Laporan Praktikum

38
LAPORAN PRAKTIKUM KKE KOMPRESSOR DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 RINALDY SURANTA / 1106009495 FAHRI ALI IMRAN / 1106015831 FAIZAL RISWANDI / 1106015674 GEMA RAMADHAN A.W / 1106006215 KEVIN IRDYAN H. / 1106004531 SEKAR SINARINGATI / 1106008795 ASISTEN: GENDI PATIH DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

description

Praktikum Prestasi mesin

Transcript of Laporan Praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM KKE

KOMPRESSOR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

RINALDY SURANTA / 1106009495

FAHRI ALI IMRAN / 1106015831FAIZAL RISWANDI / 1106015674

GEMA RAMADHAN A.W / 1106006215

KEVIN IRDYAN H. / 1106004531

SEKAR SINARINGATI / 1106008795

ASISTEN: GENDI PATIH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka penulis bisa menyelesaikan Laporan Praktikum KKE Kompressor ini.

Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan setelah melakukan praktikum dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga laporan ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua.

Jakarta, 18 Mei 2014

Rinaldy Suranta

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum...............................................................................1

BAB II DASAR TEORI..................................................................................2

2.1 Teori Umum........................................................................................2

2.2 Data Teori...........................................................................................3

2.3 Data Teknik.........................................................................................4

2.4 Aspek-Aspek Teoritis Tambahan.........................................................9

BAB III PENGOLAHAN DATA....................................................................12

3.1 Analisa Massa Udara.........................................................................12

3.2 Compression Ratio............................................................................12

3.3 Temperature Ratio............................................................................13

3.4 Indeks Politropis................................................................................13

3.5 Kerja Politropis..................................................................................14

3.6 Efisiensi Volumetris...........................................................................15

3.7 Kerja Isothermal................................................................................16

3.8 Kerja Mekanis....................................................................................16

3.9 Input Daya Motor Listrik....................................................................17

3.10 Data dan Grafik................................................................................17

BAB IV ANALISIS.......................................................................................19

4.1 Analisa Alat........................................................................................19

4.2 Analisa Percobaan.............................................................................19

4.3 Analisa Hasil.......................................................................................20

4.4 Analisa Grafik.....................................................................................20

4.5 Analisa Kesalahan..............................................................................20

BAB V KESIMPULAN.................................................................................21

LAMPIRAN...............................................................................................22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memenuhi aspek praktikum dari perkuliahan KKE.

Memenuhi keingintahuan penulis mengenai cara kerja sebuah kompressor torak tingkat pertama dan tingkat kedua.

1.2 Tujuan Praktikum

Mendalami pengetahuan penulis tentang teori-teori Termodinamika.

Menyelidiki sifat-sifat kompressor torak bertingkat ganda atau lebih.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teori Umum

Kompresor udara Bertingkat Ganda terdiri dari GT 102 (tingkat pertama0 dan GT 102/2 (tingkat kedua) yang masing-masingnya terpasang pada sebuah lori yang terpisah.

Tingkat pertama dapat digunakan secara terpisah atau tersendiri tanpa tingkat kedua, sedangkan bila dinginkan sebuah kompressor bertingkat ganda, maka dengan pipa udara (hoses) tingkat pertama dapat dihubungkan pada tingkat kedua secara tepat. Sehingga akan terbentuk sebuah kompressor bertingkat ganda lengkap dengan intercooling.

TINGKAT PERTAMA (GT 102)

Tingkat pertama ini mempunyai dua silinder dengan sistem pendinginan udara. Digerakkan oleh DC Dynamometer Motor yang kecepatannya dapat diatur untuk meneruskan putaran moto kepada k0mpressor V-belt dengan perbandingan kecepatan 3,57:1.

Kecepatan kompressor dapat diukur dengan tachometer listrik dan dapat juga dibaca langsung pada panel instrumen. Suatu pegas pengimbang dipasang untuk mengukur Momen Torsi Motor, sedang Daya Listrik dapat siukur dengan instrument yang terpasang pada kontrol kabinet. Sebuah orifice dipasang untuk mengukur jumlah aliran massa udara dari kompressor.

