Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

download Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

of 63

Transcript of Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    1/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 12013 - 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Beton seiring perkembanganya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan

    sebagai struktur, dan dapat digunakan untuk hal lainnya yang berhubungan dengan struktur.

    Banyak hal yang dapat dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya dalam struktur

    beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi, atau pelat. Selain itu dalam bangunan air pun

    beton dapat digunakan untuk membuat saluran, drainase, bendung atau bendungan. Bahkan

    dalam bidang jalan raya dan jembatan, beton dapat digunakan untuk membuat jembatan,

    gorong-gorong atau yang lainnya. Jadi, hampir semua itu banyak yang memanfaatkan beton

    karena beton mempunyai karakteristik yang cocok untuk hal infrastruktur pembangunan.

    Untuk lebih mengenal tentang karakteristik beton, maka diperlukan pemahaman tentang

    beton. Pemahaman tersebut tidak hanya diperoleh dari membaca atau hanya mendengar orang

    lain bercerita tentang beton. Maka, dilakukan prosedur praktikum agar diperoleh pemahaman

    yang lebih tentang beton, baik itu karakteristik, fungsi, cara membuat, dan hitungan-hitungan

    untuk membuat suatu campuran beton normal.

    Tentu dalam pelaksanaan praktikum, perlu memperhatikan kaidah, syarat, standar

    nasional Indonesia yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, dalam pemilihan semen, rasio air-

    semen dalam campuran, pemilihan agregat halus ataupun kasar, FAS maksimum, FAS

    minimum, dan masih banyak lagi.

    1.2 Ruang Lingkup Praktikum

    Dalam praktikum akan dilakukan beberapa tahap yaitu, pemeriksaan gradasi agregat

    (halus dan kasar), pemeriksaan kadar air agregat, pemeriksaaan berat jenis dan penyerapan

    agregat halus maupun agregat kasar, pemeriksaan berat isi agregat, perencanaan dalam

    pembuatan campuran beton normal (mix design), pengecoran, pengujian slump, pengujian

    kuat tekan beton.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    2/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 22013 - 2014

    1.3 Tujuan

    Tujuan keseluruhan dalam praktikum adalah untuk membuat beton normal yang sesuai

    dengan perencanaan mix desain yang dibuat, selain itu agar diperoleh data-data yang nantinya

    akan diolah dan dianalisis untuk dijadikan sebagai laporan. Dan tujuan keseluruhan adalah

    untuk pemenuhan tugas dalam matakuliah teknologi bahan II yang diberikan pada semester

    ini (semester tiga).

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    3/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 32013 - 2014

    BAB II

    DASAR TEORI

    Dalam bidangbangunan yang dimaksud dengan beton adalah suatu campuran yang

    terdiri dari bahan berupa air, semen, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (kerikil). Semen

    adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adesif dan kohesif yang memungkinkan

    melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat, sedang air sebagai

    katalisator. Semen adalah suatu bahan yang bersifat hidrolis, artinya akan mengeras jika

    bereaksi dengan air. Agregat sebagai salah satu bahan campuran beton sangat mempengaruhi

    kekuatan beton, dalam hal ini pasir sebagai agreagt halus dan kerikil sebagai agregat kasar.

    Fungsi agregat dalam beton diantaranya adalah :

    1. Sebagai bahan pengisi beton.

    2. Menghemat pemakaian semen untuk mendapatkan beton yang murah.

    3.

    Mengurangi penyusutan pada perkerasan beton.

    4. Gradasi agregat yang baik (tidak seragam) menghasilkan beton yang padat. Gradasi

    adalah variasi ukuran susunan butiran agregat.

    5.

    Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton, karena 50% sampai 80% volume

    beton terdiri dari agregat.

    Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat umum, mempunyai sifat yang khas

    yaitu mampu memikul gaya tekan yang besar, tetapi tidak kuat menahan gaya tarik. Dalam

    perkembangannya, beton digabungkan dengan bahan konstruksi lain untuk menutupi

    kelemahan-kelemahan beton seperti terhadap gaya tarik. Bahan tersebut adalah baja atau lebih

    dikenal dengan tulangan baja. Beton tersebut diberi nama beton bertulang.

    Klasifikasi beton selama ini merupakan penggolongan yang berdasarkan kekuatan tekan

    karakteristik. Hasil ini diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium.

    Secara singkat dapat disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton

    antara lain :

    Faktor Air Semen (FAS).

    Perbandingan campuran.

    Proses pembuatan dan quality control.

    Perawatan.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    4/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 42013 - 2014

    Selain hal diatas juga terdapat faktor-faktor lain yang kurang berpengaruh dalam

    menentukan kekuatan beton, antara lain :

    Mutu semen.

    Susunan agregat halus dan agregat kasar, gradasi yang baik mengahasilkan beton

    yang padat.

    Umur beton, optimum 28 hari dan kekuatannya terus meningkat.

    Faktor-faktor di atas harus diperhatikan agar dapat diperoleh beton dengan mutu yang

    baik.

    2.1

    Semen

    Semen yang akan dipakai dalam campuran dipilih dari 5 tipe semen yang sesuai dengan

    kebutuhan konstruksi, yaitu :

    a.

    Tipe I

    Semen Portland jenis umum (Normal Portland Cement), yaitu jenis semen

    Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak

    memerlukan sifat-sifat khusus.

    b.

    Tipe I

    Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (Modified Portland

    Cement), yaitu jenis semen yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

    c. Tipe III

    Semen Portland dengan kekuatan awal tinggi (High Early Strength Portland

    Cement). Jenis ini untuk struktur yang menuntut kekuatan yang tinggi atau cepat

    mengeras.

    d.

    Tipe IVSemen Portland dengan panas hidrasi yang rendah (Low Heat Portland

    Cement). Jenis ini khusus untuk penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.

    e. Tipe V

    Semen Portland tahan sulfat (Sulfate Resisting Portland Cement). Jenis ini

    Merupakan jenis khusus untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang terkena

    sulfat seperti di tanah, atau di air yang tinggi kadar alkalinya.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    5/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 52013 - 2014

    2.2 Agregat Halus dan Agregat Kasar

    Agregat halus (pasir) adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan dengan

    lubang 4.8 mm, sedangkan agreagat kasar (kerikil) agregat yang semua butirannya tertinggal

    di atas ayakan dengan lubang 4,8 mm.

    Pasir dan kerikil harus bergradasi baik, dalam arti bahwa bidang kosong antara kerikil

    dapat diisi dengan pasir, sehingga didapat susunan yang padat. Pasir dan kerikil tidak boleh

    mengandung bahan reaktif alkali dan bahan organis yang merusak beton. Pada jenis pekerjaan

    beton, pasir dan kerikil sering dipakai bahan tambahan sebagai bahan tambahan yang

    berfungsi untuk memperbaiki sifat beton baik dalam hal proses beton maupun

    penyusunannya.

    2.3 Faktor Air Semen (FAS)

    Air yang dipakai pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan

    merusak yang mengandung oli, asam, alkali, atau bahan bahan lainnya yang merugikan

    terhadap beton.

    Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali memenuhi

    ketentuan tertentu berdasarkan SNI 03-2847-2002.1.)Air yang digunakan pada campuranbeton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali,

    garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau

    tulangan. 2.)Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di

    dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat,

    tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. 3.)Air yang tidak

    dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:

    (1)Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yangmenggunakan air dari sumber yang sama. (2)Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada

    kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus

    mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang

    dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan

    pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan

    Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    6/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 62013 - 2014

    2.4 Mix Design

    Untuk mendapat beton yang baik, maka diperlukan adanya perencanaan adukan beton

    (concrete mix design). Sedangkan untuk langkah-langkah pokok rancangannya dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

    2.4.1.Penetapan Kuat Tekan Beton

    Kuat tekan beton yang disyaratkan atau direncanakan ditentukan dengan

    kuat tekan pada beton umur 28 hari (fc). Kuat tekan beton yang disyaratkan

    sesuai dengan persyaratan perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Yang

    dimaksud dengan kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan beton yang

    kemungkinan lebih rendah dari nilai itu sebesar 5 % yang merupakan persentase

    maksimal kegagalan hasil uji.

    2.4.2.Penetapan Nilai Deviasi Standar (S)

    Deviasi standar ditetapkan berdasarkan atas tingkat mutu pengendalian

    pelaksanaan pencampuran betonnya. Deviasi standar didapatkan dari pengamatan

    di lapangan selama produksi beton. Faktor pengali nilai deviasi standar

    berdasarkan pada jumlah benda uji dan umur beton 28 hari.

    Penetapan nilai deviasi standar berdasarkan pada SNI 03-2834-2002.

    1.)Deviasi standar. (1.)Nilai deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas

    produksi beton mempunyai catatan hasil uji yang akan dijadikan sebagai data

    acuan untuk perhitungan deviasi standar harus: a)Mewakili jenis material,

    prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa dengan yang diharapkan,

    dan perubahan-perubahan pada material ataupun proporsi campuran dalam data

    pengujian tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang digunakan pada pekerjaanyang akan dilakukan. b)Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi

    kekuatan yang disyaratkan atau kuat tekan fc pada kisaran 7 Mpa dari yang

    ditentukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan. c)Terdiri dari sekurang-

    kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau dua kelompok pengujian

    berurutan yang jumlah sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian seperti yang

    ditetapkan pada 7.6(2(4)), kecuali sebagaimana yang ditentukan pada 7.3(1(2).

    7.6(2(4))2)Frekuensi Pengujian. (4)Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai

    kuat tekan rata-rata dari dua contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    7/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 72013 - 2014

    yang sama dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan

    untuk penentuan fc.

