Laporan Perc 2 Fito

24
LABORATORIUM FITOKIMIA-FARMAKOGNOSI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA) LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II PERCOBAAN II PARTISI CAIR-CAIR MENGGUNAKAN METODE CORONG PISAH DISUSUN OLEH : NAMA : I’IN RAHAYU NO. STAMBUK : 13 15 032 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TANGGAL : KAMIS, 9 JUNI 2016 ASISTEN : NOVITA TALEN PROGRAM STUDI S1 FARMASI

Transcript of Laporan Perc 2 Fito

Page 1: Laporan Perc 2 Fito

LABORATORIUM FITOKIMIA-FARMAKOGNOSISEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II

PERCOBAAN II

PARTISI CAIR-CAIR MENGGUNAKAN METODE CORONG PISAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : I’IN RAHAYU

NO. STAMBUK : 13 15 032

KELOMPOK : II (DUA)

HARI/TANGGAL : KAMIS, 9 JUNI 2016

ASISTEN : NOVITA TALEN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)

PELITA MAS

PALU

2016

Page 2: Laporan Perc 2 Fito

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala

jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk

sayuran dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada

senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan fungsi normal

tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki

peran aktif bagai pencegahan.4

Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil

metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli tak

jarang yang menyatakan bahwa senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan

farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal

dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan

metabolit primer tumbuhan.4 

Untuk mendapatkan senyawa tersebut dilakukan beberapa metode salah

satunya adalah partisi cair-cair dengan menggunakan metode corong pisah.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui dan memahami cara penggunaan metode corong pisah

partisi cair-cair.

Page 3: Laporan Perc 2 Fito

1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengenal dan mengetahui jenis-jenis corong pisah.

2. Untuk mengetahui teknik pengerjaan corong pisah.

3. Untuk memahami cara pemisahan metode partisi suatu simplisia dengan

menggunakan corong pisah.

Page 4: Laporan Perc 2 Fito

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut

dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat

juga didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah

dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen

kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut.

Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di

dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan.4

Partisi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam 2 macam zat

pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan

konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut

memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula

senyawa yang larut dalam pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan

memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan

setelah beberapa waktu dicapai keseimbangan biasanya dipersingkat oleh

pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah.4

Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut

kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian

ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air,

sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase

Page 5: Laporan Perc 2 Fito

air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam

fase organik. Hal ini yang dikatakan “ like dissolves like “, yang berarti bahwa

senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya.4

Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan

dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan

terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan

dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu

dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan

untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua

fase tersebut dalam corong pisah.4

Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang

digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen

dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tak

campur. Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa

pelarut organic lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, ataupun

etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air keculai pelarut yang

memiliki atom dari unsur halogen.5

Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia

mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang

digunakan dalam laboratorium terbuat dari gelas borosilikat dan kerannya terbuat

dari gelas ataupun Teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL

sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar

dan dipasang sentrifuge. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase

Page 6: Laporan Perc 2 Fito

pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup.

Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase

larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk

melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar

pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian

dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.5

Prinsip kerja partisi cair-cair menggunakan metode corong pisah yaitu

metode pemisahan komponen dari suatu pelarut dimana zat terlarut (solute) atau

bahan yang dipisahkan terdistribusi diantara kedua lapisan (organic dan air)

berdasarkan kelarutan relatifnya.1

Campuran dimasukkan dalam corong pisah ditunggu beberapa saat,

tergantung dari keadaan campuran. Kadang dijumpai pemisahan dua lapisan yang

lama, sampai beberapa hari. Setelah terjadi pemisahan, dapat dilakukan dengan

membuka kran secara pelan-pelan sampai batas pemisahan yang dipisahkan

terdistribusi diantara kedua lapisan (organik dan air) berdasarkan kelarutan

relatifnya.1

Prinsip kerja utama : memisahkan zat/senyawa tertentu dalam sampel

berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang memiliki perbedaan fasa.1

2.2 Uraian Tanaman3

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Tapak Dara

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Page 7: Laporan Perc 2 Fito

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Family : Apocynaceae

Genus : Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don.

2.2.2 Morfologi Tanaman

Terna atau semak, menahun, tumbuh tegak, tinggi mencapai 120 cm,

banyak bercabang. Batang bulat, bagian pangkal berkayu, berambut halus,

warnanya merah tengguli. Daun tunggal, agak tebal, bertangkai pendek,

berhadapan bersilang. Helai daun elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi

rata, pertulangan menyirip, kedua permukaan daun mengkilap, dan berambut

halus. Perbungaan majemuk, keluar dari ujung tangkai dan ketiak daun dengan

lima helai mahkota bunga berbentuk terompet, warnanya ada yang putih, merah

muda, atau putih dengan bercak merah di tengahnya. Buahnya buah bumbu

berbulu, menggantung, berisi banyak biji berwarna hitam. Perbanyakan dengan

biji, setek batang atau akar.