Temperatur dapat diukur pada setiap titik yang dikehendaki dalam siklus dengan menggunaan Multi Point Temperatur dan Thermocouple. Temperatur tabung kering dan tabung basah digunakan untuk mengukur kelembaban udara sebelum dan sesudah kompresi.

TINGKAT KEDUA (GT 102/2)

Kedua ini juga digerakkan oleh sebuah DC Dynamometer Motor yang kecepatannya dapat diatur seperti pada tingkat pertama. Putaran motor diteruskan kepada kompressor dengan menggunakan V-belt dengan perbandingan 3,57:1.

Tingkat kedua ini mempunyai 2 (dua) silinder yang mempunyai ukuran yang lebih kecil dari silinder tingat pertama. Di sini tidak dibutuhkan receiver. Pemakaian daya tekanan dan temperatur pada setiap titik dalam siklus diukur dengan peralatan yang sama dengan peralatan pada tingkat pertama.

Pada tingkat kedua ini dipasang sebuah intercooler dengan pendingin air. Udara bertekanan dari tingkat pertama dilewatkan melalui intercooler sebelum memasuki tingkat kedua atau dapat langsung memakai tingkat kedua tanpa harus melewati intercooler. Sebuah instrument dipasang untuk mengukur flowrate dari air pendingin serta temperatur masuk dan keluar udara dan air.

Sebagai alat tambahan pada tiap tingkat dipasang penunjuk tekanan Maihak Indicator yang berguna untuk pembuatan P-V diagram. Alat ini dipasang di kepala silinder dari setiap kompressor dan digerakkan oleh suatu mekanisme yang dihubungkan pada bagian crank case.

Setiap motor dilengkapi dengan panel kontro yang berisi variable transformer dan rectifier serta dilengkapi pula dengan alat pengatur putaran. Kobtrol unit kabinet hanya dapat dihubungkan dengan arus listrik satu fase pada tegangan 220-240 Vot dan frekuensi 50-60 Hz. Pemakaian daya maksimum pada setiap tingkat tidak akan melebihi 2,2 kW.

2.2 Data Teori

Instrument yang dibutuhkan sebagai berikut

Tingkat Pertama (GT 102)

Motor:

a. Spring balance untuk menghitung momen

b. Voltmeter

c. Ammeter

Kompressor: Electrical Tachometer

Tekanan Udara:

a. Bourdon gauge untuk delivery pressure

b. Manometer untuk inlet pressure

Massa udara yang mengalir:

a. Sharp edged orifice

b. Dua manometer untuk orifice differential dan down stream pressure

Temperatur:

Thermocouple dengan multi point indicator yang berfungsi sebagai pemungut:

Temperatur dari udara yang akan masuk ke dalam kompressor

Temperatur dari udara yang keluar

Temperatur udara yang masuk ke dalam orifice

Humidity: Thermometer tabung kering dan tabung basah untuk inlet dan delivery

Tingkat Kedua (GT 102/2)

Motor:

a. Spring balance untuk menghitung momen

b. Voltmeter

c. Ammeter

Kompressor: Electrical Tachometer

Tekanan Udara: Bourdon gauge untuk delivery pressure

Intercooler: Rotameter untuk water flow

Temperatur:

Thermocouple dengan multi point indicator yang berfungsi sebagai pemungut:

Temperatur udara masuk intercooler

Temperatur udara keluar intercooler

Temperatur air masukintercooler

Temperatur air keluar intercooler

Temperatur udara masuk kompressor

Temperatur udara keluar kompressor

2.3 Data Teknik

Tingkat Pertama (GT 102)

Number of Cylinder: 2 (dua)

Bore: 66,7 mm (2 5/8)

Stroke: 63,5 mm (2 )

Swept Volume: 374 Ltr/menit (13,2 ft3/menit) pada putaran 850 rpm

Compressor Speed Range: 425 850 rpm

Max. Delivery Pressure: 10,3 bar (150 psig)