    2.4.3Menghitung Nilai Tambah (Margin)

    M = 12 MPa, karena tidak terdapat data lapangan sebelumnya.

    2.4.4Menetapkan Kuat Desak Rata-rata yang direncanakan

    Kuat desak beton rata-rata yang hendak dicapai diperoleh dengan rumus :

    fcr = fc + 12 MPa

    Dimana :

    fcr = kuat desak rata-rata dalam Mpa.

    fc = kuat desak yang direncanakaan dalam Mpa.

    12 MPa = nilai tambah.

    Penetapan nilai kuat desak rata-rata yang direncanakan berdasarkan pada

    SNI 03-2834-2002. Kuat tekan rata-rata perlu fcr yang digunakan sebagai

    dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar

    dari persamaan 1/ persamaan 2 dengan nilai standar deviasi sesuai dengan

    7.3(1(1))pada nilai standar deviasi di atas atau 7.3(1(2))pada nilai standar

    deviasi di atas.

    2.4.5Menetapkan Jenis Semen

    Jenis semen yang ditentukan dalam praktikum beton ini adalah semen tipe

    I. Jenis semen tipe I dipilih karena beton yang dibuat adalah jenis beton normal.

    1)Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut: (1)SNI 15-2049-1994, Semen Portland. (2)Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595),

    kecuali tipe S dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama

    struktur beton. (3)Spesifikasi semen hidrolis ekspansif (ASTM C 845). 2)Semen

    yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang

    digunakan pada perancangan proporsi campuran.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    8/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 82013 - 2014

    2.4.6Menetapkan Jenis Agregat

    Jenis agregat yang akan digunakan ditetapkan apakah akan menggunakan

    pasir alam dan kerikil alam atau pasir alam dan batu pecah (crushed aggregate).

    2.4.7Penetapan Faktor Air Semen

    Untuk menetapkan faktor air semen, digunakan standar SNI 03-2834-2002.

    1.)Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari

    bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,

    atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan. 2.)Air

    pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di

    dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam

    agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.

    3.)Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali

    ketentuan berikut terpenuhi: (1)Pemilihan proporsi campuran beton harus

    didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

    (2)Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat

    dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan

    sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat

    dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus

    dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan

    diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis.

    2.4.8Menetapkan Faktor Air Semen Maksimum

    FAS maksimum ditetapkan berdasarkan grafik 1 SNI 03-2834-2002.JikaFAS yang diperoleh dari grafik 1 lebih besar dari FAS yang diperoleh

    sebelumnya, maka digunakan FAS yang terkecil diantara keduanya.

    2.4.9Menentukan Nilai Slump

    Nilai Slump dapat ditentukan dengan mempertimbangkan atas dasar

    pelaksanaan pembuatan, cara mengangkut (alat yang digunakan), penuangan

    (percetakan), pemadatan, maupun jenis strukturnya.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    9/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 92013 - 2014

    2.4.10 Menetapkan Ukuran Agregat Maksimum

    Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum,

    yaitu 40 mm, 30 mm, 20 mm, dan 10 mm.

    2.4.11 Menetapkan Kebutuhan Air

    Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut :

    Agregat tidak pecah dan agregat pecah dipergunakan nilai-nilai ada tabel 3

    (persyaratan jumlah semen dan faktor air semen maksimum untuk berbagai

    macam pembetonan dalam lingkungan khusus).

    Agregat campuran (pecah dan tidak pecah) dihitung menurut rumus berikut :

    2/3 Wh + 1/3 Wk

    Dimana :

    Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus.

    Wk = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.

    2.4.12 Menetapkan Berat Semen yang diperlukan

    Untuk menentukan kadar semen yang diperlukan, yaitu dengan membagi

    kebutuhan air dengan FAS.

    2.4.13 Kebutuhan Semen Minimum

    Kebutuhan semen minimum ini disyaratkan untuk menghindarkan beton

    dari kerusakan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh lingkungan khusus.

    Kebutuhan semen minimum dapat ditetapkan dengan tabel 4 (ketentuan untuk

    beton yang berhubungan dengan air tanah yng mengandung sulfat) dan tabel 5(ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air).SNI 03-2834-2002.Rasio

    air semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang akan

    digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti diperlihatkan pada

    kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang disyaratkan oleh 7.3(2), kecuali

    bila rasio air semen yang lebih rendah atau kuat tekan yang lebih tinggi

    disyaratkan oleh pasal 6.

    *7.3(2) Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji

    yang memenuhi 7.3(1(1))(seperti pada standar deviasi di atas, tetapi

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    10/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 102013 - 2014

    mempunyai catatan uji dari pengujian sebanyak 15 contoh sampai 29 29 contoh

    secara berurutan, maka deviasi standar ditentukan sebagai hasil perkalian antara

    nilai deviasi standar yang dihitung dan faktor modifikasi pada tabel 4. Agar

    dapat diterima harus memenuhi persyaratan (a) dan (b) dari 7.3(1(1)), dan hanya

    mewakili catatan tunggal dari pengujian-pengujian yang berurutan dalam

    periode waktu tidak kurang dari 45 hari kalender

    2.4.14 Menentukan Golongan Pasir

    Golongan pasir ditentukan dengan cara menghitung hasil ayakan sehingga

    dapat ditentukan golongannya. Dalam SNI 03-2834-2002, kekasaran pasir

    dibagi menjadi 4 zona, yaitu :

    Zona 1 : pasir kasar.

    Zona 2 : pasir agak kasar.

    Zona 3 : pasir agak halus.

    Zona 4 : pasir halus.

    2.4.15

    Menentukan Perbandingan Pasir dan Kerikil

    Untuk menentukan perbandingan pasir dan kerikil, dicari dengan bantuan

    tabel 10, tabel 11, tabel 12, dan tabel 13.

    Dengan melihat nilai slump yang diinginkan, ukuran butir maksimum, zona

    pasir, dan faktor air semen (FAS).

    2.4.16 Menentukan Berat Pasir dan Kerikil

    Menentukan berat pasir dan kerikil dapat menggunakan acuan rumussebagai berikut :

    Berat Pasir + Berat Kerikil = Berat BetonKebutuhan AirKebutuhan Semen.

    2.4.17 Menentukan Kebutuhan Pasir

    Kebutuhan Pasir : kebutuhan pasir dan kerikil presentase berat pasir.

    Kebutuhan Kerikil : kebutuhan pasir dan kerikilkebutuhan pasir.

    Dengan diketahuinya bahan penyusun tersebut, maka dapat ditentukan

    perbandingannya.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    11/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 112013 - 2014

    2.4.18 Umur Beton

    Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton

    tersebut. Kecepatan bertambahnya umur beton sangat dipengaruhi oleh beberapa

    faktor, antara lain : FAS dan perawatan.

    Perawatan yang baik setelah pengangkatan beton dari cetakan akan

    mempengaruhi kekuatan beton yang terus akan bertambah. Sehingga, kekuatan

    beton yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    12/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 122013 - 2014

    BAB III

    PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS

    3.1. Teori Dasar

    Pasir merupakan agregat halus untuk campuran beton sebagai hasil disintegrasi alami

    dari batu-batuan. Agregat halus ialah agregat yang semua butirannya lolos ayakan berlubang

    4.8 mm atau 5 mm. Sebagai bahan campuran beton, pasir harus dapat memenuhi syarat

    sebagai berikut :

    a.

    Butiran harus tajam dan keras serta bersifat kekal terhadap pengaruh cuaca yang

    dapat merusaknya.

    b. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, bila lebih maka pasir itu harus

    dicuci.

    c. Tidak boleh mengandung bahan organik yang dapat merusak kualitas beton.

    Masalah gradasi sangat penting pada pekerjaan beton, sehingga sedapat mungkin

    gradasinya harus tetap, sebab jika tidak tetap akan berpengaruh pada pengerjaan dan mutu

    beton yang akan dihasilkan. Gradasi pasir, kerikil dan semen berpengaruh pada sifat

    pengerjaan dan mutu beton yang dihasilkan. Jika keadaan tersebut diatas tidak dapat dipenuhi

    maka pekerjaan beton dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor teknis ataupun

    ekonomisnya.

    3.2. Tujuan

    Untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus.

    3.3.

    Bahan

    Pasir alam atau batuan dari sungai atau gunung dengan berat 1000 gram.

    3.4. Peralatan

    Peralatan yang digunakan pada percobaan pemeriksaan gradasi agregat halus adalah

    sebagai berikut :

    a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 2 % terhadap benda uji.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    13/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 132013 - 2014

    b.

    Satu set saringan : 4,75 mm (no 4); 2,36 mm (no 8); 1,18 mm (no 16); 0,6 mm (no

    30); 0,3 mm (no 50); 0,15 mm (no 100); 0,075 mm (no 200).

    c.

    Mesin pengguncang saringan. (Tetapi ketika praktikum, kami mengayak secara

    manual tanpa mesin pengguncang).

    d. Talam-talam.

    3.5. Pelaksanaan

    Menimbang bahan seberat 1000 gram.

    Bahan diayak dengan susunan ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3

    mm; 0,15 mm; 0,075 mm; dan Pan selama 15 menit.

    Bahan yang tinggal diatas masing-masing ayakan ditimbang.