2.2.3 Kandungan Kimia

Herba mengandung lebih dari 70 macam alkaloid, termasuk 28 bi-indole

alkaloid. Pada bagian daun tapak darah terdapat komponen antikanker yaitu

senyawa alkaloid seperti vinblastin (VLB), vinkristin (leurokristin =VCR),

leurosin (VLR), serta pada bagian lainnya vinkadiolin, leurosidin, dan katarantin.

Page 8: Laporan Perc 2 Fito

Alkaloid yang berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) antara lain

leurosine, katarantin, lochnerin, tetrahidroalstonin, vindolin, dan vindolinin.

Sedangkan akar tapak darah mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, dan tannin.

2.2.4 Sifat dan Khasiat

Herba sedikit pahit rasanya, sejuk agak beracun (toksik), masuk meridian

hati. Berkhasiat sebagai anti kanker (antineoplastik), menenangkan hati, peluru

kencing (diuretik), menurunkan tekanan darah (hipotensif), penenang (sedatif),

menyejukkan darah, penghenti perdarahan (hemostatis), serta menghilangkan

panas dan racun. Sedangkan akar tapak darah berkhasiat sebagai peluruh haid.

2.3 Uraian Bahan2

1. Aquadest

Nama Resmi : AQUA DESTILATA

Nama Lain : Air Suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02 g/mol

BeratJenis : 1,00 g/ml

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut polar

Page 9: Laporan Perc 2 Fito

2. Etilasetat

Nama Resmi : ETIL ASETAT

Nama Lain : Etilasetat

Rumus Molekul : CH3CO.O.C2H5

Berat Molekul : 88,12 g/mol

BeratJenis : 0,8945 g/ml

Pemerian : Cairan tidak berwarna,baukhas

Kelarutan : Larutdalam 15 bagian air, dapat bercampur dengan

etanol ( 95 % ) P dan eter P.

Kegunaan : Sebagai pelarut organik

3. N - Heksan

Nama Resmi : HEKSANA

Nama Lain : Heksana

Rumus Molekul : CH3C(H2)4CH3

Berat Molekul : 140,09 g/mol

Berat jenis : 0,670 g/molsampai 0,677 g/mol

Pemerian : Berupa cairan tidak berwarna, stabil, sangat mudah

terbakar

Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dalam 12,5 ml etanol 95%

P, dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform P.

Kegunaan : Sebagai pelarut organik

Page 10: Laporan Perc 2 Fito

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat yang digunakan

1. Batang pengaduk

2. Cawan porselin

3. Corong pisah

4. Erlenmeyer

5. Gelas arloji

6. Gelas kimia

7. Gelas ukur

8. Klem dan statif

9. Sendok tanduk

10. Timbangan analitik

3.1.2 Bahan yang digunakan

1. Aluminium foil

2. Aquadest

3. Ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus (L.) G. Don.)

4. Etil asetat

5. N- Heksan

Page 11: Laporan Perc 2 Fito

3.2 Cara kerja

1. Menimbang 1 gram ekstrak kental daun tapak dara dengan saksama dalam

timbangan analitik.

2. Memasukkan dalam Erlenmeyer lalu 30 ml air, masukkan dalam corong

pisah.

3. Kemudian tambahkan 30 ml N- Heksan dengan corong pisah.

4. Kocok saksama campuran selama 5 menit, dengan sekali-kali membuka

sumbatan. Diamkan beberapa menit sehinggga terbentuk 2 lapisan.

5. Lapisan bawah dipisahkan dengan lapisan atas. Amatilah !

6. Lapisan larut N-Heksan ditampung, lapisan air dimasukkan kembali ke

dalam corong pisah.

7. Tambahkan 30 ml N-Heksan ke dalam corong pisah, lalu kocok dan

diamkan selama berapa saat sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan larut N-

heksan ditampung kembali, lapisan air dimasukkan ke dalam corong pisah,

lalu ditambahkan 30 ml etil asetat.

8. Lapisan air dimasukkan lagi ke corong pisah, lalu di tambahkan 30 ml etil

asetat di tampung.

9. Partisi asetat dilakukan kembali 2 kali.

10. Ekstrak N-Heksan dan etil asetat di uapkan hingga kering lalu ditimbang.

Page 12: Laporan Perc 2 Fito

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

SampelBerat

Sampel

Vol. Pelarut

HasilN-Heksan Etil Asetat

Ekstrak kental daun

Tapak Dara

(Catharanthus roseus)

1 Gram 60 ml

60 ml

4.2 Pembahasan

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan

kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan

pelarut organic lainnya. Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan

analit yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi sampel antara

dua pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan

satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran yang dipisahkan dengan

bantuan pelarut, ekstraksi cair-cair tidak dapat digunakan apabila pemisahan

campuran dengan cara destilasi karena kepekaannnya terhadap panas atau tidak

ekonomis. Ekstraksi cair-cair selalu berdiri dari pencampuran secara intensif

bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase sempurna.