Drive Belt Ratio: 3,57:1

Motor Power: 2,2 kW

Free Air Delivery: 262 Ltr/menit (up to 9,25 ft3/menit)

Air Receiver Volume: 107 Liter (3,37 ft3)

Tingkat Kedua (GT 102/2)

Number of Cylinder: 2 (dua)

Bore: 50,8 mm (2)

Stroke: 50,8 mm (2)

Swept Volume: 156 Ltr/menit (6,1 ft3/menit) pada putaran 850 rpm

Compressor Speed Range: 425 850 rpm

Max. Delivery Pressure: 10,3 bar (150 psig)

Drive Belt Ratio: 3,57:1

Motor Power: 2,2 kW

Motor Speed Ranger: 0 3000 rpm

Free Air Delivery: 262 Ltr/menit (up to 9,25 ft3/menit)

Air Receiver Volume: 107 Liter (3,37 ft3)

Intercooler Water Flow: 200 Ltr/jam (44 gph)

GABUNGAN TINGKAT PERTAMA DAN KEDUA (TINGKAT GANDA)

Dimension: Long= 1450 mm (55)

Wide= 610 mm (24)

Height= 1780 mm (70)

Electrical Supply: 220 240 Volt, 50 60 Hz

Single Phase 2,2 kW for cash stager

Weight: GT 102/2 = 182 kg (400 lb)

Dalam operasinya, Reciprocating Air Compressor (RAC) ataupun sebuah kompressor adalah mengisap sejumlah udara dengan volume tertentu masuk ke dalam silinder. Udara yang diisap di dalam silinder kemudian ditekan secara politropis, sehingga mengakibatkan suatu kenaikan tekanan dan temperatur. Lalu tekanan ini mengalir melalui Spring Loaded Out Disc Valve menuju discharge system.

Udara akan keluar secara kontinyu sampai piston mencapai titik mati bawah (TMB), sejumlah udara berikutnya akan terisap melalui Spring Loaded Disc Valve dan proses akan berulang kembali. Dari P-V diagram yang idela untuk kompressor satu tingkat di bawah ini dapat dilihat siklus yang dijalani oleh udara tersebut.

Gambar 1. Digram P-V Kompressor Ideal

Dari suatu siklus kompressor, proses penekanan dan pengembangan tidak mengikuti proses adiabatis ataupun isotermal. Hal ini menunjukkan indeks politropis untuk proses penekanan dan pengembangan (n) terletak di antara 1,0 dan 1,4 dimana PVn = konstan. Kerja politropis Vpi = yang ditunjukkan oleh luas diagram P-V adalah:

Persamaan tersebut juga dapat ditulis:

Diagram di bawah ini memperlihatkan bentuk dari diagram P-V aktual yang jeas berbeda dibandingkan diagram P-V ideal, yang terlihat seperti pada gambar terlihat titik-titik di bagian ujung mempunyai bentuk yang membulat.

Gambar 2. Diagram P-V Kompressor Aktual dan Perhitungan Kerja

Dari diagram dan perhitungan diatas dapat pula didapatkan W1 dengan mengkalikan Pm, Ap, Ls, dan N. Diagram ini memperlihatkan sebuah diagram P-V yang ideal dari sebuah kompressor bertingkat ganda. Di sini penekanan berlangsung dalam dua tingkat, yang mana akan ada suatu tekanan perantara (P1) yang terletak diantara P1 dan P2. Dalam hal ini dianggap tidak ada tekanan yang hilang diantara tingkat tersebut.

Gambar 3. Diagram P-V Kompressor Tingkat Ganda

Dengan menggunakan persamaan (1) untuk siklus penekanan didapatkan:

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembahasan kompressor adalah mengenai efisiensi, yang mana efisiensi volumetris praktis sebuah kompressor. Efisiensi volumetris adalah perbandingan antara besarnya massa udara yang dikeluarkan sebenarnya dengan harga maksimum secara teoritis.