    3.6. Hasil Pengujian

    ANALISA GRADASI AGREGAT HALUS

    Lubang SaringanPasir

    Tertinggal % Kumulatif

    No. mm gram % Tertinggal Lolos3" 76.200 - - - -

    2.5" 63.500 - - - -

    2" 50.800 - - - -

    1.5" 38.100 - - - -

    1" 25.400 - - - -

    3/4" 19.100 - - - -

    1/2" 12.700 - - - -

    3/8" 9.500 0.000 0.000 0.000 100.000

    4 4.760 33.700 3.405 3.405 96.595

    8 2.380 55.000 5.558 5.558 94.442

    16 1.190 86.500 8.741 14.299 85.701

    20 0.590 236.700 23.919 38.217 61.783

    50 0.297 311.100 31.437 69.654 30.346

    100 0.149 193.700 19.574 89.228 10.772

    200 0.075 39.700 4.012 93.240 6.760

    Pan 33.200 3.355 96.595 3.405

    Total 989.600 100.000 410.196 489.804

    Tabel 3.1 Analisa Gradasi Agregat Halus

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    14/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 142013 - 2014

    Kehilangan = 1,000 gram989.6 gram= 10.4 gram.

    Contoh perhitungan mata ayakan no 8

    % tertinggal mata ayakan no 8

    % tertinggal =

    = = 5.558 %

    % kumulatif tertinggal = % kumulatif tertinggal no 4 + % tertinggal no 8

    = 3.405 % + 5.558 % = 8.963 %

    % kumulatif lolos = 100 % - 8.963 % = 91.037 %

    Modulus halus pasir =100

    4,8,16,30,50,100% noayakantertahanyang

    =434.034

    100 = 4.340

    Yang termasuk jumlah % yang tertinggal dalam perhitungan modulus halus pasir adalah

    % yang tertinggal pada lubang saringan ukuran 0,149 (no.100); 0,297 (no.50); 0,59 (no.30);

    1,19 (no.16) dan seterusnya yang merupakan 2x ukuran lubang saringan sebelumnya. Data

    yang didapat dihitung dari persentase jumlah persentase tertahan dan persentase lolos. Dari

    hasil tersebut bisa diketahui angka modulus lembut dari pasir tersebut. Dari persentase jumlah

    yang kita dapatkan dijumlah dan dibagi 100, itu yang disebut angka modulus halus.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    15/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 152013 - 2014

    Grafik 3.1 Grafik Lengkung Ayakan Agregat Halus

    Grafik 3.2 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 1

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    16/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 162013 - 2014

    Grafik 3.3 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 2

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    17/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 172013 - 2014

    Grafik 3.4 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 3

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    18/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 182013 - 2014

    Grafik 3.5 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 4

    3.6 Pembahasan

    Dari hasil perhitungan, selanjutnya ditentukan batas gradasi agregat halus dengan

    menggunakan grafik daerah gradasi. Data yang dimasukkan dalam grafik meliputi ukuran

    mata ayakan sebagai sumbu x, dan % yang lewat ayakan (lolos ayakan). Setelah data yang ada

    dimasukkan dalam grafik, maka diketahui bahwa agregat halus yang diperiksa dalam

    praktikum termasuk dalam daerah gradasi zona 2. Hal ini dikarenakan grafik yang terbentukmemiliki alur yang mengikuti alur grafik daerah gradasi zona 2, dan berada pada daerah

    gradasi zona 2.

    Setelah penentuan gradasi agregat halus, langkah selanjutnya adalah menghitung

    besarnya modulus kehalusan. Modulus kehalusanadalah suatu faktor empiris yang didapat

    dengan menjumlahkan agregat yang tertahan oleh tiap-tiap saringan pada suatu seri saringan

    tertentu, kemudian membagi jumlah ini dengan 100.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    19/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 192013 - 2014

    Setelah modulus halus dan sisa ayakan diperoleh, maka dilakukan analisis sesuai

    dengan standar yang digunakan. Standar yang digunakan antara lain:

    ASTM C3537, disyaratkan standar modulus kehalusan (finness modulus) agregat

    halus berkisar antara 2,33,1.

    SNI 03-2834-2002, gradasi pasir dibedakan menjadi 4 zona, yaitu : Zona 1 (pasir

    kasar), Zona 2 (pasir agak kasar), Zona 3 (pasir agak halus), Zona 4 ( pasir halus).

    Kadar lempung (berat butiran pasir lebih dari ukuran saringan 200) = 33.2/1000 x 100%

    = 3.32 %. Kadar lempung < 5%, maka agregat halus tersebut baik dan bisa digunakan

    sebagai campuran beton (SK SNIS041989F : 28 ; PBI 1971).

    3.7. Kesimpulan

    Menurut ASTM C35-37standar modulus kehalusan untuk agregat halus (pasir)

    adalah 2.3-3.1, karena dalam perhitungan didapatkan modulus lembut agregat

    halus (pasir) adalah 4,340, berarti gradasi pasir tidak memenuhi standar ASTM C

    35-37, tetapi memenuhi standar PBI 1971 Agregat halus harus terdiri dari butir

    butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan

    yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat syarat sisa di

    atas ayakan 4 mm minimum 2% berat; sisa di atas ayakan 1 mm minimum 10%

    berat dan sisa di atas ayakan 0,25 mm berkisar antara 80% - 90% berat. Jadi

    agregat halus bisa digunakan sebagai bahan campuran beton.

    Pada hasil percobaan di atas, gradasi pasir masuk di batas gradasi agregat halus

    berada di zona 2.

    3.1.9 Gambar Alat, Bahan dan Aktifitas Dalam Pemeriksaan Gradasi Pasir

    Gambar Sample Agregat Halus dan Ayakan Agregat Halus (Pasir)

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    20/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 202013 - 2014

    Gambar Aktivitas mengayak pasir menggunakan ayakan

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    21/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 212013 - 2014

    BAB IV

    PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT KASAR

    4.1 Teori Dasar

    Pada dasarnya kerikil seperti halnya pasir terbentuk dari hasil proses disintegrasi batuan

    alam. Sebenarnya, kerikil merupakan salah satu jenis dari agregat kasar yang berupa natural

    sand. Jenis lain dari agregat kasar adalah batu pecah atau batu kericak yang merupakan hasil

    dari mesin pemecah batu atau stone crusher.

    Sebagai bahan untuk campuran beton, kerikil harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

    Terdiri dari butir keras tidak berpori.

    Bersifat kekal, artinya tahan terhadap pengaruh cuaca.

    Tidak mudah pecah.

    Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (dari berat kering), Lumpur artinya

    bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila melalui 1%, maka

    agregat harus dicuci.

    Kerikil yang butirnya pipih dan tajam mempunyai daya pengikat yang jelek, oleh karena

    itu pemakaiannya dibatasi maksimum 20%. Sedangkan batu pecah biasanya dalam praktek

    mempunyai bentuk tajam dan keras. Bentuk ideal dari batu pecah adalah mendekati kubus

    atau balok, bentuk tajam dan kasar akan membuat beton tidak ekonomis lagi sebab pemakaian

    semen akan besar untuk tercapainya sifat workability.

    Mempertahankan gradasi kerikil agar tetap konstan adalah sangat penting, karena

    berpengaruh pada mutu beton. Maksudnya agar kerikil dan pasir (diameter 0,14-5 mm) dapat

    membentuk susunan agregat yang padat (beton padat) sehingga kekuatan beton akan besar.

    Namun apabila situasi tidak memungkinkan untuk memperoleh hasil yang disyaratkan, maka

    dapat diambil suatu pendekatan antara persyaratan teknis dan ekonomisnya dalam batas-batas

    tertentu.

    4.2 Tujuan

    Untuk menentukan pembagian butir gradasi agregat kasar.

    Untuk menentukan modulus kehalusan dalam butiran kerikil.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    22/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 222013 - 2014

    4.3 Bahan

    Kerikil batu pecah dengan berat 10,000 gram.

    4.4 Peralatan

    a.

    Timbangan dan neraca dengan ketelitian 2 % terhadap benda uji.

    b. Satu set saringan : 4,75 mm (no 4); 2,36 mm (no 8); 1,18 mm (no 16); 0,6 mm (no

    30); 0,3 mm (no 50); 0,15 mm (no 100); 0,075 mm (no 200).

    c.

    Talam-talam.

    4.5 Pelaksanaan

    a. Bahan ditimbang seberat 10 kg dalam ember plastik pada timbangan.

    b.

    Ayakan disusun mulai diameter terbesar di atas sampai yang terkecil.

    c. Mengayak bahan secara manual.

    d. Menimbang bahan-bahan yang tertahan pada masing-masing saringan.

    4.6 Hasil Pengujian

    ANALISA GRADASI AGREGAT KASAR

    Lubang SaringanPasir

    Tertinggal % Kumulatif

    No. mm gram % Tertinggal Lolos3" 76.200 - - - -

    2.5" 63.500 - - - -

    2" 50.800 - - - -

    1.5" 38.100 0.000 0.000 0.000 0.000

    1" 25.400 1,060.000 10.632 10.632 89.368

    3/4" 19.100 4,360.000 43.731 54.363 45.637

    1/2" 12.700 3,430.000 34.403 88.766 11.234

    3/8" 9.500 760.000 7.623 96.389 3.611

    4 4.760 300.000 3.009 99.398 0.602

    8 2.380 - - - -

    16 1.190 - - - -

    20 0.590 - - - -

    50 0.297 - - - -

    100 0.149 - - - -

    200 0.075 - - - -

    Pan 60.000 0.602 100.000 0.000

    Total 9970.000 100.000 449.549 250.451

    Tabel 4.1 Analisa Gradasi Agregat Kasar

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    23/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 232013 - 2014

    Kehilangan =10,000 gram9,970 gram=30 gram.

