampak lemas.

b. Sistem Pernapasan

Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasanmenjadi lebih cepat akibat nyeri,

penurunan ekspansi paru.

c. Sistem Kardiovaskuler

Mungkin ditemukan adanya perdarahan sampai syok, tanda-tanda kelemahan,

kelelahan yang ditandai dengan pucat, mukosa bibir kering dan pecah-pecah, tekanan

darah dan nadi meningkat.

d. Sistem Pencernaan

Mungkin ditemukan adanya mual, muntah, perut kembung, penurunan bising usus

karena puasa, penurunan berat badan, dan konstipasi.

e. Sistem Perkemihan

Jumlah output urin sedikit karena kehilangan cairan tubuh saat operasi atau karena

adanya muntah. Biasanya terpasang kateter.

f. Sistem Persarafan

Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS dan dikaji semua fungsi nervus

kranialis. Biasanya tidak ada kelainan pada sistem persarafan.

g. Sistem Penglihatan

Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya sekret/lesi, reflek pupil terhadap

cahaya, visus (ketajaman penglihatan). Biasanya tidak ada tanda-tanda penurunan pada

sistem penglihatan.

h. Sistem Pendengaran

Amati keadaan telinga, kesimetrisan, ada tidaknya sekret/lesi, ada tidaknya nyeri

tekan, uji kemampuan pendengaran dengan tes Rinne, Webber, dan Schwabach.

Biasanya tidak ada keluhan pada sistem pendengaran.

i. Sistem Muskuloskeletal

Biasanya ditemukan kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri.

j. Sistem Integumen

Page 9: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Adanya luka operasi pada abdomen. Mungkin turgor kulit menurun akibat

kurangnya volume cairan.

k. Sistem Endokrin

Dikaji riwayat dan gejala-gejalayang berhubungan dengan penyakit endokrin,

periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening. Biasanya tidak ada

keluhan pada sistem endokrin.

3. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium :

- Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat kehilangan

cairan berlebihan

- Hemoglobin :dapat menurun akibat kehilangan darah

- Leukosit : dapat meningkat jika terjadi infeksi

4. Terapi

Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk mengurangi nyeri,

antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk mengurangi rasa mual.

5. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan

3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi

Diagnosa :  Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi.

Pengertian:

Pengalaman emosional dan sensori tidak menyenangkan yang muncul dari

kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan

(Association for the Study of  Pain) : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas

ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.

Indikator:

Melaporkan kenyamanan fisik

Melaporkan kepuasan terhadap pengawasan nyeri\

Melaporkan kenyamanan psikologis

Melaporkan kepuasan terhadap tingkat kemandirian

Ekspresi puas terhadap pengawasan nyeri

Page 10: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Nursing Intervention Classification (NIC):

Melakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri termasuk local, karakteristik,

serangan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau penyebab dan faktor-faktor

pencetus.

Mengobservasi tanda-tanda non verbal dari ketidaknyamanan terutama pada

ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif.

Memastikan klien mendapatkan perawatan analgesic.

Menggunakan tehnik komunikasi terapeutik dan mengetahui pengalaman nyeri dan

respon klien terhadap nyeri.

Menyediakan informasi tentang nyeri seperti    :  Penyebab, lamanya dan

cara mengantisipasi ketidaknyamanan.

Mengontrol faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi respon ketidaknyamanan.

Mengurangi atau menghilangkan factor-faktor pencetus yang dapat meningkatkan nyeri .

Memantau kepuasan klien terhadap management nyeri.

Diagnosa 2:  Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan

ketidaknyaman.

Pengertian: Keterbatasan dalam pergerakan fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada satu

atau lebih ekstremitas.

Clien outcomes :

Menunjukkan tingkat mobilitas, ditandai dengan indicator 1-5:

1) Ketergantungan/tidak berpartisipasi

2) Membutuhkan bantuan orang lain dan alat

3) Membutuhkan bantuan orang lain

4) Mandiri dengan pertolongan alat bantu

5) Mandiri penuh

Klien akan menunjukkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan.

Klien akan meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.

Klien akan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu

(Sebutkan aktivitas dan alat bantunya) ;

Klien akan menyangga berat badan.

Klien akan berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar  sejauh

(sebutkan jaraknya).

Klien akan berpindah dari dan ke kursi/kursi roda.

Page 11: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Klien akan menggunakan kursi roda secara efektif.

Nursing Intervention Classification (NIC):

Terapi aktivitas, ambulasi:

Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi

tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan dari sakit atau cedera.

Terapi aktivitas : Mobilitas sendi:

Penggunaan pergerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau

memperbaiki fungsi tubuh volunteer dan autonom selama perawatan serta pemulihan

dari sakit atau cidera

Perubahan posisi:

Memindahkan klien atau bagian tubuh untuk memberikan kenyamanan, menurunkan

resiko kerusakan kulit, mendukung integritas kulit, dan meningkatkan penyembuhan.

Diagnosa 3:  Resiko  infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

Pengertian  Peningkatan risiko untuk terinvasi oleh organisme pathogen.

Clien outcomes:

Fakor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh keadekuatan status imun klien,

pengetahuan yang penting : Pengendalian infeksi, dan secara konsisten menunjukkan

perilaku deteksi resiko dan pengendalian resiko.

Klien menunjukkan pengendalian resiko dengan indicator 1-5 (Tidak pernah, jarang,

kadang-kadang, sering, konsisten menunjukkan)

Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.

Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat.

Mengindikasikan status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam

batas normal.

Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi.

Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mkengikuti prosedur pernapasan dan

pemantauan.

Nursing Intervention Classification (NIC) 

Membatasi jumlah pengunjung

Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan

Mengajarkan klien teknik mencuci tangan

Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan

Page 12: Laporan Pendahuluan Peritonitis

Menggunakan sarung tangan steril

Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar dari

ruangan klien

Mempertahankan teknik isolasi

Menyendirikan klien yang terinfeksi

Page 13: Laporan Pendahuluan Peritonitis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009.Buku Saku PATOFISIOLOGI.Jakarta : EGC

Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC

Ramali, Ahmad. 2000. Kamus Kedokteran : Arti & Keterangan Istilah. Jakarta: Agung Seto

Page 14: Laporan Pendahuluan Peritonitis

LAPORAN PENDAHULUAN

POST LAPARATOMI PERITONITIS

OLEH:

FRANSISCUS QUIRINO PUTRA AFRYARTHA

135070209111003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015