Efisiensi volumetris dapat didefinisikan sebagai berikut:

Karena Vs = Va, maka persamaan (4) dapat juga ditulis sebagai berikut:

Karena: PdVdn = PcVcn, maka:

Karena: Pc/Pd = p, maka:

Dari persamaan (5) di atas dilihat bahwa apabila tekanan naik akan menyebabkan efisiensi volumetris turun. Oleh karena itu untuk mendapatkan nilai perbandingan efisiensi volumetris yang tinggi pada umumunya digunakan kompressor tingkat ganda atau lebih. Hal ini akan lebih menyempurnakan jumlah udara yang diberikan pada suatu nilai perbandingan dan dapat mengurangi jumlah daya yang dibutuhkan untuk mencapai nilai perbandingan tertentu.

2.4 Aspek-Aspek Teoritis Tambahan

Berikut ini adalah ringkasan teori yang berhubungan dengan teori psikometris dan juga suatu analisa termodinamika dari sebuah intercooler.

SPESIFIKASI HUMIDITY

Udara dalam keadaan tekanan normal terdiri dari sejumlah uap air. Kandungan uap air tersebut banyaknya tergantung pada keadaan atmosfer. Dalam suatu proses penekanan serta kemudian dianjurkan dengan perbandingan pada eadaan normal, maka perbandingan campuran itu dapat berubah. Spesific Humidity adalah:

atau

Dimana: Va dan Vv memiliki volume spesifik

Bila dianggap uap air mempunyai sifat sebagai gas ideal, kemudian dengan hukum Dalton dari Partai Pressure diketahui:

Pv = mv . Rv . TvdanPa . V = ma . Ra . Ta

Untuk Ta = Tv, maka:

Dimana:Ra = Gas konstan untuk udara kering= 0,2871KJ/kg K

Rv = Gas konstan untuk uap air= 0,14615KJ/kg K

Bila uap air dalam keadaan jenuh, Pv hanya merupakan fungsi naik, maka prosentase kandungan uap air menjadi kurang dan pengurangan didapat dari pengembunan.

RELATIVE HUMIDITY

Dengan menggunakan sistem termometer tabung kering dan tabung basah, pengurangan relatif dari temperatur tabung basah terhadap tabung kering bisa didapatkan. Dan dari tabel yang diberikan, nilai Relative Humidity dapat ditentukan.

PEMBAHASAN INTERCOOLER

Intercooler adalah tabung perpindahan panas, dimana temperatur udara yang keluar dari tingkat pertama didinginkan sampai mencapai harga terendah.

Panas yang diambil oleh air:

Panas yang diberikan oleh udara:

Karena thermocouple yang digunakan untuk mendapatkan harga-harga dari T23 T24 dipasang dekat intercooler, maka akibatnya terdapat kehilangan panas yang sangat kecil dan tidak dapat dihitung. Secara umum:

Sehingga efisiensi termalnya adalah:

Dalam hal ini sangat sulit untuk menghitung jumlah panas yang sebenarnya diberikan oleh udara dikarenakan losses yang tidak terhitung. Maka di sini yang terpenting untuk diketahui dari sebuah heat exchanger adalah Thermal Ratio yang didefinisikan sebagai berikut:

BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1 Analisa Massa Udara

(kg/s)

Dimana:p= Orifice Diferential Head (mmH20)

P3= Orifice plate down stream pressure (Bar abs)

= 9,8. 10-5. P3 + P0

P3= Penunjukan pada manometer (mmH20)

P0= Tekanan Atmosfir (Pa abs)

T3= T3 + 273 (K)

= 0,0001340254072 kg/s

3.2 Compression Ratio

Tingkat Pertama :

p1 = =

p1 = = = 11,65389958

Tingkat Kedua :

p2 = =

p2 = = = 1,5

3.3 Temperature Ratio

Tingkat Pertama :

T1 = =

T1 = = = 1.107843137

Tingkat Kedua :

T2 = =

P (bar)

T1 (0oC)

T2 (0oC)

T3 (0oC)

T4 (0oC)

T5 (0oC)

T6 (0oC)