    Contoh perhitungan mata ayakan no. 3/4(0,75)

    % tertinggal mata ayakan no. 3/4

    % tertinggal =

    = 4,360/9,970 x 100% = 43.731%

    % kumulatif tertinggal = % kum tertinggal no 1 + % tertinggal no 3/4

    = 10.632 % + 43.731 % = 54.363%

    % kumulatif lolos = 100 % - % kumulatif tertinggal no 3/4= 100 % - 54.363 % = 45.637 %

    Modulus kehalusan kerikil =100

    "4/3,"8/3,4,8,16,30,50,100.% noayakantertahanyang

    =449.549

    100

    = 4.495

    Yang termasuk jumlah % yang tertinggal dalam perhitungan Modulus halus agregat kasar

    adalah % yang tertinggal pada lubang saringan ukuran 0,149(no.100); 0,297(no.50);

    0,59(no.30); 1,19(no.16) dan seterusnya yang merupakan 2x ukuran lubang saringan

    sebelumnya.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    24/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 242013 - 2014

    Grafik 4.1 Grafik Lengkung Ayakan Agregat Kasar

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    25/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 252013 - 2014

    Grafik 4.2 Grafik Batas Agregat Kasar Ukuran Maksimum 10 mm

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    26/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 262013 - 2014

    Grafik 4.3 Grafik Batas Agregat Kasar Ukuran Maksimum 20 mm

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    27/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 272013 - 2014

    Grafik 4.4 Grafik Batas Agregat Kasa Ukuran Maksimum 40 mm

    4.7 Pembahasan

    Batas gradasi kerikil ukuran maksimum adalah 40 mm. Berdasarkan grafik, % lolos

    kerikil pada ukuran mata ayakan 38 mm dan 76 mm masuk dalam batas atas gradasi

    kerikil, sedangkan batas bawah pada ukuran mata ayakan 9,6 mm dan 19 mm berada

    di luar batas gradasi kerikil. Agar % lolos kerikil masuk dalam syarat batas gradasi,

    maka dilakukan penambahan jumlah kerikil (agregat kasar).Dengan tindakan ini, persentase agregat kasar yang lolos pada ayakan dengan

    ukuran 9.6 mm dan 19 mm dapat masuk sehingga agregat kasar yang ada dapat

    digunakan sebagai campuran beton.

    Kadar lempung (berat butiran pasir lebih dari ukuran saringan 200)

    = 60/10000 x 100% = 0.6 %

    Kadar lempung < 1%, maka agregat kasar tersebut baik dan bisa digunakan sebagai

    campuran beton (SNI 03-4141-1996).

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    28/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 282013 - 2014

    4.8 Kesimpulan

    Dalam perhitungan yang dilakukan, didapatkan modulus halus agregat kasar

    (kerikil) adalah 4.495. Menururt ASTM C 35-37 modulus kehalusan agregat kasar =

    7,49-9,55. Jadi, agregat kasar tidak memenuhi standar ASTM, tetapi memenuhi

    standar PBI 1971 Agregat kasar harus terdiri dari butir butir yang beraneka

    ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam

    pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat sisa di atas ayakan 31,5 mm 0%

    berat; sisa diatas ayakan 4 mm berkisar antara 90% - 98% berat; selisih antara sisa

    sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan minimum 10 % berat dan

    maksimum 60% berat. Jadi agregat kasar bisa di gunakan sebagai campuran beton.

    Pada hasil percobaan di atas gradasi kerikil masuk di batas gradasi kerikil ukuran

    maksimum 40 mm.

    4.9Gambar Alat, Bahan dan Aktifitas Dalam Pemeriksaan Gradasi Kerikil

    Gambar Agregat Kasar (Kerikil) dan Ayakan Agregat Kasar (Kerikil)

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    29/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 292013 - 2014

    BAB V

    PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

    5.1 Dasar Teori

    Yang dimaksud dengan kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat

    kering agregat yang dinyatakan dalam presentase. Kadar air agregat menentukan mutu beton

    yang dihasilkan. Selain itu, kadar air agregat berfungsi untuk menentukan besarnya

    kandungan air, pasir dan kerikil untuk pembuatan mix designsehingga diperoleh komposisi

    ideal.

    Besarnya kandungan air pada agregat perlu diketahui untuk mengontrol besarnya

    jumlah air di dalam suatu campuran beton. Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya

    dibagi atas:

    1. Kering oven

    Yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran beton secara

    maksimal.

    2. Kering udara

    Yaitu kondisi agregat yang kering permukaan namun mengandung sedikit air di

    rongga-rongganya. Agregat jenis ini juga dapat menyerap air di dalam campuran

    walaupun tidak dengan kapasitas penuh.

    3. Jenuh dengan permukaan kering (SSD-Saturated Surface Dry)

    Yaitu kondisi agregat yang permukaan kering, namun semua rongga-rongganya terisi

    air. Di dalam campuran beton, agregat dengan kondisi ini tidak akan menyerap

    ataupun menyumbangkan air ke dalam campuran.

    4.

    Basah

    Yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada permukaannya.

    Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam campuran,sehingga

    bila tidak diperhitungkan akan mengubah nilai rasio air-semen di dalam campuran.

    Berdasarkan PBI 1971 pengerjaan Perencanaan Campuran Beton, disebutkan bahwa :

    Kadar air agregat secara umum (kasar dan halus) harus kurang dari 5%.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    30/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 302013 - 2014

    5.2 Tujuan

    Untuk menentukan prosentase kadar air yang dikandung agregat.

    5.3 Bahan

    Agregar halus (pasir)

    Agregat kasar (kerikil)

    5.4 Peralatan

    Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat benda uji

    Oven pengatur suhu kapasitas (110 + 5) C

    Talam

    5.5 Pelaksanaan

    Menimbang dan mencatat berat talam .

    Memasukkan benda uji basah ke dalam talam , dan kemudian menimbang talam

    dan benda uji.

    Menghitung berat benda uji basah..

    Memasukkan benda uji basah ke dalam oven dengan suhu 110oC.

    Menimbang benda uji yang telah dioven.

    Menghitung kadar air agregat.

    5.6 Hasil Percobaan

    KADAR AIR AGREGAT HALUS

    Nomor Talam A B1 Berat Talam + Contoh basah (gr) 52.800 63.700

    2 Berat Talam + Contoh kering (gr) 51.800 62.300

    3 Berat Air = (1)-(2) (gr) 1.000 1.400

    4 Berat Talam (gr) 32.800 36.5005 Berat Contoh Kering = (2)-(4) (gr) 19.000 25.8006 Kadar Air = (3)/(5) (%) 5.263% 5.426%

    7 Kadar Air rata-rata (%) 5.345%

    Tabel 5.1 Kadar Air Agregat Halus

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    31/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 312013 - 2014

    KADAR AIR AGREGAT KASAR

    Nomor Talam A B1 Berat Talam + Contoh basah (gr) 76.400 79.900

    2 Berat Talam + Contoh kering (gr) 76.200 79.600

    3 Berat Air = (1)-(2) (gr) 0.200 0.300

    4 Berat Talam (gr) 34.500 31.300

    5 Berat Contoh Kering = (2)-(4) (gr) 41.700 48.300

    6 Kadar Air = (3)/(5) (%) 0.480% 0.621%

    7 Kadar Air rata-rata (%) 0.550%

    Tabel 5.2 Kadar Air Agregat Kasar

    5.7

    Pembahasan Kadar Air Agregat Halus

    Talam A

    Berat talam + contoh basah = 52.8gr

    Berat talam + contoh kering = 51.8 gr

    Berat air = (berat talam + contoh basah)(berat talam + contoh kering)

    = 52.8 gr51.8 gr = 1 gr

    Berat talam = 32.8 gr

    Berat contoh kering = (berat talam + contoh kering)berat talam= 51.8 gr32.8 gr = 19 gr

    Kadar air = (berat air / berat contoh kering) x 100 %

    = (1 gr / 19 gr) x 100 % = 5.263 %

    Kadar air rata-rata = 5.354 %

    Kadar air pasir pada talam A = 5.263 % dan pada talam B = 5.426 %. Untuk kadar

    air rata-rata diperoleh 5.354 %

    5.8 Pembahasan Kadar Air Agregat Kasar

    Talam A

    Berat talam + contoh basah = 76.4 gr

    Berat talam + contoh kering = 76.2 gr

    Berat air = (berat talam + contoh basah)(berat talam + contoh kering)

    = 76.4 gr76.2 gr = 0.2 gr

    Berat talam = 34.5 gr

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    32/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 322013 - 2014

    Berat contoh kering = (berat talam + contoh kering)berat talam = 76.2 gr34.5

    gr = 41.7 gr

    Kadar air = (berat air / berat contoh kering) x 100 % = (0.2 gr / 41.7 gr) x 100 % =

    0.48 %

    Kadar Air rata-rata = 0.55 %.

    Kadar air kerikil pada talam A = 0.48 % dan pada talam B = 0.621 %. Untuk

    kadar air rata-rata diperoleh 0.55 %

    5.9 Kesimpulan

    Kadar air agregat halus (pasir) : 5.345 %

    Kadar air agragat kasar (kerikil) : 0.550 %

    5.10 Gambar Alat, Bahan dan Aktifitas Dalam Pemeriksaan Kadar Air Agregat

    Gambar Timbangan Gambar Oven

    Gambar Timbangan Praktikan Mengambil Agregat dari Oven

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    33/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 332013 - 2014

    BAB VI

    PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT

    6.1 Dasar Teori

    Yang dimaksud dengan berat isi agregat, adalah perbandingan antara berat benda

    uji dengan volume alat ukur. Berat isi ini diperoleh dengan memasukkan benda uji

    kedalam alat ukur yang telah diketahui volumenya, sehingga berat benda uji tersebut dapat

    diketahui dengan dua cara yaitu dengan cara Roddingdan Shovelling.