Page 13: Laporan Perc 2 Fito

Pada percobaan ini dilakukan penimbangan terhadap sampel ekstrak daun

Tapak Dara (Catharanthus roseus ) sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke

dalam erlenmeyer lalu tambahkan 30 ml air masukkan dalam corong pisah, dan

tambahkan 30 ml N-Heksan, dimana corong pisah merupakan alat utama yang

digunakan untuk melakukan ekstraksi pelarut secaracair-cair. Fungsi penambahan

N-Heksan yaitu sebagai pelarut non polar dan merupakan larutan yang mudah

menguap sehingga sampel ekstrak daun tapak dara tersebut tidak larut atau tidak

bereaksi dengan N-Heksan melainkan dapat berserap atau tertinggal ekstrak murni

ketika telah diuapkan kembali kemudian dikocok selama 5 menit, fungsi dari

pengocokan ini agar larutan tersebut dapat bercampur dengan ekstrak kental dari

daun tapak dara, sehingga terbentuk dua fase dari cairan tersebut. Diamkan

beberapa menit agar terjadi dua pemisahan yaitu lapisan organic dan lapisan air.

Dalam hal ini lapisan organik terdapat campuran atau ekstrak tanaman. Lapisan

organik dan lapisan air dipisahkan, dimana lapisan organik atau ekstrak cairan N-

Heksan ditampung dan diuapkan. Tujuan diuapkan agar didapatkan ekstrak kental

atau zat aktif yang dapat larut di dalam N-Heksan. Kemudian lapisan air

dimasukkan kembali dalam corong pisah dan di tambahkan N-Heksan sebanyak

30 ml lalu dikocok dan didiamkan selama beberapa menit sehingga terjadi

pemisahan. Lapisan organik atau lapisan N-Heksan ditampung kembali pada

cawan porselin dan diuapkan. Kemudian lapisan air dimasukkan kembali ke

dalam corong pisah dan di tambahkan N-Heksan sebanyak 30 ml lalu di kocok

dan didiamkan beberapa saat hingga terjadi pemisahan antara ke dua fase tersebut.

Fase atau lapisan air di buang sedangkan lapisan N-Heksan diuapkan kembali

Page 14: Laporan Perc 2 Fito

hingga diperoleh ekstrak murni. Perlakuan di atas dilakukan kembali atau diulangi

kembali dengan menggunakan larutan etil asetat. Di mana sifat dari etil asetat

yaitu lebih polar dibandingkan air dan bersifat sedikit non polar sehingga etil

asetat dikategorikan dalam pelarut semi polar.

Dari hasil percobaan tersebut diperoleh ekstrak kental yang telah diuapkan

pada pelarut N-Heksan sebesar gram berwarna yang merupakan klorofil yang

terkandung dalam daun tapak dara. Dimana bobot cawan kosong sebesar dan

bobot cawan dan ekstrak sebesar gram, sehingga bobot ekstrak setelah

penguapan yaitu gram. Dengan demikian diperoleh presentasikan dari sampel

daun tapak dara, di mana sampel dari daun tapak dara yang telah diuapkan ( bobot

ekstrak murni ) dibagi dengan bobot wadah yang digunakan dikali dengan 100 %

adalah %. Hal ini berarti dalam 1gram sampel daun tapak dara diperoleh kadar

lemak sebesar %.

Page 15: Laporan Perc 2 Fito

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Partisi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam 2 macam zat

pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan

konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air.

6.2 Saran

6.2.1 Saran untukAsisten

Diharapkan kepada asisten agar tepat waktu dan tidak terlalu cepat saat

menjelaskan materi tentang percobaan.

6.2.2 Saran untukPraktikan

Diharapkan kepada praktikan agar lebih serius dalam melakukan

percobaan dan memperhatikan arahan dari asisten serta lebih disiplin untuk

mematuhi tata tertib saat berada di dalam laboratorium, sehingga praktikum dapat

berjalan dengan baik.

Page 16: Laporan Perc 2 Fito

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2016. “Penuntun Praktikum Fitokimia II”. STIFA Pelitas Mas. Palu

2. Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

3. UNG. “Tinjauan Pustaka Uraian Bahan Tanaman Tapak Dara”. 10 Juni 2016

http://www.geocities.ws/bpurnomo51/mik_files/mik2.pdf

4. Indah, Puspa. ”Laporan Partisi Cair-Cair”. 10 Juni 2016

https://www.academia.edu/9199573/Laporan_Partisi_Cair-Cair_Puspa?

auto=download

Page 17: Laporan Perc 2 Fito

5. Purnomo, Bambang. “Peralatan dan Prosedur Laboratorium”. 10 Juni 2016

http://www.geocities.ws/bpurnomo51/mik_files/mik2.pdf