Temperatur Ratio Tingkat 2

2

32

31

41

30

30

60

1,091803279

2.5

33

32

42

31

30

60

1,088235294

3

33

32

43

31

30

60

1,088235294

3.5

33

32

44

31

30

60

1,088235294

4

34

32

45

31

30

60

1,084690554

4.5

34

32

46

31

30

60

1,084690554

5

35

32

47

31

30

60

1,081168831

3.4 Indeks Politropis (n)

Bila: P1.Vn1 = P2.Vn2 dan P1 = (T2/T1)n/n-1 . P2

Dengan cara menurunkan rumus diatas maka akan diperoleh harga n, yaitu:

n =

n1= = 0.9599637338

P (bar)

T1 (0oC)

T2 (0oC)

T3 (0oC)

T4 (0oC)

T5 (0oC)

T6 (0oC)

Index Politropis Tingkat 2

2

32

31

41

30

30

60

0,971054738

2.5

33

32

42

31

30

60

0,972103393

3

33

32

43

31

30

60

0,972103393

3.5

33

32

44

31

30

60

0,972103393

4

34

32

45

31

30

60

0,973150883

4.5

34

32

46

31

30

60

0,973150883

5

35

32

47

31

30

60

0,974197216

3.5 Kerja Politropis (Wp 1)

Wp1 = ma.RT1()(-1)(kW)

Dimana:ma= Aliran massa udara (kg/s)

R= Konstanta gas = 0.2871 (kJ/kg/K)

T1= Temperature udara masuk (K)

n= Index Politropis

p= Pressure Ratio

Wp1 = 0,000134025. 0,2871 . 306 () ()

= 120,0252853 . -23,97735417 . -0,09734513258

= 0,02748256436 kW

P (bar)

T1 (0oC)

T2 (0oC)

T3 (0oC)

T4 (0oC)

T5 (0oC)

T6 (0oC)

Kerja Politropis Wp2 (kW)

2

32

31

41

30

30

60

0.573061252

2.5

33

32

42

31

30

60

0.575868357

3

33

32

43

31

30

60

0.575868357

3.5

33

32

44

31

30

60

0.575868357

4

34

32

45

31

30

60

0.5786805

4.5

34

32

46

31

30

60

0.5786805

5

35

32

47

31

30

60

0.581497677

3.6 Efisiensi Volumetris

vol =

=

Aliran massa udara yang sebenarnya : ma

Untuk Kompressor tingkat pertama:

Swept air mass flow = 0,0091. 10-3. N1 (kg/s)

Untuk Kompressor tingkat Kedua:

Swept air mass flow = 1,1964. 10-3. . N2 (kg/s)

Pada persamaan (20), besarnya temperature dan tekanan adalah penting, selama tingkat kedua mempunyai udara masuk dengan tekanan P21 dan temperature T21.

Maka, efisiensi volumetris:

Untuk tingkat pertama:

vol = x 100 %

vol = x 100 % = 3,682005495 %

Untuk tingkat kedua:

vol = x 100 %

vol = x 100 % = 0,07001494443 %

3.7 Kerja Isothermal (WIs)

Untuk tingkat pertama:

Wis= ma . RT11 . In . P1

Wis= 0,000134025 . 0,2871 . 306 . 2,5 . 0.9599637338 . 11,65389958

= 0,3293112302 W

Untuk tingkat kedua

Wis= ma . RT21 . In . P2

P (bar)

T1 (0oC)

T2 (0oC)

T3 (0oC)

T4 (0oC)

T5 (0oC)

T6 (0oC)

Kerja Isothermal Tingkat 2 (W)

2

32

31

41

30

30

60

0,042735996

2.5

33

32

42

31

30

60

0,042922416

3

33

32

43

31

30

60

0,042922416

3.5

33

32

44

31

30

60

0,042922416

4

34

32

45

31

30

60

0,043109088

4.5

34

32

46

31

30

60

0,043109088

5

35

32

47

31

30

60

0,04329601

3.8 Kerja Mekanis

Wmech =

Dimana :N= Putaran Motor Listrik = atau (3.533 x N2)

Tq= Momen Puntir (N-m) = F . R

F= Penunjukan spring balance (N)