    Cara Rodding,yaitu jika pasir dan kerikil yang dimasukkan ember ditusuk-tusuk

    sebanyak 25 kali, yaitu 25 kali tusukan ketika ember terisi 1/3 pasir atau kerikil, dan 25

    kali tusukan berikutnya ketika ember terisi 2/3 pasir atau kerikil dan terakhir 25 kali

    tusukan ketika ember terisi penuh oleh pasir atau kerikil, kemudian diisi penuh tanpa

    penusukan, penusukan dilakukan dengan tongkat tusuk. Sedangkan cara Shovelling

    adalah jika pasir atau kerikil yang dimasukkan kedalam ember dengan cara biasa (tidak

    ditusuk-tusuk).

    6.2 Tujuan

    Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan berat isi agregat (pasir dan

    kerikil).

    6.3 Bahan

    Pasir alam / buatan dari sungai / gunung.

    Kerikil batu pecah / buatan dari sungai / gunung.

    6.4 Peralatan

    Timbangan kapasitas 1 kg dengan ketelitian 0,1 gr

    Tongkat penusuk baja, panjang 600 mm dan diameter 16 mm.

    Kotak takar.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    34/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 342013 - 2014

    6.5 Pelaksanaan

    1. Rodding

    1.

    Timbang kotak takar kosong.

    2. Timbang kotak takar berisi air penuh.

    3. Isi masing-masing kotak takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama tebal,

    dimana tiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali.

    4.

    Timbang kotak takar yang berisi benda uji

    2. Shovelling

    1.

    Timbang kotak takar kosong.

    2. Timbang kotak takar berisi air penuh.

    3.

    Isi masing-masing kotak takar sampai lebih dan tinggi tidak lebih dari 2 inci(2)

    4. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.

    5. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.

    6.6 Hasil Pengujian

    Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel:

    PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT HALUS

    1 Berat takaran (gr) 1,061.000 1,061.000

    2 Berat takaran + air (gr) 3,060.000 3,060.000

    3 Berat air = (2)-(1) (gr) 1,999.000 1,999.000

    4 Volume air = (3)/(1) (cc) 1.884 1.884

    CARA RODDED SHOVELED

    5 Berat Takaran (gr) 1,061.000 1,061.000

    6 Berat takaran + benda uji (gr) 3,920.000 3,500.000

    7 Berat benda uji = (6)-(5) (gr) 2,859.000 2,439.0008 Berat isi agregat halus = (7)/(4) (gr/cc) 1,517.458 1,294.537

    9 Berat isi agregat halus rata-rata (gr/cc) 1,405.997

    Tabel 6.1 Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    35/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 352013 - 2014

    Perhitungan berat isi agregat halus

    1. Berat takaran = 1,061gr

    2.

    Berat takaran + air = 3,060 gr

    3.

    Berat air = (berat takaran + air)berat takaran

    = 3,060 gr1,061 gr = 1,999 gr

    4. Volume air = berat air / berat takaran

    = 1,999 gr / 1,061 gr = 1.884 cc

    Cara Rodded

    1. Berat takaran = 1,061 gr

    2.

    Berat takaran + benda uji = 3,920 gr

    3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji )berat takaran

    = 3,920 gr1,061 gr = 2,859gr

    4.

    Berat isi agregat halus = berat benda uji / volume air

    = 2,859 gr / 1.884 cc = 1,517.458 gr/cc

    Cara Shovelled

    1. Berat takaran = 1,061 gr

    2.

    Berat takaran + benda uji = 3,500 gr

    3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji )berat takaran

    = 3,500 gr1,061 gr = 2,439gr

    Berat isi agregat halus = berat benda uji / volume air

    = 2,439 gr / 1.884 cc = 1,294.537 gr/cc

    PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT KASAR

    1 Berat takaran (gr) 1,061.000 1,061.000

    2 Berat takaran + air (gr) 3,060.000 3,061.000

    3 Berat air = (2)-(1) (gr) 1,999.000 2,000.000

    4 Volume air = (3)/(1) (cc) 1.884 1.885

    CARA RODDED SHOVELED

    5 Berat Takaran (gr) 1,061.000 1,061.000

    6 Berat takaran + benda uji (gr) 4,120.000 3,780.000

    7 Berat benda uji = (6)-(5) (gr) 3,059.000 2,719.000

    8 Berat isi agregat kasar = (7)/(4) (gr/cc) 1,623.611 1,442.430

    9 Berat isi agregat kasar rata-rata (gr/cc) 1,533.020

    Tabel 6.2 Pemeriksaan Isi Agregat Kasar

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    36/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 362013 - 2014

    Perhitungan berat isi agregat kasar

    1. Berat takaran = 1,061 gr

    2.

    Berat takaran + air = 3,060 gr

    3.

    Berat air = (berat takaran + air)berat takaran

    = 3,060 gr1,061 gr = 1,999 gr

    4. Volume air = berat air / berat takaran

    = 1,999 gr / 1,061 gr = 1.884 cc

    Cara Rodded

    1.

    Berat takaran = 1,061 gr

    2.

    Berat takaran + benda uji = 4,120 gr

    3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji )berat takaran

    = 4,120 gr1,061 gr = 3,059gr

    4.

    Berat isi agregat kasar = berat benda uji / volume air

    = 3,059 gr / 1.884 cc = 1,623.611 gr/cc

    Cara Shovelled1. Berat takaran = 1,061 gr

    2. Berat takaran + benda uji = 3,780 gr

    3.

    Berat benda uji = (berat takaran+benda uji )berat takaran

    = 3,780 gr1,061 gr = 2,719gr

    4. Berat isi agregat kasar = berat benda uji / volume air

    = 2,719 gr / 1.884 cc = 1,442.430 gr/cc

    6.7 Pembahasan

    1. Berat isi Rodded > dari berat isi Shovelled. Hal ini dikarenakan tusukan-tusukan

    sehingga volume menjadi lebih padat dan berat isi menjadi lebih besar.

    2. Berat isi juga dipengaruhi oleh gradasi butiran.

    3.

    Bila bentuk butiran agregat bulat, maka gesekan antar butiran adalah kecil, sehingga

    berat isi menjadi besar. Sebaliknya apabila butiran agregat adalah batu pecah, maka

    berat isi akan menjadi kecil.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    37/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 372013 - 2014

    6.8 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh berat isi :

    a.

    Agregat Halus (Pasir):

    CaraRodded : 1517,458 gr/cc

    Cara Shovelled : 1294,537 gr/cc

    b. Agregat Kasar (Kerikil):

    CaraRodded : 1623,611gr/cc

    Cara Shovelled : 1442,430 gr/cc

    Berat isiRodded > dari berat isi Shovelled

    Pemeriksaan berat isi dengan cara shovelled lebih cocok digunakan di

    lapangan.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    38/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 382013 - 2014

    BAB VII

    BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

    7.1 Dasar Teori

    Yang dimaksud dengan Specific Gravitykerikil adalah perbandingan antara berat kering

    udara dengan berat air yang terkandung dalam kerikil tersebut. Sedangkan penyerapan atau

    absorpsi kerikil adalah banyaknya air yang dikandung dalam kerikil tersebut. Berat jenis

    curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama

    dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 oC. Berat jenis kering permukaan jenuh

    ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang

    isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 oC.Berat jenis semu ialah

    perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering pada suhu 25 oC. Penyerapan

    ialah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering (%).

    7.2 Tujuan

    Untuk mengetahui apakah kerikil dalam keadaan tersebut, bisa dipakai untuk

    campuran beton atau tidak.

    Untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis kering

    permukaan jenuh, berat jenis semu dan penyerapan air pada agregat kasar.

    7.3 Bahan

    a. Kerikil batu pecah atau buatan dari sungai atau gunung seberat 5 kg.

    b. Kerikil tertahan oleh saringan no. 4 (4,75 mm).

    7.4 Peralatan

    Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no. 6) / 2,36 mm (no. 8) dengan kapasitas 5 kg.

    Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesui untuk pemeriksaan. Tempat ini

    harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.

    Timbangan dengan kapasitas 10 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang

    ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.

    Oven pengatur suhu kapasitas (110 5) oC.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    39/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 392013 - 2014

    Saringan no. 4 (4,75 mm).

    7.5 Pelaksanaan

    a.

    Mengambil agregat basah.

    b.

    Mengelap agregat basah sampai kering, sampai berat agregat mencapai 5kg.

    c. Menimbang agregat di dalam air.

    d.

    Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu oven (110 5)0C sampai berat tetap

    selama 24 jam.

    e. Menimbang berat benda uji setelah dioven

    7.6 Hasil Percobaan

    BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

    Nomor Contoh A

    Berat benda uji kering permukaan jenuh Bj (gr) 748.900

    Berat benda uji kering oven Bk (gr) 741.300

    Berat benda uji dalam air Ba (gr) 360.000

    Nomor Contoh A

    Berat Jenis CurahBk / (Bj-Ba) 1.906(Bulk Spesific Grafity)

    Berat Jenis Kering Permukaan JenuhBj / (Bj-Ba) 1.926

    (Bulk Spesific Grafity Saturated Surface Dry)

    Berat Jenis SemuBk / (Bk-Ba) 1.944

    Apparent Spesific Gravity)

    Penyerapan (%)(Bj-Bk) / Bk x 100% 1.025%

    (Absorption)

    Tabel 7.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

    Cara perhitungan

    Bk = Berat benda uji kering oven (gram).

    Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram).

    Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh didalam air (gram).

    a. Berat jenis curah =Bk

    (Bj Ba)=

    741,300

    (748,900 360,000)=1.906

    b. Berat jenis kering permukaan jenuh =

    Bj

    (Bj

    Ba)

    =748.900

    (748.900

    360.000)

    =1.926

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    40/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 402013 - 2014

    c. Berat jenis semu = Bk

    (Bk Ba)=

    741.300

    (741.300 360.000)=1.944

    d.

    Penyerapan air =

    (Bj Bk)

    Bk=(748.900 741.300)

    741.300=1.025%

    7.7 Pembahasan

    Berdasarkan ASTM C 128 penyerapan air pada agregat di hitung setelah proses

    penjenuhan selama 24 jam. Dari hasil perhitungan didapatkan penyerapan air

    agregat kasar sangat kecil, yaitu sebesar 1.025 %. Menurut ASTM C 33 besar

    penyerapan maksimum yaitu 2 % ; SNI-03-2461-1991/2002 besarnya penyerapan

    maksimum 3%. Jadi agregat kasar tersebut bisa digunakan sebagai bahan campuran

    untuk pembuatan beton.

    7.8 Kesimpulan

    Hasil pengujian berat isi dan penyerapan agregat kasar didapatkan :

    Berat jenis curah = 1.906

    Berat jenis kering permukaan jenuh = 1.926

    Berat jenis semu = 1.944

    Penyerapan = 1.025 %

    7.9 Gambar Bahan

    Gambar agregat sebelum dan sesudah dioven

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    41/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 412013 - 2014

    BAB VIII

    BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

    8.1 Teori Dasar

    Berat jenis (Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat kering udara dengan

    berat air yang berat volumenya sama dengan volume sample pada suha atau temperature

    yang sama.

    Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling

    yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.

    Berat jenis kering permukaan jenuh ialah perbandingan antara berat agregat kering

    permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan

    jenuh pada suhu 25 oC.

    Berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering

    pada suhu 25 oC.

    Penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat

    kering (%).

    8.2 Tujuan

    Untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis kering

    permukaan jenuh, berat jenis semu dan penyerapan air pada agregat halus.

    8.3 Bahan

    Pasir alam atau buatan dari sungai atau gunung seberat 1000 gram.

    Pasir lolos oleh saringan no 4 (4,75 mm).

    8.4 Peralatan

    Timbangan yang mempunyai kapasitas lebih dari 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram

    Piknometer kapasitas 500 ml

    Kerucut terpancung diameter atas (40+3) mm, diameter bawah (90+3) mm dan tinggi

    (75+3) mm dibuat dari logam dengan tebal 0.8 mm.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    42/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 422013 - 2014

    Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat (340+15) gram dan diameter

    (25+3) mm

    Saringan no. 4 (4,475 mm)

    Oven pengatur suhu kapasitas (110+5)oC

    8.5 Pelaksanaan

    a.

    Menimbang agregat halus seberat 500gr.

    b. Menimbang piknometer kosong.

    c. Menimbang air + piknometer.

    d.

    Memasukkan agregat yang telah ditimbang ke dalam piknometer kosong.

    e. Menambahkan air ke dalam piknometer hingga ketinggian piknometer terisi air.

    f. Mengeluarkan agregat yang telah basah dari piknometer ke dalam wadah.

    g. Mengeringkan agregat di wadah ke dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam.

    h.

    Menimbang benda uji yang telah dioven.

    8.6 Hasil Percobaan

    BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

    Nomor Contoh A

    Berat benda uji kering permukaan jenuh 500 (gr) 500.000

    Berat benda uji kering oven Bk (gr) 493.100

    Berat benda uji dalam air B (gr) 1349.700

    Berat piknometer + benda uji (SSD) + air (pd suhu

    kamar)Bt (gr) 1704.300

    Nomor Contoh A

    Berat Jenis Curah Bk / (B+500-Bt) 3.391(Bulk Spesific Grafity)

    Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh500 / (B+500-Bt) 3.439

    (Bulk Spesific Grafity Saturated Surface Dry)

    Berat Jenis SemuBk / (B+Bk-Bt) 3.560

    Apparent Spesific Gravity)

    Penyerapan (%) (500-Bk) / Bk x

    100%1.399%

    (Absorption)

    Tabel 8.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    43/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 432013 - 2014

    Cara perhitungan

    Bk = berat benda uji kering oven (gram).

    B = berat piknometer berisi air (gram).

    Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram).

    500 = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).

    a.

    Berat jenis curah =Bk

    (B+500 Bt)=

    493.100

    (1349.700+500.000 1704.300)= 3.391

    b.

    Berat jenis kering permukaan jenuh =

    500

    (B+500 Bt)=

    500

    (1349.700+500.000 1704.300)= 3.439

    c.

    Berat jenis semu =Bk

    (B+Bk Bt)=

    493.100

    (1349.700+493.100 1704.300)=3.560

    d. Penyerapan air =(500 Bk)100%

    Bk=(500.000 493.100)100%

    493.100=1.399%

    8.7 Pembahasan

    Berdasarkan ASTM C 128 penyerapan air pada agregat di hitung setelah proses

    penjenuhan selama 24 jam. Dari hasil perhitungan kelompok kami, didapatkan penyerapan

    air pada agregat sebesar 1.399 %. Menurut ASTM C 33 besar penyerapan maksimum yaitu

    2,3% ; SNI-03-2461-1991/2002 besarnya penyerapan maksimum 2%. Jadi, agregat tersebut

    dapat digunakan sebagai bahan campuran beton.

    8.8 Kesimpulan

    Hasil pengujian berat isi dan penyerapan agregat halus didapatkan :

    a. Berat jenis curah = 3.391

    b. Berat jenis kering permukaan jenuh = 3.439

    c. Berat jenis semu = 3.560

    d. Penyerapan = 1.399 %

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    44/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 442013 - 2014

    8.9 Gambar Aktivitas

    Praktikan sedang menggunakan piknometer

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    45/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 452013 - 2014

    BAB IX

    PERENCANAAN MIX DESIGN

    9.1 Tujuan

    Pembuatan bertujuan untuk mempersiapkan benda uji untuk pengujian kuat tekan beton.

    9.2 Bahan

    Dalam praktikum pembuatan beton ini, bahan yang digunakan meliputi semen Portland

    tipe I , kerikil (batu pecah), pasir dan air.

    9.3 Peralatan

    Adapun beberapa peralatan yang digunakan dalam praktikum pembuatan konstruksi

    beton meliputi :

    a. Cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm.

    b.

    Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 600 mm, dengan ujung

    dibulatkan ,terbuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat.

    c. Mesin pengaduk beton.

    d.

    Timbangan dengan ketelitian 0.2 % dari berat contoh.

    e. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam.

    f. Satu set alat pemeriksaanslump(kerucut terpancung).

    9.4 Pelaksanaan

    a. Semen, air, pasir dan kerikil dicampur dengan perbandingan

    1 : 0.600 : 2,839 : 3,322

    b. Kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengaduk beton sedikit demi sedikit.

    c. Tambahkan air ke dalam mesin pengaduk beton secara perlahan.

    d.

    Mesin dihidupkan sampai semua bahan tercampur rata. Bila sudah tercampur

    merata, mesin dimatikan dan campuran beton dituangkan ke dalam cetakan kubus

    yang sudah disiapkan.

    e. Mengambil contoh untuk pengujian slump.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    46/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 462013 - 2014

    f.

    Campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder dan didiamkan selama 1

    hari dan direndam sampai hari ke tujuh.

    9.5

    Perhitungan Mix Design

    Perencanaan campuran beton untuk mutu K 200 (fc 20 MPa) :

    Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami).

    Agregat halus yang dipakai : pasir.

    Diameter agregat maksimum : 20 mm.

    Mutu semen yang dipakai : Tipe I.

    Slump test : 60180 mm.

    Volume kubus : 3,375 x 10-3m3.

    Dari hasil penelitian diperoleh :

    Ditanyakan :

    Komposisi bahan - bahan yang diperlukan untuk 1 m3campuran beton

    Penyelesaian :

    Nilai tambah /Margin (M) = 12 Mpa.

    Kuat tekan rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :

    fcr = fc + Mdimana : fcr = kuat tekan rata-rata (Mpa).

    fc = kuat tekan yang diisyaratkan (Mpa).

    M = nilai tambah /margin (Mpa).