R= Broke arm radius = 160 mm = 0.160 m

Jadi : Wmech1= 0.00019768 . N1 . F1 (kW)

= 0.00019768 . 400 . 6

= 0.474432 kW

Wmech2= 0.00019768 . N2 . F2 (kW)

= 0.00019768 . 400 . 4

= 0.316288 kW

3.9 Input Daya Motor Listrik

Suplai daya listrik total=Armature power + Field power

Daya listrik tingkat 1= +

= +

=0.413 Watt

Daya listrik tingkat 2= +

= +

=0.3755 Watt

3.10 Data dan Grafik

1 TINGKAT

N = 400 rpm

Data Pengujian Kompresor 1 Tingkat

V (volt)

A (ampere)

T1 (0C)

T2 (0C)

T3 (0C)

P1 (mmH20)

P2 (mmH20)

P (mmH20)

P3 (mmH20)

F (N)

130

2,5

33

66

28

350

4078, 8648

1

13

6

2 TINGKAT

N = 400 rpm

Data Pengujian Kompresor 2 Tingkat

P (bar)

T1 (0C)

T2 (0C)

T3 (0C)

T4 (0C)

T5 (0C)

T6 (0C)

V (volt)

A (ampere)

P1 (bar)

P2 (bar)

P HT (bar)

F (N)

2

32

31

41

30

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

2.5

33

32

42

31

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

3

33

32

43

31

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

3.5

33

32

44

31

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

4

34

32

45

31

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

4.5

34

32

46

31

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

5

35

32

47

31

30

60

115

2.5

0.4

0.2

1.2

4

BAB 4

ANALISIS

4.1 Analisa Alat

Alat yang digunakan pada percobaan kompressor ini adalah kompressor torakbertingkat ganda yang terdiri dari GT 102 untuk tingkat satu dan GT 102/2 untuk tingkat dua. Sayangnya, beberapa komponen tidak dapatbekerja dengan baik, seperti pengukur pengukur tekanan P1 (tekanan pada saat masuk torak) pada kompressor tingkat satu serta pengukur tekanan pada orifice (P dan P3). Hal ini kemungkinan besar terjadi karena kompressor sudah berumur cukup tua. Selain itu alatpenggambar grafik diagram P-V bekerja namun hanya menghasilkan guratan-guratan buram bahkan sampai melubangi kertas. Selain itu, tidak adanya indikator penunjuk temperatur dan tekanan untuk kondisi ruangan praktikum juga menyulitkan penentuan nilai temperatur dan tekanan lingkungan sehingga menyebabkan hasil yang didapat menjadi semakin tidak akurat.

4.2 Analisa Percobaaan

Pada percobaan, variabel yang diatur oleh praktikan adalah putaran N1 serta N2 pada kompresor unit tingkat 1 maupun tingkat 2. Saat kompresor bekerja, udara masuk ke dalam suatu vessel. Setelah beberapa waktu, penunjuk tekanan P2 pada unit tingkat 2 akan menunjukkan angka sesuai dengan nilai yang praktikan inginkan, yaitu 2 bar, 2.5 bar,3 bar, 3.5 bar, 4 bar, 4.5 bar, dan 5 bar. Bukaan keran diatur sedemikian hingga agar penunjukkan angka diatas dapat dijaga nilainya. Dalam keadaan ini, parameter-parameter lainnya yang ingin didapat seperti gaya, beda potensial, arus, dan temperatur dapat diukur melalui alat ukur yang tersedia. Namun dalam pengukuran untuk mendapatkan data standar pada tingkat 1 ada sedikit masalah pada vessel yaitu mengalami kebocoran sehingga tekanan tidak mencapai 2 bar, pada akhirnya praktikan terpaksa mencata data pada kondisi tekanan maksimum yang dapat dicapai atau minimal yang tercatat pada barometer.