    Ket Kerikil Pasir

    Berat Jenis 1.926 3.439

    Kadar air 0.550% 5.345%

    Penyerapan 1.025% 1.399%

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    47/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 472013 - 2014

    Mix Design

    No. Uraian Nilai Keterangan

    1 Kuat Tekan yang disyaratkan (28 hri, 5 %) 19,62 Mpa20 Mpa 20 MPa pada 28 hari

    2 Deviasi Standar Data di lapangan tidak tersedia

    3 Nilai Tambah (margin) 12 Mpa Diketahui

    4 Kuat Tekan rata-rata target 32,000 (1) + (3)

    5 Jenis Semen Tipe 1 Ditetapkan

    Jenis Agregat : Kasar Batu pecah Ditetapkan

    Jenis Agregat : Halus Pasir Ditetapkan

    7 Faktor Air Semen Bebas 0,740 Dari grafik hal 77

    8 Faktor Air Semen Maksimum 0,600 Ditetapkan

    9 Slump 60 - 180 Dari tabel 6 hal 54

    10 Ukuran Agregat Maksimum 40 mm Dilihat dari grafik agregat kasar zona 3

    11 Kadar Air Bebas 205,000 Dari Tabel 6 Hal 54

    12 Kadar Semen 341,667 (11) / (8)

    13 Kadar Semen Maksimum - -

    14 Kadar Semen Minimum 275,000 Dari tabel 3 hal 51

    15 Faktor Air Semen Penyesuaian - -

    16 Gradasi Agregat Halus Zona 2 Dari grafik hal 65 - 66

    17 Gradasi Agregat Kasar Atau Gabungan Ukuran Maksimum 40 mm Tabel 7, Dari grafik hal 68 - 69

    18 Presentase Agregat Halus 45% Dari grafik hal 83 - 84

    19 Berat Jenis Relatif (SSD) 2,607 Dari (0,45*BJ halus) + (0,55*BJ kasar)

    20 Berat isi Beton 2.345,000 Dari Grafik 16 hal 85

    21 Kadar Agregat Gabungan 1.798,333 (20) - (12) - (11)

    22 Kadar Agregat Halus 809,250 (18) x (21)

    23 Kadar Agregat Kasar 989,083 (21) - (22)

    6

    Tabel 3.9 Mix Design

    9.6 Penjelasan Pengisian Daftar Isian(Formulir)

    1. Kuat tekan karakteristi sudah ditetapkan 20 Mpa untuk umur 28 hari

    2. Deviasi Standart diabaikan karena data lapangan tidak tersedia sebelumnya,atau data

    lapangan kurang dari 15 buah maka kuat tekan rata rata yang di targetkan fcr harus

    diambil tidak kurang darifcr=fcr+ 12 Mpa

    3.Nilai tambah kuat tekan sebesar 12 Mpa sesuai dengan rumus

    4.

    Kuat Tekan Targetfcr =fcr + 12 = 32.0 Mpa

    5. Jenis semen ditetapkan jenis 1

    6. Jenis Agregat Diketahui

    Agregat Halus (pasir) alami

    Agregat Kasar berupa Batu Pecah (koral)

    7. Faktor Air Semen dari tabel 2 diketahui untuk agregat kasar batu pecah(kerikil) dan

    semen type I dengan bentuk benda uji kubus, maka kekuatan tekan beton umur 28

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    48/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 482013 - 2014

    hari yang di harapkan dengan faktor air semen 0,6 adalah 45 kg/cm2. Harga ini

    dipakai untuk membuat kurva yang harus diikuti menurut gambar 2.

    Langkah menentukan faktor air bebas dari grafik

    a.

    Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,6 sampai memotong

    ordinat kuat tekan beton 45, sehingga didapat koordinat ( fas =0,6 ; 45).

    b. Tarik garis lengkung melalui koordinat tersebut membentuk kurva yang

    proporsional terhadap kurva lengkung di bawah dan diatasnya.

    c. Tarik garis mendatar melalui kuat tekan target sebesar 32 Mpa sampai

    memotong kurva baru yang baru saja di buat

    d.

    Tarik Garis lurus dari perpotongan tersebut untuk mendapatkan harga faktor air

    semen yang di perlukan yaitu sebesar: 0,63

    8.Faktor air semen maksimum, dalam hal ini ditetapkan 0,6 sesuai tabel 3.

    9.

    Slump ditetapkan setinggi : 60180 mm sesuai tabel 7.

    10. Ukuran agregat maksimum ditetapkan 40 mm (dilihat dari ukuran butiran maksimum

    pada analisa gradasi ayakan).

    11. Kadar air bebas

    Untuk mendapatkan nilai kadar air bebas lihat tabel 6 yang di buat untuk agregat

    batu alami yang berupa batu pecah.

    12.

    Kadar semen = Kadar air bebas/faktor air semen maksimum

    = 205/0.6 = 341,667 kg/m3

    13.Jumlah semen maksimum tidak ditentukan.

    14.

    Jumlah semen minimum ditetapkan 275 kg/cm3

    15.Faktor Air Semen yang disesuaikan: dalam hal ini dapat di abaikan karena syarat

    minimum jumlah semen sudah dipenuhi.16.Susunan butir agregat halus : dari hasil analisa ayakan didapat bahwa pasir berada

    dalam zona 2.

    17.Presentase agregat halus (bahan yang lebih halus dari 4,8 mm):dtentukan pada grafik

    13 15 untuk kelompok butir agregat maksimum 20 mm pada nilai slump 60-180

    mm dan nilai faktor air semen bebas 0.63. Nilai yang dapat diambil persen agregat

    halus sebesar 45%.

    18.Berat jenis relatif agregat ini adalah berat jenis gabungan, artinya gabungan agregat

    halus dan kasar. Ditentukan dengan rumus berikut:

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    49/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 492013 - 2014

    Menghitung berat isi relatif agregat(SSD)

    BJ agrt. Halus)+

    = ( x 3,439) + ( x 1,926)

    = 2,607 kg/m3

    19. Berat isi beton diperoleh dari grafik 16 dengan cara membuat grafik linier baru yang

    sesuai dengan berat isi relatif gabungan yaitu sebesar 2,607. Titik potong grafik baru ini

    sesuai dengan garis tegak lurus yang menunjukkan kadar air bebas (dalam hal ini 205

    kg/cm3 ), menunjukkan berat isi beton yang dicari, yaitu 2345 kg/cm3.

    20. Kadar agregat gabungan adalah berat isi beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar

    air bebas = 2345341,667205 = 1798,333 kg/cm3.

    21. Kadar agregat halus = persen agregat halus x agregat gabungan

    = 45 % x 1798,333 = 809,250 kg/cm3.

    22.

    Kadar agregat kasar = kadar agregat gabunganagregat halus

    = 1798,333809,250 = 989,083 kg/cm3

    Kebutuhan toeritis semen = 341,67 kg/m3

    Kebutuhan teoritis air = 205 kg/m3

    Kebutuhan teoritis pasir = 809,250 kg/m3

    Kebutuhan teoritis kerikil = 989,083 kg/m3

    Rasio Proporsi teoritis (dalam berat) =

    Semen : Air : Pasir : Kerikil

    1 : 0,6 : 2,369 : 2,895

    Perhitungan kebutuhan untuk campuran uji 0.003375 m3:

    Semen = 0,003375 x 341,67 = 1,15 kg

    Air = 0,003375 x 205 = 0,69 kg

    Pasir = 0,003375 x 809,250 = 2,73 kg

    Kerikil = 0,003375 x 989,083 = 3,34 kg

    45

    100

    100-45

    100

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    50/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 502013 - 2014

    Perhitungan kebutuhan aktual tiap m3:

    Air =

    = 205 (5,345 1,399) x 809,250/100 (0,55 1,025) x

    989,083/100

    = 177,765 kg/m3

    Pasir =

    = 809,250 + (5,345 1,399) x 809,250/100

    = 841,183 kg/m3

    Kerikil =

    = 989,083 + (0,550 1,025) x 989,083/100

    = 984,3849 kg/m3

    Keterangan:

    B = jumlah air (kg/m3)

    C = jumlah agregat halus (kg/m3)

    D = jumlah agregat kasar (kg/m3)

    Ca = absorpsi air pada agregat halus (%)

    Da = absorpsi air pada agregat kasar (%)

    Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)

    Dk= kandungan air dalam agregat kasar (%)

    Perbandingan susunan aktual dalam berat :

    Semen : Air : Pasir : Kerikil

    1 : 0,52 : 2,462 : 2,881

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    51/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 512013 - 2014

    Perhitungan kebutuhan untuk campuran uji 0.003375m3:

    Semen = 0,003375 x 341,67 = 1,153 kg

    Air = 0,003375 x 177,765 = 0,600 kg

    Pasir = 0,003375 x 841,183 = 2,839 kg

    Kerikil = 0,003375 x 984,385 = 3,332 kg

    Cek jumlah campuran beton dalam berat :

    Sebelum Koreksi = Setelah koreksi

    341,667 + 205 + 809,250 + 989,083 = 341,667 + 177,765 + 841,183 + 984,385

    2345 = 2345

    9.7 Gambar yang terkait pengecoran

    Gambar alat pengaduk Gambar Pencetak

    Gambar saat alat pengaduk mengaduk campuran beton

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    52/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 522013 - 2014

    BAB X

    PENGUJIAN SLUMP

    10.1 Tujuan

    Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka slump dan pembuatan benda uji

    sesuai dengan prosedur yang benar

    10.2 Pengertian

    Angka slump menggambarkan sifat-sifat kelecakan ( workability) beton segar.

    10.3 Peralatan

    Peralatan yang diperlukan adalah cetakan dari logam tebal, tongkat berdiameter 16

    mm dan panjang 600 mm, mistar.

    10.4 Bahan

    Dalam percobaan slump ini digunakan campuran beton yang telah tersedia dengan

    perbandingan :

    Semen : Air : Pasir : Kerikil

    1 : 0,520 : 2,462 : 2,881

    10.5 Pelaksanaan Pengujian Slump

    Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah.

    Letakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh.

    Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan. Tiap-tiap

    lapisan berisi kira-kira 1/3 cetakan. Setiap lapisan ditusuk dengan tongkat

    pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata. Tongkat harus masuk sampailapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama, untuk penusukan

    bagian tepi, tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.

    Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat

    dan semua sisa benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan.

    Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.

    Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji. Ukurlah

    slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi

    rata-rata benda uji.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    53/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 532013 - 2014

    10.6 Kesimpulan

    Dari percobaan ini diperoleh benda uji mempunyai nilai slump 15,3 cm = 153 mm.