4.3 Analisa Hasil

Dari hasil yang didapat melalui percobaan, didapat parameter seperti temperatur, gaya motor kompressor tingkat 1 maupun tingkat 2, tegangan, dan arus. Dari parameter-parameter ini, temperaturmerupakan parameter yang ikut meningkat seiring dengan kenaikan tekanan P2 pada kompressor unit 2. Hal ini jelas menunjukkan bahwa meningkatnya tekanan udara akibat kerja kompresor juga menaikkan temperatur udara tersebut.

4.4 Analisa Grafik

Grafik diagram P-V yang didapat dari hasil penggambaran mesin kompressor(gambar grafik ada di lampiran) terlihat tidak begitu presisi. Hal ini mungkin disebabkan karena umur alat yang sudah tua, sehingga penggambaran grafik P-V pada kertas tidakbaik yaitu hanya berupa guratan-guratan buram. Seharusnya grafik yang tergambar tidak terlihat seperti garis lurus. Grafik harusnya tergambar agak melengkung keatas seperti grafik-grafik P-V semestinya. Selain itu grafik diagram P-T yang dibuat berdasarkan perbandingan tekanan dan temperatur pada kompressor unit 2 menunjukkan bahwa walaupun temperatur in meningkat tetapi temperatur out akan tetap keluar 60oC.

4.5 Analisa Kesalahan

Pada analisa proses percobaan telah dibahas mengenai kondisi untuk menjalankanpercobaan yang masih jauh dari sempurna. Kondisi instrumen dan lingkungan jelas mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh. Selain itu kesalahan dalam pengkonversian data saat perhitungan juga rawan menjadi poin kesalahan besar. Proses pembacaan hasil ukur yang dilakukan pada kondisi yang tidak stabil pun juga mempengaruhi besar kesalahan dari hasil yang diperoleh.

BAB V

KESIMPULAN

Praktikum dilakukan dengan menggunakan dua unit kompressor, tingkat satu dan tingkat dua beserta intercooler.

Parameter yang dihitung melingkupi massa udara kompressor, tekanan masuk dan keluar kompressor, temperatur di beberapa titik kompresor, temperatur masuk dan keluar baik air maupun udara serta debit airintercooler, serta daya listrikkompresor.

Besar massa udara yang dapat dikerjakan kompresor sebesar 0,0001340254072 kg/s dengan rasio kompresi untuk kompresor tingkat pertama sebesar 11,65389958 dan 1,5 untukkompresor tingkat kedua pada tekanan 2, 2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, dan 5 bar.

Rasio temperatur untuk kompresor tingkat pertama dan tingkat kedua berturut-turut adalah sebesar 1,107843137 dan 1,086723. Sedangkan untuk indeks politropis, untukkompresor tingkat pertama sebesar 0,9599637338 dan untuk kompresor tingkat kedua sebesar 0,97255199.

Beberapa indikator kerja yang digunakan antara lain kerja politropis, kerja isothermal, dan kerja mekanis.

Nilai efisiensi yang didapatkan adalah efisiensi volumetrik.

Dari diagram P-T yang didapat diketahui bahwa walaupun suhu masuk kompressor beragam pada tekanan yang berbeda namun suhu keluarnya akan tetap sama tergantung daripada spesifikasi kompressor torak tersebut.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 2. T1 pada Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 3. T2 pada Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 4. T3 pada Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 5. Penunjuk Torsi Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 6. Gambar Kompressor Torak Tingkat Dua

Lampiran 7. Kertas Penanda Diagram P-V pada Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 8. Suhu Tertera pada Kompressor Torak Tingkat Dua

Lampiran 9. Hasil Pencatatan Diagram P-V Kompressor Torak Tingkat Satu

Lampiran 10. Hasil Pencatatan Diagram P-V Kompressor Torak Tingkat Dua

Grafik Perbandingan Tekanan dengan Temperatur

Tekanan 2 barTout Kompressor23456323141303060Tekanan 2,5 barTout Kompressor23456333242313060Tekanan 3 barTout Kompressor23456333243313060Tekanan 3,5 BarTout Kompressor23456333244313060Tekanan 4 barTout Kompressor23456343245313060Tekanan 4,5 barTout Kompressor23456343246313060Tekanan 5 barTout Kompressor23456353247313060

Temperatur (oC)