    Stndar Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971) nilai slump beton segar berkisar 60 - 180 mm.

    Dapat disimpulkan bahwa benda uji tersebut telah memenuhi stndar PBI 1971.

    10.7 Gambar yang Terkait

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    54/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 542013 - 2014

    BAB XI

    PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

    11.1 Dasar Teori

    Beton mempunyai daya tahan yang sangat besar terhadap tekan. Beton terbuat dari

    bahanbahan utama yaitu semen, pasir, air dan kerikil. Pada praktikum uji tekan beton ini

    diharapkan praktikan mengetahui cara penentuan kuat tekan beton rata-rata yaitu kuat dengan

    minimum 30 benda uji ( dalam praktikum ini dibuat 5 benda uji karena terbatasnya waktu

    serta alat yang tersedia ). Syarat yang lain adalah dari benda uji yang ada, yang berada

    dibawah standar kekuatan dibolehkan hanya 5% saja.

    11.2 Maksud dan Tujuan

    Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kuat tekan benda uji (beton) dengan

    benda uji berbentuk kubus.

    11.3 Ruang Lingkup

    Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar yang mewakili campuran beton, bentuk

    benda uji adalah kubus. Hasil Pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan :

    - Perencanaan campuran beton

    - Pengendalian mutu beton dalam pelaksanaan pembetonan

    11.4 Pelaksanaan

    Untuk pelaksanaan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan sebagai

    berikut :

    a. Meletakkan benda uji pada mesin secara sentris.

    b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.

    c.

    Lakukan pembebanan pada benda uji sampai benda uji mengalami keretakan dan

    catat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    55/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 552013 - 2014

    11.5 Hasil Uji Kuat Tekan

    7 hari (fci) 28 hari (fci)

    No kg cm cm kg/cm hari kN kg kg/cm kg/cm1 7,860 225 3375 0,002329 7 338,000 34466,408 153,184 235,668

    2 8,200 225 3375 0,002430 7 343,000 34976,266 155,450 239,1543 8,180 225 3375 0,002424 7 354,000 36097,954 160,435 246,824

    4 8,080 225 3375 0,002394 7 369,000 37627,528 167,233 257,2825 8,240 225 3375 0,002441 7 315,000 32121,061 142,760 219,631

    0,002404 1198,559239,712Rata - Rata

    LuasPenampang

    Kuat TekanBeban Maksimum

    Rata - Rata Jumlah

    1kN = 980,665 kg

    PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

    UmurBerat IsiVolumeBeratBenda Uji

    kg/cm kg/cm kg/cm kg/cm

    239,712 16,354 13,957 211,558

    239,712 0,311 13,957 216,344239,712 50,579 13,957 216,344

    239,712 308,722 13,957 216,344

    239,712 403,229 13,957 216,344Jumlah 779,195 Rata - Rata 215,387

    S f"c(fci-fcm)fcm

    11.6 Pembahasan

    Perhitungan pada Benda Uji 1 Dimensi benda uji adalah kubus dengan panjang sisi = 15cm

    o Luas = 15 x 15= 225 cm2

    o Volume = l225 x 15 = 3375 cm3

    Berat = 7,86 kg

    oBerat isi = berat : volume = 7,86 : 3375 = 0,002329 kg/cm3

    oBerat isi rata-rata = 0,002404 kg/cm3

    Beban maksimum = 33800 kg

    ofci (7hari) = = 33800/225= 153,184 kg/cm2

    ofci (28hari) = = 338000/(225 x 0,65) = 235,668 kg/cm2

    ofcm = = 1198,559/5 = 239,712 kg/cm2

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    56/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 562013 - 2014

    Standart deviasi

    S = (fci-fcm)2/ (n-1)

    = 779,195 / 4

    = 13,957 kg/cm2

    Kuat tekan beton karakteristik :

    fc = (fcm(1.64 x 0,83 x K1x S))

    = (239,712 (1,64 x 0,83 x 1.23 x 13,957))

    = 216,344 kg/cm2

    Keterangan :

    fci = kuat tekan masingmasing benda uji (kg/cm2)

    fcm = kuat tekan ratarata benda uji (kg/cm2)

    fc = kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2)

    n = jumlah benda uji (5 buah)

    S = standar deviasi

    P = beban maksimum (kg)

    k = faktor umur (7 hari = 0,65)K

    1 = koreksi jumlah benda uji ( 5 benda uji = 1.23 )

    Tabel konversi umur terhadap umur 28 hari untuk beton normal

    Umur beton (Hari) 3 7 14 21 28 90 365

    Semen portland biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 1.35

    Semen portland dengan kekuatan awal tinggi 0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 1.2

    11.7 KesimpulanDari hasil percobaan uji tekan beton didapatkan nilai kuat tekan rata-rata beton

    setelah dikurangi standar deviasi sebesar 216,344 kg/cm2 ternyata sesuai dengan kuat tekan

    beton yang telah direncanakan sebelumnya yaitu 200 kg/cm2 . Dimana kuat tekan beton

    percobaan lebih besar dari kuat tekan beton yang direncanakanan.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    57/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 572013 - 2014

    11.8 Gambar Alat Uji Tekan

    Gambar alat Uji Tekan

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    58/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 582013 - 2014

    BAB XII

    PENUTUP

    12.1 Kesimpulan

    Dari keseluruhan praktikum teknologi beton ini, diperoleh kesimpulan bahwa banyak

    faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas beton yang akan diproduksi, seperti :

    A. Dari segi bahan

    1. Semen berpengaruh dalam kualitas dari kecepatan pengerasan beton.

    2. Agregat halus :

    o Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaanya.

    o Kadar air , mempengaruhi perbandingan air semen.

    o Lumpur , memepengaruhi kekuatan beton.

    o Kebersihan , mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton.

    3. Agregat kasar :

    o Gradasi , mempengaruhi kekuatan beton.

    o Kadar air , mempengaruhi perbandingan air semen.

    o Kebersihan , mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton.

    4.

    Air, kuantitasnya mempengaruhi hampir semua sifat beton sedangkan

    kualitasnya mempengaruhi pengerasan.

    B. Dari cara menakar dan mencampur

    Dari pengujian bahan-bahan, dibuatlah suatu campuran mix design yang

    didasarkan pada SNI 03-2834-2002. Dalam praktikum ini rasio proporsi aktual

    dalam berat

    Semen : Air : Pasir : Kerikil

    1 : 0,52 : 2,462 : 2,881

    Pencampuran bahan dalam praktikum ini menggunakan proporsi berat.

    Didasarkan pada :

    Kadar air agregat .

    Kecepatan pencampuran bahan, sangat mempengaruhi beton yang dihasilkan.

    Bahan-bahan yang terbuang selama dimasukkan dalam mesin pencampur, serta

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    59/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 592013 - 2014

    efisiensi mesin pencampurnya juga berpengaruh. Dari semua itu mempunyai

    daya kemudahan pengerjaannya yang cukup, sehingga memungkinkan

    pengecoran dilakukan tanpa kesulitan.

    C. Dari segi cara pelaksanaan pekerjaan

    Kualitas juga dipengaruhi oleh pelaksanaan praktikum. Dalam hal ini terjadi

    dalam 2 kondisi yaitu:

    1. Pemadatan, rongga-rongga udara dapat mempengaruhi kekuatan beton.

    2. Tidak adanya perawatan setelah mengangkat beton dari cetakan.

    Setelah pembuatan beton, perlu dilakukan pengujian kuat tekan, untuk

    mengetahui batas beban yang mampu ditahan oleh benda uji persatuan luas.

    Setelah melalui perhitungan mix design, dari percobaan dapat diketahui

    bahwa kuat tekan karakteristik beton percobaan adalah 216,344 kg/cm2 ( 21,222

    MPa ). Hasil ini lebih dari kuat tekan karakteristik yang disyaratkan, yaitu sebesar

    200 kg/cm2 ( 19,62 Mpa ). Jadi bisa disimpulkan bahwa perhitungan mix design

    yang direncanakan sesuai atau benar.

    12.2 Saran

    Dalam praktikum ini disarankan beberapa hal yang sebaiknya perlu diperhatikan untuk

    perbaikan praktikum di tahun mendatang, yaitu :

    1. Sebelum melaksanakan praktikum, diharapkan kepada mahasiswa agar mengerti

    konsep dari praktikum sehingga praktikum bisa berjalan dengan baik.

    2. Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya mahasiswa memperhatikan petunjuk-

    petunjuk yang disampaikan oleh pembimbing praktikum, agar dalam melaksanakanpraktikum tidak mengalami kesulitan.

    3. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya diadakan briefing untuk pembagian

    kerja kepada setiap kelompok, untuk kefektifan praktikum, baik keefektifan waktu,

    maupun keefektifan kerja.

    4. Pemadatan beton sebaiknya dilakukan dengan segera dan menggunakan prosedur yang

    telah dijelaskan sebelumnya. Pemadatan yang kurang baik akan menghasilkan mutu

    beton yang kurang baik pula.

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    60/63

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    61/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 612013 - 2014

    Grafik Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat Maksimum 40 mm

    0,63

    45

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    62/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    KELOMPOK 5A 622013 - 2014

    Grafik Hubungan Kadar Air Bebas dan Berat Isi Beton

    205

    2345

  • 7/25/2019 Laporan Praktikum Beton Kelompok 5A

    63/63

    LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

    FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

    DAFTAR PUSTAKA

    -

    Buku petunjuk praktikum teknologi beton

    - Buku tabel harga koreksi jumlah benda uji PBI tahun 1971.

    - Internet sumber peraturan standar ASTM.